You are on page 1of 12

PENGONTROL PERANGKAT LISTRIK MENGGUNAKAN

MIKROKONTROLER AT89S51

Asri Agustian1
Busono S.2
1,2
Jurusan Sistem Komputer
Universitas Gunadarma
Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424

ABSTRAK

Umumnya lampu di dalam rumah masih menggunakan saklar analog, sehingga pemilik
rumah harus menyalakan dan mematikan lampu secara manual. Akan tetapi dengan
adanya rangkaian pengontrol perangkat listrik, pemilik rumah dapat mengontrol lampu
dengan pewaktuan menyala dan mati lampu secara otomatis sesuai dengan kebutuhan.
Proses otomatisasi tersebut dikontrol menggunakan pemrograman mikrokontroler
sehingga dapat mengerakan relay dan mengontrol lampu. Rangkaian ini dapat
mengontrol sebanyak 8 buah lampu. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa rangkaian ini bekerja dengan baik karena pemprograman pada
rangkaian untuk waktu menyala dan mati menghasilkan selisih yang kecil (beberapa
detik) dibandingkan dengan waktu yang ditunjukkan oleh jam dinding.

Kata kunci : rangkaian, pengontrol, mikro kontroler, listrik

PENDAHULUAN

Pada umumnya perangkat listrik yang berbasis analog masih digunakan untuk perangkat
listrik elektronika sederhana. Perangkat analog tersebut biasanya masih menggunakan
saklar analog untuk mengaktifkan dan mematikannya, contohnya setiap lampu di dalam
rumah masih dikontrol oleh saklar di dinding. Akan tetapi hal tersebut sudah ketinggalan
zaman dengan munculnya konsep rumah pintar, yaitu sebuah rumah dengan perangkat
listrik yang dikontrol secara otomatis.

Konsep rumah pintar diwujudkan melalui mekanisme otomatisasi kerja setiap


perangkat listrik. Kini pemilik rumah tidak lagi disibukkan dengan tugas yang
menjemukan seperti menyalakan lampu saat hari sudah gelap dan mematikannya jika hari
sudah terang, karena semua itu dapat dilakukan melalui perangkat otomatisasi
menggunakan mikrokontroler yang merupakan suatu terobosan teknologi mikroprosesor
dan mikrokomputer yang hadir untuk memenuhi kebutuhan pasar dan teknologi baru.
Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor lebih
banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi dalam jumlah
banyak membuat harganya lebih murah (dibandingkan mikroprosesor).

Perangkat otomatisasi pada mikrokontroler merupakan sebuah sistem kontrol yang


diwujudkan melalui bahasa pemrograman yang dimasukan ke dalam mikrokontroler
tersebut.
LANDASAN TEORI

Konsep PerancanganSistem

Perancangan secara Perangkat Keras

Dalam komunikasi data terdapat beberapa faktor elemen yang ikut terlibat dalam proses
komunikasi, yaitu sumber, pengirim, penerima, dan tujuan. Sumber adalah pembangkit
data sehingga dapat ditransmisikan, yang direpresentasikan oleh mikrokontroler. Data
yang dibangkitkan oleh sumber biasanya tidak ditransmisikan dalam bentuk aslinya.
Sebuah transmitter selain mengirim juga berfungsi untuk memodulasi sinyal. Penerima
mempunyai fungsi kebalikan dari sebuah transmitter, yaitu menerima sinyal yang dikirim
dan melakukan demodulasi terhadap sinyal sehingga dapat dimengerti oleh tujuan. Tujuan
berfungsi mengolah data yang diterima. Tujuan juga berfungsi melakukan pemeriksaan
kesalahan.

