You are on page 1of 33

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

KUNJUNGAN KE PDAM SLEMAN – PDAM GUNUNG KIDUL –


PDAM KEBUMEN
DALAM MATA KULIAH PAPLC-B

Disusun Oleh:

HASTOMO
NIM. 5410 /Reguler

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2006
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk,
bimbingan dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek kunjungan
lapangan di PDAM Sleman, PDAM Gunung Kidul, dan PDAM Kebumen dalam mata
kuliah Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair-B (PAPLC-B) dalam konsep
penyediaan, pengolahan, pendistribusian air , yang dilakukan di PDAM Sleman,
Gunung Kidul, dan Kebumen.
Selama melaksanakan praktek kunjungan lapangan ini penyusun telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir.Achadi Budi C,M.Kes sebagai direktur teknik PDAM Sleman. Serta
pembimbing PDAM Gunung Kidul dan Kebumen. Yang tidak dapat kami
sebutkan.
2. Bapak Herman Santjoko, SKM, MSi , selaku pembimbing pada pelaksanaan
praktek lapangan ini.
3. semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan ini,
baik berupa moril maupun materiil sehingga pelaksanaan praktek lapangan ini
dapat selesai, yang tidak dapat sebutkan satu persatu.
Disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini, semoga bermanfaat
bagi kita.AMIN.

Yogyakarta, Desember 2006

Penyusun

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


INTISARI

Selama Praktek Kunjungan Lapangan kami ditempatkan pada tiga tempat


kunjungan yaitu di PDAM Sleman di Sleman, PDAM Gunung Kidul di Gunung
Kidul, dan PDAM Kebumen di Kebumen. Dalam prakteknya kami di bimbing
oleh petugas dari PDAM, atau perwakilannya dengan pemberian teori beserta
penekananya dengan melakukan pengamataqn langsung di lapangan sehingga
penyampaian di lapangan dapat kami pahami.
Pengamatan di lapangan kami dapat mengetahui proses penyediaan air,
cara pengolahanuya dan cara pendistribusian beserta bahan dan prasarana
penunjang dalam teknik manajemenya. Dalam hakekatnya masyarakat sangat
meerlukan skali sarana air dari PDAM karena di daerah yang kami kunjungi
belum tentu mendapatkan sarana air seperti daerah yang kondisi airnya melimpah,
sehingga perlu adanya pengamatan yang rutin dalam menjangakau standar baku
mutu air karena menyangkut dengan masyarakat luas.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dan Tujuan Kunjungan Lapangan


1. Latar Belakang
Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan
merupakan Perguruan Tinggi Negeri dibawah naungan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan
termasuk perguruan tinggi dengan program studi di bidang kesehatan
kususnya kesehatan lingkungan.
Dalam program studi yang berlaku yaitu 40 % teori dan 60 %
dilakukan praktikum di laboratorioum serta di lapangan. Sehingga
mahasiswa dituntut untuk mengikuti praktikum yang ada.
Latar belakang praktek lapangan:
a. keinginan belajar di lingkungan kerja yang nyata.
b. Keinginan mendalami proses kerja yang diterapkan pada waktu
kunjungan lapangan yaitu di PDAM Sleman, PDAM Gunung Kidul,
dan PDAM Kebumen.
2. Tujuan
tujuan diadakan kunjungan lapangan sebagai berikut:
a. mengamati, memadukan, dan kemudian menerapkan hasil kunjungan
di lapangan.
b. Memahami perbedaan proses pengolahan dari ketiga tempat sebagai
tujuan kunjungan lapangan beserta pendistribusiannya.
c. Menambah wawasan tentang proses pengolahan air di tempat
kunjungan.
d. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh ketiga jenis tempat
yang berbeda geografisnya dalam mendapatkan air dan
pendistribusianya.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


BAB II

A. Tanggal : Kamis, 23 November 2006


B. Judul : Manajemen Dan Proses Produksi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Sleman.
C. Tujuan
Mengetahui management dan proses produksi Perusahaan Daerah Air Minum
( PDAM ) di Kabupaten Sleman.
D. Metode
1. Seminar Yang Disampaikan Oleh Ir. Achadi Budi C, M.Kes sebagai Direktur
Teknik PDAM Sleman
2. Kunjungan lapangan di salah satu instalasi pengolahan air milik PDAM
Sleman.
E. Pembahasan
1. Management Produksi
Management produksi PDAM terdiri dari :
a. Direksi
b. Badan pengawas
c. SPI dan Litbang
d. Kepala Bagian
e. Kepala Cabang
1) Direksi terdiri atas Direktur Utama, Direktur Umum, dan Direktur
Teknik. Direktur utama menjadi atasan dan bertanggung jawab
langsung kepada SPI, Litbang ( penelitian dan pengembangan ) dan
kepala cabang.
2) Direktur umum bertanggung jawab kepada Kabag. Umum, Kabag.
Keuangan dan Kabag. Humas.
3) Direktur Teknik bertanggung jawab membuat perencanaan,
pendistribusian produk, dan proses produksi.
2. Proses Produksi
Dalam produksi memerlukan :
a. Personil
b. Pengukuran

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


c. Metode
d. Material
e. Treatment / mesin
1) Personil / pekerja, melakukan tugas atau bekerja pada siang hari. Karena
resiko kecelakaan kerja lebih kecil bila pekerjaan dilakukan pada siang
hari selain itu juga dapat menghemat listrik, karena pada siang hari tidak
membutuhkan lampu untuk penerangan.
2) Pengukuran terhambat oleh keadaan lingkungan, missalnya pemeriksaan
kebocoran pipa terhambat karena tertanam di bawah aspal atau bocor
dan terhalang oleh akar pohon
3) Metode yang digunakan masih menggunakan mesin dan alat-alat lama
yang sudah berumur, hal ini dapat mengganggu proses produksi.
Pembaharuan mesin dan alat terkendala pada jumlah dana / keuangan
yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan / mengimpor mesin dan alat
dari luar negeri ( 85 % mesin produksi di PDAM merupakan buatan luar
negeri ).
4) Material dan mesin memerlukan pemeliharaan dan perawatan supaya
dapat bekerja secara kontinyu dan meningkatkan kuantitas dan kualitas
hasil produksi.
5) Kontinyuitas, kuantitas dan kualitas produksi merupakan jaminan
kepuasan pelanggan.
3. Keluhan pelanggan PDAM diantaranya :
a. Angka E. coli dalam air tinggi
b. Air PDAM rasanya tidak enak ( berbeda dari air biasa ) / bau kaporit
c. Pasokan air tersendat
4. Kendala yang menghambat PDAM
a. Pipa tertanam di bawah aspal akibat pelebaran jalan sehingga sulit
dilakukan pengecekan pipa dan banyak pipa yang rusak akibat tekanan
berlebihan dari kendaraan yang lewat.
b. Pipa rusak / bocor akibat akar pohon yang diotanam di atas pipa.
c. Kadar Fe dan Mn yang tinggi di Yogyakarta.
d. Terjadi penjarahan air / pembocoran pipa secara disengaja oleh
masyarakat tertentu.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


