You are on page 1of 4

Musikalisasi Puisi “Angin Pun Berbisik”

January 5, 2009 by Admin


Filed under SimakMusik

Leave a comment

Pada hari Jumat tanggal 21 November 2008, saya datang ke sebuah kedai kecil yang
biasa disebut “angkringan” di bilangan Kebayoran Baru. Saya datang memenuhi
undangan seorang teman untuk ngobrol-ngobrol, lalu tidak lama kemudian muncul dua
orang sahabat saya, duo Endah N Rhesa yang kebetulan juga datang memenuhi undangan
meeting di kedai yang sama. Mereka memberikan sebuah CD Musikalisasi Puisi “Angin
Pun Berbisik” yang beberapa saat lalu saya dengar memang sedang digarap oleh mereka.
Karena kesibukan saya, seminggu kemudian saya baru bisa mendengarkan lagu-lagu
pada CD tersebut secara utuh. Dan ini lah yang saya dapatkan:

Lagu pertama adalah lagu yang berjudul “Kali Ini Saja” yang liriknya dibuat oleh penyair
Zeffa Yurihana. Lagunya sendiri dibawakan secara apik oleh seorang gitaris, komposer
muda yang bernama Andre Harihandoyo. Sesuai dengan gaya bermusik Andre yang
berkiblat pada musik blues, maka larik-larik puisi dari Zeffa langsung diinterpretasikan
ulang oleh petikan-petikan nada blues dari gitar akustik Andre dengan sangat ekspresif
dan jernih. Puisinya saja menurut saya sudah “blues” sehingga begitu Andre mendandani
“Kali Ini Saja” dengan kord-kord blues maka jadilah lagu tersebut sebuah komposisi
blues lengkap yang asik.

Duo Endah N Rhesa yang berperan sebagai salah satu penggagas proyek album ini
mendapat kesempatan kedua dalam album ini walaupun mereka hampir ikut serta di
proses pembuatan semua lagu pada album ini, tapi lagu kedua pada album ini lah yang
mereka berdua ciptakan. Puisi karya penyair Zeffa Yurihana yang berjudul “Pasar”
langsung berubah menjadi sebuah selimut hangat di malam yang dingin atau segelas teh
es manis di sore yang panas ketika di gubah menjadi sebuah komposisi lagu yang asik
dan menghanyutkan. Seperti biasa Endah N Rhesa memainkan lagu ini dengan
aransemen khas akustik mereka. Denting gitar Endah disertai olah vokalnya yang tipis
diiringi petikan bass Rhesa plus kord-kord bernuansa jazz melengkapi kenyamanan yang
didapat pada saat mendengarkan lagu ini.

“Banyak orang bertukar barang


Sedikit orang bertukar senyum
Seorang anak ingin membeli senyum
Tapi tidak ada yang menjual senyum”

Itu potongan lirik yang diambil dari “Pasar”. Lucu, witty, plus harmonisasi backing vokal
yang sangat soothing.

Pengembaraan musik dalam lirik-lirik puitik belum selesai karena lagu selanjutnya
membawa kita pada suasana perjalanan. Kok perjalanan? Simak lagu yang berjudul
Jakarta yang didasari oleh puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul “Jakarta” dan
dibawakan secara apik oleh Christian (Tiket). Komposisi yang diciptakan oleh Christian
dan lalu di aransir oleh Rhesa Aditya ini seolah membawa kita seolah sedang melakukan
perjalanan. Walaupun isi dari puisi yang mendasari lagu ini adalah mengenai kekecewaan
terhadap kota Jakarta yang membuat si penyair merasa kecewa dan perlu meninggalkan
Jakarta, tapi aransemen yang dibuat oleh Rhesa menciptakan ambience yang justru positif
dan optimis. Simak potongan lirik/puisi lagu “Jakarta” dibawah ini:

“Kutinggalkan engkau
Sebab
Langitmu tak lagi biru
Diaduk asap dan debu
Aku sudah tak punya waktu
Untuk menunggu”

Nah anda akan mendapatkan kesan lain jika anda mendengarkan lagunya…:-)

Cinta & kerinduan adalah tema klasik yang tak pernah mati dimakan jaman. Tema ini lah
yang paling banyak dipakai pada puisi maupun lirik lagu. Ekspresi kerinduan pada puisi
pada puisi milik Siti Atmamiah yang berjudul “Ku Ingin” ini diinterpretasikan ulang
dalam bentuk lagu oleh grup yang menamakan diri mereka sebagai Drew. Masih
didominasi oleh riff gitar akustik yang ditingkahi oleh snare drum yang diketuk oleh
brush stick plus bass gitar fretless yang dimaininkan oleh Rhesa Aditya, membuat lagu
yang bersahaja ini jadi punya nyawa yang kuat. Lagu ini punya potensi untuk jadi idola di
pasar.

