You are on page 1of 22

PENERAPAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA DALAM KEGIATAN

MENGAJAR IPA MATERI POKOK SISTEM DALAM KEHIDUPAN


MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VIII SMP N 1 REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Oleh : Edy Sri Irianto, S.Pd.

ABSTRAK

Pembelajaran dikelas kadang membosankan bagi siswa sehingga pemahaman konsep


yang diharapkan tidak dapat tercapai, siswa kurang termotivasi untuk belajar yang
mengakibatkan prestasi tidak dapat meningkat. Beberapa kendala dialami seorang guru dalam
proses pembelajaran di kelas yang sesuai dengan keinginan dan kondisi siswa sehingga
kebuntuan komunikasi siswa dengan guru terbentuk,.salah satu penyebabnya adalah karena
metode dan media yang digunakan seorang guru dalam memberi pelajaran kurang menarik bagi
siswa.
Kehadiran ICT dewasa ini membawa perubahan dan angin segar bagi dunia pendidikan,
tidak hanya dipergunakan untuk kebutuhan administrasi belaka namun sekarang sudah bergeser
pada penggunaan dalam proses pembelajaran di kelas. Multimedia interaktif adalah salah satu
efek hadirnya ICT sekarang ini yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan pada proses
pembelajaran di kelas, karena multimedia sudah banyak terbukti mampu meningkatkan mutu
pendidikan . Hal ini juga perlu dipertimbangan beberapa dampak negatif yang timbul dan
bagaimana multimedia itu dikelola dengan benar yang sesuai dengan dunia pendidikan.
Hasil Penelitian membuktikan bahwa multimedia dapat meningkatkan aspek
pemahaman konsep materi pelajaran bila dibandingkan dengan memnggunakan media lain
(charta, torso, dan model). Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan di SMP Negeri 1
Rembang pada siswa kelas VIII A tahun pelajaran 2007/2008 tentang penggunaan multimedia
mampu meningkatkan aspek pemahaman materi, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil
rerata tes awal tindakan diperoleh 72.5 % (59.5) anak belum mencapai KKM. Pada siklus I nilai
rerata 66.4 dengan 65 % siswa memperoleh nilai sama dan atau diatas KKM, dan pada siklus II
nilai rerata sebesar 69.8 dengan 80 % siswa tuntas dalam aspek pemahaman konsep. Disamping
itu hasil observasi juga membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran
dapat memotivasi dan meningkatkan belajar siswa.

Kata Kunci : Multimedia, meningkatkan hasil belajar siswa.

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia Pendidikan di Indonesia dewasa ini menghadapi era globalisasi alih teknologi dengan
pesatnya, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) mengalami perubahan
yang sangat berarti bahkan hampir disemua aspek. Dibandingkan dengan negara-negara lain,
dunia pendidikan di Indonesia masih ketinggalan dalam penggunaan ICT dalam pembelajaran,
hal itu disebabkan antara lain Indonesia masih kebingungan dalam memilih paradigma mana
yang pas dalam menyelesaikan masalah, program dulu baru anggarannya atau anggarannya dulu
baru programnya (Suparlan, Mei 2008).
Pembaharuan dalam bidang pendidikan memerlukan keberanian untuk mencari metode dan
membangun paradigma baru. Fenomena yang selalu terjadi dalam dunia pendidikan di era global
ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu sendiri jika dibandingkan dengan
perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis yang menggiringnya (Prof. Suyanto, Ph.D).
Pendidikan di Indonesia sebelum krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian diikuti krisis multi
dimensi sistem dan proses pembelajaran tidak mendukung bagi tercapainya pendidikan yang
berkualitas, tidak mendukung akan dihasilkannya sumberdaya manusia yang dapat bersaing
dalam era globalisasi. Kurikulum padat materi, mengedepankan pendekatan kognitif, diberikan
dalam tradisi satu arah (one way direction-pasif).
Beberapa perubahan mulai diambil dengan menyadari beberapa kelemahan yang ada, antara
lain melakukan desentralisasi pendidikan dalam kerangka otonomi daerah yang dikuti
manajemen berbasis sekolah, mengikutsertakan peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikembangkannya lebih
lanjut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Didalam kurikulum ini pembelajaran
menerapkan system PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan),
pembelajaran dua arah (two way teaching learning), pembelajaran diluar kelas (beyond the class
room), dan memanfaatkan teknologi multimedia atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
atau biasa disebut sebagai Information and Communication Tecnology (ICT).
Penggunaan ICT disekolah telah merubah kita dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
tadinya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi student centered (berpusat pada
siswa) , tadinya pembelajaran umumnya menjemukan karena tidak partisipatif (tidak ada peran

