Professional Documents
Culture Documents
RINGKASAN
DESI IRNALIA ASTUTI. Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi
Lahan Pertanian di Hulu Sungai Ciliwung Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.
Dibimbing Oleh PINI WIJAYANTI
Harga lahan merupakan alasan utama penduduk dalam menjual lahan pada
Kecamatan Cisarua. Penjualan lahan dilakukan karena penduduk tidak memiliki
pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Aktivitas
penjualan lahan tersebut juga diikuti oleh perubahan penggunaan lahan. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya konversi lahan. Perubahan tata guna lahan yang
sangat tinggi di hulu Sungai Ciliwung meningkatkan peluang terjadinya banjir
pada daerah hilir.
Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk memberikan informasi
mengenai pengaruh harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di hulu
Sungai Ciliwung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan, tujuan
khusus dari penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi laju konversi lahan di
Kecamatan Cisarua, (2) menganalisis keterkaitan harga lahan terhadap laju
konversi lahan, (3) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk dalam
mengkonversi lahan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan Kecamatan Cisarua
merupakan hulu Sungai Cilwung. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret-
April 2011. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
melalui kuisioner. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung,
Kecamatan Cisarua, Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua. Data sekunder yang
diperlukan merupakan data time series dari tahun 2001-2010, meliputi data harga
lahan per meter persegi, jumlah penduduk, vila, obyek wisata, luas konversi lahan,
serta studi literatur atau referensi lainnya berupa jurnal dan penelusuran data
melalui internet. Laju konversi lahan dianalisis dengan persamaan laju parsial dan
kontinu, pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
menggunakan metode linier berganda, sedangkan pengaruh harga lahan terhadap
laju konversi lahan menggunakan metode korelasi Pearson. Pengolahan data
dilakukan secara manual serta komputer dan melalui program Microsoft Office
Excel 2007, SPSS 15, dan Minitab.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tren laju konversi lahan di
Kecamatan Cisarua tahun 2001-2010 terus meningkat. Konversi lahan tertinggi
terjadi pada tahun 2006. Laju konversi lahan pertanian dan pemukiman masing-
masing sebesar 2.28 % dan 3.94 %. Keterkaitan harga lahan di tingkat Kecamatan
Cisarua pada tahun 2001-2010 berhubungan positif terhadap konversi lahan. Laju
konversi lahan semakin tinggi karena kenaikan harga lahan di Kecamatan Cisarua
lebih murah dibandingkan dengan daerah asal pembeli yaitu Jakarta. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penduduk pada tingkat rumah tangga dalam mengkonversi
lahan adalah harga lahan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan luas lahan yang
dimiliki saat menjual.
Kata kunci : Konversi lahan, Harga lahan, Laju parsial, dan Laju kontinu
ii
Judul Skripsi : Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian
di Hulu Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor.
Nama : Desi Irnalia Astuti
NRP : H44070024
Disetujui
Pini Wijayanti, SP, M.Si Nuva, SP, M.Sc
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 24 Juni 2011
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Keterkaitan Harga Lahan terhadap
Laju Konversi Lahan Pertanian di Hulu Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Desi Irnalia Astuti
H44070024
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kajian yang dilakukan meliputi
tren laju konversi lahan dengan persamaan laju parsial dan kontinu dan analisis
keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian dengan metode
korelasi Pearson. Selain itu, juga dilakukan analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi lahan sawah, perkebunan, dan hutan dengan metode
linier berganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang
terkait dengan penelitian ini.
Bogor, Juni 2011
Desi Irnalia Astuti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1 Konversi Lahan .......................................................................... 8
2.2 Fungsi Utama Lahan .................................................................. 9
2.3 Harga Lahan ............................................................................... 10
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan ................. 11
2.5 Dampak Konversi Lahan ............................................................ 12
III. KERANGKA PENELITIAN ........................................................... 14
3.1 Kerangka Teoritis ...................................................................... 14
3.1.1 Laju Konversi Lahan ........................................................ 14
3.1.2 Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi
Lahan Pertanian ................................................................. 15
3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan ........ 15
3.1.4 Hipotesis ........................................................................... 17
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .............................................. 18
IV. METODE PENELITIAN ................................................................. 20
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 20
4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 21
4.3 Metode Pengambilan Sampel .................................................... 22
4.4 Metode dan Prosedur Analisis ................................................... 22
4.4.1 Laju Konversi Lahan ........................................................ 23
4.4.1.1 Model Laju Konversi Lahan ................................ 23
4.4.2 Analisis Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Matriks Metode Analisis Data . ......................................................... 23
2 Luas Pemukiman dan Jalan di Kecamatan Cisarua Tahun
2001-2010 .......................................................................................... 46
3 Hasil Analisis Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi
Lahan Pertanian Tahun 2001-2010 dengan Korelasi Pearson ........... 47
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 1961dan 2010 ............. 3
2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur
Tahun 2005 2010 ............................................................................ 5
3 Diagram Alur Berpikir ...................................................................... 19
4 Peta Guna Lahan Kecamatan Cisarua Tahun 2000 dan 2009 ........... 20
5 Karakteristik Responden di Kecamatan Cisarua Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ....................................................... 34
6 Karakteristik Responden di Kecamatan Cisarua Berdasarkan
Lama Menetap Tahun 2011 .............................................................. 36
7 Laju Luasan Lahan Pemukiman dan Lahan Pertanian di
Kecamatan Cisarua Tahun 2001-2010 ............................................. 37
8 Tren Jumlah Penduduk Kecamatan Cisarua Tahun
2001-2010 ......................................................................................... 44
9 Harga Lahan Rata-Rata Kecamatan Cisarua dan Jakarta
Tahun 20012010 .............................................................................. 49
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuisioner Penelitian ............................................................................. 63
2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Cisarua Tahun
2001-2010 ............................................................................................ 66
3. Data Luasan Lahan Pertanian Kecamatan Cisarua
Tahun 2001-2010 ................................................................................. 66
4. Data Luasan Pemukiman Kecamatan Cisarua Tahun 2001-
2010 ..................................................................................................... 67
5. Data Harga Lahan Rata-Rata Kecamatan Cisarua dan
Jakarta Tahun 2001-2010 .................................................................... 67
6. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk dalam
Mengkonversi Lahan ........................................................................... 68
7. Laju Luasan Lahan Pertanian dan Pemukiman Kecamatan
Cisarua Tahun 2001-2010 ................................................................... 72
8. Laju Konversi Lahan Kontinu Kecamatan Cisarua Tahun
2001-2010 ........................................................................................... 72
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dikonversi menjadi lahan non RTH
akan menimbulkan dampak negatif dalam berbagai aspek. Namun, potensi
dampak konversi lahan tersebut seringkali kurang disadari, sehingga masalah
konversi lahan tidak menjadi perhatian masyarakat dan upaya pengendalian
konversi lahan terkesan terabaikan. Sala et al. (2000) menyatakan bahwa konversi
lahan terjadi di berbagai jenis lahan. Konversi lahan bisa terjadi di lahan sawah
dan hutan, dataran rendah maupun dataran tinggi dengan risiko yang berbeda-
beda. Dataran tinggi atau pun area puncak memiliki risiko yang cukup besar,
khususnya di hulu sungai dimana konversi lahan berdampak pada peningkatan
aliran dari dataran tinggi dan volume run off.
Kegiatan konversi lahan yang sangat tinggi di hulu sungai meningkatkan
peluang terjadinya banjir di daerah hilir. Salah satu bentuk konversi lahan adalah
pembangunan di daerah resapan air. Semakin banyak ruang RTH yang dikonversi
menjadi non RTH mengakibatkan semakin rendahnya daya resap air di daerah
tersebut. Bertambahnya wilayah terbangun (built up area) menyebabkan muka
tanah yang merupakan peresapan akan jauh berkurang luasannya (Achard et al.
