You are on page 1of 60

TIM TEKNIS REVITALISASI PERKERETAAPiAN NASIONAL

Laporan Interim

2008
PT. KA dalam konteks beberapa hal termasuk restrukturisasi korporasi; dengan SNCF

Kata Pengantar Perancis dalam konteks KA Perkotaan; dengan JICT dalam konteks Akses KA ke
pelabuhan Tanjung Priok; dan dengan PT Bukit Asam dalam konteks KA Batubara
Sumatera Selatan.

Tim Terpadu Revitalisasi Perkeretaapian Nasional dibentuk dengan Surat Tim Teknis pun sudah beberapa kali bertemu dengan Direktur Jenderal
Keputusan Menko Perekonomian Nomor KEP-18/M.EKON/04/2008 tertanggal 3 Perkeretaapian selaku Ketua Tim Pelaksana untuk melaporkan beberapa rekomendasi
April 2008. Tugas Tim Terpadu adalah untuk mengkoordinasikan penyusunan kebijakan revitalisasi. Temuan dan rekomendasi terhadap beberapa proyek-proyek
kebijakan umum dan strategi percepatan revitalisasi perkeretaapian nasional; jangka pendek sudah dilaporkan kepada Wakil Presiden, Menteri Perhubungan, dan
merumuskan rencana tindak dan pelaksanaan revitalisasi perkeretaapian nasional; Menteri Negara BUMN.
menetapkan langkah-langkah strategis dalam percepatan pelaksanaan revitalisasi
perkeretaapian nasional; dan melakukan tugas terkait lainnya berdasarkan arahan Pada tahun 2009 direncanakan akan dilakukan serial diskusi dengan sektor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. industri, akademi, dan beberapa asosiasi yang terkait dengan transportasi dan kereta
api. Semua rencana pertemuan dengan para pemangku kepentingan perkeretaapian
Tim terpadu terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan Tim Teknis. tersebut direncanakan akan dikemas dalam Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI).
Sementara itu Tim Teknis yang membantu Tim Pelaksana bertugas untuk:
Berikut ini disampaikan Laporan Interim yang berisikan berbagai rekomendasi
1. Melakukan evaluasi, menyempurnakan, dan menyusun rekomendasi terhadap: Tim Teknis terhadap isu-isu sentral dalam revitalisasi perkeretaapian nasional.
a) rencana pengembangan kelembagaan perkeretaapian nasional; Sementara ini, laporan difokuskan kepada revitalisasi sektor perkeretaapian,
b) rencana pengembangan jaringan perkeretaapian nasional; revitalisasi kelembagaan, revitalisasi korporasi, dan laporan tentang beberapa proyek-
c) rencana pengembangan industri pendukung perkeretaapian nasional; proyek jangka pendek. Pada dasarnya lingkup dari laporan sudah mencakup
dan sebagian besar dari tugas-tugas Tim Teknis sebagaimana disebutkan dalam SK
d) rencana investasi sarana dan prasarana serta investasi swasta dalam Menko Perekonomian.
pengembangan perkeretaapian nasional;
Laporan akan disempurnakan menjadi Laporan Akhir Tim Teknis sejalan
2. Melakukan pemantauan pelaksanaan kewajiban pemerintah terhadap eks. PNS dengan temuan dan rekomendasi terbaru yang didapatkan dari beberapa serial
Departemen Perhubungan yang dialihtugaskan kepada PT Kereta Api diskusi dalam FPI, yang juga merupakan forum untuk melakukan verifikasi dan
Indonesia; validasi terhadap beberapa konsep dan strategi revitalisasi perkeretaapian yang
3. Menyusun konsep restrukturisasi PT Kereta Api Indonesia dan rencana sudah dirancang sebelumnya.
pelaksanaannya; dan
4. Melakukan tugas terkait lainnya berdasarkan arahan Ketua Tim Pelaksana. Jakarta, 2009

Tim Teknis sudah bekerja selama delapan bulan dan sudah melakukan
beberapa pertemuan dengan para pemangku kepentingan, antara lain dengan
Herwidayatmo
Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam pembahasan tentang pengembangan KA Tim Teknis
Jabodetabek; dengan PT Railink dalam konteks KA Bandara Soekarno-Hatta; dengan Revitalisasi Perkeretaapian Nasional

i
IV. REVITALISASI KORPORASI
Daftar Isi 4.1. Pengantar 16
4.2. Peran PT Kereta Api Indonesia 19
4.3. Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan 21
KATA PENGANTAR i 4.4. Pemisahan dan Pembentukan Anak Perusahaan 23
DAFTAR ISI ii 4.5. Penyehatan Kondisi Finansial PT. KA 23
RINGKASAN EKSEKUTIF iii 4.6. Perombakan Manajemen, Perubahan Budaya Kerja dan 27
Penyegaran SDM
I. PENDAHULUAN
V. PROYEK JANGKA PENDEK
1.1. Latar Belakang 1
5.1. Penyelenggaraan KA Jabodetabek 28
1.2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 2
5.2. Penyelenggaraan KA Batubara Sumatera Selatan 30
1.3. Tantangan Kedepan 3
5.3. Pembangunan Jalur KA Bandara Soetta 32
5.4. Pembangunan Jalur KA Gedebage-Tanjung Priok 33
II. REVITALISASI SEKTOR PERKERETAAPIAN

2.1. Pendahuluan 4 LAMPIRAN 1 : MATRIKS REVITALISASI SEKTOR


2.2. Kereta Api dan Ekonomi 4 PERKERETAAPIAN
2.3. Pangsa Pasar Perkeretaapian 5
LAMPIRAN 2 : MATRIKS REVITALISASI
2.4. Rencana Induk Perkeretaapian 6 KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN
2.5. Transportasi Multimoda 7
LAMPIRAN 3 : MATRIKS REVITALISASI KORPORASI
2.6. Investasi dan Pembiayaan Sektor Perkeretaapian 8
2.7. Pendidikan Publik dan Pengayaan Budaya 9 LAMPIRAN 4 : MATRIKS PROYEK JANGKA PENDEK
Perkeretaapian
2.8. Forum Perkeretaapian Indonesia 10

III. REVITALISASI KELEMBAGAAN

3.1. Pendahuluan 10
3.2. Reposisi Peran Pemerintah Pusat 12
3.3. Reposisi Peran Pemerintah Daerah 13
3.4. Peran Sektor Swasta 13
3.5. Urgensi Penguatan Kapasitas Kelembagaan 15 ii
4% dari pangsa transportasi publik. Dalam 11 tahun terakhir, produksi
Ringkasan Eksekutif angkutan penumpang dalam Penumpang-KM mengalami stagnasi dan
penurunan.
6. Dalam angkutan barang nasional, moda KA hanya berperan sekitar
0,67% (2008). Angka ini sangat tidak berarti dan menggambarkan bahwa
PENGANTAR
KA hampir tidak memiliki interaksi dengan ekonomi. Dalam 11 tahun
1. UU No. 23/2007 menandai era baru perkeretaapian di Indonesia, dengan terakhir, produksi angkutan barang dalam Ton-KM mengalami
menghilangkan monopoli oleh pemerintah atau BUMN, serta membuka kecenderungan stagnasi.
peluang investasi oleh pemerintah daerah dan swasta untuk mendorong 7. Secara hipotesa, bila tidak ada kendala anggaran dan investasi, pasar KA
kompetisi dan peningkatan pelayanan. dalam angkutan penumpang dapat ditingkatkan dari 4% menjadi antara
2. Revitalisasi perkeretaapian nasional harus dilakukan secara 10%-20% pada 2015 dan meningkat 25% pada tahun 2025. Dalam jangka
komprehensif dari hulu sampai ke hilir, karena reformasi secara parsial pendek dan menengah, peningkatan peran KA untuk angkutan
kurang berhasil membuat perubahan yang signifikan. Revitalisasi juga penumpang perlu difokuskan pada angkutan keretaapi perkotaan
harus didukung oleh kemauan politik yang tinggi di birokrasi dan (commuter train). Sebagai contoh, pangsa pasar KA Jabodetabek dapat
parlemen serta penguatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan ditingkatkan menjadi sekitar 10%-15% di tahun 2015 dan menjadi sekitar
kualitas SDM perkeretaapian. 30% di tahun 2025.
8. Dalam jangka menengah dan panjang, peran KA dalam angkutan barang
REVITALISASI SEKTOR PERKERETAAPIAN perlu difokuskan pada angkutan batubara, pupuk dan kelapa sawit di
Sumatera dan Kalimantan, serta angkutan barang konsumsi di Pulau
3. Revitalisasi sektor perkeretaapian harus mampu menempatkan KA Jawa. Dalam jangka pendek, peningkatan angkutan barang lebih
sebagai moda utama dalam sistem transportasi nasional dan tatanan diarahkan kepada angkutan ke dan dari pelabuhan Tanjung Priok,
transportasi wilayah, dan sekaligus menjadi salah satu pemeran penting Tanjung Perak, dan Tanjung Emas di Pulau Jawa, serta angkutan
dalam sistem logistik dan distribusi nasional. batubara di Sumatera Selatan.
4. Pembangunan dan revitalisasi perkeretaapian nasional dapat dipakai 9. Program revitalisasi sampai dengan tahun 2020 membutuhkan investasi
sebagai jangkar untuk pembangunan sistem transportasi multimoda. yang besar yakni sekira Rp. 120 triliun-150 triliun untuk infrastruktur,
Untuk itu, Dephub, Departemen PU, dan pemerintah daerah secara serta sekira Rp. 30 triliun-50 triliun untuk pengembangan sarananya.
bersama-sama perlu menyepakati konsep transportasi multimoda dan 10. Pemerintah telah meletakkan dasar hukum, kelembagaan dan peraturan
secara terintegrasi membangun akses dan fasilitas interkoneksi antar untuk melibatkan investasi swasta di perkeretaapian. Diperkirakan
moda. dalam 10 tahun ke depan investasi swasta ini hanya akan mencapai 10%-
5. Dalam angkutan penumpang nasional, moda KA berperan sekitar 7% 20% dari investasi keseluruhan. Kedepannya, pemerintah tetap harus
dari total pasar angkutan umum (2008). KA Jabotabek bahkan hanya menanggung 80-90 % kebutuhan investasi dan dituntut untuk memiliki
berperan sekitar 2-3 % dari jumlah perjalanan orang di Jabodetabek, dan

iii
komitmen politik dan kesungguhan hati untuk membangun legal sebagai suatu Peraturan Pemerintah atau sekurangnya Keputusan
perkeretaapian nasional. Presiden sehingga secara substantif sahih dapat melampaui batas-batas
11. Oleh karena, itu pemerintah harus secara sungguh-sungguh: administratif politis.
a) dengan persetujuan DPR mengalokasikan anggaran multi-years yang 14. Pemerintah daerah memiliki posisi kunci bagi kemajuan perkeretaapian
memadai untuk program revitalisasi tersebut, baik dari sumber karena sebagian besar jaringan kereta api berada di daerah. Namun,
APBN maupun dari pinjaman luar negeri. pemerintah daerah tidak memiliki kompetensi yang memadai, baik
b) mengkonsolidasikan upaya terpadu untuk menciptakan kebijakan, dalam hal kapasitas kelembagaan maupun kualitas SDM nya. Untuk itu,
regulasi, dan insentif bagi investasi sektor swasta dalam industri Dephub dan pemda perlu bersama-sama mengembangkan RIP Provinsi
perkeretaapian Indonesia. dan Kabupaten/Kota sebagai turunan dari RIP Nasional, termasuk
c) membentuk suatu Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI) sebagai rencana tindak untuk penguatan kelembagaan perkeretaapian di daerah.
wahana komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan dan 15. Keterlibatan investasi swasta dalam industri perkeretaapian Indonesia
pecinta-pengguna perkeretaapian, untuk menyatupadukan visi akan terfokus pada angkutan penumpang dan barang yang memenuhi
pembangunan perkeretaapian nasional. syarat perlu (necessary conditions), yakni: (a) permintaan pasar yang kuat;
(b) kejelasan dan ketegasan peraturan pemerintah untuk mengurangi
risiko yang melekat pada proyek perkeretaapian yang bersifat jangka
REVITALISASI KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN panjang; (c) investor swasta yang kuat dan fleksibel secara finansial; (d)
struktur proyek yang terancang dengan baik yang dapat meminimalkan
risikon dan mengurangi biaya finansialnya; dan (e) sistem hukum dan
12. Investasi besar-besaran di sektor perkeretaapian sebesar Rp 12 triliun-15
peradilan yang efektif untuk menegakkan perjanjian jangka panjang
triliun per tahun sampai tahun 2020, memerlukan daya absorpsi serta
yang dibuat para pihak.
kapasitas kelembagaan yang kokoh, baik di Dephub maupun badan
16. Berdasar syarat perlu tersebut, diperkirakan bahwa keterlibatan swasta
usaha perkeretaapian. Selama ini Ditjen Perkeretaapian hanya mampu
nantinya akan lebih tepusat pada kesempatan investasi untuk angkutan
menyerap sekitar Rp. 4 triliun/tahun, dan oleh karenanya memerlukan
penumpang perkotaan (commuter train), serta angkutan barang-
pembenahan dan penguatan kapasitas kelembagaan secara mendasar.
komoditas di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
13. Terkesan kuat bahwa masing-masing pengambil kebijakan (Dephub,
Meneg. BUMN, Departemen Keuangan/Depkeu, Bappenas) maupun
PT. KA memiliki visi dan pandangan yang berbeda mengenai gagasan
pengembangan perkeretaapian, dan belum tercapai kesepakatan untuk
menempatkan perkeretaapian sebagai pilihan utama dalam kebijakan
transportasi nasional. Pemerintah perlu segera merampungkan dan
menetapkan Rencana Induk Perkeretaapian (RIP) Nasional sebagai
kesepakatan dan acuan bagi semua lembaga terkait dan dengan status

iv
17. Untuk mempersiapkan proyek-proyek kereta api yang layak secara
Tabel 1 finansial dan bankable serta membangun kemitraan yang sehat dengan
Tantangan Pengembangan sektor swasta yang credible, disarankan agar Dephub segera membentuk
P3-Node dengan divisi dalam Node untuk manangani perkeretaapian
Kondisi Sasaran
saat ini 2009 - 2020 seperti RVNLdi India.
18. Mengingat urgensi penanganan permasalahan perkeretaapian,
Pangsa Angkutan Barang 0.7 % nasional 5 – 10 % Fokus pada angkutan
komoditas di Sumatera dan pemerintah perlu untuk segera memperkuat kelembagaan Ditjen
Kalimantan
Pangsa Orang 4% Perkeretaapian, agar mampu untuk:
20 – 25 % Fokus pada angkutan (a) Merumuskan RIP Nasional pada tahun 2009
perkotaan
(b) Menterjemahkan RIP menjadi rangkaian satuan program kegiatan
Kebutuhan Investasi 3.5 – 4.5 % 121 T (Dephub – diluar software) multi year
triliun (2008)
(Prasarana 70 %, Sarana (LAPI ITB, 2006 – 2030) (c) Melakukan pendekatan ke berbagai instansi pemerintah untuk
20 %, Software 10 %) 115 T
(Lingkup, harga teknologi) menyamakan visi, dan mendapatkan dukungan-komitmen
150 – 200 T pemerintah untuk pelaksanaan RIP secara konsisten dan
berkelanjutan.
Kebutuhan Investasi per < 3.5 T 10 – 16 T 80 - 90 %
tahun (d) Menyerap APBN sebesar Rp 10-15 triliun/tahun secara efisien dan
Investasi swasta 0 0.8 – 3.2 T 10 – 20 %
tepat waktu melaksanakan proyek pembangunan perkeretaapian
(e) Menyiapkan proyek KA yang memenuhi syarat perlu untuk
partisipasi swasta
(f) Merancang dan melaksanakan privatisasi yang sesuai dengan best
practices
Sangat membutuhkan :
(g) Bersifat proaktif dan cepat tanggap terhadap inisiatif pemerintah
• Keselamatan dan Kenyamanan dianggap
penting daerah dan swasta
• Harga tidak dianggap penting
• Kesempatan penyesuaian tarif dan (h) Dalam jangka pendek dan bilamana Ditjen KA belum memiliki
peningkatan service level kapasitas kelembagaan seperti dimaksud diatas, melakukan
• Lompatan kemampuan daya serap
kelembagaan outsourcing kepada instansi pemerintah lain (misal Departemen PU)
• Kesamaan visi antar departemen dan
pemangku kepentingan
atau lembaga lainnya.

v
REVITALISASI KORPORASI mereka. Hal ini bertentangan dengan kebijakan pemerintah selama ini
yang selalu menomorsatukan harga diatas segalanya.
19. Waktu tinggal 15 bulan lagi bagi PT. KA untuk melakukan
restrukturisasi korporasi sesuai dengan amanat UU NO.23/2007. Berart,
PT. KA perlu segera membenahi diri untuk berperan lebih besar dan Penyehatan Kondisi Finansial PT. KA
mampu berkompetisi secara sehat. Kesemuanya menuntut perbaikan 24. Kesehatan finansial PT. KA selama ini sangat memprihatinkan:
kapasitas kelembagaan, budaya manajemen, profesionalisme dan (a) Secara operasional PT. KA selalu merugi, yang ditutup oleh
kualitas SDM yang tangguh. pendapatan diluar usaha untuk membukukan keuntungan.
20. Apapun opsi yang menjadi pilihan akhir untuk melaksanakan amanat (b) Kerugian usaha tersebut menyebabkan arus kas usaha (EBITDA)
Pasal 23, UU No. 23/2007, pemerintah perlu menetapkan opsi interim juga negatif atau kecil, sehingga sebenarnya PT. KA tidak memiliki
sebagai transisi untuk menjaga kesinambungan operasi. Dalam masa kemampuan untuk meminjam.
transisi ini, pemerintah perlu mendorong PT. KA membentuk (c) Ekuitas PT. KA sebesar Rp 3,65 triliun relatif kecil bila dibanding
divisi/anak perusahaan sebagai badan usaha prasarana yang, pada kebutuhan usaha dan investasi di masa depan.
waktu yang tepat nanti, divisi atau anak perusahaan tersebut dapat (d) Leverage PT. KA rendah (nol) dan sebenarnya memiliki kesempatan
dijadikan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana yang mandiri di luar untuk meminjam sekira Rp. 3 sampai 4 triliun. Namun kesempatan
PT KA. ini tidak dapat dipakai karena tiadanya kemampuan untuk
mengembalikan
Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan (e) PT. KA menghadapi backlog prasarana, sintelis dan sarana yang
21. PT. KA masih mencatat rendahnya tingkat dan kualitas pelayanan, baik besarnya sekira Rp. 16 triliun, namun tidak memiliki kemampuan
keselamatan, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Kondisi prasarana dan apapun untuk mengatasi backlog tersebut.
sarana yang telah melampaui umur teknis serta pemeliharaan yang tidak 25. Keterpurukan finansial PT. KA bersifat struktural dan PT. KA tidak akan
memadai menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap pernah mampu untuk sendirian mengatasi persoalan tersebut. Untuk itu
keselamatan dan kualitas pelayanan. pemerintah perlu membantu PT. KA dengan:
22. Pemerintah dan PT. KA perlu menempatkan persoalan keselamatan dan (a) Memberikan kelonggaran penetapan tarif yang lebih rasional dan
kualitas pelayanan secara holistik. Hal ini menyangkut bukan saja kompetitif. Gagasan anak perusahaan PT. KA Commuter
peremajaan, perbaikan dan pemeliharaan perangkat prasarana dan Jabodetabek untuk menetapkan tarif tunggal pada akhir tahun 2010
sarana yang ada, namun juga mencakup disiplin pemakai jalan dan dan skema subsidi pemerintah yang lebih transparan perlu
kesadaran penumpang yang berbudaya, serta peremajaan dan mendapat dukungan pemerintah
peningkatan kualitas SDM perkeretaapian. (b) Membantu PT. KA mengatasi backlog prasarana dan sarana agar
23. Yang menarik, penumpang KA, baik kelas ekonomi maupun non- mampu meningkatkan efisiensi dan menekan biaya
ekonomi, menilai bahwa ‘keselamatan’ dan ‘kenyamanan’ merupakan (c) Memperkokoh struktur modal PT. KA melalui inbreng aset sarana
hal terpenting bagi mereka, sedang faktor ‘harga’ bukanlah prioritas yang telah dikelola PT. KA, revaluasi aset dengan pajak yang

