You are on page 1of 12

OBSERVASI

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data/fakta


yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi adalah pengamatan
langsung para pembuat keputusan berikut
lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan.
Mengamati Perilaku Para Pembuat Keputsan
Jenis informasi yang dicari saat mengamati perilaku para pembuat keputusan berikut
lingkungan fisiknya adalah :
a. Mengumpulkan pandangan-pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan
para pembuat keputusan.
b. Melihat secara langsung hubungan yang ada antara pembuat keputusan dengan
anggota organisasional lainnya.
c. Mengamati pengaruh yang ditimbulkan pembuat keputusan terhadap unsur-unsur
fisik ruang kerja mereka.
d. Memahami pesan-pesan yang dikirim lewat kontrolnya (misalnya cara
berpakaian, posisi meja)
Observasi membantu menegaskan atau menolak serta melihat kembali tentang apa
saja yang telah ditemukan lewat wawancara, kuesioner.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengamati kegiatan-kegiatan pembuat


keputusan atau seorang manajer adalah :
a. Putuskan apa yang diobsevasi (kegiatan).
b. Putuskan pada level berapa kegiatan-kegiatan konkret tersebut
diobservasi.
c. Menciptakan kategori-kategori yang memadai untuk menangkap kegiatan-
kegiatan utama.
d. Menyiapkan skala, daftar nama atau materi-materi lainnya yang tepat
untuk observasi.
e. Memutuskan kapan melakukan observasi.

Setiap pendekatan terhadap kapan harus melakukan observasi memiliki masing-


masing kelebihan dan kekurangannya. Sampling waktu memungkinkan penganalis

Observasi 1

menyusun interval-interval tertentu untuk mengamati kegiatan para manajer.


Sedangkan sampling peristiwa menampilkan pengamatan suatu perilaku integral
menurut konteks alamiahnya.
Mengamati Suatu Kegiatan
Pada waktu melakukan observasi kegiatan, penganalisis dapat ikut juga
berpartisipasi atau hanya mengamati saja orang-orang yang sedang melakukan suatu
kegiatan tertentu yang diobservasi.
Observasi mempunyai beberapa kebaikan dan juga kekurangan dibandingkan dengan
teknik pengumpulan data lainnya.

Kebaikan dari observasi adalah sebagai berikut :


a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang
tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah
diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang
rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata
letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
d. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah
sebagai berikut :
a. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan
melakukan pekerjaannya dengan tidak semestinya.
b. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan
pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan atau
volume-volume kegiatan tertentu.
c. Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
d. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari
biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.

Observasi 2
Petunjuk-petunjuk yang dapat dipertimbangkan untuk melakukan observasi yang
efektif adalah sebagai berikut :

1. Yang harus dilakukan


untuk melakukan observasi, hal-hal yang harus dilakukan :
a. Rencanakan terlebih dahulu observasi yang akan dilakukan, meliputi :
1 • Apa yang akan diobservasi
2 • Dimana letak lokasi observasi
3 • Kapan observasi akan dilakukan
4 • Siapa yang akan melaksanakan observasi tersebut
5 • Siapa yang akan diobservasi
6 • Bagaimana melaksanakan observasi tersebut.

b. Mintalah ijin terlebih dahulu dari manajer dan atau pegawai yang terlibat
c. Bertindaklah dengan rendah hati (low profile)
d. Lengkapilah dengan catatan selama observasi
e. kaji ulang hasil observasi dengan individu-individu yang terlibat.
2. Yang tidak boleh dilakukan, yaitu :
a. Menggangu kerja individu yang diobservasi maupun individu
lainnya.
b. Terlalu menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak
penting.
c. Jangan membuat asumsi-asumsi.

