Professional Documents
Culture Documents
SEKTOR PUBLIK
RAHMADI MURWANTO
INSYAFIAH
SUBKHAN
Penulis:
Rahmadi Murwanto
Insyafiah
Subkhan
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-
Nya sehingga buku “Manajemen Kas Sektor Publik” telah selesai disusun. Dengan
demikian Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) melalui Lembaga
Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LPKPAP) dalam 3 tahun ini
telah berhasil menyusun kurang lebih 20 judul buku teks di bidang keuangan publik
dan akuntansi pemerintahan.
Buku “Manajemen Kas Sektor Publik” ini dapat diwujudkan melalui kerja
keras para penulis, nara sumber, dan tim pada LPKPAP BPPK. Buku ini melengkapi
seri-seri buku sebelumnya yaitu terutama yang berkaitan dengan ”Manajemen
Perbendaharaan Pemerintahan”, sedangkan materi dalam buku ini telah mengalami
beberapa kali penyempurnaan baik dengan kegiatan seminar maupun workshop
serta didukung dengan tambahan riset referensi.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi
kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini, khususnya kepada
para penulis; Sdr. Rahmadi Murwanto, Sdri. Insyafiah, dan Sdr. Subkhant, serta para
narasumber; Bpk. Herry Purnomo dan Bpk. Sonny Loho.
Buku “Manajemen Kas Sektor Publik” nantinya diharapkan akan dapat
memberikan sumbangsih pada pengembangan referensi tentang manajemen kas
sektor publik bagi masyarakat akademisi umumnya dan khususnya bagi para
pengambil keputusan dalam mengelola keuangan negara.
Akhir kata, selamat membaca dan semoga bermanfaat.
NOOR FUAD
Kepala Badan Diklat Keuangan
Kata Pengantar
Uang tunai atau sering disebut dengan kas merupakan komponen penting
dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Sebagian besar aktivitas pada suatu entitas,
apakah entitas bisnis ataupun entitas pemerintahan, selalu melibatkan uang tunai
dalam pelaksanaan kegiatannya. Hampir dapat dipastikan bahwa kas inilah yang
memiliki peranan sentral dalam menjaga kelangsungan sebuah aktivitas. Kegiatan-
kegiatan pembayaran atas suatu aktivitas sebagian besar didominasi dengan
menggunakan kas. Ini tak terlepas dari kondisi masa kini yang menjadikan uang tunai
sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Sangat jarang ditemukan dalam
sistem perekonomian sebuah negara saat ini yang tidak menggunakan uang tunai
sebagai alat pembayaran. Kegiatan pembayaran dengan menggunakan sistem barter
memang tidak ditinggalkan sepenuhnya. Namun kegiatan sistem barter dalam segala
hal memiliki banyak keterbatasan dibandingkan penggunaan uang tunai sebagai alat
pembayaran.
Buku ”Manajemen Kas Sektor Publik” ini menjelaskan bagaimana filosofi dan
cara pengelolaan kas yang dimiliki oleh suatu entitas dengan memperhatikan upaya-
upaya pengendalian yang baik sehingga dapat digunakan secara efisien dan efektif
dalam aktivitas operasional entitas tersebut. Buku ini merupakan wujud kontribusi
BPPK, sebagai salah satu institusi pendidikan di Indonesia, dalam berpartisipasi dan
berperan secara aktif memberikan sumbangsihnya demi peningkatan kualitas dan
profesionalisme pegawai, baik di jajaran Departemen Keuangan maupun kalangan
masyarakat yang memang memerlukan pengetahuan di bidang manajemen kas.
ii Manajemen Kas
Kami ucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu terbitnya buku ini, terutama kepada para narasumber, Bapak Noor
Fuad, Bapak Herry Purnomo, dan Bapak Sonny Loho serta pihak-pihak lain yang
telah memberikan masukan yang sangat berharga dalam penyusunan buku ini.
Kami mengharapkan agar buku ini dapat menjadi salah satu sumber
referensi/bahan ajar yang berguna, baik bagi jajaran Departemen Keuangan pada
khususnya maupun masyarakat luas pada umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Halaman
BAB VIII MANAJEMEN KAS PADA BENDAHARAWAN UMUM NEGARA ... 187
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Arus Kas/Uang pada KPPN Kantor Bank Indonesia .... 45
Gambar 2.2 Gambar Arus Kas/Uang pada KPPN Non KBI ......................... 47
Gambar 7.1 Contoh Perencanaan Kas dengan Program Spreadsheet ......... 172
Gambar 7.2 Laporan Rencana Penerimaan Kas untuk Satker .................... 179
Gambar 7.3 Laporan Rencana Pengeluaran Kas untuk Satker ................... 180
Gambar 7.4 Rekapitulasi Rencana Penerimaan Kas oleh KPPN .................. 181
Gambar 7.5 Rekapitulasi Rencana Pengeluaran Kas oleh KPPN ................. 182
Gambar 7.6 Laporan Rencana Penerimaan Kas Negara (DJP, DJBC, DJAPK,
Dit. Pengelolaan Pinjaman dan Hibah LN, Dit. PeSUN, dan
Dit. Pengelolaan Penerusan Pinjaman ...................................... 183
Gambar 9.4 Hubungan antar rekening pada KPPN KBI ............................... 231
Gambar 9.5 Hubungan antar rekening pada KPPN Non KBI ........................ 232
x Manajemen Kas
Gambar 10.2 Prosedur Pembayaran Kembali Pinjaman Luar Negeri ............. 267
Gambar 11.2 Tata Cara Pemberian Pembiayaan dari RDI ............................. 274
Gambar 11.3 Mekanisme Pencairan Dana Rekening Pemerintah Lainnya ..... 280
Gambar 11.4 Bagan Arus Penatausahaan Rekening Pemerintah Lainnya ..... 282
Gambar 11.5 Gambaran Singkat Rekening Pembangunan Daerah (RPD) ..... 284
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 10.4 Tingkat Bunga Pada Beberapa Negara Lender ......................... 262
Tabel 11.1 Laporan Rekening Koran Bank Indonesia (lanjutan) ................. 299
Tabel 11.3 Laporan Saldo Rekening Pemerintah Valas di Bank Indonesia . 299
Tujuan Pembelajaran
Secara umum, organisasi yang dapat memperbaiki metode dalam menerima dan
mengeluarkan kas akan menjadi lebih sukses. Hal ini didasarkan pada pemikiran
bahwa kekurangan uang dalam organisasi dapat menimbulkan biaya yang
seharusnya dapat dihindari manakala terdapat manajemen kas yang baik.
Kekurangan kas akan menyebabkan suatu organisasi harus mencari pinjaman dana
dalam rangka menutupi kekurangan kas untuk melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Namun, pinjaman yang didapatkan dapat menimbulkan resiko
berupa biaya baru seperti biaya bunga dan denda atas keterlambatan pembayaran.
Di sisi lain, dengan adanya manajemen kas yang baik suatu organisasi dapat
menyediakan berbagai sumber daya lainnya tepat pada waktunya ketika dibutuhkan,
belum lagi kemungkinan memanfaaatkan diskon yang diberikan oleh para pemasok
pada saat pembelian barang karena membayar tepat pada waktunya.
A. Pengertian Kas
Sebelum membahas berbagai hal tentang manajemen kas, ada baiknya dibahas
pengertian kas itu sendiri. Ada banyak sekali pengertian tentang kas, baik dari sisi
perundang-undangan maupun dari sisi teori/konsep ekonomi.
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung
seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Dengan
demikian kas dalam pengertian undang-undang ini semua uang negara yang
bersumber dari seluruh penerimaan negara dan digunakan untuk membayar
seluruh pengeluaran negara.
1
George W Galinger dan P. Basil Healey, Liquidity Analysis and Management, Edisi ke-2
(Massachussets: Aldison-Wesley Publishing, 1991), hal 236
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 5
Manajemen Kas Sektor Publik
Dari definisi di atas, terdapat beberapa tujuan dari manajemen kas. Tujuan
utamanya adalah dengan manajemen kas yang baik, suatu pemerintahan dapat
6 Manajemen Kas
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Financial Management Service dari U.S.
Department of Treasury (2002). Manajemen kas pada sistem perbendaharaan
pemerintah Amerika Serikat memiliki tiga fungsi yaitu:
Untuk mencapai tujuan ini terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain:
1. Ramalan arus kas dan saldo kas yang akurat dan tepat pada waktunya untuk
mengeliminasi kebutuhan (atau untuk meminimalisasi biaya ) akan pinjaman
jangka pendek.
2. Proses penagihan piutang yang efisien dari titik penerimaan sampai ke
tempat di mana dana yang diperoleh dapat digunakan atau diinvestasikan.
3. Perencanaan pengeluaran yang akurat untuk memastikan bahwa semua
kewajiban dibayar tepat waktu, tetapi bukan berarti sebelum jatuh tempo.
4. Efisiensi dan responsivitas yang lebih tinggi dalam proses manajemen kas
dan penyediaan kas untuk menunjang layanan pemerintah.
5. Manajemen posisi-posisi risiko yang terkonsolidasi
6. Integrasi manajemen kas dengan manajemen hutang
1. Manajemen likuiditas
Manajemen likuiditas penting untuk memastikan negara memiliki kas yang cukup
untuk menyelesaikan semua kewajiban yang jatuh tempo. Untuk itu pemerintah perlu
mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan.
Manajemen kas sektor publik meliputi empat elemen2 antara lain: perencanaan
(forecasting), mobilisasi dan manajemen arus kas (mobilizing and managing the cash
flow), pemeliharaan hubungan dengan perbankan (maintaining banking relations),
dan investasi kelebihan kas (investing surplus cash). Setiap elemen harus dikelola
secara aktif untuk mencapai efektifitas manajemen kas. Sebagai ilustrasi mengenai
elemen-elemen dalam manajemen kas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
2
Allan Walter, dan Steiss Brookss, Financial Management In Public Organization (Cole Publishing Co.), hal
81
Mobilization of Cash
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 9
Manajemen Kas Sektor Publik
Sumber: Allan Walter, dan Steiss Brookss, Financial Management In Public Organization (Cole Publishing
Co.), hal 82
Gambar 1.2 Elemen-elemen dalam Manajemen Kas
A. Perencanaan (forecasting)
1. Pengertian
Perencanaan pada dasarnya adalah proses memperkirakan kemungkinan
dampak terbesar yang akan terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan
pengetahuan tentang kondisi sekarang yang akan mempengaruhi kejadian dimasa
mendatang tersebut. Setelah melakukan observasi, Hartley (2001) menyatakan
sebagai berikut
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa kas tidak mengalir dengan sendirinya.
Aliran kas dipercepat oleh banyaknya keputusan yang diambil oleh organisasi. Para
manajer bertangung jawab untuk menentukan aliran kas dan harus mampu
memonitor dan mengendalikan arah aliran tersebut untuk memastikan bahwa
organisasi tidak mengalami masalah arus kas.
a. Mencegah kebangkrutan.
b. Mencegah kesalahan yang menimbulkan biaya yang besar.
c. Membantu dalam mengendalikan biaya pendanaan.
d. Meningkatkan kepercayaan pihak yang memberikan pinjaman kepada
organisasi.
e. Meningkatkan penggunaan dana.
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 11
Manajemen Kas Sektor Publik
5. Tipe Perencanaan
Terdapat 2 tipe dalam perencanaan yang masing-masing mempunyai tujuan
yang berbeda yaitu:
1. Mempercepat penagihan,
2. Mengendalikan hutang, dan
3. Mengendalikan saldo bank.
4. Investasi kelebihan kas
1. Mempercepat Penagihan
Mempercepat penagihan akan memberikan keuntungan bagi organisasi antara
lain mengurangi biaya pinjaman dan meningkatkan kemampuan organsiasi untuk
menghasilkan pendapatan tambahan. Sejak tahun 1950-an, ketika prinsip ini diterima
secara luas, bank dan perusahaan swasta lain dengan teliti mengembangkan teknik
untuk memabantu perusahaan dalam menagih dan memproses piutang serta
membuat dana tersebut dapat secepatnya tersedia. Teknik yang digunakan untuk
mempercepat penagihan antara lain lockbox services, preauthorized checks, dan
concentration banking.
a. Lockbox services
Teknik ini meliputi penggunaan kotak pos khusus untuk mempercepat
pembayaran dan deposito hasil pembayaran. Bank diberikan kewenangan untuk
12 Manajemen Kas
mengambil dokumen secara langsung dari kotak tersebut. Pelayanan yang diberikan
dalam sebuah lockbox system antara lain:
n Kotak pos dikosongkan minimal sekali dalam sehari
n Dokumen yang ada dibuka, kemudian bukti tagihan asli dicocokkan dengan
jumlah pembayaran
n Hasil dari pembayaran tersebut kemudian didepositokan pada hari yang
sama
n Semua bukti tagihan atau dokumen lain diserahkan kepada pemerintah
setempat sebagai bukti bahwa pembayaran telah terjadi
n Apabila terdapat cek yang tidak didukung dokumen yang cukup terkait
dengan informasi mengenai apa yang dibayar dan oleh siapa akan
dikembalikan kepada pemerintah setempat.
c. Concentration Banking
Tujuan utama teknik ini adalah untuk memobilisasi dana dari berbagai lokasi
penerimaan yang terdesentraslisasi menjadi satu pusat pengumpulan kas. Manager
kas hanya perlu memonitor beberapa pusat kas sehingga mebantu dalam mengontrol
kas.
2. Mengendalikan Pengeluaran
Praktik manajemen kas yang baik pada umumnya mengharuskan pengeluaran
dilakukan hanya pada saat jatuh tempo suatu tagihan. Keputusan mengenai waktu
terjadinya pengeluaran merupakan keputusan yang sangat penting bagi organisasi
karena akan mempengaruhi posisi likuiditas organisasi. Pada organisasi yang besar,
potensi perubahan dalam betuk dan kualitas dari keputusan mengenai pengeluaran
sering menjadi suatu tantangan besar bagi manajer kas. Terdapat dua pendekatan
yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan tersebut yaitu:
3
Ned C Hill, dan William L. Sartoris, Short-Term financial Management:Text and Cases, (New Jersey:
Prentice Hall, 1995) hal. 162
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 15
Manajemen Kas Sektor Publik
1. Collection Float
Collection float mengacu pada jumlah total perbedaan waktu dari pengiriman
dokumen pembayaran oleh pelanggan sampai dengan tersedianya kas dari hasil
pembayaran tersebut di bank. Pembagian komponen dari collection float didasarkan
pada sumber dari penundaan dalam proses penerimaan kas. Komponen-komponen
tersebut meliputi:
a. Mail float
Penundaan ini disebabkan oleh perbedaan waktu dari pengiriman cek
sampai dengan penerimaan cek.
b. Processing float
Penundaan ini terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk proses sebelum
cek didepositokan ke sistem perbankan.
c. Availability float
Penundaan ini timbul karena perusahaan tidak diberikan fasilitas langsung
tersedia (immediate available) pada semua komponen depositonya. Dengan
kata lain penundaan ini timbul karena cash belum selesai di kliring dalam
sistem perbankan.
Collection Float
Sumber: Ned C Hill, dan William L. Sartoris, Short-Term financial Management:Text and Cases, (New
Jersey: Prentice Hall, 1995) hal. 163
16 Manajemen Kas
Gambar 1.3 Pembagian komponen dari collection float didasarkan pada sumber dari
penundaan dalam proses penerimaan kas
3. Disbursement float
Disbursement float merupakan bagian dari payment float. Ia terdiri dari beberapa
komponen yaitu mail float, process float, dan presentation or clearing float. Untuk mail
float dan process float relatif sama dengan collection float, sedangkan presentation or
clearing float adalah waktu yang dibutuhkan oleh sistem perbankan untuk
mengembalikan cek dan menampilkan kembali ke dalam akun perusahaan yang
membayar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi dalam gambar di bawah
ini:
Payor Payee
receives Payor Payee Payor’s
deposits
mails receives account
invoice check
check check debited
Sumber: Ned C Hill, dan William L. Sartoris, Short-Term financial Management:Text and Cases, (New
Jersey: Prentice Hall, 1995) hal. 230
Gambar 1.4 Komponen Disbursement Float
Dilihat dari sudut pandang etika dan ekonomi taktik yang digunakan untuk
meningkatkan disbursement float masih dalam perdebatan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa argumen antara lain:
1. Injeksi kas bersih dari sektor publik ke dalam sistem perbankan yang didanai
dengan penjualan sekuritas pemerintah jangka panjang.
2. Likuiditas sektor perbankan primer dikelola dengan secara periodik menjual
sekuritas pemerintah jangka pendek dan operasi pasar terbuka bank sentral.
1. Ketiadaan wewenang yang jelas untuk manajemen kas yang baik sehingga
pilihan atas sumber pendanaan jangka pendek tidak digunakan atau bila
digunakan cenderung tidak efisien.
2. Ketiadaan insentif untuk manajemen kas yang efisien sehingga tidak ada
perhatian dari manajemen entitas pemerintah atas keberadaan saldo kas
menganggur ataupun jangka waktu pembayaran dan penerimaan kas.
3. Keterbatasan-keterbatasa pada sistem penerimaan pendapatan atau
pembayaran pemerintah membuat terbatasnya inovasi dalam metode
pembayaran serta pengumpulan informasi tidak berguna bagi tujuan-tujuan kas
manajemen.
4. Fungsi bendahara berkenaan dengan kas hanya terbatas pada informasi atas
pencatatan rekening dan pengendalian atas rekening bank.
Dalam upaya agar jumlah kas yang dimiliki berada dalam posisi yang aman, baik
dari sisi jumlah, waktu dan tempat sehingga seluruh kewajiban pemerintah dapat
terpenuhi dengan efektif dan efisien, dapat ditempuh dengan berbagai cara antara
lain:
1. forecasting atas saldo dan aliran kas secara akurat dan berkala
2. Proses pengelolaan kas yang rensponsif dan efisien
3. Pengelolaan atas posisi resiko yang terkonsolidasi
4. Pengelolaan hutang dan integrasi kas
Manajemen kas dilakukan melalui rekening pemerintah pada bank sentra. Saldo
perkiraan ini dikelola khususnya untuk tujuan kebijakan moneter. Umumnya,
pengendalian atas pengeluaran sangat rigid, namun baik bank sentral maupun
kementerian keuangan belum secara spesifik berkonsentrasi dalam meminimalisir
biaya pada saat ada permintaan untuk belanja negara. Dalam sistem seperti ini,
tingkat pengendalian pemerintah atas manajemen kas dan pembayaran kas sangat
kecil.
posisi kas konsolidasian setiap harinya. Hal ini akan membuat setiap keputusan yang
dibuat oleh unit manajemen hutang pemerintah di dalam melakukan pinjaman dan
investasi akan menjadi sangat kompleks, terutama sekali dengan tanpa adanya
sebuah unit manajemen hutang dan unit perbendaharaan.
Aliran Hutang
1. Kebijakan hutang domestik, penerbitan hutang dan pelayanan hutang - Bank
Sentral atau keterpisahan bagian keuangan dalam Departemen Keuangan.
2. Kebijakan hutang eksternal serta negosiasi dan penerbitan hutang –
Departemen/bagian dalam Deprtemen Keuangan yang secara umum
bertanggung jawab pada institusi keuangan internasional dan perjanjian
hutang antar pemerintah bilateral.
3. Pelayanan Hutang – perbendaharaan, dengan bank sentral berperan sebagai
agen pelaporan atas pembayaran dan penerimaan.
Aliran Investasi
1. Manajemen cadangan mata uang asing – Bank sentral
2. Investasi domestik seperti aset-aset keuangan, peminjaman, dan modal
pemerintah dalam Badan Usaha Milik Negara — perbendaharaan atau
pengelola umum, meskipun keputusan kebijakan akan dibuat oleh direktorat
yang bertanggung jawab terhadap BUMN dalam Departemen Keuangan.
Aliran Modal
• Reformasi kebijakan, struktur pengelolaan dan neraca, termasuk masalah
privatisasi – sebuah departemen tersendiri pada kementerian keuangan (lebih
fokus lagi departemen yang bertanggung jawab melakukan pengelolaan aset dan
kewajiban milik pemerintah).
Manajemen kas yang efektif sangat berbeda dengan apropriasi anggaran dan
pengawasan keuangan. Lebih lanjut lagi, hampir seluruh pemerintahan didunia
sekarang ini sedang marak untuk melakukan pemisahan antara “fungsi otorisasi dan
fungsi pengendalian keuangan” dari “pengesahan dan pertanggungjawaban”. Namun
demikian, pada umumnya di negara-negara berkembang, petugas pengawasan
keuangan masih memegang fungsi otorisasi pada setiap pengeluaran secara kurang
layak, menandatangani cek pengeluaran, mengesahkan transfer pembayaran, dan
menyetujui laporan keuangan. Struktur atau susunan manajemen seperti ini akan
sangat tidak diterima dalam sebuah institusi keuangan dan dalam waktu yang singkat
seharusnya praktek ini perlu untuk dipertimbangkan kembali penggunaannya pada
22 Manajemen Kas
Agen-agen pemerintah sering tidak bersikap apresiatif terhadap nilai mata uang
dan tidak mau mengakui bahwa cash holdings dan saldo-saldo akun bank yang
menganggur tanpa menghasilkan bunga sama sekali (idle cash) adalah sebuah
opportunity cost bagi pemerintah. Untuk meminimalisir cost tersebut, adalah sangat
vital bagi pemerintah untuk mengurangi dana-dana yang tidak didepositokan pada
bank (cash on hand), funds held in noninterest-bearing accounts, melakukan
pemrosesan cek melalui sistem kliring, dan physical cash holdings.
Uang tidak akan bisa diinvestasikan secara efektif apabila keberadaan uang
tersebut tidak jelas atau apabila sistem reserve/float tetap dipertahankan untuk
mengcover pembayaran yang tak terduga, termasuk penggunaan cek yang disajikan
untuk kliring. Permasalahan ini sebetulnya dapat dikurangi dengan lebih fokus pada
penggunaan sistem pembayaran dan penerimaan secara elektronik daripada
penggunaan metode cek, atau dengan melakukan perencanaan saldo dan aliran kas
yang lebih akurat dan tepat waktu, dan bisa juga dengan mempertahankan
kemampuan untuk mengubah waktu pembayaran. Bagi pemerintah, untuk
mempertahankan float yang signifikan, harus dilakukan melalui pengadaan pinjaman,
dan kemudian memperbaiki/melunasi utang tersebut. Beberapa pemerintahan negara
sekarang ini sedang fokus untuk mencapai target nol atau mendekati nol pada tarif
float.
elektronis.
4. Peningkatan infrastruktur, sistem perbankan dan sistem informasi yang ada.
5. Integrasi yang lebih erat lagi angara manajemen kas dengan manajemen
utang publik.
c. Beberapa negara berbeda di dalam mencoba untuk mencapai target saldo akhir.
Inggris dan sebagian besar negara uni eropa memiliki target balance yang
rendah di mana kebanyakan mereka mengaturnya untuk mencapai target
tersebut dengan toleransi yang disepakati. Unit perbendaharaan Amerika Serikat
mempunyai sebuah ruang lingkup target, namun target tersebut cukup luas.
Australia tidak mempunyai target, akan tetapi petugas utang mereka (AOFM)
mencoba untuk melunakkan tingkat fluktuasi di dalam saldo akhir mereka.
d. Pada metode Korolari terdapat beberapa perbedaan mengenai tata cara bank
sentral memperhitungkan aliran kas netto rekening pemerintah didalam
pelaksanaan kebijakan moneter mereka. Yang mana kementerian keuangan atau
kantor pengelola utang tidak bisa, atau tidak mencoba, untuk mencapai target
saldo akhir, maka bank sentral harus memasukkan residunya ke dalam rekening
pemerintah pada bank sentral – bertindak sesuai dengan informasi yang bank
sentral miliki atau yang berasal dari kementerian keuangan. Meskipun treasury
bills sudah memiliki fungsi manajemen kas (dan utang), mereka juga masih
menyesuaikannya dengan pelaksanaan kebijakan moneter; dan di dalam
mengambil keputusan mengenai volume pengeluaran, mereka akan
berkonsultasi terlebih dahulu dengan bank sentral, di mana bank sentral sangat
dibutuhkan untuk memperhatikan tingkat fluktuasi rekening pemerintah di dalam
pelaksanaan kebijakan moneter.
Kelompok yang kedua lebih variatif, namun ada tiga sub kelompok :
a. Di mana kementerian keuangan atau kantor pengelola utang berusaha untuk
mempertahankan saldo akhir minimum pada bank sentral. Dan mengubah-ubah
penerbitan treasury bills menjadi “rough tune” atau memodulasi tingkat fluktuasi
pada saldo akhir. Bank sentral memperhitungkan saldo akhir residu pada
pelaksanaan kebijakan moneter. Model ini digunakan di negara Australia, akan
tetapi efeknya diadopsi oleh sejumlah negara lain.
b. Di negara Amerika Serikat, aliran penerimaan pajak kepada pemerintah disimpan
di dalam sistem perbankan, sampai bank sentral Amerika (the federal reserve)
28 Manajemen Kas
Dari analisa di atas, adalah mungkin untuk mengidentifikasi empat tahapan yang
terpisah didalam perkembangan fungsi manajemen kas kementerian keuangan :
1. Tahapan 1 : Rekening tunggal bendahara (treasury single account)-
peengintegrasian rekening-rekening pemerintah, dan pemindahan overnight
saldo akhir pada sebuah rekening tunggal yang disimpan oleh menteri keuangan
pada bank sentral.
2. Tahapan 2 : Kemampuan perencanaan- perkembangan kemampuan dalam
kementerian keuangan untuk memonitor dan meramalkan aliran penerimaan dan
pengeluaran pemerintah- yaitu perubahan didalam saldo akhir yang disimpan
oleh kementerian pada bank sentral. Berkaitan dengan hal ini, adalah mengenai
letak institusi fungsi manajemen kas sektor publik.
3. Tahapan 3 : Rough Tuning – penerbitan treasury Bills (atau instrumen pinjaman
jangka pendek lainnya) untuk sebuah pola yang didesain dengan hati-hati untuk
mengimbangi dampak pada sektor perbankan netto aliran penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, yaitu untuk melancarkan perubahan didalam saldo akhir
kementerian keuangan pada bank sentral. Manajemen saldo akhir surplus adalah
dalam jangka waktu yang lebih lama (lebih dari 3 minggu) atau struktur juga
tergolong dalam hal ini, yang mana parameter resikonya perlu untuk ditentukan.
Pada prinsipnya seluruh saldo akhir pemerintah pada bank sentral perlu untuk di
ajukan didalam proses penargetan.
4. Tahapan 4 : Fine tuning – kebijakan yang aktif lagi, penggambaran tentang lebih
luasnya ruang lingkup beberapa instrumen atau option institusi, untuk lebih
menghaluskan perubahan jangka pendek dalam saldo akhir kementerian
keuangan pada bank sentral.
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 29
Manajemen Kas Sektor Publik
Dari persektif ekonomi, saldo akhir pada bank sentral yang dipegang oleh
pemerintahan daerah dipandang lebih penting. Termasuk dalam hal ini adalah bagian
pemerintahan umum, seperti propinsi atau kotamadya, dan organisasi non
pemerintah, seperti korporasi publik. Hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah akan merefleksikan sejarah politik dan konstitusional. hal itu
mungkin juga bisa menjadi alasan yang bagus didalam pelaksanaan pengawasan
atau manajemen resiko guna mewajibkan penyimpanan saldo akhir pada bank
sentral. Akan tetapi hal itu menyulitkan manajemen kas secara aktif, yang mana
tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah saldo akhir kas sektor publik pada
bank sentral sesuai dengan target yang ingin dicapai. Agar menjadi berhasil,
mekanisme pengawasan dan perencanaan harus mencakup secara luas seluruh
saldo akhir ini, meskipun pada prakteknya beberapa mungkin cukup kecil, predictable
atau stabil untuk diabaikan sebagai sistem-sistem yang sedang dikembangkan.
Isu penting ketiga adalah untuk menciptakan struktur insentif bagi departemen
pemerintah yang mendorong mereka untuk menggunakan kas secara ekonomis. Bagi
negara dengan perkembangan administrasi dan struktur pemerintah yang bagus,
peraturan dan petunjuk mungkin akan menjadi cukup. Meskipun dekrit administrasi
dan legislatif yang lain masih diperlukan. Pada beberapa peristiwa, akan ada
beberapa pertanyaan sekitar prioritas yang disiapkan oleh departemen untuk
membubuhkan fungsi
dengan sistem akrual dan termasuk biaya untuk modal. Namun adanya kenaikan
yang tak direncanakan pada pekerjaan departemen atau fisik modal akan
mengakibatkan bertambahnya biaya, melampaui angka pada anggaran yang telah
disetujui, dan berpotensi untuk mengurangi belanja jasa dan pelayanan lainnya pada
departemen tersebut. Di New Zealand terdapat sebuah skema yang sama.
Pengaturan tersebut mungkin akan menjadi lebih sulit diterapkan di negara yang
lingkungan administrasinya kurang berkembang yang bisa dikatakan masih
mempertahankan struktur yang sederhana.; dan yang mungkin pengawasan
administrasinya melalui pengawasan tertutup oleh fungsi pelaksanaan anggaran
pada kementerian keuangan hanyalah sebagai cara untuk memastikan bahwa kas
tersebut tidak dikeluarkan di luar kebutuhan departemen tersebut.
penerimaan dan pengeluaran agar dapat menyusun ramalan atas aliran kas
(praktek ini terjadi di Perancis dan Australia)
b. Jika terdapat pada kementerian keuangan, meskipun perencanaan hariannya
mungkin scara alami merupakan turunan atas perencanaan dan peramalan
anggaran, mereka mungkin akan dihubungkan dengan kondisi makroekonomi
dan fungsi eksekusi anggaran.
Manajemen kas lebih fokus pada penggunaan periode yang lebih pendek dari
pada manajemen utang. Peningkatan bill stock yang melebihi batasan satu tahun
fiskal dapat menjadi konsisten dengan pergerakan saham yang tajam dalam satu
tahun, penyediaan pasar bill sekarang ini hampir likuid dan ada permintaan pokok
yang bagus dari institusi keuangan. Selanjutnya karena pemerintah merupakan
kontributor utama yang menerbitkan bill stock dalam upaya mengatasi masalah
likuiditas, akan muncul tendensi bahwa kebutuhan akan manajemen kas dan
kebijakan moneter yang terkait hanya untuk kepentingan pemerintah sendiri. Namun,
pendapat ini bisa dihindari ketika bank sentral juga tertarik untuk ikut menerbitkan bill
stock pada saat yang bersamaan.
Di beberapa Negara masalah ini telah dihindari dengan penerbitan bills oleh bank
sentral pada neraca mereka sendiri. Namun penggunaan instrument yang berbeda
namun sama untuk kebijakan moneter dan manajemen kas bertujuan untuk
memisah-misahkan resiko pasar. Likuiditas penuh dan cost benefit pasar bill yang
lebih besar akan hilang. Terdapat sebuah alternative pendekatan bagi kementerian
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 33
Manajemen Kas Sektor Publik
Letak tantangan pada tahapan ini adalah bagaimana manajemen kas menjadi
lebih aktif dan bertujuan pada memperlancar perubahan jangka pendek secara
menyeluruh pada saldo akhir kementerian keuangan di bank sentral. Hal itu sendiri
secara jelas memerlukan :
a. Sebuah fleksibilitas dan perkembangan pasar uang.
b. staf yang mampu untuk melakukan perdagangan pada pasar finansial, dengan
sebuah kerangka manajemen yang kuat
c. Pengolahan transaksi secara tepat dan sistem IT lainnya.
d. Hal yang lebih dibutuhkan oleh manajemen utang adalah perkembangan sistem
manajemen resiko operasional dan resiko kredit dengan secara cepat-dua-
duanyan dibutuhkan karena adanya jumlah transaksi yang ekstra, dan karena
adanya exposure yang lebih besar untuk dana perimbangan, dan untuk
membayar (tergantung pada jaminan yang diambil).
e. Sistem settlement lokal yang efisien dan infrastruktur yang berkaitan.
