Professional Documents
Culture Documents
3
Asy-Syarh Al-Mumti' (2/133).
4
Yaitu janganlah mereka berdua berbaring dalam keadaan telanjang di bawah satu kain, sebagaimana
yang dijelaskan di dalam Tuhfat Al-Ahwadzi syarah Jami At-Tirmidzi.
5
HR. Muslim (338), Ahmad (11207), At-Tirmidzi (2793) dan Ibnu Majah (661).
6
HR. Muslim (341) dan Abu Daud (4016).
7
HR. Abu Daud (4017) dan Al-Albani menghasankannya no.(3391), dan At-Tirmidzi meriwayatkannya
(2794) dan Ibnu Majah (1920).
Jawaban : Al-Lajnah Ad-Daa`imah menyatakan : “ Jumhur Fuqaha’
berpendapat bahwa paha laki-laki adalah aurat, mereka berdalil dengan
hadits-hadits yang sanad hadits-hadits tersebut tiada yang luput dari kritikan
ulama, apakah sanadnya bersambung atau tidak, atau tentang kedhaifan
pada sebagian perawinya, akan tetapi sebagian hadits-hadits tersebut saling
menguatkan satu sama lainnya sehingga menjadikan derajatnya naik dengan
menggabungkan seluruh riwayat yang ada untuk dijadikan hujjah atas
masalah yang dibahas. Diantara hadits-hadits tersebut hadits yang
diriwayatkan oleh Malik di dalam Al-Muwathta', Ahmad, Abu Daud dan At-
Tirmidzi dari hadits Jarhad Al-Aslami radhiallahu ‘anhu dia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lewat dan ketika itu saya
memakai burdah dan paha saya tersingkap, maka beliau berkata : " Tutuplah
pahamu karena sesungguhnya paha itu aurat" At-Tirmidzi menghasankan
hadits ini8.
Dan sbeagian ulama lainnya berpendapat bahwa paha laki-laki bukan
aurat, mereka berdalil dengan hadits riwayat Anas radhiallahu ‘anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka sarung dari pahanya sehingga
saya sungguh melihat putih paha beliau. Ahmad dan Al-Bukhari
meriwayatkan dan berkata hadits Anas lebih bagus sanadnya dan hadits
Jarhad lebih hati-hati9, dan pendapat mayoritas ulama lebih hati-hati karena
hadits-hadits yang pertama merupakan ketentuan dalam pembahasan ini,
sedangkan hadits Anas radhiallahu ‘anhu masih ada masih relatif 10.
Masalah Lainnya : Sebagian wanita sengaja memakai sebagian pakaian yang
menampakkan tempat-tempat fitnah dari tubuhnya dan perhiasannya bagian
dalam, seperti menampakkan punggung atau paha atau bahagian darinya,
atau memakai pakaian yang memperlihatkan tubuhnya, atau sempit yang
menonjolkan bagian-bagian yang dapat menimbulkan fitnah, dan sebagian
mereka beralasan bahwa aurat yang diperintahkan untuk menutupnya
diantara wanita adalah mulai dari pusar sampai ke lutut, dan bahwa mereka
hanya memakai pakaian tersebut di perkumpulan wanita saja, maka apa
jawaban atas pernyataan tersebut?
Jawabannya : Tidak diragukan lagi bahwa aurat perempuan bersama
perempuan lainnya adalah apa saja yang ada diantara pusar dan lutut, akan
tetapi hal ini disyaratkan apabila aman dari fitnah, dan yang terjadi pada
kebanyakan wanita pada hari ini mereka melewati batasan di dalam menutup
aurat mereka11.
Bahkan keadaan ini membawa kepada terfitnahnya sebagian wanita
kepada sebagian lainnya. Sekian banyakkisah yang populer berkaitan dengan
mereka – kaum wanta – ini. Ada yang tahu dan ada pula yang tidak
mengetahuinya. Perkumpulan wanita bukanlah alasan di dalam memakai
pakaian yang tidak halal bagi wanita untuk memakainya, bahkan kapan saja
8
Al-Albani menshahihkan riwayat Abu Daud dengan no. (3389).
9
Lihat shahih Al-Bukhari, Kitab Ash-Shalat. Bab : Maa yudzkar fii Al-Fakhdz.
10
Fatwa Lajnah Ad-Daa`imah no.(2252) (6/167 – 165).
11
Kabar-kabar tentang mereka tidak mengembirakan orang yang beriman, dan kita membersihkan
telinga-telinga dan mata-mata kalian dari perkara yang mendatangkan kabar-kabar tersebut, dan
barang siapa yang ingin mengetahui hal tersebut maka dia bisa menanyakannya kepada wanita karena
ada pada mereka banyak kabar tentang keadaan mereka yang sebenarnya, wallahul musta'an.
pakaian itu sebagai faktor terjadinya fitnah dan sebagai penggerak tabiat
yang jelek maka hal itu diharamkan walaupun hal itu di tengah-tengah para
wanita.
As-Syaikh Ibnu Utsaimin memiliki perkataan tentang memakai
pakaian yang sempit, alangkah baiknya untuk kami sebutkan hal tersebut,
beliau berkata : “Memakai pakaian yang sempit yang menampakkan bagian-
bagian tubuh yang dapat menimbulkan fitnah dari tubuh wanita adalah
perkara yang diharamkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "
Dua golongan dari penduduk neraka yang belum saya lihat : sekelompok
laki-laki yang ada bersama mereka cambuk seperti ekor-ekor sapi, mereka
memukulkannya kepada manusia – maksudnya karena kezhaliman dan
aniaya - , dan wanita yang berpakaian lagi telanjang yang menyimpang dari
ketaatan Allah dan memakai sanggul yang miring"12.
Dan perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "mereka berpakaian
lagi telanjang" bahwa mereka memakai pakaian yang pendek tidak menutupi
apa yang wajib ditutup dari aurat, dan ditafsirkan bahwa mereka memakai
pakaian yang tipis yang tidak menghalangi pandangan apa yang ada
dibaliknya dari kulit wanita, dan ditafsirkan bahwa mereka memakai pakaian
yang sempit yang mana dia menutupi dari pandangan akan tetapi
menampakkan lekuk-lekuk tubuh wanita, dan berdasarkan ini tidak boleh
bagi wanita untuk memakai pakaian yang sempit kecuali kepada orang yang
boleh baginya menampakkan auratnya di sisinya dan dia adalah suaminya
karena tidak ada antara suami dan istri aurat berdasarkan firman Allah
ta'ala :
ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ
“ Dan mereka – orang-orang yang beriman – adalah yang menjaga kemaluan
mereka. Kecuali bagi para istri mereka ataukah kepada budak yang mereka milik,
karena mereka itu tidak akan dicela karenanya “( Al-Mu'minun : 5 – 6 )
Aisyah berkata : " Saya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi
dari satu bejana tangan-tangan kami berganti-gantian mengambil air pada
bejana itu"13.
