You are on page 1of 29

BAB ADAB BERPAKAIAN DAN BERHIAS

Allah -Ta'ala- berfirman :


“Wahai bani Adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi
auratkalian dan juga perhiasan. Sedangkan pakaian takwa , demikian itu lebih baik.
Demikian itu adalah salah satu dari ayat-ayat Allah, agar mereka mau
mengingatnya. Wahai Bani Adam, janganlah sampai syaithan menimpakan fitnah
kepada kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tua kalian dari surga,
dan meninggalkan pakaian mereka berdua sehingga auratnya tersingkap.
Sesungguhnya syaithan, dia dan pengikutnya dapat melihat kalian dari tmepat yang
kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan para
syaithan sebagai wali bagi orang-orang yang tidak beriman.“ ( Al-A'raf : 26 – 27 ).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiallahu
‘anhuma, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : "
Makan, minum, bersedekah dan berpakainlah kalian tanpa berlebih-lebihan
dan berbuat kesombongan"1.

Diantara adab-adab mengenakan pakaian dan berhias :

1. Wajibnya Menutup Aurat :


Allah telah memberikan nikmat kepada hamba-hambanya yang mana
Allah menutup mereka dengan pakaian yang hakiki, kemudian membimbing
mereka kepada pakaian lainnya yang ma'nawi yang lebih besar
kedudukannya daripada pakaian yang pertama, Allah Jalla wa 'Ala :
‫ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ‬
‫ﮡﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ‬ ‫ﮗ ﮘﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ‬ ‫ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ‬
“ Wahai bani Adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi
auratkalian dan juga perhiasan. Sedangkan pakaian takwa , demikian itu lebih baik.
Demikian itu adalah salah satu dari ayat-ayat Allah, agar mereka mau
mengingatnya. Wahai Bani Adam, janganlah sampai syaithan menimpakan fitnah
kepada kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tua kalian dari surga,
dan meninggalkan pakaian mereka berdua sehingga auratnya tersingkap.
Sesungguhnya syaithan, dia dan pengikutnya dapat melihat kalian dari tmepat yang
kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan para
syaithan sebagai wali bagi orang-orang yang tidak beriman “( Al-A'raf : 26 – 27 ).
Ibnu Katsir berkata – di dalam menafsirkan ayat ini – Allah
memberikan nikmat kepada hamba-hambanya dengan apa yang telah dia
jadikan bagi mereka berupa libas (pakaian) dan risyah (perhiasan), libas yang
menutup aurat dan aurat adalah as-sauaat, dan Ar-Risy adalah apa yang
dipakai untuk berhias secara zhahir, maka yang pertama termasuk perkara
yang darurat dan Ar-Risy termasuk perkara yang sekunder dan berupa
kebutuhan tambahan2.
Dan menutup aurat termasuk dari adab-adab yang agung yang
diperintahkan didalam agama Islam, bahkan laki-laki dan perempuan
1
HR. An-Nasaa'i (2559) Al-Albani menghasankannya (shahih Sunan An-Nasaa'i dengan no. ( 2399),
dan Ahmad meriwayatkannya (6656), Ibnu Majah (3606) dan hadits ini ada pada riwayat Al-Bukhari
secara mu'allaq di awal kitab Al-Libas.
2
Tafsir Al-Qur`an Al-Azhim (2/217) cetakan Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah – Beirut – 1418 H.
dilarang melihat kepada aurat sebagian mereka dikarenakan akan
mengakibatkan mafsadah . Syariat telah mengantisipasi setiap pintu yang
dapat menghantarkan kepada kejelekan, dan aurat merupakan seuatu yang
oleh seorang manusia tidak senang menampakkannya, melihatnya. Karena
kata aurat itu diambil dari kata al-aur yang artinya adalah al-aib (yang
memalukan), dan setiap sesuatu yang kamu tidak suka memandang
kepadanya, karena memandang kepadanya dianggap sebagai sesuatu yang
aib (memalukan), sebagaiman perkataan Ibnu Utsaimin3.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : " Janganlah seorang laki-laki
memandang kepada aurat laki-laki, dan jangan pula wanita memandang
kepada aurat wanita, dan janganlah seorang laki-laki berselimut dengan laki-
laki lain dalam satu kain, dan janganlah seorang wanita berselimut dengan
wanita lainnya di dalam satu kain4"5.
Dari Al-Miswar bin Makhramah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : “
Saya datang dengan batu berat yang saya bawa sedangkan saya mengenakan
sarung yang tipis, beliau berkata : “Tiba-tiba sarung saya terlepas sedangkan
ada bersamaku batu yang tidak dapat saya letakkan di tempatnya sampai
saya membawanya ke tempatnya, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : " Kembali engkau ke kainmu dan kenakanlah. Jangan kamu
berjalan dalam keadaan telanjang"6.
Dan Dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya dia berkata :
"Saya berkata wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Manakah aurat
kami yang kami harus jaga dan yang boleh kami tampakkan ? Beliau berkata :
“ Jagalah auratmu kecuali dari istrimu atau budak yang kamu miliki. Beliau
berkata : “Saya berkata : wahai Rasulullah apabila ada satu kaum sebagian
mereka berada bersama sebagian lainnya ? Beliau berkata : “ Apabila kamu
mampu agar tidak seorang pun dapat melihat auratmu maka jangan sampai
mereka melihatnya. Beliau berkata : “ Saya berkata : Wahai Rasulullah :
Apabila salah seorang dari kami dalam keadaan bersendiri ?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Allah lebih berhak untuk seseorang
malu dari-Nya daripada manusia"7.
Aurat laki-laki yang diperintahkan untuk menutupnya – selain dari
suami dan budak perempuannya – mulai dari pusar sampai ke lutut. Dan
wanita seluruh badannya adalah aurat – kecuali kepada suaminya – adapun
kepada mahramnya maka bagi mereka boleh melihat keapa apa yang selalu
nampak seperti wajah, kedua tangan, rambut, leher dan yang semisal dengan
hal tersebut, dan aurat wanita bersama anak-anak wanita yang sejenisnya
mulai dari pusar sampai ke lutut.
Masalah : Apakah Paha laki-laki Adalah Aurat?

3
Asy-Syarh Al-Mumti' (2/133).
4
Yaitu janganlah mereka berdua berbaring dalam keadaan telanjang di bawah satu kain, sebagaimana
yang dijelaskan di dalam Tuhfat Al-Ahwadzi syarah Jami At-Tirmidzi.
5
HR. Muslim (338), Ahmad (11207), At-Tirmidzi (2793) dan Ibnu Majah (661).
6
HR. Muslim (341) dan Abu Daud (4016).
7
HR. Abu Daud (4017) dan Al-Albani menghasankannya no.(3391), dan At-Tirmidzi meriwayatkannya
(2794) dan Ibnu Majah (1920).
Jawaban : Al-Lajnah Ad-Daa`imah menyatakan : “ Jumhur Fuqaha’
berpendapat bahwa paha laki-laki adalah aurat, mereka berdalil dengan
hadits-hadits yang sanad hadits-hadits tersebut tiada yang luput dari kritikan
ulama, apakah sanadnya bersambung atau tidak, atau tentang kedhaifan
pada sebagian perawinya, akan tetapi sebagian hadits-hadits tersebut saling
menguatkan satu sama lainnya sehingga menjadikan derajatnya naik dengan
menggabungkan seluruh riwayat yang ada untuk dijadikan hujjah atas
masalah yang dibahas. Diantara hadits-hadits tersebut hadits yang
diriwayatkan oleh Malik di dalam Al-Muwathta', Ahmad, Abu Daud dan At-
Tirmidzi dari hadits Jarhad Al-Aslami radhiallahu ‘anhu dia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lewat dan ketika itu saya
memakai burdah dan paha saya tersingkap, maka beliau berkata : " Tutuplah
pahamu karena sesungguhnya paha itu aurat" At-Tirmidzi menghasankan
hadits ini8.
Dan sbeagian ulama lainnya berpendapat bahwa paha laki-laki bukan
aurat, mereka berdalil dengan hadits riwayat Anas radhiallahu ‘anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka sarung dari pahanya sehingga
saya sungguh melihat putih paha beliau. Ahmad dan Al-Bukhari
meriwayatkan dan berkata hadits Anas lebih bagus sanadnya dan hadits
Jarhad lebih hati-hati9, dan pendapat mayoritas ulama lebih hati-hati karena
hadits-hadits yang pertama merupakan ketentuan dalam pembahasan ini,
sedangkan hadits Anas radhiallahu ‘anhu masih ada masih relatif 10.
Masalah Lainnya : Sebagian wanita sengaja memakai sebagian pakaian yang
menampakkan tempat-tempat fitnah dari tubuhnya dan perhiasannya bagian
dalam, seperti menampakkan punggung atau paha atau bahagian darinya,
atau memakai pakaian yang memperlihatkan tubuhnya, atau sempit yang
menonjolkan bagian-bagian yang dapat menimbulkan fitnah, dan sebagian
mereka beralasan bahwa aurat yang diperintahkan untuk menutupnya
diantara wanita adalah mulai dari pusar sampai ke lutut, dan bahwa mereka
hanya memakai pakaian tersebut di perkumpulan wanita saja, maka apa
jawaban atas pernyataan tersebut?
Jawabannya : Tidak diragukan lagi bahwa aurat perempuan bersama
perempuan lainnya adalah apa saja yang ada diantara pusar dan lutut, akan
tetapi hal ini disyaratkan apabila aman dari fitnah, dan yang terjadi pada
kebanyakan wanita pada hari ini mereka melewati batasan di dalam menutup
aurat mereka11.
Bahkan keadaan ini membawa kepada terfitnahnya sebagian wanita
kepada sebagian lainnya. Sekian banyakkisah yang populer berkaitan dengan
mereka – kaum wanta – ini. Ada yang tahu dan ada pula yang tidak
mengetahuinya. Perkumpulan wanita bukanlah alasan di dalam memakai
pakaian yang tidak halal bagi wanita untuk memakainya, bahkan kapan saja

8
Al-Albani menshahihkan riwayat Abu Daud dengan no. (3389).
9
Lihat shahih Al-Bukhari, Kitab Ash-Shalat. Bab : Maa yudzkar fii Al-Fakhdz.
10
Fatwa Lajnah Ad-Daa`imah no.(2252) (6/167 – 165).
11
Kabar-kabar tentang mereka tidak mengembirakan orang yang beriman, dan kita membersihkan
telinga-telinga dan mata-mata kalian dari perkara yang mendatangkan kabar-kabar tersebut, dan
barang siapa yang ingin mengetahui hal tersebut maka dia bisa menanyakannya kepada wanita karena
ada pada mereka banyak kabar tentang keadaan mereka yang sebenarnya, wallahul musta'an.
pakaian itu sebagai faktor terjadinya fitnah dan sebagai penggerak tabiat
yang jelek maka hal itu diharamkan walaupun hal itu di tengah-tengah para
wanita.
As-Syaikh Ibnu Utsaimin memiliki perkataan tentang memakai
pakaian yang sempit, alangkah baiknya untuk kami sebutkan hal tersebut,
beliau berkata : “Memakai pakaian yang sempit yang menampakkan bagian-
bagian tubuh yang dapat menimbulkan fitnah dari tubuh wanita adalah
perkara yang diharamkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "
Dua golongan dari penduduk neraka yang belum saya lihat : sekelompok
laki-laki yang ada bersama mereka cambuk seperti ekor-ekor sapi, mereka
memukulkannya kepada manusia – maksudnya karena kezhaliman dan
aniaya - , dan wanita yang berpakaian lagi telanjang yang menyimpang dari
ketaatan Allah dan memakai sanggul yang miring"12.
Dan perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "mereka berpakaian
lagi telanjang" bahwa mereka memakai pakaian yang pendek tidak menutupi
apa yang wajib ditutup dari aurat, dan ditafsirkan bahwa mereka memakai
pakaian yang tipis yang tidak menghalangi pandangan apa yang ada
dibaliknya dari kulit wanita, dan ditafsirkan bahwa mereka memakai pakaian
yang sempit yang mana dia menutupi dari pandangan akan tetapi
menampakkan lekuk-lekuk tubuh wanita, dan berdasarkan ini tidak boleh
bagi wanita untuk memakai pakaian yang sempit kecuali kepada orang yang
boleh baginya menampakkan auratnya di sisinya dan dia adalah suaminya
karena tidak ada antara suami dan istri aurat berdasarkan firman Allah
ta'ala :
‫ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ‬
“ Dan mereka – orang-orang yang beriman – adalah yang menjaga kemaluan
mereka. Kecuali bagi para istri mereka ataukah kepada budak yang mereka milik,
karena mereka itu tidak akan dicela karenanya “( Al-Mu'minun : 5 – 6 )
Aisyah berkata : " Saya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi
dari satu bejana tangan-tangan kami berganti-gantian mengambil air pada
bejana itu"13.
Maka seseorang antara dia dan istrinya tidak ada batasan aurat,
adapun antara wanita dan mahramnya maka wajib bagi wanita menutup
auratnya, dan pakaian yang sempit tidak boleh digunakan di hadapan
mahram tidak pula di hadapan para wanita apabila pakaian itu sangat sempit
yang menampakkan bagian tubuh wanita yang menggoda14.
Faedah : termasuk perkara adab bersama Allah subhanahu wa ta'ala,
seseorang yang ingin mandi hendaknya menutup dirinya dengan sesuatu
yang dapat menutupinya, lebih khusus lagi orang yang berada di tempat-
tempat yang terbuka yang tidak ada suatu pun yang menghalanginya. Ya'la
radhiallahu ‘anhu telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

