You are on page 1of 97

BAB I

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR


Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui interaksi belajar mengajar, faktor-
faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar serta
penerapannya.

Indikator
Mahasiswa dapat :
- Menjelaskan pengertian interaksi belajar mengajar
- Menganalisis pola interaksi belajar mengajar yang multi
arah/optimal
- Menganalisis faktor yang mempengaruhi interaksi belajar
mengajar
- Mengaplikasikan interaksi belajar mengajar yang baik di kelas
1
Media :
Gambar-gambar pola interaksi
CD “Pembelajaran kreatif produktif”

Sumber Lain:
- Buku/Referensi lain yang relevan
- Survai ke sekolah-sekolah

A. Pengertian Interaksi Belajar Mengajar


Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang
bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran
2
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi
Belajar Mengajar

1. Faktor Guru
Guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar.
Pada faktor ini yang perlu diperhatikan adalah keterampilan
mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan
memanfaatkan metode

2. Faktor Siswa
Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut belajar. Pada
faktor siswa yang harus anda perhatikan adalah karakteristik
siswa baik karakteristik umum maupun karakteristik khusus.
3
3. Faktor Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan
siswa dalam mengorganisasikan tujuan dan isi
pelajaran. Pada faktor ini perlu diperhatikan
bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran dan
mengorganisasikan isi pembelajaran

4. Faktor Lingkungan
Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya
pengalaman belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan
lingkungan fisik dan lingkungan non fisik yang
menunjang situasi interaksi belajar mengajar optimal
4
C. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar

1. Pengorganisasian Materi
2. Penataan Kelas
3. Tahapan Pembelajaran
4. Keterampilan Mengajar

Penerapan interaksi belajar mengajar secara spesifik


dimaksudkan untuk pemberian gambaran bahwa apa yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis. Dengan demikian terdapat
hubungan antara komponen perencanaan pembelajaran
dengan proses pembelajaran seperti rangkaian sistem di
bawah ini.
5
Input Proses Output Outcome
Perencanaan Interaksi Belajar Mutu Aktivitas Hasil Belajar
Pembelajaran mengajar Belajar Siswa Siswa

Dengan demikian indikator keberhasilan dari proses pembelajaran


adalah pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang dikelola guru
secara tepat. Guru dapat mengelola interaksi belajar mengajarnya
dengan pendekatan siswa aktif atau pendekatan guru aktif.
Kesimpulan
Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat
interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan
pembelajaran.
Hasil belajar (menurut Gagne dan Briggs) menjadi lima kategori
yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik dan sikap. Pola interaksi belajar mengajar
dapat terjadi searah, dua arah dan multi arah 6
BAB II
DASAR-DASAR KOMUNIKASI
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui dasar-dasar komunikasi

Indikator
Mahasiswa dapat :
• Menyebutkan definisi komunikasi
• Menjelaskan proses komunikasi
• Menganalisis syarat-syarat keberhasilan komunikasi
• Menjelaskan komunikasi antar pribadi dalam kegiatan
belajar mengajar
• Menganalisis komponen keterampilan berkomunikasi antar
pribadi
7
Media :
Bagan proses komunikasi

Sumber lain :
- Buku/referensi lain yang relevan
- Contoh-contoh komunikasi yang efektif

A. Pengertian
Komunikasi dapat diidentifikasikan dengan berbagai cara antara
lain seperti berikut (Wiryawan & Noorhadi, 1990)
a. Komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian
informasi. Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi
sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-
cara penyampaiannya; sedangkan pengirim dan penerima
pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.
8
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Pengertian ini secara implisit
menempatkan pengirim pesan sebagai penentu utama
keberhasilan, sedangkan penerima pesan dianggap objek yang
pasif.

c. Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap


gagasan atau ide yang disampaikan. Pengertian ini
memberikan pesan yang seimbang antara pengirim pesan,
pesan yang disampaikan, dan penerima pesan, yang
merupakan 3 komponen utama dalam proses komunikasi.
Pesan dapat disimpulkan dengan berbagai media, namun
pesan itu hanya punya arti jika pengirim dan penerima pesan
berusaha menciptakan arti tersebut.

9
B. Proses Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses, bukan hal yang statis.


Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan
tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha
mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta
melibatkan suatu kelompok.

Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

encoding
Komunikator Pesan Komunikan
decoding
Pengirim Pesan Penerima Pesan

10
C. Syarat-syarat Keberhasilan Komunikasi
Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan
komunikasi. Keberhasilan ini tergantung dari berbagai faktor sebagai
berikut:
a. Komunikator (pengirim Pesan)
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan.
Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan
komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan
keberhasilan komunikasi
b. Pesan yang disampaikan
1) Daya tarik pesan itu sendiri
2) Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan
3) Lingkup pengalaman yang sama (area of shared
experience) antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan
tersebut, serta
4) Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima
pesan
11
c. Komunikan (penerima pesan)
Keberhasilan komunikasi tergantung dari :
1) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan
2) Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi
kebutuhannya
3) Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima
d. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu.
Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman,
menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi.

d. Sistem penyampaian
Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media.
Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indera
penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat
menunjang keberhasilan komunikasi.
12
D. Komponen Keterampilan Berkomunikasi Antar Pribadi
Sokolove dan Sadker (1977) merinci keterampilan
berkomunikasi antar pribadi menjadi 3 kelompok
a. Kemampuan untuk mengungkapkan peran siswa
b. Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan
siswa
c. Mendorong siswa untuk memilih perilaku alternatif
d. Komunikasi dosen dan mahasiswa

13
Kesimpulan

Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

encoding
Komunikator Pesan Komunikan
decoding
Pengirim Pesan Penerima Pesan

Syarat keberhasilan komunikasi:


a. Komunikator (pengirim pesan)
b. Pesan yang disampaikan
c. Komunikan (penerima pesan)
d. Konteks
e. Sistem penyampaian

14
BAB III
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui 8 keterampilan dasar mengajar, serta dapat meng-
aplikasikannya

Indikator
Mahasiswa dapat :
• Menjelaskan 8 keterampilan dasar mengajar
• Menganalisis 8 keterampilan dasar mengajar
• Mengaplikasikan 7 keterampilan dasar mengajar dalam latihan micro teaching

Media :
• VCD “mengajar”

Sumber Lain :
• Buku/referensi lain yang menunjang
• Website
15
DELAPAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
A. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru/dosen
karena hampir pada setiap kegiatan belajar mengajar guru
mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru
menentukan kualitas jawaban murid.
Keterampilan bertanya dapat dibagi 2 sebagai berikut:
a. Keterampilan bertanya dasar, dengan komponen-
komponennya
1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
2) pemberian acuan
3) pemusatan perhatian
4) Penyebaran pertanyaan
a) ke seluruh kelas
b) ke siswa tertentu
c) meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya
16
5) pemindahan giliran
6) pemberian waktu berpikir,
7) pemberian tuntutan dengan cara:
a) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain
b) menyederhanakan pertanyaan
c) mengulangi penjelasan sebelumnya

b. Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari


komponen-
komponen berikut :
1) Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab
pertanyaan, yaitu dari tingkatan yang paling rendah
(mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti
memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi
17
2) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai dari
pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang
agak kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling
kompleks.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai
teknik seperti :
a) Klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih
lanjut atas
jawaban siswa
b) meminta siswa memberi alasan atas
jawabannya
c) Meminta kesepakatan pandangan dari siswa
lain
d) Meminta ketepatan jawaban
e) Meminta jawaban yang lebih relevan
f) Meminta contoh 18
B. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Seorang guru/dosen perlu menguasai keterampilan
memberikan penguatan karena “penguatan” merupakan dorongan
bagi siswa/mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta
dapat meningkatkan perhatian.
Penguatan dapat diberikan dalam bentuk :
a. Verbal, yaitu berupa kata-kata / kalimat pujian, seperti bagus,
tepat sekali, atau “saya puas akan pekerjaanmu”.
b. Non verbal, yaitu berupa :
1) gerak mendekati
2) mimik dan gerakan badan
3) sentuhan
4) kegiatan yang menyenangkan
5) Token (simbol atau benda kecil lain)
19
Dalam memberikan penguatan, dosen/guru perlu
memperhatikan
hal-hal berikut :
a. Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias
sehingga peserta dapat merasakan kehangatan tersebut
b. Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai
dengan perilaku yang diberi penguatan
c. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta
d. Peserta yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan
namanya, atau tunjukkan pandangan kepadanya).
e. Penguatan dapat diberikan kepada kelompok peserta
tertentu
f. Agar menjadi lebih efektif, penguatan harus diberikan
segera setelah perilaku yang baik ditunjukkan
g. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi. 20
C. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan


menjadi 3 bagian :

a. Variasi dalam gaya belajar, yang dapat dilakukan dengan


berbagai cara seperti
1) variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil
2) memusatkan perhatian
3) membuat kesenyapan sejenak
4) mengadakan kontak pandang
5) variasi gerakan badan dan mimik, dan
6) mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau
ke belakang
21
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, yang
meliputi
1) variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
2) variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta
3) variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi

c. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan

D. Keterampilan Menjelaskan
Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk :
a. Membimbing siswa/mahasiswa memahami berbagai
konsep, hukum, prinsip, atau prosedur.
b. Membimbing siswa / mahasiswa menjawab pertanyaan
“mengapa” secara bernalar
c. Melibatkan siswa/mahasiswa untuk berpikir
d. Mendapat balikan mengenai pemahaman siswa/mahasiswa
e. Menolong siswa / mahasiswa menghayati berbagai proses
penalaran
22
Keterampilan menjelaskan terdiri dari berbagai komponen
sebagai berikut :
a. Komponen merencanakan penjelasan, mencakup :
1) Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan
disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh,
dan
2) Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima
pesan (siswa/mahasiswa)
b. Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup
hal-hal
berikut :
1) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara
seperti:
a) bahasa yang jelas
b) berbicara yang lancar
c) mendefinisikan istilah-istilah teknis, dan 23
d) berhenti sejenak untuk melihat respon
2) Penggunaan contoh dan istilah, yang dapat mengikuti
pola induktif atau pola deduktif
3) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting
dengan cara: penekanan suara, membuat ikhtiar, atau
mengemukakan tujuan
4) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan
melihat mimik siswa atau mengajukan pertanyaan..

Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu


diperhati-kan hal-hal sebagai berikut:
1) penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau
akhir pelajaran sesuai dengan keperluan
2) Penjelasan harus relevan dengan tujuan
3) Materi yang dijelaskan harus bermakna
4) Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan
dan latar belakang siswa/mahasiswa.
24
E. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru/dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh
perhatian pada diri siswa/mahasiswa. Sedangkan menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk
mengakhiri kegiatan inti pelajaran.

Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah :


a. Membangkitkan motivasi dan perhatian
b. Membuat siswa/mahasiswa memahami batas tugasnya
c. Membantu siswa/mahasiswa memahami hubungan berbagai
materi yang disajikan, dan
d. Membantu siswa/mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan
nya
25
Komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup
pelajaran adalah sebagai berikut:
a. Membuka pelajaran, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Menarik perhatian siswa/mahasiswa dengan berbagai cara
2) Menimbulkan motivasi dengan :
a) kehangatan dan keantusiasan
b) menimbulkan rasa ingin tahu
c) mengemukakan ide yang bertentangan, dan
d) memperhatikan minat siswa/mahasiswa
3) Memberikan acuan dengan cara :
a) mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
b) menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
c) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan
d) mengajukan pertanyaan
26
4) Membuat kaitan, dengan cara :
a) mengajukan pertanyaan appersepsi, atau
b) merangkum pelajaran yang lalu

b. Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut :


1) Meninjau kembali, dengan cara merangkum atau
membuat ringkasan
2) Mengadakan evaluasi penguasaan siswa/mahasiswa,
dengan meminta mereka :
a) mendemonstrasikan keterampilan
b) menerapkan ide baru pada situasi lain
c) mengekspresikan pendapat sendiri, dan
d) memberikan soal-soal latihan
3) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa
pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke
suatu tempat
27
F. Keterampilan Membimbing Diskus Kelompok Kecil
G. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengertian dan tujuan :
Mengajar kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam
konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru/dosen
mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak
siswa/mahasiswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar
secara kelompok maupun perorangan.
Kesimpulan
Keterampilan mengajar :
1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan memberi penguatan verbal: “bagus” dan seterusnya
Non verbal :
- Gerak mendekati
- Mimik
- Kegiatan menyenangkan
- Token (symbol) 28
3. Keterampilan mengadakan vriasi
Gaya mengajar : Media/bahan belajar
- Suara - Dilihat
- Posisi berdiri - Didengar
- Kesenyapan - Diraba/dimanipulasi
- Kontak pandang
- Gerakan badan/mimic
Pola Interaksi dan kegiatan
- Klasikal
- Kelompok
- Perorangan
4. Keterampilan menjelaskan
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
- Evaluasi
- Tindak lanjut/PR
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan 29
BAB IV
STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui beberapa metode pembelajaran
Indikator
Mahasiswa dapat :
• Membuat peta konsep tentang pembelajaran terpadu
• Menjelaskan 5 langkah “problem solving”
• Memberikan contoh pembelajaran “isu kontroversial”
• Menjelaskan 5 langkah “studi kasus”
• Mempraktekkan “cooperative learning” secara berkelompok dalam micro
teaching
• Menjelaskan langkah-langkah dalam “cooperative learning”
• Mempraktekkan “VCT-Games” dalam pembelajaran PPKN
• Membedakan antara “dialog imperatif” dan “dialog kreatif”
• Menjelaskan langkah-langkah “pembelajaran kreatif produktif”
• Mempraktekkan “pembelajaran kreatif produktif” dalam micro teaching
30
Media :
VCD “Model-model Pembelajaran” dari DIKNAS
Indikator
• Bahan-bahan tentang pembelajaran
• Referensi lain yang menunjang
A. Pengajaran Terpadu (Integrated)
Pembelajaran terpadu (integrated learning) adalah keseluruhan komponen,
substansi (material maupun non material), prosedur, dan proses yang
dirancang dengan sengaja, sadar, dan untuk dilaksanakan dalam rangka
supaya mahasiswa dapat belajar. Keadaan terpadu memiliki ciri bahwa di
dalamnya harus terdapat penyatuan secara fungsional maupun struktural
antara komponen dan substansinya, serta antar tahapan keseluruhan
peristiwa belajar yang dikehendaki.
Pendidikan IPS merupakan sentral dari kajian pokok dari berbagai ilmu
sosial yang berkembang selama ini. Penggunaan konsep sebagai konsep
kunci “key concept” dapat digunakan sebagai inti pokok kajian salah satu
mata pelajaran, kemudian dibahas melalui berbagai tinjauan. Untuk lebih
jelasnya lihat bagan di bawah ini
31
Politik
Hukum
Pemerintah
Ekonomi
Psikologi
Kopersai
Sosial
Bisnis
PIPS
SEBAGAI
Dimensi Interdisiplin
BIDANG STUDI
TERPADU
Sejarah Sosiologi
Budaya Antropologi
Geografi &
Lingkungan
Hidup

DIMENSI INTEGRAL
Bagan Perspektif IPS Terpadu
(Sumber Mit Witjaksono, Pembelajaran Terpadu, Depdikbud, 1991)

32
Mit Wijaksono (1991) memberikan batasan pembelajaran terpadu
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar mengajar
yang secara struktural sama dengan program satuan pembelajaran
untuk satu pokok bahasan dalam GBPP kurikulum, hanya muatan
materi (content) dan konteks berbeda, yaitu berasal dari berbagai
pokok bahasan untuk satu mata pelajaran, atau antar pokok bahasan
dari dua atau lebih mata pelajaran
b. Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah, ajang, muara
penyatu kaitan konsep-konsep yang dikandung beberapa pokok
bahasan dan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya
memiliki keterkaitan dan keterpaduan pemahamannya.