vi
ditanggung negara, dan inbreng invetasi masa depan yang sangat (a) Intervensi yang substansinya lebih terbatas dan terfokus, dan
besar jumlahnya. dengan waktu yang ditahapkan. Contohnya adalah pemisahan
(d) Di lain pihak, PT. KA harus mampu menekan kebocoran divisi/anak usaha prasarana; penggunaan teknologi baru; dan
pendapatan, serta meningkatkan efisiensi operasi. penataan kembali pola operasi.
(e) Pemerintah bersama-sama PT. KA mempersiapkan IPO agar PT. (b) intervensi yang substansinya yang terbatas dan terfokus, dan
KA menjadi perusahaan terbuka waktunya sekaligus. Contoh introduksi perubahan dengan cara ini
adalah secara radikal merombak manajemen PT. KA dengan
26. Sisa waktu yang ada tinggal 15 bulan untuk menyelesaikan amanat memasukkan profesional dari luar.
Pasal 214 UU NO.23/2007, yakni agar pemerintah melakukan: (1) audit (c) Intervensi dengan substansi menyeluruh dan kompleks, serta
menyeluruh PT. KA; (2) inventarisasi aset prasarana dan sarana; (3) dilakukan secara bertahap. Contohnya adalah pendirian anak
menegaskan status kewajiban pelayanan publik (PSO) dan program usaha PT. KA Commuter Jabodetabek, atau menjadikan PT. KA
pensiun pegawai (Past Service Liability); dan (4) membuat neraca awal PT. sebagai perusahaan terbuka (PT Tbk).
KA. Untuk itu, Pemerintah perlu segera menunjuk kantor akuntan (d) Intervesi dengan substansi menyeluruh dan kompleks dan yang
publik dan tenaga profesional untuk melaksanakannya dalam tahun dilakukan seketika. Intervensi ini revolusioner sifatnya, misalnya
anggaran 2009 ini. adalah menjual PT. KA kepada perusahaan asing. Karena sifatnya
yang revolusioner, intervensi seperti ini juga yang paling sulit dan
Perombakan Manajemen dan Perubahan Budaya Kerja akan mendapatkan tantangan yang paling besar. .
27. Sebagaimana juga tercermin pada tataran pengambil kebijakan negara, 29. Alternatif terakhir yang revolusioner bukanlah pilihan bijak, karena
pada tataran operasional PT. KA juga terpeta pola pikir dominan yang akan mendapatkan tantangan yang paling besar, baik secara politis
diwarnai oleh budaya ketidak-berdayaan, pasif, dan yang berorientasi maupun teknis-operasional. Pemerintah bersama PT KA sebenarnya
pada proyek. Pola ketergantungan kepada pemerintah (baik dalam hal dapat dan telah melaksanakan ketiga alternatif yang lain, namun dalam
investasi, penetapan tarif, pengadaan sarana, maupun subsidi) selama pelaksanaannya terasa setengah hati dan terlalu banyak kompromi.
berpuluh tahun telah menanamkan rasa ketidakberdayaan yang akut Disamping tetap secara konsisten meneruskan strategi ketiga, yaitu
dan berakar keseluruh tingkatan organisasi PT. KA. Status monopolistik pelepasan dan pendirian anak perusahaan Jabodetabek dan Sumatera
yang selama ini dinikmati juga telah menjadikan manajemen dan Selatan, pemerintah perlu secara serius memperkuat manajemen PT KA
karyawan PT. KA merasa mapan (complacent), cenderung menolak dengan memasukkan profesional dari luar yang memiliki kemampuan
perubahan, dan telah mengabaikan tuntutan pasar untukselalu dan pengalaman membawakan perubahan signifikan dalam organisasi
meningkatkani kualitas pelayanan. dormant seperti PT KA.
28. Untuk mengatasi hambatan keorganisasian terhadap perubahan, ada
beberapa strategi yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah (Dephub Proyek Proyek Jangka Pendek
dan Meneg BUMN), sebagai berikut: 30. Pemerintah telah meluncurkan beberapa proyek jangka pendek yang
memiliki nilai strategis dalam upaya revitalisasi perkeretaapian. Ini

vii
termasuk pembentukan anak perusahaan di Jabodetabek dan di PT KA tetap dapat melayani kebutuhan angkutan komoditas yang lain
Sumatera Selatan, pembangunan KA Bandara Soekarno Hatta, dan seperti pupuk dan kelapa sawit dengan pola kerja yang sama seperti
Pembangunan jalur KA Gedebage-Tanjung Priok. Tujuan utamanya JVCo, (d) dapat dilaksanakan dalam kerangka waktu yang dikehendaki,
adalah untuk meningkatkan kapasitas angkut serta tingkat pelayanan dan (e) meminimalkan resistensi dari dalam.
dan pada saat bersamaan, dapat mempercepat reformasi PT. KA agar 35. Dengan adanya persetujuan opsi untuk membeli kembali saham PT
lebih profesional, terbuka, dan mampu berkompetisi, baik dengan TBBA dalam JVCo dengan harga tetap (berapapun porsi
(calon) operator keretaapi lain maupun dengan moda transportasi kepemilikannya), maka perbedaan pendapat mengenai besarnya
lainnya. persentase kepemilikan saham PT TBBA dalam JVCo adalah salah arah,
31. Dengan belum terkonsolidasinya visi dalam RIP Nasional, pelaksanaan tidak berarti dan tidak ada gunanya. Struktur tersebut sangat
proyek jangka pendek tesebut dapat terjebak menjadi pilihan yang tidak menguntungkan PT KA, karena mendapatkan dana kuasi pinjaman
optimal dan yang akan membawa persoalan tersendiri di belakang hari. yang mudah dan relatif murah.
32. Pemerintah perlu secara konsisten meneruskan pembentukan kedua
anak perusahaan, KA commuter Jabodetabek dan KA batubara di
Sumatera Selatan, dan agar terlaksana secepatnya secara efektif.
Kegagalan pembentukan keduanya akan memberikan sinyal kegagalan
kebijakan dan kesungguhan pemerintah, dan akan semakin
memperbesar resistensi terhadap segala upaya reformasi korporasi PT.
KA.
33. Untuk angkutan batubara di Sumatera Selatan, Tim Teknis TRKA
mengusulkan agar JVCo antara PT. KA dan PT. TBBA. Tbk difokuskan
dan khusus menangani angkutan batubara, sedangkan angkutan
penumpang umum dan penugasan PSO lainnya tetap dilakukan oleh PT
KA melalui organisasi internal terpisah (Divre III Sumsel) seperti yang
selama ini dilakukan. Keterlibatan PT. KA dalam JVCo adalah sebagai
penyedia akses prasarana, serta menyertakan sejumlah lokomotif dan
gerbong kepada JVCo. Sedangkan PT. TBBA bertindak sebagai off taker
dari JVCo, dan menyetor modal tunai untuk investasi peningkatan
kapasitas angkut KA batubara.
34. Rekomendasi tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa (a) JVCo
hanya menangani angkutan batubara akan lebih fokus dan lebih
mempermudah implementasinya, (b) tidak melibatkan inbreng
prasarana yang akan menimbulkan keruwetan hukum dan peraturan, (c)

viii
1. Pendahuluan yang mengakibatkan jenuh dan macetnya jaringan, serta terjadinya
kerusakan jalan yang lebih awal karena pembebanan berlebih.
Di Pulau Jawa, misalnya, lebih dari 90 persen angkutan barang
melalui moda jalan raya dengan truk kecil sampai besar dan
1.1. Latar Belakang
angkutan peti kemas dengan beban sumbu roda yang jauh melebihi
kapasitas daya dukung jalan.
Sektor perkeretaapian di Indonesia selama lebih dari satu
Beban jalan yang sangat berlebih ini menyebabkan terjadinya
setengah dekade diarahkan oleh UU Nomor 13 tahun 1992 tentang
biaya ekonomi tinggi seperti tergambarkan dalam prediksi biaya
Perkeretaapian. UU tersebut sangat sektoral sifatnya dan monopoli
perjalanan (Road User Costs, RUC). Menurut prediksi yang dibuat
oleh negara yang didelegasikan kepada BUMN menjadi jiwa dari
oleh Bina Marga pada tahun 2004, RUC di jalan nasional dan jalan
seluruh gerak pembangunan sektor. Negara adalah penguasa,
propinsi mencapai sekitar Rp. 1,55 triliun sehari, terdiri dari Rp. 1,38
pemilik, pembangun, dan penyelenggara sistem perkeretaapian, dan
triliun biaya operasi kendaraan dan Rp. 170 miliar nilai waktu
pembiayaan pembangunan sektor hampir sepenuhnya tergantung
perjalanan. Jalan rusak juga mengakibatkan kendaraan cepat rusak
kepada anggaran pembangunan pemerintah. Kerangka hukum dan
dan mengurangi tingkat keselamatan. Mengingat jumlah kendaraan
regulasi turunannya juga tidak memberi ruang bagi investasi sektor
yang terus bertambah, jalan yang terus rusak, dan harga bahan bakar
swasta, dan kalau adapun harus bekerjasama dengan BUMN terkait
minyak yang sudah jauh melampaui harga tahun 2004, total RUC
dan biasanya dengan skala bisnis yang tidak besar.
tahun 2008 diperkirakan jauh lebih besar lagi jumlahnya. Sementara
Selain itu, Sistem Transportasi Intermoda, dimana terjadi
itu karena keterbatasan anggaran dan kurang baiknya kualitas
integrasi moda-moda angkutan untuk menjamin efisiensi pergerakan
program pemeliharaan dan rehabilitasi jalan, kondisi jalan tetap
barang dan orang, belum ada atau terlaksana di Indonesia. UU yang
buruk, khususnya jalan propinsi dan jalan kabupaten.
ada tidak mengatur intermodalisme, termasuk bagaimana skema
Pembangunan dan pergerakan ekonomi Indonesia kedepan
pembiayaan, peran pemerintah pusat, pemerintah daerah, peran
tidak dapat lagi dibebankan secara tidak proporsional kepada
sektor swasta, peran BUMN, dan bentuk integrasi kelembagaannya.
jaringan jalan. Moda kereta api sebagai moda transportasi masal
Kesemuanya tersebut menyebabkan terjadinya ketimpangan
yang hemat energi harus mendapatkan peran yang lebih strategis.
moda yang sangat besar dalam angkutan orang dan barang secara
Untuk itu pemerintah meluncurkan program revitalisasi
nasional. Selama beberapa dekade belakangan ini pemerintah pusat
perkeretaapian nasional, untuk menjadikan keretaapi sebagai moda
lebih memusatkan pendanaan dan anggaran pembangunan
angkutan utama.
sektornya bagi pengembangan jaringan jalan raya dan
mengesampingkan peran kereta api sebagai angkutan masal.
Akibatnya jaringan jalan raya memikul beban angkutan terlalu berat

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 1


1.2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 mengutamakan tingkat pelayanan yang handal, efisien, dan
berinteraksi langsung dengan perekonomian dan industri. Oleh
Penggerak utama dari revitalisasi perkeretaapian nasional karena itu UU ini memberi peluang bagi dilakukannya pemisahan
adalah terbitnya UU No.23/2007 tentang Perkeretaapian sebagai lini bisnis perkeretaapian nasional, baik pemisahan horizontal
pengganti UU 13/1992. UU ini secara mendasar melepas monopoli (horizontal unbundling), pemisahan vertikal (vertical unbundling),
pemerintah dan membuka kesempatan bagi masuknya investasi maupun pemisahan spasial (spatial unbundling).
sektor swasta maupun pemerintah daerah. Secara prinsip, undang-undang ini mengamanatkan agar
pemerintah segera melaksanakan revitalisasi sektor perkeretaapaian
nasional secara menyeluruh dari hulu sampai ke hilir, termasuk
Latar Belakang Tujuan
retsrukturisasi korporasi PT Kereta Api Indonesia Persero (PT. KA)
sebagaimana diatur dalam Pasal 214 UU No 23/2007 sebagai berikut:
• Perlunya pengembangan • Memperlancar
potensi dan Peningkatan perpindahan orang
peran kereta api dan/atau barang secara 1) Pada saat UU ini berlaku, Badan Usaha yang telah
sebagai alat massal
transportasi. • dengan selamat, aman, menyelenggarakan prasarana perkeretaapian dan sarana
• Peningkatan share nyaman, cepat dan perkeretaapian tetap menyelenggarakan prasarana
kereta api dalam lancar, tepat waktu,
angkutan orang dan tertib dan efisien, serta perkeretaapian dan sarana perkeretaapian berdasarkan UU
barang • menunjang pemerataan, ini.
• Peningkatan kualitas pertumbuhan, dan
2) Dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak UU ini berlaku,
pelayanan Kereta api stabilitas,
• Menghilangkan monopoli • menjadi pendorong dan penyelenggaraan prasarana perkeretaapian dan sarana
dalam usaha penggerak perkeretaapian yang dilaksanakan oleh Badan Usaha
penyelenggaraan pembangunan nasional.
perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serta penyelenggaraan
prasarana perkeretaapian milik Pemerintah wajib disesuaikan
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU ini.
Gambar 1 Latar Belakang dan Tujuan UU N0.23/2007
Oleh karena itu pemerintah, selain membantu PT. KA dalam
Jiwa dari UU ini adalah bahwa perkeretaapian adalah ranah melakukan restrukturisasi korporasinya, juga harus mendorong
ekonomi yang harus diselenggarakan oleh para pelaku ekonomi hadirnya sektor swasta sebagai katalisator bagi terciptanya iklim
secara efisien, profesional dan mampu mendukung perekonomian kompetisi yang sehat untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas
nasional. Bisnis infrastruktur dan pelayanan kereta api yang semula pelayanan. Keterlibatan swasta dalam perkeretaapian tidak berarti
bersifat birokratis harus dirubah menjadi bisnis korporasi yang hanya dengan penjualan aset negara tetapi melalui pemberian

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 2


konsesi dengan pola Public Private Partnership, franchising, leasing, madani, termasuk akademi, asosiasi, organisasi profesi, pengguna
atau Build Operate and Transfer (BOT). Untuk itu, badan pengelola setia dan pencinta kereta api.
prasarana kereta api harus dipisahkan dengan badan pengelola
sarana kereta api sehingga dapat memberikan hak akses yang sama 1.3. Tantangan Ke Depan
terhadap penggunaan rel tanpa diskriminasi kepada semua operator.
Oleh karena itu revitalisasi korporasi dilakukan bersamaan dengan Revitalisasi perkeretaapian nasional adalah pekerjaan besar yang
revitalisai sektor dan kelembagaan perkeretaapian. mencakup pengembangan jaringan keretaapi, penataan
Restrukturisasi kelembagaan ini mencakup desentralisasi kelembagaan, rencana investasi dan sumber pembiayaannya, serta
perkeretaapian yang timbul oleh karena UU memungkinkan penguatan sumber daya manusianya. Secara ringkas, tantangan
pemerintah daerah menyelenggarakan sendiri perkeretaapiannya utama yang dihadapi dalam upaya revitalisasi perkeretaapian
mencakup suatu wilayah tertentu. Untuk itu pemerintah harus lentur tersebut mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut:
namun tetap efisien dalam pengaturan kewenangan administrasi,
regulasi, dan perijinan sehingga tidak menjadi hambatan bagi • Potensi yang besar, namun diwarnai ketidak seimbangan antara
pembangunan prasarana dan sarana perkeretaapian daerah. penawaran dan permintaan, karena kecilnya daya angkut K.A.
Pemerintah pusat bahkan harus memberikan panduan dan fasilitasi yang tersedia saat ini
dalam hal penguatan kapasitas daerah, dan menyelenggarakan • Kebutuhan investasi yang sangat besar, antara 120 triliun-200
pelatihan dan pendidikan di bidang teknik dan manajemen triliun untuk jangka waktu sampai dengan tahun 2020
perkeretaapian terhadap sumberdaya manusia daerah. • Kapasitas kelembagaan yang kurang memadai untuk
Revitalisasi perkeretaapian nasional harus dilakukan secara memobilisasi sumber dana maupun menyerap dana APBN yang
komprehensif, dari hulu sampai ke hilir. Pengalaman menunjukkan telah disediakan.
bahwa reformasi secara parsial tidak atau kurang berhasil membuat • Perkeretaapian nasional memiliki profil politik yang tinggi,
perubahan yang signifikan. Revitalisasi perkeretaapian nasional namun peran yang kecil dalam angkutan barang dan orang
harus didukung dengan kemauan politik yang tinggi dari birokrasi secara nasional. Lebih lebih, perkereaapian nasional melibatkan
dan dari politisi di parlemen. banyak pemangku kepentingan namun terasa minimnya
Pengalaman juga memperlihatkan bahwa perubahan besar, kesamaan visi maupun koordinasi tindakan.
apapun bentuknya, tidak pernah datang dari dalam kemapanan • Komitmen dan kemauan politik pemerintah untuk secara
birokrasi secara sukarela tanpa ada tekanan eksternal dan katalis konsisten membangun daya angkut kereta api sebagai pilihan
lainnya. Upaya besar pemerintah untuk melakukan reformasi tidak utama sistem transportasi nasional, karena sebagian terbesar
akan efektif tanpa dukungan politik dari masyarakat luas dan (80%-90%) dari kebutuhan investasi khususnya investasi
prasarana akan menjadi beban pemerintah. Pemerintah selama

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 3


ini terkesan setengah hati untuk membangun sistem


perkeretaapian nasional.
Pembenahan dan revitalisasi korporasi PT. KA untuk menjadi
2. Revitalisasi Sektor Perkeretaapian
badan usaha yang efisien dan profesional, menghadapi inersia
yang besar akibat pola pikir ketidakberdayaan, kemapanan 2.1. Pendahuluan
sebagai monopolis, dan lebih berorientasi kepada proyek.
Pada tahun 1995, pemerintah dengan bantuan Bank Dunia
Memperhatikan lingkup tantangan tersebut di atas, Tim Teknis melaksanakan program Railway Efficiency Project (REP) untuk
Revitalisasi membagi program Revitalisasi Perkeretaapian Nasional meningkatkan efisiensi sektor kereta api melalui reformasi
kedalam lima bidang besar, yakni : kelembagaan dan keuangan dan pembangunan beberapa koridor
penting, seperti Jakarta-Bandung. Salah satu strategi REP adalah
restrukturisasi Perumka menjadi PT Kereta Api ( Persero).
1) revitalisasi sektor perkeretaapian;
Walaupun beberapa target fisik pembangunan tercapai, namun
2) revitalisasi kelembagaan;
program REP ini tidak terlalu berhasil dalam melakukan perubahan
3) revitalisasi korporasi; dan
mendasar dalam pola pembiayaan dan dalam melakukan perubahan
4) pembangunan proyek-proyek jangka pendek.
manajemen dan budaya korporasi. Reformasi pembiayaan
perkeretaapian melalui skema PSO-IMO-TAC terkendala oleh
Keempat bidang tersebut dapat berjalan secara simultan,
absennya akuntabilitas dalam perhitungan subsidi, biaya operasi dan
walaupun ada ketergantungan satu sama lain. Revitalisasi sektor
pemeliharaan, dan tidak adanya dasar hukum yang kuat bagi
perkeretaapian merupakan acuan utama bagi revitalisasi
pengenaan track access charge khususnya dalam perbandingannya
kelembagaan dan korporasi. Untuk semua bidang revitalisasi,
dengan road user charge sebagai kompetitor.
termasuk pembangunan proyek-proyek jangka pendek, peran
Revitalisasi perkeretaapian nasional mendapatkan kembali
pemerintah masih sangat instrumental.
momentumnya saat UU NO.23/2007 diterbitkan. Banyak pasal
dalam UU tersebut yang mengamanatkan perlunya pemerintah
melakukan upaya revitalisasi dan restrukturisasi untuk
menyelamatkan perkeretaapian dari ancaman keterpurukan
berkepanjangan yang dapat membahayakan kelangsungan
pelayanan publik dan, bersamaan dengan itu, untuk memperbaiki
sistem transportasi nasional dan meningkatkan peran multimoda.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 4


2.2. Kereta Api dan Ekonomi menempatkan angkutan KA dalam gambar besar perekonomian
nasional merupakan tugas besar reformasi yang menyeluruh dari
Selama lebih dari seabad usia perkeretaapian nasional, kereta hulu sampai ke hilir dan yang menuntut komitmen dan dedikasi
api masih dianggap sebagai sektor pelayanan publik yang bersifat para pemangku kepentingan untuk merealisasikannya.
sosial dan secara tradisional sangat tergantung kepada pembiayaan
pemerintah. Sebagai moda angkutan masal yang efisien dalam
penggunaan energi, alokasi ruang, dan lebih ramah lingkungan,
Pasar Angkutan Penumpang PT KA (2007)
kereta api memiliki potensi besar untuk mendorong pergerakan Jabo Ekonomi
Lokal Ekonomi
perekonomian nasional. Menelantarkan sektor perkeretaapian 29,963,693
104,915,164
61%
Jabodetabek
sehingga tidak mempunyai interaksi langsung dengan 17%
118,095,697
68%
perekonomian dan produktivitas nasional serta tetap beroperasi Lokal Bisnis
3,258,673
secara tradisional bukanlah kebijakan yang tepat. Hal tersebut bukan 2%
saja membuat peran sektor perkeretaapian sangat tidak berarti, Ekonomi (KA Utama)
13,005,683
namun juga bertentangan dengan potensi kapasitas perkeretaapian 7% Jabo Ekonomi AC
Bisnis ( KA Utama) 604,587
nasional dalam menopang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan 5,823,088
Eksekutif (KA Utama) Jabo Komersial
0.3%
5,343,500 12,575,946
sistem logistik dan distribusi nasional yang lebih efisien. Untuk itu 3% 3% 7%

pemerintah memang tetap harus berperan besar dalam Gambar 2. Pasar Angkutan Penumpang KA
pengembangan perkeretaapian nasional, khususnya dalam
pengembangan jaringan infrastrukturnya. Juga, perkeretaapian harus
ditempatkan sebagai moda utama dalam sistem transportasi nasional Pada tahun 2007 angkutan penumpang KA berjumlah
dan tatanan transportasi wilayah dan sekaligus merupakan salah 175,490,334 orang terdiri dari pasar KA utama antar kota, KA lokal
satu pemeran penting dalam sistem logistik dan distribusi nasional. perkotaan dan KA Komuter Jabodetabek. Jenis pelayanan mencakup
kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. KA ekonomi mencapai 92% dari
2.3. Pangsa Pasar Perkeretaapian total produksi angkutan penumpang (lihat Gambar 2), termasuk
penumpang ekonomi di Jabotabek (68%), angkutan ekonomi lokal
Pandangan dominan bahwa kereta api adalah kekuasaan sektor (17%) dan KA utama ekonomi (7%).
publik telah menyebabkan stagnasi kinerja angkutan KA baik Di Jabodetabek mulai tahun 2007 diperkenalkan angkutan
penumpang maupun barang. Perubahan status Perumka menjadi PT ekonomi ber-AC, namun perannya relatif masih marginal yaitu
Persero ternyata juga tidak mendorong peran KA dalam sekitar 0.5 % dari total pasar KA Jabodetabek. Gambaran ini
perekeonomian secara berarti dan tidak merubah budaya korporasi menegaskan betapa krusialnya angkutan penumpang KA komuter
menjadi lebih profesional. Oleh karena itu upaya revitalisasi untuk