Ketika sebuah mikroprosesor berkomunikasi dengan dunia luar atau dengan


mikroprosesor lain, data dikirim dalam ukuran byte per byte. Pada beberapa sistem 8-bit
data tersebut langsung dikirim dalam sebuah bus data. Hal ini lah yang disebut tipe data
paralel. Sistem data paralel memiliki beberapa kelemahan. Selain rumitnya jalur, karena
untuk setiap bit data memakan satu jalur data bus, maka dalam pengkabelan data paralel
bisa dikatakann cukup merepotkan, meskipun pemakaiannya sederhana. Sedangkan pada
komunikasi serial, jalur data yang dibutuhkan hanya satu, dimana data dikirim secara
diskrit, berurut, disertai beberapa bit tambahan.

Secara umum, rangkaian pengendali dirancang seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 1. Standar sinyal komunikasi yang banyak digunakan adalah standar RS232 yang
dikembangkan oleh Electronic Industry Association and the Telecommunications Industry
Association (EIA/TIA) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962. Ini terjadi jauh
sebelum IC TTL populer sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan level
tegangan IC TTL. Peralatan yang menggunakan media port serial untuk berkomunikasi
dibagi dalam dua kelompok yaitu standar yang menyangkut komunikasi data antara
komputer yang biasa disebut Data Terminal Equipment (DTE) contohnya terminal di
komputer, dan alat pelengkap komputer yang biasa disebut Data Communication
Equipment (DCE) seperti modem, plotter, dan lain-lain.

Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut:
1. “Space”/logika 0 adalah tegangan antara +3 hingga +25 volt.
2. “Mark”/logika 1 adalah adalah tegangan antara -3 hingga -25 volt.
3. Daerah tegangan antara -3 volt hingga +3 volt adalah invalid level, yaitu daerah
tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian
juga, level tegangan lebih negatif dari -25 volt atau lebih positif dari +25 volt juga harus
dihindari karena tegangan tersebut dapat merusak line driver pada saluran RS232
4. Arus hubungan singkat tidak boleh melebihi 500 mA.
Gambar 1. Diagram Blok Perancangan Secara Umum

METODE PENELITIAN

Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan adalah komputer, kabel, RS232, rangkaian MAX232, mikrokontroler,
saklar, resonator kristal, kapasitor, LED, relay, switch manual, regulator, dan lampu.
Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa Assembler dan Visual Basic.

Prosedur Percobaan

Perancangan Perangkat Keras

Pengguna merancang program perakit (assembler) untuk dimasukkan ke dalam


mikrokontroler sebagai pusat pengolahan dari semua proses yang terdapat didalam
mikrokontroler tersebut. Untuk mengatur data agar data dapat diubah, digunakan program
Visual Basic yang dimasukkan dengan menggunakan komunikasi serial. Setelah kedua
program tersebut dimasukkan ke dalam mikrokontroler maka perangkat mikrokontroler
dapat bekerja dan mengaktifkan relay melalui relay driver sehingga peralatan yaitu berupa
delapan buah lampu penerangan dapat menyala dan mati sesuai dengan data yang sudah
diatur yang terdapat pada mikrokontroler secara otomatis. Catu daya digunakan untuk
memberikan suatu tegangan pada komunikasi serial dan mikrokontroler yaitu sebesar +5
volt stabil dan relay driver sebesar +12 volt.

Perancangan rangkaian ini terdiri dari beberapa blok diagram di antaranya


komunikasi serial, mikrokontroler AT89S51, relay, penggantian manual, dan peralatan,
dan regulator.
Rangkaian komunikasi serial terdiri dari RS232 dan sebuah IC tambahan MAX232
yaitu suatu piranti yang digunakan untuk mengubah atau lebih tepatnya mengkonversi
tegangan TTL dan RS232 dan sebaliknya. Sebagaimana diketahui dalam dunia komputer
tegangan tingkat RS232 sangat jauh berbeda dengan tingkat TTL. Jika TTL bekerja dengan
tegangan antara 0 sampai dengan 5 volt, dengan tegangan sekitar 0 volt dianggap sebagai
logika ‘0’ dan tegangan sekitar 5 volt sebagai logika ‘1’, sedangkan untuk tingkat RS232
tegangan kerjanya antara -15 sampai +15 volt dan cara menterjemahkan logika ‘0’ dan
‘1’-nya sangat berbeda, untuk itu diperlukan suatu piranti khusus yang digunakan untuk
melakukan konversi tingkat tegangan TTl dan RS232. Adapun penggunaan kapasitor di
dalam rangkaian MAX232 pada C1 (pin1 di kaki positif dan pin3 di kaki negatif)
digunakan sebagai pengganda voltase tegangan dari +5V menjadi +10 volt sedangkan
penggunaan C2( pin4 pada kaki positif dan pin5 pada kaki negatif) berfungsi untuk
pengubah voltase dari +10V menjadi -10V) .

