Professional Documents
Culture Documents
View clicks
Psikologi
abstraks:
PENDAHULUAN
(http://www.mitsuilease.co.id)
Pada kenyataannya keadaan stress seperti ini sering dialami oleh mahasiswa
Psikologi terutama yang mengikuti mata kuliah Statistik II. Keadaan ini bisa
disebabkan karena proses belajar mengajar yang kurang menarik atau bisa
dikatakan bobot mata kuliah Statistik berat. Hal ini dikarenakan mata kuliah
statistik lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar
hafalan. Jelas sekali hal ini bisa menimbulkan stress bagi mahasiswa. Dan akhirnya,
stress yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan saat mengikuti mata kuliah
tersebut dan mungkin akan menghambat belajar mahasiswa. Seperti Pusing-
pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan
melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang
sudah dimulai, kehilangan semangat.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak
murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan
semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses
penyembuhan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan aromaterapi.html)
Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick),
cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil,
atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal
menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan pikiran merasa relaks dan 'bebas'
Pada tahun 1928 penggunaan istilah aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice
Gattefosse di Perancis. Aromaterapi digunakan untuk rileksasi dan pengobatan.
Bahkan pada Perang Dunia II minyak esensial untuk aromaterapi ini digunakan
untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika Minyak
tersebut mengandung bahan kimia asli dari tumbuhan tersebut berupa zat
antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain. Khasiatnya
menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum.
(www.hanyawanita.com).
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi minyak
esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak yang dihirup
akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang mempunyai manfaat
tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori, suasana hati,
dan intelektualitas berada.
(www.hanyawanita.com).
Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan
Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip
narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari
100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita
sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan
mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan
menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di
dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks.
Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan
gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan
kesiagaan.) Selain itu Lavender dipercaya bisa membantu terciptanya
keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian Lemon digunakan untuk
menenangkan suasana. Aromanya yang menggemaskan dapat membuat anda
makin percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap
membuat kita sadar.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html
1.4.1. Stres
Stres adalah adanya perasaan tidak nyaman pada suatu kondisi tertentu yang
ditunjukkan dengan adanya perilaku seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan,
Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan
semangat.
1.4.2. Aromaterapi
Subjek yang dijadikan penelitian dalam eksperimen ini adalah mahasiswa yang
mengikuti matakuliah statistik II, dalam hal ini jumlah kelas yang mengikuti
matakuliah statistik II hanya ada satu kelas yaitu kelas A, baik yang berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan yang mengulang ataupun baru dari angkatan
2001 sampai 2005.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian
Aromaterapi beraroma lavender da lemon terhadap penurunan tingkat stress
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti mata kuliah
Statistik II.
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
1. Dapat memberikan alternatif cara dalam upaya untuk mengurangi tingkat stress
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Statistik II melalui penggunaan
Aromaterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya
tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan
mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut (Brehm & Kassin, 1996:527).
Patel (1996:3) stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa
disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi
tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman
(threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak
realistis dari lingkungannya. Disamping itu, keadaan stres akan muncul apabila ada
tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam kesselamatan atau integritas
seseorang. Menurut Patel (1996:3-5), stres tidak selalu bersifat negatif. Pada
dasarnya, stress merupakan respon-respon tertentu tubuh terhadap adanya
tuntutan-tuntutan dari luar. Dengan adanya berbagai tuntutan tersebut, tubuh
manusia berusaha mengatasi dengan menciptakan keseimbangan antara tuntutan
luar, kebutuhan dan nilai-nilai internal, kemampuan coping personal, dan
kemampuan lingkungan untuk memberikan dukungan. Hasil dari interaksi tersebut
akan menghasilkan persepsi terhadap stres. Ketika stress telah dipersepsikan
secara positif dapat memotivasi manusia untuk lebih percaya diri dan lebih
berprestasi.
Weiten (1992, dalam Sukmawati, 1999:21) menjelaskan adanya empat jenis stres,
antara lain :
1) Frustasi
Kondisi dimana seseorang merasa jalan yang akan ditempuh untuk meraih tujuan
dihambat.
2) Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan, dimana
masing-masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan atau malah saling
memberatkan.
3) Perubahan
Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondisi yang tidak semestinya serta
membutuhkan adanya suatu penyesuaian.
