Professional Documents
Culture Documents
Laporan Interim
2008
PT. KA dalam konteks beberapa hal termasuk restrukturisasi korporasi; dengan SNCF
Kata Pengantar Perancis dalam konteks KA Perkotaan; dengan JICT dalam konteks Akses KA ke
pelabuhan Tanjung Priok; dan dengan PT Bukit Asam dalam konteks KA Batubara
Sumatera Selatan.
Tim Terpadu Revitalisasi Perkeretaapian Nasional dibentuk dengan Surat Tim Teknis pun sudah beberapa kali bertemu dengan Direktur Jenderal
Keputusan Menko Perekonomian Nomor KEP-18/M.EKON/04/2008 tertanggal 3 Perkeretaapian selaku Ketua Tim Pelaksana untuk melaporkan beberapa rekomendasi
April 2008. Tugas Tim Terpadu adalah untuk mengkoordinasikan penyusunan kebijakan revitalisasi. Temuan dan rekomendasi terhadap beberapa proyek-proyek
kebijakan umum dan strategi percepatan revitalisasi perkeretaapian nasional; jangka pendek sudah dilaporkan kepada Wakil Presiden, Menteri Perhubungan, dan
merumuskan rencana tindak dan pelaksanaan revitalisasi perkeretaapian nasional; Menteri Negara BUMN.
menetapkan langkah-langkah strategis dalam percepatan pelaksanaan revitalisasi
perkeretaapian nasional; dan melakukan tugas terkait lainnya berdasarkan arahan Pada tahun 2009 direncanakan akan dilakukan serial diskusi dengan sektor
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. industri, akademi, dan beberapa asosiasi yang terkait dengan transportasi dan kereta
api. Semua rencana pertemuan dengan para pemangku kepentingan perkeretaapian
Tim terpadu terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan Tim Teknis. tersebut direncanakan akan dikemas dalam Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI).
Sementara itu Tim Teknis yang membantu Tim Pelaksana bertugas untuk:
Berikut ini disampaikan Laporan Interim yang berisikan berbagai rekomendasi
1. Melakukan evaluasi, menyempurnakan, dan menyusun rekomendasi terhadap: Tim Teknis terhadap isu-isu sentral dalam revitalisasi perkeretaapian nasional.
a) rencana pengembangan kelembagaan perkeretaapian nasional; Sementara ini, laporan difokuskan kepada revitalisasi sektor perkeretaapian,
b) rencana pengembangan jaringan perkeretaapian nasional; revitalisasi kelembagaan, revitalisasi korporasi, dan laporan tentang beberapa proyek-
c) rencana pengembangan industri pendukung perkeretaapian nasional; proyek jangka pendek. Pada dasarnya lingkup dari laporan sudah mencakup
dan sebagian besar dari tugas-tugas Tim Teknis sebagaimana disebutkan dalam SK
d) rencana investasi sarana dan prasarana serta investasi swasta dalam Menko Perekonomian.
pengembangan perkeretaapian nasional;
Laporan akan disempurnakan menjadi Laporan Akhir Tim Teknis sejalan
2. Melakukan pemantauan pelaksanaan kewajiban pemerintah terhadap eks. PNS dengan temuan dan rekomendasi terbaru yang didapatkan dari beberapa serial
Departemen Perhubungan yang dialihtugaskan kepada PT Kereta Api diskusi dalam FPI, yang juga merupakan forum untuk melakukan verifikasi dan
Indonesia; validasi terhadap beberapa konsep dan strategi revitalisasi perkeretaapian yang
3. Menyusun konsep restrukturisasi PT Kereta Api Indonesia dan rencana sudah dirancang sebelumnya.
pelaksanaannya; dan
4. Melakukan tugas terkait lainnya berdasarkan arahan Ketua Tim Pelaksana. Jakarta, 2009
Tim Teknis sudah bekerja selama delapan bulan dan sudah melakukan
beberapa pertemuan dengan para pemangku kepentingan, antara lain dengan
Herwidayatmo
Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam pembahasan tentang pengembangan KA Tim Teknis
Jabodetabek; dengan PT Railink dalam konteks KA Bandara Soekarno-Hatta; dengan Revitalisasi Perkeretaapian Nasional
i
IV. REVITALISASI KORPORASI
Daftar Isi 4.1. Pengantar 16
4.2. Peran PT Kereta Api Indonesia 19
4.3. Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan 21
KATA PENGANTAR i 4.4. Pemisahan dan Pembentukan Anak Perusahaan 23
DAFTAR ISI ii 4.5. Penyehatan Kondisi Finansial PT. KA 23
RINGKASAN EKSEKUTIF iii 4.6. Perombakan Manajemen, Perubahan Budaya Kerja dan 27
Penyegaran SDM
I. PENDAHULUAN
V. PROYEK JANGKA PENDEK
1.1. Latar Belakang 1
5.1. Penyelenggaraan KA Jabodetabek 28
1.2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 2
5.2. Penyelenggaraan KA Batubara Sumatera Selatan 30
1.3. Tantangan Kedepan 3
5.3. Pembangunan Jalur KA Bandara Soetta 32
5.4. Pembangunan Jalur KA Gedebage-Tanjung Priok 33
II. REVITALISASI SEKTOR PERKERETAAPIAN
3.1. Pendahuluan 10
3.2. Reposisi Peran Pemerintah Pusat 12
3.3. Reposisi Peran Pemerintah Daerah 13
3.4. Peran Sektor Swasta 13
3.5. Urgensi Penguatan Kapasitas Kelembagaan 15 ii
4% dari pangsa transportasi publik. Dalam 11 tahun terakhir, produksi
Ringkasan Eksekutif angkutan penumpang dalam Penumpang-KM mengalami stagnasi dan
penurunan.
6. Dalam angkutan barang nasional, moda KA hanya berperan sekitar
0,67% (2008). Angka ini sangat tidak berarti dan menggambarkan bahwa
PENGANTAR
KA hampir tidak memiliki interaksi dengan ekonomi. Dalam 11 tahun
1. UU No. 23/2007 menandai era baru perkeretaapian di Indonesia, dengan terakhir, produksi angkutan barang dalam Ton-KM mengalami
menghilangkan monopoli oleh pemerintah atau BUMN, serta membuka kecenderungan stagnasi.
peluang investasi oleh pemerintah daerah dan swasta untuk mendorong 7. Secara hipotesa, bila tidak ada kendala anggaran dan investasi, pasar KA
kompetisi dan peningkatan pelayanan. dalam angkutan penumpang dapat ditingkatkan dari 4% menjadi antara
2. Revitalisasi perkeretaapian nasional harus dilakukan secara 10%-20% pada 2015 dan meningkat 25% pada tahun 2025. Dalam jangka
komprehensif dari hulu sampai ke hilir, karena reformasi secara parsial pendek dan menengah, peningkatan peran KA untuk angkutan
kurang berhasil membuat perubahan yang signifikan. Revitalisasi juga penumpang perlu difokuskan pada angkutan keretaapi perkotaan
harus didukung oleh kemauan politik yang tinggi di birokrasi dan (commuter train). Sebagai contoh, pangsa pasar KA Jabodetabek dapat
parlemen serta penguatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan ditingkatkan menjadi sekitar 10%-15% di tahun 2015 dan menjadi sekitar
kualitas SDM perkeretaapian. 30% di tahun 2025.
8. Dalam jangka menengah dan panjang, peran KA dalam angkutan barang
REVITALISASI SEKTOR PERKERETAAPIAN perlu difokuskan pada angkutan batubara, pupuk dan kelapa sawit di
Sumatera dan Kalimantan, serta angkutan barang konsumsi di Pulau
3. Revitalisasi sektor perkeretaapian harus mampu menempatkan KA Jawa. Dalam jangka pendek, peningkatan angkutan barang lebih
sebagai moda utama dalam sistem transportasi nasional dan tatanan diarahkan kepada angkutan ke dan dari pelabuhan Tanjung Priok,
transportasi wilayah, dan sekaligus menjadi salah satu pemeran penting Tanjung Perak, dan Tanjung Emas di Pulau Jawa, serta angkutan
dalam sistem logistik dan distribusi nasional. batubara di Sumatera Selatan.
4. Pembangunan dan revitalisasi perkeretaapian nasional dapat dipakai 9. Program revitalisasi sampai dengan tahun 2020 membutuhkan investasi
sebagai jangkar untuk pembangunan sistem transportasi multimoda. yang besar yakni sekira Rp. 120 triliun-150 triliun untuk infrastruktur,
Untuk itu, Dephub, Departemen PU, dan pemerintah daerah secara serta sekira Rp. 30 triliun-50 triliun untuk pengembangan sarananya.
bersama-sama perlu menyepakati konsep transportasi multimoda dan 10. Pemerintah telah meletakkan dasar hukum, kelembagaan dan peraturan
secara terintegrasi membangun akses dan fasilitas interkoneksi antar untuk melibatkan investasi swasta di perkeretaapian. Diperkirakan
moda. dalam 10 tahun ke depan investasi swasta ini hanya akan mencapai 10%-
5. Dalam angkutan penumpang nasional, moda KA berperan sekitar 7% 20% dari investasi keseluruhan. Kedepannya, pemerintah tetap harus
dari total pasar angkutan umum (2008). KA Jabotabek bahkan hanya menanggung 80-90 % kebutuhan investasi dan dituntut untuk memiliki
berperan sekitar 2-3 % dari jumlah perjalanan orang di Jabodetabek, dan
iii
komitmen politik dan kesungguhan hati untuk membangun legal sebagai suatu Peraturan Pemerintah atau sekurangnya Keputusan
perkeretaapian nasional. Presiden sehingga secara substantif sahih dapat melampaui batas-batas
11. Oleh karena, itu pemerintah harus secara sungguh-sungguh: administratif politis.
a) dengan persetujuan DPR mengalokasikan anggaran multi-years yang 14. Pemerintah daerah memiliki posisi kunci bagi kemajuan perkeretaapian
memadai untuk program revitalisasi tersebut, baik dari sumber karena sebagian besar jaringan kereta api berada di daerah. Namun,
APBN maupun dari pinjaman luar negeri. pemerintah daerah tidak memiliki kompetensi yang memadai, baik
b) mengkonsolidasikan upaya terpadu untuk menciptakan kebijakan, dalam hal kapasitas kelembagaan maupun kualitas SDM nya. Untuk itu,
regulasi, dan insentif bagi investasi sektor swasta dalam industri Dephub dan pemda perlu bersama-sama mengembangkan RIP Provinsi
perkeretaapian Indonesia. dan Kabupaten/Kota sebagai turunan dari RIP Nasional, termasuk
c) membentuk suatu Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI) sebagai rencana tindak untuk penguatan kelembagaan perkeretaapian di daerah.
