You are on page 1of 34

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENGETAHUAN

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003:127)

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

7
8

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari.

c. Menggunakan

Menggunakan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi kondisi riil (sebenarnya). Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip sklis pemecahan masalah (problem solving

cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan.

d. Menganalisis

Menganalisa adalah kemampuan untuk materi atau suatu obyek ke dalam ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitan satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Mensintesis

Mensintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan, dengan kata

lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi


9

yang ada, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan,

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Menilai

Menilai berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Misalnya : dapat : membandingkan

antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat

menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002 : 11) cara memperoleh pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua, yakni :

2.1.3.1 Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dapat dipakai orang untuk mmperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukan metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematis dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan ini

antara lain :

1) Insting atau menggunakan naluri, yaitu seseorang yang dalam

menyelesaikan suatu masalah menggunakan jalan keluar berdasarkan

nalurinya saja dan hal tersebut tidak diajarkan oleh siapapun

2) Cara coba-coba (Trial and Error)

Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan masalah upaya

pemecahannya dilakukan dengan cara soba-coba ini dilakukan dengan


10

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.

3) Kebiasaan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi

yang dilakukan orang, misalnya: mengapa ibu yang sedang menyusui harus

minum jamu. Kebiasaan ini diwariskan turun temurun dari generasi

kegenerasi. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat

formal dan informal.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Oleh sebba itu

pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahun.

5) Melalui jalan pikiran

Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

2.1.3.2 Cara modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah

cara baru/modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis logis dan

ilmiah. Adapun beberapa syarat agar sesuatu hal dapat dikatakan ilmiah yaitu:

1) Obyektif

2) Sistematis

3) Metodik

4) General / umum
11

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo,2003), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu :

a. Usia

Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang

sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga dari pengalaman

sendiri.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhada pengetahuan

seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuannya akan lebih baik

daripada orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran sempit.

c. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan, jika orang hidup dalam

lingkungan yang berpikiran luas maka tingkat pengetahuan akan lebih baik

daripada orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran sempit.

d. Intelegensia

Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah pengetahuan intelegen

dimana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah dalam

mengambil keputusan.

e. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada seseorang

yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan mempunyai banyak

informasi dan pengalaman.


12

2.1.5 Kriteria

a. Tingkat pengetahuan Baik jika skor atau nilai : 76 – 100%

b. Tingkat pengetahuan cukup jika skor atau nilai : 56 – 75%

c. Tingkat pengetahuan kurang baik jika skor atau nilai : 40 – 55%

d. Tingkat pengetahuan tidak baik jika skor atau nilai : < 40%

(Arikunto, 2002)

2.2 KAJIAN TENTANG PENDIDIKAN KESEHATAN

Peningkatan kesehatan adalah mengarahkan kegiatan membantu orang untuk

mempertahankan atau mencapai derajat kesehatan dan berfungsi setinggi-tingginya

serta menikmati pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang akan diberikan

membantu individu beradaptasi dengan penyakitnya, mencegah komplikasi dan

mematuhi program terapi serta belajar mengatasi masalah ketika menghadapi situasi

yang baru ( Brunner & Suddarth, 2002 )

2.2.1 Pengertian pendidikan kesehatan

Menurut Azrul Azwar dalam Nasrul Effendi tahun 1996 pendidikan kesehatan

adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti

tetapi juga bisa dan mau melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah elemen penting dalam keperawatan karena

peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan kesehatan yang memerlukan pengertian

klien. Pendidikan kesehatan diartikan sebagai pendekatan untuk mengajarkan perilaku


13

masalah kesehatan yang lalu, sekarang dan akan datang ( Speers dalam Stanchope &

Lanchaster, 1997 )

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Bila dilihat dari berbagai pengertian diatas, maka tujuan pendidikan kesehatan

yang paling pokok yang diuraikan adalah:

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai

dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga menurunkan

angka kesakitan dan kematian

3. Merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dalam perilaku kesehatan

2.2.3 Tempat penyelengaraan

Dalam institusi pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di

rumah sakit, puskesmas, klinik, rumah bersalin dan sebagainya. Penyuluhan dapat

dilakukan secara langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit,

perawatan, pencegahan penyakit dan sebagainya, dapat juga dilakukan secara tidak

langsung misalnya melalui poster, pamflet, gambar dan sebagainya.