Maka seseorang antara dia dan istrinya tidak ada batasan aurat,
adapun antara wanita dan mahramnya maka wajib bagi wanita menutup
auratnya, dan pakaian yang sempit tidak boleh digunakan di hadapan
mahram tidak pula di hadapan para wanita apabila pakaian itu sangat sempit
yang menampakkan bagian tubuh wanita yang menggoda14.
Faedah : termasuk perkara adab bersama Allah subhanahu wa ta'ala,
seseorang yang ingin mandi hendaknya menutup dirinya dengan sesuatu
yang dapat menutupinya, lebih khusus lagi orang yang berada di tempat-
tempat yang terbuka yang tidak ada suatu pun yang menghalanginya. Ya'la
radhiallahu ‘anhu telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
12
HR. Muslim (2128), Ahmad (8351), Malik (1694), dan lafazhnya yang sempurna ada pada riwayat
Muslim : (kepala-kepala mereka seperti punuk onta yang miring, mereka tidak masuk ke dalam surga
dan tidak pula mendapatkan baunya dan sungguh bau wangi surga didapatkan dari jarak sekian dan
sekian).
13
HR. Al-Bukhari (261) Muslim (316) dan selain keduanya.
14
Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin (2/825 – 826) cetakan Daar ‘Alam Al-Kutub – Riyadh –
cetakan pertama 1411 Hijriyah.
wa sallampernah melihat seorang laki-laki mandi di Al-Baraz15 tanpa
memakai sarung, maka beliau naik ke mimbar dan bertahmid serta memuji
Allah kemudia berkata : "sesungguhnya Allah Azza wa Jalla maha pemalu
dan Maha menutupi yang mencintai rasa malu dan sifat menutup diri, maka
apabila salah seorang dari kalian mandi hendaknya dia menutup dirinya
(dari pandangan orang lain)"16.
Dan di dalam hadits Hakim dari ayahnya dari kakeknya dia berkata :
"….Saya berkata wahai apabila salah seorang dari kami bersendiri? Beliau
berkata : Allah lebih berhak untuk kalian malu kepadanya dari pada kepada
manusia"17.
15
Al-Baraz dengan harakat fathah : tempat yang lapang dari tanah yang jauh lagi luas, dan apabila
maunsia keluar menuju tempat tersebut maka akan dikatakan : baraza yabruzu buruzan, yaitu dia
keluar menuju al-baraz. Dan Al-Baraz juga dengan fathah :adalah tempat yang tidak ada padanya….
(afwan tdk jelas bela) dari pepohonan dan tidak pula selainnya…(Lisan Al-Arab 5/309) Bahasan : ب ر ز
16
HR. Abu Daud (4012) dan Al-Albani menshahihkannya, dan Ahmad (17509) dan An-Nasaa'i (406).
17
Takhrijnya telah berlalu.
18
HR. Al-Bukhari (5885) (5886) Ahmad (1983) At-Tirmidzi (2783) Abu Daud (4097) Ibnu Majah (1904)
dan Ad-Darimi (2649).
sifat tersebut. Hal ini merupakan perkara yang jelas dari lafazh Al-
Mutasyabbihin19.
19
Fathul Baari (10/345).
20
Yaitu yang jelek dan tidak ada nilainya.
21
HR. Abu Daud (4064) dan lafazhnya berdasarkan periwayatannya, dan Al-Albani menshahihkannya,
dan Ahmad (15457), dan An-Nasaa'i (5223).
22
HR. Al-Bukhari (5788), Muslim (2078), Ahmad (8778) dan Malik (1698).
23
A-Jummah : dengan dhammah : kumpulan rambut dan lebih banyak dari biasanya. Dan di dalam
hadits : adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berambut Jummah dan ikal; Al-Jummah dari
rambut kepala : Apa yang terurai di atas pundak. (Lisan Al-Arab 12/107) materi : ()جمم.
Ahmad : "Ketika seseorang berjalan dengan penuh kesombongan memakai
pakaian yang mengagumkannya dengan rambut jummah (terurai sampai ke
pundak) yang menjadikan kain sarungnya menjulur sampai ke tanah, lalu
Allah membenamkannya maka dia berteriak atau jatuh di dalamnya sampai
hari kiamat"24.
Hadits-hadits diatas tadi sebagaimana yang anda lihat menjelaskan
haramnya menyeret pakaian dengan penuh kesombongan dan merasa lebih
tinggi dari manusia lainnya. Demikian itu karena kesombongan bagian dari
sifat Allah Azza wa Jalla, dan sifat itu adalah sifat kesempurnaan bagi-Nya
subhanahu. Tidak sepatutnya bagi makhluk menjadikan sifat ini ada
padanya. Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Al-Izzu (kemuliaan)
adalah sarung Allah dan Al-Kibriyaa' (kesombongan) adalah selendangnya,
maka barang siapa yang menentangku aku akan mengadzabnya" . Pada
lafazh riwayat Abu Daud : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Allah ‘azza wa Jalla berfirman : "Al-Kibriyaa' adalah selendangku dan Al-
Azhamah adalah sarungku maka barang siapa yang menentangku salah satu
dari keduanya niscaya aku akan melemparkannya ke dalam neraka" 25.
An-Nawawi berkata : “ Makna "menentangku" : Berakhlak dengan
sifat tersebut, sehingga bermakna saling berserikat dalam sifat tersebut, dan
ini merupakan ancaman yang keras terhadap sifat sombong, dan penjelasan
terhadap pengharamannya26.
Faedah : Pakaian yang bagus, baik yang berharga atau yang tidak berharga,
tidaklah dianggap bagian dari kesombongan yang pelakunya diancam
dengan ancaman keras, dan yang tercela ada pada orang yang di dalam
hatinya bersemayam sifat sombong, berjalan dengan penuh kecongkakan
meremehkan orang lain dan ‘ujub/kagum akan diri dan penampilannya
maka hal ini yang tercela.
Ibnu Hajar berkata : “ Keseluruhan dalil yang ada menjelaskan bahwa barang
siapa yang memaksudkan dengan pakaiannya yang bagus untuk
menampakkan dan menunjukkan nikmat Allah kepada-nya serta bersyukur
atas nikmat tersebut tanpa merendahkan orang yang tidak memiliki hal yang
semisal dirinya, maka pakaian mubah yang dikenakannya tidak akan
memudharatkannya walaupun yang pakaian yang dia pakai sangat berharga.
Di dalam shahih Muslim dari Ibnu Mas'ud : " Bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Tidak akan masuk surga orang yang
ada di hatinya seberat biji dzarrah dari sifat sombong, maka seseorang berkata
: Sesungguhnya seseorang menyenangi pakaiannya bagus dan sendalnya
bagus, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya Allah
itu indah mencintai sesuatu yang indah, kesombongan itu berupa penolakan
kebenaran dan merendahkan manusia"27,28.