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 5


pada umumnya, serta Jabodetabek pada khususnya, dalam kebijakan
perkeretaapian, walaupun pangsa pasar KA di Jabodetabek sendiri
tidak lebih dari 2% dari total perjalananan (person trip) Metropolitan Sungai/ Kereta Api,
Penyebrangan, 0.60%
Jabodetabek yang tercatat sebesar 21 juta person trip perhari. 2%
Udara,
0.01%
Produksi angkutan barang pada tahun 2007 tercatat sebesar 4,4 Laut, 7%

triliun ton-km, utamanya terdiri dari barang negosiasi (96%) dan non
negosiasi (4%) seperti terlihat pada Gambar 3. Secara keseluruhan,
pangsa angkutan barang di Pulau Jawa dan Sumatera tercatat
sebesar 0.60 % dari angkutan barang nasional (lihat Gambar 4).
PT. KA pada tahun 2007 mencatat pendapatan dari angkutan Jalan,
90.30%
barang sebesar Rp 1,107 triliun dan dari angkutan penumpang
sebesar Rp 1,73 triliun. Pendapatan angkutan barang terbesar Gambar 4. Pangsa Angkutan Barang di P. Jawa dan Sumatera
berasal dari angkutan batu bara di Divre 3 Sumsel yakni Rp 670
miliar atau 60% dari pendapatan angkutan barang, disusul oleh Data-data di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai
angkutan BBM sebesar Rp 244 miliar (22%). Sisanya disumbang oleh lompatan besar pangsa pasar perkeretaapian, revitalisasi sektor
angkutan antaboga, semen, hasil perkebunan dan petikemas perkeretaapian perlu lebih diarahkan pada angkutan kereta api
(masing-masing berkisar berkisar antara 2%-3%), serta pupuk parcel penumpang (commmuter train) di kota-kota besar, dan pada angkutan
yang menyumbang dibawah 1%. komoditas batubara, pupuk dan produk kelapa sawit di Sumatera
Selatan dan di Pulau Kalimantan.
Selain itu, peningkatan peran KA perlu diarahkan untuk
BARANG NON menciptakan sistem transportasi multimoda/intermoda yang
NEGO.
191 (Ribu Ton x Km) memadukan KA dengan moda jalan raya, angkutan laut, dan udara.
4%

2.4. Rencana Induk Perkeretaapian

Pemerintah harus menjadi pelopor (champion) dan


BARANG NEGOSIASI menempatkan revitalisasi KA sebagai kebijakan arus utama dan
4,214 (Ribu Ton x
Km) berupaya secara sunguh-sungguh mencarikan sumber
96%
pembiayaannya. Anggaran pembangunan sektor perkeretaapian
Gambar 3. Produksi Angkutan Barang

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 6


perlu diperbesar dan pemerintah seharusnya menjadi pelopor bagi
terlaksananya pembiayaan dengan skema Public Private Partnership Tatanan Perkeretaapian Nasional
(PPP) dalam pembangunan perkeretaapian tersebut. Untuk itu
Rencana Induk Perkeretaapian mesti segera direvisi dan ditingkatkan Perkeretaapian Perkeretaapian Perkeretaapian
status legalnya menjadi suatu Peraturan Pemerintah atau sekurang- Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
kurangnya Peraturan Presiden.
Rencana Induk Perkeretaapian (RIP) harus semaksimal mungkin
memuat semangat reformasi yang terkandung dalam UU Rencana Induk Perkeretaapian
NO.23/2007. Selain faktor-faktor teknis seperti pembangunan
jaringan rel, penambahan sarana beserta pemeliharaannya, RIP oleh
karenanya harus memuat pokok-pokok Kebijakan, Regulasi, Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional Perkeretaapian Provinsi Perkeretaapian Kab./Kota
Program, Proyek, Rancangan Investasi dan Pembiayaan, Program yang ditetapkan oleh yang ditetapkan oleh yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pemerintah Daerah Pemkot./Pemkab
Partisipasi Sektor Swasta, Peran Pemerintah Daerah, dan
Kelembagaan yang diperlukan untuk mempercepat proses
revitalisasi perkeretaapian nasional. Gambar 5. Rencana Induk Perkeretaapian sesuai UU No. 23 Tahun 2007

Untuk itu disarankan agar pemerintah dalam tahun anggaran


2009 ini segera melakukan penyempurnaan (enhancement and up- 2.5. Transportasi Multimoda
grading) dari konsep cetak biru perkeretaapian nasional yang sudah
ada menjadi Rencana Induk Perkeretaapian Nasional dan melakukan Sistem Transportasi Multimoda adalah konsep ekonomi yang
upaya untuk memperkuat status legal RIP menjadi Peraturan legitimate untuk mendorong pergerakan ekonomi yang berorientasi
Pemerintah atau Peraturan Presiden sehingga memiliki legitimasi ekspor dan investasi, dan untuk menciptakan sistem logistik dan
yang kuat dan daya implementasi yang cepat dan sahih. distribusi nasional yang efisien. Sampai saat ini Indonesia belum
memiliki sistem multimoda tersebut, sehingga pergerakan orang dan
barang sangat tergantung kepada moda jalan yang kondisinya sudah
sangat jenuh dan macet sehingga meningkatkan biaya ekonomi.
Pemerintah perlu secara sistematis, terstruktur, dan terencana
mengembangkan sistem multimoda sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pergerakan ekonomi nasional. Investasi
pemerintah dan swasta dalam meningkatkan pangsa pasar
perkeretaapian oleh karenanya perlu diarahkan untuk menjadi
bagian utama terciptanya transportasi multimoda tersebut. Untuk itu

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 7


akses jalan KA ke pelabuhan untuk angkutan barang dan ke menjadi berkurang. Dalam kondisi krisis keuangan global saat ini,
lapangan terbang untuk angkutan penumpang harus dibangun. investasi swasta bahkan diperkirakan tidak akan terjadi dalam waktu
Peningkatan peran kereta api dalam perekonomian juga perlu yang cepat; investasi swasta skala besar akan menunggu waktu
dilakukan dengan membangun interaksi jaringan KA dengan yang tepat terutama terkait dengan kepastian regulasi, jaminan
kawasan industri, sentra pertanian, wilayah pertambangan, dan pemerintah, dan kepastian ke arah mana retrukturisasi kereta api
kawasan ekonomi khusus lainnya. Di daerah perkotaan, Kereta Api akan berlanjut
Kota harus berinteraksi dengan daerah pusat bisnis (Central Business Diperkirakan dalam waktu 10 tahun ke depan peran investasi
Districts), daerah permukiman dan pusat perdagangan. swasta ini hanya akan mencapai 10-20 persen dari kebutuhan
Untuk itu pemerintah perlu menetapkan dasar hukum yang investasi secara keseluruhan. Dengan demikian pemerintah tetap
kuat bagi pembangunan sistem tersebut berupa Peraturan harus menanggung bagian terbesar dari kebutuhan investasi dan
Pemerintah dibawah UU NO.23/2007, UU Jalan , dan UU oleh karenanya dituntut untuk memiliki komitmen politik dan
transportasi lainnya yang sudah direvisi dan yang sedang akan kesungguhan hati untuk membangun perkeretaapian nasional,
direvisi sehingga pembangunan sistem tersebut menjadi kuat dasar dengan meningkatkan anggaran pembangunan perkeretaapian
hukumnya. nasional menjadi 4 sampai 5 kali dari anggaran tahunan saat ini,
Oleh karena sifatnya yang inter sektoral, pemerintah melalui untuk kurun waktu sampai 10-15 tahun ke depan
Menteri Koordinator Perekonomian dan/atau Bappenas perlu segera Untuk itu, Menko Perekonomian bersama-sama dengan
mengambil inisiatif untuk melakukan kajian komprehensif tentang Departemen Keuangan, Bappenas, dan Departemen Perhubungan
Sistem Transportasi Multimoda, serta melakukan upaya koordinasi perlu mengkonsolidasikan upaya terpadu untuk peningkatan
dan konsolidasi yang kelembagaan, kebijakan tarif, dan peran sektor anggaran perkeretaapian, serta upaya menciptakan kebijakan,
swasta dalam investasi. Sementara itu Dephub, Departemen PU, dan regulasi, dan insentif bagi investasi sektor swasta dalam industri
Pemda secara bersama-sama menyepakati konsep transportasi perkeretaapian Indonesia, baik dengan skema PPP maupun dengan
multimoda dan secara terintegrasi membangun fasilitas interkoneksi investasi langsung. Selain itu, Departemen Keuangan, Bappenas, dan
antar moda, termasuk kemudahan interkoneksi jaringan KA dengan Departemen Perhubungan segera melakukan tinjauan kritis (critical
terminal angkutan darat, pelabuhan, dan lapangan terbang untuk review) terhadap mekanisme pendanaan PSO, IMO dan TAC dan
memfasilitasi peningkatan ekspor dan memperbaiki sistem logistik menerapkan berbagai perubahan kebijakan yang diperlukan untuk
dan distribusi nasional. meningkatkan efektivitas skema pembiayaan tersebut apabila
memang masih diperlukan
2.6. Pembiayaan Sektor Perkeretaapian

Membuka pasar industri dan pelayanan perkeretaapian bagi


investasi swasta tidak berarti bahwa serta merta investasi pemerintah

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 8


Tabel 1. Tantanan Pengembangan

Sasaran
Kondisi saat ini
2009 - 2020

Pangsa Angkutan Barang 0.7 % angkutan nasional 5 – 10 % Fokus pada angkutan komoditas
di Sumsel dan Kalimantan
Pangsa Orang 4% 20 – 25 % Fokus pada angkutan perkotaan

Kebutuhan Investasi 3.5 – 4.5 % triliun (2008) 121 T (Dephub – diluar software)
(Prasarana 70 %, Sarana 20 %, 115 T (LAPI ITB, 2006 – 2030)
Software 10 %)
150 – 200 T (Lingkup, harga teknologi)

Kebutuhan Investasi per tahun < 3.5 T 10 – 16 T 80 - 90 %


Investasi swasta 0 0.8 – 3.2 T 10 – 20 %

Sangat membutuhkan :

• Komitmen Peran Pemerintah


• Lompatan kemampuan daya serap kelembagaan
• Kesamaan visi antar departemen dan pemangku
kepentingan

2.7. Pendidikan Publik dan Pengayaan Budaya Perkeretaapian perkotaan, menyebabkan belum terbentuknya budaya modern
dalam sistem angkutan umum yang tercermin dari tingkat pelayanan
Sistem transportasi publik di Indonesia masih berada dalam operator maupun sikap dan perilaku penumpang.
tahap tradisional, dimana kenyamanan, keamanan, dan keselamatan Revitalisasi perkeretaapian harus menempatkan kereta api
penumpang belum mendapatkan perhatian yang memadai, baik dari sebagai moda transportasi modern yang mengutamakan ketertiban,
pemerintah. maupun dari operator. Tingkat pelayanan transportasi keamanan, kenyamanan, dan kebersihan. Oleh karena itu revitalisasi
publik yang buruk, khususnya kereta api, ternyata diimbangi oleh perkeretaapian harus mencakup juga revitalisasi budaya pengguna
buruknya tingkat kesadaran penumpang dalam menggunakan kereta api. Pemerintah perlu mengambil inisiatif untuk
fasilitas kereta. Kondisi tingkat ekonomi, budaya, disiplin, dan menyelenggarakan suatu kegiatan pendidikan publik dan pengayaan
pendidikan kebanyakan penumpang kereta api, khususnya KA
Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 9
budaya masyarakat pengguna kereta api untuk menciptakan budaya tugasnya membantu Tim Terpadu Revitalisasi Perkeretaapian, Tim
modern dalam menggunakan semua fasilitas perkeretaapian. Teknis akan mengundang para narasumber yang “prominent” dan
Dalam jangka pendek, operasi penertiban penumpang liar, pemangku kepentingan lainnya untuk melakukan dialog dan diskusi
penumpang atap kereta, dan premanisme di kereta dan di terminal tentang masa depan perkeretaapian nasional dan sepakat untuk
harus terus dilakukan. Dalam jangka menengah Dephub dan membuat formulasi kebijakan untuk suatu isu tertentu didalam
Depdiknas perlu melakukan pendidikan masyarakat dalam budaya perkeretaapian. Sudah saatnya masyarakat perkeretaapian Indonesia
modern menggunakan keretaapi. diikutsertakan dalam merumuskan kebijakan yang terbaik bagi
Desain stasiun diupayakan mendidik perilaku masyarakat agar pembangunan perkeretaapian kedepan.
berdisiplin dan ikut memelihara sarana publik. Sterilisasi stasiun dan Walaupun Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI) dapat
akses ke kereta perlu ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi diasosiasikan dengan tim terpadu pemerintah, akan tetapi forum
kebocoran penumpang tanpa bayar, maupun penumpang kelas dilaksanakan dengan semangat “independent”, bebas, dan netral.
ekonomi yang menumpang pada kelas non-ekonomi. Dalam jangka Tujuan utamanya adalah melakukan konsolidasi berbagai opini,
pendek-menengah, berbagai perbedaan kelas perlu dihilangkan, konsep, dan strategi yang ada di institusi pemerintah, BUMN, sektor
sehingga semua penumpang mendapatkan tingkat pelayanan yang swasta, dan pemangku kepentingan lainnya tentang isu-isu strtaegis
sama. Setelah itu dan bila dikehendaki, pemerintah nantinya dapat perkeretaapian nasional, terutama yang terkait dengan program
memberikan subsidi harga pada kelompok masyarakat tertentu revitalisasi setelah UU NO.23/2007 diberlakukan. Untuk setiap isu
(misal, kelompok raskin) sehingga yang bersangkutan dapat yang akan dibahas didalam FPI, Tim Teknis akan menyiapkan
membeli karcis dengan diskon, dan diskon tersebut yang nantinya Position Paper Formulasi dan konsolidasi tersebut dituangkan
ditagihkan kepada pemerintah sebagai Public Service Obligation kedalam Draft Policy Paper yang dikomunikasikan dengan
(PSO). pemerintah untuk mendapatkan semacam kesepakatan sebelum
Jenis dan tingkat pelayanan tunggal tersebut dengan sendirinya akhirnya menjadi suatu kebijakan yang akan diterapkan oleh
akan mempermudah pengendalian penumpang baik di stasiun pemerintah.
maupun diatas kereta, mempermudah pengendalian operasi-
perawatan, serta memperjelas penyaluran subsidi pemerintah
melalui skema PSO.
3. Revitalisasi Kelembagaan
2.8. Forum Perkeretaapian Indonesia
3.1. Pendahuluan
Revitalisasi mengandung pengertian keterbukaan, akuntabilitas
Permasalahan kelembagaan perkeretaapian nasional sudah
publik, dan dialog dengan seluruh pemangku kepentingan. Dalam
menjadi objek reformasi sejak lama. Restrukturisasi perkeretaapian

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 10


nasional telah berlangsung dalam beberapa tahapan mulai sejak Menurunnya kinerja perkeretaapian di dunia mendorong
lembaga Djawatan Kereta Api (DKA) dibentuk setelah kemerdekaan berbagai pemerintah menetapkan restrukturisasi perkeretaapian
tahun 1945, dan yang kemudian berubah status menjadi perusahaan secara mendasar, meninggalkan struktur monolitik kelembagaan
publik Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), lalu Perusahaan yang bersifat monopolis.Tujuan uatamanya adalah untuk
Jawatan (PJKA). Perubahan ke bentuk korporasi dimulai sejak meningkatkan inovasi dan efisiensi melalui kompetisi, dan
dirubahnya PJKA menjadi Perumka tahun 1991, kemudian menjadi mengurangi defisit dan beban subsidi. Tiga dimensi utama
PT. KA tahun 1998. Pada tataran pemerintah pusat upaya reformasi restrukturisasi perkeretaapian mencakup vertical structuring, private
ini ditandai dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Perkeretaapian sector participation (PSP), tingkat kompetisi. Dalam konteks
pada tahun 2007. Dalam perjalanannya hingga saat ini masih restrukturisasi vertikal terdapat lima opsi generik kelembagaan
tertinggal permasalahan mendasar tentang hubungan antara perkeretaapian (Worldbank, 1992) : i) monolitik ii) Lini bisnis iii)
kelembagaan pemerintah dengan korporasi dalam fungsi dan competitive access.iv) the “wholeseller” dan v) model jalan (rel) tol.
penyelenggaraan perkeretaapian. Digantinya UU 13/1992 dengan Kelima opsi tersebut akan menentukan hubungan antar lembaga di
UU 23 / 2007 membawa visi dan harapan baru dengan tatanan dalam entitas perkeretaapian, dengan entitas moda transportasi
kelembagaan perkeretaapian yang mencakup pembina (pemerintah), lainnya, dengan industri dan pasar yang dilayani serta fungsi yang
badan usaha penyelenggara, industri perkeretaapian, industri melekat di masing-masing lembaga.
konstruksi dan lembaga pendukung (pelatihan, pengujian, assosiasi, Pasal 50 UU NO.23/2007 mengatur bahwa satu jalur kereta
lembaga penelitian dan perguruan tinggi). api untuk perkeretaapian umum dapat digunakan oleh beberapa
Institusi pemerintah pusat yang terkait dengan penyelenggara perkeretaapian, yang menegaskan dimungkinkannya
perkeretaapian adalah Dephub sebagai regulator, Meneg BUMN competitive access. Perkembangan terakhir restrukturisasi korporasi
sebagai wakil pemegang saham pemerintah dalam korporasi PT KA, PT Kereta Api (Persero) menganut opsi campuran, dimana di Pulau
Depkeu sebagai otoritas penyelenggara keuangan negara, Bappenas Sumatera telah dibentuk divisi-divisi regional yang menyatu
sebagai perencana pembangunan nasional jangka menengah dan (integral) antara rel dan roda, dan di Pulau Jawa dibentuk lini-lini
jangka panjang, serta Menko Ekonomi sebagai integrator dari semua bisnis. Hingga saat laporan ini disiapkan, lini bisnis yang telah
kebijakan sektor dan lintas sektor. Untuk kedepannya, lembaga- dibentuk mencakup Divisi Sarana dan Divisi Pelatihan dan Properti,
lembaga tersebut perlu untuk menjadi faktor pemacu, katalisator, sedang yang masih tertunda pembentukannya adalah Divisi
dan integrator berbagi program dan aksi revitalisasi perkeretaapian. Angkutan Penumpang, Divisi Angkutan Barang dan Divisi
Program revitalisasi kelembagaan menjadi sangat penting supaya Pemeliharaan Infrastruktur (IMO). Belum tuntasnya restrukturisasi
birokrasi bergerak dengan semangat dan ritme yang sama dan justru ini menyebabkan lini bisnis atau anak perusahaan yang baru
bukan menjadi kendala bagi perubahan. terbentuk belum dapat bekerja sepenuhnya.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 11


Dalam laporan ini penyajian revitalisasi kelembagaan perkeretaapian kedepan. Juga, nampaknya pemerintah pusat belum
dikelompokkan menjadi dua yakni lembaga publik (pemerintahan) mampu untuk cepat tanggap terhadap inisiatif pemerintah daerah
dan lembaga korporasi. Bagian ini menguraikan esensi perubahan atau swasta untuk membangun perkeretaapian di daerah-daerah
dalam lembaga publik (pemerintah), dan selanjutnya dalam bagian 4 yang mempunyai potensi pasar yang besar. Di satu sisi pemerintah
dikhususkan bagi revitalisasi korporasi. daerah tidak memiliki kapasitas untuk membangun perkeretaapian
di daerah; di sisi lain pemerintah pusat tidak memiliki suatu cetak
3.2. Reposisi Peran Pemerintah Pusat biru yang solid mengenai arah kemana dan bagaimana
perkeretaapian daerah, akan dikembangkan.
UU NO.23/2007 menegaskan bahwa perkeretaapian dikuasai Untuk menyamakan persepsi dan visi dari berbagai institusi
oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah yang pemerintah pusat tentang masa depan perkeretaapian nasional
dilaksanakan oleh Departemen Perhubungan. Pembinaan oleh mutlak diperlukan adanya penetapan suatu RIP Nasional sebagai
pemerintah meliputi kebijakan, standar, kompetensi, keselamatan, satu-satunya dokumen perencanaan formal yang diacu oleh semua
dan arahan kepada pemerintah daerah. Kekuasaan pemerintah lembaga, yang merupakan konvergensi dan konsolidasi dari
(Depkeu, Bappenas, Dephub) untuk mengalokasikan anggaran berbagai institusi tersebut dan yang secara substantif sangat sahih
sebenarnya dapat menjadi alat kendali bagi kinerja tingkat pelayanan sehingga dapat melampaui batas-batas administratif politis.
perkeretaapian nasional selama ini. Namun selama ini nampaknya Dalam hal ini Tim Teknis sekali lagi berpendapat agar
tidak terjadi konsolidasi persepsi dan konvergensi politik anggaran pemerintah dalam tahun anggaran 2009 ini secara sangat serius
dari ketiga institusi pemerintah tersebut. Tidak berjalannya dengan melakukan pengayaan dan penyempurnaan dari naskah “blue print”
baik skema anggaran PSO-IMO-TAC menjadi bukti dari tidak yang ada saat ini menjadi RIP yang betul-betul disiapkan sebagai
terjadinya sinergi diantara institusi pusat tersebut. Selain ego dokumen formal perkeretaapian nasional dengan mengacu kepada
sektoral yang masih kental mewarnai sikap dan politik anggaran UU NO.23/2007, peraturan pemerintah yang terkait, tata ruang
perkeretaapian, pemerintah juga belum mencapai kesepakatan untuk wilayah nasional, sistem transportasi dan logistik nasional kedepan,
memandang perkeretaapian sebagai tulang punggung sistem dan potensi pertumbuhan perekonomian Indonesia jangka panjang.
transportasi nasional dan menempatkannya dalam arus utama Untuk itu RIP Nasional harus ditingkatkan status legal-nya
kebijakan. menjadi suatu Peraturan Pemerintah atau sekurang-kurangnya
Apabila tidak ada upaya integrasi dan rekonsiliasi, divergensi Keputusan Presiden.
kebijakan dan perbedaan pandangan dalam revitalisasi Selain hal-hal yang ditetapkan di dalam Pasal 8 UU
perkeretaapian akan makin nampak dalam upaya menterjemahkan NO.23/2007, RIP Nasional seharusnya juga memuat pokok-pokok
dan melaksanakan amanat pasal-pasal dalam UU NO.23/2007, dan kebijakan, regulasi, program, proyek, rancangan pembiayaan,
akan menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan partisipasi sektor swasta, pemerintah daerah, dan struktur

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 12


kelembagaan untuk mempercepat proses revitalisasi. Oleh karena itu manusianya maupun kapasitas kelembagaannya, apalagi
RIP Nasional bukanlah rencana induk sektor yang statis, melainkan kemampuan pengelolaannya.
suatu konsep dinamis ekonomi perkeretaapian dalam konteks Untuk reposisi peran pemerintah daerah dan dengan
perekonomian Indonesia kedepan. Untuk itu proses pemahaman bahwa keberadaan dan pengembangan perkeretaapian
penyempurnaannya harus melibatkan sektor-sektor ekonomi lainnya di daerah justru akan meningkatkan perekonomian daerah,
dan harus disinergikan dengan rencana induk moda transportasi diperlukan suatu mekanisme forum bersama antara pusat dan
lainnya, khususnya moda jalan raya. daerah untuk secara intensif meningkatkan komunikasi dan saling
Hal lain yang juga sangat mendesak adalah segera pengertian tentang perkerertaapian, rencana pengembangan, dan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang keterlibatan perannya dalam perekonomian. Forum bersama tersebut pada
pemerintah daerah dan swasta dalam penyelenggaraan prasarana saatnya ditingkatkan menjadi usaha bersama untuk memfasilitasi
dan sarana perkeretaapian. Dalam konteks ini, dengan inisiatif pemerintah daerah dalam peningkatan kualitas sumberdaya
KKPPI yang tertera dalam Paket Kebijakan Infrastruktur 2006, manusia dan kapasitas daerah, khususnya dalam pengembangan
dikehendaki agar segera dibentuk P3-Node di Departemen perkeretaapian dalam kaitannya dengan perekonomian daerah.
Perhubungan sebagai terminal terpadu untuk segala urusan investasi Dengan pemahaman yang sama tentang perkeretaapian dalam
pemda dan swasta dalam pembangunan infrastruktur konteks tata ruang dan perekonomian daerah, maka langkah
perkeretaapian. P3-Node akan memberikan fasilitasi kepada strategis lanjutannya adalah perlunya pemerintah pusat dan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menyiapkan pemerintah daerah bersama-sama mengembangkan RIP Provinsi dan
kelayakan proyek-proyek infrastruktur kereta api secara teknis, Kabupaten/Kota sebagai acuan pengembangan perkeretaapian
ekonomi, dan finansial, dan dengan demikian lebih siap dan sigap provinsi dan kabupaten/kota dengan tetap mengacu kepada RIP
untuk melayani inisiatif pemerintah daerah dan swasta. Nasional.

