Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
akhlak, dan hokum. Penjelasan lebih lanjut diberikan oleh Rasulullah SAW engan
sunahnya seingga sepanjang hidup beliau, hokum setipa kasus dapat diketahui
luas dan para sahabat pun tersebar ke berbagai daerah seiring dengan arus
Selain aktif dalam jihad dan dakwah, para para sahabat terkemuka juga
bagi umat di daerah yang mereka datangi. Kontak antara bangsa arab dan bangsa-
bangsa lain di luar arab dengan corak budayanya yang beragam segera
meninmbulkan berbagai kasus baru yang tidak terselesaikan dengan tujukan lahir
nash semata-mata. Untuk menghadapi hal itu, para sahabat terpaksa melakukan
ijtihad. Tentu saja mereka tetap mepedomani nash-nash al-Quran atau hadis dan
hanya melakukan ijtihad secara terbatas, sesuai dengan tuntutan kasus yang
dihadapi. Pada masa berikutnya tanggung jawab itu beraslih kepada para tokoh
tabi’in, kemudian tabi’ al-tabi’in, dan selanjutnya kepada para ulama mujtahid
disiplin ilmu tersendiri? Untuk menjawab pertanyaan itu tidak bias hanya
untuk menjawabnya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan sedikit menjawab
B. Perumusan Masalah
Jadi, masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
perjalanan ushul fiqh hingga menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri dan
Namun, kajian ini memerlukan tinjauan terhadap masalah terkait, yaitu (1)
sebesar apakah peranan syafi’I dalam merumuskan ushul fiqh; (2) factor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan ilmu ushul fiqh; (3) sebarapa besarkah kah
kepedulian para ulama terhadap ushul fiqh yang dibuktikan dengan karya-karya
yang dihasilkannya.
Karena pembahasan yang ada ini cukup singkat, maka pembahasan dalam
makalah ini hanya meliputi perjalanan ushul fiqh hingga menempati posisinya
D. Tujuan Penelitian
E. Sistematika Penulisan
atas, pembahsan makalah ini disajikan dalam 5 bab, dengan sistematika sebagai
berikut.
ushul fiqh.
Bab 5 bab penutup, akan mencoba beberapa kesimpulan. Bab ini juga
Pengertian
Pengertian ushul fiqh dapat dilihat dari dua sisi: pertama, sebagai
rangkaian dari dua kata: ushul dan fiqh. Kedua sebagai satu bidang ilmu dan ilmu-
ilmu syariat.
Ushul fiqh adalah tarkib idhafi (kalimat majemuk) yang telah menjadi
nama bagi suatu disiplin ilmu tertentu. Dilihat dari segi etymologi, kata ushul fiqh
terdiri dari mudhaf dan mudhaf ilaih. Menurut aslinya kalimat tersebut bukan
merupakan danam bagi disiplin ilmu tertentu, tetapi masing-masing mudhaf dan
pengetian etimologi.
tentang tujuan suatu ucapan dan perbuatan. Sedangkan pengertian fiqh menurut
mengenai perbuatan manusia, yang diambil ari dalil-dalil yang terperinci. Dengan
kata lain ushul fiqh adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang cara metode
dalil syar’i.
mubah, makruh, haram) dan hukum wadl'i (sabab, syarat, mani', 'illat, shah,
apakah perbuatan itu sengaja atau tidak, dalam kemampuannya atau tidak,
e. Masalah istinbath dan istidlal meliputi makna zhahir nash, takwil dalalah
lafazh, mantuq dan mafhum yang beraneka ragam, 'am dan khas, muthlaq dan
muqayyad, nasikh dan mansukh, dan sebagainya.
f. Masalah ra'yu, ijtihad, ittiba' dan taqlid; meliputi kedudukan ra’yu dan batas-
batas penggunannya, fungsi dan kedudukan ijtihad, syarat-syarat mujtahid,
bahaya taqlid dan sebagainya.
h. Masa'ah ra’yu dan qiyas; meliputi. ashal, far'u, illat, masalikul illat, al-washful
munasib, as-sabru wat taqsim, tanqihul manath, ad-dauran, as-syabhu, ilghaul
fariq; dan selanjutnya dibicarakan masalah ta'arudl wat tarjih dengan berbagai
bentuk dan penyelesaiannya.
menjadi Mujtahid, mereka dapat menjadi Muttabi' yang baik, (Muttabi' ialah
orang yang mengikuti pendapat orang dengan mengetahui asal-usul pendapat itu).
Dengan demikian, berarti bahwa Ilmu Ushul Fiqh merupakan salah satu
dunia yang sibuk dengan perubahan menuju modernisasi dan kemajuan dalam
segala bidang.