Catatan penting : Ibnu Hajar berkata : “ Dari konteks hadits-hadits diatas29
dapat diambil suatu ulasan bahwa kaitan sifat sombong dengan menyeret
24
HR. Al-Bukhari (5789), Muslim (2088) Ahmad (7574) dan Ad-Darimi (437).
25
HR. Muslim (2620), Ahmad (7335), Abu Daud (4090) dan Ibnu Majah (4174).
26
Syarah Shahih Muslim. Jilid 8 (16/148 – 149).
27
HR. Muslim (91) dan Ahmad (3779).
28
Fathul Baari (10/271).
pakaian untuk menjelaskan seringnya hal itu terjadi. Dan penolakan
kebenaran serta berjalan dengan kecongkakan adalah perkara yang tercela
walaupun bagi orang yang menyingsingkan lengan baju 30.
29
Hadits-hadits yang dia maksudkan adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang orang yang
menyeret pakaiannya karena kesombongan.
30
Fathul Baari (10/271).
31
HR. Ahmad (5631) lafazh sesuai periwayatan beliau dan Abu Daud (4029), Al-Albani
menghasankannya dengan no. (3399), dan Ibnu Majah juga meriwayatkannya (3606).
32
Syarah sunan Abu Daud jilid ke enam (11/50 – 51) dengan sedikit perubahan.
pakaian rendahan, dan di dalam hadits : "Barang siapa yang memakai
pakaian syuhrah Allah akan memakaikannya pakaian kehinaan" dan perkara
yang terbaik adalah perkara yang ada di pertengahan33.
33
Al-Fatawa (22/138).
34
HR. Abu Daud (4057) dan Al-Albani menshahihkannya dengan no. (3422), An-Nasaa'i (5144) dan
Ibnu Majah (3595).
35
HR. Muslim (2073).
36
HR. Al-Bukhari (5864), Muslim (2089), Ahmad (9709) dan An-Nasaa'i (5273).
37
HR. Al-Bukhari (2919) Muslim (2089) Ahmad (11821) At-Tirmidzi (1722) An-Nasaa'i (5310) Abu Daud
(4057) dan Ibnu Majah (3592).
38
HR. Al-Bukhari (5828) Muslim (2069) dan lafazh hadits ini sesuai periwayatan beliau, Ahmad (367)
An-Nasaa'i (5312) dan Ibnu Majah (2820).
Dibolehkan memakai emas – untuk pengobatan – bagi laki-laki karena
darurat, sebagaimana yang terjadi pada Arfajah radhiallahu ‘anhu, dari
Abdurrahman bin Tharfah bahwa kakeknya Arjafah bin As'ad hidungnya
terpotong di hari peperangan Al-Kullab, maka dia membuat hidung dari
daun namun daun itu berbau dan mengganggu dirinya, maka Nabi
memerintahkannya untuk mengganti dengan yang terbuat dari emas 39.
Masalah : Apakah boleh anak-anak memakai sutra?
Jawab : Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata : Adapun memakaikan sutra
bagi anak-anak, yang belum mencapai usia baligh, maka ada dua pendapat
yang populer di kalangan ulama, namun yang paling tepat dari kedua
pendapat tadi adalah pendapat yang mengatakan tidak bolehnya, karena
perbuatan apa yang haram diperbuat oleh laki-laki dewasa maka haram pula
pemakaiannya bagi anak kecil. Seseorang diwajibkan untuk menyuruh anak
kecil mengerjakan shalat ketika dia mencapai umur tujuh tahun, dan
memukulnya ketika dia mencapai umur sepuluh tahun, maka bagaimana bisa
halal baginya untuk memakai hal-hal yang haram.
Umar bin Al-Khaththab pernah melihat ada pada seorang anak kecil
anak dari Az-Zubair memakai pakaian dari sutra maka Umar merobek-robek
baju tersebut dan berkata : “ Janganlah kalian memakaikan mereka sutra. Dan
demikian pula Ibnu Mas'ud pernah merobek baju sutra yang ada pada
anaknya…40.
41
HR. Al-Bukhari (5787) Ahmad (10177) dan An-Nasaa'i (5330).
42
HR. Muslim (106) Ahmad (20811) At-Tirmidzi (1211) An-Nasaa'i (2564) Abu Daud (49087) Ibnu
Majah (2208) dan Ad-Darimi (2605).
43
HR. Ahmad (25972) Abu Daud (4117) sesuai lafazh haditsnya dan Al-Albani berkata : "shahih". At-
Tirmidzi (1733) An-Nasaa'i (5327) Ibnu Majah (3580) Malik (1700) dan Ad-Darimi (2644).
44
Fatawa As-Syaikh Ibnu Utsaimin (2/838).
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : "Barang siapa yang menyeret pakaiannya dengan
sombong Allah tidak akan melihat kepadanya di hari kiamat , Abu Bakar
berkata : “ Wahai Rasulullah sesungguhnya salah satu dari dua sisi sarung
saya menjulur ke bawah kecuali saya jaga hal itu dari isbal “, maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Kamu bukan orang yang
membuatnya karena sombong"45.
Kami katakan kepada orang yang beralasan tersebut : Kami
memperbolehkan bagi anda menjulurkan pakaian anda apabila anda telah
memenuhi tiga perkara : Pertama : Agar salah satu dari dua sisi sarungmu
menjulur ke bawah dan bukan dari seluruh sisi pakaian. Kedua : Agar anda
menjaga pakaian anda dengan mengangkatnya setiap kali terjatuh,
sebagaimana Abu Bakar radhiallallahu ‘anhu melakukannya, maka hal itu
bukan faktor kesengajaan dari anda.
Ibnu Hajar berkata : “Dalam riwayat Ahmad : "Sesungguhnya sarung
saya terkadang melorot", beliau berkata : Seakan-akan ikatannya lepas
apabila dia bergerak ketika berjalan atau yang lain tanpa adanya kesengajaan
darinya, apabila dia menjaga atas pakaian tersebut maka pakaiannya tidak
melorot kebawah karena setiap kali hampir melorot beliau mengencangkan
ikatannya. 46.
Ketiga : Nabi bersaksi bagi anda bahwa anda bukan termasuk orang
yang melakukannya karena sombong! Dan yang terakhir ini yang sekarang
ini telah tertiadakan dan tidak ada cara untuk mengadakannya.
Faedah : menyeret pakaian ada tiga macam :
Pertama : Menyeretnya karena sombong. Maka yang semacam ini Allah tidak
akan melihat kepadanya di hari kiamat.
Kedua : Menyeretnya karena maksud tertentu dan terus-menerus seperti itu,
dan bukan karena sombong namun hanya mengikuti kebiasaan manusia.
Maka ini terkena padanya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Kain
yang ada di bawah mata kaki dari pakaian maka tempatnya di neraka".47.
Ketiga : menyeretnya karena menghadapi suatu kejadian, dan tidak ada
padanya kesombongan, maka yang terakhir ini tidak apa-apa karena hal itu
pernah terjadi pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika
gerhana matahari : "Beliau bangkit dan menyeret pakaian beliau dengan
tergesa-gesa hingga beliau tiba di masjid"48.