1987) dalam (Barbier 1999). Rendahnya daya resapan air menyebabkan
peningkatan aliran permukaan. Tingginya tingkat aliran permukaan tersebut
memicu peningkatan volume air yang menyebabkan terjadinya banjir.
Penyebab tingginya aliran permukaan di antaranya adalah hilangnya fungsi
hutan sebagai penahan aliran permukaan akibat adanya curah hujan di daerah
hulu. Salah satu kejadian banjir akibat curah hujan di daerah hulu Sungai
2
1
http://www.bnpb.go.id/website/ asp/index.asp. diakses tanggal 4 Januari 2011
3
Bogor setiap tahun rata-rata meningkat sebesar 3.13 persen. Pertambahan tersebut
akan menimbulkan pengaruh terhadap konversi lahan. Adapun gambaran tren
peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 1
berikut ini.
Sumber: BPS, 2010
Gambar 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 1961-2010
Pertambahan penduduk di Kabupaten Bogor mempengaruhi penggunaan
tata guna lahan yang ada, khususnya di daerah hulu Sungai Ciliwung. Perubahan
tata guna lahan dapat menaikkan ataupun mengurangi volume run off dan waktu
konsentrasi suatu area (Viessman 1977). Faktor yang paling besar mempengaruhi
volume aliran adalah laju infiltrasi dan tampungan permukaan. Berdasarkan data
BPS (2006), jenis penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2001 berupa
pemukiman, jasa, dan industri sebesar 314 658 ha dan pada tahun 2006 meningkat
menjadi 319 862 ha. Seiring adanya pertumbuhan penduduk maka penggunaan
lahan untuk pemukiman dan sektor industri di daerah hulu Sungai Ciliwung juga
meningkat.
Sektor industri yang sangat diminati di daerah hulu Sungai Ciliwung
adalah industri pariwisata. Daerah dataran tinggi di hulu sungai ini memiliki
pesona alam yang indah. Kondisi udara yang sejuk dan jauh dari keramaian kota
sangat menarik minat pengunjung. Hal ini terlihat dari banyaknya wisatawan
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
1961 1971 1980 1990 2000 2010
J
i
w
a
Tahun
jumlah penduduk
4
domestik yang datang untuk berlibur bersama keluarga, teman, maupun kerabat.
Terdapat berbagai macam obyek wisata yang tersedia, di antaranya kebun
binatang, wahana outbond, rumah makan, dan tempat wisata lainnya. Selain itu
masih banyak terdapat objek wisata alam lainnya. Banyaknya wisatawan yang
datang menarik minat investor untuk mendirikan penginapan seperti vila, hotel,
dan wisma di daerah tersebut sebagai sumber investasi. Hal tersebut diduga
termasuk menjadi salah satu penyebab konversi lahan.
1.2. Perumusan Masalah
Konversi lahan terjadi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang
semakin meningkat setiap tahun. Salah satu wilayah yang mengalami
pertambahan jumlah penduduk yang tinggi adalah Kabupaten Bogor. Jumlah
penduduk yang tinggi terlihat lebih signifikan jika dibandingkan dengan dua
kabupaten lain yaitu Sukabumi dan Cianjur. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor
pada tahun 2005 mencapai 4 256 980 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
Kabupaten Sukabumi 2 300 640 jiwa, dan jumlah penduduk Kabupaten Cianjur
sebesar 2 118 120 jiwa. Adapun perbandingan jumlah penduduk Kabupaten
Bogor, Sukabumi, dan Cianjur dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Sumber: BPS, 2010
Gambar 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur
Tahun 2005-2010
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
2005 2006 2007 2008 2009
J
i
w
a
Tahun
Cianjur
Sukabumi
Bogor
5
2. Konversi lahan yang dibahas dalam penelitian ini hanya dilihat dari luasan
sawah, perkebunan dan hutan.
3. Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini berupa data harga lahan
setiap meter, luasan lahan hijau (sawah, hutan, dan perkebunan), pemukiman,
penduduk masing-masing desa, DAS hulu Ciliwung, serta data konversi lahan
berupa lahan hijau dan pemukiman di hulu Ciliwung.
4. Dampak konversi lahan terhadap lingkungan hanya dilihat dari hilangnya lahan
hijau menjadi pemukiman dan hilangnya daya resapan air yang dapat
mengakibatkan banjir.
8
1. Nilai keuntungan, dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat dicapai
dengan jual beli lahan di pasaran bebas.
2. Nilai kepentingan umum, yang dihubungkan dengan pengaturan untuk
masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat
3. Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar bagi kehidupan yang dinyatakan
oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestarian, tradisi,
kepercayaan, dan sebagainya.
Fungsi lahan yaitu digunakan untuk pemukiman, perkebunan, industri,
perkotaan maupun pedesaan, serta sebagai nilai budaya dan kelestarian
lingkungan. Kategori lahan berupa nilai keuntungan, nilai kepentingan umum, dan
nilai sosial. Ketiga kategori tersebut menunjukan bahwa alasan setiap individu
menggunakan lahan dipengaruhi oleh tujuan yang berbeda-beda.
2.3. Harga Lahan
Nilai lahan secara definisi diartikan sebagai kekuatan nilai dari lahan untuk
dipertukarkan dengan barang lain yang dapat didefinisikan sebagai harga (diukur
dalam satuan uang) yang dikehendaki oleh penjual dan pembeli. Nilai lahan
merupakan harga lahan yang diukur dalam satuan uang per meternya (Michalski
et al. 2010)
Pesatnya perkembangan suatu kota dan tingginya laju pertumbuhan jumlah
penduduk, secara langsung membuat kebutuhan lahan akan menjadi tinggi.
Ketersediaan lahan yang semakin terbatas dan jumlahnya relatif tetap membuat
nilai lahan juga akan meningkat pula. Nilai lahan juga menentukan penggunaan
lahan, karena penggunaan lahan ditentukan oleh kemampuan untuk membayar
lahan yang bersangkutan. Peningkatan nilai lahan terjadi di pusat kota dan
11
mengalami penurunan secara teratur menjauhi pusat kota (Berry 2008) dalam
(Yunus 2006).
Penelitian Jamal (2001), di Kabupaten Karawang Jawa Barat, harga jual
lahan yang diterima petani dalam proses alih fungsi lahan secara signifikan
dipengaruhi oleh status lahan, jumlah tenaga kerja yang terserap di lahan tersebut,
jarak dari saluran tersier, jarak dari jalan, dan jarak dari kawasan industri atau
pemukiman. Sementara itu produktivitas lahan, jenis irigasi, dan peubah lain tidak
berpengaruh signifikan.
Faktor-faktor penentu harga lahan antara lain adalah kondisi dan lokasi
lahan. Kondisi lahan dapat menentukan tingkat harga lahan, semakin baik kondisi
lahan yang ada, semakin mahal harga lahan tersebut. Lokasi juga menentukan
harga lahan yang ditentukan oleh jarak lokasi lahan terhadap akses umum seperti
pusat perbelanjaan, rumah sakit, tempat wisata, dan lain-lain.
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan
Proses alih fungsi lahan secara langsung dan tidak langsung ditentukan
oleh dua faktor, yaitu: sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat
dan pemerintah, dan sistem non kelembagaan yang berkembang secara alamiah
dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan
pemerintah antara lain direpresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa
peraturan mengenai konversi lahan.