2.2.4 Ruang lingkup

Ruang lingkup penyuluhan kesehatan meliputi tiga aspek yaitu sasaran

penyuluhan , materi penyuluhan, metode penyuluhan (Effendi, 1995; h 236).


14

2.2.5 Sasaran penyuluhan kesehatan

Sasaran penyuluhan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku sehingga diharapkan mampu

memahami, menghayati dan melaksanakan cara hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari. Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam

keberhasilan pendidikan kesehatan, diantaranya:

1. Tingkat pendidikan

2. Tingkat sosial ekonomi

3. Adat istiadat

4. Kepercayaan masyarakat

5. Ketersediaan waktu masyarakat

2.2.6 Materi/ pesan

Materi yang disampaikan hendaknya sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan

keperawatan sehingga materi dapat dirasakan secara langsung manfaatnya. Materi

yang disampaikan sebaiknya:

1. Mengunakan bahasa yang mudah

dimengerti masyarakat atau bahasa kesehariannya

2. Materi tidak terlalu sulit dimengerti

oleh sasaran

3. Mempergunakan alat peraga yang

mempermudah pengertian
15

4. Materi atau pesan yang disampaiakn

merupakan kebutuhan sasaran dalam menghadapi masalah kesehatan

2.2.7 Metoda

Metoda yang digunakan hendaknya metode yang memuingkinkan terjadinya

komunikasi dua arah antara penyuluh dan sasaran sehingga pesan akan lebih jelas

dan mudah dipahami. Dari berbagai macam metoda tersebut dikelompokkan dalam

dua macam metoda yaitu:

2.2.7.1 Metoda didaktik

Dalam metoda ini orang yang aktif adalah yang melakukan penyuluhan

kesehatan sedangkan sasaran bersikap pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk

ikut serta mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan apapun., proses

penyuluhan ini bersifat satu arah (one way method), yang termasuk metoda ini

adalah:

1. Secara langsung: Ceramah

2. Secara tidak langsung: poster,

media cetak dan media elektronik

2.2.7.2 Metoda sokratik

Pada metoda ini sasaran diberikan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar dengan

demikian terbinalah komunikasi dua arah antara pemberi pesan dan penerima

pesan ( two way method ). Yang termasuk metoda ini adalah:

1. Langsung
16

Diskusi, seminar, demonstrasi, simulasi, bermain peran, sosiodrama,

symposium, seminar, studi kasus dan sebagainya

2. Tidak langsung

Penyuluhan melalui telepon dan komunikasi satelit

2.2.8 Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penyuluhan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tehadap berhasil atau tidaknya

duatu kegiatan penyuluhan. Faktor-faktor tersebut adalah :

2.2.8.1 Faktor penyuluh

1. Kurang persiapan

2. Kurang penguasaan materi yang akan

dijelaskan

3. Penampilan kurang meyakinkan

4. Bahasa yang digunakan kurang

dimerngerti sasaran karena menggunakan istilah – istilah asing

5. Suara penyuluh terlalu kecil atau

kurang terdengar oleh sasaran

6. Penyampaian materi yang monoton

sehingga membosankan

2.2.8.2 Faktor sasaran

1. Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang

disampaikan
17

2. Tingkat sosial ekonomi yang rendah sehingga tidak

memperhatikan pesan tetapi mendahulukan kebutuhan lain yang lebih

mendesak

3. Kepercayaan dan adat kebiasaan yang lama tertanam sehingga

sulit diubah

4. Kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan terjadinya

perubahan perilaku

2.2.8.3 Faktor proses dalam penyuluhan

1. Waktu dan tempat penyuluhan yang

tidak diinginkan oleh sasaran

2. Tempat penyuluhan didekat tempat

keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan

3. Jumlah sasaran yang terlalu banyak

sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberiikan penyuluhan

4. Alat peraga tidak menunjang

kemudahan pemahaman sasaran

5. Metoda yang digunakan kurang tepat

6. Bahasa yang digunakan sulit

dimengerti sasaran
18

2.2.9 Pengertian pendidikan kesehatan metode ceramah

Penyuluhan metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan

menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran

sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan dengan ciri–ciri sebagai berikut :

a. Ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan

b. Ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang disamapaikan

c. Tidak adanya kesempatan bagi sasaran. Bila ada, jumlahnya sangat terbatas

d. Mempergunakan alat – alat peraga untuk mempermudah pengertian

(Efendy, 1999)

