Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pelabuhan tidak lagi harus berada di daerah terlindung secara alami, tetapi bisa
berada di laut terbuka, untuk medapatkan perairan yang luas dan dalam. Sangat
sulit untuk mendapatkan areal yang relatif dalam yang berada di dekat pantai,
terlebih lagi jika pantainya merupakan jenis pantai lumpur. Sehingga kapal tanker
yang mempunyai draft yang sangat besar merapat jauh di lepas pantai. Di samping
itu, kebutuhan pemecah gelombang untuk melindungi daerah perairan semakin
meningkat pula. Tipe pelabuhan juga disesuaikan dengan jenis dan ukuran kapal-
kapal yang menggunakannya.
Kegiatan pelayaran meliputi bidang yang sangat luas antara lain angkutan
penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, pariwisata, olah raga dan
lain sebagainya. Secara garis besar, kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu pelayaran niaga dan pelayaran bukan niaga. Pelayaran niaga adalah
usaha pengangkutan barang terutama barang dagangan melalui laut antar
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peran penting dalam sistem angkutan
laut. Hampir semua barang impor, ekspor dan muatan dalam jumlah sangat besar
diangkut dengan kapal laut. Kapal mempuyai kapasitas yang jauh lebih besar
daripada sarana angkutan lainnya. Pengangkutan minyak yang mencapai puluhan
bahkan ratusan ribu ton, misalnya, apabila harus diangkut dengan truk tangki
diperlukan ratusan kendaraan. Untuk muatan dalam jumlah besar, angkutan
dengan kapal akan memerlukan waktu lebih singkat, tenaga kerja lebih sedikit,
dan biaya lebih murah.
Dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah yang berhubungan dengan arti
pelabuhan yaitu bandar dan pelabuhan.
Pada pelayaran lokal, pelayaran hanya bergerak dalam batas daerah tertentu di
dalam suatu propinsi di Indonesia, atau dalam dua propinsi yang berbatasan.
Sebagai contoh adalah pelayaran di wilayah Kepulauan Riau, pelayaran antara
Pelabuhan Bakauheni di Propinsi Lampung dan Merak di Propinsi Banten. Luas
wilayah operasi pelayaran lokal tidak melebihi 200 mil. Kapal-kapal yang
digunakan biasanya adalah kapal kecil, kadangkala bahkan kurang dari 200 DWT.
Pelayaran pantai, yang juga disebut pelayaran antar pulau atau pelayaran
nusantara mempunyai wilayah operasi di seluruh perairan Indonesia. Pelayaran
samudera adalah pelayaran yang beroperasi dalam perairan internasional, dengan
membawa barang-barang ekspor dan impor dari satu negara ke negara lain.
Dewasa ini sudah sangat jarang ditemui pelayaran internasional untuk angkutan
penumpang. Pesawat terbang lebih banyak digunakan untuk keperluan tersebut.
Pelayaran internasional untuk penumpang, lebih berorientasi untuk tujuan
pariwisata.
Selain ketiga jenis pelayaran niaga tersebut, terdapat pelayaran rakyat sebagai
usaha rakyat yang bersifat tradisional yang merupakan bagian dari usaha angkutan
di perairan. Pelayaran ini menggunakan kapal kecil atau perahu layar.
1. Gate Way Port; yang terdidi dari pelabuhan berikut : (a). Tanjung priok; (b).
Tanjung Perak; (c). Belawan; (d). Ujung Pandang.
2. Regional Collector Port; yang terdiri dari pelabuhan berikut : (a). Teluk
bayur; (b). Palembang; (c). Balik papan; (d). Dumai; (e). Lembar; (f).
Pontianak; (g). Cirebon; (h). Panjang; (i). Ambon; (j). Kendari; (k).
Lhokseumawe; (l). Sorong; (m). Bitung; (n). Semarang.