12
HR. Muslim (2128), Ahmad (8351), Malik (1694), dan lafazhnya yang sempurna ada pada riwayat
Muslim : (kepala-kepala mereka seperti punuk onta yang miring, mereka tidak masuk ke dalam surga
dan tidak pula mendapatkan baunya dan sungguh bau wangi surga didapatkan dari jarak sekian dan
sekian).
13
HR. Al-Bukhari (261) Muslim (316) dan selain keduanya.
14
Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin (2/825 – 826) cetakan Daar ‘Alam Al-Kutub – Riyadh –
cetakan pertama 1411 Hijriyah.
wa sallampernah melihat seorang laki-laki mandi di Al-Baraz15 tanpa
memakai sarung, maka beliau naik ke mimbar dan bertahmid serta memuji
Allah kemudia berkata : "sesungguhnya Allah Azza wa Jalla maha pemalu
dan Maha menutupi yang mencintai rasa malu dan sifat menutup diri, maka
apabila salah seorang dari kalian mandi hendaknya dia menutup dirinya
(dari pandangan orang lain)"16.
Dan di dalam hadits Hakim dari ayahnya dari kakeknya dia berkata :
"….Saya berkata wahai apabila salah seorang dari kami bersendiri? Beliau
berkata : Allah lebih berhak untuk kalian malu kepadanya dari pada kepada
manusia"17.

2. Haramnya Laki-laki Menyerupai Wanita Dan Wanita Menyerupai Laki-


laki :
Pada perkara tersebut adanya ancaman yang keras dan laknat dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallammelaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang
menyerupai laki-laki" dan di dalam lafazh yang lain : "Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam melaknat laki-laki yang berperilaku layaknya wanita dan wanita
yang berperilaku layaknya laki-laki. Dan berkata keluarkanlah mereka dari
rumah-rumah kalian.”
Ibnu Abbas berkata : “ Nabi mengeluarkan si fulan dari rumahnya dan Umar
mengeluarkan si fulan dari rumahnya"18.
Dan penyerupaan kadang ada pada cara berpakaian, cara berbicara
dan terkadang pada cara berjalan dan yang semisalnya. Maka kapan saja
seorang laki-laki mengerjakan apa yang merupakan kekhususan wanita di
dalam cara berjalan, cara berbicara atau cara memakai pakaian maka dia telah
masuk di dalam laknat, atau kapan saja seorang wanita mengerjakan apa
yang merupakan kekhususan laki-laki di dalam cara berjalan, cara berbicara
atau cara berpakaian maka dia telah masuk dalam laknat tersebut.
Masalah : Apabila Penyerupaan Tersebut Merupakan Sifat Asli Seseorang
Apakah Dia Masuk Ke Dalam Laknat Dan Celaan?
Jawab : Ibnu Hajar bekata : “ Adapun seseorang yang penyerupaan tersebut
merupakan sifat aslinya maka ia hanya diperintahkan agar berupaya
meninggalkan sifat tersebut dan membiasakan untuk meninggalkan
kebiasaannya itu secara bertahap, apabila dia tidak melaksanakannya dan
terus menerus bersifat seperti itu maka dia masuk ke dalam celaan, terlebih
lagi apabila nampak darinya apa yang menunjukkan akan keridhaan akan

15
Al-Baraz dengan harakat fathah : tempat yang lapang dari tanah yang jauh lagi luas, dan apabila
maunsia keluar menuju tempat tersebut maka akan dikatakan : baraza yabruzu buruzan, yaitu dia
keluar menuju al-baraz. Dan Al-Baraz juga dengan fathah :adalah tempat yang tidak ada padanya….
(afwan tdk jelas bela) dari pepohonan dan tidak pula selainnya…(Lisan Al-Arab 5/309) Bahasan : ‫ب ر ز‬
16
HR. Abu Daud (4012) dan Al-Albani menshahihkannya, dan Ahmad (17509) dan An-Nasaa'i (406).
17
Takhrijnya telah berlalu.
18
HR. Al-Bukhari (5885) (5886) Ahmad (1983) At-Tirmidzi (2783) Abu Daud (4097) Ibnu Majah (1904)
dan Ad-Darimi (2649).
sifat tersebut. Hal ini merupakan perkara yang jelas dari lafazh Al-
Mutasyabbihin19.

3. Disunnahkan Menampakkan Adanya Pemberian Nikmat Dari Allah


Dalam Berpakaian Dan Yang Selainnya :
Disunnahkan bagi orang yang Allah berikan harta agar menampakkan
adanya pengaruh nikmat Allah atasnya dengan memakai pakaian yang indah
tanpa adanya sikap berlebih-lebihan dan sikap sombong, dan janganlah ia
terlalu menekan dirinya sendiri atau berlaku kikir dengan hartanya, bahkan
hendaknya dia memakai pakaian yang baru lagi indah dan bersih untuk
menampakkan adanya nikmat Allah atasnya.
Diriwayatkan dari Abu Al-Ahwash dari ayahnya dia berkata : “Saya
pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pakaian yang
lusuh murahan20. Maka beliau berkata : “Apakah kamu memiliki harta? Abul
A'wash berkata : iya. Beliau berkata : “ Dari harta yang mana? “
Abul A'wash berkata : Allah telah memberiku beberapa sapi dan kambing,
kuda dan budak. Nabi berkata : "Apabila Allah telah memberimu harta maka
hendaknya engkau menampakkan pengaruh nikmat dan kemuliaan "21.
Dan manusia di dalam hal ini ada dua sisi dan pertengahan, satu kaum
ada yang terlalu menekankan bagi dirinya dan terlalu hemat entahkah itu
dengan alasan agama – menurut persangkaan mereka – ataukah karena
kebakhilan. Dan kaum yang berlebih-lebihan dan melampaui batas mereka
membelanjakan banyak harta pada pakaian yang akan mudah usang, dan
kaum yang berada di pertengahan yang mereka menampakkan nikmat Allah
kepada mereka dalam berpakaian tempat tinggal tanpa berlebih-lebihan dan
tidak pula menyombongkan diri.

4. Haramnya Menyeret Kain Dengan Kesombongan :


Allah mengancam kepada orang yang menyeret pakaiannya karena
kesombongan dan merasa lebih tinggi dari yang lain bahwa Allah tidak akan
melihat kepada mereka pada hari dimana dia sangat dibutuhkan Rabb
semesta alam.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak akan melihat kepada
orang yang menyeret kain sarungnya karena sombong di hari kiamat" 22.
Dan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : " Ketika seseorang berjalan dalam keadaan memakai pakaian yang
menjadikan dirinya terkagum-kagum dengan rambut jummah23 (yang tersisir
rapi terurai sampai ke pundak) dan Allah membenamkannya di dalam tanah
niscaya dia dalam keadaan berteriak sampai hari kiamat". Dan dalam riwayat

19
Fathul Baari (10/345).
20
Yaitu yang jelek dan tidak ada nilainya.
21
HR. Abu Daud (4064) dan lafazhnya berdasarkan periwayatannya, dan Al-Albani menshahihkannya,
dan Ahmad (15457), dan An-Nasaa'i (5223).
22
HR. Al-Bukhari (5788), Muslim (2078), Ahmad (8778) dan Malik (1698).
23
A-Jummah : dengan dhammah : kumpulan rambut dan lebih banyak dari biasanya. Dan di dalam
hadits : adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berambut Jummah dan ikal; Al-Jummah dari
rambut kepala : Apa yang terurai di atas pundak. (Lisan Al-Arab 12/107) materi : (‫)جمم‬.
Ahmad : "Ketika seseorang berjalan dengan penuh kesombongan memakai
pakaian yang mengagumkannya dengan rambut jummah (terurai sampai ke
pundak) yang menjadikan kain sarungnya menjulur sampai ke tanah, lalu
Allah membenamkannya maka dia berteriak atau jatuh di dalamnya sampai
hari kiamat"24.
Hadits-hadits diatas tadi sebagaimana yang anda lihat menjelaskan
haramnya menyeret pakaian dengan penuh kesombongan dan merasa lebih
tinggi dari manusia lainnya. Demikian itu karena kesombongan bagian dari
sifat Allah Azza wa Jalla, dan sifat itu adalah sifat kesempurnaan bagi-Nya
subhanahu. Tidak sepatutnya bagi makhluk menjadikan sifat ini ada
padanya. Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Al-Izzu (kemuliaan)
adalah sarung Allah dan Al-Kibriyaa' (kesombongan) adalah selendangnya,
maka barang siapa yang menentangku aku akan mengadzabnya" . Pada
lafazh riwayat Abu Daud : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Allah ‘azza wa Jalla berfirman : "Al-Kibriyaa' adalah selendangku dan Al-
Azhamah adalah sarungku maka barang siapa yang menentangku salah satu
dari keduanya niscaya aku akan melemparkannya ke dalam neraka" 25.
An-Nawawi berkata : “ Makna "menentangku" : Berakhlak dengan
sifat tersebut, sehingga bermakna saling berserikat dalam sifat tersebut, dan
ini merupakan ancaman yang keras terhadap sifat sombong, dan penjelasan
terhadap pengharamannya26.
Faedah : Pakaian yang bagus, baik yang berharga atau yang tidak berharga,
tidaklah dianggap bagian dari kesombongan yang pelakunya diancam
dengan ancaman keras, dan yang tercela ada pada orang yang di dalam
hatinya bersemayam sifat sombong, berjalan dengan penuh kecongkakan
meremehkan orang lain dan ‘ujub/kagum akan diri dan penampilannya
maka hal ini yang tercela.
Ibnu Hajar berkata : “ Keseluruhan dalil yang ada menjelaskan bahwa barang
siapa yang memaksudkan dengan pakaiannya yang bagus untuk
menampakkan dan menunjukkan nikmat Allah kepada-nya serta bersyukur
atas nikmat tersebut tanpa merendahkan orang yang tidak memiliki hal yang
semisal dirinya, maka pakaian mubah yang dikenakannya tidak akan
memudharatkannya walaupun yang pakaian yang dia pakai sangat berharga.
Di dalam shahih Muslim dari Ibnu Mas'ud : " Bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Tidak akan masuk surga orang yang
ada di hatinya seberat biji dzarrah dari sifat sombong, maka seseorang berkata
: Sesungguhnya seseorang menyenangi pakaiannya bagus dan sendalnya
bagus, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya Allah
itu indah mencintai sesuatu yang indah, kesombongan itu berupa penolakan
kebenaran dan merendahkan manusia"27,28.
Catatan penting : Ibnu Hajar berkata : “ Dari konteks hadits-hadits diatas29
dapat diambil suatu ulasan bahwa kaitan sifat sombong dengan menyeret
24
HR. Al-Bukhari (5789), Muslim (2088) Ahmad (7574) dan Ad-Darimi (437).
25
HR. Muslim (2620), Ahmad (7335), Abu Daud (4090) dan Ibnu Majah (4174).
26
Syarah Shahih Muslim. Jilid 8 (16/148 – 149).
27
HR. Muslim (91) dan Ahmad (3779).
28
Fathul Baari (10/271).
pakaian untuk menjelaskan seringnya hal itu terjadi. Dan penolakan
kebenaran serta berjalan dengan kecongkakan adalah perkara yang tercela
walaupun bagi orang yang menyingsingkan lengan baju 30.