WAWANCARA ( INTERVIEW )

A. Pengertian
Menurut pengertiannya wawancara adalah Tekhnik pengumpulan data
atau informasi dari “informan” dan atau “Responden” yang sudah di tetapkan, di lakukan
dengan cara ”Tanya jawab sepihak tetapi sistematis” atas dasar tujuan penelitian yang
hendak di capai.
Menurut beberapa ahli, wawancara juga di definiusikan sebagai berikut :
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog ( Tanya
jawab ) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung ( I. Djumhur dan Muh.Surya,
1985 ).
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orang
tua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan/face to face relation
( Bimo Walgito, 1987 ).
Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari
seorang murid secara lisan ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
Wawancara informatif adalah suatu alat untuk memperoleh fakta/data informasi
dari murid secara lisan . Dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk
bimbingan ( WS. Winkel, 1995 ).

B. Tujuan wawancara.
Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu :
1. Menciptakan hubungan baik diantara dua pihak yang terlibat ( subyek wawancara
dan pewawancara ). Pertemuan itu harus bebas dari segala kecemasan dan
ketakutan sehingga memungkinkan subyek wawancara menyatakan sikap dan
perasaan dengan bebas, tanpa mekanisme pertahanan diri yang kadang-kadang
menghambat pernyataannya.
2. Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek wawancara. Oleh karena
subyek wawancara pada umumnya membawa berbagai ketegangan emosi ke
dalam
pertemuan dalam wawancara itu, maka kedua belah pihak harus berusaha
meredakan ketegangan di dalam dirinya.
3. Menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dalam wawancara kedua belah pihak
akan mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.
4. Mendorong kearah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara. Hampir
semua subyek wawancara menginginkan pemahaman diri yang lebih baik, dan
pada dasarnya memiliki kesanggupan dan bakat yang seringkali tidak dapat
berkembangdengan sempurna . Dengan wawancara subyek wawancara akan lebih
memahami dirinya.
5. Mendorong ke arah penyusunan kegiatan yang konstruktif pada subyek
wawancara.

C. Macam-macam Wawancara.
Ada bermacam-macam jenis wawancara sesuai dengan tujuannya ataupun sifat -
sifat yang lain yang ada dalam wawancara, seperti jumlah orang yang diwawancarai dan
menurut peranan yang dimainkan.

1. Menurut funsinya di bedakan antara wawancara primer, pelengkap


dan
Pengukur
a. wawancara Primer, yaitu wawancara yang berfungsi sebagai satu–satunya alat
pengumpul data yang lainnya ( observasi dan kuesioner )
b wawancara pelengkap, yaitu wawancara yang berfungsi sebagai pelengkap dari
alat-alat pengumpul data lainnya ( observasi dan kuesioner )
c. wawancara pengukur, yaitu wawancara yang hasilnya di gunakan untuk menguji
kebenaran atau kemantapan suatu data/informasi yang di kumpulkan dengan cara
lain ( observasi dan kuesioner ).

2.Menurut tekhniknya dibedakan antara wawancara bebas, wawancara


terkendali, dan wawancara bebas terkendali
a. wawancara bebas, yaitu wawancara antara 2 orang atau lebih yang seolah-olah
mengadakan “obrolan bebas” ( free talk ) tanpa kendali, wawancara bersifat
pasif,sebaliknya yang di wawancara bersifat bebas mengemukakan keterangan
keterangannya ( yang di wawancara bersifat dominant ).
b. wawancara terkendali, yaitu wawancara antara 2 orang atau lebih yang
terkendali; pewawancara bertindak sebagai pengarah melalui pertanyaan-
pertanyaan dan pokok permasalahan. Jadi merupakan kebalikan dari wawancara
bebas
c. wawancara bebas – terkendali, wawancara ini merupakan perpaduan antara
wawancara bebas dan wawancara terkendali. Dengan perpaduan ini dapat saling
menutupi kelemahan satu sama lain; pewawancara hanya berperan sebagai
pengarah dan yang di wawancara tidak dominan dan tidak pasif

3. Menurut tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi :


\a. The employment interview, yaitu interview yang ditujukan untuk mendapatkan
gambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kreteria
yang diminta oleh suatu employment.
b. Informational interview, yaitu interview yang ditujukan untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
c. Administrative interview, yaitu interview yang dijalankan untuk keperluan
administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan
perubahan-perubahan di dalam tindakannya ( change in behavior )
d. Counseling interview, yaitu interview yang dijalankan untuk keperluan konseling.
Interview ini khas dipergunakan dalam proses konseling.