Konversi lahan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk yang semakin
meningkat. Rusli (2005) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya jumlah
penduduk, rasio antara manusia dan lahan menjadi semakin besar, sekali pun
pemanfaatan setiap jengkal lahan sangat dipengaruhi taraf perkembangan
12
y(t) = a + b t
y(t) = a e
bt
ln y(t) = ln a + b t...........(3.2)
dimana:
y(t) = Luas lahan yang dikonversi pada tahun ke-t (ha)
a = Nilai intersep (ha)
t = Tahun
b = Laju konversi lahan
e = Error term
Besarnya laju konversi lahan dapat dilihat dari persentase nilai yang
diperoleh. Berdasarkan nilai yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar nilai persentase, maka semakin tinggi tingkat konversi lahan yang terjadi di
wilayah tersebut.
3.1.2. Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian
Keterkaitan antara harga lahan dengan laju konversi lahan merupakan
gambaran tentang dugaan kegiatan konversi yang dipengaruhi variabel-variabel.
Irianto (2008) menyatakan bahwa model statistik merupakan alat bantu untuk
memberikan gambaran atas suatu kejadian melalui bentuk yang sederhana, baik
berupa angka-angka maupun grafik-grafik.
3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan
Kegiatan konversi lahan sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor yang
mempengararuhi tindakan tersebut. Faktor konversi lahan terdiri dari dua jenis
yaitu faktor makro dan mikro. Faktor makro berupa data yang diperoleh dari
kecamatan Cisarua terkait perubahan industri, pertumbuhan jumlah penduduk,
harga lahan, jumlah vila, jumlah obyek wisata, dan luas konversi lahan. Faktor
kedua yaitu faktor mikro, berupa data dari kepala rumah tangga yaitu harga jual
16
lahan yang dimiliki, tingkat pendapatan, lama menetap, dan luas lahan yang
dimiliki.
Perubahan industri merupakan salah satu faktor makro yang berkembang
pesat di daerah hulu Sungai Ciliwung yaitu industri pariwisata. Pemanfaatan lahan
oleh industri pariwisata cukup besar. Hal ini terbukti dari bertambahnya jumlah
vila akhir-akhir ini. Tingginya tingkat permintaan pariwisata secara tidak
langsung mempengaruhi sektor lain, seperti penginapan, tempat makan,
peristirahatan, dan lain-lain.
Faktor makro lainnya yaitu pertumbuhan penduduk yang dapat
menyebabkan perubahan tata guna lahan. Peningkatan jumlah penduduk
menyebabkan bertambahnya kebutuhan lahan untuk tempat tinggal. Secara tidak
langsung ruang terbuka hijau yang ada di wilayah tersebut dikonversi menjadi
tempat tinggal. Selain itu, kemiskinan ekonomi juga merupakan faktor makro
yang mempengaruhi konversi lahan. Kemiskinan ekonomi dalam hal ini
disebabkan karena kesejahteraan petani cukup rendah. Produktivitas petani sangat
rendah, sehingga petani beralih profesi dan berusaha mendapatkan modal dengan
cara menjual lahan pertanian sebagai modal untuk berusaha di bidang lain.
Faktor mikro merupakan faktor yang mempengaruhi konversi lahan dalam
skala kecil berupa nilai ekonomi rumah tangga. Nilai ekonomi rumah tangga
diperoleh dari penghasilan masing-masing kepala keluarga. Besar kecilnya
penghasilan kepala keluarga akan menentukan seberapa besar tingkat konversi
yang dilakukan oleh individu kepala keluarga tersebut. Apabila nilai ekonomi
keluarga tersebut sangat rendah, maka kemungkinan untuk melakukan tindakan
konversi lahan akan semakin besar.
17
3.1.4. Hipotesis
Berdasarkan persamaan regresi sederhana di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Harga lahan berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Apabila harga lahan
semakin tinggi, maka pemilik lahan akan semakin tertarik untuk menjual lahan
yang dimiliki, akibatnya konversi lahan akan semakin tinggi.
2. Lama menetap berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Semakin lama
pemilik lahan tinggal di daerah tersebut maka kebutuhan rumah tangga tersebut
akan meningkat dikarenakan adanya pertambahan anggota keluarga maupun
adanya peningkatan keperluan hidup sehari-hari. Sehingga kecenderungan
untuk menjual lahan menjadi besar dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, akibatnya konversi lahan menjadi tinggi.
3. Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Semakin
banyak jumlah tanggungan dalam keluarga maka konversi lahan akan semakin
tinggi.
4. Tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap konversi lahan. Apabila
tingkat pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka konversi lahan semakin
rendah.
5. Luas lahan yang dimiliki berpengaruh positif terhadap konversi lahan. Semakin
besar luas lahan yang dimiliki maka lahan yang dijual semakin tinggi.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Hulu sungai merupakan salah satu penyumbang aliran air ke daerah hilir.
Adanya konversi lahan di daerah hulu dapat mengakibatkan berbagai macam
ancaman, terutama peristiwa banjir di hilir. Tidak adanya penyerapan akibat lahan
18
terbuka hijau yang telah rusak merupakan salah satu penyebab kejadian tersebut.
Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya pembangunan luas
pemukiman juga diduga menjadi pemicu kurangnya daya resapan air di daerah
hulu sehingga menyebabkan debit air yang dialirkan ke hilir menjadi semakin
besar.
Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini adalah keterkaitan
antara tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian. Peneliti
melakukan analisis laju konversi lahan dari data konversi lahan yang diperoleh
dari Kecamatan untuk menjawab tujuan pertama dalam penelitian ini. Kajian
mengenai laju konversi lahan tersebut bertujuan untuk melihat persentase untuk
mengetahui seberapa besar lahan yang dikonversi. Berikutnya peneliti melakukan
analisis keterkaitan harga lahan terhadap laju konversi lahan pertanian di hulu
sungai yang merupakan daerah resapan air. Analisis menggunakan salah satu
model statistik yaitu metode korelasi Pearson.
Tahapan selanjutnya dan merupakan tahapan terakhir yang dilakukan
peneliti untuk menjawab tujuan ketiga dalam penelitian ini adalah menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk dalam mengkonversi lahan dengan
metode survei dengan unit analisis penduduk hulu sungai. Kajian ini bertujuan
untuk mengetahui hal apa saja yang mendorong penduduk melakukan konversi
lahan. Selanjutnya dari hasil penelitian ini dirumuskan rekomendasi kebijakan
bagi pemerintah setempat dalam mengatur tata guna lahan di hulu sungai.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka berpikir
terkait dengan rencana penelitian tersaji pada Gambar 3.
19
Gambar 3. Diagram Alur Berpikir
Pembangunan
Pemukiman dan Vila
Konversi Lahan di
Daerah Hulu
Potensi Banjir di Daerah Hilir
Perubahan
Tutupan Lahan
Pertambahan Jumlah
Penduduk yang
Semakin Meningkat
Kecamatan
Cisarua sebagai
Tujuan Wisata
Peningkatan
Aliran Permukaan
(run-off)
Perubahan Tata Guna
Lahan
Keterkaitan Harga Lahan
terhadap Konversi Lahan
Diperlukan Kajian
Secara Komprehensif
Faktor-Faktor
Pengaruh Konversi
Lahan
Laju Konversi
Lahan
Rekomendasi Kebijakan
20
Peta guna lahan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan dari tahun
2000 hingga tahun 2009. Warna hijau tua pada gambar menunjukkan luas hutan
yang ada, sedangkan warna hijau muda menunjukkan kawasan perkebunan.