Kondisi seperti ini adalah sebuah order yang tinggi bagi negara berkembang,
yang membiarkan seseorang dengan kemampuan administratif dan sumber-sumber
finansial yang langka serta perkembangan pasar uang yang statis. Kelangkaan ini
mungkin bisa dibuat lebih buruk lagi jika kementerian keuangan sebetulnya meniru
beberapa sistem yang sudah ada pada bank sentral dan berlomba untuk beberapa
staf yang mempunyai skill yang sama. Kesemua bantahan ini adalah untuk
memberikan peringatan didalam usahanya untuk bergerak menuju kepada sebuah
pemisahan yang menyeluruh antara kebijakan moneter dan manajemen kas yang
34 Manajemen Kas
Dalam proses transfer dana, baik dengan metode elektronik atau metode lainnya,
pihak manajemen wajib untuk memastikan kontrol yang tepat mengenai keberadaan
sekitar transaksi-transaksi tersebut. Beberapa pemerintahan dan entitas sektor
pribadi sedang berpaling kepada penggunaan pemindahan dana dan informasi
secara elektonik.
Manfaat
a. Dapat membersihkan penyimpanan, pemeliharaan, dan pemrosesan cek-cek
kertas berharga.
b. Dapat mengurangi adanya informasi-informasi yang sering digunakan untuk
melakukann kecurangan dalam pembayaran
c. Dapat mengurangi kejadian kehilangan atau pencurian cek atau surat-surat
berharga
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue 35
Manajemen Kas Sektor Publik
Kelemahan
a. Sistem pembayaran secara elektronik mungkin tidak secara sepenuhnya atau
bahkan tidak sama sekali akan diintegrasikan dengan sistem account payable
(utang).
b. Perhatian pengendalian internal akan berpindah dari pengecekan siklus produksi
fisik menjadi pengawasan terhadap proses data
c. Beberapa bank tidak menawarkan level pelayanan yang sophisticated yang tepat
untuk pembayaran secara elektronik
d. Informasi tentang rekening keuangan yang sensitif yang dikirimkan kepada
komputer pemerintah harus dijaga dari akses internal maupun eksternal.
Manfaat
a. mengurangi jangka waktu pembayaran tagihan oleh costumer
b. bagi costumer sistem ini dapat mengurangi biaya untuk amplop dan pos
c. akses selama 24 jam bagi costumer I untuk melakukan pembayaran
d. penghargaan pembayaran secara instan (Web) oleh costumer
e. dapat mempercepat pembayaran
f. mengurangi pekerjaan tulis-menulis
g. mengurangi resiko tak terbayar
h. mengurangi biaya pemrosesan penegembalian cek
i. mempercepat pembayaran dan ketersediaan dana
j. memperbaiki jejak audit
k. mengurangi biaya kasir
Kelemahan
a. Sistem pembayaran secara elektronik mungkin secara tidak sepenuhnya atau
bahkan tidak sama sekali akan diintegrasikan dengan sistem account receivable
(piutang)
b. Perhatian pengendalian internal akan berpindah dari proses posting penerimaan
secara manual kepada pengawasan pemrosesan data
c. Beberapa bank tidak menawarkan tingkatan pelayanan yang sopgisticated yang
tepat untuk proses penerimaan secara elektronik. Metode Electronic Funds
Transfer/EFT meliputi hal-hal berikut ini :
• Kartu pembelian-sesuai dengan praktek yang telah direkomendasikan bagi
program kartu pembelian
• FedWire
• Electronic Federal Tax Payment System (EFTPS) sistem pembayaran pajak
federal secara elektronik (EFTPS)
• Automated Clearing House (ACH)
• Electronic Benefits Transfer (EBT) transfer keuntungan secara elektronik
(EBT)
• Electronic Checks cek secara elektronik
36 Manajemen Kas
Disbursements (Pengeluaran)
• payroll (daftar gaji)
• expense reimbursements (beban pembayaran kembali)
• vendor payments (pembayaran penjaja)
• retirement payments (pembayaran pensiun)
• intergovernmental payments (pembayaran antar-pemerintahan)
• other recurring payments (pembayaran yang berulang-ulang lainnya)
Collections (Pungutan) :
• internet transactions (transaksi internet)
• automated phone systems (IVR – Interactive Voice Response) sistem telepon
otomatis
• grant payment (pembayaran hibah)
• repetitive collections - such as utility payments
• tax payments (pembayaran pajak)
• license payments (pembayaran lisensi)
• electronic checks (check conversion) for cashier receipts
• other recurring receipts (penerimaan-penerimaan yang berulang-ulang lainnya)
RINGKASAN MATERI
Kas merupakan elemen kunci dalam perencanaan atas seluruh aspek
operasional perusahaan. Tanpa adanya manajemen kas yang baik, suatu organisasi
mungkin dapat kehilangan reputasinya dan sulit untuk bertransaksi dengan pihak lain
karena organisasi tersebut tidak dapat membayar tagihannya yang sudah jatuh
tempo. Ada beberapa pengertian dari kas,yaitu: menurut UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Keuangan Negara, menurut Standar Akuntansi Pemerintah, dan menurut
Standar Akuntansi Keuangan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian kas meliputi
saldo kas (cash on hand), saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
serta instrumen investasi yang sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai
yang signifikan.
Manajemen kas sektor publik meliputi empat elemen antara lain: perencanaan
(forecasting), mobilisasi dan manajemen arus kas (mobilizing and managing the cash
38 Manajemen Kas
LATIHAN
MANAJEMEN/PENGELOLAAN KAS
NEGARA DALAM KERANGKA
MANAJEMEN KEUANGAN
PEMERINTAH
Tujuan Pembelajaran
Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan
fungsi bendahara umum negara dalam hal ini Menteri Keuangan adalah Bendahara
Umum Negara.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengangkat Kuasa
Bendahara Umum Negara untuk melaksanakan sebagian wewenang Bendahara
Umum Negara dan tugas kebendaharaan yang berkaitan dengan pengelolaan uang
dan surat berharga. Kuasa Bendahara Umum Negara terdiri dari Kuasa Bendahara
Umum Negara Pusat dan Kuasa Bendahara Umum Negara di Daerah.
Pengelolaan Kas Negara terdiri dari pengelolaan kas pusat dan daerah.
Penggunaan dana yang dimiliki negara secara efisien dan efektif dengan cara:
44 Manajemen Kas
Berikut ini adalah bagan arus kas/uang pada KPPN yang ada sekarang:
Manajemen/Pengelolaan Kas Negara dalam 45
Kerangka Manajemen Keuangan Pemerintah
r q o k j
Setoran
Pajak/
PNBP
r q p n m Setoran
PBB/ j
BPHTB
Gambar 2.1 Bagan Arus Kas/Uang Pada KPPN Kantor Bank Indonesia (KBI )
Keterangan:
a. KPPN KBI terdiri dari KPPN KBI Induk dan Non Induk
• KPPN KBI Induk adalah KPPN yang bermitra dengan KBI yang berlokasi
satu kota dengan KPPN dan melakukan transfer dana untuk membiayai
pengeluaran anggaran kepada KPPN lainnya.
• KPPN KBI Non Induk adalah KPPN yang bermitra dengan KBI yang berlokasi
satu kota dengan KPPN tetapi tidak melakukan transfer dana untuk
membiayai pengeluaran anggaran KPPN lainnya.
b. Bank Operasional (BO) terdiri dari BO I, BO II dan BO III
• BO I Mitra Kerja KPPN Induk dan Bukan Induk yang sekota dengan Bank
Indonesia yaitu bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan
untuk mengelola pengeluaran yang membebani rekening Kas Negara yang
tediri dari BO I Gaji dan Non Gaji.
• BO II yaitu bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk
melakukan pembayaran Gaji untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat,
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri).
• BO III yaitu bank yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk
mengelola Pajak Bumi dan bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).
c. Sentral Giro Gabungan (SGG) adalah Mitra Kerja KPPN Induk dan Non Induk
yang sekota dengan Bank Indonesia yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan untuk mengelola penerimaan Kas Negara dan pengeluaran
yang membebani rekening Kas Negara yang tediri dari SGG Penerimaan dan
SGG Pengeluaran.
d. Bank Persepsi adalah merupakan Bank Umum Mitra Kerja KPPN Induk dan Non
Induk yang sekota dengan Bank Indonesia yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan untuk mengelola/menampung seluruh penerimaan yang akan
masuk ke Kas Negara.
46 Manajemen Kas
1) Wajib Pajak (WP) menyetor PBB dan BPHTB ke Bank Persepsi untuk
diteruskan ke BOIII, dan selanjutnya BO III membagi porsi penerimaan PBB dan
BPHTB sesuai dengan pasal 12 Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
sebagai berikut :
a. Porsi PBB :
• 16, 2 % untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi;
• 64, 8 % untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan
ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;
• 10 % bagian Pemerintah dari penerimaan PBB disetorkan ke Rekening
Kas Umum Negara yang ada di Bank Indonesia yang nantinya
dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten/kota yang didasarkan atas
realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan;
• 9 % untuk biaya pemungutan disetorkan ke Rekening Kas Umum
Negara yang ada di Bank Indonesia.
b. Porsi BPHTB :
• 16 % untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi;
• 64 % untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;
• 20 % bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB disetorkan ke
Rekening Kas Umum Negara yang ada di Bank Indonesia yang
nantinya dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh daerah
kabupaten/kota.
c. BO III melimpahkan penerimaan PBB (19 %) dan BPHTB (20%) bagian
pemerintah ke Rekening Kas Umum Negara yang ada di Bank Indonesia.
j
Bank Operasional I
Gaji dan Non Gaji
o n m l k
Bank SGG SGG BO II BO III
Persepsi Penerimaan Pengeluaran
Setoran
o n m k j
Setoran
Gaji PBB/
Pajak/
PNBP BPHTB
Keterangan:
a. KPPN Non Induk terdiri dari KPPN Non Induk KBI dan KPPN Non Induk Non KBI.
• KPPN Non Induk KBI adalah KPPN yang bermitra dengan KBI yang berlokasi
satu kota dengan KBI tetapi tidak melakukan transfer dana untuk membiayai
pengeluaran anggaran KPPN lainnya.
• KPPN Non Induk Non KBI adalah KPPN yang berlokasi tidak satu kota
dengan KBI dan tidak melakukan transfer dana untuk membiayai
pengeluaran anggaran KPPN lainnya.
b. Bank Operasional (BO) I pada KPPN Non Induk yang tidak sekota dengan KBI
yaitu merupakan pengganti bank tunggal pada KPPN Induk/Non Induk KBI yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan yang berfungsi melakukan
48 Manajemen Kas
1) Wajib Pajak (WP) menyetor PBB dan BPHTB ke Bank Persepsi PBB yang
kemudian diteruskan ke BO III, dan selanjutnya BO III membagi porsi
penerimaan PBB dan BPHTB sesuai dengan pasal 12 Undang-Undang No.33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, sebagai berikut :
a. Porsi PBB :
• 16, 2 % untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi;
• 64, 8 % untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan
ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;
• 10 % bagian Pemerintah dari penerimaan PBB disetorkan ke BO I Non
Gaji.
• 9 % untuk biaya pemungutan disetorkan ke BO I Non Gaji.
b. Porsi BPHTB :
• 16 % untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi;
• 64 % untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;
• 20 % bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB disetorkan ke
Rekening Kas Umum Negara yang ada di Bank Indonesia yang
nantinya dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh daerah
kabupaten/kota.
c. BO III melimpahkan penerimaan PBB (19 %) dan BPHTB (20%) bagian
pemerintah ke BO I Non Gaji.
menerima dana dari SGG Pengeluaran sesuai pemberitahuan dari KPPN atas
kelebihan pagu dana yang telah ditetapkan.
6) Bank Persepsi menampung seluruh penerimaan negara yang disetor oleh Wajib
Pajak/Wajib Bayar dan pada waktu tertentu (setiap hari Selasa, Jumat dan akhir
bulan) penerimaan tersebut dilimpahkan ke BO I Non Gaji.
RINGKASAN MATERI
Adapun tujuan pengelolaan kas negara adalah penggunaan dana yang dimiliki
negara secara efisien dan efektif dengan cara: Menentukan jumlah dan alokasi dana
untuk keperluan pelaksanaan kegiatan operasional pemerintahan dan kegiatan
investasi, mendapatkan sumber dana yang paling efisien untuk membiayai kegiatan-
kegiatan pemerintahan, meminimalisasi kas yang “menganggur” (idle cash),
mempercepat penyetoran penerimaan negara, melakukan pembayaran atas
pengeluaran negara secara tepat waktu.
LATIHAN
1. Sebutkan dasar-dasar hukum dalam pengelolaan kas negara!
2. Siapakah yang dimaksud dengan Bendahara Umum Negara?
3. Sebutkan wewenang bendahara umum negara dalam pengelolaan keuangan
negara yang dikuasakan oleh kuasa bendahara umum negara pusat!
4. Sebutkan wewenang bendahara umum daerah berkaitan dengan pengelolaan
uang daerah!
5. Jelaskan tujuan dari pengelolaan kas negara!
6. Gambarkan dan jelaskan bagan arus kas/uang pada KPPN Kantor Bank
Indonesia (KBI)!
7. Gambarkan dan jelaskan bagan arus kas/uang pada KPPN Non Kantor Bank
Indonesia (KBI)!
BAB 3
Tujuan Pembelajaran
1. Model Baumol
William Baumol (1952) adalah ekonom pertama yang menjabarkan model formal
Model Ekonomi Manajemen Kas dan Model Manajemen Kas Terintegrasi 53
dalam Manajemen Keuangan Pemerintahan
dari manajemen kas dengan memasukkan opportunity costs dan trading costs.1
Modelnya digunakan untuk menentukan target saldo kas.
Jika C ditetapkan terlalu tinggi, misalnya Rp. 24.000.000.000, kas akan habis
dalam jangka waktu empat minggu sebelum perusahaan harus menjual surat-surat
berharganya, akan tetapi saldo kas rata-rata Pemda akan meningkat menjadi Rp.
12.000.000.000 (dari Rp. 6.000.000.000). Jika C ditetapkan sebesar Rp.
6.000.000.000, kas akan habis dalam jangka waktu satu minggu dan Pemda Jakarta
Tenggara harus mengisi kasnya lebih sering lagi, tetapi saldo kas rata-ratanya akan
turun dari Rp. 6.000.000.000 menjadi Rp. 3.000.000.000.
Karena biaya transaksi (trading costs) harus dikeluarkan setiap kali kas diisi
(misalnya, biaya pialang penjualan SBI), penetapan saldo kas awal yang besar akan
menurunkan trading cost yang terkait dengan manajemen kas. Akan tetapi, semakin
besar saldo kas rata-rata, semakin besar pula opportunity cost-nya (yaitu penghasilan
yang dapat diperoleh jika kas diubah menjadi SBI).
1
W.S. Baumol, “The Transaction Demand for Cash: An Inventory Theoretic Approach,” Quarterly Journal
of Economics 66 (November 1952).
54 Manajemen Kas
Untuk mengatasi persoalan ini, Pemda Jakarta Tenggara perlu mengetahui tiga
hal berikut:
Dan
K = Opportunity cost dari memiliki kas, yaitu tingkat pengembalian dari surat-
surat berharga
Dengan informasi ini, Pemda Jakarta Tenggara dapat menentukan total biaya dari
setiap kebijakan saldo kas tertentu. Dengan mengetahui total biaya ini, Pemda
Jakarta Tenggara dapat menentukan kebijakan saldo kas yang optimal.
Opportunity Costs
Total opportunity costs dari saldo kas sama dengan saldo kas rata-rata dikalikan
dengan tingkat bunga, atau
Opportunity costs dari berbagai alternatif tersaji pada tabel di bawah ini:
S a ld o K a s R a ta - O p p o rtu n ity
S a ld o K a s A w a l R a ta C o s ts (K = 1 0 % )
C C /2 (C /2 ) X K
R p 4 8 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 R p 2 4 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 R p 2 .4 0 0 .0 0 0 .0 0 0
2 4 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 1 2 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 1 .2 0 0 .0 0 0 .0 0 0
1 2 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 6 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 6 0 0 .0 0 0 .0 0 0
6 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 3 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 3 0 0 .0 0 0 .0 0 0
3 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 1 .5 0 0 .0 0 0 .0 0 0 1 5 0 .0 0 0 .0 0 0
Trading Costs
Trading costs dapat ditentukan dengan menghitung berapa kali Pemda Jakarta
Tenggara harus menjual surat-surat berharga selama tahun tersebut. Total jumlah
pengeluaran kas selama tahun berjalan adalah Rp. 6.000.000.000 X 52 minggu = Rp.
312.000.000.000. Jika saldo awal kas ditetapkan sebesar Rp. 12.000.000.000,
Pemda Jakarta Tenggara akan menjual surat-surat berharga senilai Rp.
12.000.000.000 setiap dua minggu. Dengan demikian, trading costs-nya menjadi
Skedul trading cost dari berbagai alternatif saldo awal kas tersaji pada tabel berikut
ini:
Total Costs
Total costs dari saldo kas terdiri dari opportunity costs ditambah dengan trading
costs, atau dengan formula berikut:
= (C/2) x K + (T/C) x F
Total biaya dari berbagai alternatif saldo kas awal tersaji pada tabel berikut:
Solusi
Dari tabel sebelumnya, dapat dilihat bahwa saldo kas sebesar Rp. 6.000.000.000
menghasilkan total biaya terendah dari semua kemungkinan yang disajikan, yaitu Rp.
820.000.000. Akan tetapi, bagaimana bila saldo kasnya Rp. 700.000.000 atau Rp.
500.000.000 atau kemungkinan saldo kas lainnya? Untuk menentukan total biaya
paling rendah secara tepat, Pemda Jakarta Tenggara harus menyamakan penurunan
marjinal pada trading costs ketika saldo kas dinaikkan dengan kenaikan marjinal
56 Manajemen Kas
pada opportunity costs terkait dengan kenaikan saldo kas tersebut. Saldo kas yang
ditargetkan harus berada pada titik di mana penurunan marjinal biaya sama dengan
kenaikan marjinal biaya. Titik ini dapat dihitung dengan menggunakan iterasi
numerikal atau kalkulus. Apabila menggunakan kalkulus, maka titik saldo kas yang
ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut:
Seperti yang sudah disajikan sebelumnya, persamaan untuk total biaya adalah
Jika persamaan total biaya diturunkan terhadap saldo kas dan hasil turunan sama
dengan nol, ditemukan bahwa:
dTC K TC
= − 2 =0
dC 2 C
Solusi untuk saldo kas optimal, C*, ditentukan dengan menyelesaikan persamaan di
atas untuk C:
K TC
=
2 C2
C* = 2TF / K
Keterbatasan-Keterbatasan
Model Baumol mungkin adalah model yang paling sederhana dan paling mudah
dimengerti untuk menentukan posisi kas yang paling optimal. Kelemahan utamanya
adalah model ini mengasumsikan arus kas yang diskret dan pasti.
2. Model Miller-Orr
Merton Miller dan Daniel Orr mengembangkan model saldo kas dalam keadaan
arus kas masuk dan arus kas keluar berfluktuasi secara random setiap hari.2 Dalam
model Miller-Orr, baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas diikutsertakan.
Model ini mengasumsikan bahwa arus kas bersih harian (arus kas masuk dikurangi
dengan arus kas keluar) terdistribusi secara normal. Pada setiap hari, arus kas bersih
dapat berupa nilai yang diharapkan (expected value) ataupun nilai yang lebih tinggi
atau nilai yang lebih rendah. Dalam analisis ini diasumsikan nilai yang diharapkan
besarnya nol.
2
M. H. Miller dan D. Orr, “A Model of the Demand for Money by Firms,” Quarterly Journal of Economics
(Agustus 1966).
58 Manajemen Kas
kasnya menjadi saldo kas yang ditargetkan. Pada kedua situasi, saldo kas kembali ke
titik Z. Manajemen menetapkan batas bawah, L, bergantung pada seberapa besar
risiko kekurangan kas yang akan ditoleransi oleh mereka.
Seperti model Baumol, model Miller-Orr bergantung pada trading costs dan
opportunity costs. Biaya per transaksi menjual atau membeli sekuritas, F,
diasumsikan berjumlah tetap. Persentase opportunity cost memegang kas, K, adalah
tingkat bunga (pengembalian) harian dari sekuritas atau surat berharga yang
disimpan. Akan tetapi, tidak seperti model Baumol, jumlah transaksi per periode
adalah variabel acak yang bervariasi dari satu periode ke periode lainnya, bergantung
pada pola arus kas masuk dan arus kas keluar.
Z * = 3 3F σ 2 / 4 K + L
Model Ekonomi Manajemen Kas dan Model Manajemen Kas Terintegrasi 59
dalam Manajemen Keuangan Pemerintahan
H * = 3Z * −2 L
di mana * menyatakan nilai-nilai optimal, dan σ2 adalah varians dari arus kas bersih
harian.
Saldo kas rata-rata dalam model Miller-Orr dapat ditentukan dengan formula:
4Z − L
Saldo Kas Rata − Rata =
3
Contoh
K = 0,000261
σ 2
= ( 20 . 000 . 000 ) 2
= 400 . 000 . 000 . 000 . 000
Asumsikan bahwa L = 0
Z * = 3 Rp11.487.304.327.826.200.000.000.000 = Rp225.634.779
H* = 3 X Rp225.634.779 = Rp676.904.337
Keempat langkah ini akan memungkinkan batas atas dan titik kembali
dihitung. Miller dan Orr menguji model mereka menggunakan data sembilan bulan
dari suatu perusahaan industri yang besar. Model ini mampu menghasilkan saldo kas
harian rata-rata yang jauh lebih rendah daripada yang digunakan perusahaan.
Pinjaman
Dalam contoh-contoh sebelumnya, perusahaan memperoleh kas dengan cara
menjual surat berharga. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah dengan
meminjam kas. Pinjaman memunculkan tambahan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen kas, yaitu:
a. Pinjaman akan lebih mahal daripada menjual sekuritas karena tingkat
bunganya akan jauh lebih tinggi.
b. Kebutuhan untuk meminjam akan bergantung pada keinginan manajemen
untuk memegang kas dalam jumlah kecil. Organisasi yang akan lebih besar
kemungkinannya meminjam untuk menutupi pengeluaran kas tak terduga
adalah organisasi yang memiliki variabilitas arus kas yang besar dan memiliki
sedikit investasi dalam surat berharga.
Compensating Balance
IFMS lebih dari hanya mengintegrasikan fungsi manajemen kas dengan komponen
sistem lainnya. Untuk beberapa
Brazil
negara, hal ini merupakan cara Pemerintah Brazil menggunakan suatu jaringan
perbankan swasta yang luas untuk mempercepat
baru untuk memandang tujuan penarikan pajak dan biaya-biaya lainnya.
dan tempat manajemen kas. Cabang-cabang bank ditempatkan di hampir
semua area di Brazil. Cabang-cabang ini
Sering juga, manajemen kas terhubung secara elektronis dengan kantor pusat
mereka, yang memiliki terminal yang
hanya dilihat sebagai instansi menghubungkannya dengan bank sentral Brazil.
Pembayaran-pembayaran untuk pemerintah
penarikan pemerintah, daripada
federal dibuat pada cabang-cabang bank dalam
dilihat sebagai instansi bentuk elektronik untuk mengumpulkan
pendapatan pemerintah federal. Pembayaran-
pemerintah yang bertanggung pembayaran dikumpulkan oleh cabang-cabang
bank yang di kirim secara elektronik ke kantor
jawab mengatur aliran sumber pusat di mana mereka melanjutkannya ke bank
daya publik yang berguna untuk sentral untuk disimpan dalam akun tunggal milik
pemerintah Brazil dan dicatat secara otomatis
meminimalisir pengeluaran dan dalam IFMS. Semua ini dilakukan secara
elektronis dan real time. Hasilnya adalah
memaksimalkan efektivitas. sumberdaya lebih cepat tersedia, dan
Sangatlah penting bahwa mengurangi biaya-biaya bunga bersih
pemerintah.
kebijakan manajemen kas itu
Source: LATPS Occasional Paper No. 20 "Estudio
mendukung keseluruhan Comparativo Sobre Administracion de Caja Publica en
America Latina," by the Inter-American Auditing and
kebijakan fiskal pemerintah dan Accounting Institute.
62 Manajemen Kas
pencapaian dari tujuan pemerintah serta sasaran dari apa yang telah tertera dalam
anggaran dan rencana operasional pada unit-unit pelaksanaan.
Untuk mencapai hasil ini, fungsi dari manajemen kas haruslah proaktif serta
mengkonsolidasi sumber dana pemerintah dan rencana penarikan dana yang
dibutuhkan. Hal itu haruslah bekerja untuk memastikan bahwa kelabihan kas
haruslah digunakan untuk investasi maupun digunakan untuk membayar kredit
jangka pendek.
Salah satu unsur kunci dari sistem manajemen kas yang baik adalah kapasitas
yang kuat untuk mengembangkan proyeksi arus kas berdasarkan atas perkiraan
penerimaan dan belanja. Hal ini meliputi kerja sama yang lekat dengan pelaksana
anggaran dan kemampuan utnuk mengumpulkan sumber dana yang tepat waktu dan
mengkonsolidasikan secepatnya dalam akun terpadu.
Apa artinya memperkecil biaya? Setiap orang terbiasa mendengar biaya dari
meminjam uang. Orang-orang kurang terbiasa dengan biaya dari idle cash atau
kegagalan untuk mencocokkan waktu antara sumber daya dan belanja. Di
manajemen kas modern di sektor swasta, kelebihan sumber daya kas diinvestasikan
dalam “akun semalam” untuk memaksimalkan pengembalian bunga. Idle cash
merupakan kesempatan yang disia-siakan. Baik terlalu banyak dipinjam atau
pendapatan bunga yang potensial telah hilang. Dikedua kasus tersebut pasti
memberikan beban bagi pemerintah.
Budget
Fiscal Policy
Public Debt Government Short-Term
Revenues Credit
CASH MANAGEMENT
ketika ada biaya dalam idle cash, ada suatu beban yang bahkan lebih besar dengan
tidak mempunyai persediaan sumber daya untuk membayar rekening pemerintah
dalam suatu waktu. Biaya-biaya ini mempunyai beberapa bentuk. Pertama, biaya
bunga pinjaman yang jatuh tempo. Bahkan di beberapa kasus, di mana pemerintah
dibolehkan untuk meminjam dalam bentuk “secara cuma-cuma” dari bank sentral,
masih memiliki biaya untuk pemerintah: dana yang dipinjamkan ke pemerintah secara
bebas dari bunga, mungkin telah diinvestasikan di tempat lain dan mendapatkan
pendapatan.
Meminjam uang untuk shortfalls dana kas sementara membutuhkan sedikitnya
sejumlah kecil rencana. Di beberapa kejadian rencana tersebut tidak dapat
dilaksanakan, jadi tagihan-tagihan tidak dapat terbayar. Walaupun “pinjaman” ini
berasal dari vendors terlihat tanpa bunga, tapi pinjaman tersebut sebenarnya
mengandung biaya yang tinggi. Berkualitas, vendors yang berorientasi bisnis yang
manapun akan berhenti berbisnis dengan pemerintah, beban premi dengan
meningkatnya harga-harga untuk menutupi cost of capital yang mengikat yang dapat
diterima oleh pemerintah, atau menyediakan layanan dengan tingkatan yang lebih
rendah.
Dalam zaman modern, kas pemerintah harus secara hati-hati diatur, tidak hanya
dijamin aman. Tak lagi cukup memiliki kantor yang hanya menjadi pembayar tagihan-
tagihan. Kas adalah aset yang membebani sektor publik dan dapat bertindak sebagai
generator dana. Sumber daya kas suatu negara harus dapat diatur sedemikan rupa
untuk dapat memperkecil biaya-biaya pinjaman, memaksimalkan pendapatan bunga
dan pada waktu yang bersamaan meyakinkan bahwa fungsi-fungsi pemerintah
memiliki sumber dana yang dibutuhkan. Untuk memenuhi hal ini, manajemen kas
harus terintegrasi secara lekat dengan komponen lain dari IFMS. Hal ini harus
proaktif dalam pendekatannya, dari pada secara pasif menunggu voucher
pembayaran tiba.
Kehidupan ekonomi dari negara modern dibagi menjadi tahun fiskal, tapi arus
kehidupan suatu negara – sumber dananya – dalam basis yang berkelanjutan.
Fungsi manajemen kas harus dapat mengatur arus tersebut.
Siklusnya bermula dengan persiapan anggaran ketika arus masuk dan arus
keluar sumber daya telah direncanakan bergantung pada basis akuntansi, anggaran
dapat berupa basis kas atau basis akrual. Dengan mengabaikan basis, fungsi
manajemen kas harus mempersiapkan proyeksi arus kas berdasarkan anggaran
yang telah di setujui.
pemerintah kekurangan dana pada titik-kritis dalam tahun layanannya dan yang
lainnya memiliki kelebihan dalam berbelanja untuk periode yang tertentu.
Salah satu contohnya adalah agrikultur – aktivitas musiman dengan beban yang
lebih banyak pada saat musim tanam dan musim panen daripada waktu lainnya.
Perluasan pekerjaan agrikultur secara normal mengikuti pola musiman tersebut.
Karena tingkatan aktivitas dan sumber daya harus berjalan beriringan, jika anggaran
agrikultur dibgai menjadi porsi yang sama, beberapa periode dalam siklus anggaran
akan kekurangan dana ketika pada bagian lain memiliki kelebihan sumber daya –
sumber daya yang akan dibelanjakan tidak secara bijak dikarenakan kebutuhan untuk
“membelanjakan anggaran yang tersedia”
Personil manajemen kas perlu bekerja dengan berbagai macam bagaian dalam
mengembangkan proyeksi kas untuk menghindari suatu kebutuhan yang dibebankan
pada awal bagian tahun itu. Hal ini dapat dipermudah dengan membiarkan instansi
membuat penyesuaian triwulanan (atau lebih sering) untuk arus kas yang mereka
harapkan selama totalnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui oleh badan
legislator.
Satu unsur dalam manajemen kas adalah berpusat kepada fungsi manajemen
kas dari IFMS adalah konsep rekening bank tunggal pemerintah. Rekening tunggal.
Dengan beberapa sub-rekening, membolehhkan sumber dana pemerintah untuk
dapat diatur secara keseluruhan. Ketika rekening tunggal di gunakan, sub-rekening
dibuka untuk beberapa instansi atau proyek, tergantung kebutuhan. Dalam
memutuskan apakah sub-rekening perlu dibuka, biaya pengaturan sub-rekening
dipertimbangkan dahulu dari sisi keuntungan dan pengeluarannya dengan instansii/
proyek tertentu. Menggunakan rekening tunggal berarti bahwa kas tidak akan diam di
satu rekening instansi ketika instansi yang lain tidak dapat membayar tagihan. Hal ini
juga dapat menghapus biaya-biaya transaksi transfer dana dari rekening pusat ke
badan pemerintah lainnya.
Sistem pembayaran adalah aspek yang sangat penting dalam fungsi manajemen
kas dana akan berbeda antara negara yang satu dengan yang lain, tergantung pada
tingkat kesempurnaan sektor keuangan. Di seluruh dunia, persentasi transaksi uang
tunai terus merosot ketika cek dan mekanisme elektronik untuk memindahkan dana
menjadi umum. Ketika kecenderungan ini menjadi signifikan di negara-negara
industri, fungsi manajemen kas harus dapat dirancang untuk mendapatkan
keuntungan maksimal dari pembayaran alternatif yang menurunkan biaya-biaya
transaksi dan meningkatkan manajemen.