2.2.10 Hal – hal yang perlu dipersiapkan

Menurut Notoatmodjo (1998), penyuluhan metode ceramah baik bagi sasaran

dengan semua jenis pendidikan, baik itu pendidikan rendah maupun tinggi. Untuk

melakukan penyuluhan dengan metode ceramah, ada hal-hal yang harus dipersiapkan,

yaitu :

2.2.10.1 Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, penceramaha hendaknya mempersiapkan diri

dengan mempelajari materi secara sistematis dan menyiapkan alat – alat bantu

dalam menyampaikan materi seperti satuan acara penyuluhan, media / alat bantu

penyuluhan.
19

2.2.10.2 Tahap Pelaksanaan

Keterampilan penceramah dalam menguasai sasaran ceramah/penyuluhan

menunjang keberhasilan pelaksanaan penyuluhan. Hal yang perlu dilakukan agar

penceramah dapat menguasai sasaran secara psikologis, adalah ;

a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak bersifat ragu-ragu ataupun

gelisah

b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas

c. Pandangan harus tertuju pada seluruh ceramah

d. Berdiri didepan (ditengah), jangan duduk

e. Menggunakan alat bantu semaksimal mungkin

2.2.11 Tahap – tahap kegiatan dalam penyuluhan

Menurut Efendy (1999) ada beberapa tahap yang harus dilakukan, antara lain :

2.2.11.1 Tahap pendahuluan

Merupakan tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian

materi. Pada tahap ini pendidik menjelaskan secara singkat dalam waktu 5 – 10

menit tentang

a. Pokok materi yang akan disampaikan

b. Manfaat materi tersebut dalam kehidupan sehari – hari

c. Hubungan materi dengan pengetahuan yang telah diketahui sasaran

d. Tujuan instruksional yang ingin dicapai pada akhir pertemuan


20

2.2.11.2 Tahap penyajian

Merupakan tahap utama dalam proses belajar mengajar. Dalam tahap ini

perlu disampaikan tentang uraian (explanation ) baik dalam bentuk verbal

maupun non verbal, dan contoh yang praktis dan konkrit dari uraian yang masih

bersifat abstrak

2.2.11.3 Tahap penutup

Tahap ini merupakan tahap kahir dari suatu pengajaran. Tahap ini meliputi ;

a. Tes hasil belajar

b. Umpan balik berupa informasi atau hasil test

c. Tindak lanjut, berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan klien

selanjutnya

2.2.12 Penilaian penyuluhan dengan metode ceramah

Menurut Notoatmodjo (1998), penilaian suatu ceramah akan terlihat baik, jika :

a. Ada respon dari peserta ceramah atau dapat pula dengan banyaknya

pertanyaan yang diajukan peserta ceramah terhadap materi yang diberikan.

b. Terlihat dari isian angket (bila cara ini dilakukan)

c. Adanya usul atau minat peserta untuk mendapat ceramah – ceramah lain

sebagai kelanjutan

2.2.13 Penilaian dengan menggunakan metode pre test dan post test.
21

Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket

sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan. Dari hasil angket tersebut dilakukan

perbandingan hasil test tersebut. Dari perbedaan hasil angket tersebut dapat

diketahui pakah ada perubahan ataukah tidak ada perubahan terhadap hasil

angket pertama dengan hasil angket yang kedua, bila ada perubahan dapat

dilihat meningkat ataukah menurun.