wahana komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan dan 15. Keterlibatan investasi swasta dalam industri perkeretaapian Indonesia
pecinta-pengguna perkeretaapian, untuk menyatupadukan visi akan terfokus pada angkutan penumpang dan barang yang memenuhi
pembangunan perkeretaapian nasional. syarat perlu (necessary conditions), yakni: (a) permintaan pasar yang kuat;
(b) kejelasan dan ketegasan peraturan pemerintah untuk mengurangi
risiko yang melekat pada proyek perkeretaapian yang bersifat jangka
REVITALISASI KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN panjang; (c) investor swasta yang kuat dan fleksibel secara finansial; (d)
struktur proyek yang terancang dengan baik yang dapat meminimalkan
risikon dan mengurangi biaya finansialnya; dan (e) sistem hukum dan
12. Investasi besar-besaran di sektor perkeretaapian sebesar Rp 12 triliun-15
peradilan yang efektif untuk menegakkan perjanjian jangka panjang
triliun per tahun sampai tahun 2020, memerlukan daya absorpsi serta
yang dibuat para pihak.
kapasitas kelembagaan yang kokoh, baik di Dephub maupun badan
16. Berdasar syarat perlu tersebut, diperkirakan bahwa keterlibatan swasta
usaha perkeretaapian. Selama ini Ditjen Perkeretaapian hanya mampu
nantinya akan lebih tepusat pada kesempatan investasi untuk angkutan
menyerap sekitar Rp. 4 triliun/tahun, dan oleh karenanya memerlukan
penumpang perkotaan (commuter train), serta angkutan barang-
pembenahan dan penguatan kapasitas kelembagaan secara mendasar.
komoditas di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
13. Terkesan kuat bahwa masing-masing pengambil kebijakan (Dephub,
Meneg. BUMN, Departemen Keuangan/Depkeu, Bappenas) maupun
PT. KA memiliki visi dan pandangan yang berbeda mengenai gagasan
pengembangan perkeretaapian, dan belum tercapai kesepakatan untuk
menempatkan perkeretaapian sebagai pilihan utama dalam kebijakan
transportasi nasional. Pemerintah perlu segera merampungkan dan
menetapkan Rencana Induk Perkeretaapian (RIP) Nasional sebagai
kesepakatan dan acuan bagi semua lembaga terkait dan dengan status
iv
17. Untuk mempersiapkan proyek-proyek kereta api yang layak secara
Tabel 1 finansial dan bankable serta membangun kemitraan yang sehat dengan
Tantangan Pengembangan sektor swasta yang credible, disarankan agar Dephub segera membentuk
P3-Node dengan divisi dalam Node untuk manangani perkeretaapian
Kondisi Sasaran
saat ini 2009 - 2020 seperti RVNLdi India.
18. Mengingat urgensi penanganan permasalahan perkeretaapian,
Pangsa Angkutan Barang 0.7 % nasional 5 – 10 % Fokus pada angkutan
komoditas di Sumatera dan pemerintah perlu untuk segera memperkuat kelembagaan Ditjen
Kalimantan
Pangsa Orang 4% Perkeretaapian, agar mampu untuk:
20 – 25 % Fokus pada angkutan (a) Merumuskan RIP Nasional pada tahun 2009
perkotaan
(b) Menterjemahkan RIP menjadi rangkaian satuan program kegiatan
Kebutuhan Investasi 3.5 – 4.5 % 121 T (Dephub – diluar software) multi year
triliun (2008)
(Prasarana 70 %, Sarana (LAPI ITB, 2006 – 2030) (c) Melakukan pendekatan ke berbagai instansi pemerintah untuk
20 %, Software 10 %) 115 T
(Lingkup, harga teknologi) menyamakan visi, dan mendapatkan dukungan-komitmen
150 – 200 T pemerintah untuk pelaksanaan RIP secara konsisten dan
berkelanjutan.
Kebutuhan Investasi per < 3.5 T 10 – 16 T 80 - 90 %
tahun (d) Menyerap APBN sebesar Rp 10-15 triliun/tahun secara efisien dan
Investasi swasta 0 0.8 – 3.2 T 10 – 20 %
tepat waktu melaksanakan proyek pembangunan perkeretaapian
(e) Menyiapkan proyek KA yang memenuhi syarat perlu untuk
partisipasi swasta
(f) Merancang dan melaksanakan privatisasi yang sesuai dengan best
practices
Sangat membutuhkan :
(g) Bersifat proaktif dan cepat tanggap terhadap inisiatif pemerintah
• Keselamatan dan Kenyamanan dianggap
penting daerah dan swasta
• Harga tidak dianggap penting
• Kesempatan penyesuaian tarif dan (h) Dalam jangka pendek dan bilamana Ditjen KA belum memiliki
peningkatan service level kapasitas kelembagaan seperti dimaksud diatas, melakukan
• Lompatan kemampuan daya serap
kelembagaan outsourcing kepada instansi pemerintah lain (misal Departemen PU)
• Kesamaan visi antar departemen dan
pemangku kepentingan
atau lembaga lainnya.
v
REVITALISASI KORPORASI mereka. Hal ini bertentangan dengan kebijakan pemerintah selama ini
yang selalu menomorsatukan harga diatas segalanya.
19. Waktu tinggal 15 bulan lagi bagi PT. KA untuk melakukan
restrukturisasi korporasi sesuai dengan amanat UU NO.23/2007. Berart,
PT. KA perlu segera membenahi diri untuk berperan lebih besar dan Penyehatan Kondisi Finansial PT. KA
mampu berkompetisi secara sehat. Kesemuanya menuntut perbaikan 24. Kesehatan finansial PT. KA selama ini sangat memprihatinkan:
kapasitas kelembagaan, budaya manajemen, profesionalisme dan (a) Secara operasional PT. KA selalu merugi, yang ditutup oleh
kualitas SDM yang tangguh. pendapatan diluar usaha untuk membukukan keuntungan.
20. Apapun opsi yang menjadi pilihan akhir untuk melaksanakan amanat (b) Kerugian usaha tersebut menyebabkan arus kas usaha (EBITDA)
Pasal 23, UU No. 23/2007, pemerintah perlu menetapkan opsi interim juga negatif atau kecil, sehingga sebenarnya PT. KA tidak memiliki
sebagai transisi untuk menjaga kesinambungan operasi. Dalam masa kemampuan untuk meminjam.
transisi ini, pemerintah perlu mendorong PT. KA membentuk (c) Ekuitas PT. KA sebesar Rp 3,65 triliun relatif kecil bila dibanding
divisi/anak perusahaan sebagai badan usaha prasarana yang, pada kebutuhan usaha dan investasi di masa depan.
waktu yang tepat nanti, divisi atau anak perusahaan tersebut dapat (d) Leverage PT. KA rendah (nol) dan sebenarnya memiliki kesempatan
dijadikan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana yang mandiri di luar untuk meminjam sekira Rp. 3 sampai 4 triliun. Namun kesempatan
PT KA. ini tidak dapat dipakai karena tiadanya kemampuan untuk
mengembalikan
Peningkatan Keselamatan dan Kualitas Pelayanan (e) PT. KA menghadapi backlog prasarana, sintelis dan sarana yang
21. PT. KA masih mencatat rendahnya tingkat dan kualitas pelayanan, baik besarnya sekira Rp. 16 triliun, namun tidak memiliki kemampuan
keselamatan, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Kondisi prasarana dan apapun untuk mengatasi backlog tersebut.
sarana yang telah melampaui umur teknis serta pemeliharaan yang tidak 25. Keterpurukan finansial PT. KA bersifat struktural dan PT. KA tidak akan
memadai menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap pernah mampu untuk sendirian mengatasi persoalan tersebut. Untuk itu
keselamatan dan kualitas pelayanan. pemerintah perlu membantu PT. KA dengan:
22. Pemerintah dan PT. KA perlu menempatkan persoalan keselamatan dan (a) Memberikan kelonggaran penetapan tarif yang lebih rasional dan
kualitas pelayanan secara holistik. Hal ini menyangkut bukan saja kompetitif. Gagasan anak perusahaan PT. KA Commuter
peremajaan, perbaikan dan pemeliharaan perangkat prasarana dan Jabodetabek untuk menetapkan tarif tunggal pada akhir tahun 2010
sarana yang ada, namun juga mencakup disiplin pemakai jalan dan dan skema subsidi pemerintah yang lebih transparan perlu
kesadaran penumpang yang berbudaya, serta peremajaan dan mendapat dukungan pemerintah
peningkatan kualitas SDM perkeretaapian. (b) Membantu PT. KA mengatasi backlog prasarana dan sarana agar
23. Yang menarik, penumpang KA, baik kelas ekonomi maupun non- mampu meningkatkan efisiensi dan menekan biaya
ekonomi, menilai bahwa ‘keselamatan’ dan ‘kenyamanan’ merupakan (c) Memperkokoh struktur modal PT. KA melalui inbreng aset sarana
hal terpenting bagi mereka, sedang faktor ‘harga’ bukanlah prioritas yang telah dikelola PT. KA, revaluasi aset dengan pajak yang
vi
ditanggung negara, dan inbreng invetasi masa depan yang sangat (a) Intervensi yang substansinya lebih terbatas dan terfokus, dan
besar jumlahnya. dengan waktu yang ditahapkan. Contohnya adalah pemisahan
(d) Di lain pihak, PT. KA harus mampu menekan kebocoran divisi/anak usaha prasarana; penggunaan teknologi baru; dan
pendapatan, serta meningkatkan efisiensi operasi. penataan kembali pola operasi.
(e) Pemerintah bersama-sama PT. KA mempersiapkan IPO agar PT. (b) intervensi yang substansinya yang terbatas dan terfokus, dan
KA menjadi perusahaan terbuka waktunya sekaligus. Contoh introduksi perubahan dengan cara ini
adalah secara radikal merombak manajemen PT. KA dengan
26. Sisa waktu yang ada tinggal 15 bulan untuk menyelesaikan amanat memasukkan profesional dari luar.
Pasal 214 UU NO.23/2007, yakni agar pemerintah melakukan: (1) audit (c) Intervensi dengan substansi menyeluruh dan kompleks, serta
menyeluruh PT. KA; (2) inventarisasi aset prasarana dan sarana; (3) dilakukan secara bertahap. Contohnya adalah pendirian anak
menegaskan status kewajiban pelayanan publik (PSO) dan program usaha PT. KA Commuter Jabodetabek, atau menjadikan PT. KA
pensiun pegawai (Past Service Liability); dan (4) membuat neraca awal PT. sebagai perusahaan terbuka (PT Tbk).
