You are on page 1of 7

MENGENAL KITAB HADIS SHAHIH MUSLIM

Oleh: Dede Komarudin Soleh


Mahasiswa jurusan Tafsir Hadis STAI PERSIS

BAB I
Sejarah Penyusunan

Kitab Al-Jami’ As-Shahih karya Imam Muslim muncul pada periode kelima jika
dilihat dari periodisasi sejarah dan perkembangan hadis. Dan tepatnya pada masa-masa
pemerintahan dinasti Bani Abbas, sekitar abad ke 3 Hijriyyah. Dan peran kitab Al-Jami’ As-
Shahih itu sendiri sebagai hasil dari upaya Imam Muslim dalam melakukan penyaringan dan
seleksi akan hadis-hadis yang telah di tadwin pada periode sebelumnya. Karena pada periode
sebelumnya —yakni pada awal-awal kodifikasi— dinilai masih banyak hadis-hadis yang
tercampur antara yang shahih dengan yang dhaif, sehingga para ulama periode berikutnya
melakukan penyaringan dan menghimpunnya dalam kitab-kitabnya masing-masing dengan
mengembangkan metode dan sistem pentadwinannya. Seperti Imam Muslim dengan Al-
Jami’ As-Shahih-nya.

1. Judul Asli
Kitab yang menghimpun hadis-hadis shahih yang disusun oleh Imam Muslim memiliki judul
asli:
‫المسند الصحيح المختصر من السنن بنقل العدل عن العدل عن رسول ال صلى ال عليه وسلم‬
Namun lebih dikenal dengan sebutan Al-Jami’ As-Shahih. Atau lebih sederhana lagi banyak
yang menyebutnya Shahih Muslim.

2. Motif
Motif yang mendorong Imam Muslim untuk menyusun Al-Jami’ Ash-Shahih sekurang-
kurangnya karena ada dua alasan pokok, yakni pada masa itu masih sulit untuk menemukan
referensi koleksi hadis shahih yang relativ tersusun secara sistematis dan komprehensip. Dan
munculnya kaum Zindiq yang senantiasa menyebarkan hadis palsu dan mencampur adukan
hadis-hadis shahih dengan hadis-hadis dhaif.

3. Masa Penyusunan
1
Masa penyusunan kitab ini dilakukan oleh Imam Muslim selama 15 tahun, sebagaimana
pernyataan salah satu muridnya yang mendampingi beliau dalam penyusunannya, yakni
Ahmad bin Salamah, beliau mengatakan, “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun
kitab shahih itu selama lima belas tahun. Kitab itu berisi 12.000 hadits”. Dan kitab ini
disusun baik ketika Imam Muslim berada ditempat tinggalnya maupun ketika beliau
melakukan rihlah ilmiah ke berbagai wilayah. Dalam proyeknya itu beliau menyeleksi dari
hafalan dan catatannya yang berjumlah 300 ribu hadis. Perlu diketahui, bahwa pada mulanya
sosialisasi kitab ini menggunakan model diperdengarkan kepada kaum muslimin. Secara
garis besar ada dua jalur penyebarannya, yakni ke arah timur melalui Abu Ishak bin Ibrahim
bin Muhamad bin Sufyan, dan ke arah barat melalui Abu Muhamad Ahmad bin Ali.

3. Jumlah Hadis
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan jumlah hadis yang termuat di dalam kitab
Al-Jami’ As-Shahih yang disusun oleh Imam Muslim. Akan tetapi itu merupakan suatu
perbedaan pendapat yang masih bisa dikompromikan, sebab dalam metode perhitungannya
ada yang menghitung hadis yang diulang-ulang (mukarrar) dan ada yang tidak. Dalam arti
sebagian ulama menghitung dari aspek sanad sedang yang lainnya dari aspek matan. Jika
dihitung beserta hadis-hadis yang diulang maka jumlah hadis di dalam kitab Al-Jami’ As-
Shahih karya Imam Muslim berjumlah 10.000 hadis, atau sekurang-kurangnya 7275 hadis
(pendapat lain). Akan tetapi jika tidak dihitung beserta hadis-hadis yang diulang maka
jumlahnya jauh lebih sedikit. Ada yang berpendapat 4000 hadis, dan pendapat lain
mengatakan diatas 6000 hadis. Sementara itu Dr. Ajjaj Al-Khatib secara eksplisit
menyatakan bahwa jumlah hadis didalam kitab Shahih Muslim berjumlah 3.030 hadis dan itu
jika tidak dihitung dengan hadis yang diulang-ulang (ghair mukarrar). Sedangkan jumlah
seluruhnya termasuk yang diulang-ulang atau yang melalui (seluruh jalur) sanad yang
berbeda-beda memuat sekitar 10.000 hadis.