4. Menurut jumlah orang yang diinterview, wawancara dapat dibedakan


menjadi :
a. Interview perorangan ( individu ), yaitu wawancara yang dilakukan secara
perseorangan, yang menyangkut masalah-masalah pribadi yang dialami oleh
subyek wawancara. Misalnya : wawancara antara seorang klien dengan seorang
petugas bimbingan.
b. Interview kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok (lebih
dari satu orang), Misalnya : antara petugas bimbingan dengan seluruh siswa .

3. Menurut peranan yang dimainkan, wawancara dapat dibedakan


menjadi :
a. The non directive interview, yaitu interview yang kurang terpimpin dan kurang
mendasarkan atas pedoman-pedoman tertentu. Biasanya digunakan dalam proses
konseling.
b. The focused interview, yaitu interview yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu yang mempunyai hubungan dengan obyek-obyek yang diselidiki.

The repeated interview, yaitu interview yang berulang. Interview ini terutama digunakan
untuk mencoba mengikuti perkembangan yang tertentu terutama proses sosial.

5. Berdasarkan sifatnya, wawancara dibedakan menjadi :


a. Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk
memperoleh keterangan mengenai orang tersebut.
b. Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang
untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
c. Wawancara insidentil, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila
dianggap perlu.
d. Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilakukan secara berencana pada
waktu yang telah ditetapkan.

D. Bagian-bagian Wawancara.
Dalam wawancara terdapat bagian-bagian tertentu yang dapat dipandang sebagai
bagian-bagian dari wawancara :

1. Permulaan atau Pendahuluan wawancara.


Pada bagian ini terutama ditujukan untuk mendapatkan hubungan yang baik ( dalam
mengadakan kontak pertama ) antara interviewer dengan interviewee dan biasanya diisi
dengan menyampaikan maksud dan tujuan dari interview itu. Peranan
bagian ini penting, karena dengan mengadakan kontak yang pertama ini akan
memberikan gambaran tentang jalannya interview selanjutnya. Kalau telah terjadi
hubungan yang baik dan timbul perasaan saling mempercayai, maka hal ini telah
merupakan sumbangan yang besar artinya dalam perkembangan interview
selanjutnya.

2. Inti Interview
Bagian ini merupakan bagian di mana maksud serta tujuan interview harus dapat
dicapai . Bila maksud dari interview untuk mengumpulkan data tentang latar belakang
sosial, maka pada bagian ini maksud itu harus bisa dicapai.

3. Akhir Interview
Bagian ini merupakan bagian di mana interview mulai berakhir. Interview dapat
ditutup dengan mengadakan penyimpulan tentang apa yang telah dibicarakan ( misalnya :
dalam konseling interview ). Kadang-kadang interview ditutup dengan menentukan
waktu kapan interview itu akan dilanjutkan lagi, bila masih dibutuhkan mengadakan
interview lagi.

E. Langkah-langkah Wawancara

Pedoman/petunjuk wawancara secara garis besar, sebagai berikut :


1. Persiapan.

a. Menentukan tujuan.
b. Menetapkan bentuk pertanyaan ( pertanyaan bebas atau terpimpin ).
c. Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi.
d. Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai
e. Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara
f. Mengadakan hubungan dengan responden.

2. Pelaksanaan
a. Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam
rangka mengumpulkan informasi.
b, Mengadakan wawancara.