KA. Untuk itu, Pemerintah perlu segera menunjuk kantor akuntan (d) Intervesi dengan substansi menyeluruh dan kompleks dan yang
publik dan tenaga profesional untuk melaksanakannya dalam tahun dilakukan seketika. Intervensi ini revolusioner sifatnya, misalnya
anggaran 2009 ini. adalah menjual PT. KA kepada perusahaan asing. Karena sifatnya
yang revolusioner, intervensi seperti ini juga yang paling sulit dan
Perombakan Manajemen dan Perubahan Budaya Kerja akan mendapatkan tantangan yang paling besar. .
27. Sebagaimana juga tercermin pada tataran pengambil kebijakan negara, 29. Alternatif terakhir yang revolusioner bukanlah pilihan bijak, karena
pada tataran operasional PT. KA juga terpeta pola pikir dominan yang akan mendapatkan tantangan yang paling besar, baik secara politis
diwarnai oleh budaya ketidak-berdayaan, pasif, dan yang berorientasi maupun teknis-operasional. Pemerintah bersama PT KA sebenarnya
pada proyek. Pola ketergantungan kepada pemerintah (baik dalam hal dapat dan telah melaksanakan ketiga alternatif yang lain, namun dalam
investasi, penetapan tarif, pengadaan sarana, maupun subsidi) selama pelaksanaannya terasa setengah hati dan terlalu banyak kompromi.
berpuluh tahun telah menanamkan rasa ketidakberdayaan yang akut Disamping tetap secara konsisten meneruskan strategi ketiga, yaitu
dan berakar keseluruh tingkatan organisasi PT. KA. Status monopolistik pelepasan dan pendirian anak perusahaan Jabodetabek dan Sumatera
yang selama ini dinikmati juga telah menjadikan manajemen dan Selatan, pemerintah perlu secara serius memperkuat manajemen PT KA
karyawan PT. KA merasa mapan (complacent), cenderung menolak dengan memasukkan profesional dari luar yang memiliki kemampuan
perubahan, dan telah mengabaikan tuntutan pasar untukselalu dan pengalaman membawakan perubahan signifikan dalam organisasi
meningkatkani kualitas pelayanan. dormant seperti PT KA.
28. Untuk mengatasi hambatan keorganisasian terhadap perubahan, ada
beberapa strategi yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah (Dephub Proyek Proyek Jangka Pendek
dan Meneg BUMN), sebagai berikut: 30. Pemerintah telah meluncurkan beberapa proyek jangka pendek yang
memiliki nilai strategis dalam upaya revitalisasi perkeretaapian. Ini
vii
termasuk pembentukan anak perusahaan di Jabodetabek dan di PT KA tetap dapat melayani kebutuhan angkutan komoditas yang lain
Sumatera Selatan, pembangunan KA Bandara Soekarno Hatta, dan seperti pupuk dan kelapa sawit dengan pola kerja yang sama seperti
Pembangunan jalur KA Gedebage-Tanjung Priok. Tujuan utamanya JVCo, (d) dapat dilaksanakan dalam kerangka waktu yang dikehendaki,
adalah untuk meningkatkan kapasitas angkut serta tingkat pelayanan dan (e) meminimalkan resistensi dari dalam.
dan pada saat bersamaan, dapat mempercepat reformasi PT. KA agar 35. Dengan adanya persetujuan opsi untuk membeli kembali saham PT
lebih profesional, terbuka, dan mampu berkompetisi, baik dengan TBBA dalam JVCo dengan harga tetap (berapapun porsi
(calon) operator keretaapi lain maupun dengan moda transportasi kepemilikannya), maka perbedaan pendapat mengenai besarnya
lainnya. persentase kepemilikan saham PT TBBA dalam JVCo adalah salah arah,
31. Dengan belum terkonsolidasinya visi dalam RIP Nasional, pelaksanaan tidak berarti dan tidak ada gunanya. Struktur tersebut sangat
proyek jangka pendek tesebut dapat terjebak menjadi pilihan yang tidak menguntungkan PT KA, karena mendapatkan dana kuasi pinjaman
optimal dan yang akan membawa persoalan tersendiri di belakang hari. yang mudah dan relatif murah.
32. Pemerintah perlu secara konsisten meneruskan pembentukan kedua
anak perusahaan, KA commuter Jabodetabek dan KA batubara di
Sumatera Selatan, dan agar terlaksana secepatnya secara efektif.
Kegagalan pembentukan keduanya akan memberikan sinyal kegagalan
kebijakan dan kesungguhan pemerintah, dan akan semakin
memperbesar resistensi terhadap segala upaya reformasi korporasi PT.
KA.
33. Untuk angkutan batubara di Sumatera Selatan, Tim Teknis TRKA
mengusulkan agar JVCo antara PT. KA dan PT. TBBA. Tbk difokuskan
dan khusus menangani angkutan batubara, sedangkan angkutan
penumpang umum dan penugasan PSO lainnya tetap dilakukan oleh PT
KA melalui organisasi internal terpisah (Divre III Sumsel) seperti yang
selama ini dilakukan. Keterlibatan PT. KA dalam JVCo adalah sebagai
penyedia akses prasarana, serta menyertakan sejumlah lokomotif dan
gerbong kepada JVCo. Sedangkan PT. TBBA bertindak sebagai off taker
dari JVCo, dan menyetor modal tunai untuk investasi peningkatan
kapasitas angkut KA batubara.
34. Rekomendasi tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa (a) JVCo
hanya menangani angkutan batubara akan lebih fokus dan lebih
mempermudah implementasinya, (b) tidak melibatkan inbreng
prasarana yang akan menimbulkan keruwetan hukum dan peraturan, (c)
viii
1. Pendahuluan yang mengakibatkan jenuh dan macetnya jaringan, serta terjadinya
kerusakan jalan yang lebih awal karena pembebanan berlebih.
Di Pulau Jawa, misalnya, lebih dari 90 persen angkutan barang
melalui moda jalan raya dengan truk kecil sampai besar dan
1.1. Latar Belakang
angkutan peti kemas dengan beban sumbu roda yang jauh melebihi
kapasitas daya dukung jalan.
Sektor perkeretaapian di Indonesia selama lebih dari satu
Beban jalan yang sangat berlebih ini menyebabkan terjadinya
setengah dekade diarahkan oleh UU Nomor 13 tahun 1992 tentang
biaya ekonomi tinggi seperti tergambarkan dalam prediksi biaya
Perkeretaapian. UU tersebut sangat sektoral sifatnya dan monopoli
perjalanan (Road User Costs, RUC). Menurut prediksi yang dibuat
oleh negara yang didelegasikan kepada BUMN menjadi jiwa dari
oleh Bina Marga pada tahun 2004, RUC di jalan nasional dan jalan
seluruh gerak pembangunan sektor. Negara adalah penguasa,
propinsi mencapai sekitar Rp. 1,55 triliun sehari, terdiri dari Rp. 1,38
pemilik, pembangun, dan penyelenggara sistem perkeretaapian, dan
triliun biaya operasi kendaraan dan Rp. 170 miliar nilai waktu
pembiayaan pembangunan sektor hampir sepenuhnya tergantung
perjalanan. Jalan rusak juga mengakibatkan kendaraan cepat rusak
kepada anggaran pembangunan pemerintah. Kerangka hukum dan
dan mengurangi tingkat keselamatan. Mengingat jumlah kendaraan
regulasi turunannya juga tidak memberi ruang bagi investasi sektor
yang terus bertambah, jalan yang terus rusak, dan harga bahan bakar
swasta, dan kalau adapun harus bekerjasama dengan BUMN terkait
minyak yang sudah jauh melampaui harga tahun 2004, total RUC
dan biasanya dengan skala bisnis yang tidak besar.
tahun 2008 diperkirakan jauh lebih besar lagi jumlahnya. Sementara
Selain itu, Sistem Transportasi Intermoda, dimana terjadi
itu karena keterbatasan anggaran dan kurang baiknya kualitas
integrasi moda-moda angkutan untuk menjamin efisiensi pergerakan
program pemeliharaan dan rehabilitasi jalan, kondisi jalan tetap
barang dan orang, belum ada atau terlaksana di Indonesia. UU yang
buruk, khususnya jalan propinsi dan jalan kabupaten.
ada tidak mengatur intermodalisme, termasuk bagaimana skema
Pembangunan dan pergerakan ekonomi Indonesia kedepan
pembiayaan, peran pemerintah pusat, pemerintah daerah, peran
tidak dapat lagi dibebankan secara tidak proporsional kepada
sektor swasta, peran BUMN, dan bentuk integrasi kelembagaannya.
jaringan jalan. Moda kereta api sebagai moda transportasi masal
Kesemuanya tersebut menyebabkan terjadinya ketimpangan
yang hemat energi harus mendapatkan peran yang lebih strategis.
moda yang sangat besar dalam angkutan orang dan barang secara
Untuk itu pemerintah meluncurkan program revitalisasi
nasional. Selama beberapa dekade belakangan ini pemerintah pusat
perkeretaapian nasional, untuk menjadikan keretaapi sebagai moda
lebih memusatkan pendanaan dan anggaran pembangunan
angkutan utama.
sektornya bagi pengembangan jaringan jalan raya dan
mengesampingkan peran kereta api sebagai angkutan masal.
Akibatnya jaringan jalan raya memikul beban angkutan terlalu berat
•
perkeretaapian nasional.
Pembenahan dan revitalisasi korporasi PT. KA untuk menjadi
2. Revitalisasi Sektor Perkeretaapian
badan usaha yang efisien dan profesional, menghadapi inersia
yang besar akibat pola pikir ketidakberdayaan, kemapanan 2.1. Pendahuluan
sebagai monopolis, dan lebih berorientasi kepada proyek.
Pada tahun 1995, pemerintah dengan bantuan Bank Dunia
Memperhatikan lingkup tantangan tersebut di atas, Tim Teknis melaksanakan program Railway Efficiency Project (REP) untuk
Revitalisasi membagi program Revitalisasi Perkeretaapian Nasional meningkatkan efisiensi sektor kereta api melalui reformasi
kedalam lima bidang besar, yakni : kelembagaan dan keuangan dan pembangunan beberapa koridor
penting, seperti Jakarta-Bandung. Salah satu strategi REP adalah
restrukturisasi Perumka menjadi PT Kereta Api ( Persero).