Ibnu Hajar berkata : " Hadits ini menerangkan apabila menyeret
pakaian karena tergesa-gesa maka dia tidak termasuk dalam larangan…" 49.
Dan karena hal itu terjadi pada diri Abu Bakar sebagaimana yang telah kita
kemukakan tadi50.
45
HR. Al-Bukhari (5784) dan lafazh hadits sesuai periwayatannya, dan Muslim (2085) Ahmad (5328) At-
Tirmidzi (1730) An-Nasaa'i (5335) Abu Daud (4085) Ibnu Majah (3569) dan Malik (16696).
46
Fathul Bari (10/266).
47
HR. Al-Bukhari (5787) Ahmad (9063) dan An-Nasaa'i (5330).
48
HR. Al-Bukhari (5785) Ahmad (19877) dan An-Nasaa'i (1502).
49
Fathul Bari : (10/267).
50
Ini adalah ringkasan apa yang syaikh Muhammad bin As-Shalih Al-Utsaimain sebutkan di dalam
syarah beliau tentang kitab Al-Libas dari shahih Al-Bukhari (kaset nomer 2 side A).
8. Haramnya Wanita Menampakkan Perhiasannya Kecuali Kepada Mereka
Yang Allah Kecualikan :
Perhiasan wanita terbagi menjadi dua, perhiasan yang nampak
ataukah yang bathin, Allah ta'ala berfirman :
ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮙ ﮚ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ
… ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ
“ Dan katakanlah – wahai Muhammad – kepada kaum mukminaat, agar supaya
mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka. Dan agar
mereka tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali perhiasan yang nampak. Dan
hendaknya mereka menjulurkan jilbab mereka diatas pakaian mereka. Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka atau kepada
orang tua mereka atau kepada bapak-bapak suami mereka atau kepada anak-anak laki-
laki mereka … “ (An-Nur : 31)
Firman Allah : ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ " ﮗ ﮘDan janganlah mereka menampakkan
perhiasan mereka kecuali apa yang nampak dari mereka" yaitu pakaian yang
nampak yang berlaku di dalam adat kebiasaan yang seringkali mereka
kenakan, apabila pakaian tersebut bukan pakaian yang akan menyebabkan
timbulnya fitnah. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Sa'di berkata 51. Yang
tiada lain merupakan pakaian yang zhahir. Kemudian Allah ta'ala berfirman :
ﮙ " ﮗ ﮘDan Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka" yaitu yang
bathin kecuali kepada para suami-suami dan bapak-bapak dan anak-
anak….dst. Pakaian bathin adalah seperti wajah, leher, perhiasan dan dua
telapak tangan. Dan dari sini diketahui bahwa wajah termasuk bagian dari
perhiasan yang bathin yang haram bagi wanita muslimah untuk
menampakkannya kecuali kepada mereka yang Allah kecualikan di dalam
ayat.
Kemudian Allah ta'ala berfirman : ( ﯲ ﯳ ﯴ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹAn-
Nuur : 31) “Dan janganlah mereka memukul dengan kaki-kaki mereka agar diketahui
perhiasan mereka yang tersembunyi “. Yaitu :Janganlah mereka memukulkan ke
tanah dengan kaki-kaki mereka, agar berbunyi apa yang ada pada mereka
dari perhiasan, seperti gelang-gelang kaki dan selainnya, sehingga diketahui
perhiasan yang dimilikinya, sehingga menjadi wasilah/perantara kepada
fitnah52.
57
Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah nomer (5611) (6/179) dan nomer (2615) (6/183).
58
HR. Al-Bukhari (5854) Muslim (268) Ahmad (24106) At-Tirmidzi (608) An-Nasaa'i (421) Abu Daud
(4140) dan Ibnu Majah (401).
59
Syarah Shahih Muslim jilid kedua (3/131).
60
HR. Al-Bukari (5856) Muslim (2097) Ahmad (7753) At-Tirmidzi (1779) Abu Daud (4139) Ibnu Majah
(3616) dan Malik (1702).
61
HR. Muslim (2098) Ahmad (9199) dan An-Nasaa'i (5369).
Dan dari beliau radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : "Janganlah salah seorang dari kalian berjalan dengan
satu sandal hendaknya dia melepaskan keduanya atau memakai keduanya" 62.
Dan semua yang disebutkan agar diketahui hukumnya sebatas sunnah
dan tidak sampai derajat wajib, maka barang siapa yang menghadapi suatu
kejadian atau sandal atau sepatunya putus hendaknya dia berhenti sampai
dia memperbaiki sandalnya atau melepas sandal yang satunya dan
menyelesaikan perjalanannya. Tidak sepatutnya bagi seorang mukmin
menyelisihi larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun hanya
perkara yang makruh tidak sampai pada perkara yang haram.
Hendaknya seseorang itu membiasakan dirinya agar berada di atas petunjuk
Nabi bagi secara zhahir maupun secara bathin, dan agar meraih kemulian
ittiba’ yang hakiki.
Ketahuilah bahwa ulama menyebutkan beberapa sebab larangan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan satu sandal. An-Nawawi
berkata : “ Ulama berkata : Sebabnya karena hal itu perkara yang buruk dan
hukuman serta menyelisihi kewibawaan, karena memakai satu sandal
menjadikan yang satu menjadi lebih tinggi dari yang lainnya maka jalannya
menjadi susah bahkan hal itu menjadi sebab seseorang tergelincir 63 dan
selainnya.
Kemudian saya mendapati bahwa Syaikh Al-Albani rahimahullah
membawakan di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah hadits yang diriwayatkan
oleh At-Thahawi di dalam Musykil Al-Atsar : Dari hadits Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "
Sesungguhnya syaithan berjalan dengan mengenakan satu sandal" 64.
Berpedoman dengan hadits ini akan menjadi jelas bagi kita sebab larangan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari berjalan di atas satu sandal, dan
bahwa hal itu merupakan jalannya syaithan. Apabila hal itu telah shahih
dalam syariat Islam cukuplah bagi kita dari segala upaya untuk menguak
sebab dari larangan tersebut..
Faedah : termasuk perkara sunnah adalah bertelanjang kaki – kadang-
kadang- yaitu berjalan dalam keadaan tidak memakai alas kaki.
Dari Abu Buraidah radhiallahu ‘anhu bahwa salah seorang dari sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan perjalanan mengunjungi Fudhalah
bin Ubaid dan dia ada di Mesir. Lalu sahabat tadi tiba kepadanya dan berkata
: "Adapun saya tidak datang ziarah kepadamu akan tetapi saya dan kamu
saling mendengar satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya
harap ilmu ada padamu tentang hadits tersebut. Fudhalah berkata : Apakah
itu? Sahabat tadi berkata : Begini dan begitu. Sahabat itu berkata : Mengapa
saya melihat kamu dalam keadaan kusut sedangkan kamu adalah pemimpin
suatu daerah ? Fudhalah berkata : sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
62
HR. Al-Bukhari (5855) Muslim (2098) Ahmad (7302) At-Tirmidzi (1774) Abu Daud (4136) Ibnu Majah
(3617) dan Malik (1701).
