You are on page 1of 10

Proposal Bisnis sebagai Alat untuk Memperoleh Pendanaan Usaha

bagi UMKM1

oleh:

Johansyah Angellina2

(NIM: 1071001061)

I. Pengantar

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bentuk
kegiatan ekonomi rakyat di Indonesia. UMKM memiliki peran yang sentral dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebagai pemberi layanan ekonomi
pada masyarakat, penyedia lapangan kerja, penopang kegiatan usaha dari usaha
berskala besar, pencipta pasar baru dan inovasi, penghasil devisa negara melalui
kegiatan ekspor, serta pelaku dalam pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat.3
Meskipun telah menunjukkan peran tersebut dalam perekonomian nasional,
UMKM masih menghadapi berbagai hambatan. Hambatan tersebut berupa rendahnya
produktivitas akibat minimnya ketrampilan dan kompetensi kewirausahaan dari
pelaku UMKM, terbatasnya teknologi yang digunakan, lemahnya status hukum
sebagai lembaga informal, rendahnya keberpihakan konsumen akan produk dalam

1 Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Pembimbing: Dien Rovita.

2 Mahasiswa Jurusan Management Angkatan 2007, Bakrie School of Management.

3 Neddy Rafinaldy, “Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM bagi Penumbuhan Usaha
Baru”, (http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2029/penumbuhan_ush_baru.pdf, 16
April 2009).

1
negeri, dan terbatasnya akses UMKM ke sumber daya produktif, seperti: pendanaan
usaha, akses pasar, akses ekspor, akses teknologi, faktor produksi, dan informasi.4

II. Keterbatasan atas Akses Sumber Pendanaan Usaha

Salah satu dari hambatan yang dihadapi oleh UMKM dalam


perkembangannya adalah keterbatasan atas akses ke sumber pendanaan usaha. Ada
empat hal fundamental yang menyebabkan terbatasnya akses UMKM ke sumber
pendanaan usaha. Pertama, aspek jaminan atau collateral yang diterapkan oleh
lembaga keuangan dan investor. Aspek jaminan tersebut cenderung tidak dapat
dipenuhi oleh sebagian besar UMKM maupun usaha yang baru dirintis. Hal ini
utamanya disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh pelaku UMKM
maupun mereka yang baru merintis usaha.
Kedua, aspek historis dari usaha yang menjadi tinjauan dari lembaga
keuangan dan investor. Suatu usaha yang baru dirintis umumnya tidak memiliki
catatan historis atau track record akan usaha yang sedang digelutinya. Usaha dimulai
atas dasar proyeksi yang dibuat oleh pelaku bisnis. Di lain pihak, UMKM pada
umumnya tidak memiliki sistem keuangan yang jelas, tertata, dan cukup accountable
untuk dapat ditinjau oleh lembaga keuangan dan investor.
Ketiga, pandangan lembaga keuangan dan investor (khususnya bank yang
merupakan lembaga pendanaan terbesar) bahwa UMKM sebagai kegiatan usaha yang
beresiko tinggi. Pada tahun 2005, untuk skala jumlah pinjaman dari perbankan
sampai dengan Rp 50 juta, dan hanya 24 persen terserap di sektor produktif,
selebihnya terserap di sektor konsumtif.5

4 “Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM)”,


(http://www.disperindag.sidoarjokab.go.id/?
content=07_a_prioritaskebijakan_pengembangan_ikm.htm, 16 April 2009).