2
siswa) dan sekarang lebih menyenangkan adanya partisipasi siswa, akses terhadap data dan
informasi dapat dilakukan secara on line, yang jelas ICT membuka era baru dunia pendidikan.
Namun tidak dapat dipungkiri bila keberadaan ICT dalam dunia pendidikan juga dapat
membawa beberapa kendala tersendiri dan memungkinkan menjadi hal-hal yang anti klimaks
dalam menentukan mutu pendidikan .
Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware) sudah sekian menyatu dengan kehidupan manusia modern. Dalam
bidang pendidikan kehadiran media pembelajaran misalnya sudah dirasakan banyak membantu
tugas guru dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam era teknologi dan informasi ini,
pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk kepentingan pembelajaran sudah bukan merupakan hal
yang baru lagi. Salah satu media pembelajaran baru yang akhir-akhir ini semakin menggeserkan
peranan guru adalah teknologi multimedia yang tersedia melalui perangkat komputer.
Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer membawa banyak perubahan pada
sebuah program aplikasi seharusnya didesain terutama pada upaya menjadikan teknologi ini
mampu memanipulasi keadaan sesungguhnya. Penekanannya terletak pada upaya yang
berkesinambungan untuk memaksimalkan aktifitas belajar sebagai interaktif kognitif antar siswa,
materi subyek, dan instruktur (dalam hal ini komputer yang diprogramkan).
Pembelajaran berbasis komputer (Computer based Instruction/CBI) adalah suatu konsep
baru yang sampai saat ini banyak jenis dan desain dan implementasinya, terutama dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran. Kondisi ini muncul sebagai wujud nyata dari globalisasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi. ( Rakmat Setiadi dan Akhril Agus 2003 ;3).
Dewasa ini, CBI telah berkembang menjadi berbagai model dimulai dari CAI (Computer
Assisted Intruction), kemudian mengalami perbaikan menjadi ACAI (Intelligent Computer
Assited Intruction), dengan dasar orientasi aktifitas yang berbeda muncul pula CAL (Computer
Assited Learning), CBL (Computer Based Learning, CAPA (Computer Assisted Personalized
Assigment), dan ITS (Intelligent Tutorial System). Secara umum bahan belajar ini menjelaskan
tentang makna komputer sebagai salah satu media dalam pembelajaran dan penyusunan bahan
belajar berbasis komputer.
Penggunaan charta di dalam proses pembejaran sudah tidak jamannya lagi, Karena
beberapa kelemahan dalam penggunaan charta sudah jelas, terutama pada mata pelajaran IPA di
SMP ada beberapa materi pelajaran yang tidak memungkinkan dilaksanakan di laboratorium

3
karena beberapa alasan, misalnya karena keterbatasan alat dan bahan atau memang materi itu
tidak bisa dilaksanakan dengan penyampaian kinerja ilmiah. Biasanya apa yang dilakukan guru
dalam menyampaikan materi tersebut tidak ada jalan lain adalah mengunakan media pembantu
berupa charta/model. Dengan kehadiran teknologi komputer dewasa ini guru dapat
mengembangkan imajinasinya dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)
menggantikan media charta misalnya dalam membantu siswa dalam menyampaikan
pembelajarannya, disamping itu kehadiran teknologi ini memungkinkan siswa untuk dapat
berkreasi dalam mendalami suatu materi bahan ajar dan tidak menjemukan karena multimedia
sudah merupakan barang yang tidak asing lagi bagi siswa.
B. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa umumnya , khususnya meningkatkan pendalaman
materi/pemahaman konsep Sstem dalam Kehidupan Manusia.
2. Untuk mengetahui dan menanggulangi kendala seorang guru dalam mengatasi proses
pembelajaran siswa untuk memahami suatu materi pelajaran.

D. Manfaat Penelitian
1. Untuk guru diharapkan metode ini sebagai metode alternatif pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi komputer sehingga dapat digunakan sebagai model variasi
dalam menyampaiakan materi pelajaran.
2. Untuk siswa, pembelajaran menggunakan bahan ajar multimedia ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
3. Untuk Sekolah, dengan hadirnya bahan ajar berbantuan komputer ini (multimedia)
diharapkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
umumnya dunia pendidikan.

4
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak terlepas dengan perangkat
komputer yang dewasa ini menguasai teknologi pembelajaran di sekolah-sekolah. Komputer
adalah alat atau seperangkat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang
telah dirumuskan. Kata Komputer semula dipergunakan untuk mengambarkan orang yang
pekerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata
ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi
hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai
untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan aritmatika. Namun dalam
perkembanganya istilah yang lebih baik dan yang cocok untuk arti luas seperti komputer
adalah yang memproses informasi atau sistem pengolah informasi.
Dalam perkembangannya akhirnya komputer merambah pada dunia pendidikan, yang
mula-mula perangkat in dipergunakan untuk membantu dalam pekerjaan administrasi
pendidikan, namun akhirnya sekarang komputer bergeser penggunaannya dalam pengunaan
pengajaran.
Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) dalam proses
pembelajaran disekolah sekarang ini sudah tidak asing lagi. Dalam bukunya bertajuk
“Effective Teaching, Evidence and Practice”, Daniel Muijs dan David Reynolds menjelaskan
beberapa hal tentang kecakapan ICT dapat membantu siswa belajar.
a. Presenting Information. ICT memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk
menyampaikan informasi.Ensiklopedia yang jumlahnya beberapa jilid pun dapat
disimpan di harddisk/flasdisk.
b. Quick and Automatic Completion of Routine Tasks. Tugas-tugas rutin kita dapat
selesaikan dengan menggunakan bantuan komputer dengan cepat dan otomatis.
c. Assessing and Handling Information. Dengan komputer yang berhubungan dengan
internet, kita dapat dengan mudah memperoleh dan mengirimkan informasi dengan
mudah dan cepat. Melalui jaringan internet, kita dapat memiliki website yang