Berdasarkan gambar tersebut, luas perkebunan dari tahun 2000 ke tahun 2009
mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah
penduduk yang dapat menyebabkan tingginya pemukiman yang didirikan.
Warna merah pada gambar tersebut menunjukkan pemukiman dan
bangunan yang terdapat di kawasan Kecamatan Cisarua. Berdasarkan gambar
tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pemukiman di Kecamatan Cisarua cenderung
bertambah. Hal ini ditunjukkan oleh kawasan berwarna merah yang semakin
meluas di tahun 2009. Perubahan tersebut menunjukkan telah terjadi konversi
lahan di Kecamatan Cisarua dan hal tersebut menjadi latar belakang dari
penelititan ini.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui
kuisioner. Data primer meliputi data mengenai faktor-faktor yang menjadi alasan
utama penduduk mengkonversi lahan serta data lainnya yang diperlukan dalam
penelitan. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) RI Jakarta, BPS Provinsi Jawa Barat, dan BPS Kabupaten Bogor,
Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung, Kecamatan Cisarua, Desa Tugu Utara
dan Kelurahan Cisarua. Data sekunder yang diperlukan merupakan data time
series dari tahun 2001-2010, meliputi data harga lahan per meter persegi, jumlah
22
penduduk, jumlah vila, jumlah obyek wisata, luas jalan, dan luas konversi lahan
yang diperoleh dari pemerintah dan aparat di Kecamatan Cisarua.
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Penentuan desa dilakukan secara purposive, sedangkan untuk penentuan
lokasi pengambilan data primer yaitu rukun warga (RW) dilakukan dengan cara
justified. RW yang dipilih di Desa Tugu Utara merupakan tempat terdekat dengan
stasiun pengamatan aliran sungai (SPAS) yang memantau besarnya debit air
sungai. Sedangkan untuk Kelurahan Cisarua dipilih RW yang memiliki jumlah
penduduk terpadat yang menjadi salah satu penyumbang debit air pada DAS hulu
Sungai Ciliwung.
Penentuan responden dilakukan dengan stratified random sampling, yaitu
membagi populasi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu, atau dalam
strata. Anggota sampel ditarik dari setiap strata (Nazir 1988). Sampling frame dari
penelitian adalah penduduk yang pernah menjual lahan yang dimiliki. Responden
telah menetap lebih dari lima tahun, pernah menjual lahan yang dimiliki, serta
dapat berkomunikasi dengan baik. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh
responden yang berpengalaman sehingga diperoleh informasi yang mendalam
mengenai laju konversi lahan serta hubungannya terhadap harga lahan. Responden
diambil sebanyak 40% persen dari sampling frame tersebut.
4.4. Metode dan Prosedur Analisis
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual serta komputer
dan melalui program Microsoft Office Excel 2007, SPSS 15, dan MiniTab. Tabel
23
)
2
(-
)
2
...(4.4)
Atau dapat dihitung dengan rumus Pearson yang lain, yaitu:
r =
nX-X
nX
2
- (X)
2
n
2
- ()
2
.....(4.5)
dimana:
X
correlation yang mengukur kekuatan hubungan linier (garis lurus) dari kedua
variabel tersebut. Koefisien korelasi linear kadang-kadang disebut sebagai
koefisien korelasi Pearson untuk menghormati Karl Pearson (1857-1936), yang
pertama kali mengembangkan ukuran statistik ini.
Variabel-variabel yang akan dilihat hubungannya antara lain harga lahan
per meter persegi, jumlah penduduk, jumlah vila, jumlah obyek wisata, dan luas
konversi lahan tahun 2001 hingga 2010. Melalui variabel-variabel tersebut kita
dapat melihat bagaimana hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain.
Interpretasi hasil perhitungan Pearson meyatakan jika hasil tersebut negatif,
positif, maupun nol akan menunjukan pola hubungan antar variabel tersebut,
apakah saling mempengaruhi atau tidak.
4.4.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan
Analisis data yang digunakan dalam mengkaji faktor-faktor pengaruh
konversi lahan adalah analisis regresi linier berganda. Tujuannya adalah membuat
suatu deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta. Analisis regresi linier berganda melalui beberapa tahapan
dalam menentukan nilai a dan b pada koefisien-koefisien di atas maka digunakan
perumusan sebagai berikut:
Y = a +
1
X
1 +
2
X
2 +
3
X
3
+
4
X
4
+
5
X
5 +
..
(4.1)
dimana:
Y = Luas lahan yang dikonversi (Ha)
a
= Intersep
X
1
= Variabel harga lahan yang dijual (Rp/m
2
)
X
2
= Variabel lama menetap (tahun)
X
3
= Variabel jumlah tanggungan dalam keluarga (orang)
X
4
= Variabel pendapatan (Rp/bulan)
28
X
5
= Variabel luas lahan yang dimiliki (m
2
)
1
,
2
,
5
= Koefisien regresi
= Error term
Analisis regresi linier berganda merupakan alat untuk memperoleh suatu
prediksi di masa lalu maupun yang akan datang dengan dasar keadaan saat ini.
Prediksi dalam hal ini bukanlah merupakan hal yang pasti, namun mendekati
kebenaran. Tahapan penentuan nilai a dan b dapat dicari dengan teknik eliminasi
dimana dilakukan dengan cara menghilangkan satu demi satu bagian sehingga
diperoleh nilai pernilai.
Regresi linier sederhana dengan variabel ganda adalah analisis statistik
yang mencakup hubungan banyak variabel. Apabila dijumpai satu variabel terikat
yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas dalam mempengaruhi variabel
terikat itu bermacam, sehingga bentuk hubungannya pun tentunya berbeda-beda.
Sifat hubungan berjenjang sering kali terjadi dalam kajian ilmu sosial. Variabel
lain menjembatani pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut
dengan variabel antara. Variabel bebas itu sendiri mempunyai pola hubungan
yang tidak tetap. Artinya bisa benar-benar bebas, berkorelasi tetapi tidak
signifikan atau mempunyai hubungan yang tidak erat.
Metode regresi linier berganda memiliki beberapa asumsi. Asumsi model
regresi dikaitkan dengan pengujian parameter model dimana pengujian dikatakan
sah jika asumsi pengujian dipenuhi. Asumsi tersebut menyangkut sifat dari
distribusi residual. Residual harus menyebar di sekitar 0, memiliki varians konstan
(identik) dan independen (tidak berkorelasi satu sama lain). Salah satu syarat
untuk mencapai ini yaitu data tidak bersifat time series. Regresi linier berganda
dibutuhkan kondisi antar variabel X tidak saling berkorelasi (independent).
29
Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa model
yang telah dihasilkan adalah baik. Menurut Sutandi (2009), model yang baik
haruslah memenuhi beberapa uji asumsi pelanggaran, seperti:
1. Kriteria Ekonomi
Model yang diuji berdasarkan kriteria ekonomi akan dilihat tandan dan besaran
tiap koefisien dugaan yang telah diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda
dan besaran yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan teori
ekonomi. Apabila model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, maka model
tersebut dapat dikatakan baik secara ekonomi, namun, apabila kriteria tersebut
tidak memenuhi standar ekonomi maka model tersebut tidak dapat dikatakan baik
secara ekonomi.
2. Kriteria Statistik dan Ekonometrika
Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian model
regresi yang telah didapatkan secara statistika dan ekonometrika. Uji tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau
observasi yang jumlahnya kurang dari 60 mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov-
Smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan
perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain.
Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di atas 5
% bearti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji
dengan data normal baku, artinya data tersebut normal.