5. Haramnya Pakaian Syuhroh (agar menjadi terkenal karena pakaian


tersebut) :
Kebanyakan orang – khususnya wanita - berlomba-lomba memakai
pakaian yang bernilai tinggi dengan harapan agar orang-orang mengangkat
pandangan mereka kepadanya dan pakaiannya menjadi masyhur diantara
mereka, diiringi sifat ingin lebih tinggi kedudukannya dari yang lain,
congkak dan sombong kepada mereka.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Barang siapa yang
memakai pakaian syuhrah di dunia niscaya Allah memakaikannya pakaian
kehinaan di hari kiamat" dan diriwayatkan dengan lafazh "pakaian yang
semisalnya"31.
Ibnu Al-Atsir berkata : “ As-Syuhrah adalah menampakkan sesuatu,
dan yang dimaksud adalah bahwa pakaian seseorang terkenal diantara
manusia dikarenakan perbedaan warna dari warna-warna pakaian mereka
maka orang-orang pun mengangkat pandangan mereka kepadanya sehingga
membuatnya meremehkan mereka dengan sifat ‘ujub dan takabbur…dan
Ibnu Raslan berkata : “Karena memakai pakaian syuhrah di dunia untuk
menjadi mulia dengannya dan menyombongkan diri atas orang lain maka
Allah akan memakaikannya di hari kiamat pakaian yang terkenal dengan
kehinaannya dan meremehkannya diantara mereka sebagai hukuman
baginya, dan hukumannya sesuai jenis amalan seseorang …dan perkataan
Nabi : "pakaian kehinaan" yaitu Allah memakaikan kepadanya di hari kiamat
pakaian kehinaan, dan maksudnya adalah pakaian yang menyebabkan
kehinaan di hari kiamat sebagaimana seseorang itu memakai pakaian di
dunia agar dimuliakan oleh manusia dan untuk keangkuhan didepan mereka
, sebagaimana dikatakan didalam ‘Aun Al-Ma'bud32.
Catatan : pakaian syuhrah bukanlah khusus dengan nilainya yang berharga
tinggi, bahkan setiap pakaian – walaupun rendah nilainya – akan tetapi
menghantarkan kepada syuhrah, dan tujuan orang yang memakainya agar
menjadi terkenal diantara manusia maka dia adalah pakaian syuhrah,
sebagaimana seseorang yang memakai pakaian yang kumuh dan compang-
camping agar manusia meyakini ada padanya sifat zuhud dan wara', dan
yang semisalnya.
Ibnu Taimiyah berkata : “Pakaian syuhrah itu dimakruhkan , karena
merupakan pakaian kesombongan dan keluar dari kebiasaan manusia, dan
pakaian rendahan yang keluar dari kebiasaan. Sesungguhnya para salaf
dahulu menganggap makruh dua jenis syuhrah, pakaian kesombongan dan

29
Hadits-hadits yang dia maksudkan adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang orang yang
menyeret pakaiannya karena kesombongan.
30
Fathul Baari (10/271).
31
HR. Ahmad (5631) lafazh sesuai periwayatan beliau dan Abu Daud (4029), Al-Albani
menghasankannya dengan no. (3399), dan Ibnu Majah juga meriwayatkannya (3606).
32
Syarah sunan Abu Daud jilid ke enam (11/50 – 51) dengan sedikit perubahan.
pakaian rendahan, dan di dalam hadits : "Barang siapa yang memakai
pakaian syuhrah Allah akan memakaikannya pakaian kehinaan" dan perkara
yang terbaik adalah perkara yang ada di pertengahan33.

6. Haramnya Emas Dan Sutra bagi Laki-laki Kecuali Ada Udzur :


Diharamkan bagi laki-laki memakai emas dan sutra, dan dibolehkan
bagi wanita, emas merupakan perhiasan yang dipergunakan kaum wanita
untuk berhias – dan demikian pula sutra - , adapun laki-laki dialah yang
mengharapkan bukan yang diharapkan – untuk memakainya - Dimana emas
dan sutra mengandung tambahan kesenangan yang menggoyahkan
kekakuan laki-laki dan kekerasannya, maka bagaimana jika perkara tersebut
terlarang oleh syariat, tentu yang wajib adalah berserah diri terhadap
ketetapan syariat.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : “
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengambil kain
sutra dan menjadikannya di sebelah kanannya, dan mengambil emas dan
menjadikannya di sebelah kirinya kemudian beliau bersabda : “
Sesungguhnya kedua benda ini haram atas laki-laki dari ummatku" 34.
Dan dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Barang siapa yang
memakai sutra di dunia dia tidak akan memakainya di akhirat" 35.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
"Sesungguhnya beliau melarang dari cincin emas"36.
Berikut atsar-atsar yang telah dikemukakan sebelumnya – dan yang selainnya
– menunjukkankan haramnya emas dan perak bagi laki-laki, kecuali ada
beberapa keadaan yang dikecualikan dari pengharaman ini : boleh bagi laki-
laki memakai sutra apabila ada padanya gatal dan dia terganggu dengan
gatal tersebut, dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberi keringanan kepada Abdurrahman bin Auf dan Az-Zubair
memakai gamis yang terbuat dari sutra karena gatal yang diderita oleh
keduanya37.
Dan dibolehkan bagi seseorang memakainya di dalam peperangan,
atau menolak kemudharatan seperti orang yang tidak mendapatkan pakaian
kecuali pakaian sutra untuk menutup auratnya, atau untuk menghalau rasa
dingin. Dibolehkan memakai sutra apabila sebagian dari pakaian kira-kira
empat jari atau kurang dari itu, berdasarkan hadits Umar bin Al-Khaththab
dia berkata : " Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memakai
sutra kecuali seluas dua atau tiga atau empat jari38.

33
Al-Fatawa (22/138).
34
HR. Abu Daud (4057) dan Al-Albani menshahihkannya dengan no. (3422), An-Nasaa'i (5144) dan
Ibnu Majah (3595).
35
HR. Muslim (2073).
36
HR. Al-Bukhari (5864), Muslim (2089), Ahmad (9709) dan An-Nasaa'i (5273).
37
HR. Al-Bukhari (2919) Muslim (2089) Ahmad (11821) At-Tirmidzi (1722) An-Nasaa'i (5310) Abu Daud
(4057) dan Ibnu Majah (3592).
38
HR. Al-Bukhari (5828) Muslim (2069) dan lafazh hadits ini sesuai periwayatan beliau, Ahmad (367)
An-Nasaa'i (5312) dan Ibnu Majah (2820).
Dibolehkan memakai emas – untuk pengobatan – bagi laki-laki karena
darurat, sebagaimana yang terjadi pada Arfajah radhiallahu ‘anhu, dari
Abdurrahman bin Tharfah bahwa kakeknya Arjafah bin As'ad hidungnya
terpotong di hari peperangan Al-Kullab, maka dia membuat hidung dari
daun namun daun itu berbau dan mengganggu dirinya, maka Nabi
memerintahkannya untuk mengganti dengan yang terbuat dari emas 39.
Masalah : Apakah boleh anak-anak memakai sutra?
Jawab : Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata : Adapun memakaikan sutra
bagi anak-anak, yang belum mencapai usia baligh, maka ada dua pendapat
yang populer di kalangan ulama, namun yang paling tepat dari kedua
pendapat tadi adalah pendapat yang mengatakan tidak bolehnya, karena
perbuatan apa yang haram diperbuat oleh laki-laki dewasa maka haram pula
pemakaiannya bagi anak kecil. Seseorang diwajibkan untuk menyuruh anak
kecil mengerjakan shalat ketika dia mencapai umur tujuh tahun, dan
memukulnya ketika dia mencapai umur sepuluh tahun, maka bagaimana bisa
halal baginya untuk memakai hal-hal yang haram.
Umar bin Al-Khaththab pernah melihat ada pada seorang anak kecil
anak dari Az-Zubair memakai pakaian dari sutra maka Umar merobek-robek
baju tersebut dan berkata : “ Janganlah kalian memakaikan mereka sutra. Dan
demikian pula Ibnu Mas'ud pernah merobek baju sutra yang ada pada
anaknya…40.

7. Sunnah Memendekkan Pakaian Untuk Laki-laki dan Memanjangkan


Pakaian Perempuan :
Syariat Nabi Muhammad membedakan antara pakaian laki-laki dan
dan pakaian perempuan dalam perkara panjang dan pendek. Syariat
membatasi bagi laki-laki apa yang ada antara pertengahan betisnya sampai
apa yang ada di atas kedua mata kaki, dan mengharuskan bagi perempuan
untuk menutup kedua kakinya dan tidak ada suatupun yang nampak
darinya, dan yang demikian itu karena badan perempuan atau satu bagian
darinya adalah fitnah bagi laki-laki maka mereka diperintahkan untuk
menutup seluruhnya. Sedangkan laki-laki mereka diperintahkan untuk
mengangkat pakaian mereka, agar sifat sombong dan ‘ujub serta angkuh
tidak masuk ke dalam hati mereka. Dimana menjulurkan pakaian terkandung
kesenangan dan sikap bermewah-mewah yang tidak sesuai dengan tabiat
laki-laki.
Yang mengherankan, mayoritas manusia menyelisihi sunnah dan
memutar balikkan perkara, laki-laki memperpanjang pakaian mereka sampai
pakaian mereka menyeret tanah bahkan menyapunya, dan wanita
memperpendek pakaian mereka maka nampaklah betis mereka. Bahkan
diantara mereka ada yang melampaui batas tersebut.
Atsar-atsar berkaitan dengan bab ini banyak sekali dan diketahui oleh
kalangan tertentu maupun bagi kalangan awam. Akan tetapi syahwat dan
hawa nafsu yang menyimpang menjadi penghalang untuk mengikuti
kebenaran dan komitmen kepadanya. Kami akan menyebutkan apa yang
39
HR. Abu Daud (4232) Al-Albani berkata : "haditsnya hasan", no. (3561) Ahmad (18527) At-Tirmidzi
(1770) dan An-Nasaa'i (5161).
40
Al-Fatawa (22/143).
hadir dalam ingatan kami di sini sebagai peringatan bagi kaum yang
beriman, dan sebagai ancaman bagi yang bermaksiat lagi menyelisihi
perintah syariat – kami memohon kepada Allah agar kita semua mendapat
hidayah dan tetap istiqamah di atas agama - :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallambeliau bersabda : “ Kain yang melewati di bawah
mata kaki dari sarung maka tempatnya di neraka" dan lafazh dari riwayat
Ahmad : "Sarung seorang mukmin dari pertengahan betis ke bawah sampai
di atas mata kaki. Dan yang berada di bawah itu maka tempatnya di
neraka"41.
Dan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
beliau bersabda : "Tiga golongan Allah tidak mengajaknya berbicara di hari
kiamat dan tidak pula melihat kepada mereka dan tidak mensucikan mereka
dan bagi mereka adzab yang pedih “.
Abu Dzar berkata : “ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membacakannya sebanyak tiga kali “. Abu Dzar berkata : “Sungguh merugi
mereka itu, siapakah mereka wahai Rasulullah? “
Beliau berkata : “ Al-Musbil (yang menyeret kainnya yang menutup mata
kaki) Al-Mannan (yang selalu menyebut-nyebut kebaikannya dihadapan
orang yang dia beri kebaikannya) dan orang yang membelanjakan barang
dagangannya dengan sumpah palsu "42.
Dari Ummu Salamah – istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam– beliau
berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau
menyebutkan tentang al-izar (sarung) "bagaimana dengan wanita wahai
Rasulullah? Dia berkata : “ Dia menurunkan sejengkal “. Ummu Salamah
berkata : “Kalau begitu kakinya masih tersingkap “.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Kalau begitu turunkan
kebawah sampai satu hasta dan janganlah dia menambahkannnya" 43.
Catatan penting : Maksud dari memanjangkan pakaian perempuan adalah
untuk menutup kedua kakinya, kalau ada pakaian perempuan yang tidak
menutup kedua kakinya dan memakai bersama dengan pakaiannya itu kaus
kaki atau yang semisalnya dari apa yang dapat menutupi maka hukumnya
boleh. Ibnu Utsaimin berkata : “ Karena sesungguhnya menutup kedua kaki
perempuan ada perkara yang disyariatkan bahkan wajib menurut pendapat
mayoritas ulama, maka yang sepatutnya bagi perempuan agar menutup
kedua kakinya apakah dengan pakaian yang lebar ataukah dengan kaos kaki
atau kanadir (semacam sepatu wanita) atau yang mirip dengannya44.
Catatan penting lainnya : sebagian orang beralasan atas bolehnya isbal
(menutup mata kaki) bagi laki-laki untuk pakaian, dengan perbuatan Abu
Bakar radhiallahu ‘anhu, dan bahwa pakaian beliau pernah menjulur. Tidak
ada hujjah pada permasalah itu bagi seorang pun. Bahkan atsar tersebut
merupakan argument bantahan atas mereka.