2.2.14 Media / alat yang dapat digunakan

Dalam penyampaian materi melalui metode ceramah, alat yang dapat

digunakan antara lain ;

2.2.14.1 Leaflet

Bentuk penyampaian informasi / pesan – pesan kesehatan melalui

lembaran yang dilipat, isi informasi dapat berbentuk kalimat, gambar ataupun

kombinasi

2.2.14.2 Poster

Pesan singkat dalm bentuk gambar, dengan tujuan untuk mempengaruhi

seseorang atau kelompok agar tertarik pada obyek atau materi yang

diinformasikan

2.2.14.3 Flip Chart

Alat peraga yang menyerupai album gambar. Biasanya terdiri dari

lembaran – lembaran yang berukuran ± 50 cm x 75 cm atau ± 38 cm x 50 cm

disusun dalam urutan tertentu dan diikat atau dibendel pada bagian atas.
22

2.2.14.4 Flash Card

Sejumlah kartu bergambar berukuran ± 25 cm x 30 cm. Gambar –

gambarnya bisa dibuat dengan tangan taua dicetak dari foto – foto. Keterangan

tentang gambar tercantum disetiap kartu. Untuk memudahkan dalam

penggunaannya dapat diberi nomor urut

2.2.14.5 Flannel Graph

Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang pada bagian

belakangnya dilapisi kertas amril ( ampelas), guntingan kertas yang sudah dilapisi

tersebut dapat ditempelkan diatas papan yang dilapisi kain flanel (Flanel board)

2.2.15 Konsep Pengetahuan Sebelum Dan Setelah Dilakukan Penyuluhan

Pengetahuan dapat berubah sesuai dengan tambahan informasi yang didapat,

salah satunya melalui penyuluhan. Tingkat pengetahuan diukur dengan test ataupun

perubahan tingkah laku. Pengetahuan seseorang setelah mendapatkan penyuluhan

biasanya lebih baik daripada pengetahuan yang dimiliki seseorang sebelum

mendapatkan penyuluhan. Seperti yang dikatakan Notoatmodjo dalam ilmu kesehatan

masyarakat bahwa Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penyuluhan dapat

dikatakan sebagai “penginderaan terhadap obyek tertentu”, sehingga dapat

dimungkinkan terjadi perubahan atau bahkan peningkatan pengetahuan seseorang

setelah dia mendapatkan penyuluhan.


23

2.3 KONSEP KELUARGA BERENCANA

2.3.1 Pengertian

Keluarga Berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah

kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta

keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian

sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Keluarga Berencana adalah

pencegahan pertemuan antara sel mani dan sel telur pada saat bersetubuh. (Teknik

keluarga Berencana, FKUNPAD : 14).

2.3.2 Macam-macam Alat Kontrasepsi


24

Pada umumnya cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

2.3.2.1 Seggama terputus (Azal atau coitus intruptus)

Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pengeluaran alat

kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi (Saifudin,

2003; MK-14).

2.3.2.1.1 Keuntungan

Efektif bila digunakan dengan benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Tidak

digunakan sebagai pendukung metode KB lainya, Tidak ada efek samping, Dapat

digunakan setiap waktu, Tidak membutuhkan biaya.

2.3.2.1.2 Kerugian

Efektifitas tergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama

terputus setiap kali melakukannya, efektifitas akan jauh menurun apabila dalam

24 jam ejakulasi masih melekat pada penis, Memutuskan kenikmatan dalam

berhubungan seksual. (Saifudin, 2003; MK-15)

2.3.2.2 Kondom

Kondom merupakan alat terselubung/sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau produk alami

(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual (Saifudin,

2003; MK-16).

2.3.2.2.1 Keuntungan

Efektif bila digunakan dengan benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Tidak

mengganggu kesehatan klien, Mudah dan dapat dibeli secara umum, Tidak

perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus, Metode kontrasepsi

sementara bila metode kontrasepsi lainya harus ditunda.


25

2.3.2.2.2 Kerugian

Efektifitas tidak terlalu tinggi, Cara penggunaan sangat mempengaruhi

keberhasilan kontrasepsi, Mengurangi kenikmatan hubungan seksual, Pada

beberapa klien kesulitan mempertahankan ereksi, Beberapa klien malu

membeli kondom.

2.3.2.2.3 Indikasi

Alat kontrasepsi kondom boleh dipakai oleh/untuk memberi dorongan

kepada suami untuk ikut ber KB, dapat mencegah penularan PMS,

mencegah ejakulasi dini, membantu mencegah terjadinya kanker servik,

mencegah imuno infertillitas.