3.3. Reposisi Peran Pemerintah Daerah 3.4. Peran Sektor Swasta

Pemerintah daerah memiliki posisi kunci bagi kemajuan Disadari bahwa anggaran pemerintah tidak akan pernah cukup
perkeretaapian nasional, karena sebagian besar jaringan kereta api untuk membangun infrastruktur di seluruh wilayah geografis
dan infrastruktur pendukungnya berada di daerah. Namun, karena kepulauan Nusantara, termasuk untuk pembangunan infrastruktur
selama ini kewenangan teknis dan administratif pengelolaan perkeretaapian nasional yang akan menjadi tulang punggung
perkeretaapian berada di pemerintah pusat (Dephub dan PT. KA), angkutan masal baik di perkotaan maupun antar wilayah.
maka dalam masalah perkeretaapian pemerintah daerah tidak Monopoli publik selama ini menyebabkan investasi sektor
memiliki kompetensi, baik dalam hal kualitas sumberdaya swasta dalam bisnis perkeretaapian tidak bertumbuh. Juga, terdapat

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 13


persepsi di kalangan swasta bahwa investasi di sektor (c) investor swasta yang kuat dan fleksibel secara finansial yang
perkeretaapian masih mempunyai risiko yang besar dengan tingkat dapat menanggung risiko terakhir sebagai residual claimant.;
pengembalian modal (return) yang tidak memadai. Investasi (d) struktur proyek yang terancang dengan baik yang dapat
infrastruktur kereta api membutuhkan dana yang besar dan waktu meminimalkan risikonya dan dengan demikian akan
pengembalian yang panjang, sehingga investor swasta dan institusi mengurangi biaya finansial yang terlibat; dan
pembiayaan melihat adanya ketidakpastian yang tinggi, khususnya (e) sistem hukum dan peradilan yang efektif untuk menegakkan
terkait dengan risiko politik dan perubahan kebijakan pemerintah. perjanjian jangka panjang yang dibuat para pihak.
Bagaimanapun, minat sektor swasta untuk berinvestasi di sektor
perkeretaapian sudah mulai nampak walaupun masih terbatas. Secara umum, tidak semua proyek infrastruktur dapat
Inisiatif swasta dan atau pemerintah daerah untuk membangun melibatkan swasta dan, tidak kalah pentingnya, tidak semua swasta
perkeretaapian di Sumatera Selatan dan Kalimantan untuk angkutan dapat terlibat dalam proyek infrastruktur tertentu. Dari berbagai
batubara seharusnya disambut baik oleh pemerintah dengan inisiatif pengembangan perkeretaapian yang telah ada, secara
menyediakan fasilitas regulasi, kepastian usaha, dan insentif non- sepintas dapat diperkirakan bahwa keterlibatan peran swasta
fiskal yang mempermudah investasi. Demikian pula halnya dengan tersebut akan lebih terfokus kepada (1) investasi pada kereta api
inisiatif untuk membangun angkutan cepat masal di perkotaan yang perkotaan seperti Jabodetabek, dan (2) investasi kereta barang
datang dari swasta asing. Diperlukan kecepatan dan ketepatan dengan yang bersifat kontrak bilateral dengan offtaker yang jelas dan
Pemerintah untuk membuat keputusan dan menghadir-kan bankable.
kepastian berusaha. Industri dan jasa pelayanan angkutan penumpang dan barang
Investasi sektor swasta didalam pembangunan infrastruktur dapat menjadi layak secara finansial apabila terdapat permintaan
hanya mungkin terjadi apabila proyek yang ditawarkan oleh yang cukup dan bertumbuh pada koridor atau mempunyai potensi
pemerintah bersifat komersial, artinya layak secara finansial, ekonomi wilayah (hinterland) yang besar untuk membangkitkan
mempunyai tingkat pengembalian (return) yang tinggi, dan bersifat volume penumpang dan barang yang besar. Untuk proyek skala
full cost-recovery. Oleh karena itu keterlibatan investasi sektor swasta besar seperti pembukaan koridor baru atau divisi khusus angkutan
di dalam industri dan jasa perkeretaapian Indonesia difokuskan barang, kombinasi dari investasi swasta (domestik atau asing),
pada angkutan penumpang dan barang yang memenuhi syarat perlu investasi pemerintah daerah, dan investasi pemerintah pusat dalam
(necessary conditions), yakni: bentuk Public Private Partnership (PPP), apalagi dengan jaminan
(a) permintaan pasar yang kuat terhadap jasa angkutan kereta api; kepastian hukum dan regulasi, dapat mengurangi risiko usaha dan
(b) kejelasan dan ketegasan peraturan pemerintah untuk meningkatkan kelayakan finansial suatu proyek kereta api.
mengurangi risiko yang melekat pada proyek perkeretaapian Untuk mengantisipasi meningkatnya peran swasta tersebut,
yang bersifat jangka panjang; Departemen Perhubungan dianjurkan segera mengaktifkan PPP-

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 14


Node yang ada, khusus untuk mempersiapkan proyek-proyek sebagaimana tertuang dalam RIP, menjadi satuan program kegiatan
perkeretaapian yang dinilai layak untuk dikerjasamakan dengan yang manageable dan berkesinambungan. Ini termasuk kapasitas
sektor swasta atau yang ditawarkan kepada swasta untuk dibangun untuk melaksanakan berbagai proyek pembangunan yang sedang
dan dioperasikan. dan akan dilakukan untuk beberapa tahun kedepan.
Salah satu strategi yang bisa ditempuh untuk mengejar
3.5. Urgensi Penguatan Kapasitas Kelembagaan ketertinggalan kemampuan teknis operasional ini adalah dengan
melakukan outsourcing pelaksanaan proyek pembangunan jaringan
Revitalisasi perkeretaapian Indonesia adalah pekerjaan besar perkeretaapian kepada departemen lain (misal, Kementerian PU),
yang memiliki tantangan yang sangat besar pula. Pada tingkat sehingga tidak lagi terjadi kasus keterlambatan pelaksanaan berbagai
kebijakan, sektor ini membutuhkan adanya champion yang mampu proyek di lapangan seperti yang sering terjadi saat ini.
menyatukan visi antar lembaga negara, dan menjadikan kereta api Dalam upaya untuk menarik partisipasi pemerintah daerah
sebagai pilihan utama sistem transportasi nasional dan sekaligus dan swasta, sekali lagi dibutuhkan kapasitas kelembagaan untuk
sebagai motor pembangunan jaringan transportasi intermoda yang secara proaktif memilih dan menyiapkan berbagai proyek
terintegrasi. pengembangan yang memenuhi syarat perlu seperti yang telah
Kebutuhan investasi yang sangat besar, antara Rp. 120 triliun- dibahas di depan, mempersiapkan rancangan detail dan proses
200 triliun sampai dengan tahun 2020, atau rata-rata sekitar Rp 15 penawaran kepada calon investor yang teridentifikasi memiliki
triliun per tahun, membutuhkan kapasitas kelembagaan yang lebih kemampuan operasional dan dukungan finansial yang dibutuhkan.
kokoh, mengingat lembaga yang ada Ditjen KA-Dephub, PT KA) Pada saat ini, yang terjadi adalah Ditjen KA secara reaktif
hanya memiliki daya serap APBN yang relatif kecil saat ini. Pada menindaklanjuti proyek privatisasi keretaapi, tanpa memiliki
tahun anggaran 2009 ini, misalnya, Ditjen. KA hanya mampu program yang jelas, serta tidak memiliki dukungan kemampuan
menyerap sekitar Rp 4 triliun, padahal Departemen Keuangan telah untuk melaksanakan proses privatisasi tersebut sesuai dengan best
anggaran antara Rp 6 triliun-7 triliun. practices yang ada. Demikian juga, banyak sekali permintaan dan
Masih pada tataran kebijakan, Ditjen. KA sebagai ujung inisiatif dari pemerintah daerah di Sumatera dan Kalimantan untuk
tombak revitalisasi perkeretaapian nasional dituntut untuk pada membangun perkeretapian mereka, namun tidak segera tertanggapi,
tahun anggaran 2009 ini menuntaskan dan menyempurnakan “blue karena memang kurangnya kapasitas kemampuan untuk
print” yang ada saat ini menjadi RIP Nasional, dan RIP tersebut merencanakan dan melaksanakan proyek terpilih, maupun tiadanya
dapat ditingkatkan status legal-nya menjadi suatu Peraturan kemampuan untuk melaksanakan proses privatisasi yang terbaik.
Pemerintah atau sekurang-kurangnya Keputusan Presiden. Untuk itulah perlunya segera dibentuk P3-Node di Departemen
Pada tataran operasi pelaksanaan, dibutuhkan kapasitas Perhubungan sebagai terminal terpadu untuk segala urusan investasi
teknis-operasional yang secara rinci menterjemahkan kebijakan
dasar, strategi dan arah pengembangan perkeretaapian nasional

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 15


pemda dan swasta dalam pembangunan infrastruktur
perkeretaapian.
Saat ini nampaknya telah tumbuh persepsi bahwa dengan
4. Revitalisasi Korporasi
terbitnya UU NO.23/2007 dengan serta merta pemerintah daerah
dan swasta akan berbondong-bondong berinvestasi di industri 4.1. Arah Pengembangan dan Pengaturan Korporasi
perkeretaapian. Ini menjadi dasar munculnya proyek yang setengah
dipaksakan melibatkan swasta yang sudah dapat diperkirakan akan Arah pengembangan korporasi perkeretaapian, opsi serta
menimbulkan permasalahan tersendiri di belakang hari. Pendekatan kerangka pengaturannya sangat ditentukan oleh potensi dan target
lain yang lebih rasional adalah bahwa pemerintah melaksanakan pengembangan pasar angkutan KA yang diinginkan pemerintah.
sendiri pembangunan prasarana dan, setelah itu, baru mengundang Pasar angkutan riil yang sudah ada saat ini dilayani oleh badan
operator swasta untuk mengoperasikan sarana kereta api dengan usaha “incumbent” yakni PT Kereta Api Pesero yang harus senantiasa
memanfaatkan dan menyewa prasarana yang telah dibangun mengikuti dan menangkap potensi dan perkembangan angkutan
tersebut. pada koridor pelayanan yang sudah ada dan dapat dijangkau.
Oleh karena itu, salah satu pilar untuk suksesnya revitalisasi Sementara itu, potensi angkutan KA di wilayah atau pulau yang
perkeretaapian nasional adalah mutlak perlunya komitmen dan belum tersedia jaringan KA nya akan menjadi kesempatan bagi
kemauan politik pemerintah untuk secara konsisten membangun pemerintah untuk mendorong pembentukan badan usaha baru
daya angkut, karena sebagian terbesar (80%-90%) dari kebutuhan perkeretaapian.
investasi khususnya investasi prasarana akan menjadi beban Dalam jangka pendek, apapun bentuk restrukturisasi
pemerintah. Komitmen pemerintah tersebut bukanlah suatu karunia perusahaan PT KA kedepannya, ada keperluan mendesak untuk
Tuhan yang datang sendiri, melainkan memerlukan perjuangan meningkatkan daya kompetisi KA melalui peningkatan kapasitas
tersendiri untuk mendapatkan komitmen dan dukungan politik yang dan kualitas pelayanan perkeretaapian sesuai dengan tuntutan pasar.
berkelanjutan. Hal inilah yang terasa masih menjadi defisit kapasitas Ini mencakup kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas lintas,
kelembagaan, karena ternyata belum terwujud adanya konsensus, kecepatan operasi, ketepatan waktu, dan keselamatan. Potensi
kesatuan visi, serta dukungan pembiayaan pemerintah dalam pengembangan pasar termasuk pelayanan KA penumpang jarak
pembiayannya. menengah (KA regional) dan KA bandara.
Dalam lingkup angkutan KA barang potensi pengembangan
mencakup angkutan batubara di Sumsel, peti kemas dan
parse/barang bernilai tinggi di koridor-koridor padat, peti kemas
Gede Bage (Bandung) – Jakarta melintas wilayah Jababeka di
Cikarang, Cibungur; Pasuruan/Bangil - Tj. Perak; CPO di Sumut,

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 16


BBM di P Jawa Tj. Perak-Cepu- Cilacap, termasuk potensi semen dan terpisah. Bilamana bersambungan atau bersinggungan,
antaboga di P. Jawa. Untuk dapat menangkap semua peluang ini pembangunan dan pengoperasiannya dapat dilakukan atas dasar
hanya mungkin bila tingkat pelayanan KA ditingkatkan, antara lain kerja sama antar penyelenggaara prasarana. Satu jalur kereta api
melalui pengembangan kapasitas lintas, pengadaan rolling stock baru, untuk perkeretaapian umum dapat digunakan oleh beberapa
perbaikan fasilitas terminal, re-aktivasi gudang-gudang, pengadaan penyelenggara perkeretaapian. Semua ini berimplikasi perlunya
alat bongkar muat dan teknologi penunjang lainnya. membuka opsi bagi pengaturan dan kelembagaan perkeretaapian
Khusus untuk koridor padat seperti koridor pantai utara Jawa, yang dapat membuka akses bagi badan usaha sarana ke jalur kereta
koridor Jakarta-Bandung, dan lainnya pemerintah perlu menyiapkan api yang dikelola oleh perusahaan lain secara kompetitif (competitive
pengaturan tarif yang lebih kompetitif dan berkeadilan antara access) ataupun secara terbuka (open access) bila dilakukan pemisahan
angkutan penumpang KA dengan angkutan jalan tol, serta dengan vertikal. Berdasar asas skala ekonomi prasarana kereta api, beberapa
moda angkutan pelayaran dan udara. negara mempertahankan kepemilikannya oleh negara melalui
Untuk merealisasikan pengembangan ke peta potensi tersebut, pendanaan publik (APBN/APBD), namun pengelolaannya
cara yang nampaknya paling tepat dan cepat adalah dengan diserahkan kepada badan usaha terpisah (BUMN atau BUMD)
mempercepat revitalisasi korporasi PT KA. Artinya, PT KA sebagai melalui konsesi ataupun manajemen kontrak. Badan usaha
incumbent dengan aset yang dimilikinya harus semaksimal mungkin penyelenggara prasarana tersebut kemudian memungut biaya
diberdayakan untuk mencapai dan merealisasikan visi penggunaan prasarana kepada badan usaha penyelenggara sarana,
perkeretaapian nasional. Revitalisasi korporasi ini menjadi pekerjaan dengan formulasi pungutan ditetapkan oleh pemerintah sebagai
rumah yang sangat penting bagi pemerintah, sebagai lanjutan upaya pemilik prasarana sekaligus sebagai otiristas regulator.
yang telah dilakukan melalui langkah-langkah restrukturisasi Opsi pengaturan yang dipilih akan menentukan perjalanan
perusahaan selama ini. Cakupan restrukturisasi yang lebih luas restrukturisasi perusahaan yang bisa memakan waktu 7 sampai 15
dalam jangka menengah dapat terus ditindaklanjuti, ini mencakup tahun tergantung percepatan transformasi yang diinginkan
restrukturisasi neraca keuangan perusahaan, SDM, manajemen dan pemerintah. Dari uraian di atas, dapat dimengerti betapa pentingnya
strategi pemasarannya. kesepakatan daftar prioritas investasi di sektor perkeretaapian yang
Mengenai opsi pengaturan seperti yang diamanatkan dalam dapat menempatkan peran perkeretaapian secara berarti dalam
pasal 50 UU No.23/2007, jalur kereta api umum yang pergerakan perekonomian nasional dimasa mendatang.
diselenggarakan oleh beberapa penyelenggara prasarana
perekeretaapian dapat saling bersambungan, bersinggungan, atau

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 17


Tabel 2. Revitalisasi Korporasi PT. KA

Kondisi saat ini Sasaran 2009 - 2011

Lingkup Kegiatan ƒ Sebagai monopolis ƒ Menyelenggarakan prasarana dan saran,


ƒ Menyelenggarakan prasarana dan sarana divisi atau anak perusahaan

Menjadi 5-10 kali produksi saat ini pada


Target Produksi Pangsa pasar yang sangat rendah 2-5 kali produksi saat ini
tahun 2020

ƒ Secara operasional selalu rugi Pemerintahperlu membantu:


ƒ Leverage rendah tetapi EBITDA negatif atau kecil ƒ Memberi kelonggaran penetapan tarif
ƒ Struktur modal yang kuat
(± 50 M) sehingga tidak ada kapasitas meminjam yang lebih kompetitif ƒ Arus kas positif
ƒ Ekuitas kecil (3,6 T) dibanding skala operasi dan ƒ Mengatasi backlog prasarana dan sarana
Finansial ƒ Debt capacity yang besar (sebesar
rencana kedepan
ƒ Memperkuat struktur modal melalui ekuitas)
ƒ Menghadapi backlog prasarana dan sarana yang
inbreng asset dari investasi pemerintah ƒ IPO
sangat besar
ƒ Internal 350 M nantinya

Perbaikan tingkat keselamatan dan kualitas


Tingkat Pelayanan Rendah
pelayanan secara holistik

• Kualitas pendidikan yang tidak memadai • Profesional, akuntabel


• Resistan terhadap perubahan • Perbaikan kualitas SDM diserta perbaikan
Kualitas SDM
• Budaya ketidakberdayaan kesejahteraan
• Berorientasi pada proyek

Sangat membutuhkan :

• Komitmen Peran Pemerintah


• Peningkatan Efisiensi Operasi
• Peningkatan Service Level
• Perombakan manajemen dan perubahan
budaya kerja
• Penyegaran dan pengembangan SDM

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 18


4.2. Peran PT. KA Apabila waktunya sudah dianggap tepat divisi atau anak
perusahaan tersebut dapat dijadikan Badan Usaha Penyelenggara
Pasal 23 dan Pasal 31 UU No.23/2007 menegaskan bahwa Prasarana yang berdiri sendiri. Sementara itu pasar sarana dibuka
penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian umum untuk investasi swasta untuk menerapkan sistem multi operator
dilakukan oleh badan usaha sebagai penyelenggara, baik secara dengan membayar sewa (track access charge) kepada PT. KA sebagai
sendiri-sendiri maupun melalui kerjasama. Dalam hal tidak ada badan usaha prasarana. Dalam kurun waktu yang tinggal 15 bulan
badan usaha yang menyeleggarakan prasarana dan sarana lagi tersebut, masih ada tugas-tugas restrukturisasi korporasi yang
perkeretaapian umum, pemerintah atau pemerintah daerah dapat harus diselesaikan oleh pemerintah, yakni agar pemerintah segera
menyelenggarakan prasarana dan sarana perkeretaapian. Pasal-pasal melakukan: (1) audit menyeluruh terhadap PT. KA; (2) melakukan
tersebut menegaskan secara eksplisit tentang “Badan Usaha”, dan inventarisasi aset prasarana dan sarana PT. KA; (3) menegaskan
ditafsirkan sebagai langkah liberalisasi untuk membuka pasar status kewajiban pelayanan publik (PSO) dan program pensiun
perkeretaapian umum dan khusus kepada dunia usaha swasta. pegawai (Past Service Liability); dan (4) membuat neraca awal PT. KA
Restrukturisasi PT. KA terkait erat dengan opsi strategis yang Ini adalah pekerjaan besar dan membutuhkan kemauan politik,
terkandung dalam pasal tersebut yang memberikan kemungkinan komitmen, dan kesungguhan hati pemerintah untuk melakukannya
bagi badan usaha perkeretaapian yang berdiri sendiri atau yang secara konsisten. Untuk itu disarankan agar dalam tahun anggaran
melalui kerjasama. Ada 3 opsi yang mungkin mengenai 2009 ini tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan dan diselesaikan
penyelenggaraan prasarana perkeretaapian (jalur KA/rel, sistem dengan baik dengan menyertakan tenaga-tenaga yang kompeten,
sinyal/kontrol, dan stasiun), yaitu: (i) akan tetap dilakukan oleh PT. netral, dan profesional dalam bidangnya. PT. KA dituntut untuk
KA; (ii) dibentuk konsorsium yang merupakan kerjasama PT. KA secara sungguh-sungguh membantu tugas-tugas tersebut dengan
dengan perusahaan lain; dan (iii) pemerintah membentuk menyiapkan semua data dan informasi yang diperlukan
perusahaan /BUMN baru. Sesuai dengan pasal 214 UU No. 23/2007,
PT. KA tetap diminta menyelenggarakan prasarana dan sarana 4.7. Peningkatan Keselamatan Kereta Api
perkeretaapian dan diberi waktu selama 3 (tiga) tahun untuk
menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kinerja PT. KA dalam hal keselamatan menunjukkan perbaikan
UU tersebut. dalam periode 2003-2005, namun kemudian menjadi sangat
Apapun opsi final yang dipilih nanti, ada baiknya pemerintah memburuk untuk tahun 2006 dan 2007. Tingginya tingkat kecelakaan
(menerapkan opsi interim sebagai transisi untuk menjaga KA utamanya disebabkan kurang memadainya pemeliharaan sarana
kesinambungan operasi. Opsi interim tersebut antara lain adalah maupun prasarana, serta rendahnya disiplin pengguna jalan pada
dengan mengizinkan PT. KA membentuk divisi atau anak perlintasan sebidang. Tercatat, kecelakan KA yang paling banyak
perusahaan yang berdiri sendiri sebagai badan usaha prasarana. menimbulkan korban manusia adalah tabrakan KA dengan mobil