Komunikasi port serial berfungsi untuk mentransmisi data dari komputer ke dalam
mikrokontroler. Adapun alasan penggunakan port serial ialah karena di dalam
mikrokontroler AT89S51 sudah dilengkapi dengan SCI (Serial Communication Interface)
yang dapat berkomunikasi dengan port serial komputer, dan dibutuhkan jumlah kabel yang
lebih sedikit, bisa hanya menggunakan tiga kabel, yaitu saluran transmit data, saluran
penerimaan data, dan saluran dasar sehingga dirasakan lebih hemat.

Mikrokontroler digunakan untuk mengontrol peralatan secara otomatisasi. Semua


mikrokontroler memiliki osilator on-chip, yang dapat digunakan sebagai sumber detak ke
Unit Pengolah Pusat (UPP). Untuk itu digunakan sebuah resonator kristal di antara
kaki-kaki XTAL1(19) juga XTAL2(18) yang ditambahkan dengan kapasitor pada kakinya
dan kemudian dihubungkan ke dasar.

Di dalam rangkaian ini juga terdapat saklar yang dihubungkan ke kaki 9 (RST)
pada mikrokontroler yang berfungsi untuk mengatur semua data mikrokontroler ke posisi
awal (kembali ke data standar) apabila mikrokontroler telah mengalami perubahan data.
Adapun LED11 pada port P3.7 digunakan sebagai indikator untuk memberitahukan bahwa
mikrokontroler sedang melakukan proses otomatisasi sedangkan LED10 pada port P3.6
sebagai indikator untuk memberitahukan pewaktuan persatu detik.

Relay pada rangkaian ini terdiri dari IC3ULN 2803 sebagai relay driver, relay 12
volt dan dengan penambahan LED yang berfungsi sebagai indikator atau tanda lampu
mana saja yang sedang menyala. IC3ULN 2803 digunakan sebagai penggerak relay di
mana keluaran dari mikrokontroler AT89S51 dengan logika satu akan berubah menjadi 0
setelah melalui IC tersebut, hal itu menyebabkan led indicator menyala dan relay dapat
berfungsi sebagai saklar untuk mengontrol lampu. Relay tersebut bekerja pada kondisi
yang secara normal terbuka, yaitu apabila diberikan arus listrik akan tertutup sehingga
dapat difungsikan sebagai saklar otomatis yang bisa menyalakan lampu. Dioda pada blok
rangkaian ini digunakan sebagai dioda pelindung pada relay driver .

Rangkaian pengganti manual digunakan sebagai tambahan yang dimaksudkan


untuk merubah kondisi dari relay pada saat keadaan darurat yaitu suatu keadaan yang tidak
memungkinkan untuk melakukan perubahan data melalui serial port. Pengganti ini bekerja
dengan penambahan suatu resistor penuh sehingga bekerja pada kondisi aktif rendah
dengan kata lain apabila saklar ditekan kemudian dilepaskan maka akan menghasilkan
logika 0 sehingga dapat mengaktifkan penggantian.

Sedangkan pendukung merupakan suatu alat yang dapat dikontrol oleh rangkaian
secara otomatis yaitu peralatan listrik dalam bentuk AC maupun DC, yang dalam hal ini
digunakan adalah delapan buah lampu AC.