BAB III
USHUL FIQH : Sejak Kemunculannya Hingga Menjadi Disiplin Ilmu
meliputi moral dan etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal dan
ritual yang rinci. Syari’ah mencakup semua hukum publik dan perseorangan,
kesehatan bahkan kesopanan dan akhlak. Mayoritas umat Islam meyakini bahwa
keseluruhan syari’ah itu bersifat ilahiah. Dan pandangan yang menjadi keyakinan
umat ini akan menjadi hambatan psikologis utama dalam upaya merekonstruksi
syari’ah, apalagi jika ada yang menganggap bahwa bagian tertentu dari syari’ah
Memang dari sekian aspek yang diatur oleh Islam, aspek hukum
dihadapi umat Islam. Kalau dilihat ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung dasar
perbandingan yang diberikan oleh Abdul Wahab Khallaf, seperti yang dikutip
oleh Harun Nasution hanyalah sekitar 5,8 persen dari seluruh ayat al-Qur’an yang
beliau meminta pertimbangan kepada Abu Bakar dan Umar dalam menangani
tawanan perang Badar. Pada masa itu, segala masalah yang timbul di kalangan
Yang jadi masalah barangkali setelah sepeninggal Rasul, yakni perihal siapa yang
mengganti hak otoritatif tersebut. Pada satu sisi, sumber pemecahan masalah
keagamaan telah terputus, sedang pada sisi lain, kejadian-kejadian yang timbul
hal tersebut, maka dibutuhkan pranata ijtihad secara kontinu demi pemenuhan
Pada masa sahabat yang lebih dekat dengan tradisi kehidupan Rasulullah
saw, pemecahan masalah hukum lebih banyak bersandar pada al-Qur’an dan
tradisi yang dibawa oleh Rasul, dan mereka saling bertukar informasi tentang
tradisi Rasul tersebut. Apabila mereka tidak menemukannya dalam dua sumber
pesan universal al-Qur’an dan sunnah. Dalam berijtihad seringkali mereka meng-
hasilkan pemecahan yang berbeda. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kalau Ibnu
itu mampu berfatwa, dan tidak semua dari mereka itu dapat diambil dan dijadikan
bahwa para imam mereka memiliki hak otoritatif sebagaimana juga yang dimiliki
yang timbul pun tidak kalah kompleksnya yang menuntut upaya ijtihad yang lebih
Dalam tulisan ini akan dipaparkan masalah awal penyusunan ilmu ushul
fiqh (dan kemudian menjadi salah satu dari bagian displin ilmu) yang telah
dipelopori Imam Syafi’i dalam menyusun ilmu tersebut secara sistematis, yang
kembangan ilmu ushul fiqh dari periode sebelumnya dan diaplikasikan dalam
Disiplin Ilmu.
Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi bin Saib bin
‘Abid bin Abdu Yazid ibnu Hisyam bin Muthalib bin Abdu Manaf, ia
al-Laits di Mesir.
ia belajar pada Imam Malik hanya dalam beberapa hari saja kitab
tahun 179 H. Pada saat itu, umur beliau dua puluh sembilan
tahun.
pada Yahya bin Hissan, salah seorang murid al-Laits. Dan dialah,
al-Risalah.
lima orang dari Mekah, enam orang dan Madinah, empat orang
15.
fiqh, yaitu antara fiqh ahl hadits dan ahl ra’yi yang benar-benar
masa awal perumusan dua mazhab (Hanafi dan Malik) itu telah
tahun, saat itu adalah masa kehidupan ilmiah yang paling kreatif
BAB IV
KARYA-KARYA DALAM USUL FIQH
Orang-orang yang mula-mula menciptakan ilmu ushul fiqh adalah imam syafe’I
yang meningggal dimensir pada tahun 204 H. beliau menulis sebuh risalah yang
dengan demikian imam syafe’I adalah pendiri dan pencipta utma tentang ilmu
ushul fiqh.
b. Abu ali abdul malik bin Abdullah an naisaburiy yang dikenal dengan
Imam Haromaini, meninggal pada tahun 478 H, buku beliau berjudul “Al-
Burhan”,
“Al-Mushtasfa”
Sesudah tiga orang yang tersebut di atas diiringi oleh dua orang ulam yang
terkenal, dia menyimpulkan isi buku-buku para ulama terdahulu itu dalam buku
Syara’i
b. Abu Hasan al-Ubaidillah ibn al-Hasan al-Karkhi (w.340 H) dengan
d. Badi’ al-Nizham al-Ihkam di karang oleh Muzhaffar al-Din Ahmad ibn Ali
(w.771)
BAB V
PENUTUP
rasulullah yang begitu tidak popular di karenakan setiap ada permasalah yang
komplek sehingga ketika masalah tersebut tidak ditemukan dalam nash-nash lalu
mereka memberanikan diri untuk berijtihad sekadarnya saja, setelah para sahabat
sesuai dengan kondisi yang ada, dari sinilah para ulama mulai merumuskan
yang bisa kami bahas dalam makalah ini, tentunya juga dalam pembuatan
makalah ini tidak akan terlepas dari kesalahan dan kekuarangan yang kami buat
baik yang sengaja atau tidak sengaja. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada
pembaca sekalian untuk memberikan kritik dan sarannya agar makalah ini bisa
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
8
• Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,
• Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh,
Kencana, 2003)