1) revitalisasi sektor perkeretaapian;
Walaupun beberapa target fisik pembangunan tercapai, namun
2) revitalisasi kelembagaan;
program REP ini tidak terlalu berhasil dalam melakukan perubahan
3) revitalisasi korporasi; dan
mendasar dalam pola pembiayaan dan dalam melakukan perubahan
4) pembangunan proyek-proyek jangka pendek.
manajemen dan budaya korporasi. Reformasi pembiayaan
perkeretaapian melalui skema PSO-IMO-TAC terkendala oleh
Keempat bidang tersebut dapat berjalan secara simultan,
absennya akuntabilitas dalam perhitungan subsidi, biaya operasi dan
walaupun ada ketergantungan satu sama lain. Revitalisasi sektor
pemeliharaan, dan tidak adanya dasar hukum yang kuat bagi
perkeretaapian merupakan acuan utama bagi revitalisasi
pengenaan track access charge khususnya dalam perbandingannya
kelembagaan dan korporasi. Untuk semua bidang revitalisasi,
dengan road user charge sebagai kompetitor.
termasuk pembangunan proyek-proyek jangka pendek, peran
Revitalisasi perkeretaapian nasional mendapatkan kembali
pemerintah masih sangat instrumental.
momentumnya saat UU NO.23/2007 diterbitkan. Banyak pasal
dalam UU tersebut yang mengamanatkan perlunya pemerintah
melakukan upaya revitalisasi dan restrukturisasi untuk
menyelamatkan perkeretaapian dari ancaman keterpurukan
berkepanjangan yang dapat membahayakan kelangsungan
pelayanan publik dan, bersamaan dengan itu, untuk memperbaiki
sistem transportasi nasional dan meningkatkan peran multimoda.
pemerintah memang tetap harus berperan besar dalam Gambar 2. Pasar Angkutan Penumpang KA
pengembangan perkeretaapian nasional, khususnya dalam
pengembangan jaringan infrastrukturnya. Juga, perkeretaapian harus
ditempatkan sebagai moda utama dalam sistem transportasi nasional Pada tahun 2007 angkutan penumpang KA berjumlah
dan tatanan transportasi wilayah dan sekaligus merupakan salah 175,490,334 orang terdiri dari pasar KA utama antar kota, KA lokal
satu pemeran penting dalam sistem logistik dan distribusi nasional. perkotaan dan KA Komuter Jabodetabek. Jenis pelayanan mencakup
kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif. KA ekonomi mencapai 92% dari
2.3. Pangsa Pasar Perkeretaapian total produksi angkutan penumpang (lihat Gambar 2), termasuk
penumpang ekonomi di Jabotabek (68%), angkutan ekonomi lokal
Pandangan dominan bahwa kereta api adalah kekuasaan sektor (17%) dan KA utama ekonomi (7%).
publik telah menyebabkan stagnasi kinerja angkutan KA baik Di Jabodetabek mulai tahun 2007 diperkenalkan angkutan
penumpang maupun barang. Perubahan status Perumka menjadi PT ekonomi ber-AC, namun perannya relatif masih marginal yaitu
Persero ternyata juga tidak mendorong peran KA dalam sekitar 0.5 % dari total pasar KA Jabodetabek. Gambaran ini
perekeonomian secara berarti dan tidak merubah budaya korporasi menegaskan betapa krusialnya angkutan penumpang KA komuter
menjadi lebih profesional. Oleh karena itu upaya revitalisasi untuk
triliun ton-km, utamanya terdiri dari barang negosiasi (96%) dan non
negosiasi (4%) seperti terlihat pada Gambar 3. Secara keseluruhan,
pangsa angkutan barang di Pulau Jawa dan Sumatera tercatat
sebesar 0.60 % dari angkutan barang nasional (lihat Gambar 4).
PT. KA pada tahun 2007 mencatat pendapatan dari angkutan Jalan,
90.30%
barang sebesar Rp 1,107 triliun dan dari angkutan penumpang
sebesar Rp 1,73 triliun. Pendapatan angkutan barang terbesar Gambar 4. Pangsa Angkutan Barang di P. Jawa dan Sumatera
berasal dari angkutan batu bara di Divre 3 Sumsel yakni Rp 670
miliar atau 60% dari pendapatan angkutan barang, disusul oleh Data-data di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai
angkutan BBM sebesar Rp 244 miliar (22%). Sisanya disumbang oleh lompatan besar pangsa pasar perkeretaapian, revitalisasi sektor
angkutan antaboga, semen, hasil perkebunan dan petikemas perkeretaapian perlu lebih diarahkan pada angkutan kereta api
(masing-masing berkisar berkisar antara 2%-3%), serta pupuk parcel penumpang (commmuter train) di kota-kota besar, dan pada angkutan
yang menyumbang dibawah 1%. komoditas batubara, pupuk dan produk kelapa sawit di Sumatera
Selatan dan di Pulau Kalimantan.
Selain itu, peningkatan peran KA perlu diarahkan untuk
BARANG NON menciptakan sistem transportasi multimoda/intermoda yang
NEGO.
191 (Ribu Ton x Km) memadukan KA dengan moda jalan raya, angkutan laut, dan udara.
4%
Sasaran
Kondisi saat ini
2009 - 2020
Pangsa Angkutan Barang 0.7 % angkutan nasional 5 – 10 % Fokus pada angkutan komoditas
di Sumsel dan Kalimantan
Pangsa Orang 4% 20 – 25 % Fokus pada angkutan perkotaan
Kebutuhan Investasi 3.5 – 4.5 % triliun (2008) 121 T (Dephub – diluar software)
(Prasarana 70 %, Sarana 20 %, 115 T (LAPI ITB, 2006 – 2030)
Software 10 %)
150 – 200 T (Lingkup, harga teknologi)
Sangat membutuhkan :
2.7. Pendidikan Publik dan Pengayaan Budaya Perkeretaapian perkotaan, menyebabkan belum terbentuknya budaya modern
dalam sistem angkutan umum yang tercermin dari tingkat pelayanan
Sistem transportasi publik di Indonesia masih berada dalam operator maupun sikap dan perilaku penumpang.
tahap tradisional, dimana kenyamanan, keamanan, dan keselamatan Revitalisasi perkeretaapian harus menempatkan kereta api
penumpang belum mendapatkan perhatian yang memadai, baik dari sebagai moda transportasi modern yang mengutamakan ketertiban,
pemerintah. maupun dari operator. Tingkat pelayanan transportasi keamanan, kenyamanan, dan kebersihan. Oleh karena itu revitalisasi
publik yang buruk, khususnya kereta api, ternyata diimbangi oleh perkeretaapian harus mencakup juga revitalisasi budaya pengguna
buruknya tingkat kesadaran penumpang dalam menggunakan kereta api. Pemerintah perlu mengambil inisiatif untuk
fasilitas kereta. Kondisi tingkat ekonomi, budaya, disiplin, dan menyelenggarakan suatu kegiatan pendidikan publik dan pengayaan
pendidikan kebanyakan penumpang kereta api, khususnya KA
Laporan Interim Tim Teknis Revitalisasi Perkeretaapian Nasional 9
budaya masyarakat pengguna kereta api untuk menciptakan budaya tugasnya membantu Tim Terpadu Revitalisasi Perkeretaapian, Tim
modern dalam menggunakan semua fasilitas perkeretaapian. Teknis akan mengundang para narasumber yang “prominent” dan
Dalam jangka pendek, operasi penertiban penumpang liar, pemangku kepentingan lainnya untuk melakukan dialog dan diskusi
penumpang atap kereta, dan premanisme di kereta dan di terminal tentang masa depan perkeretaapian nasional dan sepakat untuk
harus terus dilakukan. Dalam jangka menengah Dephub dan membuat formulasi kebijakan untuk suatu isu tertentu didalam
Depdiknas perlu melakukan pendidikan masyarakat dalam budaya perkeretaapian. Sudah saatnya masyarakat perkeretaapian Indonesia
modern menggunakan keretaapi. diikutsertakan dalam merumuskan kebijakan yang terbaik bagi
Desain stasiun diupayakan mendidik perilaku masyarakat agar pembangunan perkeretaapian kedepan.
berdisiplin dan ikut memelihara sarana publik. Sterilisasi stasiun dan Walaupun Forum Perkeretaapian Indonesia (FPI) dapat
akses ke kereta perlu ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi diasosiasikan dengan tim terpadu pemerintah, akan tetapi forum
kebocoran penumpang tanpa bayar, maupun penumpang kelas dilaksanakan dengan semangat “independent”, bebas, dan netral.
ekonomi yang menumpang pada kelas non-ekonomi. Dalam jangka Tujuan utamanya adalah melakukan konsolidasi berbagai opini,
pendek-menengah, berbagai perbedaan kelas perlu dihilangkan, konsep, dan strategi yang ada di institusi pemerintah, BUMN, sektor
sehingga semua penumpang mendapatkan tingkat pelayanan yang swasta, dan pemangku kepentingan lainnya tentang isu-isu strtaegis
sama. Setelah itu dan bila dikehendaki, pemerintah nantinya dapat perkeretaapian nasional, terutama yang terkait dengan program
memberikan subsidi harga pada kelompok masyarakat tertentu revitalisasi setelah UU NO.23/2007 diberlakukan. Untuk setiap isu
(misal, kelompok raskin) sehingga yang bersangkutan dapat yang akan dibahas didalam FPI, Tim Teknis akan menyiapkan
membeli karcis dengan diskon, dan diskon tersebut yang nantinya Position Paper Formulasi dan konsolidasi tersebut dituangkan
ditagihkan kepada pemerintah sebagai Public Service Obligation kedalam Draft Policy Paper yang dikomunikasikan dengan
(PSO). pemerintah untuk mendapatkan semacam kesepakatan sebelum
Jenis dan tingkat pelayanan tunggal tersebut dengan sendirinya akhirnya menjadi suatu kebijakan yang akan diterapkan oleh
akan mempermudah pengendalian penumpang baik di stasiun pemerintah.
maupun diatas kereta, mempermudah pengendalian operasi-
perawatan, serta memperjelas penyaluran subsidi pemerintah
melalui skema PSO.