33
R. Fogarty (1991) dalam 10 model keterpaduan, yang dapat dijadikan rujukan
dalam pembelajaran terpadu IPS. R. Fogarty membagi tiga kelompok besar
model yaitu :
a. Interdisiplin yang terdiri dari
1. Fragmentasi, yaitu sejumlah materi yang dibahas, dikaji secara
terpadu, tetapi dengan cara bagian demi bagian. Pada bagian kajian
tertentu (contoh pada bagian kesimpulan) semua kajian yang dilakukan
per bagian tadi “disatukan” secara integratif. Dengan demikian siswa
mendapatkan informasi yang utuh dari berbagai kajian yang semula
dilakukan secara terpisah. Jika diilustrasikan dalam gambar adalah
sebagai berikut:

34
2. Koneksi adalah suatu cara mengajarkan satu pokok bahasan yang
ditinjau secara terpisah dari sudut ekonomi, sejarah, geografi, tetapi
tetap memiliki saling keterhubungan satu dengan yang lainnya. Model
ini diilustrasikan sebagai berikut:

3. Sarang burung, model ini adalah menempatkan satu pokok kajian


yang merupakan bagian dari kajian yang lain. Contoh: kenaikan harga
BBM. Secara teoritis ini permasalahan adalah terjadinya “kelangkaan”
di masyarakat (jumlah barang terbatas dan jumlah permintaan
bertambah/ teori scarcity)

35
Akibat dari keadaan itu kebutuhan rumah tangga meningkat,
kemudian masalah politik dan ketenagaan turut terganggu pula. Jadi
pada model ini permasalahan inti dibahas secara meluas sesuai bidang
disiplin ilmu-ilmu yang terkait. Hal ini dapat diilustrasikan seperti :

b. Antar disiplin yang terdiri dari


4. Sekuen adalah model pembahasan yang mendampingkan dua
disiplin ilmu dalam membahas satu konsep yang memiliki kedekatan
pembahasan. Misal: “mata pencaharian penduduk desa”.

36
Hal ini dapat dibahas dengan cara melihat dari geografi dan
ekonomi. Secara geografis penduduk desa akan bekerja di sawah.
Ditinjau dari ekonomi, penghasilan orang di sawah relatif berbeda
dengan yang bekerja di kantor. Ilustrasi digambarkan sebagai berikut:

5. Pembagian, model ini membahas tentang pembagian kajian.


Misalnya : “pertumbuhan penduduk. Hal ini dapat dibahas dengan
mempelajari matematika (menghitung jumlah penduduk, jumlah laki-
laki dan perempuan, kelahiran, kematian). Pada contoh ini siswa di
samping belajar geografi (pertumbuhan penduduk) sekaligus belajar
matematika. Hal ini diilustrasikan seperti di bawah ini.

37
6. Jaringan, model ini relatif sudah banyak dikenal. Model ini
mengisyaratkan bahwa satu pokok bahasan ditinjau dari semua disiplin ilmu
yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Contoh: “SDA” dibahas dari
sudut ekonomi, geografi, PPKN, matematika, dan sebagainya. Model ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut:

7. Untaian simpul, model ini memberikan pilihan kepada guru untuk


mengajarkan satu topik bahasan secara bersinggungan dengan berbagai
konsep kunci dari bidang ilmu lainnya. Misal: konsep “perubahan penduduk
(geografi) dapat dikaji teori Robert T. Malthus “pertumbuhan melalui deret
hitung dan deret ukur (konsep ekonomi). Model ini diilusrasikan sebagai
berikut:

38
7. Integrasi, model ini memberikan kesempatan kepada guru untuk
melihat satu topik dibahas dari semua disiplin ilmu secara antar
disiplin. Jadi topik yang sedang dibahas dapat saja dari semua sisi
kemampuan guru dan minat siswa. Model ini diilustrsaikan sebagai
berikut:

c. Inter & antar disiplin, minat individu dan sumber belajar, terdiri
dari
9. Inter fokus dengan hanya satu bidang, model ini memberikan
kesempatan kepada guru dan siswa untuk mengembangkan satu bidang
kajian, tetapi dikaji dari berbagai unsur, akan tetapi hanya yang
diminati oleh siswa. Semua keinginan harus ditopang oleh sumber
belajar yang memadai. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

39
10.Intensif dan ekstensif dengan fokus satu masalah namun mencakup
beberapa bidang kajian. Model ini merupakan model jaringan kerja
yang secara simultan dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan
sejumlah topik yang dikemas oleh berbagai konsep ilmu. Model ini
dapat diilustrasikan sebagai berikut:

40
B. Pemecahan Masalah IPS/PKN (Problem Solving)
Pengajaran melalui pemecahan masalah terdiri atas limalangkah (Hamid
Hasan: 1996), yaitu :
1. Identifikasi masalah
2. Pengembangan alternatif
3. Pengumpulan data untuk menguji alternatif
4. Pengujian alternatif
5. Pengambilan keputusan
C. Isu Kontroversial
Muessing (1975:4) mengatakan isu kontroversial dengan kalimat “sesuatu
yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok, tetapi juga mudah
ditolak oleh orang atau kelompok lain”. Isu kontroversial secara langsung
menyebabkan kelompok atau orang berbeda pendapat. Hal ini disebabkan
asosiasi perasaan kelompok (orang) tertentu pada kelompok orang yang
terlibat dalam apa yang disajikan. Selain faktor keterkaitan emosional,
kecenderungan seseorang atau kelompok untuk memihak seseorang atau
kelompok tertentu didasari oleh pertimbangan-pertimbangan pemikiran
tertentu
41
Pengajaran melalui isu kontroversial dalam IPS sangat penting. Isu
kontroversial dapat dijumpai dalam banyak kasus mengenai teori atau
pendapat dalam IPS. Teori yang dibangun berdasarkan data lapangan tertentu
seringkali tidak mewakili kenyataan di berbagai tempat tertentu. Kenyataan
ini selalu hidup dalam IPS, oleh karena itu isu kontroversial adalah suatu yang
alamiah dalam IPS. Nirtzsche dalam buku Muessing (1975:21) mengatakan:
“kesalahan utama menurut pandangan ini adalah keyakinan yang berlebihan
terhadap suatu kebenaran, padahal yang diperlukan adalah keberanian untuk
mempertanyakan keyakinan itu”. Keyakinan yang ada dalam ilmu adalah
tentatif (sementara) dan harus terbuka untuk suatu perubahan apabila ternyata
ada sesuatu yang baru.
Meskipun isu kontroversial memiliki kapasitas yang tinggi untuk melatih
mahasiswa berbeda pendapat, dan mengembangkan pendapat baru
berdasarkan perasaan yang dijumpai dalam perbedaan tersebut, namun ada
hal-hal yang harus diperhatikan dosen dalam memilih isu kontroversial : (a)
Isu kontroversial tidak boleh menimbulkan pertentangan suku, agama dan ras,
(b) sebaiknya dekat dengan kehidupan mahasiswa masa kini, (c) sebaiknya
sesuatu yang sudah menjadi milik masyarakat dan (d) seyogyanya berkenaan
dengan masalah setempat, nasional, maupun internasional.
42
D. Studi Kasus
Sebelum dosen memulai perkuliahan, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan sebelumnya, agar proses perkuliahan dapat berjalan lancar
dan tercapai tujuan yang ditargetkan.
Kasus (Hamid Hasan: 1996) adalah suatu peristiwa, kejadian, fenomena
yang berhubungan dengan kehidupan manusia di masa lalu, masa kini dan
masa yang akan datang. Namun demikian kasus yang populer umumnya
diambil dari kehidupan masa sekarang.
Dalam pengajaran dengan kasus langkah-langkah berikut ini dapat
dilakukan (Hamid Hasan: 1996) :
1. Menentukan pokok/sub pokok bahasan
2. Mengembangkan bahan pelajaran
3. Mengembangkan asus
4. Merencanakan proses
5. Melaksanakan penilaian

43
E. Studi Kasus “Gilliom”
Menurut Gilliom (1977) ada 9 jenis studi kasus, yaitu
1. Kasus pengadilan 6. Laporan saksi mata
2. Episoda terbuka 7. Vignettes
3. Uraian tafsiran 8. Kronik
4. Dasar dokumen 9. Uraian/naratif
5. Memoir
Uraian selanjutnya mengikuti apa yang dikemukakan oleh Gillion :
1. Kasus pengadilan, adalah peristiwa yang berhubungan dengan
keputusan pengadilan mengenai suatu peristiwa. Keputusan pengadilan
yang dimaksud dapat saja berupa keputusan sesungguhnya dari
pengadilan negeri ataupun pengadilan di atasnya, bahkan sampai
kepada keputusan Mahkamah Agung (MA). Keputusan yang digunakan
hendaklah keputusan yang masih mengundang perdebatan dan bukan
keputusan yang dianggap orang sebagai sesuatu yang wajar.