PENGUMPULAN
Jika manajemen kas tidak dekat kaitannya dengan unsur-unsur lain dari IFMS,
mengatur pendapatan pemerintah dan pengeluaran pemerintah seperti mengendarai
66 Manajemen Kas
mobil memakai penutup mata. Kemajuannya akan sangat lambat atau kamu akan
merusak mobil tersebut.
Sumber dana yang tersedia untuk instansi operasional yang secara langsung
terikat dengan kewenangan untuk melakukan pengeluaran dan bagaimana
pengeluaran tersebut dibagi dalam satu tahun. Kewenangan melakukan pengeluaran
adalah suatu keseimbangan antara pendapatan yang tersedia (biasanya
diproyeksikan berdasarkan penerimaan yang lalu), kewenangan melakukan
peminjaman jangka pendek dengan program yang dibutuhkan. Kebanyakan negara
memprediksi pendapatan berdssarkan penerimaan dari tahun-tahun sebelumnya dan
dari bulan-bulan sebelumnya pada tahun fiskal yang sama. Beberapa negara, seperti
Argentina, memberi kewenangan Perbendaharaan untuk membuat hutang jangka
pendek, dengan batasan tertentu, untuk membantu mencocockkan sumber daya
dengan kebutuhan. Semua pinjaman jangka pendek tersebut harus telah dilunasi
pada akhir tahun anggaran. Peru memiliki suatu kelompok yang memiliki koordinasi
permanen tingkat tinggi terdiri atas wakil Menteri Keuangan, wakil menteri Ekonomi,
direktur anggaran, direktur manajer bank sentral dan bank nasional dan perwakilan
dari perbendaharaan dan utang negara. Badan ini bertemu tiap bulannya untuk
menentukan kebijakan prioritas pengeluaran.
Dengan mengabaikan proses, ketika anggaran telah disetujui oleh badan politik
yang berwenang, kemudian program manajemen harus menentukan faktor penentu
utama dalam memutuskan kewenangan dan jatah bulanan atau triwulanan yang
dapat ditarik. Seringkali terdapat ketiadaan hubungan antara jatah anggaran dengan
kewenangan pengeluaran dengan hasil yang telah dianggarkan, pengeluaran tidak
dapat dilakukan karena kekurangan likuiditas. Di beberapa negara, manajeman kas
menggunakan jatah anggaran dan/ atau kewenangan pengeluaran untuk menahan
pengeluaran agensi sampai mendekati akhir tahun. Pada akhir tahun hanya
beberapa persen dari total dana telah dibelanjakan, mengalahkan seluruh tujuan
proses anggaran. Hasilnya adalah keterlamabatan pembayaran untuk vendor (yang
telah menaikkan harga yang harus dibayar oleh pemerintah untuk barang dan jasa)
dan keterburu-buruan dalam membelanjakan dana pada akhir tahun fiskal. Personil
manajemen kas tidaklah cukup dekat dengan program untuk mengatur lewat kendali
kewenangan pengeluaran. Mencoba untuk membebaskan agensi dari tanggung
jawab untuk mendapatkan hasil, sejak manajemen kas tidak menyediakan sumber
daya yang telah disetujui dan dibutuhkan pada waktu tertentu. Suatu pendekatan
pengitegrasian dan pengkoordinasian antara anggaran dan manajemen kas
mengakibatkan peningkatan penggunaan sumber daya yang terbatas.
akuntansi menyediakan umpan balik yang tetap kepada fungsi manajemen kas dalam
kaitannya dengan pengeluaran yang telah dibayar dan yang tersisa untuk dibayar.
Akuntansi juga menyediakan informasi dalam pemungutan pendapatan—mengijinkan
68 Manajemen Kas
kedalam satu kantor. Utang negara menyediakan sumber daya sampai dengan
manajemen kas dan membuat permintaan dalam kaitannya dengan servis pinjaman.
Kebijakan hutang dan manajemen kas harus terkoordinasi dengan lekat. Suatu
ajaran manajemen finansial adalah bahwa sumber dari sumber daya harus cocok
dengan jenis-jenis pengeluaran. Hal ini tidak dapat selalu terpenuhi di sektor publik.
Menyatukan utang jangka panjang agar bertemu dengan biaya operasional tidak
akan berjalan dalam waktu yang lama. Cepat atau lambat tagihan harus dibayarkan.
Demikian jugam pembiayaan proyek jangka panjang dengan dana jangka pendek
sangatlah beresiko. Jikak utang tidak dapat berjalan terus, maka proyek tersebut
akan tetap dalam pengerjaan dan tidak memberikan kontribusi pada kesehatan
ekonomi negara ketika menempatkan permintaan pada sumber daya ekonomi.
RINGKASAN MATERI
LATIHAN
PENGELOLAAN PENERIMAAN
KAS DAN PENGELUARAN KAS
Tujuan Pembelajaran:
sampai pada saat benar-benar dibutuhkan. Prinsip ini juga berlaku bagi organisasi
pemerintah di mana pemerintah harus memikirkan cara agar penerimaan dapat
segera dimasukkan dalam rekening negara dan menahan pengeluaran unit-unitnya
sampai benar-benar dibutuhkan. Dengan kata lain, pemerintah harus menjamin
bahwa rencana anggaran yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan baik tanpa
mengabaikan pengelolaan yang baik atas sumber daya keuangannya.
Untuk itu, pemerintah harus menyusun sistem penerimaan dan pengeluaran kas
yang baik. Sistem penerimaan kas harus dapat menjamin bahwa semua penerimaan
yang telah menjadi hak negara masuk dalam kas negara tepat waktu, di lain pihak,
sistem pengeluaran kas harus dapat menjamin bahwa dana yang dibutuhkan oleh
unit-unit pemerintah dapat tersedia tepat waktu agar pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya tidak terganggu.
Salah satu aspek dalam pengelolaan kas yang baik adalah berkaitan dengan
rekening yang dimiliki oleh pemerintah. Penggunaan rekening kas negara sangat
terkait dengan keberadaan perbankan yang memungkinkan pendistribusian
pengeluaran negara dapat dilaksanakan lebih efficient daripada pendistribusian
secara fisik kas. Keberadaan rekening ini adalah sangat penting sebagai lumbung
kas negara sehingga memudahkan kontrol atas keluar masuknya kas. Dengan
adanya rekening kas negara maka ketersediaan kas pada periode tertentu dapat
dengan cepat dimonitor.
Penggunaan rekening kas dapat bervariasi dari berbagai negara. Rekening dapat
dibentuk secara tersentralisasi pada satu rekening yang dikuasai oleh otoritas
perbendaharaan atau terdesentralisasi pada rekening departemen atau unit
1
Schiavo-campo, Salvatore and Daniel Tommasi, Managing Government Expenditure, Asian Development
Bank, 1999, p.178, par.1
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 75
Dalam praktiknya dari sisi pengeluaran, TSA dilakukan dengan berbagai variasi
metode untuk sentralisasi transaksi dan arus kas pada beberapa negara. namun
secara umum hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu3:
1. Tresury Single Account and Centralized Accounting Control; dalam sistem ini
permintaan pembayaran dari departemen atau unit pengguna dana
diserahkan pada otoritas perbendaharaan yang mengontrol dan
merencanakan pembayarannya. Otoritas perbendaharaan mengelola float
atas tagihan yang belum dibayar.
2. Passive Treasury Single Account; dalam sistem ini pembayaran dilakukan
langsung oleh departemen atau unit pengguna dana, namun melalui sebuah
Treasury Single Account. Otoritas perbendaharaan, atau aturan penggunaan
anggaran, mengatur batas kas atas jumlah transaksi yang diperbolehkan
namun tidak mengontrol transaksi secara individual.
Kelompok yang pertama terlihat lebih efisien dalam pengelolaan kas dan
pengendalian atas pengeluaran. Namun sentralisasi berlebih atas pengelolaan float
dan pembayaran dari tagihan-tagihan dapat berakibat kontraproduktif bagi
keseluruhan sistem, seperti terjadinya penyaluran dana tidak tepat waktu. Kelompok
berikutnya, dalam praktiknya terdiri dari beberapa rekening bank. Rekening tersebut
dapat dibuat hanya pada bank central atau juga pada beberapa bank lain. Akun-akun
ini secara harian akan dikosongkan dan ditransfer pada rekening pusat dalam
penguasaan otoritas perbendaharaan yang berada di bank central. Keuntungannya
adalah adanya pendistribusian tanggung jawab atas pengelolaan internal pada
departemen atau unit pengguna dana dengan tetap menaruh kendali atas kas secara
tersentral pada otoritas perbendaharaan. Dari sudut pandang managemen kas,
kedua model dari sentralisasi saldo kas tersebut mempunyai hasil yang sama.
Dari sisi penerimaan, TSA menyediakan informasi saldo kas yang up-to-date
setiap harinya. Hal ini dimungkinkan karena setiap penerimaan negara baik pajak
maupun non-pajak akan terakumulasi pada satu rekening kas negara yang terdapat
pada Bank Sentral. Dalam hal rekening penerimaan dilakukan oleh Bank Umum,
2
ibid., p.181, par.1
3
ibid
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 77
maka untuk mengurangi float atas penerimaan tersebut saldo pada rekening tersebut
sesegera mungkin ditransfer ke rekening utama, biasanya dilakukan setiap hari.
karena dana pemerintah dalam rekening kas negara terpusat pada Bank
Sentral dan Bank Sentral mendapatkan keuntungan atasnya, maka Bank
Sentral harus menyediakan imbalan atas keuntungan pemakaian kas
pemerintah tersebut.
Dalam praktiknya pembentukan TSA dapat dibuat dalam beberapa rekening yang
saling berkaitan pada tingkat regional. rekening regional dapat dibuat pada cabang
bank sentral di daerah atau pada bank umum apabila tidak terdapat cabang bank
sentral di daerah tersebut. Hal ini berguna untuk mengatasi percepatan penerimaan
negara dan kebutuhan pengeluaran negara di daerah. Rekening-rekening ini secara
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 79
dapat ditekan sampai pada titik minimal. Idealnya penerimaan tersebut dapat
langsung digunakan pada saat diterima atau dengan kata lain interval sama dengan
nol. Semakin banyak lapisan birokrasi yang terkait dalam sistem penerimaan akan
menambah interval waktu yang dibutuhkan sampai penerimaan tersebut dapat
digunakan.
Untuk mendukung terciptanya kondisi ideal, pemerintah dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan jasa sektor perbankan dalam
mengumpulkan penerimaan pajak secara efisien daripada melalui kantor pajak.
Otoritas pajak seharusnya tidak terlibat dalam pengumpulan penerimaan pajak
namun fokus pada pencarian sumber-sumber pajak dan pengendalian kepatuhan
atas pembayaran pajak oleh wajib pajak. Otoritas pajak melalui kewenangannya
dapat mengeluarkan peraturan tentang batas maksimal bagi wajib pajak dalam
melakukan kewajiban pajaknya. Sedangkan otoritas perbendaharaan melalui
kewenanggannya membuat peraturan kepada pengumpul pajak tentang batas waktu
untuk penyetoran penerimaan yang telah dikumpulkannya.
Secara umum penerimaan pajak dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
penyetoran langsung oleh wajib pajak ke kas negara dan pemotongan/pemungutan
pajak oleh pihak ketiga. Penyetoran langsung pada umumnya dilakukan oleh wajib
pajak langsung pada bank umum yang ditunjuk oleh menteri keuangan. Di Indonesia,
bank umum ini dikenal sebagai bank persepsi. Pada jenis yang pertama ini interval
waktu lebih dapat ditekan karena kas akan masuk dalam TSA secara langsung.
Permasalahan lebih pada kepatuhan wajib pajak tersebut untuk melakukan kewajiban
pajaknya ini. Sedangkan pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak ketiga
merupakan pengumpulan pajak atas subjek pajak lain. Pemotong/pemungut dapat
berupa bendaharawan pemerintah atau wajib pajak lain yang berdasarkan ketentuan
pajak melakukan pemotongan/pemungutan pajak atas pemberian pekerjaan kepada
pihak lain. Gambar 3 memberikan ilustrasi tentang cara penerimaan pajak.
Pada kedua jenis penyetoran pajak ini, percepatan dapat dilakukan pada titik
antara wajib pajak/bendahara dengan Bank Persepsi dan titik antara Bank Persepsi
dengan TSA. Khusus pada cara yang kedua harus dipastikan bahwa pemotongan
dan atau pemungutan pajak telah dilakukan oleh bendahara/WP atas pelaksanaan
suatu pekerjaan. Percepatan pada titik antara wajib pajak/bendahara dengan Bank
Persepsi dilakukan dengan mengeluarkan peraturan pemerintah tentang batas waktu
maksimal kewajiban pajak atau potongan/pungutan tersebut dapat berada rekening
wajib pajak/bendahara. Agar efektif pelanggaran atas peraturan tersebut harus
mendapatkan sanksi yang jelas dan tegas.
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 81
Berkaitan dengan percepatan pada titik Bank Persepsi dengan TSA, jika
mengacu pada kondisi ideal atas penggunaan Treasury Single Account, penerimaan
pajak yang terkumpul pada rekening Bank Persepsi harus dinihilkan dengan
mentransfer saldo ke TSA setiap hari.
Di Indonesia, posisi bank persepsi kadang juga ditempati oleh giro persepsi yang
menggunakan jaringan sentra giro gabungan (SGG). Jaringan ini dimiliki oleh Kantor
Pos di seluruh Indonesia. Penggunaan jaringan ini didasarkan pada luasnya jaringan
yang dimiliki oleh kantor pos pada pelosok nusantara. Hal ini menjadi efektif jika
berkaitan dengan pengumpulan penerimaan negara di mana perbankan tidak
terdapat pada daerah tersebut. Namun seiring perkembangan tekhnologi perbankan
saat ini di mana jaringannya telah hampir mendekati jaringan kantor pos.
Penggunaan SGG menjadi kurang efisien.
Gambar 4.4 Ilustrasi hubungan TSA, rekening penerimaan dan fungsi perbendaharaan
Laporan yang dibuat oleh otoritas perbendaharaan juga akan disalurkan kepada
otoritas perpajakan untuk monitoring pencapaian target pajak dan penilaian ketaatan
pembayar pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Laporan ini juga berfungsi
sebagai dasar bagi hasil dengan daerah penghasil pajak bersangkutan dalam hal
terdapat perjanjian pembagian pendapatan pajak antara pemerintah pusat dan
daerah, seperti halnya pembagian PBB.
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 83
Pada dasarnya sistem penerimaan bukan pajak juga melalui alur yang sama
pada penerimaan pajak. PNBP disetorkan melalui bank persepsi atau giro persepsi
yang menjadi agen bank sentral dalam mengumpulkan penerimaan negara bukan
pajak. Saldo yang dikumpulkan pada rekening bank persepsi atau giro persepsi akan
dinihilkan setiap harinya. Pada praktiknya, untuk mengumpulkan PNBP digunakan
bendahara penerimaan sebelum dana tersebut disetorkan pada kas negara melalui
bank persepsi atau giro persepsi, terutama pada unit di mana penerimaan PNBP
merupakan rutinitas dari unit tersebut, misalnya sekolah dan rumah sakit.
Titik kritis pada penerimaan PNBP terdapat pada keberadaan bendahara
penerimaan tersebut. Adanya bendahara penerimaan dapat memperpanjang interval
waktu yang dibutuhkan atas PNBP untuk sampai pada TSA. Rekening-rekening atas
nama bendahara penerimaan yang dipergunakan untuk menampung penerimaan ini
pada akhirnya menambah akumulasi kas yang menganggur. Keberadaan bendahara
penerima pada dasarnya sebagai kontrol atas penerimaan PNBP yang telah
diperoleh. Hal ini menjadi penting karena jumlah yang telah dikumpulkan akan dapat
menjadi dasar untuk pencairan kembali dana tersebut pada departemen atau unit
penghasil PNBP.
Untuk menuju kondisi yang ideal, setiap penerimaan PNBP pada rekening
bendahara penerimaan harus segera disetorkan pada kas negara (TSA) setiap
harinya secara langsung atau melalui bank persepsi. Untuk mendukung hal tersebut,
penerimaan PNBP diupayakan melalui penyetoran langsung pada rekening tidak
secara tunai. Dalam hal digunakan cara pembayaran tunai, penguatan pengendalian
internal atas penerimaan PNBP perlu diupayakan. PNBP yang telah dikumpulkan
harus sesegera mungkin disetorkan ke kas negara. untuk itu selain pembentukan
sistem internal kontrol pada unit penerima, pemeriksaan secara berkala oleh badan
pemeriksa menjadi salah satu kunci sukses dalam penerimaan PNBP.
kas, pencatatan penerimaan dan petugas rekonsiliasi; (2) rekonsiliasi dilakukan tiap
hari atas saldo kas dengan pencatatan; (3) atas penerimaan yang tersentralisasi,
setiap hari dapat langsung disetorkan ke kas negara; (4) atas penerimaan negara
yang tersebar pada beberapa unit di daerah, prosedur tambahan perlu dibuat untuk
memungkinkan rekonsiliasi dilakukan pada tiap level terdapat laporan untuk
memonitor jumlah PNBP yang telah disetorkan; (5) rekonsiliasi atas semua
penerimaan harus dilakukan secara tepat waktu, oleh karena penggunaan tekhnologi
informasi merupakan keharusan; dan (6) pemeriksaan internal oleh pejabat yang
berwenang (auditor) perlu dilakukan secara berkala.
4
ibid., p.146, par.1
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 85
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum sebuah pengeluaran
dapat dimintakan pembayaran atas beban negara apabila terpenuhi ketentuan
mengenai ketersediaan dana (appropriasi), adanya komitmen berupa kontrak atau
pesanan, dan adanya bukti penyerahan barang dan jasa sesuai kontrak atau
pesanan. Oleh karenanya, setiap unsur pada tahapan tersebut harus terdapat dalam
penyampaian tagihan pada negara. Pada kasus tertentu tahap komitmen dan
akuisisi/verifikasi sulit dibedakan atau bahkan dapat dikatakan keduanya tergabung,
misalnya pembayaran pengeluaran pegawai (gaji, tunjangan dan lain-lain), dan
pengeluaran daya dan jasa (telepon, listrik dan gas). Komitmen pada jenis
pengeluaran ini tidak harus diwakilkan dengan adanya kontrak, namun dengan
adanya tagihan atas nama pengguna dana maka tagihan tersebut perlu untuk
mendapatkan pembayaran.
Dalam kerangka TSA, pengeluaran kas hanya diberikan pada tahap pembayaran
yaitu apabila proses pengadaan barang dan jasa sudah selesai dan siap
dimanfaatkan oleh departemen atau unit pengguna dana. Sistem imprest fund dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran kecil (pembentukan petty cash) dan
diberikan pada saat appropriasi diotorisai oleh legislatif. Namun untuk mengurangi
kas menganggur (idle) jumlah tersebut harus ditekan sampai minimal. Otoritas
perbendaharaan berkewenangan untuk membuat peraturan mengenai pembentukan
petty cash tersebut.
Gambar 4.5 memberikan ilustrasi secara komprehensif mengenai sistem yang digunakan atas
pengeluaran kas dari kas negara ke rekening supplier berdasarkan peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan No. PER-66/PB/2005. bahasan selanjutnya akan dibawakan dalam kerangka peraturan
tersebut.
semua tahapan dalam siklus pengeluaran tersebut, yaitu terdapat alokasi dana untuk
pengeluaran yang dimintakan dan dana tersebut cukup; ada komitment berupa
kontrak atau pesanan; dan adanya bukti penyerahan atas barang dan jasa yang telah
dikontrakkan atau dipesan.
5
hal ini sesuai dengan pasal 11 ayat (1) KMK Nomor 134/PMK.06/2005, di mana disebutkan bahwa
pelaksanaan pembayaran dengan Uang Persediaan dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran
sepanjang pembayaran dimaksud tidak dapat dilakukan melalui pembayaran langsung (SPM-LS). Dengan
demikian logika berpikirnya adalah cara pembayaran LS terlebih dahulu, apabila tidak bisa maka
digunakan uang persediaan bukan sebaliknya.
88 Manajemen Kas
perlu disertakan dalam permintaan pembayaran langsung atas tiap jenis belanja
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Belanja pegawai
1). Pembayaran gaji dan segala bentuk turunannya. Permintaan pembayaran
dilampiri dengan (1) daftar gaji yang menunjukkan perhitungan atas
pembayaran yang dimintakan dan nama-nama pegawai yang berhak atas
pembayaran tersebut yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, (2)
surat keputusan atau surat keterangan berkaitan dengan pegawai yang
bersangkutan, dan (3) daftar potongan-potongan atas kewajiban pegawai
pada negara serta SSP PPh Pasal 21.
2). Pembayaran lembur. Permintaan pembayaran dilampiri dengan (1) daftar
pembayaran perhitungan lembur yang ditandatangani oleh pejabat
berwenang, (2) surat perintah kerja lembur, (3) daftar hadir kerja dan daftar
hadir lembur, hal ini untuk memastikan bahwa pegawai tidak hanya masuk
pada saat lembur sedangkan sehari-harinya tidak, dan (4) SSP PPh Pasal
21.
3). Pembayaran Honor/Vakasi. Permintaan pembayaran dilampiri dengan (1)
daftar pembayaran perhitungan honor/vakasi, (2) surat keputusan pemberian
honor/vakasi, dan (3) SSP Pasal 21
Lampiran-lampiran tersebut di atas pada dasarnya terdiri dari daftar yang berisi
mengenai nama-nama yang berhak mendapatkan mendapatkan pembayaran dan
perhitungan pembayaran atas masing-masing nama. Surat keputusan, surat perintah
melaksanakan pekerjaan atau surat keterangan merupakan representasi dari
komitmen pengguna anggaran untuk melakukan pembayaran. Surat ini harus
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Khusus untuk permintaan pembayaran gaji,
komitmen hanya diberikan sekali sampai komitmen tersebut diperbaharui dengan
komitmen baru, misalnya apabila ada kenaikan pangkat atau gaji.
b. Belanja non-pegawai
1) pembayaran pengadaan barang dan jasa. Lampiran yang harus disertakan
adalah sebagai berikut:
(a). kontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening rekanan;
(b). surat pernyataan kuasa PA mengenai penetapan rekanan;
(c). berita acara penyelesaian pekerjaan;
(d). berita acara serah terima pekerjaan;
(e). berita acara pembayaran;
(f). kuitansi yang disetujui oleh kuasa PA atau pejabat yang ditunjuk;
(g). faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani Wajib Pajak;
(h). jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau
lembaga keuangan non bank;
(i). dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya
sebagaian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri;
(j). ringkasan kontrak yang dibuat sesuai dengan ketentuan. Ringkasan ini berisi
mengenai nomor dokumen anggaran, kode kegiatan/sub kegiatan/MAK,
nomor dan tanggal SPK/kontrak, nama dan alamat kontraktor, nilai
SPK/Kontrak, uraian dan volume pekerjaan, cara pembayaran, jangka waktu
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 89
2) Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (listrik, Telepon dan Air).
Lampiran yang harus disertakan adalah sebagai berikut:
(a). bukti tagihan daya dan jasa;
(b). nomor rekening pihak ketiga (PT.PLN, PT. Telkom, PDAM, dan lain-lain)
dalam hal pembayaran melalui rekening tidak dapat dilaksanakan maka bisa
digunakan cara pembayaran melalui uang persediaan.
3) Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas. Lampiran yang harus disertakan dengan
daftar nominatif yang berisikan informasi tentang data pejabat (atau para pejabat
apabila terdapat beberapa orang) yang melaksanakan perjalanan dinas, tujuan,
tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk
masing-masing pejabat.
Dari lampiran-lampiran tersebut di atas jika kita tinjau dari siklus pengeluarannya,
maka kontrak/spk atau yang dipersamakan merupakan representasi dari pembuatan
komitmen untuk melakukan belanja atas beban negara. dalam hal permintaan biaya
langganan daya dan jasa dengan terpasangnya instalasi listrik, telpon dan lain-lain
merupakan representasi komitmen tersebut. Kontrak atas biaya ini bisa saja dibuat
pada awal perjanjian, namun demikian karena pemakaian yang menjadi rutinitas
sepanjang tahun maka keberadaan kontrak tidak diperlukan untuk dilampirkan. Untuk
perjalanan dinas, daftar nominatif merupakan bentuk dari komitmen. Namun demikian
perlu juga sebenarnya pelampiran surat penugasan atas perjalanan dinas tersebut
sehingga urgensi perjalanan dapat juga dipantau.
c. belanja untuk pengadaan tanah. Lampiran yang harus disertakan adalah sebagai
berikut:
(1) persetujuan panitia pengadaan tanah untuk tanah yang luasnya lebih dari 1
(satu) hektar di kabupaten/kota;
(2) fotokopi bukti kepemilikan tanah;
(3) kuitansi;
(4) SPPT PBB tahun transaksi;
(5) surat persetujuan harga;
(6) pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa atau
tidak sedang dalam agunan;
(7) pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual beli dihadapan PPAT
(pejabat pembuat akta tanah);
(8) SSP PPH final atas pelepasan hak;
(9) Surat pelepasan hak atas tanah adat (bila diperlukan)
(1) dana tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan
akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak atnggal
diterbitkan SP2D;
(2) apabila terdapat sisi dana TUP, harus disetorkan ke rekening kas negara;
(3) tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan langsung.
c. rekening korang yang menunjukkan saldo terakhir.
Apabila setelah pengujian di atas SPP dinilai layak, maka atasnya dapat
diterbitkan SPM. Pengujian atas kelayakan pengeluaran sebenarnya dapat juga
dikaitkan dengan kontrol atas siklus pengeluaran tersebut. Pengujian tersebut
meliputi:
• pengujian atas pemenuhan pada tahap pembuatan komitmen. Perlu
diperiksa (1) apakah rencana pengadaan/penggunaan dana telah disetujui
oleh pejabat yang berwenang (otorisator); (2) apakah dana yang akan
digunakan telah dianggarkan dan cukup untuk membiayai pengadaan; dan
(3) apakah pengeluaran telah direncanakan sesuai dengan katagori.
• pengujian atas pemenuhan pada tahap penerimaan barang atau jasa
(verifikasi). Perlu diperiksa apakah benar telah terjadi penerimaan atas
barang atau jasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya berita acara serah terima
atau berita acara penyelesaian barang untuk pengadaan barang atau jasa
yang pembayarannya dilakukan dalam beberapa termin.
2. Penjadwalan Pembayaran
• SP2D Gaji induk diterbitkan paling lambat lima hari kerja sebelum awal bulan
pembayaran gaji.
• SP2D Gaji non Induk diterbitkan paling lambat lima hari kerja setelah diterima
SPM secara lengkap.
• SP2D UP/TUP/GUP dan LS paling lambat satu hari kerja setelah diterima SPM
secara lengkap.
Dengan batasan ini tidak ada alasan bagi otoritas perbendaharaan untuk
menunda pembayaran atas SPM yang diterima dalam hal SPM tersebut telah
dilampiri secara lengkap. Namun demikian tidak ada ketentuan mengenai batasan
waktu atas proses dalam departemen atau pengguna dana agar tagihan yang
diajukan menjadi SPM.
94 Manajemen Kas
Setelah proses pada departemen atau pengguna dana telah selesai, yaitu
permintaan pembayaran telah menjadi Surat Perintah Membayar (SPM), maka
proses selanjutnya adalah proses yang dilakukan oleh otoritas perbendaharaan untuk
mencairkan dana yang dimintakan. Proses internal pada KPPN ini diilustrasikan pada
gambar 6 di atas.
Atas SPM yang dikirimkan ke KPPN harus dilampiri bukti pengeluaran sebagai
berikut:
Atas SPM yang diterima oleh KPPN dilakukan pengujian yang mencakup
pengujian yang besifat substantif dan formal. Pengujian ini dilakukan oleh seksi
perbendaharaan. Pengujian substantif dilakukan untuk: (1) menguji kebenaran
perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM; (2) menguji ketersediaan dana
pada kegiatan/ sub kegiatan/MAK dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM tersebut; (3)
menguji dokumen sebagai dasar penagihan (ringkasan kontrak/SPK, Surat
keputusan, Daftar nominatif perjalanan dinas); (4) menguji surat pernyataan tanggung
jawab (SPTB) dari kepala kantor/satker atau pejabat lain yang ditunjuk terhadap
kebenaran pelaksanaan pembayaran; dan (5) menguji faktur pajak beserta SSP-nya.
Pengujian ini pada dasarnya adalah pengujian atas kebenaran perhitungan atas
pengeluaran dan ketersediaan dana atas pengeluaran tersebut.
dilakukan untuk memastikan bahwa pengeluaran telah diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang.
2. SP2D diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) dan dibubuhi stempel timbul seksi
bank/giro atau seksi bendum yang disampaikan kepada:
a. Lembar 1: Kepada Bank Operasional;
b. Lembar 2: Kepada penerbit SPM dengan dilampiri SPM yang telah
dibubuhi cap “telah diterbitkan SP2D tanggal... Nomor...);
c. Lembar 3: sebagai pertinggal di KPPN (seksi verifikasi dan akuntansi),
dilengkapi lebar ke-1 SPM dan dokumen pendukungnya.
SP2D yang telah diterbitkan dibuatkan daftar pengujinya, yaitu daftar pengantar
SP2D yang berfungsi kontrol dari Kepala Kantor atas penyelesaian SP2D. Daftar
penguji ini ditandtangani oleh seksi bank/giro pos atau seksi bendum dan kepala
KPPN serta dibubuhi stempel timbul kepala KPPN. Daftar penguji juga digunakan
sebagai kontrol atas penyampaian SP2D ke Bank Operasional dan tanda terima
bahwa SP2D tersebut telah diserahkan kepada bank. SP2D yang tidak dibuatkan
daftar penguji tidak dapat dicairkan oleh bank karena dianggap tidak sah. Daftar
penguji ini dibuat rangkap tiga di mana pendistribusiannya adalah sebagai berikut: (1)
Bank untuk pertinggal; (2) Bank untuk ditandatangani dan diserahkan kembali kepada
KPPN; dan (3) pertinggal di KPPN.
4. Pemrosesan Transfer
Tidak ada pembayaran tunai pada KPPN. Atas SP2D yang telah diterbitkan,
transfer akan langsung ditujukan kepada nomor rekening tujuan yang tertera pada
SP2D. Nomor rekening ini merupakan nomor yang tertera pada SPM. Dalam hal
SP2D dikeluarkan atas SPM UP/TUP/GUP rekening yang dituju adalah rekening
bendahara, namun untuk SP2D yang dikeluarkan atas SPM LS rekening yang dituju
adalah rekening rekanan/supllier atau rekening bendahara.
Pengelolaan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas 97
SP2D layaknya berfungsi sebagai cek untuk mencairkan dana dari kas negara
yang terdapat pada Bank Operasional. SP2D ini tidak diberikan kepada pihak yang
akan menerima dana, melainkan diserahkan langsung kepada Bank Operasional
untuk mentransfer sejumlah dana kepada rekening tujuan. Transfer langsung
dilakukan dari rekening kas negara ke rekening tujuan. SP2D diserahkan ke Bank
Operasional oleh petugas yang ditetapkan oleh Kepala KPPN. Mekanisme seperti ini
dibuat untuk memastikan bahwa uang yang dimintakan pembayarannya langsung
diterima oleh yang berhak dengan mengurangi kemungkinan terjadinya praktik
lapping.
Kesalahan transfer yang dapat ditrasir dari dokumen SPM yang dikirimkan oleh
departemen atau pengguna dana dan SP2D yang bersangkutan. Apabila dalam
SP2D menuliskan rekening yang salah maka kesalahan terdapat pada proses di
KPPN, apabila SP2D dan SPM menunjuk rekening yang sama namun ternyata salah
maka kesalahan berada pada departemen atau pengguna dana. Namun demikian
salah satu pengujian yang dilakukan oleh KPPN adalah mengenai ketepatan
penulisan. Rekening harus diuji dengan dokumen pendukung, seperti dokumen
kontrak/SPK.