30
b. Uji Multikolinieritas
Model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah
Multikolinieritas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah bebas. Masalah
ini dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana apabila nilai Varian
Inflaction Factor (VIF) < 10 maka tidak ada masalah multikolinieritas. Hal ini
berarti bebas uji asumsi pelanggaran dan persamaan yang digunakan merupakan
persamaan yang baik dan tidak terdapat pelanggaran.
c. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode penggunaan kuadrat terkecil adalah Homoskedastisitas,
yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi
Homoskedastisitas adalah Heteroskedastisitas. Masalah Heteroskedastisitas dapat
dideteksi dengan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-
variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikannya dari
hasil uji gletser lebih besar dari (5 %) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat
dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita mengabaikan adanya
autokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses
peramalan. Uji paling sering digunakan dalam mendeteksi adanya autokolerasi
dalam suatu model adalah uji DW (Durbin Watson Test), dan jika hasilnya
mendekati 2 maka tidak ada autokolerasi (Sutandi 2009).
31
Cibeureum, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Citeko dan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Batulayang. Keempat wilayah tersebut masih berada
dalam kawasan Kecamatan Cisarua. Curah hujan sebesar 3 330 mm/tahun,
kelembaban dengan suhu rata-rata 26
o
C-14
o
C, serta bentuk wilayah yang berbukit.
Kelurahan Cisarua merupakan wilayah yang paling padat penduduknya di antara
desa yang ada di Kecamatan Cisarua,
Letak geografis Desa Tugu Utara terletak pada 6.67
o
LS dan 106.97
o
BT
dengan luas wilayah sebesar 1 703 ha. Wilayah ini terletak paling dekat dengan
hulu Sungai Ciliwung jika dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di
Kecamatan Cisarua. Batas wilayah sebelah utara dan barat berbatasan dengan
Desa Batulayang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tugu Selatan, dan
sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciloto. Desa ini terletak di ketinggian 650-
1 200 m dari permukaan laut. Suhu maksimum/minimum 23.91
o
C17.85
o
C.
Curah hujan rata-rata 3 178 mm/tahun.
5.2. Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum responden di Kecamatan Cisarua diperoleh
berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 50 orang penduduk asli yang sudah
pernah menjual lahan yang dimiliki. Karakteristik umum responden ini dilihat dari
beberapa variabel meliputi jenis kelamin dan usia, pendidikan formal, luas lahan,
dan status kepemilikan lahan, tingkat pendapatan, serta lama menetap di lokasi.
5.2.1. Jenis Kelamin dan Usia
Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 50 orang
yang berasal dari dua wilayah yaitu Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua.
masing-masing sebanyak 25 responden. Responden yang diambil dari Desa Tugu
33
Desa Tugu Utara Kelurahan Cisarua
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambar 5. Karakteristik Responden di Kecamatan Cisarua Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Tahun 2011
Tingkat pendidikan responden di kedua wilayah berbeda disebabkan
karena perbedaan tingkat usia dan pendapatan rumah tangga yang cukup jauh.
Tingkat pendapatan responden di Desa Tugu Utara jauh lebih kecil dibandingkan
dengan Kelurahan Cisarua. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan responden
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Adanya responden
yang tidak bersekolah di Desa Tugu Utara disebabkan karena pada saat responden
berusia sekolah belum tersedia sarana pendidikan di wilayah tersebut, mengingat
pada saat itu responden berada pada zaman penjajahan Belanda.
5.2.3. Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Luas lahan yang dimiliki oleh responden saat menjual lahan sangat
bervariasi. Kisaran luas lahan yang dimiliki responden Desa Tugu Utara mulai
dari 0.0049 sampai dengan satu hektar dengan rata-rata kepemilikan lahan sebesar
0.2114 ha. Persentase penduduk yang memiliki luas lahan di bawah rata-rata
sebesar 72 %. Sementara kepemilikan lahan di Kelurahan Cisarua jauh lebih
sedikit dibandingkan di Desa Tugu Utara yaitu mulai dari 0.0035 sampai 0.1600
ha dengan rata-rata kepemilikan lahan seluas 0.0191 ha. Sebanyak 84 %
responden memiliki lahan di bawah 0.0191 ha. Umumnya luas lahan yang
Tidak
Sekolah
SD
SMP
SLTA
SD
SMP
SLTA
Perguruan
Tinggi
35
memperoleh lapangan pekerjaan yang lebih layak. Responden di Desa Tugu Utara
pada umumnya bekerja sebagai penjaga vila dan di Kelurahan Cisarua sebagian
besar responden bekerja sebagai wiraswasta.
5.2.5. Lama Menetap di Lokasi
Responden sebagian besar merupakan penduduk asli yang sudah sejak
lahir tinggal di kedua wilayah tersebut dan merupakan penduduk asli. Responden
di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua sebagian besar telah menetap selama
41 hingga 85 tahun, masing-masing sebesar 48 % dan 40 %, sisanya telah
menetap di bawah 40 tahun. Persentase lama menetap dapat dilihat pada Gambar
6 berikut ini.
Desa Tugu Utara Kelurahan Cisarua
Sumber: Data Primer (diolah)
Gambar 6. Karakteristik Responden di Kecamatan Cisarua Berdasarkan
Lama Menetap Tahun 2011
4185
tahun
2140
tahun
<20
tahun
4185
tahun
2140
tahun
<20
tahun
37
tersebut. Kebijakan lainnya adalah dengan penetapan pajak yang tinggi sebesar
10% dari harga beli bangunan tersebut.
Laju konversi lahan terhadap luasan pemukiman tertinggi terjadi pada
tahun 2006 dan tahun 2010. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembangunan
besar-besaran baik dari sektor pariwisata maupun tempat peristirahatan.
Perkembangan jumlah vila sepanjang tahun 2001 hingga 2010 terus bertambah.
Jumlah vila di kawasan ini pada tahun 2002 yaitu sebanyak 112 unit, dan
meningkat menjadi sekitar 400 vila pada tahun 2006. Laju konversi ini juga
diperparah dengan perkembangan jumlah obyek wisata di wilayah tersebut terus
bertambah. Mulanya pada tahun 2001 hanya terdapat obyek wisata Puncak dan
Taman Safari Indonesia, namun pada tahun 2006 bertambah satu obyek wisata
baru.
Salah satu contoh obyek wisata baru yaitu didirikannya obyek wisata
Taman Wisata Matahari. Tempat tersebut dibangun sebelum tahun 2006 dan telah
selesai dibangun pada tahun 2007 dengan luas areal mencapai 30 ha. Saat ini
obyek wisata tersebut menjadi obek wisata favorit wisatawan yang datang dan
menjadi salah satu obyek wisata andalan di daerah tersebut.