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 19


yang terjadi di pintu pelintasan sebidang tersebut, akibat tiadanya Faktor Penyebab Kecelakaan
pintu pelintasan, tidak berfungsinya lampu pemberhentian, kelalaian 400
penjaga, dan sebagainya. Di lain pihak, pengguna jalan juga kurang
350
disiplin dalam berlalu lintas. Kompleksitas dalam operasi
perkeretaapian menyebabkan bertambahnya ragam penyebab 300

kecelakaan yang berkaitan dengan kondisi organisasi. 250


Dalam keadaan dimana perangkat keras prasarana dan sarana
200
dalam keadaan prima, tetap saja terdapat kondisi laten yang dapat `
menimbulkan kecelakaan. Dalam keadaan dimana kondisi prasarana 150

dan sarana kurang terpelihara dengan baik seperti sekarang ini, 100
faktor manusia menjadi semakin menonjol. Untuk mengurangi
50
kecelakaan di masa depan, dibutuhkan kerja keras yang menyeluruh,
termasuk perbaikan dan pemeliharaan prasarana dan sarana, 0
2002 2003 2004 2005 2006
perbaikan organisasi dan sistem informasi keselamatan, serta
KA-KA KA-Ranmor Anjlog/Terguling Banjir/Longsor Lain-lain
penyegaran dan perbaikan sumber daya manusianya.
Gambar 6 : Faktor Penyebab Kecelakaan tahun 2002-2006
Keselamatan perkeretaapian adalah faktor yang mutlak yang
harus menjadi perhatian pemerintah sebagai regulator dan PT KA
sebagai penyelenggara operasi karena KA merupakan angkutan Pada dasarnya, kerangka model m_SHEL (management-
transportasi massal. Tingkat keselamatan yang tinggi menjadi tujuan Software, Hardware, Environware Liveware) dapat dijadikan rujukan
utama guna memberikan jasa pelayanan yang aman baik bagi dalam pencarian penyebab kecelakaan. Selama ini dalam setiap
penumpang dan pihak ketiga. Peristiwa kecelakaan KA seperti investigasi kecelakaan penyebab aktif seperti front liner human error
anjlok (derailment), tabrakan KA dengan KA masih sering terjadi sering menjadi kambing hitam, sementara penyebab pasif seperti
berulangkali dan dengan penyebab yang sama. manajemen ataupun hardware jarang terungkap sebagai penyebab
kecelakaan. Hasil investigasi sedapat mungkin dapat mengungkap
kesalahan pasif, untuk tidak terjadi pengulangan kecelakaan yang
sama dikemudian hari. Untuk itu iperlukan aturan dan prosedur
yang jelas untuk mengatur semua hal yang berkaitan dengan
keselamatan serta peningkatan teknologi keselamatan .
Terdapat sejumlah isu utama terkait dengan permasalahan
keselamatan operasi KA yang harus diperhatikan, yakni:

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 20


a. Identifikasi faktor penyebab masih tingginya tingkat kecelakaan 4.3. Peningkatkan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan
operasi KA di Indonesia
b. Penanganan kecelakaan lebih bersifat reaktif dan perlu lebih Salah satu tantangan utama yang dihadapi sektor perkeretapian
proaktif melibatkan operator dan regulator bersama-sama Indonesia pada umumnya dan PT. KA pada khususnya adalah
c. Fokus investigasi dan perbaikan lebih banyak pada faktor rendahnya tingkat pelayanan, baik dalam hal kenyamanan dan
manusia atau (maximum) interaksi human-machine. ketepatan waktu. Pada satu sisi, kondisi prasarana (rel, jembatan
d. Prosedur operasi perlu dimutakhirkan sejalan dengan KA, sistem persinyalan dan telekomunikasi KA) yang telah
perkembangan teknologi. melampaui umur teknis dan kurang pemeliharaan sangat
e. Sertifikasi dan standarisasi produk teknologi masih lemah menentukan tingkat pelayanan yang kurang memuaskan tersebut.
f. Sertifikasi bagi staf operator dan teknik perlu lebih diperhatikan. Sementara itu, kondisi sarana juga terus menurun karena sebagian
g. Regulasi perkeretaapian perlu peninjauan secara berkala besar telah melampaui umur teknis dan kurang pemeliharaan,
disesuaikan dengan tuntutan konsumen dan perkembangan sehingga mengakibatkan banyaknya sarana yang tidak siap operasi
teknologi. Khusus untuk pelayanan KA penumpang, hasil survei yang
h. Kelembagaan: PT KA sebagai operator sekaligus penerbit dilakukan PT. KA di Jabodetabek pada tahun 2007-2008 dengan
kelaikan operasi menyiapkan target dan rencana keselamatan menggunakan sample yang besar (dengan demikian tingkat akurasi
KA yang tinggi) menunjukkan bahwa ‘kenyamanan’ dan ‘keselamatan’
adalah faktor pelayananan yang dianggap sangat penting oleh
Untuk kedepannya, strategi peningkatan keselamatan operasi KA penumpang (baik penumpang ekonomi maupun non-ekonomi),
perlu lebih terarah dan mencakup: namun tingkat pelayanan aktual dianggap jelek/tidak memuaskan
a. Menyiapkan dokumen Safety management system (SMS) KA, oleh para penumpang.
sebagai rujukan dalam pengembangan keselamatan KA dalam
jangka pendek, menengah dan panjang.
b. Mengurangi resiko kecelakaan KA baik yang berakibat fatal
pada personal teknik dan operasi perkeretaapian, maupun
kerugian finansial operator perkeretaapian.
c. Mengurangi resiko kecelakaan pada pihak ketiga.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 21


Economy Non Economy

Sangat membutuhkan :

• Keselamatan dan Kenyaman dianggap penting


• Harga tidak dianggap penting
• Kesempatan penyesuaian tarif dan peningkatan
service level

Gambar 7. Service Level Kereta Api

Yang menarik dari hasil survei tersebut adalah bahwa faktor yang lebh berat, menciptakan cengkeraman struktural bagi PT KA
‘harga’ ternyata tidak dianggap penting, baik oleh penumpang untuk memperbaiki kinerjanya.
ekonomi maupun non-ekonomi, dan kedua kelompok penumpang Kedua kelompok penumpang ternyata memiliki persepsi dan
tersebut menganggap tingkat harga saat ini telah dianggap kepentingan yang berbeda mengenai faktor ‘ketepatan waktu’.
bagus/memuaskan. Hal ini bertentangan dengan anggapan selama ini Kelompok penumpang non-ekonomi menilai unsur ‘ketepatan waktu’
bahwa kereta api adalah ‘angkutan rakyat’ yang harus mengutamakan sebagai sangat penting, namun menilai kinerja PT. KA sebagai
harga yang murah. Dengan demikian, orientasi kebijakan untuk terus jelek/tidak memuaskan. Sebaliknya kelompok penumpang non-
mengedepankan harga sebagai kepentingan rakyat bisa salah arah dan ekonomi tidak menganggap ketepatan waktu sebagai hal yang penting
dan cukup puas dengan hasil kinerja PT. KA selama ini.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 22


4.4. Pemisahan dan Pembentukan Anak Perusahaan detail pembentukan kedua anak perusahaan ini akan di bahas lebih
lanjut pada bab tersendiri.
Belajar dari pengalaman reformasi perkeretaapian diberbagai
negara di dunia, perusahaan kereta api nasional (incumbent) selalu 4.5. Penyehatan Kondisi Finansial PT. KA
enggan mendukung agenda perubahan. Demikian juga dengan PT. KA
yang memiliki sekitar 26,000 karyawan yang secara tradisional Kondisi keuangan PT. KA ditandai oleh beberapa hal sebagai
memiliki ikatan kebersamaan yang sangat kuat juga tidak terkecuali berikut:
dan akan cenderung untuk menolak perubahan. Salah satu strategi (a) PT. KA mencatat keuntungan pada tahun 2005 dan 2006 dan
untuk melakukan perubahan mendasar adalah dengan melakukannya merugi (RP 40 milyar) pada tahun 2007, dan kembali untung
pada skala yang lebih kecil, dengan fokus dan lingkup dan jelas pada tahun 2008 (juga sebesar Rp 40 milyar)
sehingga dapat memperbesar kemungkinan keberhasilannya. (b) Divre 3 (Sumatera Selatan) menyumbang keuntungan terbesar,
Sebagai bagian dari upaya revitalisasi, pemerintah telah disusul oleh Jabodetabek, sedang 7 Daop lainnya tercatat merugi
menetapkan pemisahan dan pembentukan dua anak perusahaan, yaitu (c) Tiap tahun PT. KA mencatat kerugian usaha, walaupun telah
di Jabodetabek dan di Sumatera Selatan. Kedua unit usaha ini memiliki memperhitungkan PSO dari pemerintah.
nilai strategis yang sangat tinggi untuk mendukung keberhasilan (d) EBITDA (arus kas kegiatan usaha) juga negatif dan atau relatif
reformasi perkeretaapian. Seperti yang telah dibahas di depan, sangat kecil (2006-2008). EBITDA yang negatif atau kecil ini
peningkatan peran perkeretaapian dalam pergerakan ekonomi membuat kapasitas meminjam (debt capacity) dari PT. KA juga
nasional perlu untuk difokuskan kepada pertumbuhan angkutan sangat tidak berarti.
kereta api perkotaan (kasus Jabodetabek) dan angkutan barang- (e) Jumlah ekuitas tercatat sebesar Rp 3,65 triliun pada tahun 2007,
komoditas (kasus angkutan batubara di sumatera Selatan). temasuk bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya
Pembentukan kedua anak perusahaan tersebut diharapkan dapat sebesar Rp 1,05 triliun.
mempercepat proses revitalisasi induknya, PT. KA. Kedua anak (f) Tidak ada pinjaman bank. Dari sisi leverage, PT. KA kemungkinan
perusahaan tersebut akan menjadi model pengembangan kelembagaan bisa mendapatkan pinjaman sampai Rp 3 triliun (D/E =100%).
perkeretaapian, termasuk pengelolaan prasarana dengan seperangkat Tapi dari sisi kemampuan membayar, debt capacity PT. KA tidak
perjanjian yang sedang disiapkan (IMO, TAC, sewa sarana, memiliki kapasitas apapun untuk membayar pinjaman.
pelimpahan karyawan), dan persiapan operasi sebagai dasar untuk (g) PT. KA memiliki backlog prasarana, sarana dan sintelis yang
dapat beroperasinya multi-operator sarana. Pada sisi yang lain, dengan menurut perkiraan LAPI-ITB membutuhkan biaya sampai Rp 16
adanya kedua anak perusahaan tersebut juga diharapkan akan triliun hanya untuk mempertahankan kapasiatas angkut seperti
memperbaiki efisiensi dan tingkat pelayanan, karena mereka dapat sekarang. Jelas PT. KA tidak memiliki kemampuan finansial
lebih lentur dan cepat tanggap terhadap kebutuhan pasar. Secara lebih untuk mengatasinya.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 23


(h) Pendapatan PT. KA sangat tergantung pada penetapan tarif oleh investasi untuk mengatasi backlog, agar secepatnya diserahkan
pemerintah. Tanpa kebebasan yang lebih luas untuk menetapkan dan ditetapkan sebagai penyertaan modal pemerintah.
tarif tersebut, diperkirakan kondisi keuangan PT. KA juga tidak (4) Dari sisi PT. KA sendiri, banyak pekerjaan rumah yang perlu
akan membaik. dilakukan untuk menyehatkan kondisi keuangannya. Yang
pertama adalah menghilangkan kebocoran pendapatan seperti
Untuk menyehatkan kondisi keuangan PT. KA, ada beberapa yang terjadi di Jabodetabek di mana diperkirakan sekira 25%
langkah strategis yang struktural sifatnya dan perlu dilakukan sampai 50% penumpang tidak membayar. Yang kedua adalah
pemerintah, sebagai berikut: menekan efisiensi operasi dan memperbaiki sistem operasinya
(1) Memberikan ruang yang lebih besar bagi PT. KA atau anak sehingga juga mampu meningkatkan kualitas pelayanannya.
perusahaannya untuk menetapkan tarif yang lebih rasional dan (5) Dalam jangka menengah sampai 5 tahun kedepan, PT. KA perlu
kompetitif. Gagasan anak perusahaan PT. KA Commuter mempersiapkan diri untuk menjadi perusahaan publik karena
Jabodetabek untuk menetapkan tarif tunggal pada akhir tahun terbukti bahwa BUMN yang telah menjadi PT Tbk menjadi lebih
2010 dan skema subsidi pemerintah yang lebih transparan perlu profesional, lebih tansparan, dan mampu menjadi perusahaan
mendapat dukungan pemerintah. yang lebih kompetitif.
(2) Membantu PT. KA untuk mampu meningkatkan efisiensi dan
menekan biaya dan menghasilkan surplus EBITDA. Untuk itu, Sementara itu, banyak aset PT. KA yang juga merupakan aset
pemerintah perlu mengatasi backlog prasarana, sarana dan sintelis negara yang terbengkalai dan tidak dimanfaatkan bagi kemajuan
sebesar (sekira Rp. 16 triliun) dalam masa transisi 3 tahun sejak perusahaan dan perkeretaapian nasional. Bahkan banyak aset berupa
UU No 23/2007 disahkan yang, bila tanpa bantuan pemerintah, tanah dan bangunan yang diduduki oleh masyarakat atau pihak lain
PT. KA sangat kesulitan mengatasinya sendiri. tanpa kejelasan status hukum maupun komersialnya. Upaya
(3) Memperbesar ekuitas PT. KA, agar kedepannya PT. KA mampu pemerintah bersama-sama dengan PT. KA melakukan audit
ikut menanggung sebagian investasi jangka panjang yang menyeluruh dan inventarisasi aset, sebagaimana diamanatkan UU,
dibutuhkan untuk revitalisasi perkeretaapian nasional. Hal ini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk
dapat dilakukan dengan: (a) penyerahan berbagai aset negara mendayagunakan aset-aset tersebut. Untuk itu pemerintah dan PT. KA
yang telah dikuasai/dikelola oleh PT. KA namun belum perlu secara sungguh-sungguh melakukan audit menyeluruh tersebut
ditentuak statusnya, sebagai penyertaan modal, (b) revaluasi atas pada tahun anggaran 2009 ini, karena hal ini bukan saja sangat penting
aset yang ada/akan diserahkan kepada PT. KA dimana beban untuk meningkatkan pendayagunaan aset-aset tersebut, tetapi
pajak akibat capital gain akan ditanggung pemerintah, dan (c) sekaligus untuk memperkokoh struktur modal PT. KA.
investasi kedepan yang akan dilakukan pemerintah, termasuk

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 24


4.6. Perombakan Manajemen, Perubahan Budaya Kerja dan tercermin pada tataran pengambil kebijakan negara, pada tataran
Penyegaran SDM operasional PT. KA juga terpeta pola pikir dominan yang diwarnai
oleh budaya ketidak-berdayaan, pasif, dan yang berorientasi pada
Bilamana pada tataran pengambilan kebijakan negara terasa proyek.
sekali belum adanya kesamaan visi mengenai pengembangan
perkeretaapian nasional, pada tingkat operasional PT. KA juga
tertangkap berbagai perbedaan visi dan pandangan mengenai Profil SDM (Pendidikan)
pengelolaan perseroan. Direksi PT. KA bukanlah suatu tim manajemen
yang solid, manunggal dan yang memiliki kepemimpinan yang 30000 26089
25000
dibutuhkan untuk membawakan berbagai perubahan yang sedang
20000
dirancang. Kasus pemisahan dan pembentukan anak perusahaan di
15000 9942
Jabodetabek dan Sumatera Selatan, misalnya, menunjukkan tidak 6955 7914
10000
solidnya direksi PT. KA yang mengakibatkan lambatnya eksekusi
5000 0 93 462 467 256
detail yang diperlukan untuk tercapainya tujuan yang diancangkan. 0
Oleh karenanya, manajemen PT. KA memerlukan pembenahan yang

S3

S2

S1

D3

SD
menyeluruh untuk menjadikannya lebih profesional dan siap untuk

D
TA

TP

AH
<S
SL

SL

ML
berkompetisi.

JU
Perubahan sebagaimana diamanatkan UU yang menyangkut PT.
Gambar 8. Profil SDM (Pendidikan)
KA memerlukan perencanaan (misal, pemisahan dan pembentukan
anak perusahaan, audit dan penyusunan neraca awal perseroan),
penyusunan konsep beserta perangkat perjanjian atau petunjuk
pelaksanaan (misal, IMO dan TAC, pemindahan karyawan ke anak
perushaan) dimana banyak diantaranya yang memerlukan detail yang
jelas namun PT. KA sendiri belum pernah memiliki pengalaman untuk
melaksanakannya. Dalam hal ini, pembentukan anak perusahaan
seperti PT. KA Commuter Jabodetabek justru diharapkan mempercepat
proses tersebut dan membuat berbagai perangkat yang nantinya dapat
dijadikan model oleh PT. KA untuk pengembangan berikutnya.
Salah satu tugas terberat dalam upaya revitalisasi PT. KA adalah
perubahan pola pikir dan budaya kerja perseroan. Sebagaimana juga

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 25


memperbaiki kualitas pelayanan yag saat ini masih sangat jelek,
Profil SDM (Golongan) sebagaimana dibahas di depan.
PT. KA saat ini memiliki leibih kurang 26 ribu karyawan, dengan
30000 26089 profil demografis yang timpang, baik dari sisi umur dan tingkat
25000 pendidikan.
20000 16718 Salah satu pola-pikir yang dominan dari SDM perkeretaapian,
baik pada tataran pengambil kebijakan negara maupun pada tataran
15000
korporasi PT. KA, adalah kentalnya pola-pikir lebih mengutamakan
10000
4558 4596 supply driven melalui pengadaan dan penyelesaian proyek fisik atau,
5000 dengan perkataan lain, sangat berorientasi kepada proyek. Seringkali
217
0 suatu proyek fisik berakhir, tanpa memberikan hasil yang ditargetkan
IV III II I JUMLAH pada saat awal munculnya ide proyek tersebut. Kasus partial double
track koridor Bandung-Jakarta merupakan contoh klasik yang sering
Gambar 9. Profil SDM (Pendidikan) diungkap. SDM di bidang perencanaan di pemerintah pusat masih
sangat lemah sementara sinkronisasi dengan PT. KA dalam hal
Pola ketergantungan kepada pemerintah baik dalam hal perencanaan dan pengembangan jaringan prasarana maupun kualitas
investasi-pengembangan, penetapan tarif, pengadaan sarana, maupun tingkat pelayanannya belum terjalin baik, karena adanya perbedaan
subsidi selama berpuluh tahun telah menanamkan rasa persepsi dalam penetapan prioritas.
ketidakberdayaan yang akut dan berakar keseluruh tingkatan
organisasi PT. KA. Dalam beberapa hal budaya pasif ini telah menjadi
fatalistik dengan tumbuhnya ungkapan “sudahlah, memang tidak ada
yang bisa dilakukan.” Pihak pemerintah (Dephub) juga tidak
menolong, dengan ungkapan paternalistik seperti “tidak usah kuatir,
dalam keadaan apapun pemerintah tidak akan lepas tangan dan PT.
KA dijamin untuk untung dengan skema PSO.”
Sementara itu, status monopolistik yang selama ini dinikmati
oleh PT. KA juga menjadikan manajemen dan karyawan PT. KA
merasa mapan (complacent) dan menganggap tidak perlu ada
perubahan, apalagi yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
Sikap patron monopolistik ini telah mengabaikan kebutuhan untuk

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 26


pemisahan divisi/anak usaha prasarana; penggunaan teknologi
baru (misal, e-ticketing) ; dan penataan kembali pola operasi.
(2) Intervensi yang substansinya lebih terbatas dan terfokus, namun
dengan waktu yang sekaligus. Contoh introduksi perubahan dengan
cara ini adalah secara radikal penggantian manajemen PT. KA
dengan memasukkan profesional dari luar.
(3) Intervensi dengan substansi yang menyeluruh dan kompleks, serta
dilakukan secara bertahap. Contohnya adalah pendirian anak
perusahaan PT. KA Commuter Jabodetabek, atau menjadikan PT.
KA sebagai perusahaan terbuka (PT Tbk).
(4) Intervesi dengan substansi menyeluruh dan kompleks dan yang
dilakukan seketika. Intervensi ini revolusioner sifatnya. Misalnya
adalah menjual PT. KA kepada perusahaan asing.