44
2. Episoda Terbuka, materi ini lebih banyak digunakan untuk
mengembangkan sikap, nilai, dan moral dibandingkan untuk tujuan
memilih kemampuan berpikir tinggi.
3. Uraian Tafsiran, adalah kasus yang ditulis dengan maksud meng-
gambarkan penafsiran penulis tentang suatu peristiwa. Bentuk kasus
yang demikian disajikan untuk mengembangkan kemampuan
mahasiswa dalam menemukan kerangka berpikir seseorang beserta
bias pribadinya. Di samping itu melatih mahasiswa dalam mengenal
upaya yang dilakukan orang untuk mempengaruhi pendapat umum.
Bentuknya seperti editorial, artikel, tulisan lepas lainnya.
4. Dasar dokumen, menggambarkan materi kasus yang berasal dari
berbagai bentuk dokumen, suatu materi tertulis yang memiliki nilai
pribadi, keilmuan, hukum atau sejarah. Contoh: pidato seorang tokoh,
catatan harian, laporan penelitian, hukum, surat wasiat.
45
5. Memoir (dibaca: memoar), adalah suatu dokumen yang lebih
bersifat pribadi. Umumnya memoir menggambarkan pengalaman
pribadi seseorang setelah yang bersangkutan melaluinya dan bukan
catatan pada waktu kejadian itu sendiri. Misalnya memoir seorang
pelaku dalam peristiwa meletusnya gunung Krakatau, dan sebagainya.
Pengajaran dengan kasus memoir dapat digunakan untuk melatih
mahasiswa dalam membuat keputusan dan mengembangkan penafsiran
tentang apa yang sudah terjadi.
6. Laporan Saksi Mata, adalah rekaman yang dibuat oleh orang yang
menyaksikan suatu peristiwa. Rekaman tersebut dapat berbentuk
tulisan, foto, rekaman video.
7. Vignet (Vignettes), adalah gambar lepas yang disertai suatu
keterangan singkat. Beberapa vignet dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan menentukan keterhubungan antara satu
peristiwa lain yang tergambar dalam vignet. Vignet sangt penting
dalam mengembangkan kemampuan analisis (mengelompokkan,
memilah, menemukan hubungan, menemukan dasar berpikir yang
mewarnai suatu infomasi).
46
Foto bukan vignet, tetapi suatu rangkaian foto dapat dikelompokkan
sebagai suatu bentuk studi kasus yang sejajar dengan vignet. Dalam
banyak hal foto memiliki kelebihan dibandingkan dengan vignet
terutama karena foto memiliki kedalaman perspektif yang sering tidak
dimiliki vignet.
8. Kronik, adalah catatan peristiwa berdasarkan urutan waktu. Kronik
selalu berisikan beberapa peristiwa. Pemanfaatan kronik dapat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir aplikasi ketika menemukan hal-
hal yang pokok, dan juga analisis serta sintesis. Kemampuan evaluatif
dapat dikembangkan untuk setiap bentuk kasus dengan memberikan
penilaian terhadap naskah kasus itu sendiri.
9. Uraian/narasi, adalah ungkapan yang lebih lengkap dibandingkan
kronik. Uraian/narasi dapat berkenaan dengan apa yang benar-benar
terjadi, tetapi dapat juga mengenai sesuatu yang sifatnya hipotesis.
Uraian/narasi dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dalam aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
47
F. Cooperative Learning
1. Pengertian Model Cooperative Learning
Cooperative menggunakan pengertian bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama (Hamid Hasan: 1996). Dalam kegiatan kooperatif, mahasiswa
secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dan pengajaran yang memungkinkan mahasiswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut (Johnson, et. al: 1994, Hamid Hasan: 1996). Sehubungan dengan
pengertian tersebut, Slavin (1984) mengemukakan bahwa cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Selanjutnya dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung
pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual,
maupun secara kelompok

48
2. Konsep dasar pengembangan model cooperative learning
a. Perumusan tujuan belajar mahasiswa harus jelas
b. Penerimaan yang menyeluruh oleh mahasiswa tentang tujuan belajar
c. Ketergantungan yang bersifat positif
d. Interaksi yang bersifat terbuka
e. Tanggung jawab individu
f. Kelompok bersifat heterogen
g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif
h. Tindak lanjut (follow up)
i. Kepuasan dalam belajar

3. Langkah-langkah dalam pembelajaran model cooperative learning


Langkah-langkah dalam penggunaan model cooperative learning secara
umum (Stahl: 1994, Slavin: 1983) dapat dijelaskan secara operasional
sebagai berikut:

49
a. Langkah pertama yang dilakukan oleh dosen adalah merancang
rencana program pembelajaran. Pada langkah ini dosen
mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, dosen juga menetapkan
sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan
dikembangkan dan diperlihatkan oleh mahasiswa selama
berlangsungnya pembelajaran
b. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, dosen
merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengobservasi kiegiatan mahasiswa dalam belajar secara bersama
dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi,
dosen tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena
pemahmaan dan pendalaman materi itu nantinya akan dilakukan
mahasiswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok.

50
c. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan
mahasiswa, dosen mengarahkan dan membimbing mahasiswa baik
secara individual maupun kelompok baik dalam memahami materi
maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan
belajarnya. Pemberian pujian dan kritik membangun dosen kepada
mahasiswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh
dosen pada saat mahasiswa bekerja dalam kelompoknya
d. Langkah keempat, dosen memberikan kesempatan kepada
mahasiswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, dosen bertindak sebagai moderator.
Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoresi pengertian dan
pemahaman mahasiswa terhadap materi atau hasil kerja yang telah
ditampilkannya. Pada saat presentasi mahasiswa berakhir, maka dosen
mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses
jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang ada atau sikap sera perilaku menyimpang yang
dilakukan selama pembelajaran.
51
Bagan 1. Mekanisme Pembelajaran dengan model Cooperative Learning

Program Pengajaran/Program Target Pembelajaran Perencanaan


1. Penguasaan materi/konsep Pembelajaran
Pembelajaran 2. Sikap dan keterampilan sosial

Pembentukan kelompok dan pengarahan/


pengkoordinasian siswa untuk bekerja sama

Kegiatan belajar mengajar dalam kelompok belajar


Peer tutor (tutor Belajar
Pengembangan pengetahuan danketerampilan
teman sebaya) kolaboratif
siswa dalam suasana belajar berkelompok

Hasil kerja Proses kerja


kelompok kelompok Pemberian
hadiah dan kritik
Penyajian/unjuk kerja Catatan observasi guru siswa
siswa/kelompok siswa mengenai kerja siswa

DEBRIEFING
Refleksi dan internalisasi (David Hornsby: 1981)

52
4. Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai model cooperative
learning
Van Sickle (1983) dalam penelitiannya mengenai model cooperative
learning dan implikasinya terhadap perolehan belajar siswa dan
pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar
kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam model
cooperative learning mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan
individu siswa, berkembangnya sikap ketergantungan yang positif,
mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa serta pengembangan
dan ketercapaian kurikulum.
Stahl (1992) dalam penelitiannya di beberapa sekolah dasar di Amerika
menemukan bahwa: penggunaan model cooperative learning mendorong
tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa.
Penelitian ini juga menemukan bahwa model tersebut mendorong
ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan sosial studies.
53
Penelitian yang dilakukan Webb (1985), menemukan bahwa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning, sikap dan
perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokratisasi dalam kelas. Di
samping itu penggunaan kelompok kecil siswa, mendorong siswa lebih
bergairah dan termotivasi dalam mempelajari IPS.
Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade-9 untuk mata
pelajaran geografi di Amerika, menemukan bahwa penggunaan model
cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa
dalam perbedaan hampir 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa
yang diajar dengan menggunakan sistem kompetisi
Penelitian Dra. Hj. Etin Solihatin M.Pd dkk (2001) yang dibiayai proyek
PGSM, dilakukan pada mahasiswa Penyetaraan D3 Tahap II untuk mata
kuliah Pendidikan IPS di Universitas Negeri Jakarta, menemukan bahwa
penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan
prestasi mahasiswa 20%, dan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa
untuk belajar mandiri.
54
G. VCT-Games PPKN
Langkah-langkah pembelajaran model VCT-Games dapat digambnarkan
sebagai berikut:

Desain Pengajaran Satuan Target Nilai


Program/Satpel Transaksi

Dialog Siswa :
Proses - Meliputi seluruh potensi afeksi dan logika/gaya nalar
Laporan Stimulus - Baik dialog intern diri maupun dengan potensi siswa
Condition Stimulus lain, guru fakta atau dengan fakta/konsep

Motivasi untuk:
Perubahan sikap/sistem a. Berbuat/acting, meliputi :
nilai dan pemantapan Harapan - Tidak lanjut pengajaran
keyakinan akan suatu nilai - Latihan penerapan di kelas/sekolah
moral/norma pembukuan dalam kehidupan rumah, kelompok atau
masyarakat
b. Meradiasi pada keluarga, kelompok/masyarakat
Condition Consequences