Perubahan alih fungsi lahan yang biasanya dijadikan lahan
terbangun/pemukiman ini akan sulit ditata ulang karena pelestarian fungsi
lingkungannya yang tidak tergantikan. Konversi lahan bisa mempengaruhi kadar
buangan air yang seharusnya bisa terserap tanah. Misalnya yang tadinya lahan
pertanian dapat menyerap 70 % air hujan, karena beralih menjadi pemukiman,
bisa berkurang daya penyerapannya hingga 30 % (Arsyad 2010). Hal ini
dibuktikan dengan adanya kejadian banjir yang terjadi pada wilayah Jakarta pada
42
2
id.wikipedia.org/wiki/banjir_Jakarta_2007 diakses 28 Mei 2011
43
3
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2007/05/21/LU/mbm.20070521.LU124012.id.html
diakses tanggal 4 Mei 2011
4
www1.menlh.go.id/serasi/serasi2009_edisi_2.pdf diakses tanggal 27 Mei 2011
44
Pertambahan jalan tertinggi terjadi pada tahun 2005 hingga 2006. Hal ini
sejalan dengan pertambahan pemukiman. Pertumbuhan pemukiman pada tahun
2005 hingga 2006 juga meningkat tinggi. Infrastruktur berupa jalan sering kali
tidak dapat berkurang luasannya. Hal ini disebabkan karena jalan merupakan
sarana yang dimanfaatkan tidak hanya untuk akses terhadap pemukiman namun
juga untuk kebutuhan lainnya. Luasan jalan dapat bertambah seiring dengan
pertambahan pemukiman maupun sarana lainnya karena sarana-sarana tersebut
membutuhkan jalan sebagai kebutuhan utama untuk melakukan kegiatan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, laju konversi, baik untuk lahan
pemukiman maupun sawah, perkebunan, dan hutan secara parsial yang tertinggi
terjadi pada tahun 2006. Laju konversi lahan yang dikonversi untuk pemukiman
yang tertinggi juga terjadi pada tahun 2006. Jumlah penduduk yang tinggi pada
tahun 2006 menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal dan bangunan lainnya
juga bertambah, sehingga lahan pertanian banyak yang dikonversi pada tahun
tersebut.
6.2. Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian
Penelitian ini dilakukan pada tingkat makro berdasarkan data sekunder
Kecamatan Cisarua sepanjang tahun 2001 hingga 2010. Analisis dilakukan
dengan menggunakan metode Pearson untuk mengetahui hubungan harga lahan
terhadap laju konversi lahan terhadap luasan pertanian yang terdiri dari sawah,
perkebunan, dan hutan serta luasan pemukiman. Harga lahan rata-rata yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga lahan yang diperoleh berdasarkan
NJOP dengan sumber dari Kantor Kecamatan Cisarua dan Direktorat Jendral
48
Pajak Jakarta. Hasil analisis hubungan harga lahan terhadap laju konversi lahan
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 3. Hasil Analisis Keterkaitan Harga Lahan terhadap Laju Konversi
Lahan Pertanian Tahun 2001-2010 dengan Korelasi Pearson
Variabel Harga Lahan
Lahan Pertanian
(Sawah,
Perkebunan, dan
Hutan)
Pemukiman
Harga
Lahan
Pearson
Correlation 1.000 -0.721 0.807
Sig. (2-tailed) *0.019 *0.005
Lahan
Pertanian
(Sawah,
Perkebunan,
Hutan)
Pearson
Correlation -0.721 1.000 -0.747
Sig. (2-tailed) 0.019 0.013
Pemukiman
Pearson
Correlation 0.807 -0.747 1.000
Sig. (2-tailed) 0.005 0.013
Sumber: Data Primer (diolah)
Hubungan harga lahan terhadap luasan lahan sawah, perkebunan, dan
hutan adalah negatif. Nilai korelasi harga lahan terhadap lahan pertanian sebesar -
0.721 dengan nilai p-value sebesar -0.019 pada taraf nyata 5 %. Artinya, harga
lahan rata-rata berkorelasi negatif dan signifikan terhadap luasan lahan sawah,
perkebunan, dan hutan. Apabila harga lahan di Kecamatan Cisarua tinggi, maka
luasan lahan sawah, perkebunan, dan hutan akan berkurang akibat adanya
peningkatan penjualan lahan yang dilakukan oleh pemilik lahan. Pengurangan
luas lahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas pembeli yang mengubah lahannya
menjadi vila, hotel, restoran, obyek wisata, dan lain-lain.
Selain hubungan harga lahan terhadap sawah, perkebunan, dan hutan
dilihat juga korelasi harga lahan terhadap luas pemukiman. Hubungan tersebut
berkorelasi positif. Nilai korelasi harga lahan terhadap luas pemukiman sebesar -
0.807 dengan nilai p-value sebesar 0.005 pada taraf nyata 5 %. Artinya, harga
49
model terbaik secara ekonomi dan statistik, dimana variabel harga lahan saat
dijual, lama menetap, jumlah tanggungan, pendapatan rumah tangga per bulan,
dan luas lahan yang dimiliki yang digunakan dalam model. Berdasarkan hasil
analisis regresi linier berganda, maka didapat model untuk faktor-faktor
pendorong penduduk dalam mengkonversi lahan. Berikut model hasil analisis
regresi linier berganda yang merupakan fungsi luas lahan yang dikonversi.
Y = -415.932 + 0.003 X1 + 0.314 X2 + 69.851 X3 + 0.0000228 X4 +
0.129 X5 + ...(6.1)
dimana:
Y = Luas lahan yang dikonversi (m
2
)
X1 = Harga lahan yang dijual (Rp/m)
X2 = Lama menetap (tahun)
X3 = Jumlah tanggungan dalam rumah tangga (jiwa)
X4 = Total pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)
X5 = Luas lahan yang dimiliki saat sebelum menjual (Rp/m)
Nilai Adjusted R square yang dihasilkan pada model ini sebesar 67.2 %,
artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor penjelas dalam
model sebesar 67.2 % sedangkan sisanya 32.8 % dijelaskan oleh faktor-faktor di
luar model. Taraf nyata yang digunakan dalam model ini adalah 15 %. Model
yang digunakan ini merupakan model yang paling baik.
Variabel bebas yang berpengaruh nyata sebagai faktor-faktor pendorong
konversi lahan adalah harga lahan saat dijual, jumlah tanggungan dalam keluarga,
pendapatan, dan luas lahan yang dimiliki. Masing-masing variabel ini memiliki P-
value 0.005, 0.087, 0.134, dan 0.025. Masing-masing variabel tersebut memiliki
P-value < 0,15. Hal ini menyatakan bahwa keempat variabel tersebut berpengaruh
nyata terhadap faktor-faktor pendorong konversi lahan pada taraf = 15 %, atau
52
dengan kata lain kedua variabel bebas berpengruh nyata pada tingkat selang
kepercayaan 85 %.
Model yang dihasilkan dari analisis regresi linier berganda tersebut telah
diuji kenormalan, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Pemeriksaan asumsi
untuk menguji masalah multikolinieritas didasarkan pada nilai VIF. Tabel 2
menunjukkan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari
sepuluh (VIF<10). Hal ini mengindikasikan tidak terjadinya pelanggaran
multikolinieritas.
Selain multikolinieritas, pemeriksaan asumsi untuk menguji ada atau
tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai
statistik DW yang dihasilkan pada model ini sebesar 1.029 (lampiran). Nilai
tersebut berada pada kisaran 0 sampai 4, dan nilai tersebut mendekati 2. Artinya,
tidak terjadi autokorelasi ordo kesatu. Pemeriksaan asumsi sisaan menyebar
normal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z. Output SPSS 15 dengan
melihat Asymp. Sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0.209. Nilai tersebut berada di
atas 0.15. Hal ini menunjukkan bahwa galat menyebar normal. Pemeriksaan
asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser menunjukkan nilai 1.00 >
taraf nyata () 5 %. Beberapa variabel yang secara nyata dan tidak nyata
berpengaruh terhadap luas lahan yang dikonversi adalah sebagai berikut:
1. Harga Lahan saat Dijual
Hasil regresi menunjukkan bahwa harga lahan mempunyai hubungan yang
positif dengan nilai koefisien 0.003, artinya, jika harga tanah per meter persegi
meningkat 1 000 rupiah maka diduga rata-rata luas lahan yang dikonversi akan
meningkat 3 m
2
dan sesuai dengan hipotesis awal. Variabel harga lahan saat
53
dinjual memiliki P-value 0.005 yang berarti harga lahan memberikan pengaruh
nyata terhadap luas lahan yang dikonversi dengan taraf kepercayaan 85 %.