4. Kedudukan
Para ulama menempatkan kitab Al-Jami’ As-Shahih karya Imam Muslim pada peringkat
kedua setelah Al-Jami’ As-Shahih yang di susun oleh Imam Bukhari. Hal ini berdasarkan
kualitas keshahihannya. Dan kitab ini pun termasuk kedalam Kutubu Sittah yang dinilai
sebagai karya-karya monumental dalam sejarah kehidupan umat Islam. Hal ini berkat
ketelitian Imam Muslim dalam memasukan hadis. Beliau pernah berkata:
‫ وما أسقطت منه شيئا ال بحجة‬. ‫ما وضعت شيئا في كتابي هذا ال بحجة‬

2
“Aku tidak mencatumkan satu hadis pun ke dalam kitabku ini melainkan karena ada
alasannya. Aku tidak menggugurkan satu hadis pun didalam kitabku ini melainkan karena
ada alasannya”

Dari pernyataannya diatas, maka kita bisa melihat akan kecermatan Imam Muslim didalam
menyeleksi sebuah hadis untuk beliau susun dalam sebuah kitab. Namun tidak hanya
kecermatan yang dimiliki oleh Imam Muslim didalam menetapkan kualitas suatu hadis.
Sebagai ulama, beliau pun selalu mengimplementasikan sikap tawadhu, sekalipun dalam
menetapkan kualitas suatu hadis. Diceritakan bahwa suatu ketika Imam Muslim
memperlihatkan naskah kitabnya kepada seorang ulama yang dipandang ahli didalam ilmu
hadis, yakni Abu Zur’ah Al-Razi. Setiap hadis yang diisyaratkan oleh Abu Zur’ah ada
kelemahannya, maka Imam Muslim meninggalkannya, sebaliknya hadis-hadis yang
dipandang shahih oleh Abu Zur’ah, maka Imam Muslim meriwayatkannya. Artinya, Imam
Muslim bukanlah tipe ulama yang agresif dan menganggap pendapatnya selalu benar.

3
BAB II
METODE PENYUSUNAN
Metode yang ditempuh oleh Imam Muslim dalam menyusun kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih
sangat bagus sekali. Beliau menempatkan hadis-hadis yang memiliki kesamaan tema
ditempat yang sama, dan tidak menempatkannya secara terpisah atau ditempat yang berbeda.
Sehingga kitab Al-Jami’ As-Shahih karyanya memiliki nilai sistematika yang tinggi. Karena
memang Imam Muslim tidak memiliki tujuan untuk mengkaitkan dengan masalah fikih
sebagaimana Imam Bukhari. Oleh karena itu tidak ada hadis yang sama diletakan pada dua
tema yang berbeda. Selain itu apabila ada seorang rawi berbeda dengan rawi lainnya dalam
menggunakan redaksi, padahal substansi dan tujuannya sama, maka Imam Muslim
menjelaskannya. Begitu pula apabila seorang rawi menggunakan lafadz ‫( اخبرننننا‬ia
mengkhabarkan kepada kami), sedang rawi yang lain menggunakan lafadz ‫( حننندثنا‬ia
menceritakan kepada kami), maka beliau pun menjelaskan perbedaan tersebut.

1. Syarat Imam Muslim


Syarat yang ditetapakan oleh Imam Muslim relativ lebih longgar ketimbang syarat yang
ditetapkan oleh Imam Bukhari. Dalam ittisal as-sanad (persambungan sanad) antara murid
(marwi’anhu) dengan guru (rawi) hanya cukup dengan syarat mu'asharah (semasa),
sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan terjadinya liqo’ (pertemuan). Para ulama —
berdasarkan pengkajian—menyimpulkan bahwa syarat-syarat yang diterapkan Imam Muslim
didalam kitabnya antara lain:
Pertama, Imam Muslim hanya meriwayatkan hadis dari para rawi yang adil dan dlabith, dan
bisa dipertanggung jawabkan kejujurannya. Kedua, beliau hanya meriwayatkan hadis
musnad (lengkap dengan sanad), muttashil ( sanadnya bersambung), dan marfu (berasal dari
Nabi). Dari penjabaran diatas maka setidaknya ada beberapa syarat yang kita temui, yakni
hadisnya harus diriwayatkan dari rawi yang adil dan dlabith, sanadnya lengkap serta
bersambung, dan disandarkan kepada Nabi.

4
2. Kriteria Hadis
Imam Muslim mengklasifikasikan hadis menjadi tiga kategori. Kategori pertama ialah hadis-
hadis yang diriwayatkan oleh para rawi yang adil dan kuat hafalan. Kedua hadis yang
diriwayatkan oleh para rawi yang tidak begitu diketahui keadaannya dan memiliki hafalan
atau ingatan yang sedang-sedang saja. Dan yang ketiga ialah hadis yang diriwayatkan oleh
rawi yang lemah hafalannya serta hadisnya ditinggalkan orang.
Dalam periwayatannya, Imam Muslim selalu meriwayatkan hadis yang sesuai dengan
kategori pertama dan beliau pun menyertakan hadis yang sesuai dengan kategori kedua yang
hanya berfungsi sebagai mutabi dan tidak dijadikan hadis inti. Sedangkan untuk kategori
ketiga tidak termuat didalam Al-Jami’ As-Shahih karyanya.
Adapun kriteria hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitabnya Al-Jami’ As-
Shahih, adalah hadis-hadis yang kualitasnya sesuai dengan syarat-syarat hadis yang
disepakati oleh Ulama. Hal ini berdasarkan interpretasi Ibnu Salah atas pernyataan Imam
Muslim, Imam Muslim pernah menyatakan bahwa beliau tidak memasukan semua hadis
shahih ke dalam kitabnya, beliau hanya memasukan hadis-hadis yang memenuhi persyaratan
shahih yang telah disepakati oleh para ulama. Dan kriteria lain mengenai hadis yang ditulis
oleh Imam Muslim didalam Al-Jami’ As-Shahih ialah seluruhnya hadis-hadis yang
disandarkan kepada Nabi (hadis marfu), dan beliau tidak meriwayatkan perkataan sahabat
(hadis Mauquf) dan juga tabi’in (hadis Maqtu’).