4) Tekanan
Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar terhadap
seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Patel (1996:5-6) menjelaskan adanya berbagai jenis reaksi stress yang umumnya
dialami manusia meliputi :
Dalam kondisi ini, seseorang belum mengalami tantangan yang berat dalam
memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum sampai
dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya kebosanan dan
kurangnya makna dalam tujuan hidup
2) Optimum stress
Dalam kondisi ini, seseorang merasa telah melakukan pekerjaan yang terlalu
banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun emosional, serta tidak
mampu menyediakan waktu untuk beristirahat atau bermain. Kondisi ini dialami
secara terus-menerus tanpa memeperoleh hasil yang diharapkan
4) Breakdown stress
Ketika pada tahap too much stress individu tetap meneruskan usahanya pada
kondisi yang statis, kondisi akan berkemban menjadi adanya kecenderungan
neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikosomatis. Misalnya pada
individu yang memiliki perilaku merokok atau kecanduan minuman keras, konsumsi
obat tidur, dan terjadinya kecelakaan kerja. Ketika individu tetap meneruskan
usahanya ketika mengalami kelelahan, ia akan cenderung mengalami breakdown
baik secara fisik , maupun psikis.
Senada dengan Patel, Hans Selye (1975a, dalam Patel, 1996:6) menerangkan
adanya empat tahapan stres yang meliputi understress, eustress, overstress, dan
distress. Pada kondisi eustress hendaknya dapat disadari ketika kondisi tubuh dan
pikiran dalam keadaan yang seimbang, mersa enerjik, mudah beradaptasi, dan
dalam kondisi santai atau rileks. Ketika sudah melampaui tahapan eustress,
individu akan merasa lelah, cemas, agresif, serta defensif.
1) Stresor mayor yang berupa major live events yang meliputi peristiwa kemayian
orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan perpisahan; dan
2) Stresor minor yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah hidup
sehari-hari, misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal tertentu
sehingga menyebabkan munculnya stres (Brantley,dkk., 1988, dalam Isnawarti,
1996:18).
2) Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres
daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi.
Ada beberapa sumber stres yang berasal dari lingkungan, diantaranya adalah
lingkungan fisik seperti polusi udara, kebisingan, kesesakan, dan lingkungan kontak
social yang bervariasi, serta kompetisi hidup yang tinggi (Howart & Gillham, 1981;
Atkinson, 1990; dalam Iswinarti, 1996:19). Seperti yang dikutip oleh oleh Patel
(1996:18-19) bahwa pada Holmes and Rahe Schedule of Recent Life Events telah
diteliti berbagai peristiwa kehidupan yang membutuhkan penyesuaian sosial
kembali dan memberinya rating berdasarkan muatan nilai stresnya. Stresor yang
berupa peristiwa-peristiwa perubahan di sekolah (change in school) berada pada
peringkat 33 yang dapat menimbulkan stres.
Holmes dan Rahe (dalam Davidson & Neale), 1992) merumuskan adanya sumber
stres, yaitu :
Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik konflik
menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan
avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik (Weiten, 1992), yaitu
:
a. Approach-approach Conflict
Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik.
b. Avoidance-avoidance Conflict
Muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang tidak
menyenangkan
c. Approach-avoidance Conflict
Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu
tujuan atau situasi.
2) Dalam keluarga
Dari keluarga ini yang cenderung memungkinkan munculnya stres adalah hadirnya
anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga.
Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak sumber stres. Misalnya,
pengalaman anak di sekolah dan persaingan.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka stresor atau hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya stres dapat berupa faktor-faktor fisiologis, psikologis, dan
lingkungan di sekitar individu (baik fisik maupun sosial). Namun, Stresor tersebut
dapat menimbulkan stres ataupun tidak tergantung bagaimana individu menyikapi
stresor itu.
Stres, pada penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan reaksi fisiologis,
reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang dijelaskan oleh
Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh reaksi fisiologis sebagai
tanda peringatan awal yang penting adalah nyeri dada, diare, sakit perut, sakit
kepala atau pusing-pusing, mual, insomnia, kelelahan, dan jantung berdebar-debar.
Selanjutnya, reaksi psikologis dari stres bisa dilihat dari tanda-tanda seperti tidak
mau santai pada saat yang tepat, merasa tegang, tidak tahan terhadap suara atau
gangguan lain, cepat marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak
mampu konsentrasi, daya kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak
sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, impulsive, dan reaksi berlebihan
terhadap hal-hal sepele.
Atkinson (1990, dalam Iswinarti, 1996:22) mengistilahkan reaksi stres sebagai gaya
stres yang sebetulnya merupakan reaksi psikologis stres. Ada beberapa gaya stress
yang ditunjukkan pada individu yang mengalami stres, misalnya ingin mengerjakan
segalanya dengan cepat sehingga menjadi bingung dan frustrasi, kecemasan,
ketidak berdayaan atau keputusasaan, depresi dan kehilangan semangat.
Coping adalah segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan proses
pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban
yang melampaui kemampuan seseorang (Lazarus & Folkman, 1984). Definisi lain
menyatakan coping sebagai proses dimana individu melakukan usaha untuk
mengatur (management) situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan antara
usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang dinilai sebagai penyebab
munculnya situasi stres (dalam Sarafino, 1998:133).
Usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari
suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan proses coping
terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan
kognitif (Sarafino, 1998:133).
Peristiwa stresful merupakan kejadian yang berpotensi memicu stres pada individu.