Terdapat beberapa manfaat dari program kartu pembelian, yang dapat diperoleh
oleh para pemegang kartu, antara lain:
• Kenyamanan pembelian tanpa harus melakukan pemesanan terlebih dahulu.
• Expediting delivery of goods,
• Perluasan pilihan atas penyedia barang yang akan dibeli
• Mengurangi paperwork
Kartu pembelian mungkin saja diterbitkan atas nama entitas pemerintahan yang
secara jelas akan mengindikasikan siapa pembeli atas suatu barang/jasa. Setiap
transaksi yang dibuat menggunakan kartu akan menjadi hutang bagi entitas
pemerintah pemegang kartu. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu waspada
terhadap setiap resiko yang berkaitan dengan penggunaan kartu pembelian.
Box 2
Referensi:
• An Elected Official’s Guide to Procurement, Patricia C. Watt, GFOA 1995
• An Introduction to Electronic Commerce: Government Cash Management Programs, GFOA, 1998.
Pengurangan atas float dari sisi pengeluaran dapat juga dikurangi sebagaimana
dilakukan pada sisi penerimaan. Pembayaran tagihan atas pengeluaran departemen
atau unit pengguna dapat langsung dibayarkan sesaat setelah SP2D dikeluarkan
oleh KPPN sebagai otoritas perbendaharaan. Proses yang perlu dipercepat adalah
pemrosesan pembayaran itu sendiri yang terjadi pada departemen atau unit
pengguna dana dan pada otoritas perbendaharaan. Dengan demikian waktu yang
diperlukan bagi suatu tagihan untuk dapat diterima pembayarannya akan dapat
diminimalkan.
RINGKASAN MATERI
6
Schiavo-campo, Salvatore and Daniel Tommasi, Managing Government Expenditure, Asian Development
Bank, 1999, p.178, par.1
100 Manajemen Kas
Salah satu aspek dalam pengelolaan kas yang baik adalah berkaitan dengan
rekening yang dimiliki oleh pemerintah. Penggunaan rekening kas negara sangat
terkait dengan keberadaan perbankan yang memungkinkan pendistribusian
pengeluaran negara dapat dilaksanakan lebih efficient daripada pendistribusian
secara fisik kas. Keberadaan rekening ini adalah sangat penting sebagai lumbung
kas negara sehingga memudahkan kontrol atas keluar masuknya kas. Dengan
adanya rekening kas negara maka ketersediaan kas pada periode tertentu dapat
dengan cepat dimonitor.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum sebuah pengeluaran
dapat dimintakan pembayaran atas beban negara apabila ketentuan mengenai
ketersediaan dana (appropriasi), adanya komitmen berupa kontrak atau pesanan,
dan adanya bukti penyerahan barang dan jasa sesuai kontrak atau pesanan.
LATIHAN
Tujuan Pembelajaran:
Investasi jangka pendek dan pinjaman jangka pendek adalah jenis investasi dan
pinjaman yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun. Keduanya memiliki
104 Manajemen Kas
kaitan yang erat dengan manajemen kas. Secara teoritis pinjaman jangka pendek
merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutupi
kekurangan kas. Begitu pula dengan investasi jangka pendek biasanya dijadikan
media untuk memanfaatkan kelebihan kas. Bab ini akan berbicara mengenai
keduanya sebagai bagian dari manajemen kas. Pembahasan tidak hanya berkutat
mengenai investasi dan pinjaman jangka pendek di sector publik, tetapi akan lebih
banyak mengenai praktiknya di sector privat (korporat). Hal ini bertujuan untuk
memberikan perbandingan dari pengelolaan kas di kedua sector tersebut sehingga
bisa diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lebih dari itu, bab ini juga
mencoba untuk memberikan suatu wacana baru bagi pengelolaan kas negara
dengan melihat kemungkinan diadopsinya beberapa praktik pengeloaan kas sector
privat, seperti kemungkinan menginvestasikan kelebihan kas pemerintah ke dalam
instrumen pasar uang dan penggunaan pinjaman jangka pendek bank komersial
sebagai instrumen pembiayaan pemerintah.
Praktik yang umum di sector publik selama ini dalam memberlakukan kelebihan
kas adalah dengan membentuk “foreign currency reserve” (cadangan mata uang
asing) di bank sentral. Dilihat dari perspektif stabilitas keuangan hal ini merupakan
sesuatu yang amat vital, meskipun tentu saja tidak mengahasilkan return apa-apa
bagi pemerintah. Penyertaan modal BUMN merupakan strategi lain yang lazim
dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan kas. Di Indonesia sendiri kelebihan kas
negara bisa ditempatkan di bank sentral/bank umum yang menghasilkan bunga/jasa
giro dengan tingkat bunga yang berlaku umum atau digunakan untukmembeli kembali
Surat Utang Negara.
Secara umum, pasar keuangan (financial market) terdiri dari pasar uang (money
market) dan pasar modal (capital market). Pasar uang adalah pasar untuk surat-surat
utang yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat (biasanya kurang dari satu tahun).
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 105
Sedangkan pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk utangjangka panjang
(utangdengan masa jatutempo lebih dari satu tahun) dan untuk modal saham.
Istilah pasar uang dipakai untuk sebuah kelompok yang tidak memiliki hubungan
erat dengan pasar, mereka adalah pasar dealer. Dealer merupakan pedagang surat
berharga, mereka membeli surat berharga untuk persediaan kemudian pada waktu
yang tepat surat-surat berharga tadi dijual. Berbeda dengan broker saham yang
bertindak sebagai agen bagi pemilik saham dalam melakukn pembelian dan
penjualan saham di pasar modal; mereka tidak memiliki surat-surat berharga
tersebut.
Di Amerika Serikat pasar uang didominasi oleh bank-bank besar, dealer surat
berharga pemerintah, dealer commercial paper, dan sejumlah broker uang. Broker
uang bekerja khusus dalam mencari pihak yang bersedia memberikan pinjaman
jangka pendek dan menyalurkan dana yang didapat kepada peminjam (borrower).
Pasar uang dan pasar modal hanyalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
jenis komoditas yang dijual. Namun pada kenyataannya, pasar keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi pasar primer (primary market) dan pasar sekunder
(secondary market).
1. Pasar Primer
Pasar primer tejadi ketika pemerintah atau perusahaan untuk pertama kalinya
menjual surat berharga. Perusahaan memiliki dua alternative pasar primer yaitu
penawaran umum (public offering) dan penempatan khusus (private placements).
Pasar sekunder terjadi ketika terjadi perdagangan surat utangdan saham setelah
pertama kali terjual. Ada dua macam pasar sekunder: Pasar lelang (auction markets)
dan pasar dealer (dealer market).
Yang dimaksud dengan auction markets adalah pasar modal, di mana terjadinya
transaksi lelang. Sedangkan yang dimaksud dengan dealer market adalah pasar di
mana investor dan dealer melakukan negosiasi jual-beli secara langsung sehingga
106 Manajemen Kas
tecapai kesepakatan (deal). Salah satu bentuk yang popular dari dealer market
adalah over-the-counter (OTC) market.
Di Indonesia telah tersedia pasar sekunder untuk surat hutang. Salah satu dealer
market yang cukup dikenal adalah OTC-FIS (Over The Counter- Fixed Income
Service) yang dimiliki oleh BES. Selain itu telah ada HIMDASUN (Perhimpunan
Pedagang Surat Utang Negara) dan IFIDA (Indonesian Fixed Income Dealer
Association). HIMDASUN sendiri sampai saat ini beranggotakan 10 bank lokal 5 bank
swasta asing dan 4 sekuritas. Pembentukan HIMDASUN.
Pada deposito biasa, jumlah yang kita setorkan ke deposito hanya bisa diambil
setelah jangka waktu tertentu. Pemilik deposito bisa menarik uangnya sebelum waktu
yang ditentukan dengan konsekuensi bunga yang diterima akan dikurangi. Berbeda
dengan negotiable certificate of deposit (CD) yang bisa dijual sebelum jatuh
temponya kepada pihak lain yang berminat (selain bank penerbit) tanpa persetujuan
bank penerbit terlebih dahulu. Jangka waktu tempo untuk jenis investasi ini biasanya
antara 30 hari sampai tiga bulan.
2. Commercial Paper
Secara umum bank bisa dikatakan memiliki fungsi sebagai penghubung antara
pihak memiliki kelebihan dana (penabung) dengan pihak yang membutuhkan dana
(peminjam) meskipun kedua belah pihak tersebut tidak dipertemukan. Melalui
Commercial Paper pihak yang membutuhkan dana bisal angsung mendapatkan dana
yang dibuthkan dari pihak yang memiliki kelebihan dana tanpa perantara.
Commercial Paper biasanya didukung (back-up) oleh line of credit yang dibuat
oleh penerbit dengan bank. Sehingga jenis investasi ini relative aman dari risiko
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 107
default (tidak terbayar). Waktu jatuh tempo untuk Commercial Paper berkisar dari 60
hari sampai sembilan bulan. Penerbit Commercial Paper pada umumnya perusahaan
yang memiliki kredibilitas tinggi dan telah mendapat kepercayaan masyarakat.
Perusahaan besar umumnya lebih memilih menerbitkan Commercial Paper dibanding
dengan meminjam ke bank dikarenakan biaya untuk biaya untuk penerbitannya lebih
kecil dibanding biaya pinjaman ke bank.
3. Medium-Term Notes
4. Banker’s Acceptance
5. Repurchase Agreement
Repurchase Agreement atau yang lebih dikenal dengan sebutan repos adalah
pinjaman dengan jaminan kepada delaer surat hutang. Investor membeli obligasi
kepada dealer dengan perrjanjian obligasi tersebut akan dibeli kembali oleh dealer
pada waktu yang telah ditentukan. Seringkali waktu yang disepakati untuk membeli
kembali obligasi tersebut amat singkat (24 jam). Sekilas repos kelihatan sangat
marketable dan hampir tanpa risiko, akan tetapi dalam kenyataannya, kebangkrutan
beberapa dealer di Amerika Serikat telah menyebabkan obligasi tidak dibeli kembali.
Maturity Dasar
Borrower
Investasi (Jatuh Marketability Penghitungan
(Peminjam)
Tempo) Return
108 Manajemen Kas
Maturity Dasar
Borrower
Investasi (Jatuh Marketability Penghitungan
(Peminjam)
Tempo) Return
Treasury Pemerintah 3 bulan, 6 Pasar sekunder
bills Amerika Serikat bulan, dan yang sangat Discount
1 tahun baik
Federal Badan-badan 3 sampai 6 Pasar sekunder Discount
agency yang mewakili bulan yang sangat
discount pemerintah AS bagus
notes seperti: FHLB
(Federal Home
Loan Bank)
dan Federal
National
Mortgage
Association.
Tax-exempt Kabupaten / 3 sampai 1 Pasar sekunder Bunga pada
municipal Kotamadya, tahun yang bagus saat jatuh
notes Negara bagian, tempo
sekolah, distrik
dll.
Tax-exempt Kabupaten / 20sampai Pasar sekunder Tingkat suku
variable-rate Kotamadya, 40tahun yang bagus bunga yang
demand Negara bagian, berubah-ubah.
bonds universitas, dll
(VRDBs)
Money Bank komersial 1 minggu Tidak Bunga dengan
market sampai diperdagangkan tarif tetap (fix)
deposits dengan 12 di pasar uang
bulan
Negotiable Bank komersial Berkisar Pasar sekunder Bunga pada
certificates antara 1 yang jelek saat jatuh
of deposits sampai 3 tempo
(CDs) bulan
Commercial Perusahaan Maksimal Dealer atau Discount
Paper (CP) industri; 270 hari, penerbit (issuer)
perusahaan biasanya akan membeli
keuangan; 60 hari atu kembali
bank yang kurang
tergabung
dalam
perusahaan
holding; serta
kotamadya dan
kabupaten
Medium- Perusahaan Minimal Dealer akan Bunga;
term notes keuangan yang 270 hari; membeli kembali biasanya
(MTNs) besar dan biasanya dengan tarif
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 109
Maturity Dasar
Borrower
Investasi (Jatuh Marketability Penghitungan
(Peminjam)
Tempo) Return
perusahaan kurang dari tetap (fix)
industri 10 tahun
Bankers’ Bank komersial 1 sampai 6 Pasar sekunder Discount
acceptances yang besar bulan yang wajar
(BAs)
Repurchase Dealers di surat Satu Diperdagangkan Harga
agreements berharga malam di pasar pembelian
(repos) pemerintah sampai 3 sekunder kembali lebih
Amerika Serikat bulan tingi dari harga
jualnya; selisih
diakui sebagai
tingkat bunga
1. Maturity
2. Default Risk
Default Risk adalah kemungkinan bunga atau pokok tidak akan dibayar tepat
waktu dan dalam jumlah yang telah ditentukan. Rating (pemeringkatan ) risk biasanya
dibuat oleh lembaga khusus (seperti: Moody’s Investor Service dan Standard &
Poor’s) yang membuat pemeringkatan surat berharga dari berbagai perusahaan dan
pemerintah. Perusahaan biasanya menghindari investasi surat berharga dengan
default risk yang tinggi.
3. Marketability
Marketability adalah tingkat kemudahan suatu asset untuk diubah menjadi kas.
Ciri-ciri investasi yang marketable adalah:
110 Manajemen Kas
a. Tidak ada price-pressure effect. Jika suatu asset bias dijual dalam jumlah
besar tanpa mengubah harga pasarnya, itu berarti asset tersebut marketable.
Price-pressure effect adalah risiko di mana harga asset harus telebih dahulu
diturunkan agar bias terjual.
b. Waktu. Jika suatu asset bias dijual dengan cepat pada harga pasar yang
berlaku, itu berarti asset tersebut marketable.
Secara umum, marketability adalah kemampuan untuk menjual sebuah asset
pada harga pasar dengan cepat dan dalam jumlah yang besar. Di Amerika Serikat
jenis surat berharga yang paling marketable adalah U.S. Treasury bills.
4. Taxability
Sedangkan di Indonesia sendiri, bunga obligasi dengan kupon dikenai pajak final
20%. Begitu juga dengan obligasi tanpa bunga dan obligasi dengan kupon, diskonto
pada saat dijual dikenakan PPh final 20%.
Berdasarkan return yang diberikan, investasi pasar uang secara umum dapat
dikelompokkan menjadi investasi yang diterbitkan dengan yield basis (menawarkan
keuntungan berupa yield) dan investasi yang diterbitkan dengan discount basis
(menawarkan keuntungan berupa discount). Sebelum lebih lanjut membahas cara
penghitungan nilai investasi pasar uang dan yield-nya, ada baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu pengertian nilai dan yield. Untuk investasi dengan basis yield, nilai
adalah jumlah uang yang diteima pada saat jatuh tempo. Sedangkan untuk investasi
berbasis discount yang dimasud nilai adalah jumlah yang harus dibayar untuk
membeli investasi. Yield secara sederhana dapat diartikan sebagai tingkat
pendapatan/keuntungan dari suatu investasi, bisa berupa coupon (bunga) maupun
discount (selisih lebih antara harga beli investasi dengan harga jatuh temponya). Nilai
investasi pasar uang mempunyai kaitan erat dengan yield yang ditawarkannya oleh
karena itu penjelasan mengenai nilai investasi pasar uang tidak dapat dipisahkan
dengan penjelasan mengenai yield. Selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana
menentukan nilai investasi pasar uang dan menghitung yield-nya baik investasi
dengan yield basis maupun discount basis.
Contoh yang paling representatif dari investasi dengan yield basis adalah Money
Market Deposits dan Certificates of Deposits. Kedua surat berharga tersebut
biasanya ditebitkan pada nilai par-nya.
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 111
R = M x d x (N/365) ……(5.1)
Yield dalam hal ini adalah “d”. Sedangkan untuk menghitung nilai MMD pada saat
jatuh tempo adalah sebagai berikut:
F = M + R ……..(5.2)
Contoh:
Sebuah MMD dengan nilai £1.000.000; bunga 9,25 % pertahun dan jangka waktu 31
hari dibuka pada tanggal 15 januari dan jatuh tempo pada tanggal 15 februari. Maka
perhitungan bunga dan nilai jatuh temponya adalah sebagai berikut:
M = £1.000.000
d = 9,25 % pertahun
N = 31 hari
365/61
61 = 9,34 %
re = 1 + 0,09 365 - 1
112 Manajemen Kas
F =M x 1 + 0d1 N1 x 1 + 1d1 N2
365 …..(5.4)
365
Keterangan:
0d1 = Tingkat suku bunga untuk akhir periode pertama
d
1 1 = Tingkat suku bunga pada saat jatuh tempo
N1 = Lama periode pertama
N2 = Lama periode kedua
F =M x 1 + 0d2 N1 + N2 …..(5.5)
365
Contoh:
Tingkat bunga untuk £1.000.000 MMD yang diterbitkan dengan jangka waktu dua
bulan adalah 9,25 % dan tidak berubah selama masa jatuh tempo. Bulan pertama
berjumlah 31 hari dan bulan kedua berjumlah 28 hari. Dengan cara menginvestasikan
kembali maka nilai pada saat jatuh tempo adalah sebagai berikut:
0d1 = 0,0925
d
1 1 = 0,0925
N1 = 31
N2 = 28
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 113
= £1.015.007,80
Sedangkan jika diivestasikan selama dua bulan tanpa melakukan penarikan, maka
nilai pada saat jatuh tempo adalah sebagai berikut:
F = £1.000.000 x 1 + 0,0925 N1 + N2
365
= £1.014.952,06
Untuk menghitung nilai CD –dalam hal ini current market price-nya-, digunakan
rumus sebagai berikut:
1 + d Nim
M x 365
P = …..(5.7)
1 + r Nim
365
F
…..(5.8)
P =
1 + r Nim
365
114 Manajemen Kas
365/Nsm
Nim
re = 1 + r -1 …..(5.9)
365
Keterangan:
r = current yield
P = current market price
re = tingkat suku bunga efektif
F = maturity value
M = face value
d = tingkat suku bunga
Nim = jumlah hari antara issue dan maturity
Nsm = jumlah hari antara settlement dan maturity
Nis = jumlah hari antara issue dan settlement
Sedangkan jika CD tidak dimiliki dari saat pertama diterbitkan dan dijual sebelum
jatuh tempo, maka yield dihitung dengan rumus di bawah ini:
Keterangan:
rp = yield pada saat CD dibeli
rs = yield pada saat CD dijual
Npm = jumlah hari antara pembelian dan jatuh tempo
Nsm = jumlah hari antara penjualan dan jatuh tempo
Contoh:
1. Sebuah CD di-issued dengan harga £ 1.000.000 (harga par) dengan coupon
(bunga) 8% dengan jangka waktu 91 hari akan jatuh tempo dalam 61 hari. Harga
sekarang (current price) dari CD ini adalah £ 1.005.000.
M = £ 1.000.000
P = £ 1.005.000
d = 8%
Nim = 91 hari
Nsm= 61 hari
£ 1.000.000 x 91 36
r = 1 + 0,08 -1 x = 8,9%
£ 1.005.000 36 5
2. Sebuah CD dikeluarkan dengan harga £ 1.000.000 jatuh tempo dalam 91 hari
dan coupon 8%. 61 hari lagi CD akan jatuh tempo yield pada saat sekarang
adalah 9 %. Maka Nilai pada saat jatuh tempo dan tingkat suku bunga efektifnya
adalah sebagai berikut:
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 115
M = £ 1.000.000
d = 8%
r =9%
Nim = 91
Nsm= 61
1 + 0,08 91
£ 1.000.000 x 365
P =
1 + 0,09 61
365
= £ 1.004.831,44
365/Nsm
61
re = 1 + r -1
365
3. Seorang investor membeli CD dengan jangka waktu 91 hari dengan coupon
(bunga) 10%. CD tersebut akan jatuh tempo dalam waktu 50 hari, akan tetapi 20
= 9,34 %
hari sebelum jatuh tempo CD tersebut dijual dengan yield 10%. Maka yield
selama CD dimiliki (holding yield).
rp = 0,1
rs = 0,1
Npm= 50
Nsm= 20
= 9,95%
Yang termasuk jenis investasi semacam ini adalah Treasury Bills, Bills of
Exchange, Banker Acceptance dan Commercial Paper. Rumus (5.11) dan (5.12)
digunakan untuk memperhitungan nilai investasi ketika pertama kali diterbitkan
(issue)
M …..(5.11)
P =
1 + r Nsm
365
116 Manajemen Kas
1 -d Nsm …..(5.12)
P= M x
365
r = d …..(5.13)
1 – d (Nsm/365)
Keterangan:
P = harga ketika di-issue (pertama kali dijual)
M = face value
r = yield
d = tingkat discount
Nsm = jangka waktu jatuh tempo
r (equivalent yield ) pada rumus (5.13) hanya berlaku untuk investasi yang hanya
sekali menerima discount (jatuh tempo dalam 6 bulan atau kurang). Sedangkan untuk
menghitung yield dari investasi yang menerima discount lebih dari satu kali (jatuh
tempo lebih dari 6 bulan) digunakan rumus (5.14).
Seperti pada CD, untuk investasi yang dibeli setelah issue dan dijual sebelum jatuh
tempo, yield-nya dihitung dengan menggunakan rumus (5.15)
Contoh:
1. Diterbitkan Treasury Bill dengan jangka waktu 91 hari dengan nilai £100 dengan
discount 10%. Perhitungan harga penerbitan (issue) dan yieldnya adalah sebagai
berikut:
M = £100
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 117
d = 10%
Nsm = 91 hari
0,1
r = = 10,26%
1 – 0,1 (91/365)
2. Diterbitkan sebuah investasi bernilai £100 dengan jangka waktu 246 hari dan
discount 9,43%. Perhitungan harga penerbitan dan yield-nya adalah sebagai
berikut:
M = £100
d = 9,43%
H = 246 hari/365 = 0,674
365
rb =
-2(0,624) + 2{0,6742 + [2(0,674) - 1] [(100/93,65) - 1]}1/2 = 9,93%
2(0,674) - 1
3. Seorang investor membeli sbuah Treasury Bills dengan jangka waktu jatuh tempo
91 hari
10 hari setelah penerbitannya dan menjualnya tujuh hari kemudian dengan
tingkat dicount yang sam ketika dibeli yaitu 10%. Perhitungan yield-nya adalah
sebagai berikut:
ds = 0,1
dp = 0,1
Nsm = 74
Npm = 81
1 - 0,1 74 1 + dp 81 365
rh = -1 x
365 365 Npm - Nsm
= 10,23%
Dalam keadaan ekonomi yang ideal, asset jangka pendek seharusnya dibiayai
dengan utangjangka pendek, dan asset jangka panjang dibiayai dengan utangjangka
panjang. Seperti terlihat pad grafik 5.1 di mana jumlah asset tetap dan utangjangka
panjang ditambah saham selalu meningkat. Sedangkan jumlah asset lancar dan
utangjangka pendek selalu tetap setiap periodenya dan net working capital (asset
118 Manajemen Kas
lancar dikurangi utangjangka pendek) selalu nol. Akan tetapi dalam praktiknya, asset
lancar jarang sekali berjumlah nol.
Secara teoritis ada dua strategi yang biasa digunakan untuk membiayai
kebutuhan kas jangka pendek, yaitu: (1) strategi fleksibel dan (2) strategi restriktif.
Berdasarkan strategi fleksibel, asset lancar dibiayai dengan menggunakan pinjaman
jangka panjang. Pada grafik 5.3 dapat kita lihat bahwasanya pinjaman jangka
panjang pada waktu-waktu tertentu melebihi total kebutuhan asset sehingga
kelebihan tersebut bisa dinvestasikan dalam bentuk investasi jangka pendek.
Uang
Aset lancar = Utang jangka pendek
Waktu
0 1 2 3 4
Uang
Waktu
Waktu
Uang
Pembiayaan Jangka Pendek Total Kebutuhan Aset
Waktu
Grafik 5.4: Strategi Restriktif
Tidak ada jawaban yang definitif mengenai berapa jumlah pinjaman jangka
pendek. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan analisis, yaitu:
a. Kecepatan
Pinjaman jangka pendek dapat dengan lebih cepat diperoleh disbanding dengan
pinjaman jangka panjang. Pemberi pinjaman cenderung akan lebih teliti dalam
mengevaluasi kemampuan keuangan calon peminjam dan persyaratannnya bisa
sangat ketat mengingat panjangnya masa pinjaman. Karenanya, jika dana
dibutuhkan segera pinjaman jangka pendek adalah pilihan yang tepat.
b. Fleksibilitas
Dalam keadaan normal yield dari pinjaman jangka pendek biasanya mengikuti
kurva menurun (downward sloping) di mana tingkat suku bunga akan cenderung
mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Sebaliknya pinjaman jangka pendek
mengikuti kurva yield menaik (upward sloping) di mana tinkat suku bunga akan terus
naik. Sehingga dapat dikatakan bahwasanya biaya pinjaman jangka pendek lebih
kecil dibanding pinjaman jangka panjang.
d. Risiko Pinjaman
Secara umum, berbagai produk pinjaman jangka pendek yang disediakan oleh
bank bisa digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: pinjaman dengan jaminan dan
pinjaman tanpa jaminan.
Pinjaman tanpa jaminan adalah cara yang paling umum untuk membiayai
kebutuhan kas jangka pendek. Peminjam biasanya meminta line of credit (batas
maximum pinjaman) baik dengan ataupun tanpa komitmen. Tingkat suku bunga dari
line of credit pada umumnya beberapa persen lebih tinggi dari tingkat pinjaman suku
bunga bank utama (prime rate). Biasanya yang digunakan sebagai patokan LIBOR
(London Interbank Offered Rate), seperti: LIBOR + 2%.
Jaminan yang sering diminta untuk utangjangka pendek biasanya piutang atau
persediaan.Untuk pinjaman dengan jaminan piutang, piutang biasanya ditempatkan
(assigned) atau di factoring kan. Sedangkan factoring bisa dikatakan sebagai
penjualan piutang. Pembeli piutang (factor) yang berhak atas utangdan melakukan
penagihan dengan sendiri. Berbeda dengan assignment, di mana piutang dijadikan
jaminan dan peminjam berrtanggung jawab menagih piutang apabila tidak mampu
membayar pinjamannya. Selain factoring dan assignment, piutang bisa dijadikan
jaminan dengan cara meminta pelanggan membayar piutang langsung ke bank
pemberi pinjaman tanpa melalaui peminjam.
1) Blanket Inventory Lien. Jenis pinjaman ini memberikan hak gadai atas
persediaan yang dijaminkan oleh penjual.
122 Manajemen Kas
Biaya pinjaman bank berbeda antara peminjam yang satu dengan yang lain.
Untuk peminjam dengan risiko tinggi, bank cenderung akan meninggikan biaya
pinjaman. Sebaliknya untuk peminjam dengan risiko rendah biaya pinjaman akan
lebih rendah. Patokan yang digunakan biasanya prime rate, peminjam yang
dipercaya akan mendapatkan pinjaman dengan tingkat suku bunga dibawah prime
rate sedanggkan peminjam yang dinilai berisiko akan mendapatkan suku bunga di
atas prime rate. Tingkat suku bunga bank terkait dengan keadaan ekonomi dan
kebijakan pemerintah. Pada saat perekonomian lemah di mana permintaan akan
pinjaman rendah, inflasi rendah dan pemerintah memiliki cadangan uang yang cukup,
tingkat suku bunga bank biasanya rendah. Sebaliknya ketika perekonomian kuat di
mana permintaan pinjaman meningkat dan pemerintah membatasi suplai uang,
tingkat suku bunga biasanya tinggi.
Selain bunga ada banyak biaya lainnya yang terkait dengan pinjaman jangka
pendek. Berikut ini jenis-jenis biaya pinjaman jangka pendek:
1) Biaya Amortisasi
2) Jaminan (Security)
3) Garansi Pinjaman
Untuk institusi peminjam dengan skala kecil, bank biasanya meminta garansi dari
pemilik institusi tersebut sebagai penanggung jawab secara pribadi (biasanya
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 123
pemilik). Akan tetapi untuk institusi peminjam berskala besar hal ini jarang dilakukan
karena banyaknya jumlah shareholder atau stakeholder.
4) Bunga Nominal
Bunga bank ada yang tetap dan ada yang mengambang. Suku bunga
mengambang biasanya dikaitkan dengan patokan tertentu seperti prime rate, LIBOR,
atau t-bills rate. Kebanyakan pinjaman yang bersuku bunga mengambang adalah
pinjaman yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari sembilan puluh hari.
Surat utang jangka pendek biasanya menyebutkan berapa kali bunga harus
dibayar. Bunga biasanya dihitung per hari akan tetapi dibayar bulanan.
6) Jatuh Tempo
Berbeda dengan pinjaman jangka panjang yang memiliki waktu jatuh tempo yang
pasti, pinjaman jangka pendek tidak memiliki waktu jatuh tempo yang spesifik.
Sebagai contoh sering disebutkan bahwa waktu jatuh tempo 30 hari, 90 hari, enam
bulan atau setahun, ini berarti peminjam bisa memilih salah satu waktu jatuh tempo
dan memperpanjang waktu jatuh tempo dengan persetujuan bank.
7) Discount
4. Memilih Bank
lainnya yang harus dipertimbangkan, berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelum menentukan bank peminjam:
Setiap bank memiliki kebijakan yang berbeda mengenai risiko, ada yang
konservatif (menghindari risiko), ada pula yang moderat. Bank yang memiliki jumlah
deposit yang fluktuatif biasanya lebih konservatif dibanding bank-bank yang memiliki
jumlah deposit yang besar yang biasanya lebih moderat. Selain itu bank-bank yang
memiliki cabang yang banyak dan tersebar biasanya lebih moderat dikarenakan risiko
yang besar dari suatu cabang akan diperhitungakan secara agregat dengan risiko
dari cabang yang lain.
Bank-bank tertentu memiliki divisi konsultasi, dari pengalaman yang didapat dari
nasabah lain seringkali bank mampu memberikan nasihat yang berharga dalam
menghadapi masalah yang dihadapi atau memperbaiki keadaan yang telah ada.
c. Spesialisasi
Mengetahui spesialisasi dari suatu bank berguna bagi calon peminjam. Bank
yang memiliki spesialisasi yang sesuai dengan bidang operasi usaha peminjam akan
lebih membantu bagi peminjam sendiri.
Batas maksimal pinjaman yang dapat diberikan bank biasanya berkaitan erat
dengan ukuran bank tersebut. Bank hanya diperbolehkan meminjamkan jumlah
(presentase) tertentu dari modal sahamnya ditambah laba ditahan. Untuk pinjaman
dengan jumlah besar sebaiknya dipilih bank-bank besar.
e. Merchant Banking
Istilah “Merchant Bank” bisa diartikan bank yang tidak hanya menyediakan
pinjaman tapi juga modal dan nasehat keuangan. Bagi calon peminjam bank seperti
akan lebih menguntungkan.
f. Pelayanan Lainnya
Calon peminjam juga perlu mengevaluasi fasilitas apa saja yang ditawarkan oleh
bank peminjam. Calon peminjam semestinya mempertimbangkan fasilitas–fasilitas
seperti: pelayanan manajemen kas, transfer, kemudahan mendapatkan mata uang
asing dan penitipan dan fasilitas lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan
preferensinya.
Pinjaman dan Investasi Jangka Pendek 125
Selain pinjaman dari bank, penerbitan surat utang jangka pendek mungkin bisa
menjadi alternative lain pembiayaan jangka pendek pemerintah pusat maupun
daerah. Di Amerika Serikat sendiri surat utang jangka pendek telah menjadi hal yang
tidak asing lagi sebagai sumber pembiayaan jangka pendek. Pemerintah pusat
menerbitkan treasury bill, sedangkan Pemerintah negara bagian dapat menerbitkan:
Tax-exempt municipal notes, Tax-exempt variable-rate demand bonds (VRDBs) dan
Commercial Paper (CP). Kelebihan penggunaan instrumen pasar uang sebagai
pembiayaan dibanding pinjaman bank salah satunya adalah total biaya pinjaman
yang dikeluarkan untuk penerbitan surat utang lebih rendah daripada total biaya
pinjaman bank. Selain itu syarat pinjaman yang seringkali ketat dan terlalu mengikat
tidak ada dalam penerbitan surat utang negara.
