You are on page 1of 6

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Manusia adalah mahkluk biopsikososial dan spiritual yang unik dan menerapkan sitem
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untukmempertahankan
keseimbangan hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Manusia
memiliki kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya. Manusia dibekali
cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor), serta dapat mengatur
dunia untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah kebudayaan dengan segala macam
corak dan bentuknya, yang membedakan dengan makhluk lainnya di bumi. Proses
perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan olehbkehendaknya sendiri dan
sebagian bergantung pada alam.

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tenteng dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Menurut, Sumarno 2004. Konsep diri adalah cara
individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual.
Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir tetapi sebagai hasil pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia.

Beberapa hal yang perlu diketahui terlebih dahulu dalam konsep diri yaitu :
1. Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain
2. Berkembang secara bertahap, diawali pada waktu bayi mulai mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang lain.
3. Positif, ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan
4. Negatif, ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang
maladaptive
5. Merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku individu
6. Berkembang dengan cepat dan bersama – sama dengan perkembangan bicara.
7. Terbentuk karena peran keluarga khususnya pada masa anak – anak yang
mendasari dan membantu perkembangannya

B. Komponen-komponen Konsep Diri


1. Citra tubuh/body image
Kumpulan sikap individu yang didasari dan tidak disadari terhadap tubuhnya.
Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi
penampilan dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan
persepsi dan pengalaman baru. Hal – hal penting terkait dengan gambaran diri
sebagai berikut :
a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja
b. Betuk tubuh TB, BB serta tanda – tanda pertumbuhan kelamin sekunder ( mamae,
menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu) menjadi gambaran diri
c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis.
d. Gamabaran yang realistis terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh yaitu
akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.
e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya,
dapat mendorong sukses dalam kehidupan.

2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart
and Sundeen ,1998). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan
diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai.
Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri
akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga
budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa
kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan
keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,
keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
d. Kebutuhan yang realistis.
e. Keinginan untuk menghindari kegagalan.
f. Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri
dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi
masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat
dicapai

3. Harga diri
Yakni penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa
sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah yang
perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan atau kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang
penting dan berharga.
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga
diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah.
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.
Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan
diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan
interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang
telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak
langsung (nyata atau tidak nyata).
Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga
diri, seperti :

a. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua
menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih
besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang
dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya
untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya.
Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak
berguna.

b. Ideal Diri tidak realistis.


Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk
gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti
cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak
dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri
akan hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.

d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.


Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri
anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang
akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan
menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap
pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.

e. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan


seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan,
bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol
lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari
trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya
koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

4. Peran
Yakni serangkaian pola perilaku yang diharapkan diberbagai lingkungan social
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran yang
ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diambil adalah yang terpilih atau dipilih oleh individu. Peran adalah sikap
dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran
dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran
yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai
aktualisasi diri.
Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak
sesuai atau peran yang terlalu banyak. Peran yang tidak jelas, terjadi apabila
individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yan diharapkan. Misalnya :
individu yang ditetapkan sebagai ketua panitia, tetapi tidak disertai uraian tugas
apa yang ia harus lakukan atau kerjakan. Peran berlebihan terjadi jika seseorang
individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran


yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :
a. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
b. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .
c. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.

Hal – hal penting terkait dengan peran


a. Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri
b. Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri
yan tinggi atau sebaliknya
c. Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran
d. Stress peran timbul karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran atau
tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan
e. Stress peran terdiri dari, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang
tidak sesuai dan peran yang terlalu banyak.

5. Identitas diri
Yakni prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesinambungan, kesatuan, konsistensi dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama
artinya dengan onotomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan terus menerus berlangsung sepanjang
kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Hal – hal yang penting terkait dengan identitas diri yaitu :
a. Berkembang sejak masa kanak –kanak bersamaan dengan berkembangnya konsep
diri
b. Individu yang memiliki perasaan indentitas diri kuat akan memandang dirinya
tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak ada duanya.
c. Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
d. Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki – laki dan perempuan
serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat.
e. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri,
kemampuan, dan penguasaan diri
f. Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.

Ciri identitas diri


a. Memahami diri sendiri sebagai organisme yang utuh berbeda dan terpisah dari
orang lain
b. Menilai diri sendiri sesuai penilaian masyarakat
c. Mengakui jenis kelamin
d. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang,dan masa yang akan datang
e. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keserasian dan
keselarasan
f. Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan.

C. Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif respon maladaptif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

Respon-respon maladaptif meliputi :


Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang sukses.
Konsep diri positif individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan
dirinya.
Rentang respon yang berada antara rentang respon adaptif dan maladaptif meliputi :
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami
evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
Rentang respon maladaptif meliputi :
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan kepribadian pada remaja yang
harmonis
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan diri
sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan kegagalan dalam ujian
realitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan
tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.( Stuart, 2007)

D. Faktor-faktor Pembentukan Konsep Diri


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri,
antara lain:
1. Usia
Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih
banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep
diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa
remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya.
Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-
anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat
menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh
status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial.
2. Inteligensi
Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang
lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik
penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau
orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep
dirinya, demikian pula sebaliknya.
3. Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan
prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah.
4. Status Sosial Ekonomi
Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap
dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang.
Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial
ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan
mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status
sosialnya rendah.
5. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan
mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk
mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
6. Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda
mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan menjelaskan bahwa
individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya,
individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya,
bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan
cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Orang-orang yang dinilai baik oleh orang
lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya,
harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.
7. Kelompok Rujukan (Reference Group)
Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep dirinya. Ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah
peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap
hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak
diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sebaliknya, orang yang
memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal:
a. Kemampuan mengatasi masalah.
b. Merasa setara dengan orang lain.
c. Menerima pujian tanpa rasa malu.
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri, seperti :
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan
kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang
melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan
tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan
pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta
aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )


Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,
belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri
merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan
dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh
budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )


Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan
aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri
yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang
dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
individu dan sosial yang terganggu.

You might also like