5 Neddy Rafinaldy, loc. cit.

2
Keempat, UMKM umumnya tidak berbadan hukum dan masih menerapkan
manajemen yang sangat sederhana. Oleh karena itu, UMKM sangat sulit untuk
memperoleh akses dari lembaga keuangan perbankan.6
Keterbatasan atas akses ke sumber pendanaan usaha ini merupakan tantangan
bagi pelaku UMKM dalam pengembangan usahanya, terlebih bagi mereka yang baru
merintis usahanya. Hal tersebut disebabkan terbatasnya modal dapat diartikan
terhambatnya pertumbuhan usaha, baik dari segi produksi, pendistribusian,
pemasaran, dan lain-lain.
Pada akhirnya, terdapat dua kepentingan yang berbeda antara pelaku bisnis
dengan lembaga keuangan dan investor dalam hal pendanaan usaha. Pelaku bisnis
berkepentingan untuk adanya akses ke sumber pendanaan usaha yaitu untuk
menjalankan dan memajukan kegiatan usahanya, seperti dengan: produksi yang lebih
besar, ekspansi bisnis, jalur distribusi yang lebih luas, pemasaran yang lebih
menjangkau, dan lain-lain. Di lain pihak, lembaga keuangan dan investor butuh untuk
diyakinkan bahwa mereka menempatkan dana mereka pada orang dan usaha yang
tepat. Oleh karena dua kepentingan yang berbeda tersebut, suatu media diperlukan
untuk menjembatani antara kepentingan pelaku bisnis dengan kepentingan lembaga
keuangan dan investor. Media ini dikenal dengan proposal bisnis atau business plan.

III. Proposal Bisnis

Istilah business plan dalam berbagai literatur berbahasa Indonesia


diterjemahkan ke dalam dua istilah yaitu proposal bisnis dan rencana usaha. Dalam
penulisan makalah ini, istilah yang akan digunakan mengacu pada istilah business
plan adalah proposal bisnis.
Proposal bisnis adalah suatu dokumen yang dirancang untuk merencanakan
jalannya perusahaan dalam periode tertentu. Secara umum, proposal bisnis memiliki
tiga fungsi yaitu menetapkan proyek masa depan, menetapkan seberapa baik sasaran

6 “Pemberdayaan Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah”,


(http://bappenas.go.id/get-file-server/node/6136/, 07 Mei 2009).

3
telah terpenuhi, dan mendapatkan uang. Fungsi pertama, proposal bisnis harus dapat
digunakan untuk mengembangkan gagasan tentang bagaimana seharusnya usaha
dijalankan, memantapkan strategi dengan menguji perusahaan dari segala perspektif,
misalnya pemasaran, keuangan, dan operasi. Fungsi kedua, proposal bisnis adalah
alat retrospektif bagi pengusaha untuk dapat menilai kinerja aktual perusahaan selama
ini. Pada akhirnya, fungsi ketiga adalah proposal bisnis digunakan untuk
menghasilkan uang (dalam hal ini pendanaan usaha). 7
IV. Proposal Bisnis sebagai Alat untuk Memperoleh Pendanaan Usaha

Fungsi proposal bisnis untuk menghasilkan uang atau memperoleh pendanaan


usaha, pada dasarnya, didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar pemberi
pinjaman atau investor tidak akan memberikan modal ke suatu usaha tanpa melihat
terlebih dahulu proposal bisnis.8 Pemberi pinjaman dapat melihat kelayakan pinjaman
berdasarkan proposal bisnis tersebut untuk menentukan jumlah agunan, jumlah
pinjaman, serta waktu dan tingkat pengembalian yang sesuai. Sedangkan, investor
dapat mengetahui apakah dana yang diinvestasikan dapat menghasilkan manfaat
(keuntungan) seperti yang diharapkan serta resiko yang akan dihadapi bila
berinvestasi berdasarkan proposal bisnis9.
Dalam pembahasan makalah ini, penulis akan mengkaji salah satu UMKM
yaitu Ummu Muhammad Collection (UMC) dan penggunaan proposal bisnis dalam
kegiatan usaha UMC. Adapun, pengkajian ini merupakan analisis yang penulis
kembangkan dari hasil pengamatan kegiatan Soft Internship, yang telah dilaksanakan
pada 21 Agustus – 06 November 2008. Pembahasan ini dibatasi pada bagaimana
UMC dapat memperoleh pendanaan bagi kegiatan usahanya.

7 Brian R. Ford, Jay M. Bornstein, dan Patrick T. Pruitt, The Ernst & Young Business Plan:
Panduan Rencana Usaha Anda, (Jakarta: UFUKPRESS, 2008), hlm. 9 -- 11.