3. Penutup.
a. Menyusun laporan wawancara secara sistematis
b. Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara
g. Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
wawancara itu.
F. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Wawancara.
Agar wawancara dapat mencapai hasil yang baik perlu adanya beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mengadakan wawancara :
1. Orang yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai latar belakang
tentang apa yang akan ditanyakan, karena yang akan ditanyakan perlu
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, agar wawancara dapat berlangsung dengan
lancar, sistematis, dan teratur.
2. Pewawancara harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya apa maksud serta tujuan
dari wawancara tersebut.
3. Dalam wawancara harus dijaga agar selalu ada hubungan yang baik. Hubungan
baik ini merupakan sumbangan yang besar di dalam jalannya atau hasil
wawancara yang
akan dapat dicapai.
4. Pewawancara atau pembimbing harus mempunyai sifat dapat dipercaya. Rahasia
dari individu yang diwawancarai atau klien harus dapat disimpan dengan baik,
sebab kalau tidak demikian, kemungkinan klien tidak akan mengutarakan sesuatu
kepada wawancara dengan terbuka.
5. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya harus jelas.
6. Harus dijaga jangan sampai ada hal-hal yang mungkin mengganggu jalannya
wawancara. Bila ada hal-hal yang sekiranya dapat mengganggu, sebaiknya hal-hal
tersebut disingkirkan lebih dahulu.
7. Bahasa yang digunakan oleh pewawancara harus disesuaikan dengan kemampuan
yang diwawancarai.
8. Sekalipun pertanyaan-pertanyaan telah dipersiapkan terlebih dahulu supaya
sistematis, tetapi didalam memberikan pertanyaan-pertanyaan jangan sampai
kaku, masing-masing pertanyaan dapat diperluas kepada hal-hal yang
berhubungan
dengan pertanyaan itu.
9. Pewawancara atau pembimbing harus menjaga jangan sampai ada waktu diam
yang terlalu lama. Hal yang demikian akan mematikan suasana wawancara.
10. Pewawancara harus mengadakan kontrol di dalam wawancara. Kalau ada hal-hal
yang bertentangan satu dengan yang lainnya perlu pewawancara mencari
ketegasan.
11. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengadakan kontrol di ajukan setelah wawancara
sampai kepada suatu titik tertentu. Jadi jangan sampai memotong pembicarann,
karena ini akan mengganggu jalannya wawancara.
12. Lamanya waktu wawancara sebenarnya tergantung, kepada masalahnya. Tetapi
pada umumnya wawancara yang terlalu lama akan melelahkan kedua belah pihak.
Karenanya waktu wawancara sekitar 30 menit merupakan waktu yang cukup.
13. Di dalam wawancara hendaknya dihindari aku dari pewawancara atau
pembimbing. Jangan samapai aku tersebut ditonjol-tonjolkan.
14. Individu yang sukar berbicara tidak boleh dipaksa untuk memberikan
keterangan/penjelasan dengan panjang lebar.
15. Tidak terlalu banyak membuat catatan selama wawancara berlangsung. Selalu
harus minta ijin pada individu untuk membuat catatan seperlunya.
16. Menghindari pertanyaan yang sugestif, yang mendorong murid untuk memberikan
jawaban yang baik dan hindarkan pertanyaan yang hanya menuntut jawaban ya
atau tidak.

G. Kelebihan dan Keterbatasan Wawancara.

1. Kelebihan Wawancara.
a. Wawancara merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan
pribadi subyek wawancara.
b. Dapat dilaksanakan terhadap setiap individu dan tingkatan umur.
c. Wawancara selalu digunakan untuk mengumpulkan data pelengkap terhadap data
yang dikumpulkan dengan teknik lain.
d. Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
e. Bahasa dari pewawancara dapat disesuaikan dengan keadaan subyek wawancara.
f. Subyek wawancara berhadapan langsung dengan pewawancara, maka diharapkan
dapat menimbulkan suasana persaudaraan yang baik, sehingga hal ini akan
mempengaruhi hasil wawancara.
g. Isi pertanyaan dan caranya mengajukan pertanyaan dapat disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan daya tangkap sebyek wawancara. Baik pewawancara
maupun subyek wawancara dapat memberikan penjelasan lebih lanjut bilamana
pertanyaan atau jawaban belum jelas.
h. Tidak dibatasi oleh kemampuan dan menulis individu, artinya orang tidak dapat
membaca atau menulispun dapat diajak wawancara
i. Kerahasiaan pribadi lebih terjamin.