Sejauh ini telah ada UU 24/2002 yang mengatur mengenai Penerbitan Surat
Perbendaharaan Negara oleh Pemerintah Pusat. Surat Perbendaharaan Negara
adalah surat utangjangka pendek dengan jangka waktu jatuh tempo satu tahun dan
menawarkan return berupa discount. Di tingkat pemerintah daerah, telah ada UU
33/2004 yang mengatur mengenai pinjaman jangka pendek, menengah dan panjang
oleh pemerintah daerah. Akan tetapi dalam praktiknya baru Surat Perbendaharaan
Negara yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
a. Biaya pinjaman
jaminan biaya lain yang timbul selain bunga adalah commitment fee dan
compensating balances.
Untuk surat utang jangka pendek biaya pinjaman berupa discount atau coupon.
Besarnya discount dan coupon yang ditawarkan perlu diperhitungkan dengan cermat
agar tidak terlalu besar. Akan tetapi juga perlu diingat, discount yang terlalu kecil (di
bawah harga pasar) tidak akan membuat investor tertarik.
c. Security
RINGKASAN MATERI
LATIHAN
1. Ada berapa jenis komoditas yang diperjual belikan di dalam pasar keuangan?
sebutkan !
2. Apa perbedaan pasar primer dan pasar sekunder?
3. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat jenis-jenis investasi dalam pasar uang!
4. Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan investasi
di pasar uang?
5. Perhitungan nilai dari investasi di pasar uang bisa berbasis Yield (keuntungan)
dan berbasis discount, jelaskan mengenai hal ini secara singkat!
6. Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis pinjaman
jangka pendek?
7. Apa saja manfaat yang dapat diperoleh ketika melakukan pembiayaan jangka
pendek?
8. Sebutkan sumber-sumber pinjaman jangka pendek!
9. Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bank
peminjaman?
10. Sebutkan tiga kriteria dalam memilih pinjaman jangka pendek!
BAB 6
Tujuan Pembelajaran:
Kas biasanya merupakan awal dari siklus operasi sebuah organisasi. Begitu pula
dalam sistem pengendalian intern, kas biasanya merupakan titik awal. Kas adalah
salah satu aktiva yang siap untuk diubah menjadi jenis aset yang lain; sangat mudah
disembunyikan dan dipindahkan; serta sangat diinginkan. Karena karakteristik ini, kas
adalah aktiva yang paling rawan terhadap pencurian dan penyalahgunaan. Terlebih
lagi, karena jumlah transaksi kas yang sangat besar, banyak kekeliruan mungkin
terjadi dalam pelaksanaan dan pencatatan transaksi kas. Untuk menjaga kas dan
untuk memastikan akurasi catatan akuntansi untuk kas, pengendalian intern yang
efektif terhadap kas sangat penting sekali.
pengendalian intern dari COSO dapat diterapkan di semua sektor baik swasta
maupun publik.
Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
2. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola. Mengidentifikasi risiko berarti mengidentifikasi
keadaan atau kejadian potensial yang dianggap dapat mengganggu pencapaian
tujuan organisasi. Risiko dapat bersumber dari dalam maupun luar organisasi.
Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Kas 133
Risiko yang bersumber dari dalam (intern) misalnya berasal dari kelemahan
suatu sistem dan risiko bawaan dari sifat bisnis organisasi. Sedangkan risiko
yang bersumber dari luar misalnya risiko yang bersumber dari tindakan
kompetitor. Penaksiran risiko dimaksudkan untuk menetapkan derajat signifikansi
risiko agar dapat ditentukan langkah-langkah reaktif selanjutnya. Risiko yang
signifikan harus dikelola (managed), misalnya dihilangkan, dikurangi, atau
dibagi/sebar (shared) ke beberapa bagian sehingga tingkat risiko menjadi tingkat
risiko yang dapat ditolerir oleh organisasi. Namun, seringkali risiko tidak dapat
dihilangkan dan butuh biaya yang besar untuk menguranginya, manajemen
organisasi harus mempertimbangkan apakah manfaat dari pengurangan risiko
tersebut melebihi biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi risiko.
Orang atau kelompok yang menjamin otorisasi khusus atau umum untuk
transaksi seharusnya memeganga posisi yang separan dengan sifat dan
besarnya transaksi. Kebijakan otorisasi tersebut harus dibuat oleh
manajemen puncek. Misalnya, kebijakan umum adalah bahwa setiap
Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Kas 135
perolehan aktiva modal melebihi jumlah tertentu harus diotorisasi oleh dewan
komisaris.
Gambar 6.1
Hubungan Antara Tujuan, Komponen dan Domain Pengendalian Intern
138
Manajemen Kas
Pengendalian intern dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dapat
didesain dengan mengembangkan prinsip-prinsip dalam komponen aktivitas
pengendalian sehingga menjadi lebih spesifik. Aktivitas pengendalian dalam sistem
penerimaan kas dari penjualan tunai:
1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas. Fungsi penjualan yang
merupakan fungsi operasi harus dipisahkan dari fungsi kas yang merupakan
fungsi penyimpanan. Pemisahan ini mengakibatkan setiap penerimaan kas
dari penjualan tunai dilaksanakan oleh dua fungsi yang saling mengecek.
2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. Fungsi akuntansi harus
dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain yaitu: fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekayaan perusahaan
dan menjamin ketelitian dan keandalan data akuntansi.
3) Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
fungsi kas, fungsi penyerahan barang, dan fungsi akuntansi. Tidak ada
transaksi penjualan tunai yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh
salah satu fungsi tersebut. Dengan dilaksanakannya setiap transaksi
penjualan tunai oleh berbagai fungsi tersebut akan tercipta adanya
pengecekkan intern pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi lainnya.
b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas; dan dokumen dan
catatan yang memadai
dan menempelkan pita register kas pada faktur penjualan tunai. Dengan
demikian, dokumen tersebut dapat memberikan otorisasi bagi fungsi
penyerahan barang untuk menyerahkan barang kepada pembeli.
3) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan
otorisasi dari bank penerbit kartu kredit. Hal yang harus dipastikan dalam
pembayaran dengan kartu kredit adalah bonafiditas pemegang kartu kredit.
Dalam sistem on line, otorisasi dapat dilakukan dengan bantuan suatu alat
yang dihubungkan dengan komputer bank penerbit kartu kredit. Jika bukan
sistem on line yang digunakan, maka dapat dilakukan pengecekkan dalam
daftar hitam yang diterbitkan oleh bank penerbit kartu kredit.
4) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi penyerahan barang dengan
cara membubuhkan cap, misalnya ”sudah diserahkan”, pada faktur
penjualan tunai. Dengan cara tersebut, fungsi akuntansi akan mendapat
bukti yang sahih untuk mencatat transaksi penjualan.
5) Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi
dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan tunai. Hal ini
dimaksudkan agar setiap pemutakhiran (up date) catatan akuntansi dapat
dimintakan pertanggungjawabanya ke pada personil tertentu yang
berwenang melakukan pencatatan tersebut. Selain itu, tanda pada faktur
tersebut juga untuk mencegah suatu transaksi dicatat lebih dari satu kali.
6) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakainya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan. Faktur yang bernomor
urut tercetak merupakan kontrol terhadap pemakaian formulir faktur
(sekaligus kontrol terhadap terjadinya transaksi). Dengan cara demikian
maka dapat dengan mudah melacak formulir faktur yang terpakai namun
tidak tercatat suatu transaksi dan personil yang berwenang dapat dimintai
keterangan untuk mempertanggungjawabkannya.
1) Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik
atau secara mendadak oleh fungsi audit intern. Dalam penghitungan fisik
kas, dilakukan pencocokan antar jumlah kas dari hitungan dengan jumlah kas
yang seharusnya ada menurut faktur penjualan tunai dan bukti penerimaan
Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Kas 141
Bagi entitas sektor publik yang melakukan transaksi penjualan tidak secara tunai
atau yang melakukan aktivitas penerimaan pembayaran dari masyarakat atas suatu
pungutan, pengendalian terhadap penerimaan kas dari piutang sangat penting.
Aktivitas pengendalian dalam sistem penerimaan kas dari piutang dapat
dikembangkan sebagai berikut:
b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas; dan dokumen dan
catatan yang memadai
1) Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik
atau secara mendadak oleh fungsi audit intern dan hasil penghitungan
kas harus direkam dalam berita acara penghitungan kas. Dalam
penghitungan fisik kas, dilakukan pencocokan antara jumlah kas dari
hitungan dengan jumlah kas yang seharusnya ada menurut daftar piutang
yang ditagih dan bukti penerimaan kas yang lain. Pemeriksaan secara
mendadak akan mengurangi risiko penggelapan kas.
1) Para penagih, kasir (fidelity bond insurance) dan kas dalam perjalanan
(baik yang ada di tangan Bagian pemegang kas maupun di tangan
penagih perusahaan) harus diasuransikan (cash-in-safe dan cash-in-
transit insurance). Asuransi dimaksudkan agar organisasi mendapatkan
penggantian apabila ada aset yang hilang.
2) Rolling tugas yang cukup dan kewajiban mengambil cuti bagi para
pegawai. Kebijakan/prosedur ini dimaksudkan agar terjadi pengecekan intern
antar personil yang cukup.
Sistem pengendalian intern yang baik dalam sistem kas mensyaratkan agar
dilibatkan pihak luar (bank) ikut serta dalam mengawasi kas organisasi. Untuk
pengeluaran kas digunakan cara sebagai berikut:
2. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas; dan dokumen dan
catatan yang memadai
Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Kas 145
a. Kas yang ada di tangan (cash in safe) dan kas yang ada di perjalanan
(cash in transit) diasuransikan dari kerugian. Jika kas yang ada ditangan
dan kas yang ada di perjalanan jumlahnya relatif besar, sehingga
diperkirakan akan timbul kerugian yang besar jika terjadi perampokan atau
pencurian, organisasi sebaiknya menutup asuransi untuk menghindari risko
kerugian tersebut.
b. Kasir diasuransikan (fidelity bond insurance). Untuk menghindari
kerugian akibat penyelewengan kas yang dilakukan oleh pegawai yang
diserahi tugas sebagai penyimpanan kas, pegawai tersebut diasuransikan,
Fidelity bond insurance menjamin penggantian atas kerugian yang timbul
sebagai akibat penyelewengan yang dilakukan oleh kasir.
2. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas; dan dokumen dan
catatan yang memadai
a. Kas yang ada di tangan (cash in safe) dan kas yang ada di
perjalanan (cash in transit) diasuransikan dari kerugian. Jika kas
yang ada ditangan dan kas yang ada di perjalanan jumlahnya relatif
besar, sehingga diperkirakan akan timbul kerugian yang besar jika terjadi
perampokan atau pencurian, organisasi sebaiknya menutup asuransi
untuk menghindari risko kerugian tersebut.
organisasi. Sebuah perbandingan saldo bank dengan saldo yang dilaporkan pada
buku ini biasanya dibuat bulanan dengan alat ringkasan yang disebut rekonsiliasi
bank. Rekonsiliasi bank adalah suatu proses yang mengidentifikasikan perbedaan
antara saldo kas pada buku deposan dan saldo yang dilaporkan pada laporan bank.
Rekonsiliasi memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan saldo buku
pada jumlah kas yang benar.
1. Dibuat oleh seseorang yang independen terhadapa operasi kas, yaitu yang
tidak menangani maupun mencatat kas. Perbedaan apa pun seharusnya
mendapat perhatian segera dari pejabat organisasi yang berwenang.
2. Dibuat dan dilaporkan secara tepat waktu (timely basis) segera setelah
menerima rekening koran setiap bulannya agar relatif lebih mudah dalam
mencari informasi penyebab perbedaan antara catatan saldo menurut bank
dan menurut organisasi.
Ketika laporan bank dan catatan deposan dibandingkan, item tertentu mungkin
muncul pada salah satu dan bukan yang lain, yang menimbulkan perbedaan di dalam
dua saldo. Secara umum perbedaan ini terjadi karena dua sebab yaitu: (1).
perbedaan waktu (temporal) pencatatan dan; (2). perbedaan karena kekeliruan
(error) dan kecurangan (fraud). Lima tipe umum perbedaan yang disebabkan karena
perbedaan waktu pencatatan muncul di dalam situasi berikut:
1. Deposito dalam transit. Deposito yang dibuat menjelang akhir bulan dan
yang dicatat pada buku organisasi tidak diterima oleh bank pada waktunya
direfleksikan pada laporan bank. Jumlah ini, yang ditunjuk sebagai deposito
dalam transit, harus ditambah menjadi saldo laporan bank untuk
membuatnya sesuai dengan saldo pada buku organisasi.
2. Cek beredar. Cek yang ditulis menjelang akhir bulan telah menurunkan
saldo kas organisasi, namun belum masuk sebagai bagian dari tanggal
laporan bank. Cek beredar harus dikurangi dari saldo laporan bank untuk
membuatnya sesuai dengan catatan deposan.
3. Pembebanan pelayanan bank. Bank biasanya membebankan biaya
bulanan untuk pelayanan sebuah akun. Bank secara otomatis mengurangi
jumlah dalam akun nasabah untuk pembebanan pelayanan bank dan
mencatat jumlah pada laporan bank. Organisasi harus memotong jumlah ini
dari saldo kas yang dicatat untuk membuatnya sesuai dengan saldo laporan
bank.
4. Cek yang tidak cukup dananya (Non-Sufficient Fund). Cek dari pelanggan
mungkin dikembalikan oleh bank karena dana dalam akun pelanggan
(pemberi cek tidak cukup tersedia). Apabila organisasi belum menagih
kembali kepada pelanggan yang bersangkutan maka jumlah dalam NSF
tersebut harus dikurangkan dari saldo per buku pelanggan agar saldo kasnya
sama dengan saldo per catatan bank.
150
Manajemen Kas
Rekonsiliasi Bank
Saldo per laporan bank Rp. 12.500 Saldo per buku Rp. 13.400
+ Deposito dalam transit 1.000 + Bunga 200
- Cek beredar (no. 1509) (500) - Beban pelayanan bank (100)
- NSF (450)
- Koreksi atas salah catat
transaksi (50)
Saldo per bank terkoreksi Rp. 13.000 Saldo per buku terkoreksi Rp. 13.000
RINGKASAN MATERI
Dilihat dari karakteristik dasar kas sebagai aktiva yang paling likuid, maka kas
sangat rawan terhadap prktek-praktek penyelewengan, pencurian dan
penyalahgunaan. Agar dapat menjaga dan memastikan keakuratan catatan akuntansi
untuk kas, pengendalian yang efektif terhadap kas menjadi hal yang sangat penting.
Dewasa ini konsep pengendalian telah berpindah dari konsep hard control, di
mana pengendalian terdiri dari serangkaian peraturan ke konsep pengendalian soft
control, yaitu kecuali pengendalian dibingkai oleh serangkaian peraturan juga
dibangun kompetensi dan integritas personil/organisasi.
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hard control dan soft control?
2. Jelaskan lima komponen yang terkait dengan pengendalian intern!
3. Pengendalian atas penerimaan kas sangat tergantung pada jenis aktivitas yang
dilakukan oleh entitas penerima. Jelaskan komponen yang harus ada dalam
sistem pengendalian internal dari suatu entitas yang mempunyai aktivitas
penjualan atas barang/jasa!
4. Jelaskan prinsip pengendalian atas pengeluaran kas dan pengendalian atas
saldo kas!
5. Apa tujuan dilakukannya rekonsiliasi bank?
6. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah kas yang ada di
catatan bank dan catatn buku?
BAB 7
Tujuan Pembelajaran:
Anggaran kas atau proyeksi kas menunjukkan arus masuk uang dan keluar yang
direncanakan, dan posisi terakhir pada akhir periode tertentu, misalnya akhir bulan.
Sebagian besar organisasi (terutama perusahaan) harus membuat rencana jangka
panjang maupun rencana jangka pendek untuk arus uang mereka. Anggaran kas
jangka pendek termasuk dalam rencana tahunan. Anggaran kas pada dasarnya
meliputi dua bagian: (1) penerimaan kas yang direncanakan dan (2) pengeluaran kas
yang direncanakan.
Merencanakan arus keluar masuk uang memberikan saldo posisi awal dan saldo
akhir kas yang direncanakan untuk suatu jangka waktu. Perencanaan arus uang
masuk dan keluar akan menunjukkan (1) kebutuhan untuk membiayai kekuarangan
kas yang mungkin terjadi, atau (2) kebutuhan terhadap perencanaan investasi yaitu
untuk menanamkan kelebihan uang pada penggunaan yang menguntungkan.
Anggaran atau perencanaan kas secara langsung berkaitan dengan rencana lainnya,
seperti rencana penjualan, rencana anggaran piutang dan biaya, dan anggaran
pengeluaran untuk pembelian barang modal. Walaupun demikian, perencanaan dan
pengendalian kegiatan-kegiatan tersebut (penjualan, piutang, biaya, atau modal)
tidak secara otomatis memelihara posisi kas. Pernyataan ini menunjukkan perbedaan
yang penting antara anggaran kas dan anggaran lainnya. Anggaran kas menekankan
pada jumlah dan saat arus uang masuk dan keluar. Sebaliknya, anggaran yang
lainnya menekankan pada saat semua transaksi baik kas maupun bukan kas
(dinamakan basis akrual).
Tujuan utama anggaran atau perencanaan kas adalah:
1. Memberikan taksiran posisi kas pada akhir setiap periode sebagai hasil dari
operasi yang dijalankan.
2. Mengetahui kelebihan atau kekuarangan kas pada waktunya.
3. Menentukan kebutuhan pembiayaan dan/atau kelebihan kas menganggur
untuk investasi.
Sistem Perencanaan Arus Kas 155
4. Menyelaraskan kas dengan (a) modal kerja; (b) pendapatan penjualan; (c)
biaya; (d) investasi; dan (e) utang.
5. Menetapkan dasar yang sehat untuk pemantauan posisi kas secara terus-
menerus.
Tenggang waktu kas jangka panjang harus sejalan dengan dimensi waktu (a)
rencana laba (surplus/defisit) jangka panjang dan (b) proyek penambahan barang
modal. Merencanakan arus kas masuk jangka panjang (terutama dari penjualan,
jasa-jasa, dan pembelanjaan) dan arus kas keluar jangka panjang (terutama untuk
pengeluaran -belanja barang modal dan pembayaran utang) merupakan dasar bagi
keputusan keuangan yang sehat dan bagi penggunaan kas dan kredit jangka panjang
secara optimal. Perencanaan kas jangka panjang menekankan pada pengeluaran
dan pemasukan kas yang besar.
Tenggang waktu kas jangka pendek harus sejalan dengan rencana laba
(surplus/defisit) taktis jangka pendek. Perencanaan kas untuk cakrawala waktu ini
memerlukan rencana rinci untuk arus masuk dan arus keluar kas yang secara
langsung berkaitan dengan rencana laba (surplus/defisit) tahunan (misalnya, kas dari
penjualan dan kas untuk membayar perlengkapan dan mesin baru). Anggaran kas
jangka pendek dibuat terutama dari berbagai skedul anggaran.
Secara ideal, sebuah perencanaan kas belanja pemerintah pusat harus meliputi,
untuk beberapa bulan kedepan, perkiraan aliran kas keluar harian (yakni meliputi
sebagian besar belanja) dan aliran kas masuk (penerimaan pajak dan bukan pajak
dan juga dari pinjaman, termasuk penerbitan sekuritas pemerintah baik pinjaman
domestik maupun pinjaman luar lainnya).
Akan tetapi sistem harian tersebut, sebagaimana ditemukan dibeberapa negara
berkembang, pada dasarnya mengarah pada tujuan yang salah dan menggambarkan
rezim anggaran kas “darurat” yang mengeluarkan besok apa yang telah masuk hari
ini. Sebagaimana sistem perencanaan kas tersebut pernah ada, sistem tersebut
ternyata bersifat elementer, dirigiste, dan pada prekteknya tidak bersifat responsif,
untuk mengantisipasi aliran dalam jangka pendek pada penerimaan atau
peminjaman. Sistem tersebut mempunyai beberapa kekurangan. Ketika mereka bisa
sepenuhnya efektif membatasi pembayaran kas untuk menyediakan aliran kas
masuk, mereka selalu melakukan hal yang sama pada biaya yang banyak sekali
untuk efektifitas alokasi sumber-sumber (pemotongan provisi kas secara mendadak
berhubungan dengan aprpopriasi anggaran) dan untuk pengiriman pelayanan secara
tepat waktu (sebab adanya informasi yang tidak efisien pada aliran kas yang mungkin
tersedia untuk memungkinkan manajer pada jajaran kementerian untuk
merencanakan pengiriman pelayanan mereka).
a. Proyeksi triwulanan dan rencana bulanan perlu untuk direvisi setiap bulan
secara bergilir dipandang dari segi pendapatan dan belanja yang aktual
(serta realisasi dalam pinjaman baik domestik maupun ekstern).
b. Ketika proyeksi triwulanan yang dilakukan secara rolling menunjukkan
bahwa mungkin akan tidak cukup tersedia kas dalam satu atau lebih bulan
kedepan untuk menutup belanja, tindakan yang dapat diambil antara lain
dengan menunda komitmen belanja, mempercepat pengumpulan
pendapatan, atau pinjaman, dengan pilihan bergantung pada kelayakan,
biaya, dan hambatan-hambatan pinjaman.
c. Rencana manajemen kas operasional untuk belanja pemerintah pusat
untuk bulan berikutnya idealnya harus meliputi sebuah perkiraan aliran kas
masuk dan keluar harian (atau setidaknya mingguan). Rencana
manajemen kas ini harus disiapkan dan di-updated setidaknya setiap
minggu.
Perencanaan kas mungkin bisa membantu dalam menentukan kriteria fiskal yang
Sistem Perencanaan Arus Kas 159
riil atau benchmark untuk setiap bulan/kuartal. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa
percaya diri di antara kewenangan yang menjalankan pengendalian kas dan
memberikan mereka percaya diri yang lebih besar bahwa target fiskal dan moneter
yang penting lainnya (misalnya maksimum kredit) akan dipenuhi. Jadi, untuk dapat
berjalan terus, target yang termasuk dalam program penyesuaian harus selalu
didukung dengan rencana kas yang di-updated untuk memperhitungkan informasi
terbaru yang tersedia tentang penagihan pendapatan, penerimaan yang lain
(termasuk pinjaman), dan belanja yang telah disepakati dan telah dibayar.
Idealnya, sebuah rencana kas (bulanan) untuk pemerintah pusat harus meliputi,
perencanaan bulan berikutnya, perencanaan harian pengeluaran kas (terutama
belanja) dan penerimaan kas (penerimaan dari pendapatan pajak dan bukan pajak
Sistem Perencanaan Arus Kas 165
serta dari pinjaman, termasuk penerbitan surat berharga pemerintah seperti pinjaman
domestik dan eksternal.
Ketika rencana tahunan telah ditetapkan, rencana tersebut harus menjadi dasar
bagi proyeksi triwulanan atau caturwulanan secara rolling (terus bergulir), dan dalam
proyeksi tersebut sebuah rencana manajemen kas operasional untuk bulan
berikutnya. Hal ini dilakukan sebagai berikut:
Rencana kas membantu dalam menentukan kriteria fiskal yang riil atau
benchmark untuk setiap bulan/kuartal. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa percaya
diri di antara kewenangan yang menjalankan pengendalian kas dan memberikan
mereka percaya diri yang lebih besar bahwa target fiskal dan moneter yang penting
lainnya (misalnya maksimum kredit) akan dipenuhi. Jadi, untuk dapat berjalan terus,
target yang termasuk dalam program penyesuaian harus selalu didukung dengan
rencana kas yang di-updated untuk memperhitungkan informasi terbaru yang tersedia
tentang penagihan pendapatan, penerimaan yang lain (termasuk pinjaman), dan
belanja yang telah disepakati dan telah dibayar.
Umumnya pada instansi/satuan kerja belum ada sistem perencanaan kas yang
dikelola dengan baik. Untuk pengeluaran misalnya, setiap unit kerja biasanya secara
sederhana merencanakan pengeluaran kas per bulan sebesar 1/12 dari jumlah
pagunya. Perencanaan sesperti itu mungkin hanya dapat diterima untuk diterapkan
pada penerimaan yang bersifat rutin (pada berlum menggunakan anggaran terpadu),
seperti belanja pegawai. Jarang ada satuan kerja yang mempunyai perencanaan kas
mingguan, apalagi harian.
Pada dasarnya perencanaan kas pada satuan kerja pemerintah sedikit berbeda
dengan perencanaan kas pada organisasi pada umumnya, karena, instansi
pemerintah (non-BLU) tidak dapat langsung menggunakan pendapatan yang
diperolehnya, melainkan harus disetorkan ke kas negara dan hanya dapat melakukan
pengeluaran sebesar batas anggaran pengeluaran yang telah ditentukan (pagu)
sehingga tidak seutuhnya mengelola saldo untuk kepentingan instansi. Instansi
pemerintah tidak memikirkan apakah harus menutup biaya operasi dari pinjaman
(baik jangka pendek maupun panjang) karena pada dasarnya pinjaman dilakukan
oleh daerah atau pusat untuk kemudian dialokasikan ke satuan kerja melalui
mekanisme anggaran.
a. Karakteristik BLU
BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola dan
dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang
bersangkutan.
Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan. Rencana kerja
dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan
dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah. Pendapatan dan belanja
BLU dalam rencana kerja dan anggaran tahunannya dikonsolidasikan dalam rencana
kerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah yang
bersangkutan. Sehingga BLU juga menerima alokasi anggaran dari APBN/APBD.
Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan
merupakan Pendapatan Negara/Daerah. BLU dapat memperoleh hibah atau
sumbangan dari masyarakat atau badan lain. Pendapatan BLU dapat digunakan
langsung untuk membiayai belanja BLU yang bersangkutan. Karena sifatnya yang
merupakan instansi pemerintah, maka tidak seperti perusahaan, BLU bukan
merupakan subyek pajak.
1). BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit,
lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
2). BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita
pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan
3). BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana
bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD oleh BLU, dilakukan dengan
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dalam mengelola kas BLU, harus
diselenggarakan kegiatan perencanaan kas. Manajer keuangan atau kabag
keuangan BLU harus menyelenggarakan suatu sistem perencanaan kas yang baik.
Informasi tentang penerimaan kas BLU dan kebutuhan kas tiap divisi/bagian dalam
periode tertentu harus diperoleh. Manajemen harus memperkirakan: kapan kas dari
penjualan/piutang dapat ditagih (diterima) dan berapa jumlahnya; berapa saldo kas
yang tepat sehingga tidak kekurangan dan juga tidak kelebihan (tidak ada idle cash);
berapa jumlah kebutuhan kas yang harus ditutup dengan pinjaman (jangka pendek
atau jangka panjang); kapan pengeluaran kas untuk belanja (operasional) akan
terjadi dan berapa besarnya; dan kapan belanja modal (investasi) dapat dilakukan
dan berapa besarnya.
Sebagai satuan kerja/instansi pemerintah BLU tentu wajib juga membuat laporan
perencanaan kas dalam rangka penyusunan sistem perencanaan kas negara
(nasional) yang akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya dalam bab ini, di mana
format laporan perencanaan kas telah ditetapkan oleh Ditjen Perbendaharaan.
Rencana (Proyeksi) kas juga merupakan laporan yang harus disertakan dalam
dokumen pelaksanaan anggaran BLU.
dalam bentuk (format) yang sesuai dan informatif bagi manajemen sendiri dalam
rangka pengambilan keputusan bisnis. Perencananaan kas dapat diadopsi dari
pendekatan perencanaan kas yang lazim digunakan pada organisasi profit.
Perencanaan kas dilakukan dengan mempertimbangkan pengelolaan surplus/defisit
yang ditetapkan pada tahun anggaran tertentu. Perencanaan kas BLU sebaiknya
disusun secara berkesinambungan dengan rolling basis dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang. Misalnya rencana kas disajikan secara harian, mingguan,
bulanan, triwulanan/caturwulanan, hingga tahunan. Informasi dalam rencana kas BLU
harus selalu diupdated setiap mendekati realisasi dan setelah realisasi periode
tertentu untuk menjaga akurasi informasi yang disajikan.
Ilustrasi
RS. Kasih Sejahtera adalah sebuah BLU di lingkungan Depkes yang menjual
barang dan jasa kepada publik (pelayanan kesehatan). Selain membuat laporan
rencana penerimaan dan pengeluaran kas untuk sistem perencanaan kas negara,
Manajemen juga selalu membuat perencanaan kas bulanan secara rolling basis
(bergulir terus) untuk kepentingan intern manajemen. Pada bulan Desember 20x6,
manajemen membuat perencanaan kas untuk caturwulan pertama tahun anggaran
20x7. Keadaan, harapan dan asumsi yang dipertimbangkan untuk menyusun
perencanaan kas tersebut adalah sebagai berikut:
sebesar itu cukup untuk memulai operasi tiap bulannya dan terhindar dari idle
cash. Bila saldo akhir kas kurang dari Rp. 300 juta maka kekurangannya
akan ditutup dengan pinjaman jangka pendek (1 bulan).
7. Karena RS. Kasih Sejahtera masih dalam tahap berkembang maka masih
perlu banyak belanja modal. Investasi lain juga akan dilakukan jika sekiranya
ada banyak kelebihan kas.
8. Sesuai karakteristik BLU, RS. Kasih Sejahtera bukan merupakan subjek
pajak.
Pe n g e lu ar an Ka s
1. Pemb elian Persed iaa n 90% 900,000 90 0,0 00 99 0,000 99 0,0 00
2. Bela nja Pe gaw ai 200,000 20 0,0 00 20 0,000 20 0,0 00
3. Bela nja Pe melihara an 30,000 3 0,0 00 3 0,000 3 0,0 00
4. Bela nja Mod al/Inv e sta s i 200,000 30 0,0 00 25 0,000 12 0,0 00
5. Bunga Pinjaman Jk Pa njan g (6 % x Rp. 1 Mily ar) 6 0,0 00
6. A n gs uran Pokok Utan g Jk. Pjg . 10 0,0 00
T o ta l Pe n g e lu a ran Ka s 1 ,330,000 1,43 0,0 00 1,47 0,000 1 ,50 0,0 00
Dalam ilustrasi perencanaan kas di atas, akan lebih baik jika manajemen menyusun
detail proyeksi kas dalam mingguan dan harian (jika memungkinkan) berdasarkan
rencana kas caturwulanan tersebut.