Rangkaian regulator berfungsi untuk memastikan keluaran tegangan yang


dibutuhkan oleh komunikasi serial dan mikroprosesor sebesar +5V stabil sedangkan untuk
relay driver dan relay digunakan +12V. Blok generator ini membatasi aliran arus yang
mengalir menuju voltase referensi pada nilai yang konstan tanpa memperdulikan
berapapun tegangan masukan yang diberikan. Pembatasan arus dibutuhkan agar voltase
referensi tidak rusak. Voltase referensi merupakan sirkuit yang menghasilkan nilai
tegangan referensi yang besarnya sama dengan nilai yang tertera pada regulator, dan
bersifat konstan berapapun nilai tegangan input. Pada rangkaian ini voltase referensi yang
dimaksudkan berarti komunikasi serial dan mikroprosesor yang digunakan.

Perancangan Perangkat Lunak

Pemprograman dengan Assembler

Program Assembler digunakan sebagai jantung dari seluruh program yang ada karena
semua pusat pengolahan proses mikrokontroler.
Gambar 2: Diagram Alur Pemrograman Assembler

Pertama-tama program akan melakukan proses inisialisasi, setelah itu program


akan memeriksa apakah terdapat masukan dari saklar. Jika terdapat masukan dari saklar
maka proses akan memproses hasil dari inputan terlebih dahulu dan mengirimkannya ke
led dan relay sebagai keluaran baru menuju pada interupsi yang mikrokontroler kerjakan
(interupsi pewaktuan atau interupsi serial), sedangkan apabila tidak ada masukan, saklar
langsung menuju ke interupsi yang mikrokontroler kerjakan tersebut.

Pada saat mengerjakan interupsi pewaktuan, program akan memeriksa data per
menit. Apabila sudah satu menit, program akan memeriksa data di RAM yang kemudian
akan memeriksa kesesuaian data. Otomatisasi akan diaktifkan apabila data sudah sesuai
dan mengirimkannya ke led dan relay, sedangkan apabila data tidak sesuai akan menuju
pada interupsi serial.
Dalam pengerjaan interupsi serial, ada 3 kemungkinan, yaitu proses kirim data,
terima data, dan pengubahan otomatisasi.

Pemprograman dengan Visual Basic Program


VB ini digunakan untuk mengisi data pada RAM sehingga data yang dimasukan melalui
komunikasi serial ke dalam mikrokontroler dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan.
Adapun gambaran dari proses pemprograman pada flowchart Visual Basic sesuai dengan
Gambar 3 adalah sebagai berikut:
Gambar 3: Diagram Alur Pemrrograman Visual Basic

Program melakukan proses inisialisasi data standar yang sudah terdapat di dalam
program assembler, setelah itu melakukan “open com port”

Di dalam program ini terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan yaitu proses
edit data, pengubahan otomatisasi, pengiriman data juga pemeriksaan data . Pada proses
edit data, dapat dilakukan perubahan untuk data standar yang sudah terdapat sebelumnya
dan menyimpan perubahan data tersebut. Penghapusan data dapat dilakukan dengan proses
hapus yang terdapat dalam program, sedangkan jika menginginkan proses batal maka
dapat dilakukan pembatalan pada perubahan data. Proses perubahan otomatisasi dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan perubahan status pada program dari otomatis
menjadi tidak ataupun sebaliknya. Proses pengiriman data dalam VB akan mengirimkan
data sesuai yang diinginkan ke dalam mikrokontroler. Proses pemeriksaan data dilakukan
pada data yang terdapat pada mikrokontroler. Setelah VB menerima data dari
mikrokontroler maka data dari mikrokontroler dapat ditampilkan di dalam program VB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan Alat
Pengoperasian Rangkaian