63
Syarh shahih Muslim jilid 7 (14/62).
64
Al-Albani berkata setelah membawakan sanadnya : hadits ini sanadnya shahih dan perawinya
seluruhnya tsiqah dan merupakan para perawi yang dipergunakan oleh As-Syaikhani selain Ar-Rabi' bin
Sulaiman Al-Muradi dan dia perawi yang tsiqah. Lihat As-Silsilahtus Ash-Shahihah dengan no. (348)
(1/616-617).
‘alaihi wa sallam melarang kami dari sering bermewah-mewah. Sahabat tadi
berkata : Mengapa saya tidak melihat engkau memakai sepatu? Fudhalah
berkata : adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada
kami agar bertelanjang kaki sekali waktu"65.
65
HR. Ahmad (23449) Abu Daud (4160) lafazh hadits lafazh beliau dan Al-Albani menshahihkannya.
66
HR. At-Tirmidzi (1767) Abu Daud (4160) dan lafazh hadits lafazh beliau dan Al-Albani
menshahihkannya.
67
HR. Abu Daud (4023) dan lafazh hadits lafazh darinya, dan Al-Albani menghasankannya tanpa
adanya tambahan [dan yang akan datang] pada dua tempat. Dan Ad-Darimi (2690).
68
Al-Albani berkata : dan di dalam riwayat lain (baru). Shahih Ibnu Majah (3/188). Cet. Maktabah Al-
Ma'arif. Ar-Riyadh cetakan pertama untuk cetakan yang baru 1417 H.
Beliau berkata : “ Pakailah yang baru, dan hiduplah yang mulia dan matilah dalam
keadaan syahid"69.
Dan perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "Pakailah yang baru" : bentuk
perintah namun yang diinginkan dengannya adalah doa agar Allah berkenan
memberikan kepadanya rizki berupa pakaian baru70.
b. "Jikalau telah usang semoga Allah ta'ala menggantikannya".
Ummu Khalid bintu Khalid bin Sa'id meriwayatkannya dan berkata :
"Didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pakaian Khamishah
yang berwarna hitam yang kecil. Beliau bersabda : “Siapa menurut kalian
yang sesuai dengan pakaian ini ? “ Orang-orang yang ada semuanya terdiam.
Beliau berkata : “ Datangkan kepadaku Ummu Khalid ”. Maka didatangkan
kepada beliau Ummu Khalid maka beliau mengambil kain khamishah tadi
dan memakaikannya kepadanya dan bersabda : “ Kalaulah kain ini telah usang
semoga Allah menggantikannya.”
Dan pada kain tersebut gambar berwarna hijau atau berwarna kuning, beliau
berkata : wahai Ummu Khalid ini bagus, ini bagus (dalam bahasa
Habasyah)"71.
Abu Nadhrah berkata tentang hadits Abu Sa'id Al-Khudri –yang lalu- :
Apabila salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memakai pakaian baru maka dikatakan kepadanya : Apabila telah usang
semoga Allah ta'ala menggantikannya"72.
Faedah : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Ummu Khalid dengan
kunyahnya bukan dengan namanya, dalam hal ini adanya penjelasan tentang
perhatian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anak kecil dan baiknya
kelembutan beliau kepada mereka. Memanggil anak kecil yang laki-laki
maupun yang perempuan dengan kunyah sebagai pengganti nama mereka,
memberi kesan bagi mereka akan adanya perhatian kepada mereka dan
bahwa mereka juga memiliki derajat dan kedudukan sebagaimana orang
besar. Barang siapa yang mencoba hal ini akan mengetahui hal tersebut.
Catatan penting: Wajib untuk merealisasikan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam di dalam hal mendahulukan kanan, dan disini disunnahkan
mendahulukan bagian kanan ketika memakai sesuatu dan mendahulukan
kiri ketika melepas sesuatu.
69
HR. Ahmad (5588) Ibnu Majah (3558) dan lafazh hadits lafazhnya, dan Al-Albani menshahihkan
dengan no. (2879).
70
Lihat Syarah Sunan Ibnu Majah karya As-Sindi atas hadits ini (3558).
71
HR. Al-Bukhari (5833) Ahmad (26517) dan Abu Daud (4023).
72
HR. Abu Daud (4020) dan hadits ini penyempurna hadits Abu Sa'id Al-Khudri yang telah berlalu
penyebutannya.
73
HR. Ahmad (2220) Abu Daud (3061) Al-Albani berkata : "shahih", Ibnu Majah (1472) dan At-Tirmidzi
(994).
Dan dari jalan Samrah bin Jundab radhiallahu ‘anhu dia berkata : Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Pakailah dari pakaian kalian yang
putih karena pakaian putih itu lebih suci dan lebih baik, dan kafanilah pada
kain putih itu jenazah-jenazah kalian"74.
Dan yang berlawanan dengan putih Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang memakai pakaian mu'ashfar – pakaian yang diberi pewarna kuning
- dan pakaian yang dicelup dengan warna merah75.
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash dia berkata : "Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat saya mengenakan dua pakaian yang
mu'ashfar maka beliau berkata : sesungguhnya pakaian ini adalah pakaian
orang kafir maka janganlah kamu memakainya" dan di dalam lafazh yang
lain : Beliau berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat saya
mengenakan dua pakaian yang mu'ashfar. Maka beliau berkata : “Apakah
ibumu yang memerintahkan kamu memakai pakaian ini?”
Saya berkata : Saya akan mencuci keduanya. Beliau berkata : “Bahkan
bakarlah keduanya"76.
Perkataan beliau : "Apakah ibumu yang memerintahkan kamu memakai baju
ini?" maknanya bahwa pakaian ini termasuk pakaian wanita, seragam dan
akhlak mereka, adapun perintah untuk membakar dikatakan bahwa hal itu
adalah hukuman dan sikap keras dan teguran kepada Abdullah bin Amru bin
Al-Ash dan juga kepada selainnya dari semisal perbuatan ini, sebagaimana
An-Nawawi katakan77.
Dan terkadang larangan memakai mu'ashfar dikarenakan adanya bentuk
tasyabbuh (penyerupaan) kepada orang-orang kafir, dan hal ini lebih utama
untuk dibawakan kepadanya dikarenakan hadits yang menerangkan tentang
hal itu : "Sesungguhnya ini adalah pakaian orang-orang kafir maka janganlah
kamu memakainya".
Masalah : Bagaimana menggabungkan antara larangan memakai pakaian
yang dicelup dengan warna merah, dan dengan hadits yang shahih dalam
riwayat Al-Bukhari dari hadits Al-Barra' radhiallahu ‘anhu bahwa dia berkata
: " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk dengan menyilangkan kaki
beliau, dan saya melihat beliau memakai kain Hullah yang berwarna merah
dan saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus dari pakaian
tersebut"78 .