Setiap seniman yang utuh dalam bentuk apapun ia akan selalu punya ciri dalam berkarya.
Saya pikir statement ini bisa dilihat pada karya-karya musikalisasi puisi dalam album ini.
Salah satu contoh yang kuat selain lagu “Pasar” gubahan Endah N Rhesa adalah lagu
yang berjudul “Cemburu” yang didasari oleh puisi karya Irwan Dwi Kustanto yang
pencipta dan arranger lagunya adalah Anindyo Baskoro atau lebih dikenal dengan Nino
RAN. Ya, ia adalah salah satu personil trio yang sedang naik daun pada saat ini, RAN.
Menyambung statement diawal paragraf diatas, kita tentunya tau bagaimana lagu-lagu
dari RAN, dan pada lagu yang diciptakan oleh Nino berdasarkan puisinya Irwan ini, ciri
RAN tersebut tidak hilang tapi bermetamorfosis dalam bentuk yang jauh lebih bersahaja,
dengan balutan musik akustik ala Maxwell yang membuat para pendengar seperti saya
merinding mendengarnya. Tentunya peran Raisa, yang bernyanyi bersama Nino tidak
mengurangi keindahan lagu ini. Sangat menenangkan, walaupun sebenarnya liriknya
menyiratkan kegundahan yang kental.

Pada lagu berikutnya yang berjudul “Luka Seorang lelaki” yang diambil dari puisi
berjudul sama milik Irwan Dwi Kustanto. Saya mendengar nafas folk yang muncul pada
duet Dody-Riqo dimana mereka juga betindak sebagai arranger dan pencipta lagunya.
Gaya bermain gitar dan karakter vokal duo ini yang saya pikir membawa nafas folk yang
bukan berarti lagu ini kekurangan nilai estetisnya tapi malah jadi kekuatan sinergi yang
lumayan kuat.

Lagu “Sepi” yang diciptakan oleh Endah N Rhesa berdasarkan puisi karya Siti Atmamiah
membawa kita ke lorong-lorong sunyi. Illustrasi pembacaan puisi oleh Maudy Koesnaedi
dengan latar belakang suara enharmonik dari bass Rhesa terasa sangat dalam. Saya seolah
sedang menonton sebuah trailer film yang bercerita tentang kesepian yang mendalam
ketika mendengarkan lagu ini, dan saya yakin andapun demikian.

Cornelia Agatha….aktris yang sudah kita kenal berhasil membacakan puisi dengan
sangat baik. Adalah puisi milik Irwan Dwi Kustanto yang berjudul “Angin Pun Berbisik”
yang ia bawakan dengan penghayatan yang saya mesti acungkan jempol. Peranan Yessi
Kristianto & Rhesa Aditya sebagai arranger pun punya andil yang cukup baik. Intro yang
kuat lalu mulai masuk ke background ketika Lia mulai membaca puisi membuat ekspresi
Lia ketika membacakan puisi jadi semakin kuat.

Lagu “Angin” yang dibawakan oleh Jodhy Yudono yang didasari oleh puisi karya Zeffa
Yurihana juga dibawakan dengan gaya folk dari perspektif yang berbeda dibandingkan
dengan duo Dody-Riqo. Judhy yang memainkan gitar diiringi oleh Choirul Alhuda yang
memainkan violin & viola membawa kita ke suasana alam nan bersahaja. Jangan lupa
oleh pembacaan puisi oleh si kecil Yoga Sukma Khalid Nan Agung yang diselipkan pada
tengah lagu. Sangat syahdu dan bersahaja.

Album Musikalisasi “Angin Pun Berbisik” ini bisa saya kategorikan sebagai salah satu
musikalisasi puisi yang berhasil memadukan dua ranah seni ini menjadi satu kesatuan
yang cantik. Dahulu saya sempat terperangah ketika duo Ari & Reda membuat
musikalisasi puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, nah kali ini kembali saya terperangah
ketika mendengarkan album musikalisasi puisi ini. Terima kasih buat semua yang terlibat
yang membuat puisi-puisi dalam album ini jadi bisa didengarkan oleh semua orang
termasuk saya.

Cerita di balik album ini pun tak kalah menarik dan menyentuh kalau boleh saya bilang
demikian. Dari mulai puisi-puisi yang dihadirkan adalah puisi pilihan dari buku antalogi
puisi “ANGIN PUN BERBISIK”. Karya Irwan Dwi Kustanto, Siti Atmamiah dan Zeffa.
Pak Irwan adalah seorang tuna netra, sedangkan Ibu Siti dan Zeffa adalah istri dan
anaknya yang bermata awas sampai dengan tekad menyumbangkan hasil penjualan
seluruh CD ini pada 100% pada Yayasan Mitra Netra sebagai pendanaan buku Braille
untuk tuna netra.

Saya iseng menanyakan bagaimana cara mendapatkan CD tersebut dan informasi yang
saya dapatkan adalah:
CD musikalisasi puisi dapat Anda pesan melalui :
Yayasan Mitra Netra (021-7651386) (www.mitranetra.or.id)
dan HP nya Endah N Rhesa 08161443431 atau email di reiproject@yahoo.com
(datang ke Loca tiap Rabu malam, anda bisa bertemu dengan Endah N Rhesa di sana dan
beli CDnya di mereka

You might also like