3. Revitalisasi Kelembagaan
2.8. Forum Perkeretaapian Indonesia
3.1. Pendahuluan
Revitalisasi mengandung pengertian keterbukaan, akuntabilitas
Permasalahan kelembagaan perkeretaapian nasional sudah
publik, dan dialog dengan seluruh pemangku kepentingan. Dalam
menjadi objek reformasi sejak lama. Restrukturisasi perkeretaapian
Pemerintah daerah memiliki posisi kunci bagi kemajuan Disadari bahwa anggaran pemerintah tidak akan pernah cukup
perkeretaapian nasional, karena sebagian besar jaringan kereta api untuk membangun infrastruktur di seluruh wilayah geografis
dan infrastruktur pendukungnya berada di daerah. Namun, karena kepulauan Nusantara, termasuk untuk pembangunan infrastruktur
selama ini kewenangan teknis dan administratif pengelolaan perkeretaapian nasional yang akan menjadi tulang punggung
perkeretaapian berada di pemerintah pusat (Dephub dan PT. KA), angkutan masal baik di perkotaan maupun antar wilayah.
maka dalam masalah perkeretaapian pemerintah daerah tidak Monopoli publik selama ini menyebabkan investasi sektor
memiliki kompetensi, baik dalam hal kualitas sumberdaya swasta dalam bisnis perkeretaapian tidak bertumbuh. Juga, terdapat
Sangat membutuhkan :
dan sarana kurang terpelihara dengan baik seperti sekarang ini, 100
faktor manusia menjadi semakin menonjol. Untuk mengurangi
50
kecelakaan di masa depan, dibutuhkan kerja keras yang menyeluruh,
termasuk perbaikan dan pemeliharaan prasarana dan sarana, 0
2002 2003 2004 2005 2006
perbaikan organisasi dan sistem informasi keselamatan, serta
KA-KA KA-Ranmor Anjlog/Terguling Banjir/Longsor Lain-lain
penyegaran dan perbaikan sumber daya manusianya.
Gambar 6 : Faktor Penyebab Kecelakaan tahun 2002-2006
Keselamatan perkeretaapian adalah faktor yang mutlak yang
harus menjadi perhatian pemerintah sebagai regulator dan PT KA
sebagai penyelenggara operasi karena KA merupakan angkutan Pada dasarnya, kerangka model m_SHEL (management-
transportasi massal. Tingkat keselamatan yang tinggi menjadi tujuan Software, Hardware, Environware Liveware) dapat dijadikan rujukan
utama guna memberikan jasa pelayanan yang aman baik bagi dalam pencarian penyebab kecelakaan. Selama ini dalam setiap
penumpang dan pihak ketiga. Peristiwa kecelakaan KA seperti investigasi kecelakaan penyebab aktif seperti front liner human error
anjlok (derailment), tabrakan KA dengan KA masih sering terjadi sering menjadi kambing hitam, sementara penyebab pasif seperti
berulangkali dan dengan penyebab yang sama. manajemen ataupun hardware jarang terungkap sebagai penyebab
kecelakaan. Hasil investigasi sedapat mungkin dapat mengungkap
kesalahan pasif, untuk tidak terjadi pengulangan kecelakaan yang
sama dikemudian hari. Untuk itu iperlukan aturan dan prosedur
yang jelas untuk mengatur semua hal yang berkaitan dengan
keselamatan serta peningkatan teknologi keselamatan .
Terdapat sejumlah isu utama terkait dengan permasalahan
keselamatan operasi KA yang harus diperhatikan, yakni:
Sangat membutuhkan :
Yang menarik dari hasil survei tersebut adalah bahwa faktor yang lebh berat, menciptakan cengkeraman struktural bagi PT KA
‘harga’ ternyata tidak dianggap penting, baik oleh penumpang untuk memperbaiki kinerjanya.
ekonomi maupun non-ekonomi, dan kedua kelompok penumpang Kedua kelompok penumpang ternyata memiliki persepsi dan
tersebut menganggap tingkat harga saat ini telah dianggap kepentingan yang berbeda mengenai faktor ‘ketepatan waktu’.
bagus/memuaskan. Hal ini bertentangan dengan anggapan selama ini Kelompok penumpang non-ekonomi menilai unsur ‘ketepatan waktu’
bahwa kereta api adalah ‘angkutan rakyat’ yang harus mengutamakan sebagai sangat penting, namun menilai kinerja PT. KA sebagai
harga yang murah. Dengan demikian, orientasi kebijakan untuk terus jelek/tidak memuaskan. Sebaliknya kelompok penumpang non-
mengedepankan harga sebagai kepentingan rakyat bisa salah arah dan ekonomi tidak menganggap ketepatan waktu sebagai hal yang penting
dan cukup puas dengan hasil kinerja PT. KA selama ini.
S3
S2
S1
D3
SD
menyeluruh untuk menjadikannya lebih profesional dan siap untuk
D
TA
TP
AH
<S
SL
SL
ML
berkompetisi.
JU
Perubahan sebagaimana diamanatkan UU yang menyangkut PT.
Gambar 8. Profil SDM (Pendidikan)
KA memerlukan perencanaan (misal, pemisahan dan pembentukan
anak perusahaan, audit dan penyusunan neraca awal perseroan),
penyusunan konsep beserta perangkat perjanjian atau petunjuk
pelaksanaan (misal, IMO dan TAC, pemindahan karyawan ke anak
perushaan) dimana banyak diantaranya yang memerlukan detail yang
jelas namun PT. KA sendiri belum pernah memiliki pengalaman untuk
melaksanakannya. Dalam hal ini, pembentukan anak perusahaan
seperti PT. KA Commuter Jabodetabek justru diharapkan mempercepat
proses tersebut dan membuat berbagai perangkat yang nantinya dapat
dijadikan model oleh PT. KA untuk pengembangan berikutnya.
Salah satu tugas terberat dalam upaya revitalisasi PT. KA adalah
perubahan pola pikir dan budaya kerja perseroan. Sebagaimana juga
5.1. Pembentukan Anak Perusahaan KA Jabodetabek pengguna keretaapi dan atau pengguna lalulintas yang cenderung
tidak berdisiplin.
Sebagai langkah awal restrukturisasi PT KA, Pemerintah
melakukan pemisahan pengelolaan KA wilayah Jabodetabek dengan Secara spesifik, pembentukan PT KCJ ditujukan untuk:
membentuk anak perusahaan PT KA Commuter Jabodetabek (PT KCJ), (1) Menjadikan KA Jabodetabek menjadi tulang punggung dan
melalui Surat Nomor S-653/MBU/2008 Perihal Persetujuan Pendirian pilihan utama masyarakat Jabodetabek dan sekitarnya. KA
Anak Perusahaan dari Meneg. BUMN tanggal 12 Agustus 2008. Jabodetabek ditargetkan untuk mengangkut 2 juta penumpang
Tantangan utama yang dihadapai dalam penyelenggaraan KA per hari pada tahun 2012 dari sekitar 400 ribu orang/hari pada
Jabodetabek antara lain: saat ini.
(1) KA Jabodetabek menjadi pusat perhatian masyarakat dan media, (2) Memberikan tingkat keselamatan dan kualitas pelayanan yang
dan menjadi etalase perkeretaapian prima
(2) Mewakili sekitar 70% dari penumpang KA nasional, namun (3) Mencapai tingkat kesehatan finansial yang berkelanjutan dengan
hanya mengangkut 2%-3% dari trafik di Jakarta struktur modal yang kuat, efisiensi biaya, tanpa kebocoran
(3) Tingkat pelayanan (keselamatan, kenyamanan, ketepatan waktu) pendapatan dan kemampuan untuk memobilisasi sumber
dan banyak disorot media pendanaan eksternal
(4) Banyak pemangku kepentingan dan instansi yang terlibat, (4) Mendorong profesionalisme dan akuntabilitas
namun kurang koordinasi. (5) Menumbuhkan spirit berkompetisi, baik dengan operator KA lain
(5) Resistansi dari PT KA terhadap perubahan yang memang normal maupun jenis moda trasnport yang lain pula.
terjadi di negara manapun yang melakukan restrukturisasai
perkeretaapian. KA Jabodetabek memiliki beberapa faktor kunci keberhasilan
untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu:
KA penumpang Jabodetabek sesungguhnya mempunyai (1) Permintaan yang tinggi (sekitar 10 juta-12 juta penumpang
prospek yang sangat penting dalam penyelenggaraan transportasi di transportasi umum perhari) dan bertumbuh 9%-10% pertahun.
Ibukota Negara, namun tingkat pelayanan kereta api sampai saat di (2) Potensi migrasi dari moda transport yang lain, bila kualitas
wilayah ini masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan pelayanan pelayanan dapat ditingkatkan
kereta api di berbagai kota besar seperti Tokyo, Singapura dan Manila. (3) KA lebih bersahabat terhadap lingkungan dan lebih hemat energi
Beberapa penyebab rendahnya tingkat pelayanan kereta api (4) Dukungan pemerintah pusat (Dephub) yang kuat, serta minat
Jabodetabek adalah kondisi prasarana dan sarana yang sudah tua, pemda setempat yang tinggi untuk pengembangan angkutan KA
pemeliharaan yang kurangterbatas, kualitas SDM dan perilaku-budaya
PESIN G
1 ,17 0 km
SAWA HB ESAR 1 ,43 6 km
Stasiun
2 ,4 34 km
TAMAN KOTA
0 ,7 10 k m
JUA ND A Halte Masih Aktif
pemeliharaan. 1,15 2 km 3,6 32 k m
BOJON GIN DAH PA SAR SENE N
Dip o 1 ,15 0 km
2,55 4 km RA WAB UA YA
T hb GAMBIR 1 ,5 68 km Halte Ti dak Aktif
KALID ERE S
K N
1 ,65 0 km
DU REN KALIB ATACIPIN AN G
K LEN DER
1 ,76 1 km
CILEB UT
MASTE RPL AN KA JABOTABEK
maka perlintasan sebidang akan menjadi hambatan yang harus 7,51 8 km BERDASARKAN OPTIMALISASI ASET DANOPERASI
BOGOR
dipecahkan. Sta bl in g Bo o
1. Kereta Api dan 1. Sektor perkeretaapian Pasal 3: Perkeretaapian 1. Amanat UU ini mengharuskan pemerintah untuk
Ekonomi masih dianggap sebagai diselenggarakan dengan menempatkan KA sebagai tulang punggung angkutan
sektor pelayanan publik tujuan untuk memeperlancar masal penumpang dan barang dalam menunjang
yang bersifat sosial dan perpindahan orang dan/atau tumbuhnya perekonomian nasional. Ini adalah tugas
sangat tergantung kepada barang secara masal dengan besar dan berat yang menuntut komitmen dan dedikasi
pembiayaan pemerintah. selamat, aman, nyaman, cepat, para pemangku kepentingan, khususnya Departemen
2. Tidak mempunyai interaksi dan lancar, tepat, tertib dan Perhubungan, untuk merealisasikannya dan
langsung dengan kegiatan teratur, efisien, serta serta merupakan reformasi yang menyeluruh dari hulu
perekonomian nasional menunjang pemerataan, sampai ke hilir.
dan sumbangannya pertumbuhan, stabilitas, 2. Peningkatan peran KA ini diarahkan untuk mendorong
terhadap PDB nasional pendorong, dan penggerak terwujudnya sistem transportasi multimoda/intermoda
tidak berarti pembangunan nasional. yang mengintegrasikan KA dengan moda jalan raya,
3. Kinerja angkutan Kereta angkutan laut, dan udara. Untuk itu akses jalan KA ke
Api baik untuk Pasal 7: Untuk mewujudkan pelabuhan untuk angkutan barang dan ke lapangan
penumpang maupun tatanan perkeretaapian terbang untuk angkutan penumpang harus dibangun.
barang selama satu dekade nasional ditetapkan Rencana 3. Interaksi KA dengan kawasan permukiman, kawasan
terakhir relatif rendah dan Induk Perkeretaapian industri, dan kawasan ekonomi khusus lainnya harus
stagnan. Nasional, Provinsi, dan direncanakan, dibangun, dan dicarikan sumber
4. Transformasi Perumka Kabupaten/Kota. pembiayaanny dengan melibatkan pemerintah daerah,
menjadi PT Persero tidak sektor swasta, dan industri.
merubah kinerja KA secara 4. Rencana Induk Perkeretaapian Perkeretaapian Nasional
berarti dan tidak merubah (RIP) yang ada perlu segera direvisi dan ditingkatkan
budaya korporasi menjadi status legal nya menjadi Peraturan Pemerintah atau
lebih profesional. sekurang-kurangnya Keputusan Presiden.