DIREKSI

Direktur Direktur Direktur


utama umum utama

Kepala
Satuan Kepala bagian
bagian umum
pengawas umum
Internal (SPI)
Kepala Kepala
bagian bagian
keuangan umum
Kepala Cabang
Kepala Kepala
bagian bagian
humas umum
Mulai Juli 2006
Telah ada 17
Cabang di Sleman Personalia

Gambar 1.1 skema struktur organisasi PDAM Sleman


Keterangan :
1. Distribusi
Ketika proses pendistribusian terdapat banyak kebocoran pada pipa hal ini
disebabkan oleh:
a. Pada saat pemasangan pipa kedalaman ± 80 – 100 cm pemerintah mengadakan
gerakan penghijauam dengan penanaman pohon, yang ditanam pada
kedalaman ± 50 cm beberapa tahun kemudian akar-akar pohon terseburt
masuk pada kedalaman pipa sehingga menyebabkan kerusakan pipa akibat
tekanan akar-akar pohon, dan kebocoran pipa pun terjadi seiring besarnya
tekanan yang diperoleh pipa-pipa tersebut.
b. Pipa yang dipasang di pinggir jalan dilakukan tindakkan pengaspalan jalan.
Dengan padatnya angkutan umum sepereti truk, bus, dll dengan beban yang

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


berat maka akibat gaya berat yang di pengaruhi gaya gravitasi maka
kemungkinan tekanan partial oleh kendaraan umum tersebut memberi dampak
tekanan dengan menekan pipa PDAM yang ada di bawahnya sehingga
kerusakan pipa pun tidak dapat terelakkankarena besarnya perbandingan
tekanan yang diperole pipa.
c. Kualitas pipa yang sudah tua, perlu rehabilasi atau peremajaan sehingga
dengan adanya subtitusi bahan yang baru akan mengurangi beban kebocoran.
d. Para petani yang sengaja melubangi pipa guna irigasi persawahan.

Sumber listrik Kualitas


Lingkungan Kuantitas Kepuasan
kontinuita pelanggan

Personil
pengolahan
(manusia)
Pengukuran
kualitativ Produksi
kuantitativ mesin

Material (bahan baku)


Metode

Pemeliharaan
Keuangan

Gambar 1.2 skema system produksi PDAM Sleman


Keterangan:
Kualitativ dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) yang antara
lain membahas tentang baku mutu air. Baku mutu tersabut meliputi:
Fisik : bau, warna, rasa, tss dll
Kimia : Fe, Mn, dll
Biologi : E Coli dll.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Sumur bor
Sumber air 1. sumur bor Memproduksi
Kedalaman air ± 10 L/dtk
± 80 – 100 m

2. mata air Sumur bor


Umbul Wadon WTP dangkal
(Water Treatment Plant) Memproduksi
air ± 5 L/dtk

Kaporit
3. infiltration
Gallery
Pelanggan Reservoir
Sumur resapan
Dangkal ± 10 m

Gambar 1.3 Skema Proses Produksi

Keterangan :
1. sumur bor
air berasal dari sumur bor diolah dahulu melalui proses water treatment
pant baru kemudian dimasukkan dalam reservoir dan di beri kaporit. Setelah
itu ddistribusikan kepada consumer.
2. mata air
air yang berasal dari mata air langsung dikirim kepada pelanggan tanpa
melewati proses dalam reservoir.
3. infiltration gallery
hanya dip roses dalam reservoir dan diberi kaporit kemudian dapat
langsung didistribusikan kepada pelanggan.

Catatan : realisasinya di lapangan PDAM Sleman tidak menggunakan kaporit


tidak sesuai justru akan menimbulkan masalah.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


PROSES WATER TREATMENT PLANT (WTP)
Konstruksi sumur bor yang baik adalah :
1. pengeboran dilakukan sampai kedalaman lebih dari 40 meter. Pada kedalaman
30 m bagian dalam sumur diberi beton agar air yang berasal dari rumah tangga
dapat merembes masuk ke dalam sumur.
2. pada kedalaman minimal 40 m baru dapat diambil airnya
air yang sudah diambil tersebut kemudian mengalami pemrosesan lebih lanjut,
yang meliputi :

AERATOR

BAK SEDIMENTASI SAND FILTER

RESERVOIR
SUMUR BOR

Gambar 1.4 Proses Water Treatmen Plant (WTP)

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


a) Aerator
Untuk mereaksikan air dengan udara ( O2 ) yang bertujuan untuk mengubah Fe
( besi ) terlarut dalam air menjadi senyawa Fe padat. Proses aerasi dapat
memperluas permukaan kontak air dengan udara sehingga mempercepat
pengendapan Fe terlarut.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi :
1) Suhu
2) Tekanan
3) Katalis
4) Luas permukaan kontak
5) Konsentrasi berlebih
b) Settler / Bak Pengendap
Air dari bak aerator masuk / mengalir ke bak pengendap ( sedimentasi ) untuk
mengendapkan flok / padatan dan Fe padat.
Prinsip utama bak pengendap ini adalah kecepatan pengendapan lebih besar
daripada kecepatan aliran. Jika kecepatan aliran lebih besar dari kecepatan
pengendapan akan membuat endapan tidak terendapkan dan ikut mengalir bersama
air.