55
H. Metode Ceramah
Menurut Gage dan Berliner seperti dikutip oleh Moedjiono & Moh. Dimyati
menggunakan metode ceramah tergantung kepada kualitas personalia guru,
yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan
keteraturan guru dalam memberi penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara
mudah oleh setiap guru (Moedjiono & Moh. Dimyati, 1992:67)
Metode ceramah adalah suatu bentuk metode yang dilaksanakan oleh guru
dengan memberikan sejumlah informasi kepada sejumlah siswa, baik di dalam
atau di luar ruangan (Soegeng Santoso, 2000:80)
Empat langkah pemakaian metode ceramah meliputi : (1) tahap persiapan
ceramah, (2) tahap awal ceramah, (3) tahap pengembangan ceramah, (4) tahap
akhir ceramah. Adapun tahap-tahap adalah sebagai berikut: (1) Tahap
persiapan ceramah mencakup: mengorganisasi isi pelajaran yang akan
diceramahkan, mempersiapkan penguasasn isi pelajaran yang akan
diceramahkah, memilih dan mempersiapkan media instruksional atau alat
bantu pembelajaran yang akan digunakan dalam ceramah.

56
(2) tahap awal ceramah mencakup: peningkatan hubungan guru-siswa,
meningkatkan perhatian siswa, mengemukakan pokok-pokok isi ceramah, (3)
tahap pengembangan ceramah mencakup: memberi keterampilan secara singkat
dan jelas, mempergunakan papan tulis, menerangkan kembali dengan
menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, memperinci dan memperluas
pelajaran, memberikan balikan (feed back) sebanyak-banyaknya selama
berceramah, mengatur alokasi waktu ceramah, dan (4) tahap akhir ceramah.
I. Dialog Kreatif dalam IPS
1. Tujuan Belajar Mengajar Secara Dialog Kreatif dalam IPS
Gambar 1. Sharing Model dari Oeser’s Categories of Teaching Modeln
(Kosasih Djahiri: 1995/1996:29)
GURU

S1 Sn

S3 S6
57
Peran dosen dalam mengajar IPS mempunyai hubungan erat dengan cara
mengaktifkan mahasiswa dalam belajar

Untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas mahasiswa yang


ditekankan pada masalah pembicaraan (dialog kreatif) dalam Suharsimi
Arikunto (1992:79) ditinjau dari :
1. Siapa yang bicara
2. Kepada siapa pembicaraan itu ditujukan
3. Apa isi pembicaraan
4. Bagaimana pembicaraan disampaikan
Interaksi antar KBS (Kegiatan Belajar Siswa) dengan KMG (Kegiatan
Mengajar Guru) nampak sebagaimana gambaran J. Fraenkel, 1973 dalam
Kosasih Djahiri, 1995/1996: 1 sebagai berikut:

58
Gambar 2. Interaksi Antar Kegiatan Belajar Mahasiswa dengan
Kegiatan Mengajar Dosen
Tertinggi

100 50 100
K
E KMG Tinggi CBSA
G Rendah Kotak kegiatan ideal
I (C) CBSA dan KMG Tinggi
A (D)
T 50
A CBSA Tinggi
N Kotak terbuka CBSA KMG Rendah
G dan KMG Rendah (B)
U (A)
R
U
0 50 100
KEGIATAN MAHASISWA
Keterangan : Tiga Kota Kegiatan CBMA-KMD (A-B-C) harus dihindarkan
59
Kadar tinggi-rendahnya kegiatan belajar mahasiswa sangat tergantung
kepada kadar kualitas M3SE (Materi, Metoda, Media, Sumber, dan
Evaluasi) yang dirancang dosen dan penampilan Kegiatan Mengajar Guru
KMG).
Dosen perlu mempersiapkan beberapa prinsip penerapan dialog kreatif,
yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip motivasi
Berdasarkan kurikulum 1994 dosen dituntut untuk berperan sebagai
fasilitator, mediator, dan motivator. Dorongan belajar dapat timbul
dalam diri mahasiswa (motivasi intrinsik) dan dari luar diri mahasiswa
(motivasi ekstrinsik).
Motivasi belajar sangat penting bagi mahasiswa untuk
membangkitkan prakarsa, aktivitas dan kreativitas. Hal ini tercermin
dari ajaran Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya (Agus
Sudjanto, 1989:8) yaitu Ing Ngarso Sung tulodo, Ing Madyo Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani.
60
Bila sedang di depan, si pamong harus sanggup, memberikan
teladan, dengan maksud agar mahasiswa tidak menjadi bingung oleh
karena banyak pengaruh yang diterimanya selama dalam perjalanan.
Sedang di tengah-tengah pamong harus memberikan semangat
(motivasi), mempertebal sampai terjadi kekendoran dalam mencapai
cita-cita. Dari belakang pamong harus memberikan kekuasaan yang
berwujud pengaruh bimbingan dan pengawasan.
2) Prinsip Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar dosen IS perlu memperhatikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki mahasiswa,
agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan mahasiswa.
3) Prinsip Pemusatan Perhatian
Dosen seyogyanya dapat memilih dan menentukan bahan
pengajaran ‘key concept’ yang menjadi pusat perhatian. Bagian-bagian
yang terpisah dikaitkan menjadi satu topik. Usahakan untuk
memusatkan perhatian mahasiswa, dapat dengan jalan mengajukan
masalah yang hendak dipecahkan
61
4) Prinsip Keterpaduan
Hal ini sesuai dengan prinsip belajar menurut teori Gestalt
(Roestiyah NK dkk, 1982:6) adalah :
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
b. Belajar adalah proses perkembangan
c. Siswa sebagai organisasi keseluruhan
d. Terjadinya transfer
e. Reorganisasi pengalaman
f. Harus dengan insight
g. Berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan
h. Berlangsung terus menerus
5) Prinsip Pemecahan Masalah
Mahasiswa perlu dilatih memecahkan masalah dalam proses belajar
mengajar, oleh karena itu diciptakan situasi belajar yang dihadapkan
pada masalah. Kepekaan terhadap masalah mendorong mahasiswa
untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan sesuai dengan
kemampuannya
62
6) Prinsip Menemukan
Pada dasarnya mahasiswa memiliki potensi untuk mencari,
menemukan, dan mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk
fakta dan informasi.

7) Prinsip Belajar Sambil Bermain


Bermain merupakan keaktifan mahasiswa yang menimbulkan
suasana gembira dan menyenangkan

8) Prinsip Perbedaan Individu (Perseorangan)


Mahasiswa pada hakikatnya mempunyai perbedaan masing-masing,
misalnya tingkat kecerdasan, minat, sifat kebiasaan, kesempatan serta
latar belakang keluarga. Perbedaan-perbedaan ini dapat mempengaruhi
proses belajar mengajar. Sehubungan dengan itu, sebaiknya dosen IPS
menyajikan materi yang tepat, dengan memperhatikan perbedaan-
perbedaan itu. Sebaiknya dosen tidak memperlakukan mahasiswa
seolah-olah sama.
63
10)Prinsip Hubungan Sosial
Pada masa mahasiswa-mahasiswa, sosiliasasi (proses hubungan
sosial) sedang tumbuh, oleh karena itu mahasiswa selalu ingin
melakukan hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian
mahasiswa banyak dipengaruhi lingkungan sosial
Kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seroang
dosen (Darmodiharjo, 1980: 46)
1) Penguasaan materi
2) Pengelolaan proses belajar mengajar
3) Penggunaan media dan sumber
4) Pengelolaan kelas
5) Menguasai landasan-landasan pendidikan
6) Mengelola interaksi belajar mengajar
7) Menilai prestasi belajar mahasiswa untuk kepentingan mengajar
8) Mengenal fungsi dan program bimbingan serta penyuluhan
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10)Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran
11)Demokratis 64
2. Keterampilan Bertanya dalam Dialog Kreatif pada IPS
Terdapat beberapa komponen yang harus dikuasai dalam usaha pencapaian
tujuan penggunaan pertanyaan dalam kelas. Komponen tersebut menurut
panduan Pengajaran Mikro (1984/1985: 40) adalah:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
2) Pemberian acuan
3) Pemusatan perhatian
4) pemindahan giliran
5) Penyebaran
a) Pertanyaan ke seluruh kelas
b) Pertanyaan ke siswa tertentu
c) Penyerahan respon siswa
6) Pemberian waktu berpikir
7. Pemberian tuntunan
a) Mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain
b) Menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sedernaha
c) Mengulangi penjelasan sebelumnya
65
3. Pentingnya Pertanyaan yang Baik dalam Dialog Kreatif
Inti dari strategi mengajar yang efektif dengan dialog kreatif, terletak
dalam pertanyaan yang diajukan dosen.
Keterampilan bertanya bagi dosen, juga tak kalah pentingnya bagi
mahasiswa karena inilah kunci menuju dialog kreatif. Torrance dan Myers
(J.R. Fraenkel, 1973) menyatakan bahwa siswa bertanya di kelas dan
mayoritas pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pernyataan mengenai prosedur (misalnya: Boleh saya ke belakang?,
Boleh minta kertas lagi?)
2. Pertanyaan mengenai tugas (Kapan tugas ini dikumpulkan?, Apakah
kami diberi tugas?)
3. Pertanyaan mengenai informasi (Bagaimana mengeja ‘vertikal’?,
Apakah yang disebut pensiun?)
4. Pertanyaan mengenai pemahaman (Mengapa karbondioksida mem-
bakar tangan saya?)
66
4. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Dialog Kreatif
Ada beberapa jenis pertanyaan yang harus mendapat perhatian, agar
belajar mengajar efektif
1) Pertanyaan mengingat
Tujuan pertanyaan mengingat adalah untuk menentukan apakah
mahasiswa mendapat sejumlah informasi faktual yang diinginkan,
dosen meminta mahasiswa mengingat informasi spesifik tertentu yang
telah mereka pelajari sebelumnya, dan hanya ada satu jawaban yang
benar.
2) Pertanyaan Deskriptif
Pertanyaan deskriptif membawa mahasiswa merangkai dan meng-
organisir fakta yang telah mereka kumpulkan untuk mendapatkan
pemahaman atas data yang mereka miliki.