41
HR. Al-Bukhari (5787) Ahmad (10177) dan An-Nasaa'i (5330).
42
HR. Muslim (106) Ahmad (20811) At-Tirmidzi (1211) An-Nasaa'i (2564) Abu Daud (49087) Ibnu
Majah (2208) dan Ad-Darimi (2605).
43
HR. Ahmad (25972) Abu Daud (4117) sesuai lafazh haditsnya dan Al-Albani berkata : "shahih". At-
Tirmidzi (1733) An-Nasaa'i (5327) Ibnu Majah (3580) Malik (1700) dan Ad-Darimi (2644).
44
Fatawa As-Syaikh Ibnu Utsaimin (2/838).
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : "Barang siapa yang menyeret pakaiannya dengan
sombong Allah tidak akan melihat kepadanya di hari kiamat , Abu Bakar
berkata : “ Wahai Rasulullah sesungguhnya salah satu dari dua sisi sarung
saya menjulur ke bawah kecuali saya jaga hal itu dari isbal “, maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Kamu bukan orang yang
membuatnya karena sombong"45.
Kami katakan kepada orang yang beralasan tersebut : Kami
memperbolehkan bagi anda menjulurkan pakaian anda apabila anda telah
memenuhi tiga perkara : Pertama : Agar salah satu dari dua sisi sarungmu
menjulur ke bawah dan bukan dari seluruh sisi pakaian. Kedua : Agar anda
menjaga pakaian anda dengan mengangkatnya setiap kali terjatuh,
sebagaimana Abu Bakar radhiallallahu ‘anhu melakukannya, maka hal itu
bukan faktor kesengajaan dari anda.
Ibnu Hajar berkata : “Dalam riwayat Ahmad : "Sesungguhnya sarung
saya terkadang melorot", beliau berkata : Seakan-akan ikatannya lepas
apabila dia bergerak ketika berjalan atau yang lain tanpa adanya kesengajaan
darinya, apabila dia menjaga atas pakaian tersebut maka pakaiannya tidak
melorot kebawah karena setiap kali hampir melorot beliau mengencangkan
ikatannya. 46.
Ketiga : Nabi bersaksi bagi anda bahwa anda bukan termasuk orang
yang melakukannya karena sombong! Dan yang terakhir ini yang sekarang
ini telah tertiadakan dan tidak ada cara untuk mengadakannya.
Faedah : menyeret pakaian ada tiga macam :
Pertama : Menyeretnya karena sombong. Maka yang semacam ini Allah tidak
akan melihat kepadanya di hari kiamat.
Kedua : Menyeretnya karena maksud tertentu dan terus-menerus seperti itu,
dan bukan karena sombong namun hanya mengikuti kebiasaan manusia.
Maka ini terkena padanya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Kain
yang ada di bawah mata kaki dari pakaian maka tempatnya di neraka".47.
Ketiga : menyeretnya karena menghadapi suatu kejadian, dan tidak ada
padanya kesombongan, maka yang terakhir ini tidak apa-apa karena hal itu
pernah terjadi pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika
gerhana matahari : "Beliau bangkit dan menyeret pakaian beliau dengan
tergesa-gesa hingga beliau tiba di masjid"48.
Ibnu Hajar berkata : " Hadits ini menerangkan apabila menyeret
pakaian karena tergesa-gesa maka dia tidak termasuk dalam larangan…" 49.
Dan karena hal itu terjadi pada diri Abu Bakar sebagaimana yang telah kita
kemukakan tadi50.

45
HR. Al-Bukhari (5784) dan lafazh hadits sesuai periwayatannya, dan Muslim (2085) Ahmad (5328) At-
Tirmidzi (1730) An-Nasaa'i (5335) Abu Daud (4085) Ibnu Majah (3569) dan Malik (16696).
46
Fathul Bari (10/266).
47
HR. Al-Bukhari (5787) Ahmad (9063) dan An-Nasaa'i (5330).
48
HR. Al-Bukhari (5785) Ahmad (19877) dan An-Nasaa'i (1502).
49
Fathul Bari : (10/267).
50
Ini adalah ringkasan apa yang syaikh Muhammad bin As-Shalih Al-Utsaimain sebutkan di dalam
syarah beliau tentang kitab Al-Libas dari shahih Al-Bukhari (kaset nomer 2 side A).
8. Haramnya Wanita Menampakkan Perhiasannya Kecuali Kepada Mereka
Yang Allah Kecualikan :
Perhiasan wanita terbagi menjadi dua, perhiasan yang nampak
ataukah yang bathin, Allah ta'ala berfirman :
‫ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ‬ ‫ﮙ ﮚ‬ ‫ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ‬
… ‫ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ‬
“ Dan katakanlah – wahai Muhammad – kepada kaum mukminaat, agar supaya
mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Dan agar
mereka tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali perhiasan yang nampak. Dan
hendaknya mereka menjulurkan jilbab mereka diatas pakaian mereka. Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka atau kepada
orang tua mereka atau kepada bapak-bapak suami mereka atau kepada anak-anak laki-
laki mereka … “ (An-Nur : 31)
Firman Allah : ‫ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ‬ ‫" ﮗ ﮘ‬Dan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka kecuali apa yang nampak dari mereka" yaitu pakaian yang
nampak yang berlaku di dalam adat kebiasaan yang seringkali mereka
kenakan, apabila pakaian tersebut bukan pakaian yang akan menyebabkan
timbulnya fitnah. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Sa'di berkata 51. Yang
tiada lain merupakan pakaian yang zhahir. Kemudian Allah ta'ala berfirman :
‫ﮙ‬ ‫" ﮗ ﮘ‬Dan Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka" yaitu yang
bathin kecuali kepada para suami-suami dan bapak-bapak dan anak-
anak….dst. Pakaian bathin adalah seperti wajah, leher, perhiasan dan dua
telapak tangan. Dan dari sini diketahui bahwa wajah termasuk bagian dari
perhiasan yang bathin yang haram bagi wanita muslimah untuk
menampakkannya kecuali kepada mereka yang Allah kecualikan di dalam
ayat.
Kemudian Allah ta'ala berfirman : ‫ ( ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹ‬An-
Nuur : 31) “Dan janganlah mereka memukul dengan kaki-kaki mereka agar diketahui
perhiasan mereka yang tersembunyi “. Yaitu :Janganlah mereka memukulkan ke
tanah dengan kaki-kaki mereka, agar berbunyi apa yang ada pada mereka
dari perhiasan, seperti gelang-gelang kaki dan selainnya, sehingga diketahui
perhiasan yang dimilikinya, sehingga menjadi wasilah/perantara kepada
fitnah52.

9. Haramnya Memakai Pakaian Yang Ada Padanya Shalban Atau Gambar :


Maksud kata Shalban adalah apa yang ada padanya gambar salib, dan
maksud gambar disini adalah gambar bernyawa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah mengingkari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu ‘anha ketika
Aisyah membuatkan bantal yang bergambar sesuatu yang bernyawa untuk
beliau.
Dari Al-Qasim dari Aisyah radhiallahu ‘anha : "Bahwa Aisyah
membeli bantal yang ada padanya gambar-gambar, maka Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam berdiri di pintu dan tidak masuk, maka aku (Aisyah)
berkata : “Saya bertaubat kepada Allah dari dosa yang kuperbuat.” Beliau
berkata : “ Bantal apa ini?” Aisyah berkata : “Untuk engkau duduk di atasnya
51
Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi tafsir Kalam Al-Mannan (5/410).
52
Tafsir Ibnu Sa'di (5/412).
dan engkau jadikan bantal ”. Beliau berkata : “Sesungguhnya pembuat bantal
ini akan diadzab di hari kiamat, dikatakan kepada mereka hidupkanlah oleh
kalian apa yang telah kalian ciptakan, dan sesungguhnya malaikat tidak akan
masuk ke dalam rumah yang ada padanya gambar" 53.
An-Nawawi mengatakan : “ Ulama berkata : sebab terhalangnya
mereka (yaitu malaiakat) dari rumah yang ada padanya gambar karena
keberadaannya adalah perbuatan maksiat yang keji, dan ada padanya
penyamaan terhadap makhluk ciptaan Allah ta'ala, dan sebagian gambar
tersebut adalah sesuatu yang disembah selain Allah ta'ala ”54.
Dari Imran bin Haththan bahwa Aisyah radhiallahu ‘anha
menceritakan kepadanya, beliau berkata : “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah meninggalkan sesuatu pun di dalam rumah yang ada
padanya salib kecuali beliau melepaskannya"55. Dan lafazh riwayat Ahmad : “
Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan pakaian
yang bergambar salib dirumah eliau kecuali beliau melepaskannya “
Dari apa yang telah lalu menjadi jelaslah bagi kita dengan sejelas-
jelasnya haramnya memakai pakaian yang ada padanya gambar yang
bernyawa atau salib, dan barang siapa yang dicoba dengan salah satu dari
perkara tersebut maka hendaknya dia bertakwa kepada Allah dan agar
menghapusnya dan merubah perilakunya. Kemudian apabila dia kehendaki
dia dapat mempergunakannya dan mengambil memanfaatkannya,
sebagaimana yang dilakukan Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata : "
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari suatu perjalanan dan
saya telah memasang tirai dengan kain tipis bergambar bernyawa milik saya
pada bagian atas lubang angin rumah saya. Ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melihatnya beliau menyobeknya, dan beliau berkata : “
Manusia yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah orang-orang yang
menyaingi ciptaan Allah “. Aisyah berkata : “ Maka kami menjadikan kain
tersebut menjadi satu atau dua bantal"56.
Masalah : Apakah sah shalat orang yang shalat dengan pakaian yang ada
padanya gambar-gambar atau salib?
Jawaban : Al-Lajnah Ad-Daa`imah berkata di dalam salah satu fatwanya :
tidak boleh seseorang shalat dengan memakai pakaian yang ada padanya
gambar-gambar bernyawa apakah gambar manusia, burung, hewan-hewan
ternak atau selainnya yang bernyawa, dan tidak boleh bagi seorang muslim
untuk memakainya pada selain shalat. Namun seseorang yang shalat dengan
memakai pakaian yang ada padanya gambar bernyawa, shalatnya sah,
namun dia berdosa, jikalau mengetahui hukum syar'i ….(pada jawaban lain
tentang memakai jam atau salib Al-Lajnah menyatakan : ) Tidak boleh
memakai jam atau salib, tidak di dalam shalat tidak pula pada selainnya
sampai salib itu dihilangkan apakah dengan mengeruknya atau dengan
sesuatu yang menutupinya, akan tetapi apabila seseorang shalat dan jam
tangan/salib itu ada padanya maka shalatnya shahih, dan wajib atasnya
53
HR. Al-Bukhari (5957) Muslim (2107) Ahmad (25559) dan Malik (1803).
54
Syarh Muslim jilid ke tujuh (14/69).
55
HR. Al-Bukhari (5952) Ahmad (23740) dan Abu Daud (4151).
56
HR. Al-Bukhari (5954) dan lafazh hadits lafazh beliau, Muslim (2107), Ahmad (24197) An-Nasaa'i
(761) dan Ibnu Majah (3653).
bersegera menghilangkan salib, karena hal itu bagian dari syi'ar Nashrani,
dan tidak boleh bagi seorang muslim untuk menyerupai mereka 57.