5
menjangkau ujung dunia manapun. Masih banyak lagi manfaat yang bisa kita ambil
dari pengunaan ICT dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Stategi Pembelajaran
Gaya pembelajaran merujuk kepada ciri istimewa kepunyaan seseorang siswa untuk
memperlihatkan, interaksi, dan memberikan umpan balik dalam suasana pembelajaran atau
pada proses belajar mengajar (Keefe, 1979). Seseorang pelajar mulai sejak kecil gaya
belajarnya sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sosial-ekonomi dan budaya keluarga,
emosi, dan alam disekitarnya. Atas perbedaan-perbedaan tersebut, maka gaya pembelajaran
seorang siswa mungkin berbeda dari gaya pembelajaran siswa lain. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa terdapat siswa yang lebih cenderung kepada pembelajaran melalui
penglihatan dan pendengaran, terdapat pula juga siswa lebih leluasa dengan pembelajaran
melalui bahan manipulatif atau reflektif, ada juga siswa yang suka belajar dalam suasana
kelompok dan ada pula siswa yang lebih enak dilaksanakan dengan secara perorangan atau
sendirian (Felder, 1996).
Walaupun seorang siswa dikatakan bertanggungjawab terhadap pembelajarannya
sendiri, tetapi guru memegang peranan yang sangat penting sebagai motivator dan pemudah
cara melalui berbagai strategi pengajaran yang digunakan. Hasil yang didapat berbagai gaya
pembelajaran seorang siswa dan beberapa strategi pengajaran yang diberikan guru kadang-
kadang tidak sinkron/yang diharapkan siswa sehingga menyebabkan seorang siswa menjadi
bosan dan tidak memperhatikan dalam proses pengajaran dan menyebabkab prestasi yang
diharapkan tidak dapat tercapai. Sebaliknya, guru yang berhadapan dengan siswa yang tidak
berminat dalam pembelajaran menyebabkan seorang guru akan kehilangan langkah dalam
menyampaikan materi pelajaran. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, guru harus
mengenal dengan pasti dan memahami gaya pembelajaran siswar supaya strategi pengajaran
yang sesuai dapat digunakan dan memenuhi kehendak siswa dalam proses pembelajaran.
3. Penggunaan Multimedia dalam Proses Pembelajaran
Hampir tidak ada pendapat yang menyatakan ICT berdampak negatif dalam proses
pembelajaran, ICT telah membuka era baru bagi proses belajar mengajar yang melibatkan
guru dan siswa, bukan hanya saja ICT bermanfaat langsung bagi peningkatan mutu siswa itu
sendiri tetapi manajemen pendidikan, biaya pendidikan, sumber pendidikan semuanya
berubah karena penggunaan dan keberadaan ICT.

6
Pendapat para ahli psikologi kognitif, seseorang siswa akan ingat 10% dari apa yang
dia baca, 20% dari pada apa yang didengar, 30% apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat
dan didengar, 70% apa yang ia suarakan sendiri dan 90% apa yang ia lakukan sendiri (Rief,
1993).
Multimedia merupakan satu gabungan teks, grafik, audio, video, dan animasi. Dengan
gabungan elemen-elemen ini dalam suatu pengajaran yang dikemas dalam bahan ajar
interaktif berbantuan komputer ini (multimedia) , seorang guru boleh mewujudkan satu
suasana pembelajaran yang penuh dengan persembahan audio visual yang dapat menarik
minat pelajar serta memberikan rangsangan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran
juga dapat memenuhi kebutuhan berbagai gaya pembelajaran yang dibutuhkan siswa.
Multimedia interaktif juga dapat memberikan pembelajaran kooperatif dan interaktif
sesama pelajar (seorang siswa lebih suka belajar dari teman sebayanya). Dengan kehadiran
multimedia ini seorang siswa berpeluang membentuk kumpulan kecil dan berdiskusi untuk
memahami suatu masalah/topik, menyelesaiakan masalah dan membuat keputusan dan
meghasilkan proyek multimedia bersama yang nantinya sepenuhnya akan digunakan dalam
proses pembelajaran tersebut, Menurut konstruktivisme, siswa adalah bertanggungjawab atas
pembelajarannya sendiri. Pelajar membina pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari alam sekitarnya (Scott, 1987).
Beberapa masalah akan muncul sebagai akibat dari diterapkannya teknologi ini dalam
latar pendidikan.
1. Berkaitan dengan orientasi filosofis.
Kaum obyektivis menilai desain multimedia sebagai sesuau yang sangat riil yang
dapat membantu pendidikan siswa menuju kepada tujuan yang diharapkan (Jonassen,
1991). Materi yang berwujud pengetahuan atau ketrampilan yang hendak dicapai oleh
siswa harus dirancang secara jadi oleh pengembang instruksional dan dikemas dalam
tenologi multimedia ini.
Kaum konstruktivis berpendapat sebaliknya, bahwa pengetahuan hendaknya dibentuk
oleh siswa sendiri berdasarkan penafsirannya terhadap pengalaman dan gejala hidup
yang dialami (Merril, 1991). Berdasarkan pandangan ini maka pelajar bersifat aktif,
kolaboratif dan terkondisi dalam konteks dunia yang riil.
2. Berhubungan dengan lingkungan pelajar.