5. Tingkat kenyamanan, 5. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional memuat
keselamatan, dan pokok-pokok Kebijakan, Strategi Pengembangan
keamanan kereta api cukup Perkeretaapian, Regulasi, Program, Proyek, Rancangan
memprihatinkan dan Pembiayaan, Peran Sektor Swasta, Peran Pemerintah
belum baik. Daerah, dan tatanan kelembagaan yang diperlukan
6. Cetak Biru Perkeretaapian untuk mempercepat proses revitalisasi.
yang ada pada Ditjen KA/
Dephub bersifat
inkremental, dan lebih
berorientasi kepada
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
kumpulan proyek-proyek.
2. Pangsa Pasar 1. Dalam angkutan 1. Penjelasan Umum : 1. Pemerintah harus menetapkan angkutan cepat masal
Perkeretaapian : penumpang nasional, Kereta Api memiliki KA sebagai sebagai tulang punggung moda transportasi
a. Dalam Angkutan moda KA hanya berperan karakteristik dan umum baik di perkotaan maupun antar kota antar
Penumpang sekitar 7% dari total keunggulan khusus, wilayah.
pangsa pasar angkutan terutama dalam 2. Pemerintah dalam tahun anggaran 2009 perlu segera
umum (2008). kemampuannya untuk melakukan kajian komprehensif tentang peningkatan
2. KA Jabotabek bahkan mengangku orang dan peran angkutan KA dalam total angkutan penumpang
hanya berperan sekitar 4 % barang secara masal, nasional dan perkotaan, mencakup rancangan investasi,
dari pangsa nasional dan menghemat energi, skema pembiayaan, kelembagaan, dan peran
sekitar 2% dari jumlah menghemat penggunaan pemerintah daerah dan sektor swasta.
perjalanan orang di ruang, mempunyai faktor
(a) Secara hipotesa, dengan asumsi tidak ada kendala
Jabodetabek. keamanan yang tinggi,
anggaran dan investasi, pangsa pasar angkutan
tingkat pencemaran
3. Dalam 11 tahun terakhir, penumpang nasional dapat ditingkatkan menjadi
rendah, serta lebih efisien
produksi angkutan antara 10% - 20% pada tahun 2015 dan meningkat
dibandingkan dengan
penumpang dalam menjadi 25% pada tahun 2025.
moda transportasi jalan,
Penumpang-KM (b) Secara hipotesa, pangsa pasar Kereta Api
baik untuk angkutan jarak
mengalami penurunan. Jabodetabek dapat ditingkatkan menjadi antara 10
jauh maupun untuk
daerah perkotaan. % - 15 % pada tahun 2015 dan menjadi sekitar 20 –
25 % pada tahun 2025.
2. Peran perkeretaapian
perlu lebih ditingkatkan (c) Oleh karenanya, peningkatan pangsa angkutan
dalam upaya keretaapi penumpang dalam angkutan umum
pengembangan sistem nasional mesti difokuskan kepada peningkatan
transportasi nasional angkutan perkotaan (commuter train) seperti di
secara terpadu. Jabodetabek, Bandung, Surabaya dan Medan.
3. Pasal 130 : Perlu 3. Pemerintah harus meningkatkan anggarannya secara
dikembangkan potensi signifikan dan berkesinambungan (multi-years) untuk
dan ditingkatkan pembangunan infrastruktur dasar KA perkotaan dan
peranannya sebagai KA antar kota antar wilayah.
penghubung wilayah baik 4. Pemerintah juga harus terus mendorong terciptaknya
nasional maupun kondisi yang sangat kondusif dan termasuk berbagai
internasional. insentif untuk mengundang investor swasta berinvestasi
di industri perkeretapian, khususnya untuk angkutan
penumpang perkotaan.
.
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
b. Pangsa Pasar 1. Dalam angkutan barang 1. Penjelasan Umum : 1. Pemerintah dalam tahun 2009 segera melakukan kajian
Dalam Angkutan nasional, moda KA hanya Kereta Api memiliki komprehensif tentang peningkatan peran angkutan KA
Barang berperan sekitar 0,67% karakteristik dan dalam total angkutan barang nasional termasuk potensi
(2008). keunggulan khusus, pengembangan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,
2. Angka yang sangat kecil terutama dalam beserta rancangan investasi dan pembiayaannya,.
dan sangat tidak berarti kemampuannya untuk (a) Secara hipotesa, pangsa pasar angkutan barang
tersebut menggambarkan mengangku orang dan nasional dapat ditingkatkan menjadi antara 2% - 3
bahwa KA hampir-hampir barang secara masal, % pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 5% - 10
tidak memiliki interaksi menghemat energi, % pada tahun 2025.
dengan ekonomi. menghemat penggunaan
(b) Dalam jangka pendek, peningkatan angkutan
ruang, mempunyai faktor
3. Dalam 11 tahun terakhir, barang perlu diarahkan ke pelabuhan Tanjung
keamanan yang tinggi,
produksi angkutan barang Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas di Pulau
tingkat pencemaran
dalam Ton-KM mengalami Jawa, angkutan batubara di Sumatera bagian
rendah, serta lebih efisien
kecenderungan stagnan. selatan dan di Kalimantan.
dibandingkan dengan
moda transportasi jalan, (c) Dalam program jangka panjang perlu diarahkan ke
baik untuk angkutan jarak pengembangan angkutan barang di Pulau Jawa,
jauh maupun untuk Sumatera, dan Kalimantan.
daerah perkotaan. 2. Pemerintah harus meningkatkan anggarannya secara
2. Peran perkeretaapian signifikan dan berkesinambungan (multi-years) untuk
perlu lebih ditingkatkan pembangunan infrastruktur dasar KA barang termasuk
dalam upaya jaringan rel persinyalan, serta pengadaan lokomotif dan
pengembangan sistem gerbong barang serta peralatan angkutan petikemas
transportasi nasional diberbagai daerah tersebut.
secara terpadu. 3. Pemerintah juga harus terus mendorong terciptaknya
3. Pasal 130 : Perlu kondisi yang sangat kondusif termasuk berbagai
dikembangkan potensi insentif untuk mengundang investor swasta berinvestasi
dan ditingkatkan di industri perkeretapian, khususnya angkutan barang.
peranannya sebagai 4. Pemerintah perlu capat tanggap untuk mengarahkan
penghubung wilayah baik dan memfasilitasi inisiatif swasta dan pemerintah
nasional maupun daerah untuk membangun perkeretaapian di daerah
internasional. mereka.
5.
2 Rencana Induk Belum ada perimusan Rencana Pasal 7, Penetapan RIP untuk Percepatan perumusan RIP, dan agar dapat dijadikan legal
Perkeretaapian Induk Perkeretaapian mewujudkan tatanan KA base sekurang-kurangnya Keputusan Presiden
3. Transportasi 1. Sampai dengan saat ini 1. Angkutan kereta api 1. Sistem Transportasi Multimoda/Intermoda adalah
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
Multimoda Indonesia belum memiliki dapat merupakan bagian konsep ekonomi yang legitimate untuk mendorong
Sistem Transportasi dari angkutan multimoda pergerakan ekonomi yang mendukung ekspor dan
Multimoda/Intermoda yang dilaksanakan oleh investasi, dan dalam menciptakan sistem logistik dan
yang terintegrasi secara badan usaha angkutan distribusi nasional yang efisien. Oleh karenanya,
kebijakan, program, multimoda. pemerintah harus secara sistematis, terstruktur, dan
kelembagaan, dan 2. Sistem perkeretaapian terencana mengembangkan sistem multimoda tersebut
pembiayaan. harus terintegrasi dengan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
2. Kemauan politik serta moda transportasi pergerakan ekonomi nasional.
intervensi pemerintah lainnya. (Pasal 6). 2. Pemerintah perlu meletakkan dasar hukum yang kuat
belum nampak. 3. Dalam melakukan untuk pembangunan sistem tersebut berupa suatu
3. Tidak adanya keterpaduan pembinaan Pemerintah Peraturan Pemerintah dibawah UU 23/2007, UU Jalan ,
multimoda tersebut telah dan Pemerintah Daerah dan UU transportasi lainnya yang sudah direvisi dan
menyebabkan angkutan harus mengintegrasikan yang sedang dan akan direvisi
penumpang dan barang perkeretaapian dengan 3. Karena sifatnya yang inter sektoral, Kantor Menko
sangat didominasi oleh moda transportasi Perekonomian dan atau Bappenas perlu melakukan
moda jalan raya. lainnya. (Pasal 15) koordinasi dan konsolidasi yang sungguh-sungguh
4. Sekitar lebih dari 90% dalam merealisasikan sistem multimoda tersbut, melalui
angkutan barang di Pulau kajian komprehensif tentang Sistem Transportasi
Jawa masih menggunakan Multimoda, kerangka hukum dan peraturan yang
jalan raya dengan Road diperlukan, inisiatif pengembangannya, kelembagaan,
User Costs yang makin kebijakan tarif, dan peran sektor swasta.
tinggi akibat kemacetan 4. Pembangunan dan revitalisasi perkeretaapian nasional
kronik, kerusakan jalan, dapat dipakai sebagai jangkar untuk pembangunan
harga bahan bakar minyak sistem transportasi multimoda. Untuk itu, Departemen
yang tinggi, dan pungutan Perhubungan, Departemen PU, dan Pemda secara
liar. bersama-sama perlu menyepakati konsep transportasi
multimoda dan secara terintegrasi membangun fasilitas
interkoneksi antar moda, termasuk kemudahan akses
antara rel dan stasiun KA dengan terminal angkutan
darat, pelabuhan, dan lapangan terbang.
