You are on page 1of 12

1

PENTINGNYA PENDIDIKAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Oleh
E. Kosmayadi

Dalam ajaran Islam, pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting

karena manusia sebagai wakil Allah SWT di muka bumi memikul tugas dan

tanggungjawab yang cukup berat. Oleh karena itu, agar manusia mampu

menjalankan tanggungjawabnya dengan baik diperlukan sikap personalitas yang

berkualitas dan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kehendak Allah. Hal itu

hanya dapat dipenuhi melalui proses pendidikan.

Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah yang taat,

sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat 56, yang artinya

:”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mengabdi

(ibadah) kepada-Ku. “ Manusia diperintah untuk beribadah hanya kepada Allah,

karena tidak ada tuhan selain Dia. “Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan

bagimu selain-Nya” (Q.S. Al-A’raaf: 59).

Tugas manusia yang kedua adalah sebagai khalifah di muka bumi, yang

menuntut tanggungjawab yang berat. Tanggungjawab tersebut berkaitan erat

dengan pernyataan Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 30, yang artinya

:”Ingatlah ketika Allah berfirman kepada malaikat: Aku akan menciptakan

seorang khalifah di muka bumi”. Bumi yang merupakan tempat tinggal bagi

manusia untuk sementara, pengelolaanya diserahkan kepada manusia. Hal ini

ditegaskan oleh Allah dalam Al Quran surat Al-An’am ayat 165 yang artinya
2

“Dan Dialah yang menjadikan kamu pengelola bumi”. Mengelola berarti

menjaga, memelihara, melestarikan, memberdayakan dan memanfaatkannya

untuk dijadikan sarana penunjang dalam beribadah kepada Allah. Bukan

sebaliknya, yakni menciptakan kerusakan di muka bumi atau merasa bangga

menjadi perusak alam. Allah sangat membenci orang-orang yang membuat

kerusakan di muka bumi dan malapetaka akan menimpa manusia itu sendiri

apabila memperlakukan alam sekehendak hatinya, sebagaimana firman-Nya

dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya :”Telah nampak kerusakan di darat

dan di laut disebabkan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang

benar)”.

Diangkatnya manusia sebagai khalifah tidak semata-mata perintah Allah,

melainkan ada kesanggupan dari manusia itu sendiri, setelah makhluk lain

menolaknya karena khawatir akan menghianatinya. Dengan kata lain, hanya

manusia yang sanggup mengemban amanah Allah yang maha berat itu. (QS.Al

Ahzab: 72) .

Penghambaan manusia kepada Allah yang dibuktikan dalam bentuk

beribadah kepada-Nya, pada hakekatnya merupakan perwujudan rasa syukur atas

segala karunia dan ni’mat Allah. Orang yang beriman menyadari bahwa dirinya

telah menerima limpahan kasih sayang yang tak terhingga dari Allah, dengan

diangkatnya derajat manusia yang lebih tinggi dari mahkluk lainnya. Diberinya

akal dan kemampuan berpikir merupakan sarana yang ampuh dalam rangka
3

mengemban tugas sebagai khalifah. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

dengan peranan akal, sehingga pentingnya pendidikan dalam pandangan Islam

berkaitan erat dengan penggunaan akal, hati, dan pancaindera untuk berpikir dan

mendekatkan diri kepada Allah.. Alangkah ruginya manusia yang telah banyak

menerima karunia dari Allah, tetapi tidak mau menggunakannya untuk

memikirkan ciptaan, kekuasaan, keesaan, dan keagungan sang Maha Pencipta

(Allah SWT). Derajat manusia yang tinggi itu dapat jatuh ke tempat yang lebih

rendah dari binatang (QS. Al-A’raf: 179).

Betapa pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah

manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia,

melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah.

Apabila semua itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan

kehilangan jatidirinya.

Namun perlu digarisbawahi, bahwa pendidikan yang dimaksud adalah

pendidikan berdasarkan konsep Islam sesuai dengan petunjuk Allah. Secara

garis besar, konsepsi pendidikan dalam Islam adalah mempertemukan pengaruh

dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan pengaruh pendidikan

diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang berproses ke arah

pembentukan kepribadian yang sempurna.

Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan kepada

pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih

menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian


4

yang utuh dan bulat. Pendidikan Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan

yang tuntas sesuai dengan firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yang

artinya :”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Bagi manusia pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan

mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-

pribadi muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat

kemanusiaan sebagai khalifah di atas bumi. Penghargaan Allah terhadap orang-

orang yang berilmu dan berpendidikan dilukiskan pada ayat berikut. “Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang

diberi pengetahuan derajat (yang banyak) (QS. Al Mujadalah 11 “. maka

bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak

mengetahui” (QS, An-Nahl 43). “Katakanlah :”Adakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui” (QS.Az.Zumar:9).

Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu

pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat

pendidikan dan pengajaran dengan makna luas dan mendalam. Prilaku Nabi

Muhammad saw sendiri, selama hayatnya sarat dengan nilai-nilai pendidikan

yang tinggi.

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam ajaran Islam

pendidikan menduduki posisi yang sangat penting. Mengingat bahwa keberadaan


5

manusia di dunia ini mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat, baik

sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah di muka bumi. Kedua tugas

tersebut dalam pelaksanaanya merupakan satu kesatuan yang terintegrasi di

dalam prilaku seseorang. Dengan demikian, pendidikan memegang peranan

penting dalam membentuk manusia yang bersedia mengabdi kepada Allah,

dengan menyelaraskan aktivitas peribadatan dalam konteks hablum minallah,

hablum minannaas, dan hablum minal ‘alam.

Konsep Pendidikan Berdasarkan Agama Islam

Di dunia pendidikan saat ini banyak dikemukakan tentang konsep

pendidikan dari berbagai aliran dan pandangan. Dalam sistem pendidikan di

Indonesia, pembicaraan pendidikan didominasi oleh pendidikan formal dengan

konsep-konsep barat, tak terkecuali pada institusi pendidikan Islam. Dalam

pembahasan ini penulis kemukakan konsep pendidikan manusia berdasarkan

agama Islam yang berorientasi kepada pembentukan kepribadian muslim secara

utuh dan menyeluruh. Tujuannya tidak sebatas dunia, melainkan menjangkau

akhirat kelak. Dengan dilandasi kesadaran dan keyakinan bahwa manusia berasal

dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan

amalnya selama hidup di dunia. Pada dasarnya, konsep pendidikan dalam Islam

mengacu kepada Al Quran dan As Sunnah, bersifat universal dan berlaku

sepanjang hayat. Berikut ini penulis kemukakan beberapa ayat Al Quran dan

Hadits yang menjadi acuan dalam proses pendidikan Islam.


6

a. Dasar-dasar pendidikan Islam

Semua manusia memiliki potensi dasar untuk mengakui keesaan Allah,

diberi pancaindera sebagai sarana mencari ilmu pengetahuan, dan ada

kecenderungan untuk berbuat jahat/maksiat. Maka manusia perlu untuk dididik

agar potensi tersebut dapat dikembangkan dan perbuatan jahat dapat dihindari.

Dasar-dasar tersebut terdapat dalam al Quran, antara lain surat Al A’raf 172,

yang artinya .

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya) berfirman :”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab :”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).

Kemudian dalam QS As-Syamsi ayat 7–10, Allah mengisyaratkan adanya

dua kecenderungan manusia, yaitu ke jalan kebernaran dan kejahatan. Ayat

tersebut artinya:

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya); maka Allah


mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya;
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya itu; dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Dalam surat An-Nahl ayat 78, Allah berfirman yang artinya :”Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu, (ketika itu) kamu tidak mengetahui

sesuatu pun dan Allah menjadikan bagimu pendengaran dan penglihatan serta

hati”. Dengan demikian, dalam agama Islam, pendidikan bagi manusia memiliki

dasar yang kuat dan sangat penting, agar manusia dapat memenuhi janjinya

kepada Allah, serta dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.


7

b. Pendidikan di lingkungan keluarga

Dalam Islam, proses pendidikan berlangsung sepanjang hayat, dimulai

sejak masih dalam buaian ibu sampai ke akhir hayat. Sebagaimana sabda Nabi

Muhammad saw, bahwa :”Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat”.

Di dalam keluarga, yang paling berperan dalam melaksanakan pendidikan bagi

anak-anaknya adalah kedua orang tuanya (ayah dan ibu). Keduanya berkewajiban

mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan,

sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang menyatakan bahwa : “Setiap

anak dilahirkan di atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan

dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari).