67
3) Pertanyaan yang Bersifat Menjelaskan (Explanatory Questions)
Explanatory question tidak hanya menuntut mahasiswa untuk
mengingat dan mengorganisir materi, tetapi juga membuat kesimpulan
dan mencari efek sebab akibat. Pertanyaan jenis ini menuntut
mahasiswa menganalisis data, membagi komponen-komponen
informasi, dan menjelaskan mengapa bagian-bagian tersebut
dihubungkan. Mahasiswa harus mengatakan mengapa mereka memberi
pemikiran tertentu. Dengan kata lain menjelaskan alasan di balik
jawaban mereka.
4) Pertanyaan Sintesa
Hasil yang diharapkan dari pertanyaan ini adalah agar mahasiswa
mampu memberi gagasan mengenai hubungan atau relasi yang
didukung oleh data tertentu dan dasarnya. Pertanyaan sintesa menuntut
mahasiswa untuk menggabungkan, membuat kombinasi,
menghubungkan, membuat relasi, atau menghubungkan bagian-bagian
rangkaian yang terpisah.
68
Mereka diminta untuk mencari hubungan, membentuk hubungan dan
menarik kesimpulan. Banyak jawaban yang mungkin diberikan
mahasiswa berdasarkan semua data yang mereka yakini mendukung.
Lebih banyak fakta yang mereka miliki untuk mendukung kesimpulan,
semakin baik kesimpulan mereka.

5) Pertanyaan Menilai
Pertanyaan ini menuntut kemampuan mahasiswa memilih alternatif,
membuat penilaian, seperti yang mana dari dua kemungkinan ini yang
terbaik menurut kriteria yang telah mapan. Dengan kata lain mahasiswa
diminta untuk memilih atau menilai kualitas hubungan (relasi) atau
kesimpulan dengan berdasarkan pilihan pada serangkaian karakteristik
atau kriteria yang dimiliki dalam tingkatan yang lebih tinggi oleh
alternatif dalam pertanyaan.

69
6) Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka menuntut mahasiswa mencari dan menentukan
sendiri apa yang mereka pikirkan dapat diterima sebagai jawaban.
Tidak ada jawaban yang lebih benar dari yang lain. Guilford
menyebutkan aktivitas ini lebih divergen daripada pemikiran
konvergen, suatu misal “Bagaimana menjelaskan ‘keadilan’?”

J. Pembelajaran Kreatif dan Produktif


1) Landasan Pengembangan
Karakteristik penting dari setia pendekatan tersebut diintegrasikan
sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan mahasiswa
mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber
dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji. Beberapa
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

70
1) Keterlibatan mahasiswa secara intelektual dan emosional dalam
pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian
kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep
bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil eksplorasi
tersebut. Mahasiswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai
sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji.
Eksplorasi ini akan memungkinkan mahasiswa melakukan interaksi
dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk
mengkonstruksi pengetahuan.
2) Mahasiswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep
yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai
cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini,
konsep tidak ditransfer oleh dosen kepada mahasiswa, tetapi dibentuk
sendiri oleh mahasiswa berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang terjadi ketika melakukan eksplorasi serta interpretasi.

71
3) Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan
tugas bersama. Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi,
interpretasi, dan re-kreasi. Di samping itu, mahasiswa juga mendapat
kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan satu tugas.
Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta re-kreasi dan
pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya
pengalaman.
4) Pada dasarnya, untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras,
berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri (Erwin Segal, dalam Black,
2003). Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan
dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan mahasiswa dan
dosen merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting
kurikulum. Dosen mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa
berpikir keras, kemudian mengejar pendapat mahasiswa tentang idea-idea
besar dari berbagai perspektif. Dosen juga mendorong mahasiswa untuk
menunjukkan/mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik
penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri (Black, 2003).
72
2. Tujuan (Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring)
Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini
antara lain :
1) pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atua masalah tertentu
2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, serta
3) kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut
Dari segi dampak pengiring (nurturant effects), melalui model pembelajaran
kreatif dan produktif diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis
dan kreatif, bertanggung jawab, serta bekerja sama.
3. Kegiatan Pembelajaran
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi empat langkah,
yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan re-kreasi. Setiap langkah dapat
dikembangkan lebih lanjut oleh para dosen, dengan berpegang pada
hakikat setiap langkah: 1) orientasi, 2) eksplirasi, 3) interpretasi, 4) re-
kreasi, 5) evaluasi
73
Kesimpulan
• Pembelajaran terpadu menurut R. Fogarty (1991) ada 10 model keterpaduan:
a. Interdisiplin terdiri dari :
1. Fragmentasi
2. Koneksi
3. Sarang burung
b. Antar disiplin terdiri dari :
1. Sekuens 4. Untaian
2. Pembagian 5. Integrasi
Jaringan
c. Inter dan antar disiplin, minat individu dan sumber belajar terdiri dari :
1. Intensif fokus dengan hanya satu bidang
2. Intensif dan ekstensif dengan fokus satu masalah
• Pengajaran melalui pemecahan masalah terdiri atas lima langkah :
1. Identifikasi masalah 4. Pengujian alternatif
2. Pengembangan alternative 5. Pengambilan keputusan
3. Pengumpulan data
74
• Isu kontroversial (Muessing, 1975:4) “Sesuatu yang mudah diterima oleh
seseorang/kelompok, tetapi juga mudah ditolak oleh orang/kelompok lain.
• Pengajaran melalui studi kasus melalui langkah-langkah :
1. Menentukan pokok/sub pokok bahasan
2. Mengembangkan bahan pelajaran
3. Mengembangkan kasus
4. Merencanakan proses
5. Melaksanakan penilaian
• Menurut Gilliom (1977) ada 9 jenis studi kasus
1. Kasus pengadilan 6. Laporan saksi mata
2. Episoda terbuka 7. Vignettes
3. Uraian tafsiran 8. Kronik
4. Dasar dokumen 9. Uraian/naratif
5. Uraian/naratif