8 Ibid., hlm. 10.

9 Wardoyo, “Penyusunan Rencana Usaha”,


(http://wardoyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7832/PENYUSUNAN+RENCANA+USAHA1
.pdf, 16 April 2009).

4
Ummu Muhammad Collection (UMC) didirikan pada tahun 2000 oleh
Febrina T, S.Kom. UMC merupakan salah satu UMKM yang beroperasi di wilayah
Depok dan bergerak di industri garmen. UMC memiliki omset sekitar 200 – 300 juta
rupiah, dengan jumlah karyawan sebesar 19 orang dan 6 diantaranya merupakan
karyawan tetap.
UMC merupakan produsen dari perlengkapan busana muslimah dengan
produk utama yaitu rok dan blouse muslimah. Rok dan blouse tersebut masing-
masing diproduksi dengan rata-rata volume 600 dan 400 buah per bulan. Kedua
produk ini dipasarkan sebagian besar di daerah Jakarta Timur dan sejumlah daerah di
Indonesia seperti Gorontalo, Banjarmasin, Banda Aceh, Pontianak, Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat, dan Papua.
Setelah 8 tahun UMC berkembang di pasar dalam negeri, pemilik dari UMC
pada wawancara yang dilaksanakan pada Kamis, 18 September 2008 menyatakan
bahwa UMC sedang diproyeksikan untuk beroperasi di pasar mancanegara yaitu
melalui kegiatan ekspor. Hal tersebut merupakan sesuai dengan visi dari UMC yaitu
“Menguasai pasar busana Muslimah yang sesuai dengan syariat Islam.” yang
diimplementasikan melalui perluasan wilayah pemasaran. Berdasarkan informasi
yang diperoleh penulis pada wawancara tersebut, pada tahun 2008 telah dilaksanakan
studi banding mengenai pasar di negara Malaysia dan Brunei dan penjajakan
kemitraan untuk ekspansi bisnis di pasar kedua negara tersebut. Pada akhirnya,
menurut penulis, dalam rencana ekspansi bisnis melalui kegiatan ekspor tersebut,
UMC akan menghadapi beberapa hambatan yang terutama datang dari kedudukannya
sebagai UMKM.
UMKM berdasarkan hasil penelitian (OECD-APEC, 2006), akan menghadapi
empat kelompok besar hambatan ekspor, yaitu kemampuan internal perusahaan, akses
ke pasar luar negeri, lingkungan bisnis, dan keuangan perusahaan10. Selain itu, Berry
dan Levi (1994) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingginya biaya kredit,

10 Tri Wismiarsi, Muchsin Saggaff Shihab, dan Wijaya Adidarma, Hambatan Ekspor UKM
Indonesia, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 15.

5
kurangnya kuota ekspor, lemahnya infrastruktur publik, kurang praktisnya prosedur
birokrasi, kurangnya akses untuk pembiayaan, dan ketidakpastian kebijakan
pemerintah setempat merupakan hambatan ekspor dalam industri garmen di
Indonesia11.
Dalam makalah ini, selanjutnya penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
hambatan pada aspek keuangan khususnya pembiayaan atau pendanaan usaha.
Kemudian, penulis akan membahas bagaimana proposal bisnis dapat menjadi
alternatif solusi bagi UMKM (dalam hal ini UMC) untuk memperoleh pendanaan
bagi kegiatan usahanya.
V. Pembahasan

Dalam hal pendanaan usaha, sejak didirikan pada tahun 2000, UMC dibiayai
oleh internal perusahaan tanpa ada permodalan dari eksternal perusahaan, yaitu
diawali oleh modal dari pemilik UMC, yang hanya sebesar Rp 200.000,-. Kemudian
hingga tahun 2008, pembiayaan dari kegiatan usaha UMC ini hanya diperoleh dari
perputaran kas penjualan. Pola pendanaan tersebut dijalankan oleh pemilik UMC atas
dasar pertimbangan bahwa dengan modal internal telah cukup bagi UMC dapat
berkembang di pasar dalam negeri. Sebagai contoh, pada tahun 2007, UMC
membukukan keuntungan (dari kegiatan usaha dalam negeri) sebesar Rp
135.600.000, yang dihasilkan dari modal kas sebesar Rp 114.400.000. Modal kas
tersebut merupakan bagian dari keuntungan terdahulu dari UMC.