Q1V1 Q0V0 Q1V1 Q0V0

Qp QsVs
Vs

Gambar 1.5 Bak Pengendap


V0 diupayakan sekecil mengkin agar lebih kecil dari V1. Jika V0 = Vs maka
tidak ada padatan yang terendapkan.
Q1 = Q0 = V0.A0 jika Q1 = Qp = Q0 +Qs jika V0<<maka>>A0
Catatan : Q dalam liter/detik dan tinggi penyekatnya 2 meter

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


c) Sand Filter
Dikenal sebagai saringan lambat, prisip utamanya menyaring flok yang
tidak terendapkan di bak pengendap. Tergantung dari kualitas air bakunya, sand
filter perlu di back wash secara berkala. Bahan yang dipakai untuk sand filter
biasanya adalah pasir kuarsa, karena pasir jenis ini mempunyai pori-pori halus
yang bagus untuk menyaring.
Penambahan kaporit dilakukan untuk desinfeksi bila angka E. coli dalam
air tinggi, penambahan dilakukan saat air akan dialirkan ke reservoir. Dalam
proses sand filter membutuhkan biaya yang cukup mahal karena terdapat proses
back wash. Pada kenyataan satu kali proses back wash memelukan ± 20 m3 air
sedangkan proses back wash tersebut dilakukan sebanyak dua kali. Sand filter
memang perlu di back wash secara berkala.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Proses back wash
N0 Proses back wash tahap pertama Proses back wash tahap kedua.

1. Gambar proses back wash tahap Gambar proses back wash tahap
pertama kedua
(air masuk melalui bagian bawah) (air masuk melalui bagian atas bak)

2. Cara kerja: Cara kerja :


Air dari bak pengendap masuk ke Air dari bak pengendap masuk ke
dalam sand filter melalui bagian bawah dalam sand filter melalui bagian atas
bak →mengalir ke bawah → air akan bak → air akan langsung turun ke
naik ke atas → air tersebut akan bawah → air tersebut akan disaring
disaring dari atas → di keluarklan dari dari bawah → dikeluarkan dari
bawah. bawah.
3
Keuntungan : Keuntungan:
a. pemeliharaan mudaj a. tinggi permukaan di atas bed
b. tekanan melalui bed b. tekanan melalui bed
berdasarkan gravitasi. berdasarkan bejana
berhubungan.
4. Kerugian: Kerugian:
Tinggi permukaan dimulai dari dasar. a. pemeliharaan sulit
b. pompa back wash harus
memberi tekanan air kuat.

Table 1.1 Proses Back Wash

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


d) Reservoir
reservoir merupakan bak penampung akhir setelah air melalui proses back wash di
dalam sand filter
5. perencanaan
Seluruh proses perencanan dikerjakan dengan bantuan teknologi, yaitu menggunakan
computer. Setiap akhir bulan diaakan evaluasi hasil perencanaan. Proses pengerjaanya
cukup rumit dan mendetail.
Masalah tehnik yang penting
Kadar
Fe, Mn

Head
Sumber air pasir
(meter)

Debit
Liter/detik

Gambar 1.8 Skema Masalah Tehnik Yang Dihadapi PDAM Sleman


Keterangan:
1. kadar Fe di daerah Yogyakarta kususnya di daerah Sleman cukup
tinggi karena berada di daerah gunung berapi
2. pasir yang digunakan dalam proses penyaringan adalah pasir kuarsa
karena sifat pasir kuarsa seperti spon (berpori-pori tetapi mudah
hancur)
F. Kesimpulan
System pengolahan air di PDAM Sleman menggunakan cara fisik dan
kimia dengan 2 metode pemanfaatan air yaitu pada air yang perlu pengolahan
dengan air yang tidak perlu pengolahan sehingga langsung didistribusikan ke
konsumen. Berkaitan dengan berbagai macam hal sosial kemasyarakatan, PDAM
Sleman menemui hambatan yang sifatnya mencakup masalah social, dalam rangka
pengembangan daerah di Sleman dan kondisi geografis daerah Sleman pada
khususnya. Sehingga pencapaian baku mutu qualitas air perlu adanya penanganan
berkala karena sifatnya adalah public consumer

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


BAB III

A. Hari, Tanggal : Kamis, 30 November 2006


B. Judul : Proses Produksi Perusaan Daerah Air Minum (PDAM)
Gunung Kidul.
C. Tujuan
1. agar mahasiswa dapat mengetahui proses produksi yang dilakukan oleh
PDAM gunung kidul
2. agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan proses produksi sewaktu
musim hujan dan musim kemarau.
3. agar mehasiswa dapt mengetahui jangkiauan yanmg dilakukan oleh
PDAM gunung kidul.
D. Metode
Metode yang dilakukan adalah kunjungan langsung ke lapangan
disertai dengan penjelasan.
E. Pembahasan
PDAM gunung kidul mengolah air dari berbagai sumber, antara lain:
muara air pantaiu baron, ngobaran, bribing, pengeboran air tanah (sumur bor)
dan air hujan.. sebagai berikut.

1. Pelayanan Sub System Baron


PDAM gunung kidul melakukan proses produksi dengan mengambil air
dari beberapa sumber salah satu sumber adalah diambil dari Muara Air Pantai
Baron (sungai bawqah tanah) yang diambil denagn cara pemasangan pipa
yang ditanam pada kedalaman ± 100 m, lokasi pemasangan pipa tidak di tepi
muara dikarenakan bagian tepi muara banyak digunakan untuk kegiatan
masyarakat daerah sekitar antara lain; mandi, mencuci, dan lain-lain sehingga
kondisi air di tepi muara lebih terkontaminasi. Pipa- pipa ini kemudian
digunakan untuk mengalirkan air ke tiga reservoir utama yang nantinya akan
melayani ± 39 dusun. Pipa penyaluran yang digunakan adalah pipa berbahan
dasar besi yang kuat, tahan lama dan anti karat dengan diameter 6.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Intake baron
Debit pompa 15 ltr/dtk

Reservoir I (Rejosari)
Kapsitas 50 m3

Desa Planjan Reservoir II (Kemadang) Desa Kemadang


Kapsitas 50 m3

1. dusun planjan I
2. dusun planjan II 1. Dusun Kanigoro
3. dusun ngalang- 2. Dusun Kelor Lor
alangsari 3. Dusun Kelor Kidul
4. dusun karang
5. dusun sangerang
6. dusun sumber