Harga lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
keputusan penduduk dalam mengkonversi lahan. Hasil penelitian ini relevan
dengan hasil penelitian Sihaloho (2004) bahwa konversi lahan pada aras mikro
dipengaruhi oleh faktor pola nafkah rumah tangga (struktur ekonomi rumah
tangga), kesejahteraan rumah tangga (orientasi nilai ekonomi rumah tangga), dan
strategi bertahan hidup rumah tangga.
Hal tersebut membuktikan bahwa harga lahan berpengaruh terhadap
keputusan pemilik lahan dalam menjual lahannya. Apabila dalam rumah tangga
responden terjadi masalah dalam hal keuangan maka penjualan lahan menjadi
salah satu strategi untuk bertahan hidup. Namun, penelitian berupa jurnal yang
dilakukan oleh Ismail (2010) di Kota Medan menyatakan bahwa harga lahan tidak
berpengaruh terhadap luas lahan yang dikonversi. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian ini dimana harga lahan merupakan faktor utama yang menentukan
keputusan para pemilik lahan untuk menjual lahan yang dimiliki.
2. Lama Menetap
Hasil regresi menunjukkan bahwa lama menetap mempunyai hubungan
yang positif dengan nilai koefisien 0.314. Artinya, jika lama menetap meningkat
10 tahun maka diduga rata-rata luas lahan yang dikonversi akan meningkat 3.14
m
2
, hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Variabel lama menetap memiliki P-value
0.849 yang berarti variabel tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
luas lahan yang dikonversi dengan taraf kepercayaan 85 % (=0.15).
54
4. Pendapatan
Hasil regresi menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan yang
positif dengan nilai koefisien 0.0000228. Artinya, jika pendapatan meningkat 100
000 rupiah maka diduga rata-rata luas lahan yang dikonversi akan meningkat 2.28
m
2
. Variabel pendapatan memiliki P-value 0.134 yang berarti variabel harga lahan
memberikan pengaruh nyata terhadap luas lahan yang dikonversi dengan taraf
kepercayaan 85 % (=0.15).
Hasil regresi ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi
tingkat pendapatan maka konversi lahan juga akan semakin rendah. Pemilik lahan
tetap menjual lahan yang dimiliki meskipun terjadi peningkatan pendapatan. Hal
ini disebabkan karena kebutuhan rumah tangga responden yang tetap tidak
tercukupi. Rata-rata pendapatan responden yang sebagian besar petani sebesar Rp
789 000.00 angka ini di bawah UMR Kabupaten Bogor sebesar Rp 873 231.00.
Pendapatan ini masih rendah sehingga responden lebih tergiur untuk menjual
lahan, apalagi adanya desakan sebagai daerah wisata.
Hal ini disebabkan oleh pola hidup responden yang semakin tinggi,
sehingga hal tersebut mendorong responden untuk memperoleh sumber
pemasukan lain sebagai pemenuh kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut dipenuhi
dengan cara menjual lahan yang dimilikinya.
5. Luas lahan yang dimiliki saat menjual
Hasil regresi menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki saat menjual
mempunyai hubungan yang positif dengan nilai koefisien 0.129. Artinya, jika luas
lahan yang dimiliki meningkat 10 meter persegi maka diduga rata-rata luas lahan
yang dikonversi akan meningkat 1.29 m
2
,
hal ini sesuai dengan hipotesis awal.
56
Variabel luas lahan yang dimiliki saat sebelum menjual memiliki P-value 0.025
yang berarti variabel memberikan pengaruh nyata terhadap luas lahan yang
dikonversi dengan taraf kepercayaan 85 % (=0.15).
Hasil regresi berpengaruh karena semakin luas ukuran lahan yang
ditawarkan maka harga yang berlaku akan semakin tinggi, karena lahan yang
berukuran luas akan lebih mudah dimanfaatkan untuk investasi sebagai vila, hotel,
obyek wisata, dan lain-lain dibandingkan dalam jumlah kecil. Berdasarkan fakta
yang diperoleh, luas lahan rata-rata yang dimiliki responden di Kecamatan
Cisarua sebesar 1 152 m
2
dan rata-rata luas lahan yang dikonversi sebesar 1 152
m
2
, dan hal tersebut sesuai dengan hipotesis.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil peneliti sebelumnya seperti yang
dilakukan oleh Utomo et al. (1992) bahwa lahan sebagai modal alami utama yang
melandasi kegiatan kehidupan. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang dijelaskan
pada bab sebelumnya yaitu semakin besar luas lahan yang dimiliki maka lahan
yang dijual semakin tinggi, hal ini disebabkan karena motivasi untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, akibatnya konversi lahan akan
semakin meningkat.
. Berdasarkan sejumlah variabel yang telah dijelaskan di atas, pada tingkat
mikro keinginan seseorang untuk mengkonversi lahan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu harga lahan yang dijual dan luas lahan yang dimiliki sebelum
menjual. Berry (1987) dalam Yunus (2006) menyatakan bahwa pesatnya
perkembangan suatu kota dan tingginya laju pertumbuhan jumlah penduduk,
secara langsung membuat kebutuhan lahan akan menjadi tinggi. Ketersediaan
lahan yang terbatas dan jumlah relatif tetap membuat nilai lahan akan meningkat.
57
DAFTAR PUSTAKA
Antara .2002. Konversi Lahan Pertanian Menjadi Pariwisata.
http://ejournal.unud.ac.id/?module=editor&idf=7&idj= 48&idv= 185&
idi=188. diakses pada tanggal 13 Januari 2011.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2010. Banjir Sepanjang Tahun 2009
Kota Jakarta. http://www.bnpb.go.id/website/ asp/index.asp diakses pada
tanggal 4 Januari 2011.
Badan Pusat Statistik 2001. Kabupaten Bogor Dalam AngkaTahun 2001 . BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2002. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2002. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2003. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2003. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2004. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2004. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2005. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2005. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2006. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2006. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2007. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2007. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2008. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2008. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2009. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2009. BPS.
Kabupaten Bogor.
_________________ 2010. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2010. BPS.
Kabupaten Bogor.
Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung. Peta Guna Lahan Kecamatan
Cisarua. BPDAS Citarum Ciliwung. Bogor
Barbier EB. 2000. The Economic Linkages Between Rural Poverty and Land
Degradation: Some Evidence from Africa. Agriculture, Ecosystems and
Environment Journal. vol 82. no 20: 355370
60
Dinas Pertanian dan Kehutanan.2010. Luas Lahan Hijau Kabupaten Bogor Tahun
2001-2010. Dinas Pertanian dan Kehutanan. Kabupaten Bogor.
Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor. Luasan Pemukimam
Kabupaten Bogor Tahun 2001-2010. Dinas Tata Bangunan dan
Pemukiman. Kabupaten Bogor.
Dominics A, Rutland A, Pelletier J, Ferrell J. 2009. Group Nous and Social
Exclusion: The Role of Theory of Social Mind, Multiple Classification
Skill and Social Experience of Peer Relations Within Groups. Child
Development Journal. vol. 80: 224-243
Ewers RM. 2006. Interaction Effect Between Economic Development and Forest
Cover Determine Deforestation Rates. Global Environtmental Change
Journal. vol. 16: 161-169
Handayani YL, Jayadi R, Triatmodjo B. 2005. Optimasi Tata Guna Lahan dan
Penerapan Rekayasa Teknik dalam Analisa Banjir di Daerah Aliran
Sungai. Jurnal Manusia dan Lingkungan. vol. 12. no. 2: 56-31
Houghton RA. 1991. Tropical Deforestation and Atmospheric carbondioxide.