Alternatif keempat bukanlah alternatif yang bijak, karena


Gambar 10. Pilihan Strategi Untuk Melakukan Perubahan
sifatnya yang revolusioner akan mendapatkan tantangan yang paling
Gambaran selama ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia besar, baik secara politis maupun teknis-operasional, sehingga akan
perkeretaapian nasional, baik pada tataran pengambil kebijakan sulit dilaksanakan. Pemerintah bersama PT KA sebenarnya dapat dan
baupun tataran korporasi, masih ditandai oleh rendahnya kesiapan telah melaksanakan ketiga alternatif yang lain, namun dalm
maupun kualitas SDM nya untuk melakukan perubahan. Walaupun pelaksanaannya terasa setengah hati dan terlalu banyak kompromi.
pada dasarnya manusia itu enggan untuk melakukan perubahan, Disamping tetap secara konsisten meneruskan strategi ketiga,
keengganan tersebut dapat diminimalisir oleh tingkat kualitas SDM yaitu pelepasan dan pendirian anak perusahaan Jabodetabek dan
serta strategi yang dipilih untuk memperkenalkan perubahan. Sumatera Selatan, pemerintah perlu secara serius memperkuat
manajemen PT KA dengan memasukkan profesional dari luar yang
Untuk mengatasi tantangan terhadap perubahan tersebut ada memiliki kemampuan dan pengalaman membawakan perubahan
beberapa strategi yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah signifikan dalam organisasi dormant seperti PT KA. . Terlepas dari
(Departemen Perhubungan, Meneg BUMN), sebagai berikut: strategi reformasi apa pun yang dipilih untuk melakukan perubahan
dalam merevitalisasi PT. KA, kesemuanya menuntut komitmen yang
(1) Intervensi yang substansinya lebih terbatas dan terfokus, dan dengan tinggi dari pemerintah, serta adanya champion yang secara cerdas dan
waktu yang ditahapkan. Contoh perubahan seperti ini adalah konsisten melakukan perubahan tersebut.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 27


5. Proyek Jangka Pendek

5.1. Pembentukan Anak Perusahaan KA Jabodetabek pengguna keretaapi dan atau pengguna lalulintas yang cenderung
tidak berdisiplin.
Sebagai langkah awal restrukturisasi PT KA, Pemerintah
melakukan pemisahan pengelolaan KA wilayah Jabodetabek dengan Secara spesifik, pembentukan PT KCJ ditujukan untuk:
membentuk anak perusahaan PT KA Commuter Jabodetabek (PT KCJ), (1) Menjadikan KA Jabodetabek menjadi tulang punggung dan
melalui Surat Nomor S-653/MBU/2008 Perihal Persetujuan Pendirian pilihan utama masyarakat Jabodetabek dan sekitarnya. KA
Anak Perusahaan dari Meneg. BUMN tanggal 12 Agustus 2008. Jabodetabek ditargetkan untuk mengangkut 2 juta penumpang
Tantangan utama yang dihadapai dalam penyelenggaraan KA per hari pada tahun 2012 dari sekitar 400 ribu orang/hari pada
Jabodetabek antara lain: saat ini.
(1) KA Jabodetabek menjadi pusat perhatian masyarakat dan media, (2) Memberikan tingkat keselamatan dan kualitas pelayanan yang
dan menjadi etalase perkeretaapian prima
(2) Mewakili sekitar 70% dari penumpang KA nasional, namun (3) Mencapai tingkat kesehatan finansial yang berkelanjutan dengan
hanya mengangkut 2%-3% dari trafik di Jakarta struktur modal yang kuat, efisiensi biaya, tanpa kebocoran
(3) Tingkat pelayanan (keselamatan, kenyamanan, ketepatan waktu) pendapatan dan kemampuan untuk memobilisasi sumber
dan banyak disorot media pendanaan eksternal
(4) Banyak pemangku kepentingan dan instansi yang terlibat, (4) Mendorong profesionalisme dan akuntabilitas
namun kurang koordinasi. (5) Menumbuhkan spirit berkompetisi, baik dengan operator KA lain
(5) Resistansi dari PT KA terhadap perubahan yang memang normal maupun jenis moda trasnport yang lain pula.
terjadi di negara manapun yang melakukan restrukturisasai
perkeretaapian. KA Jabodetabek memiliki beberapa faktor kunci keberhasilan
untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu:
KA penumpang Jabodetabek sesungguhnya mempunyai (1) Permintaan yang tinggi (sekitar 10 juta-12 juta penumpang
prospek yang sangat penting dalam penyelenggaraan transportasi di transportasi umum perhari) dan bertumbuh 9%-10% pertahun.
Ibukota Negara, namun tingkat pelayanan kereta api sampai saat di (2) Potensi migrasi dari moda transport yang lain, bila kualitas
wilayah ini masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan pelayanan pelayanan dapat ditingkatkan
kereta api di berbagai kota besar seperti Tokyo, Singapura dan Manila. (3) KA lebih bersahabat terhadap lingkungan dan lebih hemat energi
Beberapa penyebab rendahnya tingkat pelayanan kereta api (4) Dukungan pemerintah pusat (Dephub) yang kuat, serta minat
Jabodetabek adalah kondisi prasarana dan sarana yang sudah tua, pemda setempat yang tinggi untuk pengembangan angkutan KA
pemeliharaan yang kurangterbatas, kualitas SDM dan perilaku-budaya

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 28


(5) Potensi peningkatan pendapatan dari kelas non-ekonomi, yang PT KA Commuter Jabodetabek telah didirikan pada bulan
saat ini hanya mewakili 10% jumlah penumpang namun Oktober 2008, sementara dewan komisaris dan direksi perseroan telah
menyumbang 40% pendapatan. ditunjuk pada bulan Agustus 2008 yang sekaligus mempersiapkan
pembentukan anak perusahaan tersebut. Ijin usaha dan ijin operasi
Sementara itu, KA Jabodetabek saat ini ditengarai memiliki sedang di proses di Departemen Perhubungan dan diharapkan selesai
berbagai kendala operasional sebagai berikut: akhir Januari. Rencana Bisnis Jangka Menengah dan RKAT 2009 telah
a) stasiun tidak steril, sistem pembayaran tiket masih dengan uang selesai disiapkan yang nantinya akan menjadi basis untuk
tunai sehingga menimbulkan resiko kehilangan. Selain itu, dari berkoordinasi dengan berbagai pihak pemangku kepentingan.
total 57 stasiun di wilayah Jabodetabek, sebanyak 23 stasiun
masih dioperasikan oleh PT KA melalui Daerah Operasi I (Daop TARGET SISOPS KA JABODETABEK JANGKA PENDEK (< 3 TAHUN )
A NC OL TA NJU NGPRIOK
1) Jakarta
2 ,18 5 km 4 ,56 6 km
3,43 0 km
K P. BAN DA N
JAK ARTA KOTA
1,3 64 k m 1 ,44 4 km
AN GK E
b) Workshop Depok belum selesai dikerjakan, sementara kapasitas D URI
1 ,23 0 km
1 ,35 3 km JAYA KAR TA
Di po
Da o
RA JA WALI
1 ,93 0 km
Stasiun Besar
1,70 0 km 1 ,02 0 km
GR OGOL MA NGGA BESA R KEMAY OR AN
workshop Manggarai sudah tidak memadai untuk 1 ,5 14 km
3 ,0 36 k m

PESIN G
1 ,17 0 km
SAWA HB ESAR 1 ,43 6 km
Stasiun
2 ,4 34 km
TAMAN KOTA
0 ,7 10 k m
JUA ND A Halte Masih Aktif
pemeliharaan. 1,15 2 km 3,6 32 k m
BOJON GIN DAH PA SAR SENE N
Dip o 1 ,15 0 km
2,55 4 km RA WAB UA YA
T hb GAMBIR 1 ,5 68 km Halte Ti dak Aktif
KALID ERE S

c) Kapasitas Dipo hanya mampu menampung 408 unit kereta dan


2 ,4 98 km 1 ,04 0 km
TANA HA BAN G GAN GS ENTIONG
POR IS
1 ,78 0 km 1,94 4 km GONDA NGDIA 0 ,97 2 km
3,24 1 km 1,70 0 km m
B ATU CEPE R k
K RA MA T
pembangunan Dipo tergantung oleh pemerintah. 3 ,69 2 km
TANGER ANG
PA LMERA H
3,7 37 k m
T
E
R
A
28
,41
C IKINI
1 ,61 0 km
MAN GGAR AI 1 ,82 9 km

K N

d) Daya listrik belum memadai pada beberapa petak jalan,


Sta b l in g Tn g KE BAY OR AN A G PONDOKJAT I
M N 2 ,25 5 km
2 ,9 30 k m D ip o 1 ,23 6 km Di po
R
I A TEBE T
D P B ud J ng
PONDOKB ITUNG U M 1,52 0 km
A C AWA NG JATIN EGA RA
3,28 8 km S BY M ri 1,6 31 k m

pengelolaan listrik aliran atas masih di PT KA PONDOKR AN JI


2 ,18 4 km
M 1 ,47 5 km

1 ,65 0 km
DU REN KALIB ATACIPIN AN G
K LEN DER
1 ,76 1 km

JURA NGMANGU 3 ,10 0 km


PAS ARMINGGUBA RU
e) (Daop 1) dan pemeliharaannya tergantung pada pemerintah.
1 ,9 89 km
SUD IM A RA 1,6 95 k m
BUA RAN 1,3 05 k m
3,26 8 km PA SAR MIN GGU
2 ,95 5 km KLEN DER BA RU
C IATER 1,3 73 k m
1 ,2 78 km TA NJUN GB ARA T
2,4 60 k m C AK UNG
R AWAB UN TU 1 ,46 7 km
1 ,41 3 km LENTE NGAGUNG
1,1 75 k m R AWA BEB EK
S ERPONG 1 ,64 2 km
Sta b l in g Srp U NIV. PA NCA SILA
2,3 55 k m KR ANJI
f) Pembangunan dan pemeliharaan KA sangat bergantung pada 0 ,96 5 km
UN IV. IN DONES IA 2 ,5 20 km

SISTEM OPERASI “SHUTTLE” PON DOKC IN A


B EKA SI
pemerintah, sedangkan percepatan pertumbuhan angkutan akan
2 ,63 1 km

JALUR LINGKAR ( CIRCULAR LINE) = 29,7 38 km JNG–MRI–THB–DU–KPB–PSE–JNG 1 ,53 4 km D EPOKB ARU


Sta b li n g Bks
JALUR SELATAN (SOUTH LI NE) = 4 4,92 0 km BOO – MRI D EPOK
menjadi 5 kali dari sekarang.
D ip o
JALUR TENGAH (CENTRAL LI NE) = 9, 890 k m MRI – GMR - JAK De p ok 5 ,20 8 km
JALUR BEKASI ( BEKASI LINE) = 14,8 02 k m BKS – JNG
CITA YAM
g) KA Jabodetabek memiliki puluhan lintasan sebidang. Apabila JALUR SERPONG ( SERPONG LINE) = 23,2 78 k m
JALUR TANGERANG (TANGERANG LINE) = 19 ,297 km
SRP– THB
DU– TNG
5,19 5 km

JALUR TANJUNGPRIOK ( TANJUNGPRIOK LINE) = 8,1 15 km TPK– JAK B OJONGGE DE


terjadi penambahan kereta dan frekuensi perjalanan kereta api Headway bisa sampai 3menit. 4,32 7 km

CILEB UT
MASTE RPL AN KA JABOTABEK
maka perlintasan sebidang akan menjadi hambatan yang harus 7,51 8 km BERDASARKAN OPTIMALISASI ASET DANOPERASI
BOGOR
dipecahkan. Sta bl in g Bo o

Gambar 11. Trase Jabodetabek

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 29


Untuk mencapai tujuan di atas, masih ada beberapa pekerjaan pokok prasarana dan sarana yang sudah tua serta kualitas pemeliharaan
yang perlu diseesaikan, yaitu: yang kurang memadai.
1. Menyelesaikan penempatan modal disetor sebesar Rp 500 miliar
(2) Kualitas pelayanan yang kurang baik (keterlambatan angkutan,
dan inbreng sarana sekira Rp 250 miliar dapat diselesaikan
lemahnya penerapan aturan keselamatan)
sebelum akhir Juni 2009.
2. Mengalihkan wewenang pengelolaan stasiun dari PT KA ke PT (3) Program keamanan dan keselamatan lebih banyak dilakukan
KCJ, sekaligus untuk mulai program sterilisasinya. secara reaktif dan bukan secara preventif yang terprogram
3. Mengalihkan perawatan sarana dari PT KA ke PT KCJ untuk dengan baik.
memperjelas tanggung jawab dan memperbaiki service level
(4) Proses pengambilan keputusan memakan waktu dan cenderung
sarana
tersentralisasi di kantor pusat.
4. Mengimplementasikan sistem E- ticketing.
5. Menyerahkan pengelolaan bengkel dan dipo kepada PT KCJ. (5) Keterbatasan dana
6. Bekerjasama dengan Pemda untuk membangun fly over atau
underpass di lintasan sebidang, dan untuk memfasilitasi
Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, pemerintah
perpindahan penumpang antar moda transport (KA dengan
mengambil inisiatif untuk membentuk kerjasama melalui JVCo antara
busway, monorail dan lainnya).
PT KA dan PT TBBA Tbk, dimana PT TBBA akan melakukan investasi
7. Menyelesaikan status karyawan ex-PT KA yang diperbantukan di
penyertaan modal untuk yang akan digunakan untuk pengadaan
PT KCJ.
sarana dan perbaikan prasarana dan sekaligus sebagai off-taker dari
jasa angkutan batubara tersebut.
5.2. Penyelenggaraan KA Batubara Sumatera Selatan
Pada awalnya, struktur joint venture yang digagas adalah
Untuk mewujudkan crash program tambahan tenaga listrik sebagai berikut:
sebesar 10.000 MW, pemerintah telah menugaskan PT KA dan
(1) JVCo memiliki modal disetor penuh sebesar Rp 1,55 triliun
PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PT TBBA), untuk
dimana PT TBBA akan menyetor tunai sebesar Rp 464,2 miliar
bekerjasama meningkatkan kapasitas angkutan batu bara di Sumatera
untuk kepemilikan sebesar 30% dan PT KA dalam bentuk
bagian selatan dari 8 juta ton menjadi 20 juta ton per tahun.
inbreng sarana dan prasarana senilai sisanya (70%)
Tantangan utama yang dihadapi angkutan batubara di
Sumatera Selatan mencakup beberapa hal sebagai berikut: (2) PT KA memiliki haksi untuk membeli (call option) saham PT
TBBA dengan harga nilai nominal awal ditambah cost of fund
(1) Selama sepuluh tahun terakhir, terjadi penurunan dan kapasitas
sebesar SBI. Opsi ini berlaku dengan pemicu bila kapasitas
angkutan batubara yang utamanya disebabkan oleh umur

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 30


angkut telah mencapai 20 juta ton/tahun, yaitu diperkirakan Divre III Sumsel seperti yang selama ini dilakukan. Keterlibatan
dalam 3-4 tahun kedepan. PT. KA dalam skema JVCo adalah sebagai penyedia akses ke
prasarana, dengan menyertakan sejumlah lokomotif dan gerbong
(3) PT KA akan berperan sebagai operator KA sedang PT TBBA akan
kepada JVCo. Sedangkan PT. TBBA bertindak sebagai off taker.
membuat kontrak angkutan batubara berjangka 30 tahun dengan
JVCo. Dalam rancangan kerjasama tersebut, PT. KA mempunyai
kewajiban:
Yang menarik dari struktur JVCo yang direncanakan di atas
adalah adanya call option tersebut. Opsi dengan struktur yang a. Menyelenggarakan prasarana sebagai penerima konsesi dari
direncanakan sebenarnya secara finansial ekivalen dengn PT TBBA Pemerintah;
memberikan pinjaman kepada PT JVCo sebesar modal yang disetor, b. Menyertakan sebagian lokomotif dan gerbong yang ada;
dengan bunga pinjaman sebesar tingkat SBI per tahun. Karena harga c. Melakukan pengelolaan operasional kereta api angkutan
opsi tersebut telah ditentukan, sebenarnya nilai saham PT TBBA sudah batubara.
tetap dan tidak tergantung besarnya persentase kepemilihan saham
JVCo oleh PT TBBA. Berapapun persentase saham PT TBBA, misal 10% PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk mempunyai kewajiban:
atau 80%, nilai jualnya tetap sama seharga yang telah ditetapkan. Oleh
a. Bertindak sebagai off taker;
karenanya:
b. Melakukan penyertaan modal baru kepada JVCo
(a) Perbedaan pendapat mengenai besarnya persentase
kepemilikan saham PT TBBA salah arah, tidak berarti dan tidak Sedangkan JVCo mempunyai kewajiban:
ada gunanya.
a. Melakukan investasi baru (rolling stocks, loading, unloading facility)
(b) Struktur tersebut sebenanrnya sangat menguntungkanPT KA, b. Meningkatkan track termasuk single track ke double track;
karena mendapatkan dana kuasi pinjaman yang relatif murah. c. Membangun prasrana baru dan menyerahkan kepada PT. Kereta
Paling-paling ongkos tambahan yang muncul adalah besarnya Api (Persero), JVCo membayar TAC dengan diskon dan
persentase deviden yang disepakati menjadi hak PT TBBA. pengangkut lain membayar TAC dengan penuh;
d. Besaran TAC perlu dirumuskan dan dirundingkan;
e. Keseluruhan TAC diterima oleh PT. Kereta Api (Persero) cq.
Tim Teknis TRKA mengusulkan agar JVCo antara PT. KA dan Divre III, digunakan sebagai bagian untuk menutupi IMO khusus
PT. TBBA. Tbk difokuskan dan khusus khusus menangani angkutan bagi kereta api Sumsel.
batubara, sedangkan angkutan penumpang umum dan penugasan
PSO lainnya tetap didelegasikan kepada PT KA selaku penyelenggara
perkeretaapian nasional melalui organisasi internal terpisah yakni

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 31


Selanjutnya hak dan kewajiban para pihak tersebut perlu diatur masing – masing; (ii) memerlukan justifikasi dan rencana bisnis
secara detail dalam beberapa perjanjian tersendiri, termasuk hak opsi Divre III yang lebih menyeluruh.
yang diberikan kepada PT KA untuk membeli kembali kepemilikan f. PT JVCo menjadi model pengembangan usaha dan restrukturisasi
saham PT TBBA dengan harga yang telah ditentukan. Perangkat PT. Kereta Api (Persero) dalam hal : (i) Bentuk KPS termasuk
perjanjian tersebut mencakup juga Joint Venture Agreement, syarat perlu (necessary conditions) dapat terlaksananya PPP; (ii)
Shareholdders Agreement antara PT. Kereta Api (Persero) dan PT. Implementasi secara kecil untuk pemisahan pengelolaan sarana
Tambang Batubara Bukit Asam. Tbk; serta perjanjian Coal Transport dan prasarana, termasuk model perhitungan Track Access Charge
Agreement, dan Track Access Licensing and Operation Agreement antara [TAC] yang akan ditetapkan nantinya dan (iii) Tidak mengganggu
PT. JVCo dan. PT. Kereta Api (Persero). Selain itu, untuk menghindari rencana restrukturisasi PT. Kereta Api (Persero) secara
duplikasi peran dan sumber daya manusia yang diperlukan, PT JVCo keseluruhan maupun Divre III pada khususnya.
perlu melakukan kontak manajemen (Licensing And Operational
Management Contract) dengan PT. Kereta Api (Persero). Perkembangan terakhir adalah telah ditandatanganinya
Rekomendasi Tim Teknis tersebut dilandasi oleh pertimbangan Perjanjian Pemegang Saham Pembentukan JVCo pada tanggal 31
sebagai berikut. Oktober 2008, namun hingga laporan ini ditulis, belum jelas benar
kelanjutan dari pembentukan JVco di Sumatera Selatan.
a. Manajemen JVCo yang hanya menangani angkutan batubara akan
lebih fokus dan lebih sederhana sehingga lebih mempermudah
implementasinya, serta dapat dilaksanakan dalam kerangka 5.3. Pembangunan Jalur Kereta Api Bandara Soekarno Hatta
waktu yang dikehendaki.
b. Persetujuan pemegang saham minoritas PT. Tambang Batubara Saat ini akses dari kota Jakarta ke Bandara Soetta hanya dapat
Bukit Asam. Tbk dalam rangka keterbukaan informasi mengenai dijangkau dengan menggunakan jalan tol, yang pada jam-jam sibuk
benturan kepentingan juga lebih mudah diperoleh mengalami kemacetan yang parah. Bagi masyarakat umum, angkutan
c. Tidak melibatkan inbreng prasarana yang akan menimbulkan yang dapat digunakan menuju bandara hanya bus DAMRI dan taksi.
keruwetan hukum dan peraturan Terkait dengan keterbatasan angkutan umum ini maka Pemerintah
d. Tetap membuka kesempatan bagi PT KA untuk melakukan hal mengundang pihak swasta untuk membangun kereta api Bandara
semacam, misalnya JVCo untuk angkutan pupuk, sedang untuk Soetta. Sebelumnya, PT Railink yang merupakan konsorsium antara
angkutan batubaru tetap dilakukan oleh JVCo dengan PT TBBA. PT Angkasa Pura II dan PT Kereta Api telah melakukan studi dan
e. Alternatif yang lain, yaitu PT JVCo yang menangani seluruh persiapan pembangunan kereta api Bandara Soetta. Selanjutnya
kegiatan angkutan kereta api di Sumatera Selatan memiliki melalui pengumuman di media massa, Dephb telah menerima Letter of
kelemahan: (i) lebih kompleks dalam hal valuasi penyertaan Interest dari 7 (tujuh) badan usaha swasta, termasuk PT Railink, untuk