10. Termasuk Perkara Sunnah Mendahulukan Bagian Yang Kanan Ketika


Memakai Pakaian dan Yang Semisalnya :
Dalil amalan tersebut adalah hadirts Aisyah, Ummul mukminin
radhiallahu ‘anha, beliau berkata : " Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyukai mendahulukan kanan di dalam bersuci, menyisir dan memakai
sandal". Pada lafazh Muslim : " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallammenyukai mendahulukan kanan di dalam bersendal, menyisir dan
bersuci"58.
An-Nawawi berkata : “Ini adalah aturan baku didalam syariat, yaitu
apabila suatu amalan tergolong sebagai penghormatan dan pemuliaan,
seperti memakai pakaian, celana, sepatu, masuk masjid, siwak, bercelak,
memotong kuku, memendekkan kumis, menyisir rambut, mencabut ketiak,
mencukur rambut, salam di dalam shalat, mencuci anggota bersuci, keluar
dari wc, makan dan minum, bersalaman, mecium hajar aswad, dan selain itu
dari perkara yang termasuk dari makna tadi yang disunnahkan
mendahulukan yang kanan, adapun perkara yang merupakan kebalikan dari
yang telah disebutkan seperti masuk wc, keluar dari masjid, membuang
ingus, al-istinja` - membersihkan dubur atau qubul setelah buang hajat -,
melepas baju, celana dan sepatu, dan yang semisalnya yang disunnahkan
mendahulukan bagian yang kiri padanya, dan semua itu disebabkan untuk
memuliakan bagian yang kanan, wallahu a'lam59.

11. Sunnah Dalam Memakai sandal :


Disunnahkan seseorang memasukkan bagian yang kanan terlebih
dahulu kemudian bagian yang kiri, dan ketika melepaskan kedua kaki bagian
yang kiri terlebih dahulu kemudian yang kanan.
Sunnah itu disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhilallahu
‘anhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Apabila salah seorang diantara kalian memakai sandal hendaknya dia
memulai dengan yang kanan, dan apabila dia melepaskannya hendaknya dia
mulai dengan yang kiri, hendaknya bagian yang kanan yang pertama yang
dipakaikan sandal dan yang terakhir dilepas" 60.
Dan dimakruhkan bagi seorang muslim untuk berjalan dengan satu
sandal Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Apabila tali sandal salah seorang
diantara kalian putus maka janganlah ia berjalan dengan memakai satu
sandal sampai dia memperbaikinya"61.

57
Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah nomer (5611) (6/179) dan nomer (2615) (6/183).
58
HR. Al-Bukhari (5854) Muslim (268) Ahmad (24106) At-Tirmidzi (608) An-Nasaa'i (421) Abu Daud
(4140) dan Ibnu Majah (401).
59
Syarah Shahih Muslim jilid kedua (3/131).
60
HR. Al-Bukari (5856) Muslim (2097) Ahmad (7753) At-Tirmidzi (1779) Abu Daud (4139) Ibnu Majah
(3616) dan Malik (1702).
61
HR. Muslim (2098) Ahmad (9199) dan An-Nasaa'i (5369).
Dan dari beliau radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : "Janganlah salah seorang dari kalian berjalan dengan
satu sandal hendaknya dia melepaskan keduanya atau memakai keduanya" 62.
Dan semua yang disebutkan agar diketahui hukumnya sebatas sunnah
dan tidak sampai derajat wajib, maka barang siapa yang menghadapi suatu
kejadian atau sandal atau sepatunya putus hendaknya dia berhenti sampai
dia memperbaiki sandalnya atau melepas sandal yang satunya dan
menyelesaikan perjalanannya. Tidak sepatutnya bagi seorang mukmin
menyelisihi larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun hanya
perkara yang makruh tidak sampai pada perkara yang haram.
Hendaknya seseorang itu membiasakan dirinya agar berada di atas petunjuk
Nabi bagi secara zhahir maupun secara bathin, dan agar meraih kemulian
ittiba’ yang hakiki.
Ketahuilah bahwa ulama menyebutkan beberapa sebab larangan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan satu sandal. An-Nawawi
berkata : “ Ulama berkata : Sebabnya karena hal itu perkara yang buruk dan
hukuman serta menyelisihi kewibawaan, karena memakai satu sandal
menjadikan yang satu menjadi lebih tinggi dari yang lainnya maka jalannya
menjadi susah bahkan hal itu menjadi sebab seseorang tergelincir 63 dan
selainnya.
Kemudian saya mendapati bahwa Syaikh Al-Albani rahimahullah
membawakan di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah hadits yang diriwayatkan
oleh At-Thahawi di dalam Musykil Al-Atsar : Dari hadits Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "
Sesungguhnya syaithan berjalan dengan mengenakan satu sandal" 64.
Berpedoman dengan hadits ini akan menjadi jelas bagi kita sebab larangan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari berjalan di atas satu sandal, dan
bahwa hal itu merupakan jalannya syaithan. Apabila hal itu telah shahih
dalam syariat Islam cukuplah bagi kita dari segala upaya untuk menguak
sebab dari larangan tersebut..
Faedah : termasuk perkara sunnah adalah bertelanjang kaki – kadang-
kadang- yaitu berjalan dalam keadaan tidak memakai alas kaki.
Dari Abu Buraidah radhiallahu ‘anhu bahwa salah seorang dari sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan perjalanan mengunjungi Fudhalah
bin Ubaid dan dia ada di Mesir. Lalu sahabat tadi tiba kepadanya dan berkata
: "Adapun saya tidak datang ziarah kepadamu akan tetapi saya dan kamu
saling mendengar satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya
harap ilmu ada padamu tentang hadits tersebut. Fudhalah berkata : Apakah
itu? Sahabat tadi berkata : Begini dan begitu. Sahabat itu berkata : Mengapa
saya melihat kamu dalam keadaan kusut sedangkan kamu adalah pemimpin
suatu daerah ? Fudhalah berkata : sesungguhnya Rasulullah Shallallahu

62
HR. Al-Bukhari (5855) Muslim (2098) Ahmad (7302) At-Tirmidzi (1774) Abu Daud (4136) Ibnu Majah
(3617) dan Malik (1701).
63
Syarh shahih Muslim jilid 7 (14/62).
64
Al-Albani berkata setelah membawakan sanadnya : hadits ini sanadnya shahih dan perawinya
seluruhnya tsiqah dan merupakan para perawi yang dipergunakan oleh As-Syaikhani selain Ar-Rabi' bin
Sulaiman Al-Muradi dan dia perawi yang tsiqah. Lihat As-Silsilahtus Ash-Shahihah dengan no. (348)
(1/616-617).
‘alaihi wa sallam melarang kami dari sering bermewah-mewah. Sahabat tadi
berkata : Mengapa saya tidak melihat engkau memakai sepatu? Fudhalah
berkata : adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada
kami agar bertelanjang kaki sekali waktu"65.

12. Apa Yang Diucapkan ketika Memakai Sesuatu Yang Baru :


Ada beberapa doa-doa yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang beliau ucapkan ketika memakai sesuatu yang baru
diantaranya :
a. "Ya Allah milikmulah segala pujian engkaulah yang
memakaikannya kepadaku, aku memohon kepadamu dari kebaikan benda
ini dan kebaikan yang dia dibuat karenanya, dan aku berlindung kepadamu
dari kejelekan benda ini dan kejelekan yang dia dibuat karenanya".
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu dia berkata : " Apabila
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemukan pakaian beliau
menamakannya dengan nama pakaian tersebut, apakah itu berupa gamis
ataukah imamah kemudian mengucapkan : " Ya Allah milikmulah segala
pujian engkaulah yang memakaikan pakaian ini kepadaku, aku memohon
kepadamu dari kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang dia dibuat
karenanya, dan aku berlindung kepadamu dari kejelekan pakaian ini dan
kejelekan yang dia dibuat karenanya…al-hadits"66.
b. "Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan pakaian ini
kepadaku dan yang telah merizkikannya kepadaku tanpa adanya usaha
dariku dan tidak pula kekuatan".
Dari Mu'adz bin Anas, beliau : Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : " Barang siapa yang memakan makanan kemudian
berkata : Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepadaku makanan ini dan
memberikan rizki ini kepadaku tanpa adanya usaha dariku dan tanpa kekuatan,
niscaya dosa-dosanya yang terdahulu [dan yang akan datang] diampuni
baginya, dan barang siapa yang memakai pakaian dan mengucapkan : Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku dan memberikan rizki
ini kepadaku tanpa ada usaha dariku dan tanpa kekuatan, niscaya dosa-dosanya
yang terdahulu dan [yang akan datang] diampuni baginya" 67.
Dan disunnahkan bagi orang yang memakai pakaian yang baru untuk
mengucapkan :
a. "Pakailah yang baru, hidup mulialah, dan matilah dalam keadaan
syahid".
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : " Bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Umar mengenakan pakaian
putih, maka beliau berkata : “ Pakaianmu ini apakah sudah dicuci ataukah
baru ?” Umar berkata : Tidak, bahkan dia pakaian yang sudah dicuci 68.

65
HR. Ahmad (23449) Abu Daud (4160) lafazh hadits lafazh beliau dan Al-Albani menshahihkannya.
66
HR. At-Tirmidzi (1767) Abu Daud (4160) dan lafazh hadits lafazh beliau dan Al-Albani
menshahihkannya.
67
HR. Abu Daud (4023) dan lafazh hadits lafazh darinya, dan Al-Albani menghasankannya tanpa
adanya tambahan [dan yang akan datang] pada dua tempat. Dan Ad-Darimi (2690).
68
Al-Albani berkata : dan di dalam riwayat lain (baru). Shahih Ibnu Majah (3/188). Cet. Maktabah Al-
Ma'arif. Ar-Riyadh cetakan pertama untuk cetakan yang baru 1417 H.
Beliau berkata : “ Pakailah yang baru, dan hiduplah yang mulia dan matilah dalam
keadaan syahid"69.
Dan perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "Pakailah yang baru" : bentuk
perintah namun yang diinginkan dengannya adalah doa agar Allah berkenan
memberikan kepadanya rizki berupa pakaian baru70.
b. "Jikalau telah usang semoga Allah ta'ala menggantikannya".
Ummu Khalid bintu Khalid bin Sa'id meriwayatkannya dan berkata :
"Didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pakaian Khamishah
yang berwarna hitam yang kecil. Beliau bersabda : “Siapa menurut kalian
yang sesuai dengan pakaian ini ? “ Orang-orang yang ada semuanya terdiam.
Beliau berkata : “ Datangkan kepadaku Ummu Khalid ”. Maka didatangkan
kepada beliau Ummu Khalid maka beliau mengambil kain khamishah tadi
dan memakaikannya kepadanya dan bersabda : “ Kalaulah kain ini telah usang
semoga Allah menggantikannya.”
Dan pada kain tersebut gambar berwarna hijau atau berwarna kuning, beliau
berkata : wahai Ummu Khalid ini bagus, ini bagus (dalam bahasa
Habasyah)"71.
Abu Nadhrah berkata tentang hadits Abu Sa'id Al-Khudri –yang lalu- :
Apabila salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memakai pakaian baru maka dikatakan kepadanya : Apabila telah usang
semoga Allah ta'ala menggantikannya"72.
Faedah : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Ummu Khalid dengan
kunyahnya bukan dengan namanya, dalam hal ini adanya penjelasan tentang
perhatian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anak kecil dan baiknya
kelembutan beliau kepada mereka. Memanggil anak kecil yang laki-laki
maupun yang perempuan dengan kunyah sebagai pengganti nama mereka,
memberi kesan bagi mereka akan adanya perhatian kepada mereka dan
bahwa mereka juga memiliki derajat dan kedudukan sebagaimana orang
besar. Barang siapa yang mencoba hal ini akan mengetahui hal tersebut.
Catatan penting: Wajib untuk merealisasikan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam di dalam hal mendahulukan kanan, dan disini disunnahkan
mendahulukan bagian kanan ketika memakai sesuatu dan mendahulukan
kiri ketika melepas sesuatu.

13. Sunnahnya Memakai Pakaian Putih :


Masalah ini dit rangkan didalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhuma, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "
Pakailah oleh kalian pakaian kalian yang putih karena pakian putih adalah
sebaik-baik pakaian kalian, dan kafanilah pada kain putih itu jenazah-jenazah
kalian…al-hadits"73.