Jawab : Bahwa larangan tersebut berlaku bagi pakaian yang murni berwarna
merah, adapun apabila pada pakaian tersebut terdapat gambar dari warna-
warna lain maka hal itu tidak mengapa. Ibnu Hajar mengemukakan di dalam
Al-Fath tujuh pendapat tentang hukum memakai pakaian berwarna merah,
kami menyebutkan pendapat yang kami anggap mendekati kebenaran di
dalam masalah ini –dan pendapat ini adalah pendapat yang kuat-.
74
HR. Ahmad (19599) An-Nasaa'i (5322) Al-Albani menshahihkannya dengan no. (4915), dan Ibnu
Majah (35 67).
75
Al-Mu'ashfar : kain yang dicelup dengan celupan warna kuning. Dan Ibnu Hajar berkata : kebanyakan
dicelup dengan ashfar menjadi merah. (lihat Fathul Bari 10/318).
76
HR. Muslim (2077) dan lafazh hadits ini lafazh beliau, Ahmad (6477) dan An-Nasaa'i (5316).
77
Syarhu Muslim jilid ketujuh (14/45).
78
HR. Al-Bukhari (95901), Muslim (2337) Ahmad (1819) At-Tirmidzi (1724) An-Nasaa'i (5060) dan Abu
Daud (4183).
Beliau berkata : “ Larangan dikhususkan pada pakaian yang dicelup
seluruhnya, adapun yang ada padanya warna lainnya selain warna merah
seperti putih, hitam dan selain keduanya maka tidak mengapa, maka
berdasarkan pendapat ini, hadits-hadits yang menyebutkan kain hullah yang
berwarna merah digiring kepada makna ini, karena kain hullah Yaman
kebanyakannya memiliki garis-garis merah dan warna lainnya.
Ibnul Qayyim berkata : “ Sebagian ulama memakai pakaian yang dicelup
warna merah dan menyangka bahwa hal itu mengikuti sunnah, ini adalah
kekeliruan, karena kain hullah yang berwarna merah terbuat dari burdah
Yaman dan kain burdah tidak dicelup dengan warna merah polos79.
85
HR. Al-Bukhari (3561) dan Ad-Darimi (61).
86
HR. Al-Bukhari (1850) lafazh hadits dari lafazh beliau, Muslim (1206) Ahmad (1853) At-Tirmidzi (951)
An-Nasaa'i (1904) Abu Daud (3238) Ibnu Majah (3084) dan Ad-Darimi (1852).
87
HR. Al-Bukhari (5803) Muslim (1177) Ahmad (4468) At-Tirmidzi (833) An-Nasaa'i (2666) Abu Daud
(1823) Ibnu Majah (2932) Malik (717) dan Ad-Darimi (1758).
88
HR. Al-Bukhari (313) Muslim (938) Ahmad (20270) An-Nasaa'i (3534) Abu Daud (2302) Ibnu Majah
(2087) dan Ad-Darimi (2286).
yang sangat jelas di dalam sejumlah hadits dan adanya ancaman keras pada
perkara tersebut89.
Berdasarkan hadits Abu Musa Al-Asy'ari radhiallahu ‘anhu dia
berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : "Perempuan mana
pun yang memakai wangi-wangian dan melewati satu kaum yang mendapati
bau wangi wanita tersebut maka dia adalah wanita pezina"90.
Dan berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata :
"Seorang wanita menemuinya dan dia mendapati dari wanita tersebut bau
minyak wangi yang tertiup angin dan pada ujung kainnya, maka Abu
Hurairah berkata : Wahai hamba Al-Jabbar apakah kamu datang dari masjid?
Wanita itu berkata : Iya. Abu Hurairah berkata : Sesungguhnya saya
mendengar kekasihku Abu Al-Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak diterima shalat seorang wanita yang memakai wangi-wangian untuk
datang ke masjid ini sampai dia kembali dan mandi sebagaimana mandi
janabah"91.
89
Dan diantara perkara yang sebagian wanita meremehkannya –semoga Allah memberi hidayah
kepada mereka- adalah mereka berkendaran bersama supir-supir- yang ajnabi (yang bukan mahram)-
dan mereka dalam keadaan memakai wangi-wangian!, dan kami tidak tahu mereka anggap apa supir
itu? Apakah dia itu perempuan yang boleh berdua-duaan dengannya dan boleh memakai wangi-
wangian di sisinya, ataukah dia laki-laki –ajnabi (bukan mahram)- yang haram berada di sisinya
sebagaimana haramnya berada di sisi laki-laki ajnabi lainnya?.
90
HR. Ahmad (19248) An-Nasaa'i (5126) dan Al-Albani menghasankannya dengan no. (4737), Abu
Daud (4173) At-Tirmidzi (2786) dan Ad-Darimi (2646).
91
HR. Muslim (444) Abu Daud (4174) dan lafazh hadits ini lafazh beliau, Ahmad (7309) dan An-Nasaa'i
(5128).
92
HR. Ahmad (14436) An-Nasaa'i (5236) Abu Daud (4062) dan Ibnu Abdil Bar membawakan sanadnya
di dalam At-Tamhid (5/51), dan Ibnu Hajar berkata tentang hadits tersebut : Abu Daud dan An-Nasaa'i
mengeluarkannya dengan sanad hasan (Al-Fath 10/379-380). Dan Al-Albani menshahihkan riwayat Abu
Daud dan An-Nasaa'i.
93
HR. Abu Daud (4163) dan Al-Albani berkata : "hadits hasan shahih".
lebihan di dalam menghiasi dan memperhatikan rambut merupakan
kekhususan wanita.
Abdullah bin Mughaffal meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam Melarang bersisir kecuali kadang-kadang saja"94.
Dan dari Abu Humaid bin Abdurrahman dia berkata: saya pernah bertemu
salah seorang yang menemani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana Abu Hurairah menemani beliau selama empat tahun, sahabar
tersebut berkata : " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang salah
seorang dari kami untuk menyisir setiap hari"95.
Adapun mencukur rambut : Ketahuilah yang pertama bahwa yang
paling utama membiarkan rambut dalam keadaan terlepas sampai kedua
daun telinga sebagaimana itu adalah rambut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Al-Barra bin Azib radhiallahu ‘anhu berkata : " Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah seseorang yang berpundak bidang, yang jarak antara
pundak beliau jauh, dan rambut beliau yang mencapai daun telinga
beliau….al-hadits"
Pada riwayat Muslim : "Rambut beliau sangat lebat jummahnya96 sampai
pada daun di telinga beliau"97.
Dan mencukur rambut terkadang menjadi perkara yang wajib, atau haram,
atau sunnah atau mubah.