2.3.2.2.4 Kontraindikasi Kontrasepsi Kondom

1. Mutlak tidak boleh dipakai oleh pria dengan ereksi

yang tidak baik, memiliki riwayat syok septik, alergi terhadap karet atau

lubrikan pada partner seksual

2. Relatif tidak boleh dipakai pada interupsi sexual

foreplay yang mengganggu ekspresi seksual

2.3.2.2.5 Efek samping

Mungkin terjadi karena penggunaan kondom antara lain kondom rusak

atau diperkirakan bocor (setelah pemakaian), adanya reaksi alergi

(spermatisida), mengurangi kenikmatan saat berhubungan seksual.


26

2.3.2.3 Pil

Kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang

berisi gabungan hormone Progesterone dan hormon progesteron atau hanya

hormone progesterone (BKKBN, 1999; 173).

2.3.2.3.1 Cara kerja Pil

Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak

begitu kuat), selain itu endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit, Mengentalkan lendir serviks sehingga

menghambat penetrasi sperma dan mengubah motilitas tuba sehingga

transformasi tuba terganggu. (Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi:

2003 hal MK-47)

2.3.2.3.2 Keuntungan

Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan), Sangat

efektif, Tidak mengganggu senggama, Tidak perlu pengawasan medis.

2.3.2.3.3 Kerugian

Memerlukan disiplin bagi si pemakai, Dapat mengganggu ASI, Dapat

meningkatkan resiko infeksi exsternal genetalia, Pengembalian kesuburan agak

lambat, Pemakainya harus dibawah pengawasan petugas medis.

2.3.2.3.4 Efek samping :

Pemakaian KB jenis pil ini menimbulkan efek samping seperti : peningkatan

tekanan darah, perubahan berat badan, timbul cloasma pada wajah, dan

timbul varises.
27

2.3.2.4 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intra Uterin Devices (IUD)

Alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus

oleh dokter atau bidan yang terlatih (Depkes RI, 1999; 48).

Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya

bermacam-macam, terdiri dari plastik (Polythyline), ada yang dililit tembaga

(Cu), ada yang tidak. Tetapi ada pula dililiti dengan tembaga bercampur perak.

Ada pula yang batangnya berisi hormon progesteron

2.3.2.4.1 Macam-macam IUD

1) AKDR Generasi Pertama

• Lippes Loop/Spiral

Berbentuk spiral atau huruf S terbuat dari plastik (Polythyline), dan cincin

baja anti karat (cincin cina)

2) AKDR Generasi Kedua, dengan waktu 4 tahun

• Cu T 200 B : Berbentuk huruf T, batangnya dililiti tembaga

• Cu 7 : Berbentuk angka 7, batangnya dililiti tembaga

• MiCu 250 : Berbentuk 2/3 lingkaran ellips yang bergerigi

batangnya dililiti tembaga

3) AKDR Generasi Ketiga

• Cu T 200 B : Berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang

banyak dan jangka pemakaiannya 10 tahun

• MiCu 375 : Batangnya dililiti tembaga berlapis perak dan

jangka pemakaiannya 5 tahun


28

• NOVA T : Batang dan lengannya dililiti tembaga

berlapis perak dan jangka pemakaiannya 5 tahun

• IUD yang mengandung hormon progesteron diperbolehkan

penggunaannya oleh Badan Pengawas dan Makanan

Amerika, sedangkan IUD yang mengandung hormon

levenogestrol dipergunakan di Finlandia

2.3.2.4.2 Cara Kerja

a. Menghapus kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi wanita dan

mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

2.3.2.4.3 Keefektifan

Masing-masing jenis AKDR memiliki tingkat keefekifan yang

berbeda-beda. Lippes loop tingkat keefektifannya 2-6 per 100 wanita, Cu T

200, Cu 7, & IUD mengandung hormon nilai efektifnya 1-3 per 100 wanita,

Cu T 380 A dan Mi Cu 375 nilai efektifnya atau kurang per 100 wanita.

2.3.2.4.4 Keuntungan

Efektifitas tinggi  0,6 – 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). AKDR efektif segera

setelah pemasangan, Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT –

380 A) dan tidak perlu diganti, Tidak perlu mengingat-ingat dan tidak
29

mempengaruhi hubungan seksual, Tidak ada efek samping hormonal

dengan Cu AKDR (CuT – 380A), Dapat dipasang segera setelah

melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), Tidak

mempengaruhi kualitas dan volume ASI, Dapat dipakai sampai menopouse.