Mikrokontroler terlebih dahulu diunduh menggunakan program assembler yang terdapat


pada L-3 dengan cara menulis program di dalam teks editor. Teks editor yang digunakan
adalah notepad. Program kemudian disimpan dengan ekstensi .ASM. Ruang perintah
pada sintaks ASM51_nama file ditekan, lalu dikompilasi menggunakan ASM51.EXE.
program yang sudah dikompilasi dikirim ke dalam mikrokontroler dengan cara membuka
ISP30.EXE, maka akan tampil formulir seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4: Tampilan ISP30.EXE

Tombol “open file” ditekan, lalu tombol Hex dipilih, setelah itu memilih
mikrokontroler dan menekan tombol “write” dan menunggu sampai program menyatakan
bahwa program telah selesai dilaksanakan. Proses pengunduhan ini menggunakan port
paralel dengan gambar rangkaian seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5: Rangkaian pendownloaderan IC AT89S51

Setelah proses pengunduhan selesai, rangkaian dimasukkan ke dalam rangkaian


pengontrol perangkat listrik menggunakan mikrokontroler AT89S51, setelah itu port serial
dihubungkan dengan konektor DB-9 dan UPP komputer.

Pengaturan data dilakukan dengan membuka program VB yang terdapat pada L-10.
Program dijalankan dengan menekan tombol “start” yang terdapat pada toolbar di VB.
Pengaturan kedelapan lampu dilakukan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada VB
akan muncul tampilan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Tabel 1. Pengaturan Lampu


Lampu Nyala Mati
0 Pukul 00:15 Pukul 02:15
1 Pukul 02:00 Pukul 04:00
2 Pukul 00:30 Pukul 02:30
3 Pukul 01:45 Pukul 03:45
4 Pukul 00:45 Pukul 02:45
5 Pukul 01:30 Pukul 03:30
6 Pukul 01:00 Pukul 03:00
7 Pukul 01:15 Pukul 03:15
Gambar 6: Tampilan VB

Data bisa dikontrol dengan menekan tombol yang terdapat di dalam VB tersebut.
Apabila menginginkan pengeditan data standar tinggal menekan tombol edit dan apabila
ingin menyimpan data baru tersebut cukup dengan menekan tombol simpan. Sedangkan
tombol hapus digunakan untuk menghapus data yang ada, tombol aktifkan dan matikan
digunakan untuk mengaktifkan dan mematikan otomatisasi sedangkan kirim digunakan
untuk proses pengiriman ke dalam mikrokontroler dan cek data digunakan untuk proses
pemeriksaan data dari mikrokontroler.

Setelah proses kirim pada VB dijalankan, kabel konektor DB-9 dicabut, kemudian
alat tersebut dapat dijalankan dengan cara menghubungkan kabel yang terdapat pada
rangkaian ke dalam steker.

Hasil Uji Coba Rangkaian

Dari 8 lampu yang terdapat pada rangkaian masing-masing memiliki satu data yang
digunakan untuk membuktikan suatu proses otomatisasinya. Data tersebut berupa jam dan
menit baik pada saat waktu lampu menyala maupun pada saat lampu mati. Adapun hasil
dari uji coba rangkaian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Coba Rangkaian


Berdasarkan Setting Hasil Percobaan
No Lampu Keterangan
Nyala Mati Nyala Mati
1 0 0:15:00 2:15:00 0:15:01 2:15:05 Nyala lebih 1 detik dan
mati lebih 5 detik dari
data setting
2 1 2:00:00 4:15:00 2:00:04 4:15:07 Nyala lebih 4 detik dan
mati lebih 7 detik