Hukum wajib mencukur habis rambut : Apabila seseorang dalam haji
dan umrah, dan orang yang melaksanakannya tidak dipendekkan
rambutnya, atau tergolong penyerupaan kepada gaya rambut selain orang
muslim….dan haram hukumnya mencukur rambut : Apabila tujuannya
untuk beragama atau beribadah selain ibadah haji dan umrah sebagaimana
yang diperbuat oleh sebagian orang-orang sufi … Sunnah mencukur rambut :
Apabila seorang kafir masuk islam –terlebih lagi apabila rambutnya tebal.
Atau apabila telah berlalu tujuh hari umur bayi yang lahir. Disunnahkan bagi
walinya untuk mencukur kepalanya dan bersedekah dengan timbangan
rambut tersebut.
Atau apabila rambut telah sangat panjang yang mana telah melewati kadar
rambut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam….dan disunnahkan mencukur
rambut kepala –juga- apabila orang yang mencukur menutup kegantengan
yang menjadi sumber fitnah sama saja apakah bagi laki-laki ataukah bagi
perempuan…..Dan diperbolehkan mencukur rambut : Apabila seseorang
tidak mampu memperhatikannya karena kesibukannya dengan urusan-
urusan lainnya dan urusan-urusan tersebut lebih penting daripada mencukur
rambut……(Al-Imam Ahmad berkata : “ Mencukur adalah Sunnah, kalau
kami sanggup tentunya kami akan amalkan , akan tetapi mencukur memiliki
94
HR. Ahmad (16351) At-Tirmidzi (1756) Abu Daud (4189) Al-Albani menshahihkannya. Dan An-
Nasaa'i (5055).
95
HR. An-Nasaa'i (5053) Abu Daud (28) Ibnu Hajar berkata : An-Nasaa'i mengeluarkannya dengan
sanad yang shahih". Dan Al-Albani menshahihkannya. Dan riwayat An-Nasaa'i dengan no. (4679).
96
Al-Jummah adalah bagian dari rambut kepala : apa yang terurai di atas pundak. (Lisan Al-Arab
12/107) bahasan: ج م م.
97
HR. Al-Bukhari (3551) Muslim (2337) Ahmad (18086) At-Tirmidzi (1723) An-Nasaa'i (5070) dan Abu
Daud (4183).
tanggungan dan beban). Dan boleh mencukur rambut kepala untuk
pengobatan98.
Perhatian : Telah nampak ditengah-tengah pemuda cukuran rambut diatas
keadaan yang syariat melarangnya, yaitu mencukur bagian kepala dan
membiarkan yang lainnya, dan cukur itu dikenal di dalam sisi syar'i dan
bahasa dengan cukur Al-Qaza'99.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma : Bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : "melarang dari perbuatan Al-Qaza') dan dalam
riwayat Muslim : " Saya berkata kepada Nafi' : Apakah Al-Qaza' itu? Dia
berkata : Mencukur sebagian kepala anak kecil dan membiarkan sebagian
lainnya"100.
Ibnul Qayyim berkata : “ Al-Qaza' ada beberapa macam : salah satunya
: mencukur satu bagian dari kepala dari sini dan sini. Diambil dari gumpalan
awan, yaitu yang bergumpal-gumpal. Kedua : mencukur tengahnya dan
membiarkan sisi-sisinya, sebagaimana penjaga geraja kaum nashara lakukan.
Ketiga : mencukur sisi-sisinya dan membiarkan tengahnya. Sebagaimana
kebanyakan dari rakyat jelata dan rendahan lakukan. Keempat : mencukur
bagian depan kepala dan membiarkan bagian akhir, dan semua macam tadi
masuk bagian dari Al-Qaza' wallahu a'lam.101.
Faedah : Disunnahkan bagi yang ingin mencukur rambutnya pertama-tama
hendaknya memulai dari sisi kanan dari rambut kemudian yang kiri. Yang
demikian itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
"Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Mina, kemudian
mendatangi Al-Jumrah dan melontar Jumrah, kemudian mendatangi rumah
beliau di Mina dan menyembelih kurban, kemudian berkata kepada tukang
cukur; ambillah seraya menunjuk kepada sisi kanan kepala, kemudian sisi
kiri, maka mulailah beliau memberikan pelajaran kepada manusia lainnya" 102
103
Tafsir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan. (6/222-223).
104
Al-Bukhari (5892).
105
Al-Bukhari (5893).
106
Muslim (259)/54.
107
Muslim (259)/55.
Sebagian ulama mengulas pembahaan tentang mengambil sebagian
dari jenggot panjang dan lebarnya, berpegang dengan atsar para salaf yang
mulia, akan tetapi lafazh-lafazh yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sangat jelas dan cukup untuk masalah ini, dan hujjah ada pada
perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pada perkataan
atau perbuatan sahabat dan pengikut beliau.
Pendapat yang terpilih adalah membiarkan jenggot sesuai
keadaannya, dan agar tidak memendekkannya sesuai hukum asalnya, dan
pendapat yang terpilih di dalam masalah kumis adalah tidak
menghabiskannya dan menyisakan sedikit pada ujung bibir. Wallahu a'lam,
Demikian dikutip dari perkataan An-Nawawi108.
108
Syarah Muslim jilid ke dua (3/123).
109
HR. Al-Bukhari (5899) Muslim (21003) Ahmad (7233) An-Nasaa'i (5069) Abu Daud (4203) dan Ibnu
Majah (3621).
110
HR. Muslim (2102) Ahmad (1399) An-Nasaa'i (5076) Abu Daud (4204) dan Ibnu Majah (3624).
111
Al-Adaab As-Syar'iyyah (3/334-335).
112
Al-Adaab As-Syar'iyyah (3/336).
Di dalam hadits Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha tentang wanita
yang ditinggal mati suaminya mengeluhkan matanya, maka para sahabat
menyampaikan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mereka pun menyebutkan tentang celak113 yaitu sebagai pengobatan
untuknya.
Dan di dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Pakailah pakaian kalian
yang putih karena hal itu sebaik-baik pakaian kalian, dan kafanilah
dengannya jenazah-jenazah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik celak
kalian adalah Al-Itsmid114, menerangkan penglihatan dan menumbuhkan
rambut"115. Sunnah ketika memakainya dengan witir (ganjil), yaitu bercelak
pada mata kanan tiga kali dan pada mata kiri tiga kali, atau pada mata kanan
dua kali dan mata kiri satu kali maka semuanya menjadi ganjil atau
kebalikannya atau lebih banyak lagi selama jumlahnya ganjil. Ibnu Hajar
menguatkan pendapat yang pertama116.
Catatan : Tidak sepantasnya laki-laki menjadikan celak sebagai penghias,
karena laki-laki itu adalah yang menuntut wanita berhias bukan yang
dituntut berhias, bukan dari sifat kejantanan seorang laki-laki berhias
sebagaimana wanita berhias, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyenangi Al-itsmid karena padanya ada beberapa faedah beliau bersabda :
"Pakailah Al-Itsmid karena dia dapat menumbuhkan rambut dan dapat
menghilangkan kotoran mata dan menjernihkan pandangan" 117. Adapun laki-
laki menjadikannya untuk memperindah penampilan dan sebagai penghias
kedua mata maka tidak boleh.