7
Lingkungan belajar multimedia interaktif dapat dikatagorikan tiga jenis yakni
lingkungan prespektif, demokratis dan sibernetik.
Lingkungan prespektif menekankan bahwa prestasi belajar merupakan pencapaian
dari tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan secara eksternal. Interaksi belajar terjadi
antara siswa dengan bahan-bahan belajar yang sudah tersedia dan belajar merupakan
suatu kejadian yang bersifat prosedural.
Lingkungan belajar demokratis menekankan kontrol proaktif siswa atas proses
belajarnya sendiri, yang mencakup penetapan tujuan belajar sendiri, kontrol siswa
terhadap urutan-urutan pembelajaran, hakekat pengalaman dan kedalaman materi
belajar yang dicarinya.
Lingkungan belajar sibernetik menekankan saling ketergantungan antara sistem
belajar dan siswa.
3. Berhubungan dengan desain instruksional.
Pada umumnya desain pembelajaran multimedia dibuat berdasarkan besar kecilnya
kontrol siswa atas pembelajarannya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa siswa bisa
diberdayakan melalui kontrol yang lebih besar atas belajarnya tetapi siswa bisa juga
dihambar melalui kontrol atas belajarnya.
4. Berhubungan dengan umpan balik.
Sifat dari umpan balik pembelajaran multimedia sangat bervariasi tergantung pada
lingkungan di mana multimedia itu digunakan. Dalam lingkungan belajar preskriptif,
umpan balik sering mengambil bentuk korektif dan deteksi terhadap kesalahan yang
dibuat. Dalam lingkungan belajar demokratis, umpan balik sering mengambil bentuk
nasehat atau anjuran, yakni sekedar pemberitahuan kepada siswa tentang akibat-akibat
yang muncul dari suatu pilihan tertentu atau juga berisi rekomendasi. Dalam
lingkungan sibernetik, umpan balik merupakan suatu negoisasi atau perundingan.
Siswa menetapkan arah atau petunjuk sendiri dan membuat pilihan sendiri dan sistem
belajar akan berusaha mempelajari pola-pola yang muncul sehubungan dengan
kebutuhan siswa itu dan memberikan respon terhadap siswa dengan menyediakan
tantangan-tantangan baru.
5. Sifat sosial dari jenis pembelajaran.

8
Banyak kritik telah dilontarkan terhadap pembelajaran multimedia sebagai
pembelajaran yang bersifat isolatif sehingga bertentangan dengan tujuan sosial dari
sekolah. Siswa seolah-olah dikondisikan untuk menjadi individualis-individualis dan
kontaks sosial dengan teman-teman menjadi sesuatu yang asing.
Itulah beberapa masalah yag perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk menggunakan
teknologi multimedia dalam kegiatan pembelajarannya. Salah satu usaha yang harus
dikembangkan untuk mengantisipasi sejumlah masalah diatas maka akhir-akhir ini perhatikan
pendidik mulai diarahkan kepada belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia,
memperluas pendekatan belajar kooperatif ini dalam lingkungan belajar yang berbasis
komputer.
Beberapa keuntungan penerapan belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia
antara lain : 1) adanya ketergantungan dan tanggungjawab dari setiap kelompok. 2) Adanya
interakti yang proaktif dimana usaha seseorang individu akan mendukung usaha anggota
kelompok lainnya. 3) Kesempatan latihan untuk bekerjasama. 4) Pengembangan dan
pemeliharaaan kelompok (Marsel Ruben Payong, Sinar Harapan 2001).
Dalam membuat bahan ajar berbantuan komputer (multimedia) perlu diperhatikan
beberapa trik sehingga multimedia yang dihasilkan akan menarik dilihat dari segi aspek
pembelajarannya.
1. Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul, tujuan
pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Judul jangan
mempergunakan kalimat yang kaku, namun judul hendaknya dibuat dengan kalimat
yang lebih menantang dan menarik.
2. Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran jangan hanya terpaku dengan rumusan kompetensi dasar atau
indikator yang telah ada dalam kurikulum. Redaksi tujuan pembelajaran yang ada
pada kompetensi dasar atau indikator dapat dibuat yang lebih kreatif dan dapat
dikembangkan/diperluas dengan kalimat yang jelas, realistis, dan dapat diukur.
Pengguna (siswa) perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh setelah belajar
menggunakan multimedia pembelajaran. Menurut de Porter dkk, menggunakan