4. Pembiayaan Sektor 1. Pembiayaan 1. Pasal 23 : Dalam hal tidak 1. Program revitalisasi sampai dengan tahun 2020
Perkeretaapian perkeretaapian nasional ada Badan Usaha yang membutuhkan investasi yang sangat besar, berkisa
masih didominasi oleh menyelenggarakan antara Rp. 150 triliun-200 trilyun, termasuk untuk
anggaran pemerintah prasarana perkeretaapian ekspansi infrastruktur (sekitar 70%), sarana (20%-25%)
melalui APBN dan umum, Pemerintah atau dan perangkat lunak (5%-10%).
pinjaman luar negeri. Pemerintah Daerah dapat 2. Dengan dasar hukum dan kelembagaan serta berbagai
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
2. Pembiayaan sektor publik menyelenggarakan rangsangan insentif untuk melibatkan sektor swasta
tersebut seringkali sangat prasarana perkeretaapian. diperkirakan dalam 10 tahun ke depan peran investasi
tidak mencukupi untuk 2. PSO merupakan swasta ini hanya akan mencapai 10 – 20 % dari investasi
melakukan perawatan kewajiban pemerintah secara keseluruhan. Secara alami, investasi swasta
rutin dan periodik alat-alat yang dibayar kepada diperkirakan akan terfokus pada keretaapi angkutan
produksi seperti penyelenggara sarana. perkotaan untuk penumpang (commuter train) di kota-
infrastruktur rel, kota besar di Jawa dan Sumatera.
3. Pasal 153: TAC dibayar
persinyalan, dan alat-alat oleh penyelenggara 3. Dengan demikian pemerintah tetap harus menanggung
kontrol lainnya, serta prasarana kepada bagian terbesar, 80% - 90 % dari kebutuhan investasi
perawatan sarana gerbong pemerintah melalui badan secara kesuluruhan. Oleh karenanya, sangat diperlukan
dan lokomotif. usaha. komitmen politik dan kesungguhan hati untuk secara
3. PT KAI sulit melakukan konsisten membangun perkeretaapian nasional.
investasi untuk perluasan 6. Oleh karena itu pemerintah bersama DPR harus
jaringan dan pembelian meningkatkan anggarannya secara signifikan dan
sarana baru. berkesinambungan (multi-years) untuk pembangunan
4. Mekanisme pendanaan infrastruktur dasar KA barang termasuk jaringan rel
dengan skema PSO, IMO, persinyalan, serta pengadaan sarananya.
dan TAC tidak berjalan 4. Pemerintah juga perlu terus mendorong terciptaknya
baik sesuai dengan konsep kondisi, kebijakan, regulasi, dan berbagai insentif untuk
dan tujuannya. mengundang investor swasta berinvestasi di industri
5. Peran swasta masih sangat perkeretapian.
rendah. 5. Departemen Keuangan, Bappenas, dan Departemen
Perhubungan perlu segera melakukan tinjauan kritis
terhadap mekanisme pendanaan PSO, IMO dan TAC
dan menerapkan berbagai perubahan kebijakan yang
diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya.
5. Pendidikan Publik 1. Sistem transportasi publik Masyarakat wajib ikut serta 1. Pemerintah mensponsori suatu upaya nasional dalam
dan Pengayaan di Indonesia masih dalam menjaga ketertiban, melakukan proses informasi, pendidikan, dan
Budaya tahap tradisional, dimana keamanan, dan keselamatan partisipasi publik, khususnya penumpang KA, untuk
kenyamanan, keamanan, penyelenggaraan menciptakan budaya modern berdisiplin dalam
Perkeretaapian
dan keselamatan belum perkeretaapian. (Pasal 173) menggunakan semua fasilitas perkeretaapian.
mendapatkan perhatian 2. Dalam jangka pendek, operasi penertiban penumpang
yang memadai, baik dari liar, penumpang atap kereta, dan premanisme di kereta
pemerintah. maupun dari dan di terminal harus terus dilakukan.
operator.
3. Dephub dan Depdiknas melakukan pendidikan
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
1. Reposisi Peran 1. Peran pemerintah sangat Pasal 13. Perkeretaapian dikuasai 1. Pemerintah segera merampungkan dan menetapkan
Pemerintah Pusat dominan namun kurang oleh negara dan pembinaannya Rencana Induk Perkeretaapian (RIP) Nasional
dapat memajukan dan dilakukan oleh pemerintah yang sebagai satu-satunya dokumen perencanaan formal
mengembangkan meliputi pengaturan, pengendalian, yang diacu oleh semua lembaga terkait. RIP Nasional
perkeretaapian menjadi dan pengawasan. Arah pembinaan harus ditingkatkan status legal-nya menjadi Peraturan
tulang punggung mobilitas adalah untuk memperlancar Pemerintah atau sekurang-kurangnya Keputusan
ekonomi nasional. perpindahan orang dan atau barang Presiden.
secara masal dengan selamat, aman,
2. Sinergi dan konsolidasi 2. Dephub mempercepat penyelesaian Peraturan
nyaman, cepat, tepat, tertib, teratur,
antara berbagai sektor Pemerintah mengenai keterlibatan pemda dan swasta
dan efisien. Sasaran pembinaan
terkait dalam pemerintah dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana
adalah untuk menunjang
sangat terbatas ditandai perkeretaapian.
pemerataan, pertumbuhan,
tidak berjaannya skema
stabilitas, pendorong, dan 3. Menyusun rencana investasi Pemerintah (APBN dan
anggaran PSO-IMO-TAC.
penggerak pembangunan nasional. APBD) Proyek Multi Years berdasarkan Rencana
3. Belum ada kesatuan visi Induk
Pasal 11: RIP ditetapkan oleh:
dari berbagai instansi
4. Tanpa mengesampingkan pembangunan
pemerintah pusat a. Pemerintah pusat untuk rencana
perkeretaapian lainnya, investasi pemerintah
mengenai arah induk perkeretaapian nasional;
seyogyanya difokuskan pada : a. Kereta api perkotaan;
pengembangan
b. pemerintah provinsi untuk b. Kereta api barang khususnya Sumatera, Jawa dan
perkeretaapian nasional
rencana induk perkeretaapian Kalimantan dan c. Kereta api di daerah tertinggal
4. Belum ada rencana induk provinsi; dan
yang sudah ditetapkan,
c. pemerintah kabupaten/kota
baik pada tingkat nasional,
untuk rencana induk
provinsi maupun
perkeretaapian kabupaten/kota.
kabupaten/kota
5. Pemerintah pusat belum
tanggap terhadap inisiatif
swasta dan pemda (kasus
di Sumatera, Kalimantan).
2. Reposisi Peran Secara umum lemah dalam Dalam hal tidak ada Badan Usaha 1. Dephub memfasilitasi pemda untuk mennyusun dan
Pemerintah Daerah kapasitas SDM dan yang menyelenggarakan prasarana menetapkan rencana induk perkeretaapian daerah
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
kelembagaan perkeretaapian umum, pemerintah
2. Dephub meningkatkan komunikasi dan memberikan
atau pemerintah daerah dapat
fasilitasi kepada pemda dalam peningkatan kapasitas
menyelenggarakan prasarana
SDM daerah
perkeretaapian. (Pasal 23)
3. Peran Sektor Swasta 1. Monopoli selama ini Pasal 23, 31. Penyelenggaraan 1. Keterlibatan investasi swasta dalam perkeretaapian
menyebabkan partisipasi prasarana dan sarana Indonesia perlu difokuskan pada angkutan
dan investasi sektor swasta perkeretaapian umum dilakukan penumpang dan barang yang memenuhi syarat perlu
tidak bertumbuh. oleh Badan Usaha, baik secara (necessary conditions), yakni: (a) permintaan pasar yang
sendiri-sendiri maupun melalui kuat; (b) kejelasan dan ketegasan peraturan
2. Monopoli publik
kerja sama. pemerintah untuk mengurangi resiko investasi
menumbuhkan persepsi
perkeretaapian yang bersifat jangka panjang; (c)
bahwa investasi di KA
investor swasta yang kuat dan fleksibel secara
mempunyai risiko yang
Pasal 1. Badan Usaha adalah Badan finansial yang dapat menanggung resiko terakhir
besar dengan tingkat
Usaha Milik Negara, Badan Usaha sebagai residual claimant.; (d) struktur proyek yang
kembalian yang kecil.
Milik Daerah, atau badan hukum terancang dengan baik yang dapat meminimalkan
3. ketidakpastian yang tinggi, Indonesia yang khusus didirikan risikonya dan dengan demikian akan mengurangi
khususnya resiko terkait untuk perkeretaapian. biaya finansial yang terlibat; dan (e) sistem hukum
kepastian hukum, dan peradilan yang efektif untuk menegakkan
perubahan politik dan perjanjian jangka panjang yang dibuat para pihak.
kebijakan pemerintah.
2. Dephub perlu segera membentuk P3-Node dan divisi
4. Secara parsial, minat sektor khusus dalam Node yang bkhusus menangani
swasta berinvestasi di perkeretaapian (contoh RVNL India), untuk
perkeretaapian sudah mempersiapkan proyek-proyek kereta api yang layak
mulai nampak walaupun secara finansial dan bankable. Dephub segera
masih menghadapi mempersiapkan program pelatihan dan pendidikan
kendala regulasi dan keahlian tentang PPP untuk mengisi tugas-tugas P3-
kelembagaan. Node tersebut.
4. Urgensi Penguatan 1. Belum ada kesatuan visi Memperkuat lembaga Ditjen Perkeretaapian untuk
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
Kapasitas dari berbagai instansi mampu
Kelembagaan pemerintah pusat
1. Merumuskan RIP pada tahun 2009
mengenai arah
pengembangan 2. Menterjemahkan RIP menjadi rangkain satuan
perkeretaapian nasional program kegiatan yang multi year sifatnya
2. Kapasitas absorsi APBN 3. Menyerap APBN menjadi Rp 10 -15 trilyun/tahun
sangat rendah dan terbatas
4. Menyiapkan proyek-proyek KA yang memenuhi
3. Ditjen KA hanya reaktif syarat perlu untuk mengundang partisipasi swasta
terhadap privatisasi
perkeretaapian, tanpa 5. Merancang dan melaksanakan privatisasi yang
program jelas dan tidak sesuai dengan best practices
memiliki kemampuan 6. Secara efisien dan tepat waktu melaksanakan
untuk melaksanakannya proyek-proyek pembangunan
sesuai dengan best
practices. 7. Bersifat proaktif dan cepat tanggap terhadap inisiatif
pemerintah daerah dan swasta
4. Persepsi yang salah bahwa
dengan UU No 23/2007 8. Melakukan pendekatan ke berbagai lembaga negara
pemda dan swasta serta lain untuk menyamakan visi, dan mendapatkan
merta berbondong- dukungan-komitmen pemerintah untuk
bondong berinvestasi, dan pelaksanaan RIP secara konsisten dan berkelanjutan.
pekerjaan pemerintah telah Dalam jangka pendek dan bilamana Ditejen KA belum
selesai. memiliki kapasitas kelembagaan seperti dimaksud diatas,
melakukan outsourcing kepada instansi pemerintah (misal
Departemen PU) atau lembaga lainnya.