75
• Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning
1. Merancang rencana program pembelajaran
2. Merancang lembar observasi yang akan digunakan mengobservasi
proses pembelajaran
3. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, dosen
mengarahkan dan membimbing mengenai materi, sikap dan perilaku
selama proses belajar
4. Mempresentasikan hasil kerja, refleksi
• Model VCT dapat dilihat dari proses kegiatan belajar siswa yang
terjadi,
antara lain :
1. Proses kegiatan belajar siswa yang bersifat klarifikasi, di mana
siswa memulai berbagai potensi dirinya mencari dan mengkaji
kejelasan nilai dan norma yang disampaikan.
2. Proses kegiatan belajar siswa bersifat spiritualisasi dan penilaian
melalui kata hati (valuing)
3. Bersamaan dengan proses valuing juga terjadi proses pelaksanaan
diri atau berperan serta 76
• Empat langkah pemakaian metode ceramah meliputi :
1. Tahap persiapan ceramah 3. Tahap pengembangan ceramah
2. Tahap awal ceramah 4. Tahap akhir ceramah
• Adapun tahap-tahap adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan ceramah mencakup: mengorganisasi isi pelajaran
yang akan diceramahkan, mempersiapkan penguasaan isi pelajaran
yang akan diceramahkan, memilih dan mempersiapkan media
instruksional atau alat bantu pembelajaran yang akan digunakan dalam
ceramah.
2. Tahap awal ceramah mencakup: peningkatan hubungan guru-siswa,
meningkat kan perhatian siswa, mengemukakan pokok-pokok isi ceramah
3 Tahap pengembangan ceramah mencakup: memberi keterampilan secara
singkat dan jelas, mempergunakan papan tulis, menerangkan kembali dengan
menggunakan istilah atau kata-kata yang lebih jelas, memperinci dan
memperluas pelajaran, memberikan balikan (feed back) sebanyak-banyaknya
selama berceramah, mengatur alokasi waktu ceramah, dan
4. Tahap akhir ceramah.
• Prosedur pembelajaran kreatif dan produktif : 1) Orientasi, 2)
Eksplorasi,
77
3) Interpretasi, 4) Re-kreasi, dan 5) Evaluasi
BAB IV
MEDIA PEMBELAJARAN PPKN/IPS
Kompetensi Dasar
- Mahasiswa mengetahui media pembelajaran PPKN, dapat membuat salah
satu media serta mampu mengemukakannya
Indikator
- Menjelaskan media pembelajaran
- Menganalisis manfaat media pembelajaran
- Menganalisis salah satu media pembelajaran PPKN baik itu kelebihan
maupun kekurangan
- Menyebutkan kriteria pemilihan media
- Menjelaskan prinsip-prinsip pemanfaatan media
- Membuat salah satu media sesuai pokok bahasan yang dibawakan
mahasiswa dalam peer teaching/micro teaching.
- Menggunakan media yang dipilihnya dalam kegiatan peer teaching/micro
teaching
78
Media
- Macam-macam media (media realita/model/gambar/foto/grafik/OHP/media
audio/video

Sumber lain :
- Buku/referensi lain yang relevan
- Survei ke PUSTEKKOM/PSB Universitas Negeri Jakarta

Pengembangan dan Pembuatan Media Pembelajaran PPKN/IPS


A.Media pembelajaran pengetahuan sosial
B. Manfaat media pembelajaran pengetahuan sosial
1) Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
79
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja
7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar
8) Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

C. Jenis Media dan Karakteristik


- Media Realita : adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan
atau sumber belajar
- Model : diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimensi
yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang
sesungguhnya
- Gambar / foto : adalah media yang paling umum dipakai dalam
pembelajaran
- Grafik : merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis,
titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data
kuantitatif
80
Beberapa kelebihan media transparansi :
- Tidak memerlukan ruangan gelap, sehingga aktivitas belajar siswa dapat berjalan
seperti biasa
- Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas dan ruangan, dan bisa
disajikan tanpa layar khusus (langsung ke dinding kelas)
- Memberi kemungkinan siswa mencatat informasi yang ditayangkan
- Bisa disajikan dengan berbagai variasi yang menarik sehingga tidak membosankan
- Transparansi dapat dicopy dan dibagikan kepada siswa sebagai hand out
- Dapat dipakai guru sebagai pointer (pokok-pokok pointer) mengajar
- Dapat dipakai berulang-ulang
- Guru dapat mengatur, mengurutkan dan merevisi materi yang akan disajikan. Guru
juga bebas mengatur waktu, kecepatan dan teknik penyajiannya.
- Mudah pembuatannya, tulisan dapat dihapus, ditambah atau dikurangi serta mudah
pengoperasiannya
- Visual yang disajikan jauh lebih menarik dibandingkan kalau hanya digambar di
papan tulis
- Guru dapat bertatap muka (tidak perlu membelakangi siswa) sambil menggunakan
OHP
- Lebih bersih dan sehat jika dibandingkan dengan menggunakan kapur dan papan tulis
81
Beberapa kelemahan media transparansi yang perlu diperhatiakn :
- Tergantung pada adanya aliran listrik
- Urutan penyajiannya mudah kacau jika sebelumnya tidak dipersiapkan
secara sistematis
- Bagi sekolah-sekolah tertentu, pengadaan peralatannya dirasakan mahal
- Bila rusak, misalnya putus lampunya, suku cadangnya sulit diperoleh,
khususnya untuk sekolah yang jauh dari kota besar
- Untuk jenis OHP tertentu, tidak mudah dibawa ke mana-mana

Media Audio
Media audio yang dibahas di sini khusus kaset audio, karena media inilah
yang paling sering digunakan di sekolah. Program kaset audio termasuk media
yang sudah memasyarakat sehingga ke pelosok pedesaan. Program kaset
audio merupakan sumber yang cukup ekonomis, karena biaya yang diperlukan
untuk pengadaan dan perawatannya cukup murah

82
Beberapa kelebihan program audio :
- Materi pelajaran yang sudah terekam tak akan berubah, jika diperlukan
bisa digandakan berkali-kali sesuai jumlah yang dibutuhkan
- Untuk jumlah sasaran yang banyak, biaya produksi dan penggandaannya
relatif murah. Jika diperlukan, rekaman dapat dihapus dan kasetnya masih
dapat dipergunakan ulang.
- Peralatan penyajiannya (tape recorder) juga termasuk murah dibandingkan
dengan peralatan audio visual lainnya. Pengoperasian dan perawatannya
juga mudah, tempat perbaikan (bengkel) mudah ditemukan di sekitar
sekolah
- Program kaset audio dapat menyajikan kegiatan, materi pelajaran dan
sumber belajar yang berasal dari luar kelas/sekolah seperti: hasil
wawancara, rekaman peristiwa, dokumentasi, dan lain-lain sehingga dapat
memperkaya pengalaman belajar siswa.
- Program audio sangat cocok untuk menyajikan materi pelajaran yang
bersifat auditif, seperti pelajaran bahasa asing dan seni suara.
83
- Program audio mampu menciptakan suasana yang imajinatif dan
membangkitkan sentuhan emosional bagi siswa. Dalam pelajaran sejarah
misalnya, kita tidak mungkin memperoleh suara asli Patih Gajah Mada,
melalui program audio, secara imajinatif kita bisa menghadirkan suara
tokoh Gajah Mada yang gagah berani dan patriotik. Program ini bisa
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan afektif kepada
siswa sehingga memberikan kesan mendalam di hati sisa.
Adapun kelemahannya :
- Daya jangkaunya terbatas, bisa didengarkan secara massal (kecuali
disiarkan melalui radio)
- Jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya
produksi menjadi mahal
- Cenderung verbalistik karena semua informasi hanya disajikan melalui
suara, sehingga sulit dipergunakan untuk menyajikan materi yang bersifat
sangat teknis, praktek dan eksak.

84
D. Kriteria Pemilihan Media
Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media
pembelajaran diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan 5. Biaya
2. Sasaran didik 6. Ketersediaan
3. Karakteristik media yang bersangkutan 7. Konteks penggunaan
4. Waktu 8. Mutu teknis
Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan
media pembelajaran, yaitu :
Setiap jenis media, memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada satu jenis
media yang cocok untuk semua macam proses belajar dan dapat mencapai
semua tujuan belajar. Ibaratnya tidak ada satu jenis obat yang manjur untuk
semua jenis penyakit.
- Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang perlu. Namun
harap diingat, bahwa penggunaan media yang terlalu banyak sekaligus dalam
suatu kegiatan pembelajaran, justru akan membingungkan siswa dan tidak
akan memperjelas pelajaran. Oleh karena itu, gunakan media seperlunya.
85
- Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif. Lebih baik
menggunakan media yang sederhana yang dapat mengaktifkan seluruh siswa
daripada media canggih namun justru membuat siswa kita terheran-heran
pasif
- Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam
penyusunan rencana pelajaran. Tentukan bagian materi mana yang akan kita
sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik
penggunaannya
- Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau
sekedar pengisi waktu kosong saja. Jika siswa sadar bahwa media yang
digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu
muncul setia kali guru menggunakan media.
- Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan
media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses kegiatan belajar
mengajar tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran
proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita
menggunakan media elektronik
86
KESIMPULAN
Manfaat media pembelajaran
1. Menyampaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
7. Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Kriteria pemilihan media


1. Tujuan 5. Biaya
2. Sasaran didik 6. Ketersediaan
3. Karakteristik media yang bersangkutan 7. Konteks penggunaan
4. Waktu 8. Mutu teknis

87
BAB VI
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN PPKN

Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui evaluasi dalam pembelajaran PKN, serta dapat membuat
alat evaluasi baik ‘test’ maupun ‘non tes’.