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 32


penyelenggaraan Perkeretaapian Bandara Soetta. Pada saat ini proses c. Secara keekonomian, KA Bandara Soekarno Hatta harus dilihat
pelelangan untuk pemberian konsesi tahap berikutnya sedang manfaatnya secara skala makro, dan bukan mikro perusahaan KA
berlangsung. Bandara Soekarno-Hatta. Agar sustainable, pemerintah perlu
segera mengambil beberapa langkah cepat dan tepat dalam
Terhadap rencana pembangunan kereta api Bandara Soetta ini, Tim pengadaan dan penyelenggaraan prasarana, sehingga
Teknis telah menyampaikan rekomendasi kepada Tim Pengarah. keikutsertaan swasta adalah untuk investasi dan pengoperasian
Rekomendasi Tim Teknis adalah sebagai berikut. sarana / rolling stocks.
d. Kondisi akses ke Bandara Soekarno-Hatta sudah sangat kritis
1. Pemerintah perlu melakukan intervensi langsung untuk yang memerlukan penanganan segera. Perluasan dan perbaikan
memastikan pembangunan KA Bandara Soekarno-Hatta. jalan tol yang ada tidak serta merta menyelesaikan masalah
2. Pemerintah perlu segera memastikan pembangunan e. Tender untuk perluasan untuk investasi KA Bandara Soekarno-
prasarana KA Bandara Soekarno Hatta untuk dialokasikan Hatta, jika akan tetap dilaksanakan, akan memakan waktu lama,
dalam Tahun Anggaran anggaran 2009 sebesar Rp. 1.0 triliun serta akan menimbulkan ketidakpastian dalam hal peran dan
dan Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp. 1.5 triliun. dukungan pemerintah (bagian investasi dan jaminan pemerintah,
3. Tender investasi yang akan dilakukan lebih difokuskan tarif serta subsidi).
kepada investasi dan pengoperasian sarana / rolling stocks
untuk KA Bandara Soekarno-Hatta.
5.4. Pembangunan Jalur KA Gedebage – Tanjung Priok
Rekomendasi tersebut diambil berdasarkan pertimbangan sebagai
Pada saat ini pelayanan angkutan barang menuju Pelabuhan
berikut.
Tanjung Priok menghadapi kendala keterbatasan kapasitas jalan raya
a. Bahwa dalam rapat dengan Wakil Presiden tanggal 20 Juni 2008,
sebagai satu-satunya moda angkutan yang ada, sehingga
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian / Menteri Keuangan
mengakibatkan seringnya terjadi kemacetan panjang. Hal ini
menyatakan komitmen dan dukungannya untuk mengalokasikan
menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan angkutan barang,
anggaran sebesar Rp. 20 triliun bagi revitalisasi sektor
pengguna jasa angkutan, dan perekonomian pada umumnya.
perkeretaapian untuk 3 (tiga) tahun kedepan.
Untuk mengatasi masalah ini Dephub sejak beberapa tahun
b. Secara informal Dirjen Anggaran Departemen Keuangan
yang lalu telah membangun jalan kereta api dari stasiun Pasoso di
menyampaikan bahwa disediakan tambahan anggaran sebesar
wilayah Jakarta Kota menuju kawasan pelabuhan PT JICT. Dengan
Rp. 600 miliar untuk pembangunan prasarana kereta api Bandara
demikian maka dapat dioperasikan angkutan barang dari stasiun peti
Soekarno Hatta khusus dalam Tahun Anggaran/TA 2009.
kemas Gedebage (Bandung) menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 33


Namun pelaksanaan pembangunan jalur kereta api Pasoso –
Tanjung Priok ini tidak berjalan lancar karena PT. JICT memberikan
ijin penggunaan lahan seluas 1,8 hektar, sedang yang diperlukan
adalah 2,2 hektar. Dalam upaya mempercepat pelaksanaan
pembangunan kereta api angkutan barang ini, Tim Teknis TRKA telah
mengundang pihak-pihak terkait agar tercapai titik temu yang
menguntungkan semua pihak, dengan menekankan perlunya
meningkatkan kontribusi kereta api dalam angkutan barang yang saat
ini masih sangat rendah (0,7 %). Melalui upaya yang intensif dari
Dephub dan Kementerian BUMN, PT JICT memberikan persetujuan
terhadap penggunaan sebagian areal konsesinya untuk pembangunan
stasiun kereta api peti kemas.

Tim Teknis merekomendasikan perlunya dilaksanakan strategi


pemasaran jasa angkutan petikemas yang efektif agar pemanfaatan
jalur kereta api petikemas Gedebage-Tanjung Priok tidak mengalami
kerugian yang dapat berakhir pada penghentian operasi sebagaimana
terjadi di jalur-jalur lain. Rekomendasi ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa menurut perkiraan LETMI ITB kereta api peti
kemas Gedebage-Tanjung Priok hanya mencapai 3-5 angkutan/hari
dalam 5 tahun yad, karena jenis barang yang diangkut dengan KA
terbatas pada heavy, chemical, and hazardous goods. Selain itu, dalam hal
waktu tempuh dan biaya, angkutan truk lebih menarik dibandingkan
angkutan KA dengan selesainya JORR pada tahun 2010.

Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 34


‰Matriks Revitalisasi Sektor Perkeretaapian,
‰Matriks Revitalisasi Kelembagaan,
‰Matriks Revitalisasi Korporasi dan
‰Matriks Proyek Jangka Pendek
LAMPIRAN 1 : MATRIKS REVITALISASI SEKTOR PERKERETAAPIAN

No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA

1. Kereta Api dan 1. Sektor perkeretaapian Pasal 3: Perkeretaapian 1. Amanat UU ini mengharuskan pemerintah untuk
Ekonomi masih dianggap sebagai diselenggarakan dengan menempatkan KA sebagai tulang punggung angkutan
sektor pelayanan publik tujuan untuk memeperlancar masal penumpang dan barang dalam menunjang
yang bersifat sosial dan perpindahan orang dan/atau tumbuhnya perekonomian nasional. Ini adalah tugas
sangat tergantung kepada barang secara masal dengan besar dan berat yang menuntut komitmen dan dedikasi
pembiayaan pemerintah. selamat, aman, nyaman, cepat, para pemangku kepentingan, khususnya Departemen
2. Tidak mempunyai interaksi dan lancar, tepat, tertib dan Perhubungan, untuk merealisasikannya dan
langsung dengan kegiatan teratur, efisien, serta serta merupakan reformasi yang menyeluruh dari hulu
perekonomian nasional menunjang pemerataan, sampai ke hilir.
dan sumbangannya pertumbuhan, stabilitas, 2. Peningkatan peran KA ini diarahkan untuk mendorong
terhadap PDB nasional pendorong, dan penggerak terwujudnya sistem transportasi multimoda/intermoda
tidak berarti pembangunan nasional. yang mengintegrasikan KA dengan moda jalan raya,
3. Kinerja angkutan Kereta angkutan laut, dan udara. Untuk itu akses jalan KA ke
Api baik untuk Pasal 7: Untuk mewujudkan pelabuhan untuk angkutan barang dan ke lapangan
penumpang maupun tatanan perkeretaapian terbang untuk angkutan penumpang harus dibangun.
barang selama satu dekade nasional ditetapkan Rencana 3. Interaksi KA dengan kawasan permukiman, kawasan
terakhir relatif rendah dan Induk Perkeretaapian industri, dan kawasan ekonomi khusus lainnya harus
stagnan. Nasional, Provinsi, dan direncanakan, dibangun, dan dicarikan sumber
4. Transformasi Perumka Kabupaten/Kota. pembiayaanny dengan melibatkan pemerintah daerah,
menjadi PT Persero tidak sektor swasta, dan industri.
merubah kinerja KA secara 4. Rencana Induk Perkeretaapian Perkeretaapian Nasional
berarti dan tidak merubah (RIP) yang ada perlu segera direvisi dan ditingkatkan
budaya korporasi menjadi status legal nya menjadi Peraturan Pemerintah atau
lebih profesional. sekurang-kurangnya Keputusan Presiden.
5. Tingkat kenyamanan, 5. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional memuat
keselamatan, dan pokok-pokok Kebijakan, Strategi Pengembangan
keamanan kereta api cukup Perkeretaapian, Regulasi, Program, Proyek, Rancangan
memprihatinkan dan Pembiayaan, Peran Sektor Swasta, Peran Pemerintah
belum baik. Daerah, dan tatanan kelembagaan yang diperlukan
6. Cetak Biru Perkeretaapian untuk mempercepat proses revitalisasi.
yang ada pada Ditjen KA/
Dephub bersifat
inkremental, dan lebih
berorientasi kepada
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
kumpulan proyek-proyek.
2. Pangsa Pasar 1. Dalam angkutan 1. Penjelasan Umum : 1. Pemerintah harus menetapkan angkutan cepat masal
Perkeretaapian : penumpang nasional, Kereta Api memiliki KA sebagai sebagai tulang punggung moda transportasi
a. Dalam Angkutan moda KA hanya berperan karakteristik dan umum baik di perkotaan maupun antar kota antar
Penumpang sekitar 7% dari total keunggulan khusus, wilayah.
pangsa pasar angkutan terutama dalam 2. Pemerintah dalam tahun anggaran 2009 perlu segera
umum (2008). kemampuannya untuk melakukan kajian komprehensif tentang peningkatan
2. KA Jabotabek bahkan mengangku orang dan peran angkutan KA dalam total angkutan penumpang
hanya berperan sekitar 4 % barang secara masal, nasional dan perkotaan, mencakup rancangan investasi,
dari pangsa nasional dan menghemat energi, skema pembiayaan, kelembagaan, dan peran
sekitar 2% dari jumlah menghemat penggunaan pemerintah daerah dan sektor swasta.
perjalanan orang di ruang, mempunyai faktor
(a) Secara hipotesa, dengan asumsi tidak ada kendala
Jabodetabek. keamanan yang tinggi,
anggaran dan investasi, pangsa pasar angkutan
tingkat pencemaran
3. Dalam 11 tahun terakhir, penumpang nasional dapat ditingkatkan menjadi
rendah, serta lebih efisien
produksi angkutan antara 10% - 20% pada tahun 2015 dan meningkat
dibandingkan dengan
penumpang dalam menjadi 25% pada tahun 2025.
moda transportasi jalan,
Penumpang-KM (b) Secara hipotesa, pangsa pasar Kereta Api
baik untuk angkutan jarak
mengalami penurunan. Jabodetabek dapat ditingkatkan menjadi antara 10
jauh maupun untuk
daerah perkotaan. % - 15 % pada tahun 2015 dan menjadi sekitar 20 –
25 % pada tahun 2025.
2. Peran perkeretaapian
perlu lebih ditingkatkan (c) Oleh karenanya, peningkatan pangsa angkutan
dalam upaya keretaapi penumpang dalam angkutan umum
pengembangan sistem nasional mesti difokuskan kepada peningkatan
transportasi nasional angkutan perkotaan (commuter train) seperti di
secara terpadu. Jabodetabek, Bandung, Surabaya dan Medan.
3. Pasal 130 : Perlu 3. Pemerintah harus meningkatkan anggarannya secara
dikembangkan potensi signifikan dan berkesinambungan (multi-years) untuk
dan ditingkatkan pembangunan infrastruktur dasar KA perkotaan dan
peranannya sebagai KA antar kota antar wilayah.
penghubung wilayah baik 4. Pemerintah juga harus terus mendorong terciptaknya
nasional maupun kondisi yang sangat kondusif dan termasuk berbagai
internasional. insentif untuk mengundang investor swasta berinvestasi
di industri perkeretapian, khususnya untuk angkutan
penumpang perkotaan.
.
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA

b. Pangsa Pasar 1. Dalam angkutan barang 1. Penjelasan Umum : 1. Pemerintah dalam tahun 2009 segera melakukan kajian
Dalam Angkutan nasional, moda KA hanya Kereta Api memiliki komprehensif tentang peningkatan peran angkutan KA
Barang berperan sekitar 0,67% karakteristik dan dalam total angkutan barang nasional termasuk potensi
(2008). keunggulan khusus, pengembangan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,
2. Angka yang sangat kecil terutama dalam beserta rancangan investasi dan pembiayaannya,.
dan sangat tidak berarti kemampuannya untuk (a) Secara hipotesa, pangsa pasar angkutan barang
tersebut menggambarkan mengangku orang dan nasional dapat ditingkatkan menjadi antara 2% - 3
bahwa KA hampir-hampir barang secara masal, % pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 5% - 10
tidak memiliki interaksi menghemat energi, % pada tahun 2025.
dengan ekonomi. menghemat penggunaan
(b) Dalam jangka pendek, peningkatan angkutan
ruang, mempunyai faktor
3. Dalam 11 tahun terakhir, barang perlu diarahkan ke pelabuhan Tanjung
keamanan yang tinggi,
produksi angkutan barang Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas di Pulau
tingkat pencemaran
dalam Ton-KM mengalami Jawa, angkutan batubara di Sumatera bagian
rendah, serta lebih efisien
kecenderungan stagnan. selatan dan di Kalimantan.
dibandingkan dengan
moda transportasi jalan, (c) Dalam program jangka panjang perlu diarahkan ke
baik untuk angkutan jarak pengembangan angkutan barang di Pulau Jawa,
jauh maupun untuk Sumatera, dan Kalimantan.
daerah perkotaan. 2. Pemerintah harus meningkatkan anggarannya secara
2. Peran perkeretaapian signifikan dan berkesinambungan (multi-years) untuk
perlu lebih ditingkatkan pembangunan infrastruktur dasar KA barang termasuk
dalam upaya jaringan rel persinyalan, serta pengadaan lokomotif dan
pengembangan sistem gerbong barang serta peralatan angkutan petikemas
transportasi nasional diberbagai daerah tersebut.
secara terpadu. 3. Pemerintah juga harus terus mendorong terciptaknya
3. Pasal 130 : Perlu kondisi yang sangat kondusif termasuk berbagai
dikembangkan potensi insentif untuk mengundang investor swasta berinvestasi
dan ditingkatkan di industri perkeretapian, khususnya angkutan barang.
peranannya sebagai 4. Pemerintah perlu capat tanggap untuk mengarahkan
penghubung wilayah baik dan memfasilitasi inisiatif swasta dan pemerintah
nasional maupun daerah untuk membangun perkeretaapian di daerah
internasional. mereka.
5.
2 Rencana Induk Belum ada perimusan Rencana Pasal 7, Penetapan RIP untuk Percepatan perumusan RIP, dan agar dapat dijadikan legal
Perkeretaapian Induk Perkeretaapian mewujudkan tatanan KA base sekurang-kurangnya Keputusan Presiden
3. Transportasi 1. Sampai dengan saat ini 1. Angkutan kereta api 1. Sistem Transportasi Multimoda/Intermoda adalah
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
Multimoda Indonesia belum memiliki dapat merupakan bagian konsep ekonomi yang legitimate untuk mendorong
Sistem Transportasi dari angkutan multimoda pergerakan ekonomi yang mendukung ekspor dan
Multimoda/Intermoda yang dilaksanakan oleh investasi, dan dalam menciptakan sistem logistik dan
yang terintegrasi secara badan usaha angkutan distribusi nasional yang efisien. Oleh karenanya,
kebijakan, program, multimoda. pemerintah harus secara sistematis, terstruktur, dan
kelembagaan, dan 2. Sistem perkeretaapian terencana mengembangkan sistem multimoda tersebut
pembiayaan. harus terintegrasi dengan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
2. Kemauan politik serta moda transportasi pergerakan ekonomi nasional.
intervensi pemerintah lainnya. (Pasal 6). 2. Pemerintah perlu meletakkan dasar hukum yang kuat
belum nampak. 3. Dalam melakukan untuk pembangunan sistem tersebut berupa suatu
3. Tidak adanya keterpaduan pembinaan Pemerintah Peraturan Pemerintah dibawah UU 23/2007, UU Jalan ,
multimoda tersebut telah dan Pemerintah Daerah dan UU transportasi lainnya yang sudah direvisi dan
menyebabkan angkutan harus mengintegrasikan yang sedang dan akan direvisi
penumpang dan barang perkeretaapian dengan 3. Karena sifatnya yang inter sektoral, Kantor Menko
sangat didominasi oleh moda transportasi Perekonomian dan atau Bappenas perlu melakukan
moda jalan raya. lainnya. (Pasal 15) koordinasi dan konsolidasi yang sungguh-sungguh
4. Sekitar lebih dari 90% dalam merealisasikan sistem multimoda tersbut, melalui
angkutan barang di Pulau kajian komprehensif tentang Sistem Transportasi
Jawa masih menggunakan Multimoda, kerangka hukum dan peraturan yang
jalan raya dengan Road diperlukan, inisiatif pengembangannya, kelembagaan,
User Costs yang makin kebijakan tarif, dan peran sektor swasta.
tinggi akibat kemacetan 4. Pembangunan dan revitalisasi perkeretaapian nasional
kronik, kerusakan jalan, dapat dipakai sebagai jangkar untuk pembangunan
harga bahan bakar minyak sistem transportasi multimoda. Untuk itu, Departemen
yang tinggi, dan pungutan Perhubungan, Departemen PU, dan Pemda secara
liar. bersama-sama perlu menyepakati konsep transportasi
multimoda dan secara terintegrasi membangun fasilitas
interkoneksi antar moda, termasuk kemudahan akses
antara rel dan stasiun KA dengan terminal angkutan
darat, pelabuhan, dan lapangan terbang.

4. Pembiayaan Sektor 1. Pembiayaan 1. Pasal 23 : Dalam hal tidak 1. Program revitalisasi sampai dengan tahun 2020
Perkeretaapian perkeretaapian nasional ada Badan Usaha yang membutuhkan investasi yang sangat besar, berkisa
masih didominasi oleh menyelenggarakan antara Rp. 150 triliun-200 trilyun, termasuk untuk
anggaran pemerintah prasarana perkeretaapian ekspansi infrastruktur (sekitar 70%), sarana (20%-25%)
melalui APBN dan umum, Pemerintah atau dan perangkat lunak (5%-10%).
pinjaman luar negeri. Pemerintah Daerah dapat 2. Dengan dasar hukum dan kelembagaan serta berbagai
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA

2. Pembiayaan sektor publik menyelenggarakan rangsangan insentif untuk melibatkan sektor swasta
tersebut seringkali sangat prasarana perkeretaapian. diperkirakan dalam 10 tahun ke depan peran investasi
tidak mencukupi untuk 2. PSO merupakan swasta ini hanya akan mencapai 10 – 20 % dari investasi
melakukan perawatan kewajiban pemerintah secara keseluruhan. Secara alami, investasi swasta
rutin dan periodik alat-alat yang dibayar kepada diperkirakan akan terfokus pada keretaapi angkutan
produksi seperti penyelenggara sarana. perkotaan untuk penumpang (commuter train) di kota-
infrastruktur rel, kota besar di Jawa dan Sumatera.
3. Pasal 153: TAC dibayar
persinyalan, dan alat-alat oleh penyelenggara 3. Dengan demikian pemerintah tetap harus menanggung
kontrol lainnya, serta prasarana kepada bagian terbesar, 80% - 90 % dari kebutuhan investasi
perawatan sarana gerbong pemerintah melalui badan secara kesuluruhan. Oleh karenanya, sangat diperlukan
dan lokomotif. usaha. komitmen politik dan kesungguhan hati untuk secara
3. PT KAI sulit melakukan konsisten membangun perkeretaapian nasional.
investasi untuk perluasan 6. Oleh karena itu pemerintah bersama DPR harus
jaringan dan pembelian meningkatkan anggarannya secara signifikan dan
sarana baru. berkesinambungan (multi-years) untuk pembangunan
4. Mekanisme pendanaan infrastruktur dasar KA barang termasuk jaringan rel
dengan skema PSO, IMO, persinyalan, serta pengadaan sarananya.
dan TAC tidak berjalan 4. Pemerintah juga perlu terus mendorong terciptaknya
baik sesuai dengan konsep kondisi, kebijakan, regulasi, dan berbagai insentif untuk
dan tujuannya. mengundang investor swasta berinvestasi di industri
5. Peran swasta masih sangat perkeretapian.
rendah. 5. Departemen Keuangan, Bappenas, dan Departemen
Perhubungan perlu segera melakukan tinjauan kritis
terhadap mekanisme pendanaan PSO, IMO dan TAC
dan menerapkan berbagai perubahan kebijakan yang
diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya.