LAMPIRAN 3 : MATRIKS REVITALISASI KORPORASI
1. Peran PT Kereta Api 1. PT. KAI (Persero) masih 1. Pasal 23 dan Pasal 31. 1. Sebaiknya pemerintah menerapkan opsi interim
(Persero) sebagai operator tunggal Penyelenggaraan prasarana dan sebagai transisi untuk menjaga kesinambungan
dan de-facto monopolis sarana perkeretaapian umum operasi. Opsi interim ini adalah melalui pembentukan
yang menguasai seluruh dilakukan oleh badan usaha sebagai divisi atau anak perusahaan yang berdiri sendiri
infrastruktur, sarana, dan penyelenggara, baik secara sendiri- sebagai badan usaha prasarana. Pada waktunya yang
bisnis jasa pelayanan sendiri maupun melalui kerjasama. dianggap tepat, divisi atau anak perusahaan tersebut
perkeretaapian. Pasal 33. Penyelenggaraan dapat dijadikan Badan Usaha Penyelenggara Prasaran
2. Belum ada kejelasan dan prasarana dan sarana yang mandiri, yang kendali kepemilikannya tidak lagi
konvergensi kebijakan perkeretaapian khusus dilakukan ada pada PT KAI.
pemerintah tentang peran oleh Badan Usaha untuk 2. Dalam masa transisi tersebut, pasar penyelenggaraan
PT KAI kedepan menunjang kegiatan pokoknya. sarana dibuka untuk investasi swasta untuk
khususnya yang terkait 2. Pasal 214. PT KAI tetap menerapkan sistem multi operator, di mana semua
dengan penyelenggaraan menyelenggarakan prasarana dan operator (termasuk PT KAI) akan membayar sewa
sarana dan prasarana sarana perkeretaapian berdasarkan (TAC) kepada divisi/anak perusahaan tersebut secara
perkeretaapian. UU 23/2007 dan memberi ruang paripasu.
gerak selama 3 (tiga) tahun kepada 3. Pemerintah perlu segera melakukan konsolidasi
PT KAI untuk menyesuaikan diri kebijakan dan memutuskan mengenai pemisahan
dengan ketentuan-ketentuan yang badan usaha penyelenggara sarana dan prasarana
diatur oleh undang-undang yang sebagai pedoman bagi PT KAI untuk melakukan
baru. langkah-langkah strategis restrukturisasi korporat-
nya.
2. Peningkatan 1. Rendahnya tingkat dan Pasal 3. 1. Pemerintah dan PT KAI perlu menempatkan
Keselamatan dan kualitas pelayanan, baik Perkeretaapian diselenggarakan dengan persoalan keselamatan dan kualitas pelayanan secara
Kualitas Pelayanan keselamatan, kenyamanan, tujuan untuk memperlancar perpindahan holistik. Hal ini menyangkut bukan saja peremajaan,
dan ketepatan waktu. orang dan/atau barang secara massal perbaikan dan pemeliharaan perangkat prasarana dan
2. Kondisi prasarana, sarana dengan selamat, aman, nyaman, cepat sarana yang ada, namun juga mencakup disiplin
dan sintelas telah dan lancar, tepat, tertib dan teratur, pemakai jalan dan kesadaran penumpang yang
malampaui umur teknis efisien. berbudaya, serta peremajaan dan peningkatan
dan kurang pemeliharaan kualitas SDM perkeretaapian.
sehingga berdampak 2. Pada tahaun anggaran 2009 ini, pemerintah bersama-
negatif yang besar terhadap sama dengan PT KAI segera melakukan audit
keselamatan dan kualitas menyeluruh dan inventarisasi aset sarana dan
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
pelayanan. prasarana yang merupakan langkah awal yang sangat
3. Penumpang KA menilai penting untuk mendayagunakan aset-aset tersebut.
bahwa ‘keselamatan’ dan
‘kenyamanan’ merupakan
hal terpenting bagi mereka,
sedang faktor ‘harga’
bukanlah prioritas mereka.
Hal ini bertentangan
dengan kebijakan
pemerintah selama ini yang
selalu menomorsatukan
harga diatas segalanya.
4. Disiplin pengguna jalan,
khususnya pada pelintasan
sebidang serta tiadanya
pintu lintasan atau tidak
berfungsinya lampu
pemberhentian menjadi
sebab utama tingginya
kecelakaan KA.
Pemisahan dan 1. Pengalaman 1. Pemerintah agar konsisten untuk meneruskan
Pembentukan Anak restrukturisasi pembentukan kedua anak perusahaan tersebut agar
Perusahaan perkeretaapian diberbagai terlaksana secepatnya. Kegagalan pembentukan
negara menunjukkan keduanya akan memberikan sinyal kegagalan
bahwa perusaahn kebijakan dan kesungguhan pemerintah.
incumbent seperti PT KAI 2. Pembentukan kedua anak perusahaan dapat
selalu enggan untuk mempercepat proses reformasi induknya, sekaligus
mendukung agenda dapat menjadi model acuan bagi pelaksanaan sistem
perubahan. intermoda, maupun menumbuhkan spirit
2. Tingkat resistansi atas berkompetisi dan untuk meningkatkan efisiensi dan
pembentukan anak kualitas pelayanan.
perusahaan di Jabodetabek
relatif lebih rendah
dibanding dengan yang di
Sumatera Selatan (melalui
JVCo). Hal ini
mencerminkan tingkat
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
kepentingan maupun
kompleksitas yang berbeda
diantara keduanya.
Penyehatan Kondisi 1. Secara operasional PT KAI Penjelasan Pasal 214. Pemerintah segera 1. Pemerintah perlu membantu PT KAI mengatasi
Finansial PT KA selalu merugi. Kerugian melakukan: (a) audit menyeluruh persoalan struktural yang dihadapi PT KAI, termasuk:
usaha ini ditutup oleh terhadap PT KAI; (b) melakukan 2. Memberikan kelonggaran dalam penetapan tarif
pendapatan diluar usaha inventarisasi aset prasarana dan sarana yang lebih rasional dan kompetitif
PT KAI; (c) menegaskan status kewajiban
untuk dapat membukukan 3. Membantu PT KAI mengatasi backlog prasarana,
pelayanan publik (PSO) dan program
keuntungan akhir pensiun pegawai (Past Service Liability); sarana dan sintelis agar mampu meningkatkan
2. Kerugian usaha tersebut dan (d) membuat neraca awal PT KAI. efisiensi dan menekan biaya
menyebabkan arus kas 4. Memperkokoh struktur modal PT KAI melalui
usaha (EBITDA) juga Pasal 3: inbreng asset dan sarana yang telah dikelola PT KAI,
negatif sehingga Perkeretaapian diselenggarakan dengan revaluasi aset dengan pajak tyang ditanggung negara,
sebenarnya PT KAI tidak tujuan untuk memperlancar perpindahan dan inbreng invetasi masa depan yang sangat besar
memiliki kemampuan orang dan/atau barang secara massal jumlahnya.
untuk meminjam. dengan selamat, aman, nyaman, cepat 5. PT KAI harus mampu menekan kebocoran
dan lancar, tepat, tertib dan teratur,
3. Jumlah ekuitas PT KAI pendapatan, serta meningkatkan efisiensi operasi.
efisien.
sebesar Rp 3,65 trilyun 6. Pemerintah bersama-sama PT KAI mempersiapkan
relatif kecil bila dibanding IPO agar PT KAI menjadi perusahaan terbuka.
besaran usaha dan
kebutuhan investasi di
masa depan.
4. Leverage PT KAI rendah
(nol) dan sebenarnya
memiliki kesempatan untuk
meminjam sekira Rp 3
smpai 4 trilyun. Namun
kesempatan ini tidak dapat
dipakai karena tiadanya
kemampuan untuk
mengembalikan
No Tantangan Kondisi Saat Ini Amanat UU 23/2007 Saran TRKA
5. PT KAI menghadapi
backlog prasarana, sintelas
dan sarana yang besarnya
sekira Rp 16 trilyun, namun
PT KAI tidak memiliki
kemampuan apapun untuk
mengatasi backlog tersebut.
5. Perombakan 1. Direksi PT KAI tidak solid 1. Pemerintah (Dephub, Meneg BUMN) perlu
Manajemen, 2. Ketergantungan kepada menetapkan strategi perubahan korporasi yang
Perubahan Budaya dukungan keuangan terfokus, bertahap dan berkesinambungan untuk
Kerja dan pemerintah menyuburkan mengurangi resistensi terhadap perubahan.
Penyegaran SDM
rasa tak berdaya. 2. Komitmen politik yang tinggi dari pemerintah untuk
3. Status sebagai monopolis mendorong revitalisasi korporasi PT KAI.
membuat manajemen dan 3. Perlu kepemimpinan yang kuat, solid dan mampu
karyawan complacent dan bekerja secara tim untuk menjadi champion bagi segala
sukar untuk berubah. inisiatif untuk melakukan perubahan dan revitalisasi
4. Tidak ada insentif untuk PT KAI.
meningkatkan efisiensi
dan kualitas pelayanan.
5. Pola pikir supply-driven,
berorientasi pada proyek
fisik.
LAMPIRAN 4 : MATRIKS PROYEK JANGKA PENDEK
2 Penyelenggaraan Peningkatan aksesibilitas Desember 2008 1. Pembentukan JVCo PT KA dan Telah ditandatangani
KA Batubara angkutan batubara untuk PT BA khusus menangani Perjanjian Pemegang Saham
SumSel mendukung proyek 10rb MW angkutan batubara saja Pembentukan JVCo pada
sedangkan angkutan tanggal 31 Oktober 2008
penumpang umum &
penugasan PSO lainnya
didelegasikan kepada PT KA
2. Keterlibatan PT KA dalam
skema JVCo sebagai penyedia
akses ke prasarana dengan
menyertakan sejumlah
lokomotif & gerbong kepada
JVCo dan PT sebagai off taker