Indikator
Mahasiswa dapat :
- Menjelaskan pengertian evaluasi dalam pembelajaran PKN
- Membuat bagan pembagian alat evaluasi (tes-nontes)
- Menganalisis kelebihan dan kekurangan alat evaluasi ‘non tes’
- Menganalisis kelebihan dan kekurangan alat evaluasi ‘tes’
- Membuat alat evaluasi ‘tes’ sesuai pokok bahasan yang akan dibawakan saat
micro teaching
- Membuat alat evaluasi ‘non tes’ sesuai pokok bahasan yang akan digunakan
saat micro teaching/peer group
88
Media :
- Bagan alat evaluasi
- Contoh-contoh alat evaluasi ‘tes’ maupun ‘non tes’
- Power point/OHP transparansi tentang alat evaluasi

Sumber lain :
- Buku/referensi lain yang relevan
- Bahan-bahan evaluasi “UN”, EBTANAS, tes lokal
- Koran/majalah tentang “polemik” atau evaluasi
- Buku “teknik pembuatan alat evaluasi “tes”
Penilaian adalah proses memperoleh informasi, untuk tujuan-tujuan
pengambilan keputusan tentang kebijaksanaan pendidikan, tentang kurikulum
dan program pendidikan atau tentang kegiatan belajar siswa (AFT, 1989).
Evaluasi dalam pembelajaran social studies dilakukan secara continue, utuh,
menyeluruh. Baik evaluasi proses maupun hasil alat evaluasi berupa tes dan
non tes.
89
- Lisan
Tes subjektif
Tes - Tertulis
Tes objektif
- Tes Perbuatan

Alat Evaluasi - Observasi


- Daftar Cek (Check
List)
- Temu Wicara
(Conference)
Non Tes - Catatan Harian
(Anecdotal record)
- Hasil Karya Siswa
(Work Samples)
- Rangkuman 90
A. Tes
1. Tes Lisan : Dalam tes ini peserta tes langsung berhadapan dengan pemberi tes
atau penguji. Soal diajukan untuk pengujian secara lisan dan dijawab secara lisan
pula oleh orang-orang yang dites.
2. Tes Tertulis : Tes tertulis adalah bentuk tes yang paling banyak digunakan. Tes
tertulis dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu tes subjektif dan tes objektif.
Keuntungan tes tertulis antara lain waktu yang digunakan sangat efisien, seluruh
peserta tes memperoleh soal yang sama dan menerima beban tes yang sama.
Objektivitas dapat terjamin, butir soal tes yang dibuat dapat mengungkapkan
cukup luas materi.

B. Beberapa bentuk alat evaluasi non tes diantaranya :


1. Observasi 5. Hasil karya siswa (works samples)
2. Daftar cek (checklist) 6. Rangkuman pengalaman (Experience)
3. Temu wicara (conference) 7. Daftar catatan harian (diaries and logs)
4. Catatan harian (anecdotal records)
91
1) Observasi
Teknik ini merupakan yang “terbaik” dalam melihat kemajuan dan
mengidentifikasi kebutuhan belajar mahasiswa. Penggunaan observasi sebagai
teknik evaluasi mensyaratkan :
a. Ketepatan dan kejelasan ciri-ciri perilaku (behavioral traits) dan kemampuan-
kemampuan apa yang hendak dievaluasi
b. Ketepatan dalam memilih mahasiswa untuk keperluan observasi intensif dan
untuk keperluan observasi “in general”.
c. Hasil-hasil observasi harus dicatat dan tidak sekedar diingat dalam pikiran.
Namun harus disadari bahwa observasi merupakan teknik evaluasi yang sangat
tinggi tingkat “ketidakpercayaannya”.
2) Daftar Cek (checklist)
Teknik ini dapat digunakan untuk mengakses kinerja kelompok maupun
individual. Sangat baik digunakan dalam aktivitas pelaporan kelompok maupun
individual, presentasi informasi-informasi baru, penggunaan bahan-bahan visual
oleh mahasiswa, bahkan untuk keperluan evaluasi diri mahasiswa.
Penggunaannya dapat dipadukan dengan teknik observasi, sehingga akan dicapai
tingkat reliabilitas dan objektivitas yang lebih tinggi. Bentuk umum digunakan
dalam teknik ini adalah “skala-jenjang perilaku” (behavior rating scales).
92
3) Temu Wicara (conference)
Teknik temu wicara ini dapat mengajarkan kepada mahasiswa bagaimana
mereka melakukan evaluasi terhadap pekerjaannya sendiri, yang sangat
penting artinya bagi proses pengarahan diri “self direction”. Temu wicara
antara dosen dan mahasiswa sangat membantu dalam mengungkapkan
persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan belajar mahasiswa.
4) Catatan Harian (anecdotal record)
Catatan harian sebagai deskripsi berbagai kejadian dan situasi kehidupan
siswa, merupakan koleksi dan sumber yang lengkap mengenai perilaku
mahasiswa dan perubahannya dalam suatu kurun waktu tertentu.
5) Hasil Karya Siswa (works samples)
Pemilihan contoh (sampel) hasil karya mahasiswa untuk keperluan
evaluasi harus dilakukan dengan mengambil sampel yang mengindikasikan
“status” mahasiswa pada titik-titik tertentu dalam kurun waktu tertentu.

93
Pengambilan contoh-contoh karya mahasiswa pada “setiap titik status
tertentu” dari rentang waktu tertentu, tidak semua mahasiswa selesai
membuat sebuah karya ini. Untuk menghindari terjadinya ‘kehamparasaan’
(imperceptible) yang tidak memberikan sedikitpun makna terhadap
perubahan status yang terjadi di dalam kinerja mahasiswa. Dengan kata
lain harus ada waktu interval diantara dua contoh karya yang
mengidentifikasikan bukti perubahan.
6) Rangkuman Pengalaman (experience summaries)
Pada dasarnya rangkuman pengalaman ini dikonstruksi atas kerjasama
dosen dengan kelas. Digunakan untuk mengevaluasi pengalaman tunggal
yang terjadi setelah melakukan kegiatan kelas. Contoh: setelah melakukan
widyawisata, untuk IPS dapat juga mahasiswa mengunjungi Lab IPS
terpadu di situs Ratu Boko Yogyakarta. Di sana dapat dilihat dari aspek
geografi adanya “patahan” dan perubahan-perubahan bentuk fisik bumi.

94
Aspek politik lokasi ini dalam “perebutan wilayah” antara Yogyakarta dan
Jawa Tengah, yang masing-masing mengklaim itu sebagai wilayahnya.
Aspek sejarah adanya Candi Prambanan. Aspek modern kompleks ini
dijadikan objek wisata. Aspek sosiologis diantaranya adanya status sosial
dan lain sebagainya.

7) Daftar Catatan Harian diaries and logs)


Seperti halnya rangkuman pengalaman, daftar catatan harian ini berbasis
“kesinambungan”. Teknik ini dapat digunakan untuk mereview dan
mengecek rencana-rencana sebelumnya, dan keputusan-keputusan yang
dibuat sebagai unit kemajuan. Secara prosedural teknik ini dilakukan pada
setia akhir tahapan pelaksanaan suatu unit tertentu.

95
Kesimpulan
• Penilaian adalah proses memperoleh informasi, untuk tujuan pengambilan
keputusan tentang kebijaksanaan pendidikan, kurikulum, program pendidikan,
kegiatan belajar siswa (AFT, 1989)
• Bentuk alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
mahasiswa, alat evaluasi :
Tes - Lisan - Tes objektif
- Tertulis -
Perbuatan/penampilan/performance
- Tes subjektif
Non Tes :
- Observasi
- Daftar cek (check list)
- Temu wicara (conference)
- Catatan harian (anecdotal record)
- Hasil karya siswa (work samples)
- Rangkuman pengalaman (experiences
summaries) 96
- Daftar catatan harian (diaries and logs)
Selesai

97

You might also like