9
istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu ?).Dengan rumusan dengan jelas siswa
tahu kemana arah saat menggunakan media tersebut.
3. Berikan Appersepsi yang Kontekstual
dePorter dkk dalam buku “Quantum Teaching” memfungsikan apersepsi untuk
‘membawa dunia mereka kedunia kita’. Yaitu mengaitkan apa yang telah diketahui
atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia
pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba
menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang
dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka
pengguna ‘merasa diajak’ berkomunikasi dengan media kita.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran akan menarik dan dapat diterima siswa apabila pembelajaran itu
disampaikan sesuai dengan kehendak dan kemauan siswa, manakala siswa sudah tidak
tertarik dengan gaya pembelaaran oleh seorang guru maka pembelajaran mustahil akan
berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Gaya pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa pada umumnya diberikan seorang
guru tanpa mempertimbangkan kondisi dan perhatian siswa saat menerima pembelajaran,
tetapi hanya berpedoman pada materi yang akan disampaikan saja.
Sementara pada mata pelajaran IPA tidak semua materi bisa disampaikan melalui
pratikum/kinerja ilmiah, hal itu disebabkan mungkin karena tidak tersedianya laboratorium
yang dengan peralatan yang lengkap atau memang topik/materi menghendaki demikian.
Apabila kondisi sudah demikian salah satu alternatif seorang guru menyampaikan materi
pelajarannya dengan bantuan media charta sebagai alat bantu, karena charta adalah media
yang paling murah , mudah didapat dan dibuat. Namun media charta ini kurang mendapat
perhatian dan simpati bila dipergunakan untuk media bagi seorang guru menjelaskan suatu
topik, membosankan dan monoton.
Berdasarkan permasalahan di lapangan yang demikian dan kajian teori diatas, untuk
menciptakan gaya pembelajaran yang menarik dan mendapat perhatian dari siswa dapat
dikemukakan pola pembelajaran dengan bantuan komputer yaitu multimedia sebagai
pengganti media charta pada topik/materi pelajaran non-eksperimen pada mata pelajaran IPA
di sekolah.

10
Mengapa harus multimedia ? banyak pakar berpendapat bahwa multimedia (ICT)
adalah media yang bisa diterapkan pada dunia pendidikan sebagai media pembelajaran
terhadap jawaban tantangan di era globalisasi sekarang ini, disamping menarik, dan tidak
membosankan. Penggunaan ICT (multimedia) sangat mempengaruhi berbagai aspek
pengelolaan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut : Apa yang dipelajari (what is
learned), bagaimana suatu obyek dipelajari ( How it is learned), kapan dan dimana proses
belajar mengajar terjadi, dan siapa yang belajar dan siapa yang mengajar (who is learning and
who is teaching).
C. Hipotesis Tindakan
Berdasar kerangka berfikir diatas dapat dikemukakan suatu hipotesis tindakan
sebagai berikut : Pembelajaran menggunakan multimedia dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa, motivasi belajar dan prestasi siswa,

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Setting dan Subyek Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Rembang dengan sasaran
adalah siswa kelas VIII A Tahun pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 40 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester ganjil dengan mengambil materi pada
Standar Komptensi 1. Memahami Berbagai System dalam Kehidupan Manusia.
B. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder. Data primer adalah diambil dari hasil tes yang selesaikan dikerjakan siswa khusus
aspek pemahaman konsep, sedangkan data sekunder diperoleh dari data observasi saat
pembelajaran berlangsung.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman
konsep siswa terhadap materi yang diberikan berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda dengan
4 (empat) option yang dilaksanakan pada akhir siklus, sedangkan teknik non tes berupa
lembar observasi yang berisi tentang catatan-catatan siswa pada proses pembelajaran

11
berlangsung saat menggunakan alat bantu multimedia. Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui motivasi siswa dan meningkatkan dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu multimedia.
D. Analisa Data
Teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah menggunakan analisis deskripsi
komparatif (Analisis Kuantitatif) yaitu dengan cara membandingkan hasil tes pada saat
kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II.
Data kualitatif yang diperoleh dari non tes menggunakan analisis deskripsi kualitatif
berdasarkan hasil observasi refleksi tiap siklus. Data ini diperoleh dari sumber data berupa
catatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung yang meliputi : minat siswa,
keaktifan siswa, kekompakan kelompok, ketertarikan media yang digunakan dan ketercapaian
tujuan kemudian disimpulkan yang nantinya untuk menentukan langkah perbaikan
pembelajaran berikutnya.
E. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini adalah adalah : (1) Adanya
peningkatan nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh pada aspek pemahaman konsep
mata pelajaran IPA, yaitu sekurang-kurang sama dengan nilai KKM yang telah ditentukan
6,50. (2) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam
pembelajaran melalui media yang digunakan.
F. Prosedur Penelitian.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan dua (2) siklus (Kemmis
dan Mc. Taggart, 1997). Sebelum memulai dengan siklus pertama diawali dengan (a) refleksi
awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya menetapkan topik area (thematic concern)
yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c)
implementasi tindakan dan observasi dan (d) refleksi). Memasuki siklus berikutnya dimulai
dengan (a) tahap perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun
sebelumnya dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan dan observasi lanjut, dan
(c) refleksi lanjut.
Jika dibuatkan diagramnya, Tahapan PTK adalah sebagai berikut.

