Professional Documents
Culture Documents
1
PERHITUNGAN BUNGA
Besar kecilnya jumlah bunga yang diterima kreditor tergantung pada besar
kecilnya principal (modal), interest rate (tingkat bunga), dan jangka waktu:
Untuk menghitung besarnya principal, interest rate, dan jangka waktu dapat
diselesaikan dengan:
P = B/i.n
i = B/p.n
n = B/P.i
S = P + B atau S = P + (P.i.n)
Di mana S = jumlah penerimaan.
Contoh soal 2:
Hitunglah nilai-nilai yang tidak diketahui dalam tabel berikut:
2
No Principal Interest Time Interest Amount
(Modal) Rate (Waktu) (Bunga) (Jml Penerimaan)
(Tingkat
Bunga)
1 6.000.000 18% 2 tahun ? ?
2 ? 20% ? 250.000 5.250.000
3 7.000.000 ? 50 hari ? 7.145.833
Bunga majemuk biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif panjang dan
dalam perhitungan bunga dilakukan lebih dari satu periode.
Bunga majemuk adalah bunga yang terus menjadi modal bila tidak diambil
pada waktunya.
Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval
tertentu, setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan, atau setiap tahun.
Contoh soal 3:
A meminjamkan uang sebesar Rp. 100.000,00 dengan tingkat bunga 12%
per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan selama 2 tahun. Berapa jumlah
pengembalian setelah 2 tahun?
Jawab:
Diketahui: P = Rp. 100.000,00, i = 12%/2= 6% , dan n = 2.2 = 4
S = P (1+i)n
P = S (1+i)-n atau P = S
(1 +i ) n
3
1/ n
S
i = −1×100 % Di mana: S = Jumlah penerimaan
P
P = Present Value
n = Periode waktu
n= i = tingkat bunga per periode
log S − log P
waktu
log( 1 + i )
Contoh 4:
Seorang investor meminjam uang sebesar Rp 5.000.000,00 selama 8 tahun
dengan tingkat bunga 18% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan.
Berapa jumlah pengembalian setelah 8 tahun?
Catatan: nilai (1+i)n dapat dilihat dalam Lampiran I pada n = 16 dan I = 9%.
Contoh 5:
Apabila Bank A menerima tingkat bunga deposito sebesar 18% per tahun
dan dimajemukkan setiap bulan. Bank B juga menerima tingkat bunga
deposito sebesar 18% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan. Berapa
tingkat bunga efektif (effective rate) pada masing-masing bank tersebut?
ANNUITY (Anuitas)
Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran dengan jumlah yang sama besar
pada setiap interval pembayaran.
Besar kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval tergantung pada
jumlah pinjaman, jangka waktu, dan tingkat bunga.
Anuitas dapat dibagi atas dua bagian:
1. Anuitas Biasa (Simple Annuity)
2. Anitas Kompleks (Complex Annuity).
4
ANUITAS BIASA
Anuitas biasa adalah sebuah anuitas yang mempunyai interval yang sama
antara waktu pembayaran dengan waktu dibungamajemukkan.
Berdasarkan tanggal pembayarannya, anuitas biasa dapat dibagi 3 bagian,
yaitu:
1. Ordinary annuity
2. Annuity due
3. Deferred annuity.
Ordinary annuity
Ordinary annuity adalah sebuah anuitas yang diperhitungkan pada setiap akhir interval
seperti akhir bulan, akhir kuartal, akhir setiap 6 bulan, maupun pada setiap akhir tahun.
An = R
−n
1 −(1 +i ) R = An i
−n
i {1 −(1 +i ) }
Sn = R {(1 + i ) −1}
n
i
R = Sn {(1 + i ) n −1}
i
a. Present Value
Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan nilai awal dari
penanaman modal.
Contoh 6: Sebuah perusahaan mencicil pinjaman sebesar Rp 50.000,- pada setiap akhir
bulan selama 6 bulan dengan suku bunga diperhitungkan sebesar 18% per tahun.
Berapakah besarnya present value?
Catatan: nilai discount factor dari anuitas di atas dapat dilihat pada Lampiran 3
pada n=6 dan i=1,5%.
