Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis
3
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup epistimologi,
etika, estetika, metafisika, serta sosial dan politis.
a. Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat
mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pendididkan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat akan besar
pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran hasil
kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Berikut
diantara hasil kajian filsafat dalam bidang pendidikan
a) Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk didunia ini,
seperti yang disimpulkan zoon politicon, homo sapiens, animal
aducantum, dan sebagainya.
b) Masyarakat dan kebudayaannya
c) Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan; dan
d) Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan (wayan ardhana, 1986: modul 1)
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamanya tentang konsepsi manusia dan
dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.
Berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran dunianya
yang dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat ternyata sangat
bervariasi, bahkan kadang-kadang bertentangan. Secar historis terdapat dua
alira yang saling bertentangan yakni idealisme dan naturalisme (positivisme),
dengan segala variasinya masing-masing (Abu Hanifah, 1950). Di samping
kedua aliran tersebut telah berkembang pula beberapa aliran lain, sehingga
terdapat aliran-aliran filsafat materi filsafat cita, filsafat hidup, filsafat
hakekat, filsafat eksistensi, dan filsafat ujud (Beerling 1951:40). Wayan
ardhana, dan kawan-kawan (1986: modul 1/12-18) mengemukakan bahwa
aliran-aliranh filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga
telah melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti :
a) Idealisme.
b) Realisme.
c) Perenialisme.
4
d) Esensialisme.
e) Pragmatisme dan progresivisme.
f) Eksistensialime
Sedangkan Waini Rasyidin (dalam Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992:
145-150) membedakan antara aliran filsafat dan mazhab filsafat pendidikan,
yakni : aliran filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah
idealisme, realisme (positivisme, meterialisme), neothomisme dan
pragmatisme; sedangkan mazhab filsafat pendidikan adalah esensialisme,
perenialisme, progresivismme dan rekronstruksionisme. baik sebagai aliran
filsafat maupun mazhab filsafat pendidikan, pandangan-pandangan tentang
mannusia da dunianya pada umumnya ikut mempengaruhi konsepsi atau
penyelenggaraan pendidikan.
5
menegaskan bahwa pembangunan nasional mengusahakan antara lain: “
pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri” (Undang-Undang, 1992: 24). Sedangkan
ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan pancasila menegaskan pula bahwa pancasila itu jiwa seluruh
rakyat Indonesia,kepribadian bangsa indonesia, pandangan hidup bangsa
indonesia dan dasar negara RI. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan
mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
segala nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan
tindakan dalam pendidikan, artian pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam
pendidikan.
2. Landasan sosiologis
6
oleh August Comte(1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan psitif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari
berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat
banyaknya realitas sosial maka lahirlah cabang ilmu sosiologi.
a. Pengertian tentang landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara
dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda
mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi dilembaga
sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologis
pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian
sosiologi pada pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi soaial di dalam sistem pendidikan. Berikut ruang
lingkupnya:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan masyarakat lain, yang mempelajari:
a) Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b) Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial, dan sistem
kekuasaan.
c) Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses
sosial dan perubahan kebudayaan.
d) Hubungan pendidikan dan kelas sosal atau sistem status.
e) Fungsionalisasi siistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan
ras, kebudayaan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2) Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a) Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan
di luar sekolah.
b) Pola interaksi sosial atau sttruktur masyarakat sekolah.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya yang mempelajari:
a) Peranan sosial guru.
b) Sifat kepribadian guru.
c) Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d) Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
7
a) Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya
terhadap organisasi sekolah.
b) Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi dalam
sistemm sosial komunitas kaum tidakk terpelajar.
c) Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan
organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana
untuk memahami sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan
masyarakat.
Kajian tentang sosiologi pendidikan pada prinsipnya mencakup semua
jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Khusus untuk jalur pendidikann luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia.
Selanjutnya, disamping sekolah dan kelurga proses pendidikan sangat
dipengaruhi pula berbagai kelompok sosial masyarakat, seperti kelompok
keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka, dan lain-lain. Terdapat satu
kelolmpok khusus yang datangnya bukan dari orang biasa, tetapi dari anak-
anak lain yang hampir seusia yang disebut kelompok sebaya. Kelompok ini
juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat searah
dengan bertambahnya usia anak. Kkelompok ini terdiri dari individu yang
rata-rata usianya hampir sama yang mempunyai kepentingan tertentu yang
bersifat sangat sementara. Disamping itu kelompok sebya memberikan jalan
kepada anak untuk lebih independen, memahami solidaritas dan
menumbuhkan sikap kerja sama serta membuka horison anak lebih luas.
Paparan tersebut menyoroti terutama pengaruh masyarakat terhadap
pendidikan. Dimulai dari keluarga, kelompok sebaya dan sebagainya. Dan
tentu tidak kala pentingnya adalah pengaruh pendididkan terhadap
masyarakat. Tentang hal ini, terdapat suatu persoalan klasik yang telah dikaji
sejak dulu. Permesalahan yang dimaksudadalah dengan kaitannya dengan
tujuan pendidikan, yakni yang harus mendapat penekanan: apakah pendidikan
mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakatnya (penekanan pada
sosialisasi), atau mempersiapkan anak untuk merombak/memperbaharui
masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Seperti di banyak negara,
8
pendidikan yang dilaksanakan pada umumnya tidak memilih salah satu kutub
pendapat tersebut, tetapi diupayakan keseimbangan antara pelestarian dan
pengembangan.
9
Pada zaman penjajahan sifat dasar masyarakat indonesia yang
menonjol adalah :
1) Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok sosial atau golongan
sosial jajahan yang sering kali memiliki sub-kebudayaan sendiri.
2) Memiliki struktr sosial yang terbagi-bagi
3) Seringkali anggota masyrakat atau kelompok tidak mengembangkan
konsensus di antara mereka terhadap nilai-nilai yang bersifat
mendasar.
4) Di antara kelompok, relatif sering kali mengalami konfli-konflik.
5) Terdapat saling ketergantungan di bidang ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok –
kelompok sosial yang lain
7) Secara relatif integrasi sosial sukar dapat tumbuh.
10
di suatu “lokal” tertentu. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia
indonesia dengan wawasan nusantara dengan berjiwa nasional akan tetapi
yang memahami dan menyatu dengan lingkungan (alam, sosial, dan budaya)
di sekitarnya.
3. Landasan kultural
11
contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan
mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu
dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan pada siapa mengatakannya.
Contoh lain, setiap masyarakat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam
berpakaian. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan
kemudian menerapkansebagai tingkah lakunya sendiri menjadikan anak
sebagai anggota masyarakt. Oleh sebab itu, anak-anak mesti diajarkan pola-
pola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Dengan kata lain , fungsi pokok setiap sistem pendidikan adalah
untuk mengajarkan anak-anak pola yingkah laku yanng esensial tersebut
(Redja Mudyaharjo, 1992: 45).
12
peserta didik dengan lingkungannya (alam, sosial, dan budaya) dan sebaiknya
dapat mengembangkannya. Oleh karena itu, muatan lokal tidak hanya
sekedar meneruskan minat akan kemahiran daerah tertentu, tetapi juga
serentak memperbaiki/meningkatkannya sesuai dengan perkembangan
iptek/seni, dan atau kebutuhan masyarakat.
4. Landasan psikologis
13
Pemahaman peserta didik yang berkaiytan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan dalam
penerapannya dalam bidang pendidikan.
1) Kebutuhan fisiologis;
14
2) Kebutuhan rasa aman;
BAB III
KESIMPULAN
15