69
HR. Ahmad (5588) Ibnu Majah (3558) dan lafazh hadits lafazhnya, dan Al-Albani menshahihkan
dengan no. (2879).
70
Lihat Syarah Sunan Ibnu Majah karya As-Sindi atas hadits ini (3558).
71
HR. Al-Bukhari (5833) Ahmad (26517) dan Abu Daud (4023).
72
HR. Abu Daud (4020) dan hadits ini penyempurna hadits Abu Sa'id Al-Khudri yang telah berlalu
penyebutannya.
73
HR. Ahmad (2220) Abu Daud (3061) Al-Albani berkata : "shahih", Ibnu Majah (1472) dan At-Tirmidzi
(994).
Dan dari jalan Samrah bin Jundab radhiallahu ‘anhu dia berkata : Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Pakailah dari pakaian kalian yang
putih karena pakaian putih itu lebih suci dan lebih baik, dan kafanilah pada
kain putih itu jenazah-jenazah kalian"74.
Dan yang berlawanan dengan putih Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang memakai pakaian mu'ashfar – pakaian yang diberi pewarna kuning
- dan pakaian yang dicelup dengan warna merah75.
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash dia berkata : "Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat saya mengenakan dua pakaian yang
mu'ashfar maka beliau berkata : sesungguhnya pakaian ini adalah pakaian
orang kafir maka janganlah kamu memakainya" dan di dalam lafazh yang
lain : Beliau berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat saya
mengenakan dua pakaian yang mu'ashfar. Maka beliau berkata : “Apakah
ibumu yang memerintahkan kamu memakai pakaian ini?”
Saya berkata : Saya akan mencuci keduanya. Beliau berkata : “Bahkan
bakarlah keduanya"76.
Perkataan beliau : "Apakah ibumu yang memerintahkan kamu memakai baju
ini?" maknanya bahwa pakaian ini termasuk pakaian wanita, seragam dan
akhlak mereka, adapun perintah untuk membakar dikatakan bahwa hal itu
adalah hukuman dan sikap keras dan teguran kepada Abdullah bin Amru bin
Al-Ash dan juga kepada selainnya dari semisal perbuatan ini, sebagaimana
An-Nawawi katakan77.
Dan terkadang larangan memakai mu'ashfar dikarenakan adanya bentuk
tasyabbuh (penyerupaan) kepada orang-orang kafir, dan hal ini lebih utama
untuk dibawakan kepadanya dikarenakan hadits yang menerangkan tentang
hal itu : "Sesungguhnya ini adalah pakaian orang-orang kafir maka janganlah
kamu memakainya".
Masalah : Bagaimana menggabungkan antara larangan memakai pakaian
yang dicelup dengan warna merah, dan dengan hadits yang shahih dalam
riwayat Al-Bukhari dari hadits Al-Barra' radhiallahu ‘anhu bahwa dia berkata
: " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk dengan menyilangkan kaki
beliau, dan saya melihat beliau memakai kain Hullah yang berwarna merah
dan saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus dari pakaian
tersebut"78 .
Jawab : Bahwa larangan tersebut berlaku bagi pakaian yang murni berwarna
merah, adapun apabila pada pakaian tersebut terdapat gambar dari warna-
warna lain maka hal itu tidak mengapa. Ibnu Hajar mengemukakan di dalam
Al-Fath tujuh pendapat tentang hukum memakai pakaian berwarna merah,
kami menyebutkan pendapat yang kami anggap mendekati kebenaran di
dalam masalah ini –dan pendapat ini adalah pendapat yang kuat-.

74
HR. Ahmad (19599) An-Nasaa'i (5322) Al-Albani menshahihkannya dengan no. (4915), dan Ibnu
Majah (35 67).
75
Al-Mu'ashfar : kain yang dicelup dengan celupan warna kuning. Dan Ibnu Hajar berkata : kebanyakan
dicelup dengan ashfar menjadi merah. (lihat Fathul Bari 10/318).
76
HR. Muslim (2077) dan lafazh hadits ini lafazh beliau, Ahmad (6477) dan An-Nasaa'i (5316).
77
Syarhu Muslim jilid ketujuh (14/45).
78
HR. Al-Bukhari (95901), Muslim (2337) Ahmad (1819) At-Tirmidzi (1724) An-Nasaa'i (5060) dan Abu
Daud (4183).
Beliau berkata : “ Larangan dikhususkan pada pakaian yang dicelup
seluruhnya, adapun yang ada padanya warna lainnya selain warna merah
seperti putih, hitam dan selain keduanya maka tidak mengapa, maka
berdasarkan pendapat ini, hadits-hadits yang menyebutkan kain hullah yang
berwarna merah digiring kepada makna ini, karena kain hullah Yaman
kebanyakannya memiliki garis-garis merah dan warna lainnya.
Ibnul Qayyim berkata : “ Sebagian ulama memakai pakaian yang dicelup
warna merah dan menyangka bahwa hal itu mengikuti sunnah, ini adalah
kekeliruan, karena kain hullah yang berwarna merah terbuat dari burdah
Yaman dan kain burdah tidak dicelup dengan warna merah polos79.

14. Bolehnya Memakai Cincin Bagi Laki-laki :


Boleh bagi laki-laki untuk memakai cincin perak bukan cincin emas
karena hal itu haram bagi mereka. Dan tempat cincin disunnahkan di jari
kelingking berdasarkan hadits Anas radhiallahu ‘anhu dia berkata : " Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah cincin dan beliau berkata :
sesungguhnya kami membuat sebuah cincin dan kami ukir padanya sebuah
ukiran, hingga seseorang tidak lagi mengukir pada cincin tersebut”.
Anas berkata : Maka sungguh saya melihat kilauannya di jari kelingking
beliau"80.
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memakai cincin di
jari tengah dan jari telunjuk, dari Ali radhiallahu ‘anhu dia berkata : " Beliau
melarang, yang beliau maksudkan adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
untuk memakai cincin pada jari ini, atau yang ada setelahnya –Ashim 81 tidak
mengetahui di jari mana keduanya- ….al-hadits"82.
Berdasarkan ini maka disunnahkan bagi orang yang ingin memakai
cincin agar meletakkannya di jari kelingkingnya, dan makruh baginya
meletakkan cincin tersebut di jari tengah dan jari setelahnya dan bentuk
kemakruhannya adalah makruh tanzih83.
Dan adapun di tangan yang mana seseorang bisa memakai cincin
maka ini adalah perkara yang diperselisihkan oleh ulama. Karena adanya
atsar bolehnya memakai pada jari ini dan jari itu.
An-Nawawi berkata : “Adapun hukum dalam masalah ini menurut para
ulama maka mereka sepakat atas bolehnya memakai cincin di tangan kanan
dan di tangan kiri dan tidak ada kemakruhan pada salah satu diantara
keduanya. Dan mereka berselisih yang mana dari keduanya yang lebih
utama. Mayoritas ulama salaf memakai cincin di tangan kanan, dan banyak
pula yang memakainya di tangan kiri…84.
79
Fathul Bari (10/319). Saya katakan : dan berdasarkan pendapat ini maka (pakaian Asy-Syammagh
merah) yang penduduk negeri Najed memakainya tidak termasuk di dalam larangan karena bukan
merah yang dirubah.
80
HR. Al-Bukhari (5874) dan lafazh hadits lafazh dari riwayat beliau, Muslim (2092) Ahmad (12309) At-
Tirmidzi (2718) An-Nasaa'i (5201) dan Abu Daud (4214).
81
Dia adalah Ashim bin Kulaib salah satu yang meriwayatkan hadits ini.
82
HR. Muslim (2078) Abu Daud (4225) di dalam riwayat Abu Daud adanya penyebutan secara jelas
tentang jari-jari yang perawi ragu padanya, dia berkata : (dan beliau melarang saya untuk meletakkan
cincin di jari ini dan jari ini, telunjuk dan jari tengah –Ashim ragu- ..).
83
Lihat Syarh Muslim karya An-Nawawi jilid 7 (14/59).
84
Syarah Muslim karya An-Nawawi jilid ketujuh (14/59).
Perkara ini adalah perkara yang lapang walillahil hamd.

15. Sunnahnya Memakai Wangi-wangian :


Wangi-wangian termasuk perhiasan yang menentramkan jiwa, dan
membangkitkan semangat, dan Rasul kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah manusia yang paling wangi.
Anas radhiallahu ‘anhu berkata : "tidaklah saya menyentuh kain sutra dan
kain ad-diibaaj yang lebih lembut dari pada telapak tangan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan tidak pula saya pernah mencium bau wangi atau bau
semerbak yang lebih wangi dari bau dan semerbak Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam". Dan lafazh pada riwayat Ad-Darimi : "Dan tidak sekalipun saya
pernah mencium bau wangi yang lebih wangi dari bau wangi misk beliau
dan tidak pula bau wangi yang lainnya"85.
Sunnah memakai wangi-wangian adalah perkara yang mubah bagi
laki-laki dan perempuan di atas satu batasan, akan tetapi haram bagi mereka
berdua dalam keadaan ihram ketika haji atau umrah berdasarkan hadits Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhuma, secara marfu' –tentang sahabat yang ontanya
menginjaknya- beliau bersabda : "Jangan kalian beri wangi-wangian
padanya"86.
Dan berdasarkan hadits Ibnu Umar –secara marfu'- radhiallahu
‘anhuma, tentang seorang laki-laki yang bertanya tentang pakaian yang dia
pakai ketika muhrim, maka beliau berkata : "Janganlah kalian memakai satu
pun dari pakaian terkena aroma wangi az-za'faran dan wangi al-wars
mengenainya"87.
Dan –juga-khusus bagi wanita larangan dari memakai wangi-wangian
pada dua keadaan, keadaan pertama : dalam keadaan muhaddah (ditinggal
mati) suami maka wanita terhalang dari memakai wangi-wangian selama
empat bulan sepuluh hari berdasarkan hadits Ummu ‘Athiyyah dan
selainnya, bahwa dia berkata : "Kami dahulu dilarang membatasi waktu
berkabung di atas tiga hari kecuali karena kematian suami selama empat
bulan sepuluh hari, kami tidak boleh memakai celak, memakai wangi-
wangian, memakai pakaian yang dicelup kecuali pakaian ‘ashab- dari serat
sejenis tumbuhan -, dan telah diberikan keringanan bagi kami ketika suci
apabila salah seorang dari kami mandi dari masa haidnya pada perasan kisti
azhfar, dan kami dilarang mengikuti jenazah"88.
Dan keadaan lainnya : Apabila seorang wanita mendatangi sebuah
tempat yang padanya laki-laki asing, walaupun hanya lewat di jalan mereka
dan mereka mendapati wangi wanita tadi maka wanita tersebut masuk di
dalam larangan –dan keadaan ini yang banyak diabaikan oleh kaum wanita
dan mereka memudah-mudahkan hal ini. Sementara adanya keterangan

85
HR. Al-Bukhari (3561) dan Ad-Darimi (61).
86
HR. Al-Bukhari (1850) lafazh hadits dari lafazh beliau, Muslim (1206) Ahmad (1853) At-Tirmidzi (951)
An-Nasaa'i (1904) Abu Daud (3238) Ibnu Majah (3084) dan Ad-Darimi (1852).
87
HR. Al-Bukhari (5803) Muslim (1177) Ahmad (4468) At-Tirmidzi (833) An-Nasaa'i (2666) Abu Daud
(1823) Ibnu Majah (2932) Malik (717) dan Ad-Darimi (1758).
88
HR. Al-Bukhari (313) Muslim (938) Ahmad (20270) An-Nasaa'i (3534) Abu Daud (2302) Ibnu Majah
(2087) dan Ad-Darimi (2286).
yang sangat jelas di dalam sejumlah hadits dan adanya ancaman keras pada
perkara tersebut89.
Berdasarkan hadits Abu Musa Al-Asy'ari radhiallahu ‘anhu dia
berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : "Perempuan mana
pun yang memakai wangi-wangian dan melewati satu kaum yang mendapati
bau wangi wanita tersebut maka dia adalah wanita pezina"90.
Dan berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata :
"Seorang wanita menemuinya dan dia mendapati dari wanita tersebut bau
minyak wangi yang tertiup angin dan pada ujung kainnya, maka Abu
Hurairah berkata : Wahai hamba Al-Jabbar apakah kamu datang dari masjid?
Wanita itu berkata : Iya. Abu Hurairah berkata : Sesungguhnya saya
mendengar kekasihku Abu Al-Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak diterima shalat seorang wanita yang memakai wangi-wangian untuk
datang ke masjid ini sampai dia kembali dan mandi sebagaimana mandi
janabah"91.