5
BAB III
SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Kitab Al-Jami’ As-Shahih disusun oleh Imam Muslim dengan sangat sistematis,
banyak ulama yang mengatakan kitab ini lebih sistematis daripada Al-Jami’ As-Shahih yang
disusun oleh Imam Bukhari dalam hal penyusunannya. Selain itu kitab Al-Jami’ As-Shahih
karya Imam Muslim mempunyai ciri khas yang memudahkan pembacanya.
1. Muqadimah
Kitab Al-Jami’ As-Shahih yang disusun oleh Imam Muslim diawali oleh muqadimah yang
bernilai tinggi dan bermanfaat. Dalam muqadimahnya beliau menjelaskan haramnya
berdusata atas nama Rasulullah, anjuran agar berhati-hati dalam meriwayatkan, keadaan para
perawi dan menerangkan illat hadits, larangan meriwayatkan hadits dari perawi yang lemah
dan banyak salahnya, pembagian dan macam-macam hadits, dan hadits-hadits yang ditulis
dalam Shahih-nya. Juga menerangkan bahwa sanad hadits itu adalah bagian dari ketentuan
agama, dan menjelaskan panjang lebar tentang berhujjah dengan hadits mu’an’an. Itulah
diantara manfaat yang terkandung didalam muqadimah Shahih Muslim. Hal ini bias kita
asumsi sebagai pengantar sebelum kita memasuki bagian yang pokok dari kitab tersebut.
2. Isi
Imam Muslim dalam penyusunan kitabnya (Al-Jami’ As-Shahih), tidak menyertakan nama-
nama kitab (dalam arti bagian) serta nama-nama bab. Akan tetapi beliau menyusun dan
menyimpan hadis-hadis yang memiliki kesamaan tema secara berkelompok. Oleh karena itu
meskipun tanpa nama-nama kitab dan bab, kitab Al-Jami’ As-Shahih dapat dinilai sebagai
kitab yang sistematis dalam penyusunannya. Sehingga memudahkan para ulama yang
mengulas kitabnya untuk memberikan nama kitab dan bab pada kitabnya. Diantara ulama
yang dinilai paling baik dalam mengulas kitab Al-Jami’ As-Shahih karya Imam Muslim ialah
Imam Nawawi.
Untuk mengetahui secara jelas akan nama-nama kitab didalam kitab hadis Shahih Muslim,
berikut tabel sebagai penjelas.
‫الطهارة‬ ‫اليمان‬ ‫مقدمه‬
‫المساجد ومواضع الصلة‬ ‫الصلة‬ ‫الحيض‬
‫العيدين‬ ‫الجمعة‬ ‫صلة المسافرين وقصرها‬
‫الجنا ئز‬ ‫الكسوف‬ ‫الستسقاء‬
‫العتكاف‬ ‫الصيام‬ ‫الزكاة‬
6
‫الرضاع‬ ‫النكاح‬ ‫الحج‬
‫العتق‬ ‫اللعان‬ ‫الطلق‬
‫الفراءض‬ ‫المساقة‬ ‫البيوع‬
‫الندر‬ ‫الوصية‬ ‫الهبات‬
‫الحدود‬ ‫القسامة والمحاربين والقصاص والديات‬ ‫ال يمان‬
‫الجهاد والسير‬ ‫اللقطة‬ ‫القضية‬
‫الضاحي‬ ‫الصيد والدباءح ومايؤكل من الحيوان‬ ‫المارة‬
‫الدب‬ ‫اللباس‬ ‫الشربة‬
‫الشعر‬ ‫ألفاظ من الدب وغيرها‬ ‫السلم‬
‫البر والصلة والداب‬ ‫فضاءل الصحابة رضي ال عنهم‬ ‫الرؤيا‬
‫الدكروالدعاء والتوبة والستغفار‬ ‫العلم‬ ‫القدر‬
‫الجنة وصفة النفسها وأهلها‬ ‫صفاة المنفقين وأحكامهم‬ ‫والتوبة‬
‫التفسير‬ ‫الزهد والرقائق‬ ‫الفتن وأشراط الساعة‬

‫‪Wallahu a’lam bishowab‬‬

‫‪7‬‬

You might also like