Desa kemadang I Reservoir III (Kemadang) Desa kemadang II


Kapsitas 18 m3

1. Dusun Ngelo
1. Dusun Baron 2. Dusun Ngalas
2. Dusun Rejosari 3. Dusun Pucung
3. Dusun Sumuran 4. Dusun Karang Kidul
4. Dusun Watu Belah 5. Dusun Karang
5. Dusun Kemadang Kulon 6. Dusun Kelor
6. Dusun Suru 7. Dusun Karang Dewo
7. Dusun Karang Lor I
8. Dusun Karang Lor Ii
9. Dusun Pucung
10. Dusun Tenggang Desa Kemadang I Desa Kemadang I
11. Dusun Ngasem
12. Dusun Kayubimo
1. Dusun Glagah Dusun Sangen I
2. Dusun Guyangan
3. Dusun Karangnongko
4. Dusun Panggang
5. Dusun Kemiri
6. Dusun Ngasem
7. Dusun Gebang
8. Dusun Bareng
9. Dusun Wates

Gambar 1.1 Skema Jangkauan


H a s t o mPelayanan
o , J K L Sub
Y oSistem
g y a kBaron
arta Page 7
Keterangan :
Kapasitas air pada reservoir I dan II adalah sama, yaitu 50 m3 tetapi
dengan melihat skema jangkauan pelayanan yang lebih luas yaitu menjangkau
20 dusun dan satu reservoir. Sedangkan reservoir I hanya menjangkau 9 dusun
dan satu reservoir. Dengan demikian jumlah air yang diterima pada daerah
pelayanan reservoir II lebih sedikit daripada reservoir I.
Kelemahan:
a. perlu diadakan perubahan pada proses pendistribusian air dari intake
baron agar sampai kepada masyarakat lebih cepat dan merata.
b. Proses produksi PDAM Gunung Kidul dengan sumber air dari muara
air baron hanya berlangsung ketika musim kemarau, sedangkan jika
musim hujan proses produksi dihentikan karena keadaan sumber air
yang terlalu keruh dan banyaknya partikel-partikel yang dapat
menghambat proses produksi pada pompa dan pipa-pipa distribusi.

2. Skema Jangkauan Pelayanan Sub System Ngobaran


sumber air lain yang digunakan adalah yang berasal dari Ngobaran, tetapi
debit pada sumber ini lebih besar daripada subsistem Baron. Air yang telah
diambil dari sumber dialirkan dengan piupa yang dialirkan ke enam reservoir
besar yang masing-masing memiliki kapastas minimal 150 m3.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Intake Ngobaran
Debit Pompa 60 Liter/Detik

Rumah Genset (Reservoir 0)

Reservoir I (Kapasitas 150 m3)

Reservoir II (Kapasitas 150 m3)

Reservoir III (Kapasitas 250 m3)

Desa Kanigoro Reservoir IV (Kapasitas 150 m3)

Reservoir V (Kapasitas 1000 m3)

Reservoir V A Reservoir V B
(Reservoir VI)

Daerah Pelayanan Bagian A Daerah Pelayanan Bagian B

Gambar 1.2 Skema Keseluruhan Jangkauan Pelayanan Sub System Ngobaran

Keterangan :
Skema diatas adalah jangkauan pelayanan sub system ngobaran secara
keseluruhan secara garis besarnya. Skema diatas menggambarkan alur
distribusi pelayanan sub Ngobaran. Pendistribusian air cukup efisien karena
letak reservoir berada pada letak yang paling tinggi.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Setelah melihat skema pelayanan dapat ditarik kesimpulan bahwa
system pelayanan yang dilakukan terlalu rumit dan luas sehingga perlu
diadakan peringkasan system pelayanan demi kepuasan dan kesejahteraan
masyarakat.
Detail skema jangkauan pelayan dilihat dari reservoir yang terbesar, yaitu
reservoir lima dapat dilihat sebagai berikut:

Reservoir V (Kapasitas 1000 M3)

Daerah Pelayanan Bagian A Daerah Pelayanan Bagian B

Bak Penampungan 7 Bak Jetis Bak Pelepas Tekan Monggol


(Legundi)

Reservoir VI 1. Desa monggol


(kapastas 800 m3) Bak Kerambil Sawit 2. desa mulusan

Bak Penampunagan Reservoir Pule Bener


(Girisuko) 1. Desa Kerambil (Kapasitas 250 m3)
Sawit
2. Desa Klumpit
Desa Girisuko 3. Desa Kanigoro Reservoir Pucung
(Kapasitas 250 m3)
Desa Giri Cahyo
Desa Giri Purwo Desa Planjan
1. Desa Jetis
2. Desa Ngloro
Bak Penampungan 8 Desa Kepek
(Giritirto)
Bak Pelepas Tekan Blondo
1. Desa Giritirto
2. Desa Giri Sekar 1. Desa Paliyan
3. Desa Giriati 2. Desa Karang Duwet
3. Desa Karang Asem
1. Desa Giriharjo 4. Desa Pampang
2. Bakpelepas Tekan
3. Desa Giri Karto
Desa Wonokebaran
4. Desa Giriwungu
5. Desa Girimulyo
Desa Giri Sekar
Gambar 1.3 Skema Jangkauan Pelayanan Ngobaran Dengan Spesifikasi Pada
Reservoir Lima.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


3. Skema Jangkauan Pelayanan Sub System Bribin

Sub sisterm bribin (reservoir 0)


Debit poma 956 liter/detik

Reservoir I (bribin) kapasitas 500 m3

Reservoir II kapasitas 2x90 m3 (baja)