11 Ibid., hlm. 17.

6
Tabel Laporan Rugi Laba UMC Tahun 2007

Perkiraan 2007
Penjualan 250,000,000
Biaya pokok produksi 65,000,000
Laba kotor 185,000,000

Biaya operasi :
Biaya pemasaran 200,000
Biaya adm. & umum 1,200,000
Biaya gaji 48,000,000

Jumlah biaya operasi 49,400,000

Laba bersih 135,600,000

Akan tetapi, pola pendanaan yang hanya bertumpu pada internal perusahaan
ini, menurut penulis, nantinya akan tidak sesuai lagi untuk diterapkan ketika UMC
melakukan ekspansi bisnis di pasar luar negeri. Hal ini ditinjau dari akan adanya
penambahan biaya (seperti biaya produksi, biaya pemasaran, dan lain-lain) dan
munculnya biaya yang terkait dengan kegiatan ekspor yang dijalankan, (seperti biaya
administrasi kepabeanan, biaya transportasi, dan lain-lain). Oleh karena itu, menurut
penulis, perlu dipertimbangkan oleh pemilik UMC untuk menambah pendanaan bagi
kegiatan usahanya yaitu dari sumber pendanaan eksternal (pemberi pinjaman maupun
investor).
Dalam rangka memperoleh tambahan dana tersebut, UMC perlu membuat
suatu proposal bisnis, sebagai media komunikasi antara pemilik UMC dan sumber
pendanaan eksternal (pemberi pinjaman atau investor). Pada dasarnya, proposal bisnis

7
ini merupakan penuangan segala pikiran pelaku bisnis (dalam hal ini pemilik UMC)
tentang rencana bisnisnya ke depan, melalui proposal bisnis juga dinyatakan tujuan,
visi dan misi dari bisnis yang akan dijalankan oleh UMC. Harapannya tidak lain
adalah pemodal atau investor sepaham dengan tujuan, visi dan misi bisnis yang akan
dijalankan oleh UMC sehingga tergerak untuk mendanai rencana bisnisnya12. Selain
itu, dalam proses pembuatan proposal bisnis juga akan mendorong pemilik UMC
untuk menganalisis keseluruhan aspek usaha dan menyiapkan alternatif strategi yang
efektif untuk menghadapi berbagai situasi bisnis yang ada.13
Berdasarkan hasil studi pustaka, penulis menyimpulkan bahwa sebuah
proposal bisnis setidaknya terdiri atas beberapa aspek fundamental berikut ini,
ringkasan eksekutif, deskripsi bisnis, aspek produk dan jasa, aspek pemasaran, aspek
operasi, aspek manajemen, dan aspek finansial. Proposal bisnis tersebut juga
sebaiknya dibuat berdasarkan proyeksi rentangan periode yang tertentu (pada
umumnya satu sampai empat tahun ke depan). Rentangan periode waktu yang
tertentu bertujuan untuk membuat proposal bisnis tersebut benar-benar terfokus.
Ringkasan eksekutif merupakan bagian awal dari suatu proposal bisnis yang
mengungkapkan secara ringkas intisari laporan. Menurut Bygrave dan Zacharakis
(2008), ringkasan eksekutif merupakan bagian yang terpenting dalam suatu proposal
bisnis. Hal tersebut disebabkan bila pembaca (dalam hal ini pemberi pinjamana atau
investor) tidak tertarik dengan rangkuman eksektuf, umumnya mereka tidak akan
membaca bagian selanjutnya dalam proposal bisnis. Ringkasan tersebut memuat
informasi yang penting dari masing-masing aspek berikut ini, deskripsi dari peluang
bisnis, konsep bisnis, latar belakang industri, sasaran pasar, keunggulan usaha atau
competitive advantage, model bisnis, tim manajemen, dan penawaran14.