(Syaifudin, 2003; MK-73).

2.3.2.4.5 Kerugian

a. Efek samping yang umum terjadi:

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

dalam 3 bulan), Haid lebih lama dan banyak dan saat haid lebih sakit,

Perdarahan (spoting) antar menstruasi

b. Komplikasi lain

Merasakan sakit dan kejang 3-5 hari setelah pemasangan, Perdarahan berat

pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan terjadi anemia,

Perforasi dinding uterus (sangat jarang bila pemasangannya benar)

c. Tidak mencegah PMS / termasuk HIV, Tidak baik digunakan pada

perempuan dengan PMS atau perempuan yang sering berganti pasangan,

Dapat mengganggu hubungan seksual, Prosedur medis termasuk pemeriksaan

pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR, seringkali perempuan takut

untuk pemasangan, Sedikit nyeri dan perdarahan (spoting terjadi setelah

pemasangan AKDR biasanya menghilang dalam 1-2 hari), Klien tidak dapat

melepas AKDR oleh dirinya sendiri, Mungkin AKDR keluar dari uterus

tanpa diketahui (seringkali terjadi bila AKDR dipasang setelah melahirkan),

Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk

mencegah kehamilan normal, Perempuan harus memeriksa posisi benang

AKDR dari waktu ke waktu, untuk melakukan ini perempuan harus


30

memasukkan jarinya kedalam vagina, sebagian perempuan tidak mau

melakukan ini. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003: 73-74)

2.3.2.4.6 Indikasi

Penggunaan alat kontrasepsi jenis AKDR ini diindikasikan bagi wanita usia

produktif, ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang, sedang menyusui

dan menginginkan KB, setelah melahirkan, bagi wanita yang tidak

memerlukan tindakan rutin tiap hari atau sebelum senggama, wanita yang

mempunyai anak satu atau lebih, wanita yang berisiko rendah terkena

penyakit seksual

2.3.2.4.7 Kontradiksi

Sedangkan orang yang tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi jenias

AKDR ini adalah sedang hamil/ diduga hamil, pendarahan yang tidak

diketahui, sedang menderita infeksi alat genetalia, penyakit trokoblas yang

ganas, diketahui menderita TBC pelvik, kanker alat genital, ukuran rongga

rahim kurang dari 5 cm, alergi terhadap logam, kelainan bawaan lahir,

2.3.2.4.8 Saat Pemasangan IUD

• Pada waktu haid (hari haid terakhir atau hari sebelum berakhirnya

haid), karena : serviks lembut dan sedikit terbuka dan pendarahan dan

sakit perut mungkin tidak terjadi

• Segera setelah indikasi haid/abortus spontan (segera/dalam waktu

7 hari)

• Segera setelah melahirkan atau 2-4 hari setelah melahirkan

• Setiap saat bila yakin tidak ada kehamilan

2.3.2.4.9 Efek Samping


31

1. Amenore

Tentukan dulu apakah hamil atau tidak, jika tidak lakukan konseling, jika

ya anjurkan untuk melepas

2. Kejang

Pastikan dulu penyebab dari kejang, tanggulangi jika ada kejang dan

apabila ada kejang berat, AKDR dilepas

3. Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur

pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik untuk

mengurangi pendarahan berikan tablet besi

4. Benang yang hilang

pastikan ada kehamilan atau tidak, tanyakan apakah AKDR terlepas,

periksa atau cari benang dengan alat

5. Adanya pengeluaran cairan dari vagina/ dicurigai adanya PRP. Pastikan


pemeriksaan untuk PMS. Lepaskan AKDR bila ditemukan gonorhoe atau

infeksi

2.3.2.5 Kontrasepsi Suntik

KB suntik adalah alat kontrasepsi untuk wanita yang diberikan melalui

suntikan yang hanya mengandung hormon progesteron saja (BKKBN, 1994: 164).

2.3.2.5.1 Macam KB Suntik

a. Depomedroksi progesteron asetat (DMPA) mengandung 150

mg/3 cc DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskular (didaerah bokong).