3 2 0:30:00 2:30:00 0:30:02 2:30:05 Nyala lebih 2 detik dan


mati lebih 5 detik

4 3 1:45:00 3:45:00 1:45:04 3:45:06 Nyala lebih 4 detik dan


mati lebih 6 detik

5 4 0:45:00 2:45:00 0:45:02 2:45:05 Nyala lebih 2 detik dan


mati lebih 5 detik

6 5 1:30:00 3:30:00 1:30:07 3:30:06 Nyala lebih 7 detik dan


mati lebih 6 detik

7 6 1:00:00 3:00:00 1:00:03 3:00:06 Nyala lebih 3 detik dan


mati lebih 6 detik

8 7 1:15:00 3:15:00 1:15:03 3:15:06 Nyala lebih 3 detik dan


mati lebih 6 detik

Bila terjadi sumber PLN padam, maka semua lampu akan padam. Setelah sumber
PLN menyala kembali maka semua lampu akan menyala sesuai dengan data standar yang
tersimpan di dalam mikrokontroler dengan perhitungan waktu dimulai dengan kondisi
pewaktuan pada pukul 00:00. Sebagai contoh lampu 0 akan menyala 15 menit setelah PLN
menyala dan mati 2 jam kemudian, lampu 1 akan menyala 2 jam setelah PLN menyala dan
mati 2 jam 15 menit kemudian, lampu 2 akan menyala 30 menit setelah PLN menyala dan
mati 1 jam kemudian, lampu 3 akan menyala 1 jam 40 menit setelah PLN menyala dan
mati 2 jam kemudian, lampu 4 akan menyala 45 menit setelah PLN menyala dan mati 2
jam kemudian, lampu 5 akan menyala 1 jam 30 menit setelah PLN menyala dan mati 2 jam
kemudian, lampu 6 akan menyala 1 jam setelah PLN menyala dan mati 2 jam kemudian,
lampu 7 akan menyala 15 menit setelah PLN menyala dan mati 2 jam kemudian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rangkaian ini dapat mengontrol delapan buah lampu penerangan dan masing-masing
lampu memiliki satu data otomatisasi waktu nyala dan mati. Lampu menyala dan padam
otomatis sesuai dengan program yang dimasukan ke dalam mikrokontroler AT89S51.
Pengaturan waktu nyala dan mati rangkaian berbeda dengan pewaktuan menggunakan jam
rumah beberapa detik (waktu tunda).

Saran
Rangkaian ini mampu mengontrol perangkat listrik berupa dua buah lampu penerangan
secara otomatis dengan baik, akan tetapi rangkaian ini juga memiliki kelemahan yaitu
apabila terjadi sumber AC padam maka lampu akan padam dan pada saat menyala kembali
otomatisasi pewaktuan menyala dan padamnya lampu tersebut kembali ke data standar
yang diatur pada mikrokontroler dan perhitungan pewaktuannya dimulai dari awal yaitu
pukul 00:00, hal itu dapat diatasi dengan penambahan IC EPROM untuk penyimpanan data
dari VB juga ditambahkan sistem waktu riil pada perangkat keras agar pewaktuan bisa
lebih akurat dan mikrokontroler tetap bekerja meskipun sumber PLN mati.
.
Untuk mengatasi memory ROM internal penuh, maka bisa ditambahkan ROM
eksternal (2764). Untuk mengatasi pengaturan data ulang, perlu ditambahkan baterai/UPS
pada mikrokontroler AT89S51 tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Afgianto Eko Putra, Belajar Mikrokontroler AT89S51/52/55 Teori dan Aplikasi, Gava
Media, Yogyakarta, 2003.

Arianto Widyatmo, dkk, Belajar Mikroprosesor-Mikrokontroler Melalui Komputer PC, PT


Elex Media Komputindo, Jakarta, 1994.

Dwi Sutadi, I/O Bus dan Motherboard, Andi Offset, Yogyakarta, 2003.

George Loveday, Penjelasan Alfabetik dari A-Z, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,
1992.

Malvino, Albert Paul, Prinsip-Prinsip Elektronika, Salemba Teknika, Buku Satu, Jakarta,
2003.

Retna Prasetya dan Catur Edi Wibowo, Interfacing Port Parallel dan Port Serial Komputer
dengan Visual Basic 6.0, Andi Offset, Yogyakarta , 2004.

Sutrisno, Elektronika Teori Dan Penerapannya, ITB, Edisi Dua, Bandung, 1987.

William Stalling, Computer and Data Communications, Prentice Hall, Eighth edition, New
York, 2003.

You might also like