- Kategori II :
a. Kuala langsa b. Sampit c. Benoa d. Pekanbaru
e. Jambi f. Pare-pare g. Sintete h. Biak
i. Merauke j. Toli-toli k. Kalianget
4. Feeder Port; Pelabuhan ini merupakan pelabuhan kecil dan perintis yang
jumlahnya lebih dari 250 buah di seluruh Indonesia. Pelabuhan ini melayani
pelayaran-pelayaran di daerah terpencil. Pelabuhan perintis ini dimaksudkan
untuk membuka kegiatan ekonomi daerah terpencil, seperti Wilayah Barat
Sumatera, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku dan Irian Jaya.
a. Pelabuhan Umum
b. Pelabuhan khusus
a. Pelabuhan laut
b. Pelabuhan pantai
a. Pelabuhan ikan
Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang besar,
karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Di
Indonesia pengusahaan ikan relatif masih sederhana yang dilakukan oleh nelayan-
nelayan dengan menggunakan perahu kecil. Jenis kapal ikan ini bervariasi, dari
yang sederhana berupa jukung sampai kapal motor. Jukung adalah perahu yang
dibuat dari kayu dengan lebar sekitar 1 meter dan panjang 6 – 7 meter. Perahu ini
dapt menggunakan layar atau motor tempel, dan bisa langsung mendarat di pantai.
Kapal yang lebih besar terbuat dari papan atau fiberglass dengan lebar 2,0 – 2,5 m
dan panjang 8 – 12 meter, digerakkan oleh motor. Kapal Ex-Trawl mempunyai
Gambar 1.2 adalah contoh pelabuhan ikan Cilacap. Pelabuhan ikan Cilacap
berada di Pantai Teluk Penyu dan menghadap ke Samudera Indonesia dengan
gelombang cukup besar. Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan dalam yang
dibuat dengan mengeruk daerah daratan untuk digunakan sebagai perairan
pelabuhan. Dengan membuat kolam pelabuhan di daerah darat, akan dapat
mengurangi panjang pemecah gelombang . Tetapi, dengan demikian dibutuhkan
pengerukan yang lebih besar. Pemecah gelombang dibuat dari tumpukan batu
dengan lapis pelindung dari tetrapod. Biaya pembuatan pemecah gelombang di
laut dengan gelombang sangat besar akan mahal. Pemecah gelombang ini hanya
berfungsi untuk melindungi mulut pelabuhan (bukan perairan pelabuhan)
sehingga bisa lebih pendek dan murah. Pelabuhan ini direncanakan dapat
menampung 250 kapal dengan ukuran kapal maksimum 40 GRT, dengan dimensi
panjang 30 meter, lebar 5 meter dan draft maksimum 2,3 m. Produksi ikan yang
diharapkan adalah 36 ton/hari. Fasilitas-fasilitas yang ada pada pelabuhan ini
adalah kantor pelabuhan, kantor syahbandar, pemecah gelombang, dermaga
(pier/jetty), tempat pelelangan ikan, penyedian air tawar, persediaan bahan bakar
minya, pabrik Es, tempat pelayanan/reparasi kapal (spilway), rambu suar, tempat
penjemuran ikan dan perawatan jala.
Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan
umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup
membuatjembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk
mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan
pipa-pipa dan pompa-pompa . Gambar 1.3 adalah contoh pelabuhan minyak.
Pipa-pipa enyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalulintas diatas jembatan
tidak terganggu. tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa-
pipa dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa-pipa.
Biasanya, di jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk memebersihkan
tangki kapal dan pipa air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang,
maka pada ujung kapal harus diadakan penambatan dengan bolder atau
pelampung pengikat agar kapal tdak bergerak.
c. Pelabuhan barang
a. Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal
atau setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena
muatan dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan ditengah kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar
muat barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan
kemudian diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian pula
pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang diletakkan di atas
dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
c. Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.
d. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan /pemasukan barang dari dan
ke gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.
Sebelum barang dimuat dalam kapal atau setelah diturunkan dari kpal, maka
barang muatan tersebut ditempatkan pada halaman dermaga. Bentuk halaman
dermaga tergantung pada jenis muatan yang bisa berupa :
a. Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirim
dalam bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang
dibungkus dalam peti, karung, drum, dan sebagainya.
b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu
bara, biji-bijian, minyak dan sebagainya.
c. Peti kemas (container) yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi
sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur
dan sama, maka penempatannya akan lebih dapat diatur dan
pengangkutannyapun dapat dilakukan dengan alat tersendiri yang lebih
efesien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6 macam yaitu :
1. 8x8x5 ft3 berat maksimum 5 ton
2. 8x8x7 ft3 berat maksimum 7 ton
3. 8x8x10 ft3 berat maksimum 10 ton
4. 8x8x20 ft3 berat maksimum 20 ton
5. 8x8x25 ft3 berat maksimum 25 ton
6. 8x8x40 ft3 berat maksimum 40 ton
Kran
Gudang
Kapal
Dermaga kaison
Kran
Kapal
Peti kemas
Keret api
Truk
Batu bara
Kapal
d. Pelabuhan penumpang
e. Pelabuhan campuran
f. Pelabuhan Militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan
gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah.
Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang,
hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang
letak/kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedang pada pelabuhan militer
bangunan-bangunan pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.
a. Pelabuhan alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan
gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau,jazirah atau terletak di teluk,
estuari dan muara sungai. Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil.
Pelabuhan cilacap yang terletak di selat antara daratan Cilacap dan Pulau
Nusakambangan merupakan contoh pelabuhan alam yang daerah perairannya
terlindung dari pengaruh gelombang yaitu oleh pulau Nusa Kambangan. Contoh
dari pelabuhan alam lainnya adalah pelabuhan Palembang, Belawan, Pontianak,
New York, San Fransisco, London, dsb yang terletak di muara sungai (estuari).
Estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Pada waktu pasang air laut masuk ke hulu sungai. Saat pasang tersebut air sungai
dari hulu terhalang dan tidak bisa langsung dibuang ke laut. Dengan demikian di
estuari terjadi penampungan air dalam jumlah sangat besar. Pada waktu surut, air
tersebut akan keluar ke laut . Karena volum air yang dikeluarkan sangat besar,
maka kecepatan aliran cukup besar yang dapat mengerosi endapan di dasar
sungai. Lama periode air pasang dan surut tergantung pada tipe pasang surut .
Untuk pasang surut tipe diurne periode air pasang dan surut masing-masing adalah
Dermaga Muara
Sungai
b. Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya
dihubungkan oleh suatu celah atau mulut pelabuhan untuk keluar masuknya kapal.
Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat. Bagunan ini dibuat
mulai dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang menjalar ke
pantai terhalang oleh banguan tersebut. Contoh dari pelabuhan ini adalah
pelabuhan Tanjung priok , Tanjung Mas dsb.
Pemecah
Dermaga
Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya suatu
pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada
alur masuk. Pelbuhan bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan
bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam
pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran
sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang
kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut berfungsi untuk menahan
masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai , yang dapat
menyebabkan terjadinya pendangkalan. Gambar 1.10 a dan 1.10.b adalah contoh
pelabuhan semi alam tersebut.
Pemecah gelombang
Dikeruk
Dermaga
t i
Teluk Pertamina
Dermaga
lokal
Dermaga
samudera
Transport pasir
Endapan pasir
Dermaga
Panjang, Lebar dan sarat (draft) kapal yang akan menggunakan pelabuhan
berhubungan langsung pada perencanaan pelabuhan dan fasilitas-fasilitas yang
harus tersedia di pelabuhan . Gambar 1.11 Menunjukkan dimensi utama kapal
yang akan digunakan untuk menjelaskan beberapa definisi kapal. Beberapa istilah
masih diberikan dalam bahasa asing mengingat dalam praktek di lapangan istilah
tersebut banyak digunakan.
Displacement Tonnage , DPL (ukuran isi tolak) adalah volume air yang
dipindahkan oleh kapal dan sama dengan berat kapal. Ukuran isi tolak kapal
bermuatan penuh disebut dengan Displacement Tonnage Loaded yaitu berat kapal
maksimum. Apabila kapal sudah mencapai Displacement Tonnage Loaded masih
dimuati lagi, kapal akan terganggu stabilitasnya sehingga kemungkinan kapal
tenggelam menjadi besar. Ukuran isi tolak dalam keadaan kosong disebut dengan
Displacement Tonnage Light, yaitu berat kapal tanpa muatan . Dalam hal ini berat
kapal adalah termasuk perlengkapan berlayar, bahan bakar, anak buah kapal dan
sebagainya.
Deadweight Tonnage, DWT (bobot mati) yaitu berat total muatan dimana kapal
dapat mengangkut dalam keadaan pelayaran optimal (draft maksimum). Jadi
DWT adalah selisih antara Displacement Tonnage Loaded dengan Displacement
Tonnage Light.
Gross Register Tons, GRT (ukuran isi kotor), adalah volume keseluruhan ruangan
kapal ( 1 GRT = 2,83 m3 = 100 ft3).