172 Manajemen Kas
Penerimaan kas dari transfer pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi
Umum (DAU) yang dapat diterima setiap tahunnya dapat diperkirakan dengan
melihat pola tahun sebelumnya karena kebijakan penetapan DAU antara lain adalah
jumlahnya tidak lebih rendah dari penerimaan DAU tahun sebelumnya, hal ini untuk
mencegah terjadinya penurunan kemampuan keuangan Daerah, sehingga diadakan
Dana Penyesuaian (holdharmless). Penerimaan kas dari DAU adalah sebesar 1/12
tiap bulannya sehingga daerah dapat memproyeksikan penerimaan kas yang berasal
dari sumber ini setiap bulannya. Sedangkan Penetapan Dana Alokasi Khusus (DAK)
tidak selalu tetap tiap tahunnya, karena ditetapkan berdasarkan kepentingan saat itu
sehingga untuk proyeksi DAK, Daerah dapat mencari informasi dari pemerintah
pusat. Selain itu, dalam penerimaan DAK, perlu juga diperhatikan dalam persyaratan
penyediaan dana pendamping sekurang-kurangnya sebesar 10% DAK oleh Daerah
penerima. Penerimaan kas dari transfer yang berupa Bagi Hasil dapat diperkirakan
dengan menggunakan persentase pembagian pendapatan yang ditetapkan dalam
Sistem Perencanaan Arus Kas 173
Timing pengeluaran kas untuk belanja Daerah terutama untuk belanja modal
harus memperhatikan ketersediaan kas. Dalam hal belanja modal dan investasi,
Investasi pemerintah pada sarana publik yang penting sebaiknya diprioritaskan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa apabila pada suatu periode diperkirakan
tidak cukup tersedia kas, maka Daerah dapat memilih alternatif tindakan: menunda
komitmen belanja, mempercepat penagihan, atau meminjam tergantung dari
kemungkinnannya untuk dilaksanakan dan biaya yang akan ditimbulkannya. Dalam
hal pinjaman, Daerah semakin diberi keluasaan untuk melakukan pinjaman, misalnya
dengan menerbitkan obligasi daerah atau dengan mekanisme penerusan pinjaman
dari luar negeri. Sehingga dengan kewenangan yang cukup besar tersebut, Daerah
dapat mengelola saldo kas dalam rekening kas Daerah.
a. Sebuah database mengenai aliran kas yang actual, sebagai alat untuk
mengidentifikasi pola dan pelaksanaan monitoring. Aliran kas yang actual
harus disamakan dengan profil departemen dan perbedaan umum yang telah
diinvestigasi, sebagai bagian dari improvisasi proses perkiraan
Pola di dalam cashflow dapat diuji misalnya dengan membuat rencana time-
series individual berbasis tahunan untuk mengungkapkan perlikau yang selalu terjadi
tiap tahun. Kebanyakan data penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dan
perpindahan saldo kas, boleh menunjukkan variasi kekuatan dan peramalan
musiman. Hal yang sama penting lainnya adalah :
Sistem perencanaan kas negara yang terkoordinasi dengan baik baru dimulai
pada tahun anggaran 2006. Tanggung jawab perencanaan kas nasional dipegang
oleh Ditjen Perbendaharaan u.p. Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Hal tersebut
merupakan pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, di mana dalam Penjelasan, poin 4 BAB I, disebutkan
bahwa:
Seperti yang dijelaskan pada Gambar 7.1 Sistem perencanaan kas negara
dimulai dengan pelaporan rencana penerimaan dan pengeluaran kas setiap
instansi/satuan kerja pemerintah pusat/daerah. Oleh karena itu, setiap Kuasa
Penggunan Anggaran yang menjadi mitra kerja KPPN wajib untuk membuat dan
menyampaikan laporan rencana penerimaan dan pengeluaran kas instansi/satuan
kerja pemerintah pusat/daerah yang bersangkutan. Laporan rencana penerimaan dan
pengeluaran kas tersebut merupakan rencana penerimaan dan pengeluaran kas
berjangka satu bulan kedepan dengan perincian rencana penerimaaan dan
pengeluaran perminggu dan dilaporkan kepada KPPN selambat-lambatnya pada
minggu pertama sebelum bulan berkenaan (bulan pelaksanaan rencana kas
tersebut).
Gambar 7.2
Sistem Perencanaan Arus Kas Nasional (Lanjutan)
176 Manajemen Kas
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri serta Surat Utang Negara dalam rekapitulasi
rencana penerimaan dan pengeluaran kas negara (nasional).
Latar Belakang
Perencanaan arus kas adalah sebuah perkiraan penerimaan dan pengeluaran
selama periode yang ditetapkan. Ketika perencanaan arus kas digunakan sebagai
petunjuk untuk manajemen kas, alat ini dapat membantu untuk mengoptimalkan
penggunaan dana serta memastikan kecukupan likuiditas seuai dengan liablities .
perencaan kas berbeda dengan akuntansi pemerintah dan penganggaran dimana
perencanaannya dilaksanakan dengan melakukan pengukuran secara intens
terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai kebutuhannya dipandang dari
sumber-sumber yang dimiliki dengan tujuan akhir adalah untuk mengurangi
kebutuhan pinjaman jangka pendek dan untuk menghindari likuidasi sekuritas jangka
panjang (investasi). Ketika perencanaan arus kas sudah diterapkan pada level
organisasi, maka pola pengeluaran dapat dikoordinasikan untuk mengurangi potensi
kekurangan kas jangka pendek dan menyeimbangkan aliran dana.
Rekomendasi
1.) Perencanaan arus kas seharusnya sudah dijalankan pada seluruh lapisan
organisasi. Seluruh departemen pelaksana perlu untuk dilibatkan didalam usaha
untuk mengembangkan ekspektasi perencanaan pengeluaran secara rasional. Hal
ini untuk memastikan seluruh sumber aliran kas keluar sudah diukur, dan jika
perlu, sudah diprioritaskan.
2.) Prioritas pengeluaran merupakan salah satu fungsi dari tujuan organisasi. Item-
item tetap (seperti payroll, jaminan, pelayanan utang dsb.) mungkin perlu untuk
diprioritaskan permintaan kasnya dibandingkan dengan pengeluaran yang
mungkin secara periodik tida tetap, dan secara organisasi bersifat dependen.
3.) Kerangka waktu perencanaan harus secara akurat merefleksikan seluruh
penerimaan organisasi.
4.) Menggunakan data historis untuk mengukur aktivitas yang rutin terjadi, baik untuk
penerimaan maupun pengeluaran. Sebuah dasar aktivitas finansial yang dibangun
secara baik yang berdasar pada data historis dapat membantu perencana kas
untuk mengantisipasi pegeluaran dan penerimaan. Kegiatan ini harus diverifikasi
oleh departemen pelaksana untuk menghadapi masa krisis yang mungkin terjadi.
5.) Sebuah perkiraan untuk penerimaan harus meliputi kas, maturity, investasi jangka
pendek. Kas meliputi kas ditangan dan yang didalam tabungan. Investasi jangka
pendek harus mempunyai biaya transaksi yang rendah, namun perlu untuk
dipandang sebagai pentup kas yang darurat. Maturity harus meliputi seluruh item
yang terdapat pada investasi, yang mungkin menjadi ukuran selama kerangka
waktu perencanaan.
6.) Sebuah perencanaan untuk pengeluaran harus mengakui prioritas organisasi
dipandang dari peraturan perundang-undangan mengenai pengeluaran secara
tepat.
7.) Perencana kas harus mengakui item dan kontrol yang dapat mempengaruhi float
organisasi, dan juga harus mengembangkan strategi-strategi yang menyokong
178 Manajemen Kas
KPPN : ..............................
URAIAN Perkiraan Penerimaan Kas
Bulan.........................2006
Minggu I 1 Minggu II Minggu III Minggu IV
s.d 7 8 s.d 15 16 s.d 23 24 s.d 31
Kode Pendapatan Negara dan Hibah
MAP
4. Pendapatan Negara dan Hibah
4.1. 1. Penerimaan Perpajakan
4.1.1. a. Pajak Dalam Negeri
4.1.1.1. i. Pajak Penghasilan
4.1.1.1.1. − Migas
4.1.1.1.2. − Non Migas
4.1.1.2. ii. Pajak Pertambahan Nilai
4.1.1.3. iii. Pajak Bumi dan Bangunan
4.1.1.4. iv. BPHTB
4.1.1.5. v. Cukai
4.1.1.6. vi. Pajak Lainnya
4.1.2. b. Pajak Perdagangan
Internasional
4.1.2.1. i. Bea Masuk
4.1.2.2. ii. Pajak/Pungutan Ekspor
4.2. 2. Penerimaan Bukan Pajak
4.2.1. a. Penerimaan Sumber Daya
Alam
4.2.1.1. iii. Migas
4.2.1.2. iv. Non Migas
4.2.2. b. Bagian Laba BUMN
4.2.3. c. PNBP Lainnya
4.3. 3. Hibah
Gambar 7.5 Rekapitulasi Rencana Penerimaan Kas oleh KPPN
Sistem Perencanaan Arus Kas 181
KPPN : ..............................
URAIAN Perkiraan Pengeluaran Kas
Bulan.........................2006
Minggu I 1 Minggu II Minggu III Minggu IV
s.d 7 8 s.d 15 16 s.d 23 24 s.d 31
Kode MAP Belanja Negara
5. I. Belanja Pemerintah Pusat
5.1. 1. Belanja Pegawai
5.2. 2. Belanja Barang
5.3. 3. Belanja Modal
5.5. 4. Subsidi
5.6. 5. Belanja Hibah
5.7. 6. Bantuan Sosial
5.8. 7. Belanja Lain-Lain
6. II. Belanja Daerah
6.1. 1. Dana Perimbangan
6.1.1. a. Dana Bagi Hasil
6.1.2. b. Dana Alokasi Umum
6.1.3 c. Dana Alokasi Khusus
6.2. 2. Dana Otonomi Khusus
dan Penyesuaian
6.2.1. a. Dana Otonomi Khusus
6.2.2. b. Dana Penyesuaian
Gambar 7.6 Rekapitulasi Rencana Pengeluaran Kas oleh KPPN
182 Manajemen Kas
Formulir Laporan Rencana Penerimaan Kas Negara (DJP, DJBC, DJAPK, Dit.
Pengelolaan Pinjaman dan Hibah LN, Dit. PeSUN, dan Dit. Pengelolaan
Penerusan Pinjaman)
DEPARTEMEN KEUANGAN
Direktorat Jenderal..........................................
dan Hibah LN, Dit. PeSUN, dan Dit. Pengelolaan Penerusan Pinjaman)
DEPARTEMEN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Direktorat : ..............................
URAIAN Perkiraan Pengeluaran Kas
Bulan.........................2006
Minggu I 1 Minggu II Minggu III Minggu IV
s.d 7 8 s.d 15 16 s.d 23 24 s.d 31
Kode MAP Belanja Negara
5. I. Belanja Pemerintah Pusat
5.1. 1. Belanja Pegawai
5.2. 2. Belanja Barang
5.3. 3. Belanja Modal
5.4. 4. Pembayaran Bunga Utang
5.4.1. a. Utang Dalam Negeri
5.4.2. b. Utang Luar Negeri
5.5. 5. Subsidi
a. Perusahaan Negara
i. Lembaga Keuangan
ii. Lembaga Non Keuangan
b. Perusahaan Swasta
5.6. 6. Belanja Hibah
5.7. 7. Bantuan Sosial
5.8. 8. Belanja Lain-Lain
a. Belanja Lain-Lain
b. Belanja Lain-Lain
(Penunjang)
9. Dana Hasil Optimalisasi
6. II. Belanja Daerah
6.1. 1. Dana Perimbangan
6.1.1. a. Dana Bagi Hasil
6.1.2. b. Dana Alokasi Umum
6.1.3 c. Dana Alokasi Khusus
6.2. 2. Dana Otonomi Khusus dan
Penyesuaian
6.2.1. a. Dana Otonomi Khusus
6.2.2. b. Dana Penyesuaian
7 Pembiayaan
7.2. Pembayaran Pokok Utang
Luar Negeri
Gambar 7.8 Formulir Laporan Rencana Pengeluaran Kas Negara (Dit. Pengelolaan
Pinjaman dan Hibah LN, Dit. PeSUN, dan Dit. Pengelolaan Penerusan Pinjaman)
184 Manajemen Kas
RANGKUMAN MATERI
LATIHAN
Tujuan Pembelajaran:
Seiring dengan keluarnya undang-undang No. 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang No.
1 Tahun 2004 membawa dampak beberapa perubahan terkait dengan pengelolaan
keuangan negara. Bidang keuangan negara meliputi fungsi pengelolaan fiskal, pengelolaan
moneter dan pengelolaan perusahaan negara. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa :
Kepala Kantor
selaku Kuasa COO
Kepala KPPN
( selaku Kuasa CFO)
Secara umum sebuah pengeluaran dapat dimintakan pembayaran atas beban negara
apabila terpenuhi ketentuan mengenai ketersediaan dana (appropriasi), adanya komitmen
berupa kontrak atau pesanan, dan adanya bukti penyerahan barang dan jasa sesuai kontrak
atau pesanan.Pengeluaran untuk membiayai operasional departemen atau unit pengguna
dana dapat dilakukan sesaat setelah anggaran belanja negara disahkan oleh legislatif.
Alokasi
Aproriasi dan
Allotment
Pembuatan
Komitmen
Pembayaran
192 Manajemen Kas
Di sisi lain, rekening pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang
bersumber dari rekening kas umum negara pada bank sentral. Mengenai jumlah dana yang
disediakan pada rekening pengeluaran di bank umum disesuaikan dengan rencana
pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang ditetapkan dalam APBN.
Pengelolaan kas negara sebagai bagian dari kewenangan dari Bendahara Umum
Negara dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Kuasa Bendahara
Negara, dimana tugas pokoknya adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang perbendaharaan negara, sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain tugas pokok tersebut Direktorat Jenderal Perbendaharaan melaksanakan
beberapa fungsi seperti:
1. Penyiapan Perumusan kebijakan di bidang perbendaharaan negara
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
perbendaharaan negara
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbendaharaan negara
5. Pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran
6. Verifikasi dan akuntansi anggaran pembiayaan dan perhitungan (APP)
7. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara serta pengelolaan aset dan
kewajiban pemerintah
8. Pengelolaan Surat Utang Negara (SUN)
9. Pengelolaan penerusan dan penyaluran pinjaman pemerintah
10. Pelaksanaan akuntansi pusat dan penyusunan laporan keuangan pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
11. Pengembangan sistem informasi perbendaharaan negara
194 Manajemen Kas
Memiliki tugas pokok untuk memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada
semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal. Sementara fungsi yang dilaksanakannya
antara lain:
1) Koordinasi dan penyusunan rencana kerja, rencana stratejik, dan pelaporan
Direktorat Jenderal.
2) Pelaksanaan urusan kepegawaian Direktorat Jenderal
3) Pelaksanaan urusan keuangan Direktorat Jenderal
4) Pelaksanaan urusan perlengkapan Direktorat Jenderal
5) Pelaksanaan penataan organisasi, tatalaksana, dan pemantauan akuntabilitas
kinerja Direktorat Jenderal
6) Koordinasi dan pemantauan tindak lanjut pemeriksaan aparat pengawasan
fungsional dan penawasan masyarakat
7) Pelaksanaan tata usaha dan kearsipan Direktorat Jenderal
8) Pengelolaan rumah tangga Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Berkedudukan sebagai instansi vertikal Ditjen PBN yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen PBN.
Dalam struktur organisasi KPPN, fungsi bendaharawan umum meliputi Bank Tunggal,
Bank Persepsi, dan Giro Pos. Berdasarkan SE DJA No.SE-38/A/1990 tanggal 24 Maret
1990, arus penerimaan dan pengeluaran pada Bendaharawan Umum KPPN dilaksanakan
Manajemen Kas pada Bendaharawan Umum Negara 199
Dalam melaksanakan fungsi bendaharawan umum di KPPN diatur lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Bank Tunggal Selaku Pemegang Rekening Kas
Negara
Adapun pejabat yang ditunjuk untuk mengelola Rekening Kas Negara di Bank
Indonesia tersebut adalah Bendaharawan Umum/Pemegang Rekening Kas Negara
A. Bendaharawan tersebut menjalankan aktivitas sebagai berikut:
a. Melakukan penerimaan dari keawjiban setor/penyetor yang menguntungkan
Rekening Kas Negara di Bank Indonesia
b. Melakukan pengeluaran/pembayaran yang membebani Rekening Kas Negara di
Bank Indonesia
c. Melakukan pembukuan atas transaksi penerimaan maupun pembayaran yang
melalui Rekening Kas Negara di Bank Indonesia serta
mempertanggungjawabkan atas pengelolaan tersebut.
Tunggal.
b. Pembukuan pada Buku Kas Pembantu Pengeluaran (BKPK)
1). Setelah menandatangani Giro/Cek Bank serta memilah-memilah SPM-SPM
pada hari itu menurut Sub Kelompok MAK (BKPK) dan BKPK tersebut dapat
dilihat di SPM pojok kanan atas.
2). Setelah dikelompokkan per BKPK, selanjutnya hari itu juga masing-masing
dibukukan ke dalam Buku Kas Pembantu Pengeluaran.
c. Pembukuan pada Rekapitulasi Buku Kas Pembantu Pengeluaran(RBKPK)
Hasil pembukuan dari masing-masing BKPK/Sub Kelompok MAK tersebut di
atas kemudian direkap ke dalam masing-masing RBKPK/Kelompok MAK.
d. Untuk SPM-SPM yang ada potongannya, masing-masing potongan tersebut
ditatausahakan ke dalam Buku Pengawas Potongan menurut masing-masing
BKPP. Selanjutnya jumlah terakhir masing-masing BKPP pada Buku
Pengawasan Potongan ditatausahakan/dibukukan pada Buku Potongan Umum.
Hasil dari pembukuan pengeluaran atas SPM-SPM Giro/Cek Bank mulai dari
pembukuan pada BKPK-BKPK sampai dengan RBKPK bersangkutan, maka
selanjutnya dari masing-masing RBKPK tersebut dibukukan ke dalam Buku
BankTunggal Umum (BBTU).
2. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Bank Tunggal Selaku Pemegang Rekening Kas
Negara C
Seksi Bank Tunggal juga mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan dan
pembayaran melalui giro pos dan menyusun pertanggungjawabannya, serta
melakukan pembukuan Bendaharawan Umum.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Seksi Bank Tunggal mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan urusan lalu lintas uang melalui giro pos
b. Pelaksanaan urusan verifikasi dan pembukuan penrimaan dan pembayaran
melalui giro pos dan pembuatan daftar selisih saldo giro pos
c. Penyusunan rangkuman pembukuan/pertanggungjwaban penerimaan dan
pembayaran melalui bank tunggal, bank persepsi dan giro pos.
Berdasarkan SE DJA No. SE-83/A5/51/1993, untuk Kantor Pos dan Giro yang
selokasi dengan KPPN ditunjuk sebagai Sentral Giro Gabungan Khusus (SGGK),
khusus mengelola rekening Kas Negara Penerimaan KPPN, sedang rekening Kas
Negara Pengeluaran KPPN dikelola oleh SG/SGG.
Semua SG/SGG/SGGK dan Kantor Pos dan Giro dapat menerima setoran
penerimaan negara untuk keuntungan rekening Kas Negara, sehubungan dengan itu
pada SG/SGG/SGGK dibuka rekening Kas Negara khusus untuk menampung
Manajemen Kas pada Bendaharawan Umum Negara 201
Di pihak lain pihak semua SG/SGG dan Kantor Pos dan Giro dapat melakukan
pengeluaran atas beban rekening Kas Negara, dengan demikian dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran negara tersebut pada SG/SGG dibuka rekening Kas
negara khusus untuk menampung pengeluaran negara.
3). Mencocokkan data yang tercantum dalam Rekap Transaksi Nota Kredit
dengan data yang tercantum dalam setiap DNP dimaksud dan
membubuhkan paraf pada Rekap Transaksi Nota Kredit dimaksud.
4). Mengelompokkan DNP yang sejenis(Satu Kelompok MAP, misalnya DNP
PPh, DNP PPN, DNP PPL, DNP Bea Masuk, DNP Cukai dan DNP PNBP)
dan mencocokkan DNP dengan lampirannya.
5). Memeriksa kebenaran dan kecocokan data yang tercantum dalam LHP
dengan data DN per kelompok MAP yang tercantum dalam Rekap Transaksi
Nota Kredit dan/jumlah data per kelompok DNP yang sejenis dan
membubuhkan paraf pada halaman LHP dimaksud.
6). Membubuhkan tanda tangan, tanggal dan cap KPPN pada setiap halaman
terakhir DNP yang bersangkutan setelah membukukan pendapatan negara
sesuai ketentuan yang berlaku, sebagai peryataan kebenaran antara DNP
dengan SSP, SSBC, dan SSBP.
7). Menyerahkan DNP (PPh, PPN, PPL) dan SSP lembar ke-2 kepada Kantor
Pelayanan Pajak atau Kanwil Dit. Jen Pajak untuk wilayah-wilayah yang
diatur khusus dengan menggunakan DA.08.01 disertai dengan disket data
SPP terkait.
8). Menyerahkan DNP (Bea Masuk, Cukai) dan SSBC lembar ke-2 kepada
Kantor Pelayanan Bea Cukai dengan menggunakan DA.08.11 disertai
dengan disket data SSBC terkait pada hari kerja berikutnya.
9). Menyampaikan DNP PNBP dan SSBP lembar ke-2 Kepada Kantor Tat
Usaha Anggaran sebagai lampiran Rangkuman Pertanggung jawaban
Bendaharawan Umum (RBPU).
10). Menyampaikan SSBP lembar ke-3 menurut sifatnya kepada:
• Seksi Pendapatan/unit yang mengelola pendapatan dengan
menggunakan DA.08.21 untuk penerimaan pendapatan negara
karena Surat Penagihan (SPN) Kanwil Dit Jend Anggaran sebagai
lampiran DA.08.22 ntuk penerimaan pendapatan negara yang
berupa setoran Bendaharawan Penerima.
• Kanwil Dit. Jend. Anggaran sebagai lampiran DA.08.22 untuk
penerimaan pendapatan negara yan berupa setoran Bendaharawan
Penerima.
11). Menatausahakan Nota Debet pelimpahan penerimaan pendapatan negara
dan dokumen-dokumen pendapatan negara sesuai ketentuan yang berlaku.
12). Memperlakukan DNP sebagai dokumen primer dan bersifat confidential
serta menyampaikannya secara tersendiri dan aman sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
13). Menatausahakan penerima negara dari potongan SPM Cek/Giro Pos KPPN
sebagai berikut:
• Seksi perbendaharaan dalam menerbitkan SPM yang mengandung
unsur potongan penerimaan negara baik dari pajak maupun bukan
pajak, memeriksa dan meneliti kelengkapan serta kebenaran isian
data setoran pada SSP dan/atau SSBP.
• Seksi perbendaharaan selaku pemungut setoran, membubuhkan
tandatangan, nama jelas, NIP, jabatan, tanggal dan nomor SPM dan
Cap Seksi Perbendaharaan pada SSP dan/atau SSBP (kolom
penerimaan setoran) sebagai tanda atas pemungutan setoran.
204 Manajemen Kas
Daftar Nominatif Penerimaan tersebut merupakan laporan per Nota Kredit Detail
yang disampaikan oleh Bank/Pos kepada KPPN dan tiap DNP terlampir setoran-
setoran dalam satu kelompok MAP.
Dengan digunakannya DNP ini maka penerimaan SSP, SSBC, SSBP pada mesin
Cash Register TEC MA =501 maupun TEC ST-2000 tidak dilakukan lagi.
206 Manajemen Kas
Penerimaan setoran dari wajib pajak, pengusaha barang wajib pajak, wajib
bayar/ bendaharawan penrima dan lainnya dilakukan melalui Bank Persepsi dan
Bank Devisa Persepsi.
Bank Persepsi adalah bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima setoran penerimaan negar bukandalam rangka impor yang meliputi
pendapatan pajak, cukai dalam negeri dan Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP).
Pada semua Bank Persepsi yang ditunjuk dibuka Rekening Kas Negara B
(Persepsi) sebanya BKPP dengan kode sesuai dengan kode BKPP, dengan catatan
untuk semua penerimaan negara bukan pajak pada masing-masing Bank Persepsi
dibuka satu Rekening Kas Negara B dengan kode 0412.
Bank Devisa Persepsi adalah Bank Devisa yang menerima setoran penerimaan
Manajemen Kas pada Bendaharawan Umum Negara 207
negara dalam rangka impor. Pada Bank Persepsi maupun Bank Devisa Persepsi
dibuka Rekening Kas Negara Persepsi yang dikelola oleh Pemegang Rekening Kas
Negara B-KPPN. Oleh Karena itu semua setoran-setoran yang dimasukkan ke
dalam Rekening Kas Negara Persepsi tersebut oleh Bank Persepsi maupun Bank
Devisa persepsi dilaporkan ke Pemegang Rekening Kas Negara B-KPPN di Seksi
Bank Persepsi.
Pada Bank Persepsi, demikian juga pada Bank Devisa Persepsi dibuka:
a. Rekening Kas Negara Persepsi, dan
b. Rekening Kas Negara Gabungan
Dalam laporannya ke KPPN antara lain disampaikan pula Laporan r Nota Kredit
Detail (=Daftar Nominatif Penerimaan).
Adapun yang dimaksud Nota Kredit adalah Nota pemberitahuan dari Bank
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Tunggal/Bank Operasional I bahwa Rekening
Kas Negara pada Bank bersangkutan telah di kredit sebesar nota tersebut.
Sedang yang dimaksud Nota Kredit adalah Nota pemberitahuan dari Bank
Persepsi/Banak Devisa Persepsi bahwa Rekening Kas Negara pada Bank
bersangkutan telah di debet sebesar nota tersebut.
Sebelum melakukan penyetoran uang ke Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi
(Atau Kantor Pos Persepsi), Wajib Pajak/ Wajib Setor harus mengisi data
penyetoran dengan benar, lengkap dan jelas pada formulir:
a. SSP rangkap 5 untuk setoran pajak dalam rangka impor dan pelaksanaan
Keppres No.56/1988
b. SSP rangkap 4 untuk setoran pajak selain tersebut pada butir 1) di atas
c. SSBC rangkap 4 untuk setoran bea dan cukai
d. SSBP rangkap 4 untuk setoran bukan pajak, kecuali setoran biaya penagihan
pajak.
Transaksi Penerimaan melalui Bank Persepsi dan Bank Devisa Persepsi dapat
diuraikan secara garis besarnya sebagai berikut.
a. Pada Bank Persepsi/ Bank Devisa Persepsi yang ditunjuk untuk menerima
setoran penerimaan negara dibuka Rekening Kas Negara B (Persepsi)
sebanyak BKPP dengan kode sesuai dengan kode BKPP.
b. Setiap penerimaan yang diterima oleh bank tersebut dibukukan pada Rekening
Kas Negara B sesuai dengan kode BKPP bersangkutan.
c. Setiap hari penerimaan tersebut harus dilimpahkan dari Rekening Kas negara B
ke Rekening Kas Negara Gabungan pada Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi
yang bersangkutan.
d. Setiap hari Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi harus membuat LHP dan
dengan lampirannya disampaikan kepada KPPN c.q. Pemegang Rekening kas
Negara B.
e. Pemegang Rekening Kas Negara B mengadakan verifikasi atas LHP dan
lampirannya dan selanjutnya menatausahakan/membukukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku:
Mulai 1 September 1994 untuk Bank Persepsi dan Bank Devisa Persepsi yang
sejenis cukup diubat 1(satu) Buku Bank saja dengan satu kode baru yang
208 Manajemen Kas
Berdasarkan Surat Edaran Bersama DJA, DJP, DJBC, Dit. Jen. Postel & Direksi
BI Tanggal 2 Agustus 1993 No. Kep.38/A/51/0893, No.Kep.17/PJ/1993,
No.98/Dir.Jen/1993, No.26/56/Kep.DIR, tatacara Penyetoran, Penatausahaan
Penerimaan Negara melalui Bank Devisa dan Bank Devisa Persepsi dapat
dibedakan dalam:
a. Tata cara penyetoran, penatausahaan penerimaan negara bukan dalam rangka
impor melalui Bank Persepsi.
b. Tata cara penyetoran, penatausahaan penerimaan negara dalam rangk impor
melalui Bank Devisa Persepsi
c. Tata cara pemungutan, penyetoran, penatausahaan penerimaan negara dalam
rangka impor yang dilakukan oleh Bendaharawan Penerima Bea Cukai.
LRA
Dok
SAI NERACA
LRA
Neraca
Catatan B
Laporan
Keuangan U
N
LAK
SAKUN
210 Manajemen Kas
UAPA
k. Berdasarkan hasil rekonsiliasi dengan UAPA yang tertuang dalam berita acara
rekonsiliasi, Direkrorat Jenderal Perbendaharaan berwenang melakukan
perbaikan data laporan realisasi anggaran sebelum revisi atas laporan realisasi
anggaran yang diterima dari UAPA.
l. Perbaikan data laporan realisasi anggaran tidak menghilangkan kewajiban UAPA
untuk menyampaikan revisi atas laporan realisasi anggaran
Perpaduan penyelenggaraan SAI dan SiAP, dapat dilihat dalam bagan berikut:
Setiap tanggal 1,7,15,23 dan akhir bulan KPPN membuat laporan kas posisi untuk
disampaikan pada Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan Direktorat Informasi Akuntansi.
RANGKUMAN MATERI
A. Seiring dengan keluarnya undang-undang No. 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang No.
1 Tahun 2004 membawa dampak beberapa perubahan terkait dengan pengelolaan
keuangan negara, antara lain
1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah.
2) Kekuasaan pengelolaan keuangan negara:
• dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil
Manajemen Kas pada Bendaharawan Umum Negara 213
LATIHAN SOAL
Tujuan Pembelajaran:
perbendaharaan harus membuat standar operasi dan prosedur (SOP) yang cukup
untuk semua pihak yang terkait dengan penerimaan pendapatan negara maupun
pengeluaran negara. SOP ini dimaksudkan agar atas penerimaan dan pengeluaran
negara dapat dengan mudah diverifikasi dan meminimalkan penyimpangan. Dengan
pengadministrasian yang baik diharapkan semua Bahasan dalam bab ini akan
memberikan gambaran mengenai garis besar pengelolaan keuangan negara.
bahasan akan menekankan pada arus lalu lintas uang dan aspek administratif yang
dilaksanakan berkaitan dengan hal tersebut.
Atas kedua jenis bendahara umum ini perbedaan dapat terlihat jelas dari cakupan
tugasnya, dimana bendahara umum negara cakupan meliputi suatu negara
sedangkan bendahahara umum daerah meliputi suatu provinsi/kabupaten/kota.
Walapun perbedaan cakupan tugasnya namun demikian kewenangan yang dimiliki
oleh keduanya tidak jauh berbeda. Kewenangan bendahara umum berkisar antara
pelaksanaan anggaran, pengelolaan pendapatan dan pengeluaran, penyimpanan
uang, pengelolaan hutang dan investasi, dan penyediaan informasi keuangan.
Dalam kerangka suatu negara, cakupan tugas yang sangat luas tidak
memungkinkan menteri keuangan sebagai bendahara umum negara untuk
melaksanakan fungsinya tanpa ada pelimpahan wewenang. Menteri Keuangan dalam
hal ini melimpahkan wewenangnya dengan mengangkat Kuasa Bendahara Umum
Negara untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan. Tugas kebendaharaan ini
meliputi kegiatan menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang
berada dalam pengelolaannya. Kuasa Bendahara Umum Negara melaksanakan
penerimaan dan pengeluaran kas negara sesuai dengan ketentuan untuk
pengendalian anggaran negara, berkewajiban memerintahkan penagihan piutang
negara kepada pihak ketiga sebagai penerimaan anggaran, dan berkewajiban
melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga sebagai pengeluaran anggaran.
Hubungan antara pemerintah dengan bank sentral maupun bank umum dalam
hal pengelolaan rekening tersebut dapat dibuat dalam kerangka business-like atau
memperlakukan rekening ini sebagaimana dilakukan pada rekening yang lain.
Hubungan ini memungkinkan pihak pemerintah untuk mendapatkan bunga atau
pendapatan lain atas penempatan uang negara pada bank sentral maupun bank
umum. Dilain pihak atas jasa perbankan yang diserahkan oleh bank sentral dan bank
umum, pemerintah berkewajiban memperlakukan hal tersebut sebagai beban negara.
hal ini sebagaimana tercantum dalam pasal 23, 24 dan 25 UU Perbendaharaan
Negara.