1. Desa Dadapayu
2. Desa Ngeposari Reservoir III (POKDADAP)
3. Desa Gombong Kapasitas 300 m3

Desa Dadap Ayu Reservoir IV


Bak Penampungan III Kapasitas 150 m3
Kapasitas 100 m3
Bak Penampunagan I
Reservoir V Kapasitas 50 m3
Kapasitas 2x500 m3
1.Desa Dadap Ayu
2. Desa Petir Reservoir VI
1. Desa Dadapayu
3. Botodayakan Kapasitas 200 m3
2. Desa Candirejo
3. Desa Sumberwungu
4. Desa Hargosari 1. Desa Petir Reservoir VII
5. Desa Tepus 2. Desa Pringombo Kapasitas 300 m3
6. Desa Sidoharjo 3. Desa Semugih
7. Desa Ngestiharjo 4. Desa Nglindur
Bak pelepas tekan I
8. Desa Pancarejo 5. Desa Jeruk
Wudel
Bak pelepas tekan II
6. Desa Melikan
1. Desa Banjarejo 7. Desa Bohol Bak pelepas tekan III
2. Desa Kemiri
Bak pelepas tekan VI
Bak Penampungan IV Kapasitas 15 m3
Kapasitas 150 m3
1. Desa Bangle Reservoir 7.1
2. Desa Trayu Kapasitas 15 m3
Reservoir VIII
3. Desa Kandir

1. Desa Giripanggung Sumber Air Pucung (Deep Weel)


2. Desa Purwodadi
3. Desa Balong Bak Penampung VI 50 M3
4. Desa Jepitu
5. Desa Karangawen Bak Penampung VIII 75 M3
6. Desa Tileng
Reservoir 7.2 100 M3

Gambar 1.4 Skema Jangkauan Pelayanan Sub System Bribin

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Keterangan :
Pada sub system pelayanan ini melalui delapan reservoir besar yang
kemudian dialirkan ke bak-bak penampungan dan didistribusikan kepada
warga. System pendistribusian yang dilewati juga cukup rumit dan panjang.

4. Jangkauan Pelayanan PDAM Gunung Kidul Bersumber Dari Sumur Bor.


Sumur bor yang dimiliki oleh PDAM gunung kidul b erada di ibu kota
kabupaten. Sumur ini dibangun derngan kedalaman pengeboranya ± 100 m,
untuk memperkuat konstruksi sumur maka pada bagian dalam sumur dipasang
casing (pada kedalaman ± 30 m) agar tidak terjadi kelongsoran dan
pencemaran sumur akibat perembesan limbah cair domestic baik dari rumah
tangga maupun dari industri dari rumah tangga. Sumur bor yang dimiliki oleh
PDAM gunung kidul ini belum pernah kehabisan air sehingga tidak perlu
dilakukan pengeboran lanjutan untuk memperdalam sumur.
System pengolahan yang dilakukan pada umumnya sama seperti yang
dilakukan oleh PDAM di daerah lain. Proses tersebut dapat digambarkan
dengan keterangan berikut:
Air yang sudah diambil dari sumur bor (deep weel) diaerasikan
menggunakan aerator kemudian dimasukkan ke bak sedimentasi (settler)
untuk mengendapkan kapur kemudian dimasukkan dalam tahap sand filter
(penyaringan dengan pasir kuarsa) setelah itu dimasukkan ke dalam bak
penampungan dan didistribusikan kepada pelanggan.
Jangkauan pelyanan dengan sumber dari sumur bor ini hanya mencakup
daerah yang ada di sekitar sumur dan tidak dapat memenuhi kebutuhan air
yang diperlukan oleh masyarakat pada daerah yang letaknya sulit dijangkau.
Selain lokasi yang kurang strategis hambatan lainnya adalah pada biaya
operasional yang cukup besar.
5. Jangkauan Pelayanan PDAM Gunung Kidul Bersumber Dari Air Hujan
(PAH)
PDAM gunung kidul membangun bak penampungan air Hujan (PAH)
terutama pada daerah- daerah yang pada musim kemarau terjadi kelangkaan
air, dan sulit dijangkau oleh PDAM. PAH ini diharapkan dapat membantu
masyarakat menyimpan kelebihan air yang ada ketika musim hujan untuk
dapat digunakan pada waktu musim kemarau nanti.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Konstruksi dari PAH sendiri meliputi :
Serangkaian besi beton yang dianyam diisi strimin, dan bagian dalam dipasang
triplek. Pada bagian atas bak terdapat inlet (untuk masuk air jika akan digunakan)
Seluruh bangunan PAH dibuat dengan lapisan pengevoran yang berasal dari
campuran pasir, semen dan gamping. Tujuanya agar benmgunan 6tersebut kokoh
dan air tidak dapat merembes ke luar dan limbah cair yang berasal dari rumah
tangga atau yang lainnya tidak dapat merembes masuk ke dalam bak.

Gambar 1.5 Konstruksi Bak Penampunag Air Hujan

Bentuk bak PAH ini sebenarnya ada dua macam yaitu bulat seperti gambar diatas
dan bentu kubus dengan konstruksi bangunannya sebagai berikut:
Bangunan bentuk kubus terbuat dari sususnan batu bata pasir, semen, dan
gamping yang bagian atasnya ditutup dengan atap yang terbuat dari seng. Bentuk
PAH ini seperti bak mandi pada umumnya. Ijnlet dan outlet terletak pada suatu
tempat. Bak dengan model ini kurang baik digunakan karena air yang berada
didalamnya mudah tercemar.
Selain kegiatan di atas PDAM gunung kidul juga mempunyai beberapa
rencana kegiatan. Salah satunya adalah program percepatan penyelesaian air
bersih yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2007 dengan penyandang
dana adalah pemerintah Cina, program ini diharapkan dapat membantu
mempercepat penyampaian air dari produsen kepada konsumen sehingga system
distribusinya tidak terlalu rumit lagi.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Berikut ini dijelaskan gambaran garis besar dari rencana tersebut.