5. Pendidikan Publik 1. Sistem transportasi publik Masyarakat wajib ikut serta 1. Pemerintah mensponsori suatu upaya nasional dalam
dan Pengayaan di Indonesia masih dalam menjaga ketertiban, melakukan proses informasi, pendidikan, dan
Budaya tahap tradisional, dimana keamanan, dan keselamatan partisipasi publik, khususnya penumpang KA, untuk
kenyamanan, keamanan, penyelenggaraan menciptakan budaya modern berdisiplin dalam
Perkeretaapian
dan keselamatan belum perkeretaapian. (Pasal 173) menggunakan semua fasilitas perkeretaapian.
mendapatkan perhatian 2. Dalam jangka pendek, operasi penertiban penumpang
yang memadai, baik dari liar, penumpang atap kereta, dan premanisme di kereta
pemerintah. maupun dari dan di terminal harus terus dilakukan.
operator.
3. Dephub dan Depdiknas melakukan pendidikan
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA

2. Tingkat pelayanan masyarakat dalam menggunakan keretaapi.


transportasi publik yang 4. Desain stasiun diupayakan mendidik perilaku
buruk, khususnya kereta masyarakat agar berdisiplin dan ikut memelihara sarana
api, ternyata diimbangi publik. Sterilisasi stasiun dan akses ke keretaapi perlu
oleh buruknya tingkat ditata sedemikian sehingga tidak ada lagi kebocoran
kesadaran penumpang penumpang tanpa bayar, maupun penumpang yang
dalam menggunakan membayar tarif rendah kemudian naik ke kereta yang
fasilitas kereta. bertarif tinggi.
3. Kondisi tingkat ekonomi, 5. Dalam jangka pendek-menengah, berbagai perbedaan
budaya, disiplin, dan kelas dalam angkutan keretaapi perkotaan (commuter
pendidikan kebanyakan train) dapat dihilangkan, sehingga semua penumpang
penumpang kereta api, mendapatkan tingkat pelayanan yang sama. Bila
khususnya KA perkotaan, dikehendaki, pemerintah dapat memberikan subsidi
menyebabkan belum harga pada kelompok masyarakat tertentu dan yang
terbentuknya budaya bersangkutan dapat membeli karcis dengan harga
modern dalam sistem diskon. Diskon tersebut nantinya akan ditagihkan
angkutan umum yang kepada pemerintah sebagai Public Service Obligation
tercermin dari tingkat (PSO). Hal ini bukan saja akan dapat mempermudah
pelayanan operator pengendalian operasi dan memperbaiki tingkat
maupun sikap dan perilaku pelayanan, namun juga menyederhanakan dan
penumpang. mentransparankan program PSO.
6. Forum Perkeretaapian 1. Revitalisasi perkeretaapian 1. Gagasan pengembangan perkeretaapian nasional,
Indonesia adalah pekerjaan besar sebagaimana yang akan tertuang dan Rencana Induk
yang mencakup perubahan Perkeretaapian nasional, mesti memiliki kesatuan visi
struktural dan kultural. yang jelas, difahami dan disepakati oleh para pemangku
2. Dalam melakukan kepentingan. Untuk itu pemerintah perlu membentuk
perubahan besar tersebut, suatu Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI) sebagai
pemerintah seringkali wahana komunikasi dan informasi dengan seluruh
bertindak secara unilateral, pemangku kepentingan dan masyarakat pengguna dan
parsial, dan lebih pencinta perkeretaapian
berorientasi pada proyek
2. Tim Teknis bertindak sebagai pelaksana FPI dan
tanpa melibatkan
dilakukan secara independent dan netral.
partisipasi para pemangku
kepentingan dan 3. Formulasi dari Final Policy Paper dari suatu isu strategis
masyarakat secara luas. perkeretaapian sebagai hasil diskusi FPI akan
3. Pengalaman menunjukkan dikomunikasikan kembali dengan pemerintah.
bahwa reformasi yang
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
dilakukan secara unilateral
4. Untuk mencapai semua tersebut diatas, Tim koordinasi
dan parsial tidak efektif
terpadu perlu mendapat dukungan politik dari para
dan seringkali gagal dalam
pemangku kepentingan serta masyarakat pengguna.
membuat perubahan yang
mendasar.
4. Tim koordinasi terpadu
pemerintah yang bertugas
mengkoordinasikan
perubahan kebijakan sektor
dan lintas sektor seringkali
kurang efektif dan terlalu
lama untuk menghasilkan
suatu perubahan.
LAMPIRAN 2 : MATRIKS REVITALISASI KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN

No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA

1. Reposisi Peran 1. Peran pemerintah sangat Pasal 13. Perkeretaapian dikuasai 1. Pemerintah segera merampungkan dan menetapkan
Pemerintah Pusat dominan namun kurang oleh negara dan pembinaannya Rencana Induk Perkeretaapian (RIP) Nasional
dapat memajukan dan dilakukan oleh pemerintah yang sebagai satu-satunya dokumen perencanaan formal
mengembangkan meliputi pengaturan, pengendalian, yang diacu oleh semua lembaga terkait. RIP Nasional
perkeretaapian menjadi dan pengawasan. Arah pembinaan harus ditingkatkan status legal-nya menjadi Peraturan
tulang punggung mobilitas adalah untuk memperlancar Pemerintah atau sekurang-kurangnya Keputusan
ekonomi nasional. perpindahan orang dan atau barang Presiden.
secara masal dengan selamat, aman,
2. Sinergi dan konsolidasi 2. Dephub mempercepat penyelesaian Peraturan
nyaman, cepat, tepat, tertib, teratur,
antara berbagai sektor Pemerintah mengenai keterlibatan pemda dan swasta
dan efisien. Sasaran pembinaan
terkait dalam pemerintah dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana
adalah untuk menunjang
sangat terbatas ditandai perkeretaapian.
pemerataan, pertumbuhan,
tidak berjaannya skema
stabilitas, pendorong, dan 3. Menyusun rencana investasi Pemerintah (APBN dan
anggaran PSO-IMO-TAC.
penggerak pembangunan nasional. APBD) Proyek Multi Years berdasarkan Rencana
3. Belum ada kesatuan visi Induk
Pasal 11: RIP ditetapkan oleh:
dari berbagai instansi
4. Tanpa mengesampingkan pembangunan
pemerintah pusat a. Pemerintah pusat untuk rencana
perkeretaapian lainnya, investasi pemerintah
mengenai arah induk perkeretaapian nasional;
seyogyanya difokuskan pada : a. Kereta api perkotaan;
pengembangan
b. pemerintah provinsi untuk b. Kereta api barang khususnya Sumatera, Jawa dan
perkeretaapian nasional
rencana induk perkeretaapian Kalimantan dan c. Kereta api di daerah tertinggal
4. Belum ada rencana induk provinsi; dan
yang sudah ditetapkan,
c. pemerintah kabupaten/kota
baik pada tingkat nasional,
untuk rencana induk
provinsi maupun
perkeretaapian kabupaten/kota.
kabupaten/kota
5. Pemerintah pusat belum
tanggap terhadap inisiatif
swasta dan pemda (kasus
di Sumatera, Kalimantan).
2. Reposisi Peran Secara umum lemah dalam Dalam hal tidak ada Badan Usaha 1. Dephub memfasilitasi pemda untuk mennyusun dan
Pemerintah Daerah kapasitas SDM dan yang menyelenggarakan prasarana menetapkan rencana induk perkeretaapian daerah
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
kelembagaan perkeretaapian umum, pemerintah
2. Dephub meningkatkan komunikasi dan memberikan
atau pemerintah daerah dapat
fasilitasi kepada pemda dalam peningkatan kapasitas
menyelenggarakan prasarana
SDM daerah
perkeretaapian. (Pasal 23)

3. Peran Sektor Swasta 1. Monopoli selama ini Pasal 23, 31. Penyelenggaraan 1. Keterlibatan investasi swasta dalam perkeretaapian
menyebabkan partisipasi prasarana dan sarana Indonesia perlu difokuskan pada angkutan
dan investasi sektor swasta perkeretaapian umum dilakukan penumpang dan barang yang memenuhi syarat perlu
tidak bertumbuh. oleh Badan Usaha, baik secara (necessary conditions), yakni: (a) permintaan pasar yang
sendiri-sendiri maupun melalui kuat; (b) kejelasan dan ketegasan peraturan
2. Monopoli publik
kerja sama. pemerintah untuk mengurangi resiko investasi
menumbuhkan persepsi
perkeretaapian yang bersifat jangka panjang; (c)
bahwa investasi di KA
investor swasta yang kuat dan fleksibel secara
mempunyai risiko yang
Pasal 1. Badan Usaha adalah Badan finansial yang dapat menanggung resiko terakhir
besar dengan tingkat
Usaha Milik Negara, Badan Usaha sebagai residual claimant.; (d) struktur proyek yang
kembalian yang kecil.
Milik Daerah, atau badan hukum terancang dengan baik yang dapat meminimalkan
3. ketidakpastian yang tinggi, Indonesia yang khusus didirikan risikonya dan dengan demikian akan mengurangi
khususnya resiko terkait untuk perkeretaapian. biaya finansial yang terlibat; dan (e) sistem hukum
kepastian hukum, dan peradilan yang efektif untuk menegakkan
perubahan politik dan perjanjian jangka panjang yang dibuat para pihak.
kebijakan pemerintah.
2. Dephub perlu segera membentuk P3-Node dan divisi
4. Secara parsial, minat sektor khusus dalam Node yang bkhusus menangani
swasta berinvestasi di perkeretaapian (contoh RVNL India), untuk
perkeretaapian sudah mempersiapkan proyek-proyek kereta api yang layak
mulai nampak walaupun secara finansial dan bankable. Dephub segera
masih menghadapi mempersiapkan program pelatihan dan pendidikan
kendala regulasi dan keahlian tentang PPP untuk mengisi tugas-tugas P3-
kelembagaan. Node tersebut.

4. Urgensi Penguatan 1. Belum ada kesatuan visi Memperkuat lembaga Ditjen Perkeretaapian untuk
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
Kapasitas dari berbagai instansi mampu
Kelembagaan pemerintah pusat
1. Merumuskan RIP pada tahun 2009
mengenai arah
pengembangan 2. Menterjemahkan RIP menjadi rangkain satuan
perkeretaapian nasional program kegiatan yang multi year sifatnya
2. Kapasitas absorsi APBN 3. Menyerap APBN menjadi Rp 10 -15 trilyun/tahun
sangat rendah dan terbatas
4. Menyiapkan proyek-proyek KA yang memenuhi
3. Ditjen KA hanya reaktif syarat perlu untuk mengundang partisipasi swasta
terhadap privatisasi
perkeretaapian, tanpa 5. Merancang dan melaksanakan privatisasi yang
program jelas dan tidak sesuai dengan best practices
memiliki kemampuan 6. Secara efisien dan tepat waktu melaksanakan
untuk melaksanakannya proyek-proyek pembangunan
sesuai dengan best
practices. 7. Bersifat proaktif dan cepat tanggap terhadap inisiatif
pemerintah daerah dan swasta
4. Persepsi yang salah bahwa
dengan UU No 23/2007 8. Melakukan pendekatan ke berbagai lembaga negara
pemda dan swasta serta lain untuk menyamakan visi, dan mendapatkan
merta berbondong- dukungan-komitmen pemerintah untuk
bondong berinvestasi, dan pelaksanaan RIP secara konsisten dan berkelanjutan.
pekerjaan pemerintah telah Dalam jangka pendek dan bilamana Ditejen KA belum
selesai. memiliki kapasitas kelembagaan seperti dimaksud diatas,
melakukan outsourcing kepada instansi pemerintah (misal
Departemen PU) atau lembaga lainnya.
LAMPIRAN 3 : MATRIKS REVITALISASI KORPORASI

No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA

1. Peran PT Kereta Api 1. PT. KAI (Persero) masih 1. Pasal 23 dan Pasal 31. 1. Sebaiknya pemerintah menerapkan opsi interim
(Persero) sebagai operator tunggal Penyelenggaraan prasarana dan sebagai transisi untuk menjaga kesinambungan
dan de-facto monopolis sarana perkeretaapian umum operasi. Opsi interim ini adalah melalui pembentukan
yang menguasai seluruh dilakukan oleh badan usaha sebagai divisi atau anak perusahaan yang berdiri sendiri
infrastruktur, sarana, dan penyelenggara, baik secara sendiri- sebagai badan usaha prasarana. Pada waktunya yang
bisnis jasa pelayanan sendiri maupun melalui kerjasama. dianggap tepat, divisi atau anak perusahaan tersebut
perkeretaapian. Pasal 33. Penyelenggaraan dapat dijadikan Badan Usaha Penyelenggara Prasaran
2. Belum ada kejelasan dan prasarana dan sarana yang mandiri, yang kendali kepemilikannya tidak lagi
konvergensi kebijakan perkeretaapian khusus dilakukan ada pada PT KAI.
pemerintah tentang peran oleh Badan Usaha untuk 2. Dalam masa transisi tersebut, pasar penyelenggaraan
PT KAI kedepan menunjang kegiatan pokoknya. sarana dibuka untuk investasi swasta untuk
khususnya yang terkait 2. Pasal 214. PT KAI tetap menerapkan sistem multi operator, di mana semua
dengan penyelenggaraan menyelenggarakan prasarana dan operator (termasuk PT KAI) akan membayar sewa
sarana dan prasarana sarana perkeretaapian berdasarkan (TAC) kepada divisi/anak perusahaan tersebut secara
perkeretaapian. UU 23/2007 dan memberi ruang paripasu.
gerak selama 3 (tiga) tahun kepada 3. Pemerintah perlu segera melakukan konsolidasi
PT KAI untuk menyesuaikan diri kebijakan dan memutuskan mengenai pemisahan
dengan ketentuan-ketentuan yang badan usaha penyelenggara sarana dan prasarana
diatur oleh undang-undang yang sebagai pedoman bagi PT KAI untuk melakukan
baru. langkah-langkah strategis restrukturisasi korporat-
nya.
2. Peningkatan 1. Rendahnya tingkat dan Pasal 3. 1. Pemerintah dan PT KAI perlu menempatkan
Keselamatan dan kualitas pelayanan, baik Perkeretaapian diselenggarakan dengan persoalan keselamatan dan kualitas pelayanan secara
Kualitas Pelayanan keselamatan, kenyamanan, tujuan untuk memperlancar perpindahan holistik. Hal ini menyangkut bukan saja peremajaan,
dan ketepatan waktu. orang dan/atau barang secara massal perbaikan dan pemeliharaan perangkat prasarana dan
2. Kondisi prasarana, sarana dengan selamat, aman, nyaman, cepat sarana yang ada, namun juga mencakup disiplin
dan sintelas telah dan lancar, tepat, tertib dan teratur, pemakai jalan dan kesadaran penumpang yang
malampaui umur teknis efisien. berbudaya, serta peremajaan dan peningkatan
dan kurang pemeliharaan kualitas SDM perkeretaapian.
sehingga berdampak 2. Pada tahaun anggaran 2009 ini, pemerintah bersama-
negatif yang besar terhadap sama dengan PT KAI segera melakukan audit
keselamatan dan kualitas menyeluruh dan inventarisasi aset sarana dan
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
pelayanan. prasarana yang merupakan langkah awal yang sangat
3. Penumpang KA menilai penting untuk mendayagunakan aset-aset tersebut.
bahwa ‘keselamatan’ dan
‘kenyamanan’ merupakan
hal terpenting bagi mereka,
sedang faktor ‘harga’
bukanlah prioritas mereka.
Hal ini bertentangan
dengan kebijakan
pemerintah selama ini yang
selalu menomorsatukan
harga diatas segalanya.
4. Disiplin pengguna jalan,
khususnya pada pelintasan
sebidang serta tiadanya
pintu lintasan atau tidak
berfungsinya lampu
pemberhentian menjadi
sebab utama tingginya
kecelakaan KA.
Pemisahan dan 1. Pengalaman 1. Pemerintah agar konsisten untuk meneruskan
Pembentukan Anak restrukturisasi pembentukan kedua anak perusahaan tersebut agar
Perusahaan perkeretaapian diberbagai terlaksana secepatnya. Kegagalan pembentukan
negara menunjukkan keduanya akan memberikan sinyal kegagalan
bahwa perusaahn kebijakan dan kesungguhan pemerintah.
incumbent seperti PT KAI 2. Pembentukan kedua anak perusahaan dapat
selalu enggan untuk mempercepat proses reformasi induknya, sekaligus
mendukung agenda dapat menjadi model acuan bagi pelaksanaan sistem
perubahan. intermoda, maupun menumbuhkan spirit
2. Tingkat resistansi atas berkompetisi dan untuk meningkatkan efisiensi dan
pembentukan anak kualitas pelayanan.
perusahaan di Jabodetabek
relatif lebih rendah
dibanding dengan yang di
Sumatera Selatan (melalui
JVCo). Hal ini
mencerminkan tingkat
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
kepentingan maupun
kompleksitas yang berbeda
diantara keduanya.

Penyehatan Kondisi 1. Secara operasional PT KAI Penjelasan Pasal 214. Pemerintah segera 1. Pemerintah perlu membantu PT KAI mengatasi
Finansial PT KA selalu merugi. Kerugian melakukan: (a) audit menyeluruh persoalan struktural yang dihadapi PT KAI, termasuk:
usaha ini ditutup oleh terhadap PT KAI; (b) melakukan 2. Memberikan kelonggaran dalam penetapan tarif
pendapatan diluar usaha inventarisasi aset prasarana dan sarana yang lebih rasional dan kompetitif
PT KAI; (c) menegaskan status kewajiban
untuk dapat membukukan 3. Membantu PT KAI mengatasi backlog prasarana,
pelayanan publik (PSO) dan program
keuntungan akhir pensiun pegawai (Past Service Liability); sarana dan sintelis agar mampu meningkatkan
2. Kerugian usaha tersebut dan (d) membuat neraca awal PT KAI. efisiensi dan menekan biaya
menyebabkan arus kas 4. Memperkokoh struktur modal PT KAI melalui
usaha (EBITDA) juga Pasal 3: inbreng asset dan sarana yang telah dikelola PT KAI,
negatif sehingga Perkeretaapian diselenggarakan dengan revaluasi aset dengan pajak tyang ditanggung negara,
sebenarnya PT KAI tidak tujuan untuk memperlancar perpindahan dan inbreng invetasi masa depan yang sangat besar
memiliki kemampuan orang dan/atau barang secara massal jumlahnya.
untuk meminjam. dengan selamat, aman, nyaman, cepat 5. PT KAI harus mampu menekan kebocoran
dan lancar, tepat, tertib dan teratur,
3. Jumlah ekuitas PT KAI pendapatan, serta meningkatkan efisiensi operasi.
efisien.
sebesar Rp 3,65 trilyun 6. Pemerintah bersama-sama PT KAI mempersiapkan
relatif kecil bila dibanding IPO agar PT KAI menjadi perusahaan terbuka.
besaran usaha dan
kebutuhan investasi di
masa depan.
4. Leverage PT KAI rendah
(nol) dan sebenarnya
memiliki kesempatan untuk
meminjam sekira Rp 3
smpai 4 trilyun. Namun
kesempatan ini tidak dapat
dipakai karena tiadanya
kemampuan untuk
mengembalikan
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
5. PT KAI menghadapi
backlog prasarana, sintelas
dan sarana yang besarnya
sekira Rp 16 trilyun, namun
PT KAI tidak memiliki
kemampuan apapun untuk
mengatasi backlog tersebut.

5. Perombakan 1. Direksi PT KAI tidak solid 1. Pemerintah (Dephub, Meneg BUMN) perlu
Manajemen, 2. Ketergantungan kepada menetapkan strategi perubahan korporasi yang
Perubahan Budaya dukungan keuangan terfokus, bertahap dan berkesinambungan untuk
Kerja dan pemerintah menyuburkan mengurangi resistensi terhadap perubahan.
Penyegaran SDM
rasa tak berdaya. 2. Komitmen politik yang tinggi dari pemerintah untuk
3. Status sebagai monopolis mendorong revitalisasi korporasi PT KAI.
membuat manajemen dan 3. Perlu kepemimpinan yang kuat, solid dan mampu
karyawan complacent dan bekerja secara tim untuk menjadi champion bagi segala
sukar untuk berubah. inisiatif untuk melakukan perubahan dan revitalisasi
4. Tidak ada insentif untuk PT KAI.
meningkatkan efisiensi
dan kualitas pelayanan.
5. Pola pikir supply-driven,
berorientasi pada proyek
fisik.
LAMPIRAN 4 : MATRIKS PROYEK JANGKA PENDEK

No Tantangan Sasaran Target Penyelesaian Saran TRKA Keterangan

1 Pembentkan Anak 1. Peningkatan pelayanan Sudah selesai Telah dibentuk Anak


Perusahaan KA perkeretaapian Perusahaan yaitu PT KAI
Jabodetabek Commuter Jabodetabek (PT
2. Perkeretaapian diharapkan
KCJ) sesuai dengan Surat
dapat menjadi backbone dalam
Nomor S-653/MBU/2008
angkutan darat, mengingat
Perihal Persetujuan Pendirian
beban jalan raya yang semakin
Anak Perusahaan dari
berat
Meneg. BUMN tanggal 12
Agustus 2008

2 Penyelenggaraan Peningkatan aksesibilitas Desember 2008 1. Pembentukan JVCo PT KA dan Telah ditandatangani
KA Batubara angkutan batubara untuk PT BA khusus menangani Perjanjian Pemegang Saham
SumSel mendukung proyek 10rb MW angkutan batubara saja Pembentukan JVCo pada
sedangkan angkutan tanggal 31 Oktober 2008
penumpang umum &
penugasan PSO lainnya
didelegasikan kepada PT KA
2. Keterlibatan PT KA dalam
skema JVCo sebagai penyedia
akses ke prasarana dengan
menyertakan sejumlah
lokomotif & gerbong kepada
JVCo dan PT sebagai off taker

3. Pembangunan Terciptanya alternatif transportasi 1. Pemerintah perlu intervensi 1. Telah disampaikan


Jalur KA Bandara menuju bandara, hemat waktu dan langsung dalam memastikan Undangan Nomor
Soekarno Hatta meringankan beban jalan raya pembangunan KA Bandara 013/PSBUP-
Soetta KA.BSH/XI/08 tanggal 17
November 2008 tentang
2. Pemerintah perlu memastikan
Prakualifikasi oleh Panitia
pembangunan KA Bandara
Badan Usaha
Soetta untuk dialokasikan pada
Penyelenggara
TA 2009 sebesar 1,0 Triliun dan
No Tantangan Sasaran Target Penyelesaian Saran TRKA Keterangan
TA 2010 sebesar 1,5 Triliun Perkeretaapian Bandara
Soetta pada 17 November
3. Tender investasi lebih
2008 ke 7 (tujuh) Badan
difokuskan pada investasi dan
Usaha yang telah
operasi sarana/rolling stock
menyampaian Letter of
Interest.
2. Dirut PT Railink telah
menyampaikan Surat No.
RL/DU/211/XI/2008
Tanggal 19 November 2008
Perihal
3. PenyampaianKelengkapan
Dokumen untuk
menjadikan PT Railink
sebagai Pemrakarsa
4 Pembangunan Meningkatkan aksesibilitas 1. Pengadaan lahan untuk
Jalur KA angkutan barang dengan pembangunan yang
Gedebage-Tj Priok menggunakan kereta api, serta direncanakan 2.2 Ha
meningkatkan share kereta api 2. Melakukan pembagian
untuk angkutan barang. kewenangan untuk
pengelolaanya , karena di
tempat tersebut terdapat
beberapa pihak
diantaranya PT JICT, PT
PELINDO II, PT KA,
Dephub

You might also like