Di Indonesia, rekening kas negara terdiri dari dua kelompok besar. Rekening
tersebut adalah sebagai berikut:
Rekening ini berupa rekening yang terdapat pada Bank Tunggal dan
Bank Operasional. Bank tunggal adalah Bank Indonesia yang mengelola
penerimaan dan pengeluaran yang membebani kas negara. Rekening ini
merupakan muara segala penerimaan dan pembayaran atas beban
negara. sedangkan Bank Operasional (BO) adalah bank yang ditunjuk
Menteri Keuangan untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran yang
membebani rekening kas negara pada daerah dimana tidak terdapat
Bank Indonesia. BO ini terbagi ke dalam beberapa kelompok sebagai
berikut:
a) BO I merupakan Bank yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan
sebagai kuasa bendahara umum negara untuk melakukan
pembayaran belanja pegawai dan belanja non-pegawai dan bisa
berfungsi sebagai penampung penerimaan dari bank persepsi dalam
hal tidak sekota dengan BI.
b) BO II merupakan Bank yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan
sebagai kuasa bendahara umum negara dimana untuk melakukan
pembayaran belanja pegawai (gaji PNS, TNI dan Polri).
c) BO III merupakan Bank yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan
sebagai kuasa bendahara umum negara dimana untuk mengelola
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB).
• Rekening Kas Negara B.
Rekening merupakan rekening untuk melaksanakan penerimaan
negara. Rekening ini terdapat pada Bank Persepsi dan Bank Devisa
Persepsi. Bank persepsi merupakan Bank Umum mitra KPPN yang
ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan untuk mengelola/menampung
seluruh penerimaan yang akan masuk ke kas negara. sedangkan bank
devisa persepsi pada dasarnya merupakan bank pengelola/ penampung
penerimaan negara namun dalam hal ini berupa devisa.
• Rekening Kas Negara C.
Rekening ini pada dasarnya sejenis dengan rekening Kas Negara C,
namun demikian rekening ini tidak terdapat pada perbankan melainkan
pada unit pelaksana teknis di daerah yaitu Sentral Giro/Sentral Giro
Gabungan, dan Kantor Pos dan Giro. Pada SG/SGG dan Kantor Pos dan
Giro dapat dibuka rekening khusus penerimaan untuk menampung
penerimaan, demikian juga untuk pelaksanaan pengeluaran dibuka
rekening untuk menampung pengeluaran negara.
Administrasi Kas Negara 223
Jika merujuk konsep TSA, rekening kas negara pada Bank Indonesia yang
disebut rekening BUN (rekening nomor 502.000.000) merupakan induk dari rekening
pemerintah untuk melaksanakan penerimaan dan pengeluaran, sedangkan rekening
501.000.000 merupakan representasi rekening operasional pada bank-bank umum di
daerah. Rekening BUN merupakan muara atas semua penerimaan dan pengeluaran.
Sedangkan rekening 501.000.000 dapat dikatakan sebagai rekening kontrol atas
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh bank operasional, karena semua
arus lalu lintas kas antara rekening BUN dan rekening pada bank operasional di
daerah terlebih dahulu melalui rekening ini. Gambar 9.1 mengilustrasikan hubungan
antar rekening kas negara secara umum.
1. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2005 tentang Perbendaharaan Negara (pasal
12 ayat 2 dan pasal 22 ayat 2 dan 3).
Pasal 12 ayat 2:
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas
Umum Negara.
Pasal 22 ayat 2
Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah sebagaimana dimaksud
224 Manajemen Kas
pada ayat (1) Menteri Keuangan membuka Rekening Kas Umum Negara
Pasal 22 ayat 3
Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum negara
Berdasarkan amanat Undang-Undang maka semua penerimaan dan
pengeluaran negara dilakukan melalui satu rekening (Single Account) yang
disebut Rekening Kas Umum Negara (RKUN) yang kemudian disebut sebagai
Rekening Tunggal Pemerintah. Sistem rekening tunggal pemerintah akan
memungkinkan pelaksanaan pengelolaan kas negara yang mengacu kepada
prinsip-prinsip pengelolaan kas yang baik.
Kantor Pusat 2 1
Bank Umum
Direktorat Jenderal
(Bend. Bank Perbendaharaan
Pengeluaran) Indonesia
226 Manajemen Kas
Penihilan
Meminta transfer dana
3 6 dari RKUN sebesar
7 kebutuhan
Kantor Cabang 4
Bank Umum
BO I/II
KPPN
5 SP2D
Bendahara/Rekanan
Berikut ini adalah bagan arus kas, penerapan rekening tunggal pemerintah
dengan menggunakan BI untuk rekening penerimaan:
1 1 1
demikian tidak ada lagi keuntungan yang diperoleh oleh bank umum dengan
demikian pemerintah harus memberikan imbalan atas penyediaan jasa
perbankan yang diberikan oleh bank-bank umum mitranya.
i. Bank sentral memberikan imbalan kepada treasury atas saldo rekening
tunggal pemerintah. Karena seluruh dana pemerintah berada di bank sentral
dan bank sentral memperoleh keuntungan dari dana pemerintah tersebut
maka sewajarnya pemerintah mendapatkan bagian yang wajar atas
keuntungan yang diperoleh oleh bank sentral.
2. Atas rekening kas negara nomor 501.000.000 dan rekening kas negara yang
berada di KPPN pengelolaan dilaksanakan oleh Subdirektorat Adiministrasi Kas
Negara pada Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengelola rekening kas negara, Subdirektorat Adiministrasi
Kas Negara menyelenggarakan fungsi:
a) Penyusunan petunjuk teknis penatausahaan rekening kas negara;
b) Penunjukan bank/kantor pos dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam
rangka pelaksanaan dan pengeluaran negara;
c) Penyusunan petunjuk teknis di bidang penerimaan dan pengeluaran kas;
d) Penyusunan pagu penyediaan dana pada bank operasional;
e) Pembinaan bendaharawan/pemegang kas;
f) Perhitungan dana fihak ketiga;
g) Pemantauan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran pada rekening
kas negara.
dilaksanakan oleh Seksi Bank Tunggal dan Pembukuan untuk Bank Operasional
dan SG/SGG dan Seksi Bank Persepsi untuk Bank Persepsi dan Bank Devisa
Persepsi. Seksi Bank Tunggal dan Pembukuan dalam melaksanakan tugasnya
menjalankan fungsi:
a) Melakukan pembayaran berdasarkan surat perintah pencairan dana;
b) Pelaksanaan urusan lalu lintas uang melalaui Bank Tunggal dan Giro Pos;
c) Penatausahaan penerimaan dan pembayaran melalui bank tunggal dan Giro
Pos (kas negara);
d) Penyusunan pertanggungjawaban (laporan realisasi) penerimaan dan
pembayaran melalui bank tunggal, bank persepsi, dan giro pos, serta
pembuatan daftar selisih saldo bank tunggal;
e) Melakukan pembukuan bendaharawan umum.
KPPN sebagai pelaksana kebijakan pengelolaan rekening kas negara ini selain
dapat dibedakan menurut tipe, juga dapat dibedakan menurut lokasi dan
hubungannya dengan KPPN lain. Secara lokasi KPPN dibedakan menjadi KPPN
sekota dengan Kantor BI (KPPN KBI) dan KPPN tidak sekota dengan Kantor BI
(KPPN Non KBI). Dalam hubungannya dengan KPPN lain, KPPN dibedakan menjadi
KPPN Induk dan KPPN Non Induk. KPPN Induk merupakan KPPN yang bermitra
dengan KBI yang berlokasi satu kota dengan KPPN dan melakukan transfer dana
untuk membiayai pengeluaran anggaran kepada KPPN lainnya. Sedangkan KPPN
Non Induk merupakan KPPN yang bermitra dengan KBI yang berlokasi satu kota
dengan KPPN tetapi tidak melakukan transfer dana untuk membiayai pengeluaran
anggaran kepada KPPN lainnya. KPPN KBI dapat menjadi KPPN Induk maupun
KPPN Non Induk. Penentuan KPPN ini dilakukan oleh Dirjen Perbendaharaan
yang ada pada Bank Indonesia (Bank Tunggal). Saat ini atas semua penerimaan
negara, kecuali untuk penerimaan PBB dan BPHTB, melalui bank persepsi dan SGG
penerimaan akan dilimpahkan kepada bank tunggal setiap hari selasa, jum’at dan
akhir bulan. Khusus untuk penerimaan PBB dan BPHTB penyetoran ke bank
persepsi akan diteruskan ke rekening BO III. Hal ini dilakukan karena atas
penerimaan tersebut perlu terlebih dahulu dibagi porsi pemerintah daerah sebelum
disetorkan ke Bank Tunggal, sehingga yang disetorkan kepada Bank Tunggal
hanyalah porsi pemerintah pusat. Porsi pembagian ini sesuai dengan pasal 12 UU
nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Proses pada KPPN Non KBI secara umum sama dengan KPPN KBI. Perbedaan
mendasar adalah pada posisi bank tunggal yang berada diluar otoritas KPPN Non
KBI. Atas kedudukan Bank tunggal ini, Bank Operasional I berfungsi sebagai bank
tunggal pada KPPN KBI yaitu menerima semua penerimaan dari bank persepsi dan
melakukan pengeluaran negara, serta mengisi rekening-rekening operasional yang
232 Manajemen Kas
lain. Untuk pengisian rekening BO I sendiri, KPPN Non KBI tidak mengajukan
permintaan secara langsung kepada BI. KPPN Non KBI harus mengadakan
koordinasi dengan KPPN KBI yang menjadi induknya. Hal ini juga dilakukan untuk
melimpahkan penerimaan yang dititipkan pada rekening tersebut ke rekening bank
tunggal.
Gambar 9.6 mengilustrasikan bagaimana arus lalu lintas kas negara dari
rekening induk pada bank indonesia sampai pada rekening bank operasional di
daerah. Pada gambar tersebut ditunjukkan cakupan tanggung jawab tiap unit atas
rekening-rekening di bank sentral dan pada bank umum baik di pusat dan di daerah.
Perlu diingat gambar ini tidak memperlihatkan proses internal yang terjadi pada bank
umum berkenaan dengan cabangnya di daerah, sehingga terlihat tidak adanya
koordinasi antara kantor pusat bank umum dengan cabangnya di daerah yang
berperan sebagai bank persepsi maupun bank operasional. Namun demikian proses
internal pada bank umum tersebut pada dasarnya ada namun ilustrasi diatas tidak
untuk menjelaskan proses tersebut.
namun demikian transaksi ini hanyalah sebuah pemindahbukuan dari rekening utama
pada rekening operasional dan belum membebani keuangan negara.
Jika konsep TSA dipergunakan secara penuh atas saldo semua rekening
operasional ini, baik penerimaan dan pengeluaran, maka arus uang keluar dari
rekening BUN ke saldo rekening operasional pengeluaran akan dilakukan setiap pagi
dan penyetoran atas penerimaan pada rekening operasional penerimaan dan sisa
saldo operasional pengeluaran akan dilakukan setiap akhir hari kerja. Maka dari itu
perencanan kas yang baik pada tiap daerah perlu dilakukan untuk meminimalkan
arus tersebut. Namun praktik sekarang ini masih menggunakan kebijakan penetapan
pagu dana atas rekening operasional tersebut.
Dalam hal penerimaan dan pengeluaran pada KPPN dapat terlihat jelas
perbedaan dan hubungan antara KPPN KBI Induk, KPPN KBI Non Induk, dan KPPN
Non KBI Non Induk. Dalam gambar 4 dapat dilihat dengan jelas perbedaan dan
hubungan tersebut. KPPN pada dasarnya bertanggung jawab melakukan laporan
atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan. KPPN KBI Induk
selain bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran pada wilayah kerjanya,
juga bertanggung jawab membukukan atas penerimaan kiriman uang dari dan
pengeluaran uang ke KPPN Non KBI Non Induk dalam wilayah kerjanya. Pembukuan
ini adalah atas rekening bank tunggal di bank Indonesia.
KPPN Non KBI Non Induk untuk melakukan pelimpahan atas penerimaan pada
bank persepsi yang menjadi mitra kerjanya dan atas kelebihan saldo dari pagu dana
yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan. Atas tindakan ini KPPN Non KBI Non
Induk melakukan pemberi tahuan atas pelimpahan tersebut kepada KPPN KBI yang
menjadi induknya. Begitu pula sebaliknya, apabila saldo dana pada bank operasional
kurang untuk memenuhi pembayaran tagihan maka KPPN Non KBI melakukan
permintaan dropping dana ke BI melalui KPPN Induknya. Tidak seperti saldo
penerimaan pada bank persepsi, kelebihan atas pagu dana pada bank operasional
harus segera dilimpahkan hari itu juga jika bank operasional akan terkena denda dari
Administrasi Kas Negara 235
BI.
Selain itu unit ini melaksanakan tugas untuk melakukan perhitungan fihak
ketiga. Dana fihak ketiga adalah dana yang diterima melalui mekanisme
penerimaan atau pemotongan atas pengeluaran demi keuntungan fihak ketiga.
Termasuk dalam dana fihak ketiga adalah potongan asuransi kesehatan, dana
pensiun, dan dana bulog atas tunjangan beras bagi PNS/Polri/TNI dalam hal
pembayaran tunjangan dilakukan dengan natura. Dana-dana tersebut merupakan
hak fihak ketiga yang dikelola melalui sistem penerimaan negara.
3. Kewenangan KPPN
operasional ke bank tunggal atas kelebihan saldo dana bank operasional dan
melakukan transfer pengiriman uang atas penerimaan pada bak persepsi ke bank
tunggal, atau melakukan perintah pengiriman uang dari bank tunggal untuk
mengisi saldo pada bank operasional. Kewenangan ini harus dilakukan dalam
kerangka kebijakan yang dikeluarkan oleh subdirektorat administrasi kas negara.
yang dilakukan agar dilakukan sesuai dengan apa yang telah dianggarkan.
Atas kas yang dikelola oleh bendahara pengeluaran dan bendahara penerimaan,
bendahara wajib untuk melakukan pembukuan. Pembukuan tersebut dilakukan dalam
rangka pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya sebagai bendahara
sehingga kepatuhan atas ketentuan dalam pengelolaan penerimaan dan pengeluaran
dapat dinilai dari pembukuan ini. Pembukuan ini dilakukan dengan menggunakan kas
basis karena pada dasarnya pembukuan ini dilakukan untuk memberikan gambaran
atas transaksi keluar masuknya kas yang dikelola. Pembukuan ini menjadi pelengkap
dari rekening koran yang dikeluarkan oleh bank mengingat rekening korang atas
rekening giro bendahara hanya menampilkan jumlah uang yang masuk dan keluar
tanpa ada penjelasan atas kegunaan uang tersebut.
RANGKUMAN MATERI
LATIHAN SOAL
Tujuan Pembelajaran:
Manajemen utang merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari manajemen
kas. Pencairan dana utang dan pembayaran pokok dan bunganya akan
mempengaruhi posisi kas suatu negara. Manajemen utang negara bisa didefinisikan
sebagai keseluruhan proses pencarian sumber, negosiasi, analisa, penggunaan,
pembayaran, pencatatan dan pelaporan semua utang negara baik yang bersumber
dari pihak luar maupun domestik. Tujuan dari pengelolaan Utang antara lain:
Banyak pihak yang telibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
manajemen utang. Fungsi utama manajemen utang seharusnya dipegang oleh unit
khusus yang menangani utang yang biasa disebut dengan Debt Managament Unit.
Pengelolaan Utang oleh Debt Managament Unit dibagi ke dalam front office yang
terkait dengan fungsi negosiasi, akses pasar dan kreditor maupun memfasilitasi
pelaksanaan proyek atau program yang dibiayai pinjaman; middle office yang
berkaitan dengan strategi, mitigasi risiko utang pemerintah secara keseluruhan; serta
back office yang bertugas melaksanakan registrasi, pencairan, pembayaran,
monitoring dan evaluasi maupun fungsi transparansi dan akuntabilitas. Sampai saat
ini Indonesia belum memiliki Debt Management Unit, pengelolaan utang luar negeri
dilaksanakan oleh Direktorat PPHLN dan Subdirektorat Administrasi Dana Pinjaman-
Direktorat Pengelolaan Kas Negara, sedangkan untuk utang dalam negeri ditangani
oleh direktorat SUN. Ketiga Direktorat tersebut adalah bagian dari Direktorat Jenderal
Manajemen Dana Pinjaman Luar Negeri 243
Fungsi Akuntansi. Terkait dengan manajemen utang fungi akuntansi memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Menyiapkan ramalan arus kas dan memanaje likuiditas pemerintah
2. Memprose pembayaran utang
3. Mengawasi dan melaporkan proses pencairan utang
4. Membuat rincian seluruh asset keuangan pemerintah untuk mengetahui
posisi netto utang
Bank Sental. Fungsi bank sentral dalam manajemen utang antara lain:
1. Melakukan pembayaran utang dengan instruksi dari pihak yang bewenang.
2. Menyediakan konsultasi manajemen utang sesuai denga peraturan bank
sentral.
3. Mengatur mekanisme pembayaran utang yang aman dan efisien.
4. Mengawasi dan memberikan nasihat atas pengelolaan aset keuangan dan
utang-utang.
5. Mengumpulkan rincian data aset keuangan pemerintah dari seluruh
institusi keuangan untuk dilaporkan ke DMO dan Menteri Keuangan.
6. Menyusun laporan peramalan kas dan memanaje likiuiditas pemerintah.
7. Terlibat di dalam pengembangan pasar keuangan (pasar saham dan pasar
uang).
1 . Planning
2 . Authorization
3 . Negotiation
4 . Signature
5 . Prior conditions
Time period
6 . - Effective Date
Disbursement
- Interst Calculation begin
Period
Grace
Loan maturity
period Commitment
7 . Interest payment begin
fee applied
8 . Availibility date
9 . Principal Payment begin
10 . Principal payment end Repayment Period
. Interest calculation end
. Interest payment end
Negosiasi merupakan tahapan yang kritis dalam siklus pinjaman luar negeri.
Oleh karenanya perlu disiapkan tim negosiasi yang memiliki kapabilitas. Tim
seharusnya beranggotakan orang-orang yang professional di bidangnya masing-
masing. Komposisi anggota tim minimal harus mengikutkan unsur dari kementrian
keuangan, institusi yang bertanggung jawab mengelola utang, dan pihak dari
kementrian perundang-undangan. Secara umum ada tiga tahap negosiasi, yaitu: (1)
pra-negosiasi, (2) negosiasi dan (3) pasca negosiasi.
Di negara kita fungsi front office ini sebagiannya dilaksanakan oleh Direktorat
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) yang dibantu oleh pihak-pihak lain.
Manajemen Dana Pinjaman Luar Negeri 247
Berdasrkan KMK No. , Direktorat PHLN bertugas antara lain melakukan analisa
sumber-sumber pembiayaan dan melaksanakan negosiasi pinjaman.
kelayakan proyek yang akan dibiayai dengan pinjaman dan Direktorat Pengelolaan
Penerusan Pinjaman (PPP) yang berfungsi melakukan analisa kemampuan daerah
dalam melakukan pembayaran pinjaman. Selain itu untuk dapat dicantumkan ke buku
biru, proyek yang diajukan harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini:
Sedangkan jika proyek diajukan oleh Pemda/BUMD kriteria tambahan yang harus
dipertimbangkan menurut PP No.107 tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Pendahuluan
Metode ini dikenal juga dengan metode reimbursement dimana pemerintah
terlebih dahulu memberikan talangan atas tagihan proyek, yang kemudian akan
dimintakan penggantiannya (reimbursement) kepada lender. Uang talangan
dibebankan ke rekening BUN (rekening kas negara nomor 502.000), begitu juga
reimbursement-nya akan dimasukkan ke dalam rekening BUN. Berikut ini prosedur
pencairan dana melalui pembayaran pendahuluan:
1. Pemimipin proyek atau pejabat yang berwenang mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran Pendahuluan (SP 3) disertai Kontrak Pengadaan
Barang Atau Jasa (KPBJ) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
kepada Direktur Jendral Perbendaharaan.
2. Dirjen Perbendaharaan menerbitkan Surat Perintah Membayar Pembiayaan
Pendahuluan (SPM-PP) dan dikirimkan kepada BI sebagai dasar
pemindahbukuan dari rekening BUN ke rekening rekanan atau
bendaharawan proyek.
3. Dirjen Perbendaharaan mengajukan Aplikasi Penarikan Dana (APD) kepada
Pemberi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PPHLN) dilampiri dengan SPM-
PP dan dokumen pendukung yang dipersyaratkan PPHLN, dengan tembusan
BI.
4. Berdasarkan APD, PPHLN melakukan penggantian (reimbursement) untuk
rekening BUN pada BI serta mengirimkan asli debet advice kepada Menteri
Keuangan c.q. Ditjen Perbendaharaan dengan tembusan kepada BI.
5. Berdasarkan debet advice, Dirjen Anggaran menrbitkan SP2D dan
disampaikan kepada BI.
6. Atas dasar SP2D tersebut, BI menbuat Nota Perhitungan dan melakukan
pembukuan dengan mendebet Rekening BI dan mengkredit Rekening BUN.
7. Nota perhitungan dimaksud segera disampaikan pada Dirjen
Perbendaharaan, Pimpro, dan dalam hal proyek dibiayai melalui Subsidiary
Loan Agreement (NPPP), disampaikan kepada Dirjen Lembaga Keuangan.
Pembayaran Langsung
Dengan pembayaran langsung atau direct disbursement, dana pinjaman
langsung disalurkan oleh lender ke rekening pelaksana proyek (rekanan). Berikut ini
prosedur pencairan dana pinjaman melalui pembayaran langsung:
1. Berdasarkan KPBJ, Pimpro atau Pejabat yang berwenang menyampaikan
Aplikasi Penarikan Dana (APD) kepada PPHLN melalui Dirjen
Perbendaharaan dengan tembusan kepada BI dan melampirkan KPBJ.
2. Berdasakan APD, PPHLN melakukan pembayaran langsung kepada
rekening rekanan serta mengirimkan asli debet advice kepada Menteri
Keuangan cq. Dirjen Perbendaharaan dan tembusannya kepada BI. Dalam
Manajemen Dana Pinjaman Luar Negeri 251
Rekening Khusus
Pencairan melalui pembukaan rekening khusus atau sering disebut
replenishment pada dasarnya hampir sama dengan metode reimbursement. Hanya
saja dalam metode ini, yang menyediakan dana awal (initial deposits) adalah lender
bukan pemerintah. Tujuan dibukanya rekenig khusus adalh untuk menampung initial
deposit dari lender. Berikut ini prosedur pencairan dana pinjaman melalui
pembukaan rekening khusus:
1. Dirjen Perbendaharaan membuka rekening khusus (RK) pada BI atau Bank
Pemerintah lain yang ditunjuk Menteri Keuangan, untuk selanjutnya
mengajukan initial deposit kepada PPHLN untuk kebutuhan pembiayaan
proyek selama periode tertentu atau sejumlah yang ditentukan dalam
NPPHLN untuk dibukukan ke dalam RK.
2. Pimpro atau Pejabat yang berwenang mengajukan SPP dilampiri dengan
dokumen pendukung kepada Dirjen Perbendaharaan (KPKN).
3. Berdasarkan SPP dimaksud, Dirjen Perbendaharaan (KPKN) menerbitkan
SP2D-RK dan disampaikan kepada BI atau Bank Pemerintah lainnya yang
ditunjuk Menteri Keuangan.
4. Atas dasar SP2D-RK dimaksud, BI/ Bank Pemerintah lainnya yang ditunjuk
Menteri Keuangan membebani Rekening Khusus untuk dipindahbukukan ke
rekening rekanan/ bendaharawan proyek. Dalam hal proyek dibiayai melalui
NPPP, BI/Bank Pemerintah lain yang ditunjuk Menteri Keuangan
menyampaikan tembusan Nota Debet Rekening Khusus kepada Dirjen
Lembaga Keuangan.
5. Dirjen Perbendaharaan meminta pengisian kembali RK (replenishment)
kepada PPHLN dilampiri dengan dokumen pendukung yang dipersyaratkan
masing-masing PPHLN.
6. Berdasarkan debet advice atas transfer Initial Deposit dan Replenishment
yang diterima dari PPHLN, BI membuat nota pemindahbukuan uang.
7. Berdaserkan Surat Kuasa Pembebanan (SKP), Menteri Keuangan dan BI
membukukan nota perhitungan PHLN:
8. Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan diwajibkan membuat
nota pemindahbukuan uang. Laporan Nota Perhitungan PHLN disampaikan
segera ke Dirjen Perbendaharaan.
9. Dirjen Perbendaharaan menyampaikan Laporan kepada BI untuk dibukukan.
10. BI menyampaikan Nota Perhitungan kepada Dirjen Perbendaharaan, Pimpro,
dan Dirjen Lembaga Keuangan dalam hal proyek dibiayai melalui NPPP.
252 Manajemen Kas
Pembayaran pinjaman luar negeri yang tepat waktu dan benar sangatlah penting
apabila dikaitkan dengan keterbatasan anggaran negara, biaya –biaya tambahan
seperti denda (penalty fee) dan potongan pembayaran (waiver) bisa dihindari. Lebih
dari itu kredibilitas dan negara dipertaruhkan.
1. Pembayaran Pokok Pinjaman
Perhitungan Angsuran:
Karena terdapat pembatalan sebanyak USD 100.000 maka angsuran setiap
periodenya adalah:
Metode Annuitas
Berbeda dengan metode prorata, pada metode annuitas jumlah angsuran pokok
akan berbeda tiap periodenya. Dengan metode ini, jumlah angsuran pokok akan
menunjukkan angka yang semakin besar sedangkan jumlah bunga yang dibayar
akan semakin kecil. Rumus (10.3) adalah rumus yang digunakan untuk menghitung
total pembayaran (angsuran pokok plus bunga). Nilai R selalu tetap untuk tiap
periode pembayaran.
A
R = (10.3)
A (n, i)
1- (1 + i )-n x (1 + i )
(10. 5)
A (n, i) =
i
Keterangan:
A (n, i) = Present value annuity mata uang loan dengan tingkat bunga i dalam
periode n
i = Tingkat bunga
n = Banyaknya angsuran
Contoh:
Dalam NPPHLN untuk pinjaman “Loan B” dengan nilai pinjaman sebesar JPY
1.000.000 yang harus dibayar kembali dalam 5 kali angsuran dengan tingkat suku
bunga 5 %.
Soal 1: Hitung pokok pinjaman untuk tiap periodenya jika yang digunakan adalah
annuitas untuk akhir periode.
Soal 2 : Hitung pokok pinjaman untuk tiap periodenya jika yang digunakan adalah
annuitas untuk awal periode.
Soal 1:
A
R =
A (5, 5%)
JPY 1.000.0000
=
4,3294809
= JPY 230.974,57
Tabel 10.2 Contoh perhitungan pembayaran pokok pinjaman (anuitas akhir periode)
Pinjaman Total
Periode Bunga Pokok
Outstanding Pembayaran
1 1,000,000.00 50,000.00 180,974.79 230,974.79
2 819,025.21 40,952.00 190,022.70 230,974.79
3 629,002.51 31,450.99 199,523.80 230,974.79
4 429,478.71 21,474.80 209,499.99 230,974.79
5 219,978.72 10,996.07 219,978.72 230,974.79
Total 154,873.86 1,000,000.00 1,154,873.95
Soal 2:
A
R =
A (5, 5%) x (1 + 0,05)
JPY 1.000.0000
Manajemen Dana Pinjaman Luar Negeri 257
= JPY 219.975,78
Tabel 10.3 Contoh perhitungan pembayaran pokok pinjaman (anuitas awal periode)
Pinjaman Total
Periode Bunga Pokok
Outstanding Pembayaran
Untuk loan-loan tertentu waktu pembayaran pokok tidak disebutkan secara tegas
di dalam NPPHLN. Dalam keadaan seperti ini, NPPHLN hanya memberikan
perkiraan waktu atau patokan tertentu seperti:
a. Pembayaran pokok pertama menuggu jadwal pembayran yang akan
dikirimkan oleh lender.
b. Pembayaran pokok pertama dilakukan lima bulan setelah availability date
berakhir.
c. Pembayaran pokok pertama dilakukan enam bulan setelah kesiapan proyek.
d. Pembayaran pokok pertama dilakukan 20 hari setelah efektif date.
258 Manajemen Kas
Metode penghitungan bunga berbeda tergantung jenis loan. Untuk jenis pinjaman
tertentu seperti ADB-SF dan Islamic Development Bank (IDB) tidak dikenakan bunga,
sebagai gantinya dikenakan service fee, sedangkan pada IDA dikenakan service
charge.
Tahap kedua: menghitung jumlah bunga yang harus dibayar dengan rumus:
Yang dimaksud dengan tingkat bunga tetap adalah tingkat bunga yang telah
ditetapkan dalam NPPHLN danberlaku sampai dengan dilunasinya seluruh pinjaman.
Sedangkan tingkat bunga yang berubah-ubah adalah tingkat bunga pada setiap
periode tertentu akan dilakukan peninjauan kembali, umumnya didasarkan pada
perkembangan suku bunga tertentu, misalnya: “LIBOR + 0,5%” atau “JLTR +
0,20%”. Bahkan pada pinjaman tetentu tingkat bunga berubah setiap terjadinya
transaksi penarikan yang tanggalnya berlainan pada pinjaman tersebut.
Adapun untuk tingkat bunga rat-rata (weighted average interest rate) yang antara
lain diterapkan untuk pinjaman kresit ekspor dari KfW Jerman, dihitung dengan cara
sebagai berikut:
a. Untuk setiap penarikan sejumlah tertentu, akan diberikan tingkat bunga
tertentu berdasrkan tingkat bunga yang berlaku di LIBOR pada tanggal
tersebut ditambah tingkat margin tertentu (misalnya 0,50%).
b. Tingkat bunga hasil perhitungan tersbut di atas kemudian diintegrasikan
degan tingkat bunga rata-rata sebelumnya denga rumus weighted average
interest rate sebagai berikut:
Contoh:
Jumlah kumulatif penarikan dan pinjaman KfWLA No. “F-007” pada tanggal 1 Juli
2000 adalah EUR 100.000 dengan tingkat bunga gabungan (average interest rate)
6,5 %. Pada tanggal 2 Agustus 2000 terdapat penarikan sejumlah EUR 20.000
dengan tingkat bunga 7,15%. Maka untuk menghitung tingkat bunga gabungan
setelah dintegrasikan dengan penarikan terakhir adalah:
dan selanjutnya tingkat bunga tetap inilah yang akan berlaku untuk perhitungan
bunga pinjaman tersebut sampai pinjaman lunas.
Contoh:
NPPHLN dengan LA No. “AL-005” yang ditandatangani pada tanggal 2 Januari 2001
senilai EUR 1.000.000,00efektif tanggal 1 April 2000. Pada tanggal 1 April
2001terdapat penarikan dana sebesar EUR 500.000,00 dengan bunga tetap yang
berlaku adalah 7 % per tahun. Tanggal jatuh tempo pembayaran bunga adalah
tanggal 15 Juni 2001, apabila dalam perhitungan bunga menggunakan asumsi:
• Menurut hari 1 tahun dihitung 360 hari
• Menurut hari sebenarnya 1 tahun dihitung 365 hari
• 1 bulan dianggap 30 hari dan 1 tahun 360 hari
• Menggunakan pendekatan Interest Number (IN) dalam perhitungan bunga
seperti yang digunakan KfW
Dari tabel tersebut tampak bahwa tingkat buna yag dikenakan pihak pemberi
pinjaman sangat bervariasi mulai dai 0,75% sampai dengan 11%.
Management Fee
Yang dimaksud dengan management fee adalah biaya yang dibayarkan kepada
pihak kreditor sehubungan dengan pinjaman yang diberikan, dan dihitung
berdasarkan presentase tertentu dari nilai NPPHLN.