113
Lihat Al-Bukhari (5707) dan Muslim (1489).
114
Al-Itsmid : adalah batu yang sudah dikenal yang berwarna hitam dipukulkan ke Al-Humrah, yang ada
di negeri Al-Hijaz yang paling baik yang di datangkan dari Ashbahan. Ibnu Hajar menjelaskannya di
dalam Al-Fath (10/167).
115
HR. Ahmad (2048) Abu Daud (3878) Al-Albani menshahihkannya, At-Tirmidzi (1757) dan Ibnu Majah
(3497).
116
Lihat Fathul Baari (10167).
117
HR. Ibnu Abi Ashim dan At-Thabrani. Ibnu Hajar berkata : "sanadnya hasan". (Fathul Bari : kitab At-
Tibb 10/167).
(tato)118, An-Namash119, At-Tafalluj120 untuk dilihat bagus, dan al-washal121.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu ‘anhu dia berkata : "Allah melaknat al-
wasyimaat, al-muwasysyimaat, al-mutanammishaat, al-mutafallijaat agar
terlihat bagus, yang merubah ciptaan Allah. Hal itu sampai kepada seorang
perempuan dari bani Asad yang dipanggil dengan Ummu Ya'quub, dia pun
datang dan berkata : “Sesungguhnya telah sampai kepada saya bahwa
engkau melaknat ini dan itu.” Maka Abdullah bin Mas'ud berkata :
“Mengapa saya tidak melaknat orang yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dan orang yang ada di dalam kitab Allah.” Maka wanita itu berkata :
“Sungguh saya telah membaca ayat-ayat yang ada di antara dua lembaran ini
namun saya tidak mendapatkan padanya apa yang kamu katakan.” Abdullah
bin Mas'ud berkata : “Apabila kamu membacanya niscaya kamu akan
mendapatkannya, tidakkah kamu membaca “ ﭽ ﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﭼDan
setiap yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kalian
maka ambillah dan setiap yang beliau larang atas kalian maka kalian berhentilah “
( Al-Hasyr : 7 ).
Wanita itu berkata : Benar. Abdullah bin Mas'ud berkata : sungguh
beliau telah melarang hal itu.
Wanita itu berkata : Sungguh aku melihat sangat celaka apa yang mereka
lakukan. Abdullah bin Mas'ud berkata : Pergilah dan lihatlah.
Wanita itu pergi dan melihat namun dia belum melihat suatu pun dari
hajatnya. Abdullah berkata : Kalaulah dia itu demikian saya tidak
menggaulinya" dan lafazh Muslim : "Allah melaknat Al-Wasyimah, Al-
Mustausyimah, An-Namishaat, Al-Mutanammishaat, dan Al-Mutafallijaat agar
terlihat bagus dengan merubah ciptaan Allah…al-hadits "
118
Al-Wasyam (tato) di tangan, yang demikian itu karena wanita menusuk punggung telapak tangannya
dan pergelangan tangan dengan jarum atau dengan jarum besar sehingga berbekas padanya,
kemudian dia mengisinya dengan celak atau dengan an-nil atau an-niyyil atau dengan an-nu'ur (asap
minyak) maka bekasnya menjadi biru atau hijau. (Lisan Al-’Arab : 12/638) Bahasan :و ش م.
Al-mustausyimah adalah wanita yang meminta tato dari selainnya.
119
An-namash : mencabut rambut, namasha sya'rahu yanmashahu namshan : yaitu mencabutnya…dan
an-namishah : wanita yang menghiasi wanita lainnya dengan an-namash. Dan di dalam hadits : wanita-
yang mencabut bulu wajah dan yang dicabutkan dilaknat Allah; Al-Farraa'u berkata : an-namishah
adalah yang mencabut rambut dari wajah, dan dari makna ini dikatakan kepada tukang lukis/ukir
minmash, karena dia mencabutnya dengan lukisan/ukiran itu, dan al-mutanammishah : yang melakukan
hal tersebut dengan dirinya sendiri. (Lisan Al-’Arab : 7/101) Bahasan :ن م ص.
120
Faljul Asnan : gigi saling berjauhan….rajulun aflaj apabila seorang laki-laki pada gigi-giginya ada
yang terpisah, dan ini juga bentuk At-Taflij. (At-Tahdzib) : dan Al-Falj yang ada diantara gigi adalah
saling berjauhannya apa yang ada diantara gigi seri dan gigi ruba'iyyah dari asal penciptaannya, dan
apa bila salah seorang itu berusaha untuk membuat seperti itu maka itu adalah At-Taflij….dan di dalam
al –hadits : sesungguhnya Allah melaknat al-mutafallijat (wanita yang mengukir giginya) untuk
membaguskan penampilan : yaitu wanita yang melakukan hal tersebut karena ingin terlihat bagus.
(Lisan Al-’Arab : 2/346-347 dengan sedikit perubahan) Bahasan :ف ل ج
121
Al-Washilah dari kalangan wanita : yang menyambung rambutnya dengan rambut selainnya, dan al-
mustaushilah : wanita yang meminta hal itu dan dia yang melakukan hal itu juga. Dan didalam al-hadits:
bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat Al-washilah dan al-mustaushilah. Abu Ubaid
berkata : hal ini ada pada rambut, dan yang demikian itu karena wanita menyambung rambutnya
dengan rambut selainnya adalah bentuk penipuan/kedustaan. (Lisan Al-’Arab : 11/727) Bahasan : و ص
ل
Dan dalam riwayat Al-Bukhari dan selainnya dari Abdullah "Allah melaknat
Al-Washilah"122.
Keterangan yang jelas pada hadits-hadits tadi di dalam masalah ini
dan kerasnya ancaman hal tersebut, namun banyak dari wanita melakukan
hal itu atau melakukan sebagiannya, dan tidaklah hal ini terjadi kecuali
karena lemahnya iman, dan jikalau tidak maka manusia yang mana yang
mau menghinakan dirinya dan menyerahkan dirinya kepada kemurkaan Al-
Jabbar (dzat yang maha perkasa)! Ya Allah sesungguhnya kami memohon
kepadamu keselamatan dan kesehatan di dalam agama dan dunia kami.
Catatan penting : Tidaklah laknat ini khusus untuk wanita, bahkan masuk
padanya laki-laki apabila mereka menyambung rambut, mentato,
menyambung rambut dan mengukir gigi untuk terlihat bagus! Atau mereka
meminta kepada selain mereka untuk melakukan salah satu dari hal tersebut
kepada mereka. Dan pengkhususan laknat bagi wanita hanya karena
kebanyakan hal itu ada pada mereka wanita sebagaimana pada perkara
meratap, wallahu a'lam.
HR. Al-Bukhari (4886) (4877) Muslim (2125) Ahmad (3935) An-Nasaa'i (5099) At-Tirmidzi (2782) Abu
122