5
b. Anuitas dari present value
Anuitas dari sebuah present value sama dengan jumlah angsuran pada setiap interval.
Jumlah angsuran pada setiap interval dari sejumlah pinjaman tergantung pada besar
kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.
{ 1+ i()n − 1 S n
Bila jumlah penerimaan diketahui :
=
i R
Contoh 8: Apabila diketahui jumlah present value sebesar Rp 969.482,- dengan anuitas
Rp 150.000,- pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun. Berapa besarnya tingkat bunga
pada setiap kuartal? Berapa pada setiap tahunnya?
Contoh 9: Seorang pengusaha menyetor uang pada bank sebesar Rp 445.000,- dan
diambil kembali secara cicilan setiap akhir 6 bulan sebesar Rp 50.000,- dalam waktu 5
tahun. Berapa besarnya interest rate dan nominal rate?
6
e. Menentukan Jangka Waktu
Untuk menentukan jangka waktu dari sebuah anuitas, sama halnya dengan cara
menentukan tingkat bunga.
Contoh 10: Seorang pegawai negeri menerima uang dari bank sebesar Rp 1.653.298,-
dari hasil setoran sebesar Rp 50.000,- pada setiap akhir kuartal dengan tingkat bunga
20% setahun. Berapa lama pegawai tersebut telah melakukan setoran untuk mendapatkan
sejumlah uang tersebut?
2. Annuity Due
Annuity due adalah anuitas yang pembayarannya dilakukan pada setiap awal interval.
Awal interval pertama merupakan perhitungan bunga yang pertama dan awal interval
kedua merupakan perhitungan bunga kedua dan seterusnya.
Pada formula annuity due ditambahkan satu compounding factor (1+i), baik untuk
present value maupun future value.
Penambahan satu compounding factor pada annuity due adalah sebagai akibat
pembayaran yang dilakukan pada setiap awal interval.
Nilai uang yang dihitung dengan annuity due selalu lebih besar bila dibandingkan dengan
ordinary annuity.
7
Contoh 11: Sebuah perusahaan
Ingin memperoleh uang secara
kontinyu sebesar Rp 1.500.000,-
A Perhitungan present value dari bank setiap awal kuartal
Rumus: selama satu tahun. Berapa jumlah
An(ad) = R dana yang harus disetor pada bank
apabila tingkat bunga diperhitungkan
Atau sebesar 18% per tahun?
An(ad) = R Diketahui: R=Rp 1.500.000,-
i= 18%/4= 4,5% dan
Atau n=4
An(ad) = R Catatan: Gunakan Lampiran 3 untuk
mendapat nilai discount factor annuity
pada i=4,5% dan n=4 dan Lampiran 1
untuk compounding factor dari bunga
majemuk.
i −1
due dapat dilakukan apabila nilai
present value atau future value
(jumlah penerimaan) dari transaksi,
tingkat bunga dan lamanya pinjaman R = S nn (1+ i)
1{ + i) (− 1
diketahui.
Anuitas adalah cicilan yang harus i
R = An −n
(1 + i ) −1
dikembalikan oleh debitur, setiap {1 − (1 + i ) }
bulan, kuartal, maupun setiap tahun
tergantung perjanjian.
8
Apabila diketahui nilai present value dari annuity due, jumlah penerimaan pada akhir
interval dapat diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada setiap interval.
Hubungan ini tidak dapat diterapkan pada ordinary annuity maupun bentuk annuity
lainnya, misalnya deferred annuity.
Contoh 13. Seorang pimpinan perusahaan telah melakukan penyetoran pinjaman secara
cicilan pada bank sebesar Rp 500.000,- pada setiap awal bulan. Tingkat bunga pinjaman
diperhitungkan sebesar 18% per tahun. Berapa bulan harus diadakan penyetoran untuk
menutupi pinjaman sebesar Rp 10.000.000,-?
Ditanya: n = ?