32

b. Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung

200 mg/1 cc noventindron enantat, diberiakn setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuskular.

c. Metrerox untuk progesteron asetat 50 mg dan komponen

estrogen, diberikan setiap 1 bulan dengan cara disuntik intramuskular.

(DepKes; 1994: 73)

2.3.2.5.2 Cara Kerja

a. Menghambat terjadinya ovulasi, FSH dan LH dihambat oleh adanya

progesteron yang tinggi sehingga pada pertengahan siklus jumlah

hormon FSH dan LH tidak cukup untuk merangsang terjadinya

ovulasi.

b. Mengganggu proses implantasi karena produksi FSH dan LH

dihambat berakibat pematangan folikel maupun ovulasi tidak terjadi,

selanjutnya endometrium tidak dipersiapkan secara sempurna untuk

menerima hasil konsepsi.

c. Mengganggu transportasi ovum dan sperma atau hasil konsepsi karena

lendir servik menjadi lebih pekat dan kental, sehingga menghambat

pergerakan sperma dan memperkecil kemungkinan penetrasi sperma.

(POGI; 2003: MK-40)

2.3.2.5.3 Keuntungan

Sangat efektif sebagai kontrasepsi, angka kegagalan < 1 %,

Pencegahan kehamilan jangka panjang, Tidak berpengaruh pada hubungan

suami istri, Dapat diberikan pada ibu yang menyusui, karena tidak

mempengaruhi produksi ASI kecuali Cyclofem, Sedikit efek samping,


33

Klien tidak perlu menyimpan obat suntik, Dapat digunakan oleh

perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, Tidak mempengaruhi

hubungan seksual, Reaksi suntikan sangat cepat < 24 jam, Membantu

mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, Menurunkan krisi

anemia bulan sabit (Sickle cell). (POGI; 2003: MK-41)

2.3.2.5.4 Kerugian

a. Sering ditemukan gangguan haid seperti

Siklus haid yang memendek atau memanjang, Perdarahan yang

banyak atau sedikit, Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak

(spotting), Tidak haid sama sekali

b. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut,

Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering,

Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,

Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B, Virus, atau infeksi virus HIV, Pada penggunaan

jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang

(Densitas), Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi

(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.

2.3.2.5.5 Indikasi

Alat KB jenis suntik diindikasikan pada wanita usia produktif,

menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi,

menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan

dan tidak menyusui, setelah abortus, telah banyak anak tapi belum
34

menghendaki tubektomi, perokok, tekanan darah < 180/110 mmHg,

dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit,

menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberculosis (rimfampisin), tidak dapat memekai kontrasepsi yang

mengandung estrogen, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi, anemia

defisiensi besi, mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak

boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. (Panduan Praktis

Pelayanan KB,2003: MK-42)

2.3.2.5.6 Kontra indikasi

KB suntik tidak boleh digunakan oleh wanita hamil atau diduga hamil,

menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan, perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya, hepatitis, riwayat penyakit jantung, stroke

dan hipertensi, riwayat kelainan tromboemboli, kelainan pembuluh darah

yang menyebabkan sakit kepala/migrain, keganasan payudara

2.3.2.5.7 Efek Samping KB Suntik

Efek samping yang mungkin timbul akibat KB Suntik adalah gangguan

haid (amenore, Menoragia, dan spoting), depresi, leukorea (keputihan),

perubahan /penambahan berat badan, pusing, tekanan darah meningkat

dan timbul jerawat. (DepKes; 1994: 74)

2.3.2.5.8 Waktu penyuntikan

a. Pasca persalinan sampai 40 hari setelah melahirkan sebelum

melakukan senggama

b. Setelah keguguran sampai 7 hari

c. Masa haid sebelum hari ke-5


35

2.3.2.6 Konsep Kontrasepsi Sterilisasi

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif,

murah, aman dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. (Manuaba, 1998 : 462)

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi

(kesuburan) seorang perempuan secara permanen. Vasektomi adalah prosedur klinik

untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa

deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak

terjadi. (Saifuddin, 2004 : MK-78)

Kontrasepsi mantap/sterilisasi pada wanita adalah suatu kontrasepsi permanen

yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga

menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Vasektomi

(sterilisasi pria) adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani (vasdeferens)

yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis.