Reservpir 4 Jetis Saptosari


Kapasitas 1000 m3

Reservoir 4 (150 m3) Bak Penampunagan 3 baros 300 m3


Dilengkapi Pompa,Pipa p= 4100 m,Ǿ= 300 Dilengkapi Pompa, Pipa p= 4000 m,Ǿ= 300
cm cm

Reservoir 3 (250 m3) Pipa 1 p=700 m, Ǿ= 150 cm, Desa


Dilengkapi Pompa,Pipa p= 1650 m,Ǿ= 300 cm Kemiri Banjarejo
Pipa 1 p=4000 m, Ǿ= 150 cm, desa
Kemadang, Planjan
Reservoir 2 (150 m3)
Dilengkapi pompa, pipa p= 2000 m,Ǿ= 300 Reservoir 5
cm Gebang
Volum 500 m3
Reservoir 1 (150 m3)
Dilengkapi pompa, pipa p= 2450 m,Ǿ= 300
cm
Bak Penampungan 2 , Bak Penampungan 4 ,
Bulu 300 m3 Psr Kemadang 300 m3
Reservoir 0 (genset)
pompa pompa
Dilengkapi pompa, pipa p= 900 m,Ǿ= 300 cm Pipa 1 p=6000 m, Pipa 1 p=3000 m,
Ǿ= 300 cm, Ǿ= 250 cm,

Intek Ngobaran
Debit 60 l/dtk A1 A2
Dua pump, pipa pompa pompa
p=400m Pipa 1 p=3600 m, Pipa 1 p=2600 m,
Ǿ=300 cm Ǿ=300 cm, Ǿ=300 cm,

Bak Penampungan 1
Congo 500 m3 Reservoir kemiri 18 m3

ket: Reservoir pasar


Intake Baron Kemadang
Debit pump 15 l/dtk pompa, Pipa p=4500 m,
= pipa distribsi Dg dua pompa, Pipa
percpatan air bersih dari Ǿ=300 cm
p=3600 m,
intake Ngobaran Ǿ=350 cm
= pipa distribsi Reservoir Rejosari 50 m3
percpatan air bersih dari
intake Baron
= pipa distribsi yang Intake Baron
akan dihapus Debit pump 15 l/dtk
Satu pompa

Gambar 1.6 Skema Rencana Inter Koneksi System Baron Dan Ngobaran

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Pada skema diatas dapat diketahui bahwa system distribusi air yang berasal
dari sumber (baron dan ngobaran ) akan dijadikan satu, yaitu di reservoir 4 yang
terletak di jetis saptosari. Alas an pemilihan reservoir 4 sebagai titik puncak
pengumpulan air adalah : letaqk reservoir yang tinggi maka secara otomatis
reservoir tersebut dapat mengalirkan air ke daerah-daerah di sekitar yang tentu
saja letaknya lebih rendah. Dengan keadaan ini maka biaya yang dikeluarkan
untuk satu kali proses produksi sampai distribusi tidak terlalu banyak, selain itu
waktu yang dibutuhkan juga akan semakin singkat.

F. Kesimpulan
Setelah melakukan kunjungan ke lapangqan dapat diketahui bahwa proses
produksi yang dilakukan oleh PDAM Gunung Kidul dilakukan secara alamiah
yaitu menggali mata air dengan pengeboran, menghimpun air dari muara air
pantai, air dari gua-gua, dan air hujan, PDAM Gunung Kidul hanya melakukan
pengolahan terhadap sebagian kecil air yang dihasilkan karena biaya yang terlalu
mahal mencapai 20 juta tiap bulan dari rata-rata. Sehingga ini menjadi masalah
kerugian bagi PDAM Gunung Kidul. Pengolahan menggunakan kaporit tidak
digunakan oleh PDAM Gunung Kidul karena keluhan masyarakat pengguna yang
tidak menghendaki adanya bau kaporit sehingga ini memicu kurang bakunya
kualitas air di PDAM Gunung Kidul.
Kendala PDAM Gunung Kidul ada berbagai macam yaitu diantaranya
banyaknya penyumbatan pipa pendistribusian sehiongga memicu kebocoran,
dilihat dari kondisi geografis gunung kidul yang berbukit dan berbatu dengan
tanah yang tandus sehingga dapat mengurangi efisiensi pendistribusian karena
memerlukan pipa yang cukup banyak.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


BAB IV

A. Hari, tanggal : Kamis, 7 Desember 2006


B. Judul : Proses Produksi Dan Pengolahan Sumber Air Keruh Menjadi
Air Jernih Oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kebumen.
C. Tujuan
1. agar mahasiswa dapat mengetahui proses produksi dan pengolahan yang
dilakukan oleh PDAM Kebumen.
2. agar mahasiswa dapat membedakan proses produksi dan pengolahan yang
dilakukan dengan sumber air baku yang berbeda.

D. Metode
Metode yang dilakaukan yaitu dengan melakukan kunjungan langsung ke
lapangan dengan spesifikasi kunjungan pada unit pengolahan pejagoan yang
disertai dengan penjelasan langsung oleh petugas PDAM Kebumen.

E. Dasar teori:
PDAM Kebumen menggunakan sumber air dari sungai luk ulo sebagai
sumber air bakunya. Karqakteristik sungai luk ulo antara lain: kekeruhan
mencapai 500 NTU pada waktu musim hujan, sedangkan pada waktu musim
kemarau debit air baku yang ada di sungai luk ulo hanya sekitar 100 liter/detik
(tahun 2006 debit air tersebut lebih dari 200 liter/detik). Fluktuasi debit
mantap aliran sungai paling kecil terjadi setiap 10 tahunan. Di dasqar
pengambilan (dasar aliran sungai) terdapat kedung denagn diameter 25 meter
dan kedalaman 15 meter. Kandunagan partikel (pasir, kerikil, dll) yang
terkandung dalam air di luk ulo cukup tinggi tetapi kandungan kimianya masih
di bawah standart yang diperbolehkan. Pencemaran pada sungai ini
kebanyakan terjadi aktifitas manusia pada umumnya.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