16. Sunnah Dalam Perkara Menyisir Dan Mencukur Rambut :


Disunnahkan bagi laki-laki untuk menghiasi, membersihkan dan
memberi perhatian kepada rambutnya, dan dalil sunnah itu adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, beliau
berkata : "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada kami untuk
berziarah di rumah kami tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang kusut
rambutnya, maka beliau berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan
sesuatu yang dapat menata rambut kepalanya “.
Dan beliau melihat laki-laki yang padanya pakaian yang kotor, maka beliau
berkata : “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat mencuci
bajunya"92.
Dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : "Barang siapa memiliki rambut maka
hendaknya dia muliakan rambutnya"93.
Akan tetapi rambut tersembut tidaklah dihias-hiasi, dibersihkan,
dimuliakan dengan cara berlebih-lebihan yang keluar dari batasan yang
dibenarkan oleh nalar , sehingga lebih menyerupai wanita. Karena berlebih-

89
Dan diantara perkara yang sebagian wanita meremehkannya –semoga Allah memberi hidayah
kepada mereka- adalah mereka berkendaran bersama supir-supir- yang ajnabi (yang bukan mahram)-
dan mereka dalam keadaan memakai wangi-wangian!, dan kami tidak tahu mereka anggap apa supir
itu? Apakah dia itu perempuan yang boleh berdua-duaan dengannya dan boleh memakai wangi-
wangian di sisinya, ataukah dia laki-laki –ajnabi (bukan mahram)- yang haram berada di sisinya
sebagaimana haramnya berada di sisi laki-laki ajnabi lainnya?.
90
HR. Ahmad (19248) An-Nasaa'i (5126) dan Al-Albani menghasankannya dengan no. (4737), Abu
Daud (4173) At-Tirmidzi (2786) dan Ad-Darimi (2646).
91
HR. Muslim (444) Abu Daud (4174) dan lafazh hadits ini lafazh beliau, Ahmad (7309) dan An-Nasaa'i
(5128).
92
HR. Ahmad (14436) An-Nasaa'i (5236) Abu Daud (4062) dan Ibnu Abdil Bar membawakan sanadnya
di dalam At-Tamhid (5/51), dan Ibnu Hajar berkata tentang hadits tersebut : Abu Daud dan An-Nasaa'i
mengeluarkannya dengan sanad hasan (Al-Fath 10/379-380). Dan Al-Albani menshahihkan riwayat Abu
Daud dan An-Nasaa'i.
93
HR. Abu Daud (4163) dan Al-Albani berkata : "hadits hasan shahih".
lebihan di dalam menghiasi dan memperhatikan rambut merupakan
kekhususan wanita.
Abdullah bin Mughaffal meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam Melarang bersisir kecuali kadang-kadang saja"94.
Dan dari Abu Humaid bin Abdurrahman dia berkata: saya pernah bertemu
salah seorang yang menemani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana Abu Hurairah menemani beliau selama empat tahun, sahabar
tersebut berkata : " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang salah
seorang dari kami untuk menyisir setiap hari"95.
Adapun mencukur rambut : Ketahuilah yang pertama bahwa yang
paling utama membiarkan rambut dalam keadaan terlepas sampai kedua
daun telinga sebagaimana itu adalah rambut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Al-Barra bin Azib radhiallahu ‘anhu berkata : " Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah seseorang yang berpundak bidang, yang jarak antara
pundak beliau jauh, dan rambut beliau yang mencapai daun telinga
beliau….al-hadits"
Pada riwayat Muslim : "Rambut beliau sangat lebat jummahnya96 sampai
pada daun di telinga beliau"97.
Dan mencukur rambut terkadang menjadi perkara yang wajib, atau haram,
atau sunnah atau mubah.
Hukum wajib mencukur habis rambut : Apabila seseorang dalam haji
dan umrah, dan orang yang melaksanakannya tidak dipendekkan
rambutnya, atau tergolong penyerupaan kepada gaya rambut selain orang
muslim….dan haram hukumnya mencukur rambut : Apabila tujuannya
untuk beragama atau beribadah selain ibadah haji dan umrah sebagaimana
yang diperbuat oleh sebagian orang-orang sufi … Sunnah mencukur rambut :
Apabila seorang kafir masuk islam –terlebih lagi apabila rambutnya tebal.
Atau apabila telah berlalu tujuh hari umur bayi yang lahir. Disunnahkan bagi
walinya untuk mencukur kepalanya dan bersedekah dengan timbangan
rambut tersebut.
Atau apabila rambut telah sangat panjang yang mana telah melewati kadar
rambut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam….dan disunnahkan mencukur
rambut kepala –juga- apabila orang yang mencukur menutup kegantengan
yang menjadi sumber fitnah sama saja apakah bagi laki-laki ataukah bagi
perempuan…..Dan diperbolehkan mencukur rambut : Apabila seseorang
tidak mampu memperhatikannya karena kesibukannya dengan urusan-
urusan lainnya dan urusan-urusan tersebut lebih penting daripada mencukur
rambut……(Al-Imam Ahmad berkata : “ Mencukur adalah Sunnah, kalau
kami sanggup tentunya kami akan amalkan , akan tetapi mencukur memiliki

94
HR. Ahmad (16351) At-Tirmidzi (1756) Abu Daud (4189) Al-Albani menshahihkannya. Dan An-
Nasaa'i (5055).
95
HR. An-Nasaa'i (5053) Abu Daud (28) Ibnu Hajar berkata : An-Nasaa'i mengeluarkannya dengan
sanad yang shahih". Dan Al-Albani menshahihkannya. Dan riwayat An-Nasaa'i dengan no. (4679).
96
Al-Jummah adalah bagian dari rambut kepala : apa yang terurai di atas pundak. (Lisan Al-Arab
12/107) bahasan: ‫ج م م‬.
97
HR. Al-Bukhari (3551) Muslim (2337) Ahmad (18086) At-Tirmidzi (1723) An-Nasaa'i (5070) dan Abu
Daud (4183).
tanggungan dan beban). Dan boleh mencukur rambut kepala untuk
pengobatan98.
Perhatian : Telah nampak ditengah-tengah pemuda cukuran rambut diatas
keadaan yang syariat melarangnya, yaitu mencukur bagian kepala dan
membiarkan yang lainnya, dan cukur itu dikenal di dalam sisi syar'i dan
bahasa dengan cukur Al-Qaza'99.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma : Bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : "melarang dari perbuatan Al-Qaza') dan dalam
riwayat Muslim : " Saya berkata kepada Nafi' : Apakah Al-Qaza' itu? Dia
berkata : Mencukur sebagian kepala anak kecil dan membiarkan sebagian
lainnya"100.
Ibnul Qayyim berkata : “ Al-Qaza' ada beberapa macam : salah satunya
: mencukur satu bagian dari kepala dari sini dan sini. Diambil dari gumpalan
awan, yaitu yang bergumpal-gumpal. Kedua : mencukur tengahnya dan
membiarkan sisi-sisinya, sebagaimana penjaga geraja kaum nashara lakukan.
Ketiga : mencukur sisi-sisinya dan membiarkan tengahnya. Sebagaimana
kebanyakan dari rakyat jelata dan rendahan lakukan. Keempat : mencukur
bagian depan kepala dan membiarkan bagian akhir, dan semua macam tadi
masuk bagian dari Al-Qaza' wallahu a'lam.101.
Faedah : Disunnahkan bagi yang ingin mencukur rambutnya pertama-tama
hendaknya memulai dari sisi kanan dari rambut kemudian yang kiri. Yang
demikian itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
"Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Mina, kemudian
mendatangi Al-Jumrah dan melontar Jumrah, kemudian mendatangi rumah
beliau di Mina dan menyembelih kurban, kemudian berkata kepada tukang
cukur; ambillah seraya menunjuk kepada sisi kanan kepala, kemudian sisi
kiri, maka mulailah beliau memberikan pelajaran kepada manusia lainnya" 102

17. Sunnah Bagi Laki-laki Melebatkan Jenggot Dan Memotong Kumis :


Sunnah yang wajib bagi laki-laki adalah melebatkan jenggot dan
membiarkannya tumbuh, dan memendekkan kumis dan mencukurnya.
Dan perkara ini bukan perkara yang lapang bagi kita sehingga kita
bisa mengamalkannya sesuka kita dan meninggalkannya sesuka kita, bahkan
perkara ini adalah perkara yang wajib bagi kita, maka wajib mengamalkan
dan ta'at padanya.
Allah ta'ala berfirman :
98
Sya’ru ar-Ra`si (Ahkaam wa fawaa`id mutanawwi’ah ‘an Syi’ir Ar-Ra`si ) karya Al-Akh Sulaiman Al-
Kharrasyi. (dengan sedikit perubahan). Dan merupakan makalah yang baik dalam babnya. Cetakan
Daar Al-Qasim. Cetakan pertama 1419 Hijriyah- dan perkataan Al-Imam Ahmad penulis menyuntingnya
dari Hasyiah kitab Ar-Raudh (1/162). Dan juga kamu akan mendapatinya di dalam Al-Adab Asy-
Syar'iyyah (3/328).
99
Di dalam Al-Lisan : Al-Quzza'ah/Al-Quz'ah : salah satu bentuk dari model rambut yang dibiarkan pada
kepala anak kecil seperti jambul-jambul yang terpisah di ujung kepala. Al-Qaza' : Mencukur kepala anak
kecil dan membiarkan sebagian lainnya pada beberapa tempat dari kepala sedangkan rambutnya
terpisah-pisah, dan hal tersebut dilarang. (8/271-272) Bahasan : ‫ق ف ذ‬
100
HR. Al-Bukhari (5921) Muslim (2120) Ahmad (4459) An-Nasaa'i (5050) Abu Daud (4194) dan Ibnu
Majah (3637).
101
Tuhfat Al-Waduud Bi-Ahkaam Al-Maulud. (hal. 119) cetakan Daar Al-Jiil. Cetakan pertama 1408 H.
102
HR. Muslim (1305) At-Tirmidzi (612) dan Abu Daud (1981).
‫ﭩ‬ ‫ﭧ ﭨ‬ ‫ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ‬ ‫ﭑ ﭒ‬
“ Dan tidaklah pantas bagi seorang mukmin laki-laki dan tidak juga wanita, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara, bagi mereka memilih perkara
lainnya bagi mereka. Dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya
maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata “(Al-Ahzab : 36 ).
Yaitu tidak sepatutnya dan tidak pantas, bagi orang yang disifatkan
dengan keimanan kecuali bersegera kepada keridhaan Allah dan Rasulnya,
dan menjauhi dari kemurkaan Allah dan rasulnya, dan melaksanakan
perintah keduanya, dan menjauhi larangan keduanya. Maka tidak layak bagi
laki-laki dan perempuan yang beriman : ‫" ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭚ‬Apabila Allah dan
rasulnya menetapkan satu perkara" [Al-Ahzab : 36] dari perkara-perkara agama
yang ada, dan mewajibkannya serta mengharuskannya :
‫ " ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭡ‬adanya pilih memilik dari perkara tersebut" [Al-Ahzab : 36] :
Yaitu : pilihan, apakah mereka laksanakan atau tidak? Bahkan seorang
mukmin dan mukminah mengetahui bahwa Rasul lebih utama akan hal
tersebut daripada dirinya, maka janganlah ia menjadikan sebagian hawa
nafsunya menjadi penghalang dirinya dengan Allah dan Rasulnya, demikian
dari perkataan Ibnu Sa'di103.
Dan hadits-hadits tentang perintah memelihara jenggot dan memotong
kumis dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat banyak dan lafazh-
lafazhnya bermacam-macam diantaranya : "Lebatkanlah jenggot dan
pendekkanlah kumis"104.
Dan lafazh lainnya : "Habiskanlah kumis dan biarkanlah jenggot" 105.
Dan lafazh lainnya : "Selisihilah orang-orang musyrik, potonglah kumis dan
peliharalah jenggot"106.
Dan diantaranya : "Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot. Dan selisihilah
orang-orang Majusi"107.
Perintah memelihara jenggot dan memotong kumis ada mengandung
dua perkara : Yang pertama : Perintah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang wajib yang tidak ada yang memalingkan dari kewajiban tersebut.
Perintah yang tidak boleh seorang mukmin menyelisihinya bagaimanapun
juga. Kedua : Perintah menyelisihi orang-orang musyrik, dan telah diketahui
dari nash-nash syariat bahhwa meniriu-niru mereka adalah perkara yang
haram. Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim kembali dengan segera
kepada perintah Allah dan Rasulnya dan tidak menyelisihi perintah mereka
berdua sampai tidak terjadi fitnah atau mendapatkan adzab yang pedih.
Allah ta’ala berfirman:
‫ﮗ ﮘ‬ ‫ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ‬ ‫ﮍ ﮎ‬
“ Dan hendaknya mereka yang menyelisihi perintah Rasul berhati-hati, akan
tertimpa fitnah bagi mereka ataukah mereka akan ditimpakan adzab yang pedih “(An-
Nuur : 63).