(Mochtar, 1998 : 308)

2.3.2.6.1 Cara Kerja

Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong/memasang cincin)

sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. (Saifuddin, 2004: MK-78)

2.3.2.6.2 Keuntungan

1) Keuntungan Tubektomi

Sangat efektif (2 – 4 kehamilan / 100 perempuan selama tahun pertama

penggunaan), Permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui (breast

feeding), tidak tergantung pada factor senggama, baik bagi klien apabila

kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan


36

sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal, tidak ada efek samping

dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak

ada efek pada produksi hormone ovarium). (Saifuddin, 2004 : MK-79)

2) Keuntungan Vasektomi :

Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan dan dimana

saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil yang di peroleh

(efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat,

bila pasangan suami istri, oleh karena suatu sebab, ingin mendapatkan

keturunan lagi, kedua ujung vas deverens disambung kembali (operasi

rekanalisasi). (Mochtar, 1998 : 333)

2.3.2.6.3 Kerugian

1) Kerugian

Tubektomi :

Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat

dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, klien dapat

menyesal di kemudian hari, resiko komplikasi kecil (meningkat bila

menggunakan anestesi umum), rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka

pendek setelah tindakan, dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan

dokter spesialis ginekologi/dokter spesialis bedah untuk proses

laporaskopi), tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan

HIV/AIDS. (Saifuddin, 2004 : MK-79)


37

2) Kerugian

Vasektomi :

Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah

benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa semen, karena

namanya masih merupakan tindakan ‘operasi’, maka para pria masih

merasa takut, walaupun pada prinsipnya dapat disambung kembali, namun

masih diperlukan banyak tenaga terlatih untuk melakukannya. (Mochtar,

1998 : 333)

2.3.2.6.4 Indikasi

1. Yang dapat menjalani Tubektomi :

a. Usia > 25 tahun

Pada konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi Indonesia di

Medan (3-5 Juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun,

dengan jumlah anak sebagai berikut :

1) Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak/lebih.

2) Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak/lebih.

3) Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak/lebih.

Umur dari suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali

apabila jumlah anak telah melebihi jumlah yang diragukan oleh

pasangan itu. (Wiknjosastro, 1999 : 565)

b. Paritas > 2

c. Yakin telah mempunyai besar keluraga yang sesuai dengan

kehendaknya.

d. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.


38

Adanya gangguan fisik/psikis yang akan menjadi lebih berat bila

wanita hamil lagi. Gangguan fisik yaitu tuberkulosis pulmonum,

penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara, multiple sklerosis,

penyakit retikulosis, dsb. Gangguan psikis yaitu skizofrenia (psikosis),

sering menderita psikosa nifas, dan lain-lain. (Mochtar, 1998: 309)

e. Pasca Persalinan.

Sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau selambatnya 48 jam pasca

persalinan. Setelah lebih dari 48 jam, operasi dipersulit oleh adanya

edema dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Bila

dilakukan setelah hari ke-7 pasca persalinan uterus dan alat-alat genital

lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit,

mudah berdarah, dan infeksi. (Mochtar, 1998: 309)

f. Pasca Keguguran.

Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi.(Mochtar, 1998: 309)

g. Paham dan sukarela setuju dengan prosedur ini.(Saifuddin, 2004: MK-79)

2. Indikasi Vasektomi :

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilisasi di mana

fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan

pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

(Saifuddin, 2004 : MK-82)

a. Untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen.

b. Untuk tujuan pengobatan guna mencegah epidimitis.(Mochtar, 1998:329)

2.3.2.6.5 Kontra Indikasi

Yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi :


39

a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).

b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga

harus dievaluasi).

c. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah

itu disembuhkan atau dikontrol).

d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

e. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di

masa depan.

f. Belum memberikan persetujuan tertulis. (Saifuddin,

2004 : MK-80)

2.3.2.6.6 Waktu Pelaksanaan

a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila

diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil.

b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi

(fase proliferasi)

c. Pasca Persalinan :

1. Minilap : Di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 mg atau 12 mg.

2. Laparoskopi : Tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.

3. Pasca keguguran

4. Triwulan I : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi

pelvik. (minilap atau laparoskopi).

5. Triwulan II : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi

pelvik (minilap saja). (Saifuddin, 2004 : MK-80)


40

You might also like