12 “Belajar Membuat Proposal Bisnis”,


(http://www.wirausaha.com/bisnis/kewirausahaan/belajar_membuat_proposal_bisnis.html, 16 April
2009).

13 Rambat Lupiyoadi, Rambat Lupiyoadi, Entrepreneurship: From Mindset to Strategy,


(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), hlm. 111.

14 William Bygrave dan Andrew Zacharakis, Entrepreneurship. (USA: John Wiley & Sons,
Inc, 2008), hlm. 245 – 246.

8
Deskripsi bisnis memberikan informasi mengenai profil perusahaan (kegiatan
bisnis yang dijalankan, status badan hukum, visi, misi, latar belakang pendirian),
situasi bisnis dan lingkungan usaha yang sedang dihadapi, dan prospek dan
pertumbuhan yang ingin dicapai. Aspek produk atau jasa memberikan informasi
mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, karakteristik, dan keunggulan produk
atau jasa tersebut dibanding dengan para pesaing.
Aspek pemasaran terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah penelitian
dan analisis yang terdiri atas informasi mengenai target pasar, ukuran dan tren pasar,
situasi persaingan, perkiraan bagian pasar. Bagian kedua adalah rencana pemasaran
yang terdiri atas informasi mengenai strategi pasar, penetapan harga, periklanan dan
promosi. Aspek operasi memberikan informasi mengenai proses produksi, analisis
lokasi bisnis, kebutuhan produksi, penyuplai atau faktor-faktor transportasi, suplai
tenaga kerja, dan data biaya pabrik.
Aspek manajemen memberikan informasi mengenai bagaimana perusahaan
dikelola dan bagaimana mekanisme manajemen yang dijalankan oleh perusahaan.
Aspek keuangan memberikan informasi mengenai potensi dana yang dimiliki,
kebutuhan dana eksternal, perhitungan kelayakan usaha, termasuk di dalamnya
memuat tiga laporan keuangan yaitu neraca, rugi-laba, dan arus kas.
Pada akhirnya, proposal bisnis akan memberikan gambaran mengenai UMC,
kegiatan usaha yang dijalankan, dan prospek dari kegiatan ekspor yang dilihat oleh
pemilik UMC secara komprehensif pada calon pemberi pinjaman atau investor.
Gambaran tersebut merupakan representatif dari UMC di mata sumber pendanaan
usaha eksternal, pemberi pinjaman atau investor.

VI. Penutup

Di tengah kondisi terbatasnya akses ke sumber pendanaan, proposal


bisnis dapat menjadi salah satu alternatif solusi bagi pelaku UMKM untuk dapat
memperoleh pendanaan usaha dari pihak eksternal. Pendanaan usaha tersebut secara
umum dapat diperoleh dari dua tipe sumber pendanaan yaitu pemberi pinjaman dan
investor. Kedua sumber pendanaan usaha ini memiliki pertimbangan yang berbeda

9
dalam mendanai suatu usaha. Pemberi pinjaman menekankan kemampuan pelaku
bisnis untuk membayar utang (pokok pinjaman dan bunga) tepat waktu. Di lain pihak,
investor menekankan pada kemampuan usaha tersebut untuk dapat maju dan
berkembang di masa mendatang untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih
besar. Kedua penekanan yang berbeda inilah nantinya akan dijawab melalui proposal
bisnis oleh pelaku bisnis.
Proposal bisnis merupakan media komunikasi yang efektif untuk
mempertemukan antara dua kepentingan yang berbeda dari pelaku bisnis dengan
sumber pendanaan usaha. Proposal bisnis bertujuan untuk memberikan gambaran
yang dapat dipercaya, objektif, dan komprehensif mengenai suatu kegiatan usaha bagi
lembaga keuangan dan investor. Proposal bisnis memberikan gambaran mengenai
berbagai aspek fundamental dalam suatu usaha meliputi ringkasan eksekutif,
deskripsi bisnis, aspek produk dan jasa, aspek pemasaran, aspek operasi, aspek
manajemen, dan aspek finansial.

10

You might also like