Commitment Fee
Commitment fee adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam sehubungan
dengan adanya sisa pinjaman yang belum ditarik atas ikatan pinjaman dalam jumlah
tertentu. Jumlahnya dihitung berdasarkan presentase tertentu dari sisa pinjaman
yang belum ditarik. Pengertian sisa pinjaman (undisbursed) di sini adalah selisih
antara jumlah atau pagu pinjamanyang telah disetujui (diperjanjikan) dengan total
realisasi penarikan dana pinjaman berkenaan. Tidak semua pinjaman dikenai biaya
komitmen, misalnya untuk pinjaman dari OECF Jepang, IDB, dan pinjaman kredit
ekspor dari Inggris, Jepang dan Dresdner Jerman tidak dibebani biaya komitmen.
Cara pengenaan penalty fee ini cukup beragam, baik dalam pengenaan terhadap
jenis pembayarannya maupun tingkat prosentase yang dikenakan. Misalnya untuk
pinjaman kredit ekspor dari Lloyds Inggris, keterlambatan pembayaran pokok
dibebani 1 % dari tingkat bunga rata-rata, dan untuk keterlambatan pembayaran
bunga dikenai 2% di atas tingkat bunga rata-rata sedangkan keterlambatan
pembayaran Commitment fee tidak dikenai penalty.
Prepayment fee
Yang dimaksud dengan prepayment fee adalah biaya yang dikenakan oleh pihak
pemberi pinjaman apabila peminjam melunasi pinjamannya lebih cepat dari waktu
dan atau jadwal yang telah ditetapkan dalam kesepakatan (NPPHLN) dengan
caramenghtung sebagai berikut:
Jumlah biaya asuransi ini pada pinjaman tertentu sudah dicantumkan jumlah
maksimal biaya asuransi yang harus dibayr. Dalam hai ini, jika ternyata
realisasi biaya asuransi yang dikenakan oleh pemberi pinjaman lebih besar
dari jumlah uang yang telah disebutkan maka peminjam dapat menolak
membayar kelebihan dari jumlah yang telah tercantum dalam NPPHLN.
I. Penatausahaaan PHLN
Informasi utama diharapkan datang dari sumber data primer, tetapi adakalanya
oleh karena sumber tersebut independen sifatnya dan hanya mengirimkan data yang
diharapkan ternyata disampaikan kepada Bank Indonesia atau proyek yang
bersangkutan contohnya dalam hal supplier’s credit. Tidak jarang pula, alamat yang
dituju adlah nama personal pejabat yang umumnya sudah berganti karena mutasi.
Selain itu data pada umumnya disampaikan melalui pos maka juga terdapat
tenggang waktu antara pengiriman sampai diterimanya dokumen rata-rata dua
minggu sampai satu setengah bulan.
Selain itu, melalui DMFAS juga disusun perkiraan rencana penarikan dan
rencana pembayaran untuk beberapa tahun mendatang yang sangat diperlukan
dalam menganalisa dampak moneter dan dalam menyusun anggaran pembayaran
utang pada APBN. Beragam laporan yang dihasilkan DMFAS baik mengenai realisasi
perkiraan PHLN sangat membantu pimpinan dalam pegambilan keputusan berkaitan
dengan pinjaman dan hibah luar negeri.
266 Manajemen Kas
Melakukan Laporan
Menerbitkan Surat
Rekonsiliasi data Realisasi APBN
Permintaan
bersama APHLN
Pembayaran
4. Atas dasar SPM tersebut Bank Indonesia akan melakukan pembayaran melalui
Telegraphic transfer kepada pihak lender, dan rekaman telegraphic tranfer
dimaksud dikirimkan kepada Dit. Pengelolaan PHLN sebagai bukti bahwa
perintah pembayaran telah dilaksanakan. Pembayaran kewajiban yang
berhubungan dengan pinjman luar negeri akan membebani rekening BUN
(rekening kas negara nomor 502.000.000).
5. Setiap pertengahan bulan dan akhir bulan, Bank Indonesia menyampaikan daftar
realisasi pembayaran kewajiban kepada pihak pemberi pinjaman luar negeri
sebagai bahan verifikasi atas permintaan pembayaran yang telah diterbitkan
DJPBN (Dit. Pengelolaaan PHLN).
6. Atas dasar hasil verifikasi realisasi pembayaran utang luar negeri tersebut
selanjutnya –selambat-lambatnya tanggal 8 bulan berikutnya diterbitkann SP2D
Pengesahan Pembayaran Utang Luar Negeri oleh Dit. Pengelolaaan Kas Negara
cq subdit Administrasi BUN untuk pembayaran utang luar negeri yang telah
dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada bulan sebelumnya.
RANGKUMAN MATERI
LATIHAN
ADMINISTRASI REKENING
PEMERINTAH LAINNYA
Tujuan Pembelajaran:
Selain dari Rekening Kas Negara dan rekening Bendaharawan Umum Negara,
pemerintah juga mengelola beberapa rekening lainnya. Rekening-rekening ini
merupakan bagian dari sistem keuangan negara yang pengelolaan administrasinya
272 Manajemen Kas
Proses administrasi ini terdiri dari penyusunan rencana penggunaan dana atas
beban Rekening Pemerintah lainnya, Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana atas
beban Rekening Pemerintah Lainnya, penatausahaan penerimaan/pengeluaran
Rekening Pemerintah Lainnya, penyediaan data realisasi penerimaan/pengeluaran
Rekening Pemerintah Lainnya, dan penyiapan laporan Rekening Pemerintah lainnya.
Rekening dana investasi ini akan berfungsi sebagai rekening untuk penerusan
pinjaman dari Pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
Pemerintah Daerah, termasuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Pencairan
Pinjaman
10 hari untuk
penandatanganan kontrak
perjanjian pinjaman antara
Monitoring dan pemerintah dengan
Pemerikasaan atas
pembiayaan
Gambar 11.2 Tata Cara Pemberian Pembiayaan dari RDI
Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya 275
Pembiayaan ini hanya dapat diberikan kepada BUMN yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh pemerintah yang akan berperan sebagai peneriman pinjaman. Apabila
tidak terdapat BUMN sebagai penerima pinjaman maka pembiayaan tersebut hanya
dimungkinkan apabila terdapat Bank Pemerintah atau Bank Pembangunan Daerah
yang bertindak sebagai “executing bank” yang akan menanggung seluruh resiko
kredit yang timbul dari pinjaman dimaksud
Baik BUMN maupun Bank Pemerintah dan BPD harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Laporan keuangan dalam 3 (tiga) tahun terakhir dinyatakan wajar tanpa syarat
oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atau auditor
independen;
b. Dinyatakan berada dalam kondisi keuangan yang baik dalam tahun terakhir oleh
BPKP atau auditor independen;
c. Tidak mempunyai tunggakan atas kewajiban pembayaran yang terkait dengan
pinjaman kepada pemerintah;
d. Manajemen perusahaan mempunyai kredibilitas dan integritas yang baik dalam
kaitannya dengan penggunaan dan pengembalian pinjaman.
Setelah menetapkan kegiatan yang akan dibiayai melalui pinjaman maka akan
ditetapkan hal-hal sebagai berikut sebagai hasil evaluasi dan analisa atau kegiatan:
• Plafond pinjaman;
• Jadwal pencairan pinjaman;
• Jangka waktu pinjaman;
• Biaya administrasi;
• Jadwal pembayaran kembali;
• Mekanisme pengamanan kepentingan pemerintah sebagai pemberi,
termasuk mekanisme pengamanan pengembalian pinjaman dan
mekanisme pengamanan agar penggunaan pinjaman tepat sasaran.
Keseluruhan proses evaluasi dan analisa ini dilakukan dalam jangka waktu 30
(tigapuluh) hari kerja setelah penyampaian hasil penelitian dan penilaian.
Perjanjian pinjaman
Apabila berdasarkan evaluasi dan analisa, suatu kegiatan dinyatakan layak
secara ekonomis untuk dibiayai maka Menteri Keuangan akan menetapkan
persetujuan pembiayaan kegiatan dalam bentuk pinjaman, berikut persyaratan
pinjaman dalam jangka waktu 8 (delapan) hari kerja sejak ditetapkan hasil evaluasi
dan analisa, dan sebaliknya apabila berdasarkan evaluasi dan analisa, suatu
kegiatan tidak layak secara ekonomis untuk dibiayai, maka Menteri Keuangan akan
memberitahukan penolakan permintaan pembiayaan beserta alasan penolakan
dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) hari kerja sejak ditetapkan hasil evaluasi
dan analisa.
Pencairan Pinjaman
Mekanisme pencairan dana rekening dana investasi ini terdiri dari tiga bagian:
a) Penyusunan rencana penggunaan dana
b) Pencairan Dana RDI
c) Pemantauan dan penatausahaan rekening pemerintah lainnya
Mekanisme pencairan RDI untuk BUMN, BUMD, dan Pemda ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Pihak ketiga mengajukan permintaan pencairan dana kepada Pengelolaan
Penerusan Pinjaman lengkap dengan lampiran-lampiran pendukungnya.
2. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman meneliti kelengkapan surat
permintaan pencairan dana beserta lampiran pendukungnya kemudian membuat
Nota Dinas ke Direktur Pengelolaan Kas Negara untuk diproses lebih lanjut.
3. Atas dasar Nota Dinas tersebut Direktur Pengelolaan Kas Negara cq. Kasubdit
Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya akan memproses Nota Dinas
tersebut. Kasubdit Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya meneliti Nota
Dinas beserta lampiran pendukungnya.
4. Setelah dilakukan penelitian Kasubdit Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya
membuat surat dari Direktur Pengelolaan Kas Negara mengenai
pemindahbukuan dari RDI ke rekening peminjam.
Selain dari pencairan dana RDI ke rekening pihak ketiga, RDI juga dicairkan
melalui mekanisme pencairan ke rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN).
Mekanisme pencairan dana ke rekening BUN adalah sebagai berikut:
1. Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman dan atau Direktorat Jenderal
Anggaran dan Perimbangan Keuangan membuat Nota Dinas ke Direktur
Pengelolaan Kas Negara untuk memindahbukukan/transfer dana dari rekening
Pemerintah Lainnya ke rekening BUN;
2. Atas dasar Nota Dinas tersebut Direktur Pengelolaan Kas Negara cq. Kasubdit
Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya akan memproses Nota Dinas
tersebut;
280 Manajemen Kas
• Rekening Koran beserta Nota Debet dan Nota Kredit dijadikan dasar pencatatan
transaksi dengan membuat jurnal, Buku Besar, dan Buku Pembantu Rekening
Pemerintah Lainnya
• Selanjutnya disusun Laporan Kas Posisi (LKP), Laporan Realisasi (LR) dan
Neraca Rekening Pemerintah Lainnya secara berkala
Tujuan dari penilaian terus menerus ini adalah untuk memantau penggunaan
dana pinjaman serta kondisi keuangan Peminjam secara keseluruhan serta
mengidentifikasikan kemungkinan terjadinya kegagalan pinjaman secara dini.
Dalam hal diketahui terjadi kemungkinan penyimpangan atas penggunaan dana
pinjaman atau kemungkinan perkembangan kondisi keuangan yang semakin
memburuk dari Peminjam yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi pemerintah,
maka Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaanakan
mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan resiko kerugian tersebut.
Sumber Dana:
• Pembayaran Penggunaan Dana:
Kembali • Investasi
Pokok Pemerintah
Pinjaman Daerah dalam
Penerusan bidang prasarana:
Pinjaman Luar Ø Air bersih;
Negeri dan Ø Persampahan;
RPD; Ø Terminal angkutan
• Pembayaran darat, sungai, dan
Biaya danau;
284 Manajemen Kas
RPD
RPD
PU = PD - (DAK + DD + DP + PL)
dimana;
PU = Penerimaan Umum
PD = Jumlah Penerimaan Daerah
DAK = Dana Alokasi Khusus
DD = Dana Darurat
DP = Dana Pinjaman
PL = Penerimaan Lain
Hasil penelitian dan penilaian atas dipenuhi atau tidaknya ketentuan jenis
kegiatan, persyaratan investasi yang dimintakan pembiayaan, dan criteria penerima
pinjaman kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam jangka waktu paling
lama 5 (lima) hari kerja.
Dalam rangka penelitian dan penilaian serta evaluasi dan analisis, Menteri
Keuangan dapat melakukan penelitian lapangan terhadap proyek yang bersangkutan.
Penelitian lapangan ini dilakukan dalam hal:
a. Terdapat indikasi bahwa data yang disampaikan tidak benar, yang salah satunya
dapat diperoleh dari pencocokan silang data dalam lampiran yang disampaikan
Pemerintah Daerah;
b. Terdapat data yang diragukan kebenarannya, yang memerlukan klarifikasi
kebenarannya melalui konfirmasi berbagai pihak terkait di tempat pelaksanaan
proyek;
c. Terdapat data yang bersifat menentukan dalam pengamnbilan keputusan yang
menyangkut penilaian dan analisis data proyek yang bersangkutan, yang
diperoleh dengan pengecekan langsung di tempat pelaksanaan proyek.
Penelitian ini dilakukan antara lain dengan meminta konfirmasi langsung dari
pihak lain yang kompeten untuk memberikan data pembanding atas data yang telah
diterima Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan,
pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan data yang kurang diyakini
kebenarannya.
d. Biaya bunga. Biaya bunga pinjaman ditetapkan sesuai dengan tingkat bunga
yang berlaku pada periode ditetapkannya persetujuan pemberian pinjaman.
Penentuan tingkat bunga pinjaman Rekening Pembangunan Daerah akan
dilakukan setiap tahun oleh Menteri Keuangan. Perubahan tingkat bunga
pinjaman Rekening Pembangunan Daerah ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan dan dilakukan dengan memperhatikan tingkat inflasi,
perubahan tingkat bunga kredit investasi jangka panjang yang terjadi di pasar
dalam negeri, dan biaya kegagalan pengembalian pinjaman Rekening
Pembangunan Daerah.
e. Biaya komitmen dan denda keterlambatan pembayaran kewajiban pinjaman;
f. Ketentuan yang memungkinkan Menteri untuk memperhitungkan tunggakan
Pemerintah Daerah dengan Dana Alokasi Umum.
Perbendaharaan membuat suatu data base yang dberisi tentang data keuangan dan
non keuangan, baik yang berkaitan langsung dengan pinjaman maupun yang
berkaitan dengan Pemerintah Daerah. Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal
Perbendaharaan melakukan penilaian secara terus menerus atas berbagai aspek
yang berpengaruh secara langsung pada penerimaan daerah yang meliputi:
• Aspek keuangan, yang mencakup penilaian atas perkembangan pendapatan asli
daerah;
• Aspek manajerial, yang mencakup penilaian, pengelolaan proyek yang dibiayai
pinjaman.
Penilaian secara terus menerus atas berbagai aspek ini bertujuan untuk
memantau penggunaan dana pinjaman serta kondisi keuangan Pemerintah Daerah
secara keseluruhan serta mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kegagalan
pinjaman secara dini dan kemudian memungkinkan diambil tindakan-tindakan untuk
meminimalkan penyimpangan atas penggunaan dimaksud.
Untuk sebagian proyek-proyek daerah yang dibiayai dari utang luar negeri
seperti sarana dan prasarana air bersih, terminal angkutan darat, kebersihan dan
drainase kota telah memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah, akan tetapi
dalam pengelolaan utang luar negeri dan dalam negeri, daerah belum menunjukkan
kinerja yang lebih baik, hal ini terbukti dari tingginya jumlah tunggakan utang (
default) dan out standing utang luar negeri yang semestinya dapat dimanfaatkan oleh
daerah, telah menimbulkan "despute" dan beban denda oleh pihak lender.
Penerimaan Negara minyak bumi dan gas alam yang akan dibagihasilkan
kepada Daerah adalah penerimaan Negara dari sektor pertambangan minyak bumi
Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya 295
dan gas alam setelah dikurangi dengan komponen pajak yang merupakan
penerimaan bersih yang seterusnya akan menjadi dasar dari bagi hasil sekto
pertambangan minyak bumi dan gas alam antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah.
c. Sektor kehutanan
Penerimaan Negara dari sumber daya alam sektor kehutanan yang dibagikan
kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk bagi hasil adalah berasal dari:
• Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
• Iuran Hak Pengusahaan Hutan (HPH/HUPH)
• Dana Reboisasi (DR)
d. Sektor perikanan
Penerimaan Negara dari suber daya alam sektor perikanan dibagikan kepada
Pemerintah Daerah adalah pungutan Perikanan yang terdiri dari Pungutan
Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan. Penerimaan Negara ini
dibagikan sebesar 80% dari seluruh penerimaan dalam bentuk bagi hasil sebesar
80% dari Pungutan Perikanan dan digunakan untuk pembangunan perikanan di
daerah yang dibagikan secara merata kepada Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Untuk setiap jenis laporan tersebut telah ditetapkan format yang baku yang
harus diikuti oleh setiap unit penyusun laporan. Standarisasi format laporan
298 Manajemen Kas
Format dan isi Laporan Rekening Koran Bank Indonesia dalam lampiran I memuat:
Tabel 11.4 Laporan Mutasi Saldo Rekening Pemerintah pada Bank Indonesia
No. Isi Laporan Cara Pengisian
1 Nomor Diisi nomor urut
Diisi nomor rekening BI yang dilaporkan:
2 Nomor Rekening xxx.xxxxxx
Diisi nama rekening sesuai dengan nama
3 Nama Rekening rekening yang tercantum di BI
Saldo Awal (Minggu Diisi saldo minggu sebelumnya rekening pada
4 Sebelumnya) rekening koran BI
Mutasi Diisi nilai mutasi penerimaan/pengeluaran pada
5 Penerimaan/Pengeluaran tanggal transaksi
6 Saldo Akhir Diisi nilai saldo setelah transaksi
7 Keterangan Diisi penjelasan yang diperlukan
5. Neraca;
Format dan isi Neraca dalam lampiran V memuat:
6 Ekuitas Dana
Rekening Dana Investasi (RDI) adalah rekening untuk menampung dana yang
akan dipergunakan sebagai pinjaman pada Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan
pihak-pihak lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Rekening Bagian Daerah Dari Sumber Daya Alam dibentuk untuk menampung
dana bagi hasil yang berasal dari penerimaan Negara yang berasal dari sektor
pertambangan umum, sektor kehutanan, dan sektor perikanan. Dana bagi hasil ini
Administrasi Rekening Pemerintah Lainnya 301
adalah dana perimbangan yang berasal dari penerimaan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Pelaporan atas rekening pemerintah lainnya ini dilakukan secara
berkala setiap tanggal 7, 15, dan 23 akhir bulan dan triwulanan.
LATIHAN
Tujuan Pembelajaran:
PENDAHULUAN
Laporan Arus Kas 299
Laporan Arus Kas adalah suatu laporan yang memberikan informasi mengenai
perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan. Laporan arus kas menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas selama periode tertentu.
Yang dimaksud dengan setara kas (cash equivalent) adalah investasi jangka
pendek yang amat likuid yang bisa segera ditukar dengan kas. Untuk dapat dikatakan
setara kas, suatu unsur haruslah :
1. dapat segera ditukar dengan kas ketika diperlukan
2. sangat dekat dengan masa jatuh temponya sehingga kecil risiko terjadinya
perubahan nilai akibat perubahan tingkat suku bunga.
Umumnya hanya investasi dengan waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang
yang dapat dikategorikan sebagai setara kas. Waktu jatuh tempo dalam hal ini
dihitung mulai tanggal saat investasi tersebut dibeli oleh entitas pelaporan. Misalnya
Surat Utang Negara (SUN) tiga bulanan maupun tiga tahunan yang dibeli tiga bulan
sebelum jatuh tempo memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai setara kas.
Namun bila SUN tiga tahunan tersebut dibeli tiga tahun sebelumnya, maka pada
masa tiga bulan terakhir sebelum jatuh tempo SUN tersebut tidaklah memenuhi
syarat sebagai setara kas.
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat disusun oleh Direktorat Informasi dan
Akuntansi (DIA) Ditjen Perbendaharaan melalui Sistem Akuntansi Kas Umum Negara
/SAKUN (Lihat penjelasan tentang SAKUN di bab 12), yang merupakan konsolidasi
dari seluruh fungsi perbendaharaan di Ditjen Perbandaharaan.
Tujuan. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, dan perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi,
dan juga informasi mengenai saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Manfaat Informasi Arus Kas. Informasi Arus Kas memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Informasi Arus Kas sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang
telah dibuat sebelumnya.
2. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk
dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
3. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan
solvabilitas).
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas
adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.
Jadi entitas pelaporan untuk Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat adalah:
1. KPPN yang menghasilkan LAK - KPPN
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang menghasilkan LAK - Kanwil
3. Direktorat PKN yang menghasilkan LAK - BUN
4. Ditjen Perbendaharaan c.q. DIA yang menghasilkan LAK - PP
1. AKTIVITAS OPERASI
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk
membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar.
b. PPh Non-Migas (yaitu PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 22
Impor, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi, PPh Pasal
25/29 Badan, PPh Pasal 26, PPh Final dan Fiskal Luar Negeri, serta
PPh Nonmigas Lainnya)
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai, yang terdiri dari:
a. Pendapatan PPN (yaitu PPN Dalam Negeri, PPN Impor, dan PPN
Lainnya)
b. Pendapatan PPnBM (yaitu PPnBM dalam Negeri, PPnBM Impor, dan
PPnBM Lainnya)
3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan, yang terdiri dari PBB Pedesaan,
PBB Perkotaan, PBB Perkebunan, PBB Kehutanan, PBB Pertambangan,
serta PBB Lainnya.
4) Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
5) Pendapatan Cukai, yang terdiri dari Cukai Hasil Tembakau, Cukai Ethyl
Alkohol, Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol, Denda Administrasi
Cukai, serta Pendapatan Cukai Lainnya
6) Pendapatan Pajak Lainnya, yang terdiri dari Bea Meterai, Penjualan Benda
Materai, Pajak Tidak Langsung Lainnya, serta Pendapatan Bunga Penagihan
Pajak (PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL)
7) Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional, yang terdiri dari:
a. Pendapatan Bea masuk,
b. Pendapatan Bea Masuk ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM
Nihil),
c. Pendapatan Denda Administrasi Pabean,
d. Pendapatan Bea Masuk dalam rangka Kemudahan Impor Tujuan
Ekspor (KITE),
e. Pendapatan Pabean Lainnya, serta
f. Pendapatan Pajak/pungutan ekspor
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); berupa:
1) Penerimaan Sumber Daya Alam, yang terdiri dari:
a. Pendapatan Minyak bumi
b. Pendapatan Gas Alam
c. Pendapatan Pertambangan Umum (yaitu Iuran Tetap dan Royalti
Batubara)
d. Pendapatan Kehutanan (yaitu Dana Reboisasi, Provisi Sumber Daya
Hutan, Iuran Hak Pengusahaan Hutan/HPH Tanaman Industri, Iuran
HPH Bambu, Iuran HPH Tanaman Rotan, Dana Pengamanan Hutan,
Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan, serta Iuran Menangkap
Satwa Liar)
e. Pendapatan Perikanan (yaitu Pendapatan Perikanan dan
Penerimaan Dana Kompensasi Pelestarian Sumber Daya Alam
Kelautan)
2) Pendapatan PNBP Lainnya (Pendapatan Penjualan, Sewa, dan Jasa); terdiri
dari :
i. Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan (misalnya
penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Hasil
Peternakan dan Perikanan, Hasil Tambang, Hasil
Sitaan/Rampasan dan Harta Peninggalan, Obat-obatan dan
302 Manajemen Kas
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran:
(a) Belanja Pegawai;
1) Belanja Gaji dan Tunjangan
a. Belanja Gaji PNS
i. Belanja Gaji PNS, berupa Belanja Gaji Pokok dan Belanja
Pembulatan Gaji
ii. Belanja Tunjangan-tunjangan I PNS (misalnya Tunjangan
Suami/Istri, Tunjangan Anak, Tunjangan Struktural,
Tunjangan Fungsional, Tunjangan PPh, Tunjangan Beras,
Tunjangan Kemahalan, Tunjangan Lauk pauk PNS, Uang
Makan PNS)
iii. Belanja Tunjangan-tunjangan II PNS (misalnya Tunjangan
Perbaikan Penghasilan, Tunjangan Cacat, Tunjangan
Khusus Peralihan, Tunjangan Kompensasi Kerja Tunjangan
Daerah Terpencil/Sangat Terpencil, Tunjangan Kewanitaan,
TunjanganGuru/Dosen/PNS yang dipekerjakan pada
sekolah/PT Swasta, Tunjangan Tugas Belajar Tenaga
304 Manajemen Kas
(e) Belanja Hibah; yaitu pengeluaran berupa hibah pemerintah kepada pihak lain,
yang terdiri dari:
1) Belanja Hibah Kepada Pemerintah Luar Negeri
2) Belanja Hibah Kepada Organisasi Internasional
3) Belanja Hibah Kepada Pemerintah Daerah
2) Belanja Lain-lain II
a. Belanja Bagi hasil Biaya/Upah Pungut PBB untuk DJP
b. Belanja KONI
c. Belanja lain-lain II lainnya
Informasi mengenai arus masuk kas untuk aktivitas operasi didapat dari
- Penerimaan Pajak dan PNBP yang diterima KPPN melalui giro/pos dan bank
persepsi
- Penerimaan BUN melalui Kantor Pusat DJPBN yang diproses oleh Direktorat
Pengelolaan Kas Negara
- Pencairan Hibah Luar Negeri yang diproses oleh Direktorat Pengelolaan
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
- Penerimaan bagi hasil laba BUMN dan investasi lainnya yang diproses oleh
Direktorat Pengelolaan Barang Milik Kekayaan Negara
Informasi mengenai arus keluar kas untuk aktivitas operasi didapat dari
Laporan Arus Kas 309
- Belanja yang sudah dicairkan dananya oleh KPPN maupun KPPN Khusus
(yaitu untuk belanja pengeluaran yang dananya berasal dari Bantuan Luar
Negeri)
- Pengeluaran BUN melalui kantor pusat DJPBN yang diproses oleh Direktorat
Pengelolaan Kas Negara
- Data perhitungan untuk belanja bunga yang diproses oleh Direktorat
Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
- Data belanja hibah pemerintah kepada pihak lain yang diproses oleh KPPN
maupun Direktorat Pengelolaan Kas Negara
- Data Dana Bagi Hasil, DAU, DAK, dan Dana Penyeimbang yang doproses
oleh KPPN.
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama
dengan persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat
berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain,
yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal,
atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut
harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi asset nonkeuangan terdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap; yaitu berupa transaksi:
1) Penjualan Tanah
2) Penjualan Peralatan dan Mesin
3) Penjualan Gedung dan Bangunan
4) Penjualan Jalan, Irigasi dan Jaringan
5) Penjualan Aset Fisik Lainnya.
(b) Penjualan Aset Lainnya.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi asset nonkeuangan terdiri dari:
(a) Perolehan Aset Tetap; yaitu berupa Belanja Modal yang terdiri dari
1) Belanja Modal Tanah
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5) Belanja Modal Fisik Lainnya
(b) Perolehan Aset Lainnya, misalnya Konstruksi dalam Pengerjaan.
Informasi mengenai arus kas untuk aktivitas investasi nonkeuangan didapat dari :
- Data pencairan dana (SP2D) untuk belanja modal (MAK 53xxxx) oleh KPPN
310 Manajemen Kas
- Data penjualan dan perolehan asset tetap yang dikelola oleh Direktorat
Pengelolaan Barang Milik Kekayaan Negara
3. AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan
surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap arus
kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang.
4. AKTIVITAS NONANGGARAN
Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
dan kiriman uang.
314 Manajemen Kas
PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari
Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya
potongan Taspen dan Askes.
Informasi mengenai arus keluar kas untuk aktivitas nonanggaran didapat dari
data pemotongan dan pengembalian PFK; pemotongan dan pelunasan Wesel
Pemerintah; penerimaan dan pembayaran Reimburesement Prefinancing (PP) dan
PFK BUN lainnya; penerimaan dan pengeluaran Kiriman Uang antar rekening,
rekening khusus, dan pemindahbukuan; serta penerimaan dan pengeluaran transito
Laporan Arus Kas 317
yang diproses oleh KPPN, KPPN Khusus, maupun Direktorat Pengelolaan Kas
Negara.
Arus kas yang timbul dari aktivitas entitas pelaporan di luar negeri harus
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs pada tanggal transaksi.
Penyajian terpisah arus kas dari perusahaan negara/daerah dan unit operasi
lainnya sebagai suatu perkiraan tersendiri akan membantu untuk membedakan arus
kas tersebut dari arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi asset
Laporan Arus Kas 319
Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan negara/daerah dan
unit operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan perlu diungkapkan hanya jika
transaksi tersebut telah diakui sebelumnya sebagai aset atau utang oleh perusahaan
negara/daerah dan unit operasi lainnya.
Pengecualian transaksi bukan kas dari Laporan Arus Kas konsisten dengan
tujuan laporan arus kas karena transaksi bukan kas tersebut tidak mempengaruhi kas
periode yang bersangkutan. Contoh transaksi bukan kas yang tidak mempengaruhi
laporan arus kas adalah perolehan aset melalui pertukaran atau hibah.
Informasi tambahan yang terkait dengan arus kas berguna bagi pengguna
laporan dalam memahami posisi keuangan dan likuiditas suatu entitas pelaporan.
Jika apropriasi atau otorisasi kredit anggaran disusun dengan basis kas,
laporan arus kas dapat membantu pengguna dalam memahami hubungan antar
aktivitas pelaporan atau program dan informasi penganggaran pemerintah.
320 Manajemen Kas
RANGKUMAN MATERI
Laporan Arus Kas adalah suatu laporan yang memberikan informasi mengenai
perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan. Tujuan utama laporan ini
adalah untuk memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, dan perubahan
kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi, dan juga informasi mengenai
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
326 Manajemen Kas
Berbeda dengan akuntansi komersial yang mengklasifikasikan arus kas menjadi tiga
klasifikasi, --yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan,--
akuntansi pemerintah mengklasifikasikan arus kas berdasarkan 4 klasifikasi:
1. aktivitas operasi,
2. aktivitas investasi aset nonkeuangan,
3. aktivitas pembiayaan,
4. aktivitas dan nonanggaran.
Aktivitas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang
tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah.
LATIHAN
1. Sebutkan manfaat yang dapat diperoleh dari pelaporan arus kas negara!
2. Apa perbedaan antara klasifikasi arus kas dalam akuntansi komersial dan
akuntansi pemerintah?
3. Apa maksud dibuat penngklasifikasian dalam laporan arus kas?
4. Berapa metode yang dapat digunakan oleh entitas pelaporan dalam menyajikan
arus kas? Sebutkan!
5. Jelaskan alasan kenapa metode langsung lebih disarankan?
Daftar Pustaka
Alvin A., Arens dan Loebbecke.Auditing : An integrated Approach. Ed.8. New Jersey :
Prentice Hall, 2000
Dropkin, Murray, Allyson Hayden. The Cash Flow Management Book for Nonprofits:
A Step-byStep Guide for Managers, Consultants, and Boards. San
Francisco: Jossey-Bass. 2001.
Keuangan).
Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, Paul N. Gordon. Anggaran: Perencanaan dan
Pengendalian Laba. Buku 2. Terj. Purwatiningsih. Jakarta: Salemba Empat,
2000.
Weygant, Kieso, Kimmel. Accounting Principles. ED. 5. New York : John Wiley &
Sons, Inc., 1999.
˜™
Biografi Penulis
Beberapa artikel yang pernah beliau publikasikan antara lain: The optimum Size of
Local Government and Fiscal Decentralization in Indonesia (dimuat di Jurnal
Keuangan Publik Vol. 3 September 2004), Decentralization and Vertical Fiscal
Imbalance, Fiscal Decentralization and Horizontal Fiscal Imbalance, Perjalanan
Demokrasi dan Ekonomi Makro Indonesia (dimuat di Business News). Buku yang
ditulis bersama tim LPKPAP – BPPK antara lain: ”The GFS Beserta Penerapannya di
Indonesia (2005)” dan ”Keuangan Daerah – Perspektif Desentralisasi Fiskal dan
Pengelolaan APBD di Indonesia (2005)”.