F. Cara Pengolahan
1. Unit Pengambilan Sumber Air Baku Sungai Luk Ulo (Pos I)
PDAM Kebumen memiliki lima unit pengolahan, salah satunya yang berada
di Pejagoan. Unit pengolahan ini mengambil sumber air baku dari sungai luk
ulo tehnik pemasangan pompa pada unit pengambilan ini, yaitu:
Pompa diletakkan di titik daerah aliran sungai (DAS) debit minimnal
pompa 50 liter/detik, air tersebut dialirkan ke bak penampungan yang
terletak di bagian atas sungai denagn kapasitas pompa 48 liter/detik. Bak
penampungan tersebut juga dapat diartikan sebagai bak penghilang tekan
(BPT) kemudian air akan berhenti sebentarsetelah itu dialirkan ke pos II
denagn menggunakan pipa dari besi (dilakukan proses lanjutan untuk
penjernihan) setelah itu sisa air yang tidak tertampung akan kembali ke
sungai dengan debit sekitrar 2 liter/detik.
Jarak pos (unit pengambilan) dengan bak penampungan (bak pelepas
tekan) sekitar 30 meter. Pompa yang digunakan adalah tiga buah pompa
celup yang peletakannya dilengkapi dengan bangunan berjeruji yang
berfungsi sebagai pengaman pompa.
Pompa yang dipasang pada titik DAS terletak di dua lokasi, yaitu:
a) pompa yang diletakkan untuk pengambilan air ketika musim hujan
(mengantisipasi terjadinya luapan debit sungai dan apabila terjadi
banjir)
b) pompa yang diletakkan untuk pengambilan air ketika air ketika
musim kemarau (mengantisipasi apabila keadaan air surut)
2. Proses Pengolahan Air Baku (Pos II)
Prinsip pengolahan air bersih yang terjadi secara keseluruhan melalui
tahapan seperti di bawah ini:
a) penjernihan atau purifikasi yang meliputi :
1) koagolasi dan flokulasi
2) sedimentasi
3) filtrasi
b) desinfeksi
c) pengaturan pH (pH adjustment)

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


3. proses yang dilakukan di PDAM Kebumen dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) sumber air baku yang baru dialrkan dari bak pelepas tekan
(karakteristik airnya sangat keruh)
b) dimasukkan ke dalam bak prasedimentasi.

A B C

Gambar 1.1 Skema Bak Prasedimentasi

Keterangan :
A : Pada bak A sumber air baku yang berasal dari bak pelepas tekan ditampung dan
diberi bahan kimia (PAC) sebagai koagolan agar partikel kasar yang terbawa
dapat tersuspensi sehingga dapat menggumpalkan disperse koloid menjadi flok-
flok besa. Bahan kimia terse3but dialirkan melalui pompa dosing.
B : pada bak B air yang berasal dri bak A dialirkan bersamaan denagn flok-flok yang
terbentuk.
C : Pada bak C air yang berasal dari bak B (telah terjadi pembentukkan flok) dialirkan
ke bak lain untuk melewati proses selanjutnya.
Pembersiahan bak pra sedimentasi dilakukan 1-2 kal;I sehari dengan pembuangan
sisa kotoran melalui pipa. Pada bak prasedimentasi terjadi proses koagolasi dan
flokulasi. System pengolahan pada bak prasedimentasi disebut dengan proses
pengadukan cepat. Pada proses pengadukan cepat koagolan diharapkan dapt
tercampur secara merata.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


c) Dimasukkan Ke Bak Sedimentasi.
Pada bak sedimentasi terjadi beberapa proses, yaitu : system
pengadukan lambat, desinfeksi, sedimentasi dan filtrasi

F1
A1 A2

F2

B1 B2
F3

E
F4
C1 C2

F5

D1 D2
F6

Bak manual

Gambar 1.2 Skema Bak Pengolahan Lanjutan

Keterangan:
A1 D2 : Merupakan bak pengaduk lambat yang sisitem kerjanyqa dengan
mengandalkan beda tinggi. Bak pengaduk lambat sejumlah delapan
bak berbentuk lingkaran, tujuanya agar air dan bahan kimia yang
telah dicampurkan dapat tercampur secara homogen.
A1 dan A2 : Merupakan bak penampungan selanjutnya setelah sebelumnya air
melalui proses flokulasi dan koagolasi di bak pra sediment. Bak ini
terletak paling atas daripada bak-bak lainnya.
B1 dan B2 : Air dari bak A1 dan A2 dialirkan ke bak ini. Bak ini terletak lebih
rendah dari pada bak A1 dan A2.
C1 dan C2 : Air dari bak B1 dan B2 dialirkan ke bak ini. Bak ini terletak lebih
rendah daripada bak B1 dan B2.
D1 dan D2 : Air dari bak C1 dan C2 dialirkan ke bak ini. Bak ini terletak sejajara
dengan bak C1 dan C2 pada bak D2 air yang akan dialirkan ke bak

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


selanjutnya, diberi kaporit (clorinasi) Ca(OCl)3 calcium hipo chloride
terlebih dahulu. Seharusnya pemberian kaporit dengan menggunakan
pompa dosing tetapi karena adanya kerusakan maka pemberian kaporit
dengan menggunakan bak manual.
E : Merupakan bak sedimentasi dimana pada semua bagian bawahnya
terdapat pipa –pipa yang gunaya menangkap sediment – sediment yang
terbentuk berbentuk endapan karena gaya graitasi. Debit bak sedimentasi
adalah 50 liter/detik
F1 F6 : Merupakan bak-bak filtrasi. Pada bak sedimentasi tidak semua partikel
dapat terendap sehinggaq diperlikan proses lanjutan agar air tersebut
dapt benar-benar jernih. Proses tersebut terjadi di bak filtraswi yang
berjumlah enam bak. Proses filtrasi menggunakan saringan pasir cepat
(terdiri dari pasir kwarsa yang tebalnya 60 cm)
d) Dialirkan Ke Reservoir
setelah melalui prosews filtrasi air tersebut dialirkan ke
reservoair dengan menggunakan piupa berdiameter 160 cm.
proswes desinfeksi (pembubuhan kaporit) selain untuk
me3njernihakan air jug adapt digunakan untuk mencegah
tumbuhnya bibit lumut. Air disimpan di reservoir sebelum
diditribusikan kepada pelanggan. Kapasitas reservoir pada PDAM
Kebumen yaitu 1200 m3
e) pemeriksaan di laboratorium
air yang telah dip roses dan disimpan di reservoir sebelum
didistribusikan dilakukan pemeriksaan dahulu di laboratoriumn.
Pemeriksaan yang dapat dilihat secara cepat adalah pemeriksaan
kekeruhan. Se4dangkan pemerisaan kandungan becteriologi, fisika
dan kimia yang terdapat dalam air dapat terus memenuhi standart
baku mutu yang telah ditetapkan.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