103
Tafsir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan. (6/222-223).
104
Al-Bukhari (5892).
105
Al-Bukhari (5893).
106
Muslim (259)/54.
107
Muslim (259)/55.
Sebagian ulama mengulas pembahaan tentang mengambil sebagian
dari jenggot panjang dan lebarnya, berpegang dengan atsar para salaf yang
mulia, akan tetapi lafazh-lafazh yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat jelas dan cukup untuk masalah ini, dan hujjah ada pada
perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pada perkataan
atau perbuatan sahabat dan pengikut beliau.
Pendapat yang terpilih adalah membiarkan jenggot sesuai
keadaannya, dan agar tidak memendekkannya sesuai hukum asalnya, dan
pendapat yang terpilih di dalam masalah kumis adalah tidak
menghabiskannya dan menyisakan sedikit pada ujung bibir. Wallahu a'lam,
Demikian dikutip dari perkataan An-Nawawi108.

18. Sunnah Merubah Warna Uban Dengan Selain Warna Hitam :


Disunnahkan bagi yang rambut kepala dan wajahnya telah beruban
untuk merubah warnanya dengan mencat, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : "Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani tidak
mencat rambut-rambut mereka maka selisihilah mereka"109.
Akan tetapi hendaknya warna hitam dijauhi berdasarkan larangan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari mencat dengan warna tersebut. Pada
tahun Futuh Makkah ketika Abu Qahafah didatangkan kepada beliau dan
kepala dan jenggotnya putih maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : "Rubahlah warna rambut ini dengan sesuatu dan jauhilah warna
hitam"110.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "Jauhilah warna hitam" adalah nash
yang pasti tentang pengharaman. Maka warna putih dirubah dengan warna
apa saja selain warna hitam, dan larangan ini berlaku untuk laki-laki dan
perempuan dengan batasan yang sama.
Ditanyakan kepada Al-Imam Ahmad : Apakah engkau membenci
mencat rambut dengan warna hitam? Beliau berkata : “ Iya demi Allah;
dikarenakan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ayah Abu
Bakar radhiallahu ‘anhuma "Jauhilah warna hitam"111.
Faedah :
Wahai laki-laki yang ubannya dihitamkan
Supaya dianggap sebagai pemuda
Berhentilah walaupun setiap burung merpati putih dihitamkan
Tidaklah ia dianggap bagian dari burung gagak112

19. Pembahasan Tentang Bercelak :


Bercelak bagi wanita adalah perhiasan, dan bagi laki-laki dan wanita
adalah pengobatan yang bermanfaat. Dan orang-orang Arab dahulu
menjadikannya sebagi pengobatan dari penyakit radang mata.

108
Syarah Muslim jilid ke dua (3/123).
109
HR. Al-Bukhari (5899) Muslim (21003) Ahmad (7233) An-Nasaa'i (5069) Abu Daud (4203) dan Ibnu
Majah (3621).
110
HR. Muslim (2102) Ahmad (1399) An-Nasaa'i (5076) Abu Daud (4204) dan Ibnu Majah (3624).
111
Al-Adaab As-Syar'iyyah (3/334-335).
112
Al-Adaab As-Syar'iyyah (3/336).
Di dalam hadits Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha tentang wanita
yang ditinggal mati suaminya mengeluhkan matanya, maka para sahabat
menyampaikan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mereka pun menyebutkan tentang celak113 yaitu sebagai pengobatan
untuknya.
Dan di dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Pakailah pakaian kalian
yang putih karena hal itu sebaik-baik pakaian kalian, dan kafanilah
dengannya jenazah-jenazah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik celak
kalian adalah Al-Itsmid114, menerangkan penglihatan dan menumbuhkan
rambut"115. Sunnah ketika memakainya dengan witir (ganjil), yaitu bercelak
pada mata kanan tiga kali dan pada mata kiri tiga kali, atau pada mata kanan
dua kali dan mata kiri satu kali maka semuanya menjadi ganjil atau
kebalikannya atau lebih banyak lagi selama jumlahnya ganjil. Ibnu Hajar
menguatkan pendapat yang pertama116.
Catatan : Tidak sepantasnya laki-laki menjadikan celak sebagai penghias,
karena laki-laki itu adalah yang menuntut wanita berhias bukan yang
dituntut berhias, bukan dari sifat kejantanan seorang laki-laki berhias
sebagaimana wanita berhias, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyenangi Al-itsmid karena padanya ada beberapa faedah beliau bersabda :
"Pakailah Al-Itsmid karena dia dapat menumbuhkan rambut dan dapat
menghilangkan kotoran mata dan menjernihkan pandangan" 117. Adapun laki-
laki menjadikannya untuk memperindah penampilan dan sebagai penghias
kedua mata maka tidak boleh.

20. Perhiasan Apa Saja Yang Haram Atas Wanita :


Allah Subhanahu wa Ta'ala membolehkan bagi wanita untuk
menjadikan beberapa perkara sebagai perhiasan/penghias seperti celak,
wangi-wangian, daun pacar dan yang semisalnya dari perkara yang wanita
itu berhias dengannya. Dan mengharamkan atas mereka beberapa perkara
yang wanita jadikan sebagai penghias, dan dia pada hakikatnya tidak sampai
merubah ciptaan Allah yang Allah ciptakan atasnya. Seperti Al-Wasyam

113
Lihat Al-Bukhari (5707) dan Muslim (1489).
114
Al-Itsmid : adalah batu yang sudah dikenal yang berwarna hitam dipukulkan ke Al-Humrah, yang ada
di negeri Al-Hijaz yang paling baik yang di datangkan dari Ashbahan. Ibnu Hajar menjelaskannya di
dalam Al-Fath (10/167).
115
HR. Ahmad (2048) Abu Daud (3878) Al-Albani menshahihkannya, At-Tirmidzi (1757) dan Ibnu Majah
(3497).
116
Lihat Fathul Baari (10167).
117
HR. Ibnu Abi Ashim dan At-Thabrani. Ibnu Hajar berkata : "sanadnya hasan". (Fathul Bari : kitab At-
Tibb 10/167).
(tato)118, An-Namash119, At-Tafalluj120 untuk dilihat bagus, dan al-washal121.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu ‘anhu dia berkata : "Allah melaknat al-
wasyimaat, al-muwasysyimaat, al-mutanammishaat, al-mutafallijaat agar
terlihat bagus, yang merubah ciptaan Allah. Hal itu sampai kepada seorang
perempuan dari bani Asad yang dipanggil dengan Ummu Ya'quub, dia pun
datang dan berkata : “Sesungguhnya telah sampai kepada saya bahwa
engkau melaknat ini dan itu.” Maka Abdullah bin Mas'ud berkata :
“Mengapa saya tidak melaknat orang yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan orang yang ada di dalam kitab Allah.” Maka wanita itu berkata :
“Sungguh saya telah membaca ayat-ayat yang ada di antara dua lembaran ini
namun saya tidak mendapatkan padanya apa yang kamu katakan.” Abdullah
bin Mas'ud berkata : “Apabila kamu membacanya niscaya kamu akan
mendapatkannya, tidakkah kamu membaca ‫ “ ﭽ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﭼ‬Dan
setiap yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kalian
maka ambillah dan setiap yang beliau larang atas kalian maka kalian berhentilah “
( Al-Hasyr : 7 ).
Wanita itu berkata : Benar. Abdullah bin Mas'ud berkata : sungguh
beliau telah melarang hal itu.
Wanita itu berkata : Sungguh aku melihat sangat celaka apa yang mereka
lakukan. Abdullah bin Mas'ud berkata : Pergilah dan lihatlah.
Wanita itu pergi dan melihat namun dia belum melihat suatu pun dari
hajatnya. Abdullah berkata : Kalaulah dia itu demikian saya tidak
menggaulinya" dan lafazh Muslim : "Allah melaknat Al-Wasyimah, Al-
Mustausyimah, An-Namishaat, Al-Mutanammishaat, dan Al-Mutafallijaat agar
terlihat bagus dengan merubah ciptaan Allah…al-hadits "

118
Al-Wasyam (tato) di tangan, yang demikian itu karena wanita menusuk punggung telapak tangannya
dan pergelangan tangan dengan jarum atau dengan jarum besar sehingga berbekas padanya,
kemudian dia mengisinya dengan celak atau dengan an-nil atau an-niyyil atau dengan an-nu'ur (asap
minyak) maka bekasnya menjadi biru atau hijau. (Lisan Al-’Arab : 12/638) Bahasan :‫و ش م‬.
Al-mustausyimah adalah wanita yang meminta tato dari selainnya.
119
An-namash : mencabut rambut, namasha sya'rahu yanmashahu namshan : yaitu mencabutnya…dan
an-namishah : wanita yang menghiasi wanita lainnya dengan an-namash. Dan di dalam hadits : wanita-
yang mencabut bulu wajah dan yang dicabutkan dilaknat Allah; Al-Farraa'u berkata : an-namishah
adalah yang mencabut rambut dari wajah, dan dari makna ini dikatakan kepada tukang lukis/ukir
minmash, karena dia mencabutnya dengan lukisan/ukiran itu, dan al-mutanammishah : yang melakukan
hal tersebut dengan dirinya sendiri. (Lisan Al-’Arab : 7/101) Bahasan :‫ن م ص‬.
120
Faljul Asnan : gigi saling berjauhan….rajulun aflaj apabila seorang laki-laki pada gigi-giginya ada
yang terpisah, dan ini juga bentuk At-Taflij. (At-Tahdzib) : dan Al-Falj yang ada diantara gigi adalah
saling berjauhannya apa yang ada diantara gigi seri dan gigi ruba'iyyah dari asal penciptaannya, dan
apa bila salah seorang itu berusaha untuk membuat seperti itu maka itu adalah At-Taflij….dan di dalam
al –hadits : sesungguhnya Allah melaknat al-mutafallijat (wanita yang mengukir giginya) untuk
membaguskan penampilan : yaitu wanita yang melakukan hal tersebut karena ingin terlihat bagus.
(Lisan Al-’Arab : 2/346-347 dengan sedikit perubahan) Bahasan :‫ف ل ج‬
121
Al-Washilah dari kalangan wanita : yang menyambung rambutnya dengan rambut selainnya, dan al-
mustaushilah : wanita yang meminta hal itu dan dia yang melakukan hal itu juga. Dan didalam al-hadits:
bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat Al-washilah dan al-mustaushilah. Abu Ubaid
berkata : hal ini ada pada rambut, dan yang demikian itu karena wanita menyambung rambutnya
dengan rambut selainnya adalah bentuk penipuan/kedustaan. (Lisan Al-’Arab : 11/727) Bahasan : ‫و ص‬
‫ل‬
Dan dalam riwayat Al-Bukhari dan selainnya dari Abdullah "Allah melaknat
Al-Washilah"122.
Keterangan yang jelas pada hadits-hadits tadi di dalam masalah ini
dan kerasnya ancaman hal tersebut, namun banyak dari wanita melakukan
hal itu atau melakukan sebagiannya, dan tidaklah hal ini terjadi kecuali
karena lemahnya iman, dan jikalau tidak maka manusia yang mana yang
mau menghinakan dirinya dan menyerahkan dirinya kepada kemurkaan Al-
Jabbar (dzat yang maha perkasa)! Ya Allah sesungguhnya kami memohon
kepadamu keselamatan dan kesehatan di dalam agama dan dunia kami.
Catatan penting : Tidaklah laknat ini khusus untuk wanita, bahkan masuk
padanya laki-laki apabila mereka menyambung rambut, mentato,
menyambung rambut dan mengukir gigi untuk terlihat bagus! Atau mereka
meminta kepada selain mereka untuk melakukan salah satu dari hal tersebut
kepada mereka. Dan pengkhususan laknat bagi wanita hanya karena
kebanyakan hal itu ada pada mereka wanita sebagaimana pada perkara
meratap, wallahu a'lam.

HR. Al-Bukhari (4886) (4877) Muslim (2125) Ahmad (3935) An-Nasaa'i (5099) At-Tirmidzi (2782) Abu
122

Daud (4169) Ibnu Majah (1989) dan Ad-Daarimi (2647).

You might also like