Kewajiban utama dari kedua orangtua adalah menanamkan

akidah/keimanan ke dalam jiwa anak-anaknya, agar mengakui keesaan Allah,

sebagaimana yang telah dilakukan Luqman kepada anaknya dalam Surat

Luqman ayat 13, yang artinya :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberikan pelajaran kepadanya :”Hai anaku, janganlah kamu
menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.

Sebaliknya, anak-anak diperintahkan untuk selalu menghormati kedua

orang tuanya, sebagaimana firman Allah QS Al Israa : 24, yang artinya :”Dan

rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan

ucapkanlah :”Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Tetapi apabila orangtua

mengajarkan kemusyrikan, anak-anaknya tidak boleh menurutinya “Dan jika


8

keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak

ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.”

(QS Luqman:15). Konsep pendidikan seperti itu seyogyanya dilaksanakan oleh

para orang tua muslim sepanjang masa.

c. Pendidikan di Lingkungan Masyarakat

Dalam Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan

individu, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Oleh karena itu banyak juga ayat-ayat Al Quran yang menjadi dasar pentingnya

pendidikan bagi kemaslahatan umat secara keseluruhan. Berkaitan dengan ihtiar

yang dapat dilakukan oleh umat manusia untuk memperjuangkan kesejahteraan

suatu kelompok manusia, Allah berfirman dalam surat ar Ra’du ayat 11 yang

artinya :”Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka

merubah dirinya sendiri”. Dengan demikian dalam mencapai cita-cita, manusia

diperintahkan untuk bekerja keras. Selain itu, seseorang tidak akan memperoleh

apa-apa kalau tidak ada usaha yang dikerjakannya. Setiap orang akan

memperoleh hasil dari apa yang dikerjakannya, sebagaimana firman Allah Surat

An-Najm ayat 39: “Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh

selain apa yang telah diusahakannya”. Implikasinya, setiap orang harus diberi

kesempatan untuk berusaha sesuai dengan potensi yang dimilikinya, apalagi bagi

para peserta didik dalam proses belajar. Murid atau siswa tidak akan memperoleh

apa-apa, jika tidak diberi kesempatan belajar yang benar.


9

Konsep belajar/pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan

dan kepentingan umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa

dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai

sumber belajar. Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang

berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai

pemimpin. Firman Allah (QS Al Baqarah 30) menyatakan :”Sesungguhnya Aku

jadikan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di atas bumi” . Peserta didik

sebagai calon pemimpin perlu dikembangkan sifat kepemimpinannya, sekaligus

diperkenalkan dengan konsekuensi yang akan ia terima, yakni tanggungjawab.

Karena setiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta

pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah berfirman (QS Ali

Imran ayat 104, yang artinya :”Hendaklah ada di antara kamu suatu ummat yang

mengajak kepada kebajikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang

mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Pada Surat At Taubah

122 Allah menyatakan bahwa :”Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu

pergi semua (ke medan perang ). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama”

Dengan demikian, apa yang diharapkan oleh Allah, bahwa manusia

hendaknya menjadi manusia yang berilmu, diperlukan proses pendidikan yang


10

terintegrasi dan menyeluruh dengan menggunakan akal dan hatinya (ulil albab)

untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Dalam proses pendidikan Islam, untuk memotivasi, membiasakan,

memberi keteladan, dan melatih umat agar terbiasa dengan prilaku hidup yang

dilandasi nilai-nilai moral yang bersumber dari ajaran agama Islam, diperlukan

suri teladan yang baik dari para pendidik/guru/ulama. Keteladanan merupakan

hal yang sangat prinsipil, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rosul dan

diterangkan dalam Al Quran bahwa :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosul

itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah”.(QS.Al Ahzab 31). Selain itu diperlukan cara memberikan nasihat yang

baik, cara memberi peringatan yang bijaksana, dan rasa persahabatan. Hal lain

yang tak kalah pentingnya adalah upaya para pendidik agar terjadi proses

penguasaan ilmu oleh para peserta didik, dengan cara diberi kesempatan untuk

memperoleh sesuatu melalui berbagai metode ilmiah. Allah berfirman bahwa :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan; Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Paling Pemurah; Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam; Dan mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak
diketahuinya.(QS. Al –Alaq: 1-5)

Dengan berlandaskan konsep Al Quran seperti yang dikemukakan di atas,

menurut Suderadjat (2003:30).