Netto Register Tons , NRT ( Ukuran Isi Bersih) adalah ruangan yang disediakan
untuk muatan dan penumpang, besarnya sama dengan GRT dikurangi ruangan-
ruangan yang disediakan untuk nahkoda dan anak buah kapal, ruang mesin, gang,
kamar mandi, dapur, ruang peta. Jadi NRT adalah ruangan-ruangan yang dapat
didayagunakan, dapat diisi dengan muatan yang membayar uang tambang.
Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan muatan
maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang direncanakan (design load
water line) dengantitik terendah kapal.
Panjang Total (length overall, Loa) adalah panjang kapal dihitung dari ujung depan
(haluan) sampai ujung belakang (buritan).
Panjang garis air (Length Between Perpendicular, Lpp) adalah panjang antara
kedua ujung design load water line.
Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.
a. Kapal penumpang
Di negara maju, kapal-kapal besar antar lautan menjadi semakin jarang. Orang
lebih memilih pesawat terbang untuk menempuh jarak yang jauh. Sebaliknya
muncul kapal pesiar dan juga ferri.
b. Kapal barang
Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. pada umumnya kapal
barang mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kapal penumpang. Bongkar
muat barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertikal dan secar
horisontal. Bongkar muat secara vertikal yang biasa disebut lift on/lift off (Lo/Lo)
dilakukan dengan keran kapal, keran mobil dan atau keran tetap yang ada di
dermaga. pada bongkar muat secara horisontal yang disebut Roll on/Roll off
(Ro/Ro) barang-barang dingkut dengan menggunakan truk.
Kapal ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan barang
yang diangkut, seperti biji-bijian , barang-barang yang dimasukkan ke dalam peti
kemas (container), benda cair (minyak, bahan kimia, gas alam, gas alam cair dan
sebagainya).
Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan umum (general cargo). Muatan
tersebut bisa terdiri dari bermacam-macam barang yang dibungkus dalam peti ,
karung dan sebagainya yang dikapalkan oleh banyak pengirim untuk banyak
penerima di beberapa pelabuhan tujuan.
Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan curah yang dikapalka dalam
jumlah banyak sekaligus. Muatan curah ini bisa berupa beras, gandum, batu bara,
bijih besi dan sebagainya. Kapal jenis ini yang terbesar mempunyai kapasitas
175.000 DWT dengan panjang 330 m, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 meter.
Sejak beberapa tahun ini telah muncul kapal campuran OBO (Ore-Bulk-Oil) yang
dapat memuat barang curah dan barang cair secara bersama-sama. Kapal jenis ini
berkembang dengan pesat dan yang terbesar mempunyai kapasitas 260.000 DWT.
Karena barang cair yang berada di dalam ruangan kapal dapat bergerak secara
horisontal (memanjang dan melintang), sehingga dapat membahayakan stabilitas
kapal, maka ruangan kapal dibagi menjadi beberapa kompartemen (bagian
ruangan) yang berupa tangki-tangki . Dengan pembagian ini maka tekanan zat
cair dapat dipecah sehingga tidak membahayakan stabilitas kapal. Tetapi dengan
demikian diperlukan lebih banyak pompa dan pipa-pipa untuk menyalurkan
minyak masuk dan keluar kapal.
Kapal ini dibut khusus untuk mengangkut barang-barang tertentu seperti daging
yang harus diangkut dalam keadaan beku, kapal pengangkut gas alam cair
(liquified natural gas, LNG) dan sebagainya.
Di samping kapal-kapal yang telah disebutkan di atas masih ada jenis-jenis kapal
lainnya seperti kapal pengangkap ikan, kapal kerja (misalnya kapal tunda, kapal
suplai, kapal keran apung, kapal pemancang tiang, kapal keruk ) kapal pesiar dan
kapal perang.
Daerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergantung pada karakteristik kapal yang
akan berlabuh. Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus meninjau
daerah perairan untuk alur, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat
pmbuangan bahan pengerukan, daerah daratan yang diperlukan untuk
penempatan, penyimpanan dan pengangkutan barang-barang. Kedalaman dan
lebar alur pelayanan tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan. Kuantitas angkutan (trafik) yang diharapkan menggunakan pelabuhan
juga menentukan apakah alur untuk satu jalur atau dua jalur. Luas kolam
pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal
yang akan berlabuh.
Lpp
B
Loa