Climate Change Journal. vol.19. no. 3: 99-118
Irianto A. 2004. Statistik: Konsep Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana
Predana Media Group. Jakarta.
Ismail A. 2010. Dampak Konversi Lahan di Kota Medan. Skripsi Sarjana.
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Jamal. 2002. Harga Pengaruh Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Karawang. Skripsi
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jayadinata JT. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan,
dan Wilayah Edisi Ketiga. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Michalski F, Metzger JP, Peres CA. 2010. Rural Property Size Drives Pattern of
Upland and Riparian Forest Retention. Global Environtmental Change
Journal. 20:705-712.
Milis Lingkungan Indonesia. 2007. Bongkar Vila-vila Liar di Puncak.
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/30060. diakses pada
tanggal 4 Mei 2011.
Munir M.2008. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian terhadap Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Kertek, Kabupaten
Wonosobo. Skripsi Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nazir M.1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
61
LAMPIRAN
63
KUESIONER PENELITIAN
Hari/Tanggal .
Nomor Responden : ..
Nama Responden : ..
Alamat Responden : ..
..
Nomor Telepon/HP : ..
Kuesioner ini digunakan sebagai acuan dalam mengumpulkan data yang
dibutuhkan dalam skripsi PENGARUH HARGA LAHAN TERHADAP
LAJU KONVERSI LAHAN DI HULU SUNGAI CILIWUNG KABUPATEN
BOGOR PROVINSI JAWA BARAT oleh Desi Irnalia Astuti, Mahasiswi
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi
kuesioner ini dengan objektif, lengkap, dan teliti. Kerahasian informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara/I berikan terjamin dan tidak untuk dipublikasikan, serta tidak
terkait dengan kepentingan politik pihak mana pun. Atas perhatian dan
partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin : L / P
2. Usia : .. tahun
3. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah d. SLTA/Sederajat
b. SD/Sederajat e. Perguruan
Tinggi/Sederajat
c. SMP/Sederajat
Sampai dengan
kelas/tingkat..
4. Status Perkawinan: a. Menikah b. Belum Menikah
5. Pekerjaan : a. Wirausaha d. Pedagang
b. PNS/Swasta e. Buruh
c. Petani f.
Lainnya...
6. Tinggal di lokasi sejak : .....Tahun
B. Faktor-Faktor Pengaruh Konversi Lahan
Tingkat Pendapatan
7. Jumlah anggota keluarga : ..Orang
8. Jumlah tanggungan :....Orang
64
9. Apakah ada anggota keluarga yang sudah bekerja? Ya ( ) Tidak ( ) jika tidak
ke pertanyaan no (12)
10. Apakah menyumbang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga? Ya ( )
Tidak ( )
11. Jika ya, berapa sumbangan terhadap kebutuhan keluarga?
12. Berapa penghasilan rumahtangga dalam sebulan?
13. Apakah ada hubungan dalam pendapatan dan alasan anda menjual lahan? ya
( ) tidak ( )
14. Jika ya kenapa, jika tidak kenapa?
Lahan
15. Berapa Luas Lahan yang anda miliki saat itu? ( ha )
16. Berapa luas lahan yang anda jual saat itu? .. ( ha )
17. Berapa harga lahan per m
2
saat anda menjual lahan anda?
18. Apakah harga jual lebih rendah/lebih tinggi dari harga yang anda harapkan?
19. Apa alasan anda menjual lahan yang anda miliki?
20. Bagaimana status lahan yang anda miliki? Surat tanah/girik?
Kependudukan
21. Apakah anda merupakan penduduk asli desa ini? ya ( ) tidak ( ). Jika ya
langsung ke pertanyaan nomor (23)
65
22. Jika tidak anda berasal dari mana?
23. Apa alasan anda pindah ke desa ini?
24. Apakah status lahan ini untuk anda? Warisan ( ), Membeli ( ), Pemberian
Kerabat ( )
25. Apa alasan anda bertahan menetap di sini?
26. Apakah alasan anda menjual lahan berkaitan dengan lama anda menetap
disini?
ya ( ) tidak ( )
Alasannnya:
27. Apakah ada warga lain disekitar rumah anda yang menjual lahan? Ada ( )
Tidak ( )
28. Jika ada berpa orang?
29. Jika ada Apakah tindakan warga lain mempengaruhi anda untuk menjual
lahan anda? ya ( ) tidak( )
30. Apakah alasan anda dipengaruhi oleh penduduk lain?
66
68
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penduduk dalam Mengkonversi Lahan
1. Uji F (menguji model secara simultan)
2. Uji-t
Model Summary
b
.840
a
.706 .672 214.92247 .706 21.123 5 44 .000 1.029
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X5, X2, X4, X3, X1
a.
Dependent Variable: Y
b.
ANOVA
b
4878500 5 975699.982 21.123 .000
a
2032433 44 46191.666
6910933 49
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X5, X2, X4, X3, X1
a.
Dependent Variable: Y
b.
69
3. Signifikan
4. Uji K-S
Coefficients
a
-415.932 120.788 -3.443 .001 -659.363 -172.500
.003 .001 .418 2.966 .005 .001 .004 .794 .408 .243 .336 2.975
.314 1.636 .016 .192 .849 -2.984 3.611 .164 .029 .016 .920 1.088
69.851 39.904 .189 1.750 .087 -10.571 150.274 .640 .255 .143 .571 1.752
2.28E-005 .000 .133 1.527 .134 .000 .000 .329 .224 .125 .879 1.138
.129 .056 .287 2.316 .025 .017 .241 .718 .330 .189 .435 2.296
(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: y
a.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
50
.0000000
203.66205043
.150
.150
-.149
1.063
.209
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters
a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.
a.
Calculated from data.
b.
70
5.
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
E
x
p
e
c
t
e
d
C
u
m
P
r
o
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y
71
Sumber: Data Primer (diolah)
Regression Studentized Residual
6 4 2 0 -2 -4
R
e
g
r
e
s
s
i
o
n
S
t
a
n
d
a
r
d
i
z
e
d
P
r
e
d
i
c
t
e
d
V
a
l
u
e
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Y
72
73
74
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Desember 1988
sebagai putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Muchlis Abbas dan
Ibu Mami Kustini. Pada tahun 1994 penulis memulai studinya di TK Dharma
Wanita Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan
pendidikan di SD Negeri 7 Raja Basa Bandar Lampung, dan lulus tahun 2001.
Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 8 Bandar Lampung
dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis bersekolah di SMA Negeri 9
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007. Tahun itu juga, penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Setelah setahun belajar di Tingkat Persiapan Bersama (TPB-IPB). Pada
tahun 2008 penulis memasuki Mayor Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang
diampu Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen-IPB. Untuk melengkapi kompetensi Mayor, penulis memilih
Supporting Course dari berbagai fakultas yang berkaitan dengan bidang studi
penulis.
Selama kuliah penulis aktif pada berbagai lembaga kemahasiswaan intra
kampus. Tercatat penulis pernah menjadi anggota divisi Science and Technology
Development, pada International Association of Students in Agricultural and
Related Sciences (IAAS), dan anggota divisi Public Relation pada Resource and
Environmental Economics Student Association (REESA) Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM-IPB tahun 2008-2009. Selain itu, penulis juga
aktif di berbagai kegiatan baik sebagai peserta maupun sebagai panitia.