12
Refleksi Rencana

Observasi

Tindakan

Rencana
Yang
direvisi

Refleksi

Observasi

Tindakan

Tahapan PTK
Secara lebih rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas dijabarkan sebagai berikut :
1. Refleksi Awal, menentukan topik tindakan yang yaitu menentukan alat/media bantu
yang menarik pada proses pembelajaran untuk memotivasi belajar siswa, hal ini
didasarkan dari hasil refleksi pembelajaran sebelumnya (perlakuan pembelajaran
sebelumnya).
2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
1) Membuat Rencana Pelajaran (RP)
2) Menentukan alat bantu/media pembelajaran yang menarik bagi siswa,
yaitu bahan ajar berbantuan komputer (multimedia)
3) Menentukan/membuat skenario pembelajaran dengan media
multimedia.
4) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi dan motivasi siswa
dalam proses pembelajaran berlangsung.
5) Menyusun alat evaluasi akhir pembelajaran (akhir siklus I)
b. Implementasi Tindakan dan Observasi (Do)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang sudah
direncanakan yang tertuang pada RPP dan LKS siswa. Kemudian pada tahap
selanjutnya pada saat proses pembelajaran berlangsung dilaksanakan

13
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan lembar observasi yang telah
dibuat.
c. Refleksi (See)
Hasil proses pembelajaran dan hasil observasi yang sudah dibuat serta
dianalisis. Hasil observasi selanjutnya digunakan merefleksi diri apakah
kegiatan pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aspek pemahaman konsep
siswa dalam penguasaan materi (dengan melihat nilai hasil tes pemahaman
konsep ) yang telah disampaikan dan dapat memotivasi dan meningkatkan
prestasi belajar siswa. Kemudian hasil data yang dihasilkan dapat untuk
menentukan tindakan pada tahap/siklus selanjutnya.
3. Siklus II
Kegiatan pada siklus II proses pembelajarannya hampir sama dengan siklus I, hanya
materinya yang berbeda ( System Pernapasan pada Manusia) dan penggunaan
multimedia interaktif dengan teknik yang berbeda. Pebedaan perlakuan antara lain :
a. Pada siklus I penggunaaan multimedia dilakukan secara demonstrasi belum
sepenuhnya melibatkan siswa dan pada siklus II penggunaan multimedia
interaktif dengan cara melibatkan keaktifan siswa secara kelompok dan
ditambah dengan bebarapa perubahan perlakuan dalam proses pembejarannya
sebagai hasil temuan dari tindakan pada siklus sebelumnya.
b. Multimedia interaktif yang digunakan dibuat dan dirancang sendiri oleh guru
dengan penyajian yang melibatkan keaktifan siswa, menyesuaikan kondisi
siswa yang sifatnya adalah perbaikan proses pembelajaran sebelumnya
dengan mengoptimalkan media multimedia yang digunakan dan
mengoptimalkan peran serta siswa sehingga siswa semakin termotivasi dalam
meningkatkan proses belajar baik yang dilaksanakan di kelas maupun semakin
termotivasinya belajar di rumahnya.
c. Diberikan tugas dengan memanfaatkan pembelajaran berbasis komputer
(internet).

14
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


Pada pertemuan sebelumya dalam penyampaian proses pembelajaran materi Sistem
Gerak pada Manusia kegiatan non-eksperimen, alat bantu yang digunakan adalah model
rangka manusia (torso) dan charta rangka manusia. Pembelajaran dilaksanakan selama 4 jam
pelajaran dengan 2 kali tatap muka, setiap tatap muka alokasi waktunya 2 jam pelajaran
selama 80 menit Hasil yang didapat setelah akhir pembelajaran diadakan tes pemahaman
konsep secara keseluruhan hasilnya belum baik ( 72.5 % anak dibawah KKM yang telah
ditetapkan ), hal itu disebabkan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran karena
monoton, dan proses pembelajaran kurang menarik sehingga kurang memotivasi siswa.
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan
2 kali tatap muka, masing-masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80
menit, dengan materi yang disampaikan adalah Sistem Percernaan pada Manusia
Rencana pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap Perencanaan,
(2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi. Proses pembelajaran
secara rinci telah tercantum dalam RPP yang telah disusun. (RPP terlampir)
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah realisasi dari perencanaan yang
telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah disusun dalam RPP, yang
meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran (Implementasi tindakan dan
Observasi)., dan penutup Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian
proses pembelajaran dengan alat lembar observasi (penilaian no-tes). Lembar
observasi ini selanjutnya dipergunakan untuk evaluasi selama pembelajaran dan
dipergunakan untuk menentukan langkah siklus berikutnya. Pada akhir sklus diadakan
tes tertulis untuk mengukur aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan.

15
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II adalah merupakan hasil refleksi tindakan
pada siklus I , dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dengan 2 kali tatap muka, masing-
masing setiap tatap muka selama 2 jam pelajaran selama 80 menit, dengan materi
yang disampaikan adalah Sistem Pernapasan pada Manusia dengan multimedia
interaktif dengan tambahan tugas rumah berbasis internet. Rencana pelaksanaannya
hampir sama dengan silus I yaitu dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1). Tahap
Perencanaan, (2) Tahap Implementasi dan Observasi dan, (3). Tahap Refleksi. Proses
pembelajaran secara rinci telah tercantum dalam RPP.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah realisasi dari hasil refleksi pada
siklus I, perencanaan yang telah dibuat sesuai skenario pembelajaran yang telah
disusun dalam RPP, yang meliputi apersepsi, motovasi, kegiatan inti pembelajaran
(Implementasi tindakan dan Observasi), dan penutup, pada siklus ini multimedia yang
digunakan adalah multimedia interaktif yang disusun/dibuat oleh guru sendiri yang
merupakan bahan ajar interaktif berbantuan komputer. Seperti pada siklus sebelumnya
selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian proses pembelajaran
dengan alat lembar observasi (penilaian non-tes). Lembar observasi ini selanjutnya
dipergunakan untuk evaluasi perkembangan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran berlangsung.. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur
aspek pemahaman konsep materi yang telah diberikan dan diberikan tugas tambahan
mengenai materi sebelumnya dengan cara memaanfaatkan media internet (penugasan
pembelajaran berbasis internet).
D. Pembahasan Tiap Siklus
1. Nilai Tes (Analisis Kuantitatif)
Pada pembelajaran selanjutnya kegiatan pembelajaran non-eksperimen pada materi
Sistem dalam Kehidupan Manusia dengan perlakuan alat Bantu charta/torso pada sebelum
perlakuan penelitian, media multimedia pada siklus I, dan multimedia interaktif pada siklus
II, hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut :

16
Tabel 1. Hasil tes Pemahaman Konsep sebelum Tindakan

Interval Frekuensi Prosentase

45 – 49 1 2.5 %
50 – 54 7 17.5 %
55– 59 6 15 %
60 - 64 15 37.5 %
65 – 69 5 12.5 %
70 – 74 4 10 %
75 – 79 2 5%

Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa siswa memperoleh nilai interval 65 – 79


sebanyak 11 siswa ( 27.50 %), sedangkan siswa lain sebanyak 29 siswa (72.5 %)
memperoleh nilai dibawah 65 (dibawah standar KKM yang telah ditentukan). Dengan
demikian bahwa hasil pembelajaran aspek pemahaman konsep masih banyak siswa
yang belum tuntas
Tabel 2. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus I

Interval Frekuensi Prosentase

50 – 54 4 10 %
55– 59 1 2.5 %
60 - 64 9 22.5 %
65 – 69 6 15 %
70 – 74 13 32.5 %
75 – 79 2 5%
80 – 84 3 7.5 %
85 – 89 2 5%

Berdasarkan tabel diatas siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 26
siswa yaitu 65 %, sedangkan sebanyak 14 siswa ( 35 %) mendapat nilai dibawah
kkM. Dengan demikian secara klasikal pembelajaran aspek pemahaman konsep pada
siklus I belum tuntas, walaupun sudah ada peningkatan sebesar 37.5 % dari
sebelumnya.
Tabel 3. Hasil tes Pemahaman Konsep Siklus II

17
Interval Frekuensi Prosentase

55 – 59 1 2.5 %
60– 64 7 17.5 %
65 - 69 5 12.5 %
70 – 74 16 40 %
75 – 79 6 15 %
80 – 84 2 5%
85 – 89 2 5%
90– 94 1 2.5 %

Pada akhir perlakuan siklus II sebanyak 32 siswa yaitu sebesar 80 % sudah mencapai
nilai pemahaman konsep sama atau diatas KKM yang telah ditentukan (KKM = 65).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan pembelajaran di akhir siklus II sudah
mengalami peningkatan yang berarti bila dibandingkan perlakuan pembelajaran
sebelumnya.
2. Analisis Kualitatif (non-tes)
Hasil catatan lembar observasi yang telah dilakukan pada saat siswa melakukan
kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Sebelum siklus
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media torso (model rangka
manusia) dan charta siswa kurang begitu antusias (memperhatikan).
2) Pertanyaan yang diajukan siswa masing kurang, hal itu dikarenakan siswa masih
berpusat pada guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) belum terlihat, LKS masih dikerjakan
secara individu.
4) Penggunaan media kurang menarik siswa (bersifat monoton)
5) Metode yang diterapkan guru belum sesusi dengan keinginan siswa
6) Tujuan pembelajaran belum tercapai.

b. Siklus I
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia satu arah , siswa mulai
ada perhatiaan dalam proses pembelajarannya
18
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga
siswa sudah mulai menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok (kerjasama antar siswa) sudah mulai terlihat , ada beberapa
siswa yang menjawab LKS masih mencontek teman sesama anggotanya.
4) Penggunaan media menarik siswa, walaupun masih sederhana.
5) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
6) Tujuan pembelajaran sudah mulai ada peningkatan.
c. Siklus II
1) Pada saat pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif , siswa mulai
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Pertanyaan yang diajukan siswa frekuensinya sudah mulai meningkat, begitu juga
siswa sudah mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
3) Diskusi kelompok sudah tampak, terlihat dalam menjawab LKS sudah ada
kerjasama antara siswa satu dengan siswa lain dalam satu kelompok.
4) Siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran
5) Penggunaan multimedia interaktif menjadi daya tarik siswa tersendiri, hal itu
terlihat ada beberapa siswa yang berkeinginan mengcopy CD multimedia
interaktif.
6) Metode yang diterapkan guru, siswa sudah bisa menyesuaikan.
7) Tujuan pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan perencanaan
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Secara keseluruhan hasil nilai tiap siklus dapat dirangkum pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Hasil nilai tes tiap siklus
Nilai Nilai Nilai Nilai
Pada Terendah Tertinggi rata-rata
Sebelum Tindakan 45 75 59.5
Siklus I 50 85 66.4
Siklus II 55 90 69.8