G. System Gravitasi
System pengolahan air keruh menjadi air jernih yang dilakukan oleh
PDAM Kebumen menggunakan system gravitasi. Karena letqak reservoir PDAM
Kebumen terletak di daerah ketinggian maka semua proses pegolahan juga
dilakukan pada daerah ketinggian (agar lebih dekat dengan reservoir). Letak
reservoir di ketinggian bertujuan untuk mempermudah distribusi air kepada
masyarakat pelanggan yang tentu saja tinbggal di daerah yang lebih rendah dari
letak reservoir tersebut, sehingga dimaksudkan agar minimalisasi biaya dapat
terealisasi karena dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi, PDAM Kebumen
tidak perlu mesin penunjang yang besar lainyadengan biaya operasiuonal yang
besar pula.
H. Kesimpulan
PDAM Kebumen memiliki lima unitr pengolahan dengan sumber
pengolahan utama yaitu:
1. pengolahan I berasal dari sempor (gombong), dengan zat kapur besar.
2. pengolahan II berasal dari sungai luk ulo.
3. dasar pengolahan yang dilakukan oleh PDAM Kebumen yaitu engan cara
fisika dan kimia dalam penambahan zat koagolan dan desinfeksi.
J. Saran
Dengan mengetahui karakteristik yang berbeda antara kualitas sungai
sempor di gombong dan sungai luk ulo di kebumen maka akan lebih efisien dalam
penambahan zat pengatur pH yang menggunakan kapur tohor sebagai yat alkalisnya
maka dengan jalan memadukan kedua sumber mungkin kwalitas pH akan lebih
stabil dalam arti mendekati netral, sehingga biaya untuk penggunaan kapur tohor
dapat ditekan.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama praktek kunjungan lapangan di PDAM Sleman, Gunung Kidul,
dan Kebumen penyusun dapat menyimpulkan bahwa dengan perbedaan
karakteristik yang meliputi kondisi Geografis, cara pandang masyarakat,
kondisi iklim, dan ketinggian tempat maka proses yang dilaksanakan ketiga
PDAM sangatlah berbeda, baik cara mendapatkan air, cara pengolahannya,
dan cara pendistribusianya, tetapi disini ketiga PDAM sama-sama melihat
quantitas air dengan melihat criteria sbb:
a) penjernihan atau purifikasi yang meliputi :
4) koagolasi dan flokulasi
5) sedimentasi
6) filtrasi
b) desinfeksi
c) pengaturan pH (pH adjustment)
sehingga kualitas hasil ketiga PDAM relative sama berdasarkan
standart baku mutu air.

B. Saran
Dengan melihat dasar diatas maka kami menyarankan agar dilakukan
penyuluhan terhadap masyarakat mengenai kesehatan air dan penyehatannya
menurut baku mutu yang berlaku, dan perlunya penekanan terhadap
masyarakat agar lebih tahu misi dan tujuan PDAM sehingga tercipta suatu
kesadaran masyarakat sehingga mereka tidak akan merusak prasarana PDAM
dan tidak ada komplain akibat bau kaporit karena mereka akan lebih tahu
tujuan penggunaan bahan tersebut.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


PUSTAKA

Erlina. 1991. Pola Konsumsi Air untuk Keperluan Rumah Tangga di Kotamadya
Yogyakarta,
Skripsi Sarjana S1, fak. Geografi UGM, Yogyakarta.
Fetter, C.W., 1988. Applied Hydrogeology. Meril Publ. Co. Columbus, Ohio.
Hem, J.D., 1970. Study and Interpretation of the Chemical Characteristics of
Natural Water.
US Geological Survey, Water Supply Paper No. 1473. Government Printing
Office,
Washington DC.
MetCalf and Eddy, Inc. 1979. Wastewater Engineering:
Treatment/Disposal/Reuse. McGraw
Hill Book Co., New York.
Rochili, F. 2006. Limbah Domestik, Pencemaran Air dan Eksploitasi Air Tanah.
Tekno Limbah,
Vol.1 tahun 2006. Hal. 13-15. ISSN; 1412-5009. Pusat Penembangan Teknologi
Limbah Cair, Yogyakarta.
Sartohadi, J., Widyastuti, M. dan Sri Lestari, I, 2005. Penyebaran Airtanah Bebas
Tercemar
Air Lindi di Sekitar TPA Piyungan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Forum Geografi, Vol. 19 No. 1, Juli. Hal. 16-29. UMS Surakarta.
Perubahan Kualitas Airtanah di Sekitar Sumber ... (Sudarmadji) 109
Sudarmadji, 1994. Some Notes on Groundwater as A Domestic Water Supply
of the Yogyakarta
Municipality. The Indonesian Journal of Geography. Vol 26 No 68 Dec 94
pp. 1-10. ISSN
: 0024-9521. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Sudarmadji, 1994. Assessment of Groundwater Resources at the Beach Ridges
of the Kulonprogo
District, Yogyakarta. The Indonesian Journal of Geography. Vol. 27 No. 69
Jun 94 pp. 61-
74. ISSN : 0024-9521. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7


Sudarmadji dan Subekti, R. 1997. Respon Airtanah Terhadap Hujan di Sekitar
Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Tambakboyo, Sleman, DIY. Jurnal Manusia dan
Lingkungan,
No 13 Th.IV.1997. ISSN : 0854-5510. PPLH-UGM. Yogyakarta.
Sudarmadji, 2000. Meminimalisasi Pembuangan Sampah ke dalam Sungai.
Makalah
Lokakarya. Bapedal DI Yogyakarta.
Suyono, 2000. Kajian Geografis Air Tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Laporan Penelitian,
Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta.
Tim Survei Jurusan Geografi Fisik, Fakultas Geografi UGM (2006). Survei
Parameter Fisik
Pasca Gempa Sebagian daerah Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta.
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Todd, D.K., 1980. Groundwater Hydrology. John Wiley and Sons, New York.
Travis, C.C., and Etnier, E.L. (ed), 1984.Groundwater Pollution
Environmental and Legal Problems.
Westview Press Inc., Colorado.
Varsney, C.K., 1981. Groundwater Pollution and Management Reviews. South
Asian Publisher
Ltd., New Delhi.
Yayasan Dian Desa, 1991. Real Demand Study, YUDP, Yogyakarta.

Hastomo,JKL Yogyakarta Page 7

You might also like