Proses pembelajaran dalam Islam menggambarkan adanya tiga dimensi ,


yaitu dimensi proses penguasaan konsep keilmuan berintikan nilai,
dimensi materi keilmuan yang berintikan nilai, serta dimensi aplikasi
11

konsep keilmuan yang berintikan nilai dalam kehidupan sehari-hari,


dalam bentuk prilaku akhlak mulia yang berdampak rahmatan lil’alamin.

Dengan demikian tergambar dengan jelas bahwa tujuan dari pendidikan

Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim yang berakhlak mulia. Dengan

demikian diharapkan bahwa manusia muslim yang telah memperoleh pendidikan

dapat menjalankan kewajibannya, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai

khalifah di muka bumi. Ia dituntut untuk bertanggungjawab terhadap Allah,

terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap alam semesta.

Untuk mengetahui apakah proses pendidikan yang telah dijalankan

tersebut telah berhasil mencapai tujuannya atau belum, manusia sebenarnya tidak

memiliki hak untuk menilai. Karena dimensinya begitu luas, bahkan menyangkut

urusan hati dan keikhlasan yang keberadaanya hanya Allah yang mengetahui.

Namun demikian, bagi pendidik dapat melakukan observasi dengan melihat

beberapa indikator yang nampak secara lahiriyah, antara lain tercermin dalam

prilaku sehari-hari yang baik dalam ucapan maupun perbuatan. Seperti yang

tercermin pada akhlak Rosul yang digambarkan oleh Allah, bahwa :”Dan

sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS.Al Qalam:4).

Menurut Faishal bin Ahmad (1989:189) : ”Pokok-pokok akhlak yang baik

adalah (a) Benar, yakni ucapan yang sesuai dengan kenyataan, tidak ditambah

dan dikurangi. (b) Sopan santun murid tehadap guru, dan (c) Damai dan

mendamaikan.

Luasnya dimensi hasil pendidikan Islam dikemukakan juga oleh Jalaludin

dan Said (1996:60), yang menyatakan bahwa.


12

Dalam kaitaannya dengan evaluasi itu, pendidikan Islam telah


menggariskan tolok ukur yang serasi dengan tujuan pendidikannya. Baik
tujuan jangka pendek, maupun tujuan jangka panjang untuk
kesejahteraan hidup di akhirat nanti. Kedua tujuan tersebut menyatu
dalam sikap dan tingkah laku yang mencerminkan akhlak yang mulia ini
dapat dilihat dari cerminan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak yang mulia terlihat dalam penampilan sikap pengabdiannya
kepada Allah SWT. Dan kepada lingkungannya, baik kepada sesama
manusia, maupun terhadap alam semesta sekitarnya. Oleh kirena itu
dalam pendidikan Islam evaluasi lebih ditekankan kepada penguasaan
sikap (aspek afektif) ketimbang pengetahuan (aspek kognitif).

Dengan demikian, sulit rasanya jika manusia harus melakukan evaluasi

terhadap hasil pendidikan Islam secara hakiki. Karena tujuan pendidikan Islam

itu menjangkau ke alam metafisika (akhirat) yang tidak mungkin dapat dinilai

oleh manusia. Yang dapat diobservasi oleh sesama manusia hanyalah cerminan

dari akhlak mulia sebagai hasil pendidikan. Secara individu, manusia dianjurkan

untuk menghitung amalnya sendiri sebelum dihitung oleh Allah kelak di akhirat.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, kiranya dapat ditarik kesimpulan

bahwa konsep pendidikan dalam ajaran Islam jangan terjebak dalam konsep

pendidikan hasil pemikiran atau rumusan seseorang, melainkan harus mengacu

kepada Firman Allah dalam Al Quran. Bahwa pendidikan dalam Islam,

menitikberatkan kepada usaha sendiri dalam rangka mengaktualisasikan nilai-

nilai spiritual melalui pemberdayaan potensi pancaindera dan akal, sehingga

terbentuk seorang muslim yang kaafah.

You might also like