2. Keterbatasan Wawancara.
a. Kalau pewawancara atau subyek wawancara mempunyai suatu prasangka yang
satu kepada yang lain, hasil wawancara tidak akan memuaskan.
b. Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu
dan tenaga dan mungkin juga biaya.
c. Menuntut keahlian, ketrampilan, dan penguasaan bahasa yang baik dari
pewawancara.
d. Sangat tergantung kepada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari
subyek wawancara, yang mungkin sangat menghambat ketelitian hasil
wawancara.
e. Laju dan materi wawancara sangat dipengaruhi oleh situasi sekitar tempat
wawancara. Sekalipun ada segi-segi kelemahan, namun wawancara masih banyak
sumbangannya sebagai metode untuk mendapatkan data. Bahkan dalam proses
konseling, wawancara merupakan alat yang sangat pokok.

H. Sifat-sifat Pertanyaan dalam Wawancara.


Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam wawancara hendaknya sesuai
dengan kebutuhan :
a. Pertanyaan yang bersifat mendorong pembahasan dan pemahaman. Contoh: Coba,
ceritakan lebih lanjut. Bagaimana menurut pendapatmu.
b. Pertanyaan yang menarik pemahaman. Yaitu pertanyaan yang mengandung kata
karena, oleh sebab...., mengandung
sebab akibat.
c. Pertanyaan yang mendorong penerimaan perasaan.
Contoh : Apakah anda merasa senang ?
d. Pertanyaan yang mendorong sikap/tingkah laku tertentu, ( pertanyaan yang
mendorong, memperlua pandangan/memberi dorongan tentang sesuatu hal),
Contoh : anda jelaskan, bagaimana hal ini bisa terjadi.

I. Kapan sebaiknya Wawancara Diakhiri ?


Suatu wawancara diakhiri dengan memperhatikan beberapa hal :
1. Bila data/keterangan yang diperoleh sudah cukup/sesuai dengan harapan
pewawancara.
2. Dengan melihat sikap orang yang diwawancarai.
3. Sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
4. Karena wawancara dalam konseling tidak cukup hanya satu kali, maka konselor
harus tahu waktu dan konselor harus menjaga agar hubungan baik yang tercipta
terjaga dengan berjanji kalau konselor masih bersedia melanjutkan wawancara
lagi dilain waktu, jika klien masih menghendaki.

J. Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Wawancara.


Berhasil tidaknya wawancara ditentukan oleh kedua belah pihak pewawancara
dan subyek wawancara yaitu tergantung kepada hal-hal sebagai berikut :

1. Hubungan baik antara pewawancara ( interviewer ) dan subyek wawancara


( interviewee ).
2. Ketrampilan sosial pewawancara yang meliputi :
• sikap dalam berbuat dan berbicara
• sikap tidak ingin menang sendiri
• nada dan irama berbicara
• kemampuan untuk mempergunakan dan memanipulasi
kata-kata yang tepat dalam berbagai suasana dan situasi
3. Pedoman wawancara yang harus disususun bersama-sama dan alat untuk
mencatat hasil wawancara itu.
OBSERVASI DAN WAWANCARA
Tugas laporan diskusi Metodologi Penelitian
Diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk diskusi
dan nilai
Program S1 Fakultas Manajemen Produksi dan
Pemasaran

Disusun Oleh Kelompok 15:

Yoserizal 3197009
Asep w Setiawan 3107010

INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA

You might also like