Pada lampiran 3 pada i=1,5%, nilai 19 tidak tersedia. Nilai yang mendekati
19 pada i=1,5% adalah pada n=22 dengan nilai 18,62082437 dan pada n=23
dengan nilai 19,33086145. Dengan demikian untuk mengembalikan kredit
Sebesar Rp 10 juta membutuhkan waktu 22 bulan lebih:
9
3. Deferred Annuity
Deferred annuity adalah suatu seri (anuitas) yang pembayarannya dilakukan pada akhir
setiap interval. Perbedaan dengan ordinary annuity adalah dalam hal penanaman modal di
mana pada deferred annuity ada masa tengang waktu (grace period) yang tidak
diperhitungkan bunga.
{1 − (1 + i) − n } −t
A n(d a) = R (1 + i )
i
{ (1 + i) n − 1
S n(d a) = R t = tenggang waktu yang
i tidak dihitung bunga
Contoh 14: Seorang petani yang membuka usaha dalam bidang peternakan meminjam
uang ke Bank dengan tingkat bunga 12% per tahun dan dimajemukkan setiap kuartal.
Pinjaman tersebut harus dikembalikan secara cicilan mulai pada akhir kuartal ketiga
sebesar Rp 400.000,- selama 5 kali angsuran. Berapa besar jumlah pinjaman?
a. Present Value
b.
10
Rumus:
{1 − (1 + i ) −nc } i
Anc (Oa ) = R −c
i {(1 + 1) − 1}
c = perbandingan antara frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun dengan frekuensi
pembayaran dalam satu tahun.
Contoh 15: Seorang petani merencanakan meminjam uang ke bank untuk perluasan usaha
sektor perikanan. Berdasarkan pada perkiraan dan perhitungan benefit, ia mampu
mengembalikan pinjaman sebesar Rp 76.015 pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun
dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 18% per tahun dan dimajemukkan pada setiap
bulan. Berapa besar jumlah kredit yang bisa ia pinjam?
Ditanya: Anc(Oa) = ?
Jawab :
{1 − (1 + i ) −nc } i
Anc (oa ) = R
{(1 + i ) −1}
c
i
{1 − (1 + 0,015 ) −24 } 0,015
Anc (oa ) = 76 .015
{(1 + 0,015 ) −1}
3
0,015
Anc (oa ) = 76 .015 (20 ,03040533 )( 0,32838278 )
Anc (oa ) = Rp .500 .000
c. Jumlah Penerimaan
Rumus:
(1+ i) − 1 i
−n c
S (on ) = aRc c
i { 1+ i() − 1
11
Untuk mengubah nilai Anc dan Snc dalam complex ordinary annuity digunakan rumus
berikut:
{(1 + i ) n −1}
Sn = R
r
{1 − (1 + r ) }
−n
An = R
r
Complex annuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap awal interval.
Berbeda dengan simple annuity due, pada complex annuity due frekuensi bunga majemuk
tidak sama dengan frekuensi pembayaran dalam satu tahun.
Sebagai kompensasi dalam perhitungan harus dikalikan dengan discount factor [i/{1-
(1+i)c}]
{1 − (1 + i ) −n } i
Anc ( ad ) = R (1 + i ) c
(1 + i ) −1
c
i
{(1 + r ) −1}
n
i
Snc (ad ) = R (1 + i ) c
(1 + i ) −1
c
i
Untuk menghitung tingkat bunga, jangka waktu, dan anuitas sama dengan cara
menghitung pada complex ordinary annuity.
Contoh 16: Seorang mahasiswa meminjam uang pada bank sebesar Rp 800.000,- untuk
membayar biaya kuliah. Ia akan mengembalikan pinjaman secara cicilan selama 5 tahun
dan pengembalian pinjaman dilakukan setelah 3 tahun meminjam. Bunga diperhitungkan
12
12% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan. Berapa besarnya pembayaran yang
harus dilakukan setiap akhir tahun?
Ditanya: R?
i { 1 + ( i ) − 1 c t
c
R = A (dn ) ac − n c (1+ i)
{1− (1+ i) i
0,0 6 { 1+ ( 0,0 )26− 1} 2.2
R = 8 .0 0 0 − 1 0 (1+ 0,0 ) 6
{1− (1+ 0,0 ) 6 0,0 6
R = 8 .0 (00,1 0 3 5 ) 28(,0 )616,(27 69 )25 4 7 7
R = R .2 p .86 ,28− 2 13