Hasil tes pemahaman konsep pada awal perlakuan nilai rata-rata yang didapat 59,5
dengan nilai tertinggi 75, nilai terendah 45 dengan ketuntasan 27,5 % (mencapai nilai lebih
dari atau sama dengan 65), dan yang belum tuntas sebesar 72.5 % sehingga secara klasikal

19
belum memenuhi ketuntasan yang telah ditetapkan. Pada siklus I diperoleh nilai terendah 50,
nilai tertingi 85 dengan rata-rata kelas 66.4, ketuntasan 62.5 % dan yang tidak tuntas 33.6 %,
walaupun pada siklus I belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditentukan akan
tetapi sudah ada kenaikan perolehan nilai, hal ini pemahaman konsep siswa terhadap materi
pelajaran mengalami peningkatan. Pada akhir siklus II diperoleh nilai terendah 55, nilai
tertinggi 90 dengan nilai rata-rata kelas 69.8, ketuntasan klasikal 80 % (32 anak) dan yang
belum tuntas 20 % (8 anak). .Secara klasikal perolehan nilai pada pemahaman konsep sudah
mencapai kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan bantuan media multimedia dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa (Analisis Kuantitatif). Hasil analisis kualitatif yang didapat dari hasil lembar
observasi (penilaian non-tes) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan multimedia
dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian Penelitian
Tindakan Kelas yang dilaksanakan sudah bisa meningkatkan aspek pemahaman konsep
materi pelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memotivasi belajar siswa sehingga
prestasi siswa dapat meningkat.
PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dan pembahasan dalam penelitian ini
dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan multimedia pada kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan
aspek pemahaman konsep siswa khususnya mata pelajaran IPA pada materi Sistem dalam
Kehidupan Manusia.
2. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif dapat memotivasi proses pembelajaran
sehingga siswa lebih dapat berkonsentrasi dan perhatian dalam mengikuti pelajaran,
karena penggunaan media yang menarik.

B. Saran
1. Diharapkan hadirnya teknologi komputer di dunia pendidikan dapat membuka wawasan
baru bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam menyampaikan

20
pembelajaran di dalam kelas dengan memanfaatkan multimedia yang sesuai dengan
pembelajaran yang menjadi harapan dan keinginan siswa
2. Multimedia tidak hanya bisa diterapkan pada mata pelajaran IPA saja, namun multimedia
bisa diterapkan pada semua mata pelajaran lain, baik pembelajaran yang dilaksanakan non
eksperimen maupun sebagai media pembantu dalam pembelajaran eksperimen/kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Giam kah How, Jabatan Sains dan Matematik MPSK, 1999/2000, Gaya Pembelajaran
Multimedia dalam Pengajaran dan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan TIGAENF.

Indra Djati Sidi, Makalah “Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
Pembelajaran.

Kusrianto, Adi, 2006, Macromedia Flash Profesional 8, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Lilik Gani HA, M.Sc.,Ph.D, makalah Seminar “Strategi Pengembangan ICT untuk
Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional.

Marsel Ruben Payong, 2001, Beberapa Masalah dalam Pembelajaran Multimedia, Sinar
Harapan.

Permana, Budi, 1999, Microsoft PowerPoint 2000, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Ramadhan, Arif, 2004, Internet dan Aplikasinya, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Suparlan, Artikel “Penggunaan ICT dalam Proses Pembelajaran di Sekolah”’ Website:


www.suparlan.com

Tim Pelatih Proyek PGSM Propinsi Jawa Tengah, 1999/2000, Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil
Depdikbud Propinsi Jawa Tengah Proyek Perluasan SLTP Propinsi jawa Tengah

Tim IPA,2007, IPA Terpadu 2A, Yudhistira

Usman, Moh, Uzer, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya

------------------------, 2006, Kumpulan Makalah Pelatihan Lesson Study Bagi Guru Berprestasi
dan Pengurus MGMP MIPA SMP Seluruh Indonesia , Direktorat Pembinaan dan
Pelatihan, Dirjen PMPTK Depdiknas dengan FMIPA UNY.

-----------------------, Komputer sebagai Media Pembelajaran,


http://kurteks.upi.edu/media/berbasis 20%komputer.htm

21
---------------------, Pembelajaran, http://id/wikipedia.org/wiki/pembelajaran.

BIODATA PENULIS

Edy Sri Irianto, S.Pd. lahir di Jepara, 13 Pebruari 1964. Menyelesaikan Pendidikan

DIII Jurusan Teknik Bangunan FPTK-IKIP Semarang (Sekarang UNNES) 1987, mengambil S1

Jurusan Pendidikan Biologi di IKIP PGRI Tuban lulus tahun 2002.

Tahun 1988-1989 pernah menjadi guru tidak tetap di SMP Mataram Semarang, tahun

1989 – 2006 menjadi PNS di SMP Negeri 4 Rembang. Kemudian tahun 2007 sampai sekarang

aktif mengajar di SMP Negeri 1 Rembang. Mulai tahun 2000 menjadi sekretaris MGMP IPA

SMP Kabupaten Rembang sampai sekarang, Juara I Lomba PTK jenjang SMP FIG Kabupaten

Rembang Tahun 2008.

22

You might also like