Sedangkan penilaian dan interpretasi terhadap stresor melalui primary dan
secondary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu kejadian dan
penaksiran terhadap kemampuan dan potensi coping individu (SE. Taylor,
1991:232)
Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari bagaimana
gaya menghadapi stres, yaitu :
1) Emotion-focused coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap
situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif.
Lazarus dan Folkman (1984b) mengemukakan bahwa individu cenderung
menggunakan emotional-focused coping ketika individu memiliki persepsi bahwa
stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi.
2) Problem-focused coping
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau
memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus & Folkman
(1984b) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Problem-focused
coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada dapat diubah
(Sarafino, 1998:133-135)
(4) Distancing
(5) Escape-avoidance
(6) Self-control
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak
murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan
semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses
penyembuhan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick),
cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil,
atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal
menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan pikiran merasa relaks dan 'bebas'
Pada tahun 1928 penggunaan istilah aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice
Gattefosse di Perancis. Aromaterapi digunakan untuk rileksasi dan pengobatan.
Bahkan pada Perang Dunia II minyak esensial untuk aromaterapi ini digunakan
untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika Minyak
tersebut mengandung bahan kimia asli dari tumbuhan tersebut berupa zat
antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain. Khasiatnya
menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum.
(www.hanyawanita.com).
Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi minyak
esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak yang dihirup
akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang mempunyai manfaat
tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori, suasana hati,
dan intelektualitas berada.
(www.hanyawanita.com).
Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan
Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip
narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari
100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita
sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan
mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan
menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di
dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks.
Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan
gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan
kesiagaan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
Tabel wewangian
6) Freesia aroma bunga freesia ini sangat khas. Untuk memperoleh wangi yang pas,
jangan gunakan terlalu banyak.
7) Gardenia merupakan wewangian Bunga Gardenia yang sangat disukai wanita.
Wanginya sangat identik dengan acara-acara besar dan mewah seperti pernikahan,
prom night dan pesta eksotis lainnya.
10) Juniper Berry aromanya sangat maskulin dan dipercaya dapat meredam emosi.
11) Lavender jika anda penderita insomnia atau ingin mendapatkan relaksasi dapat
menggunkan aromatherapy jenis ini. Lavender dipercaya bisa membantu
terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran.
12) Pachouli aromanya sangat eksotik dan berpaut erat dengan kegiatan masak-
memasak.
14) Pine Merupakan aroma yang bisa mengingatkan anda pada suasana luar
ruangan yang begitu bersih dan berbau kayu.
16) Pikake atau Plumeria merupakan wewangian bunga khas Hawaii yang dapat
membangkitkan ingatan anda akan lembutnya hembusan angin pantai. Sangat
disarankan digunakan untuk relaksasi
18) Sage salah satu jenis aromatherapi yang digunakan untuk memberikan rasa
tenang. Jenis wewangian ini bermanfaat mengatasi sakit selama menstruasi dan
dapat mengatur sistem syaraf pusat.
19) Sweet Orange biasanya digunakan untuk membangkitkan gairah dan semangat
pria.
20) Vanilla aroma yang dihasilkannya sangat akrab dengan suasana rumah yang
hangat dan nyaman, sehingga wanginya sanggup menenangkan pikiran anda.
B.2. Relaksasi
Pengertian Relaksasi
Relaksasi adalah suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia,
sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh
dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak
tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang
nyaman (Suryani, 2000:76).
Statistik II adalah salah satu mata kuliah yang ada di semester III. Statistik II adalah
salah satu mata kuliah prasyarat wajib. Maksudnya adalah mata kuliah ini harus
atau wajib diambil untuk dapat mengambil mata kuliah selanjutnya. Dalam hal ini,
Statistik II adalah mata kuliah prasyarat wajib untuk dapat mengambil mata kuliah
lanjutan wajib yang dalam hal ini adalah skripsi. Seperti yang kita tahu bahwa
skripsi adalah prasyarat bagi kelulusan. Oleh sebab itu, sebagai mata kuliah
prasyarat wajib, setiap mahasiswa harus memenuhi nilai diatas D. Untuk dapat
dinyatakan lulus dari mata kuliah ini dan boleh mengambil mata kuliah lanjutan
berikutnya.
Mata kuliah ini merupakan lanjutan dari statistik I. Melalui mata kuliah ini
mahasiswa diajak memahami teknik analisis varians, korelasi dan regresi, dan
hubungan kedua teknik tersebut serta memahami penggunaannya dalam
menganalisis data penelitian psikologi. Oleh karena itu mata kuliahnya meliputi
analisis varians, analisis kovarians, korelasi dan analisis regresi, serta hubungan
analisis varians dan regresi. Dapat dikatakan bahwa mata kuliah statistik ini lebih
menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan.
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini adalah mahasiswa angkatan 2001-2005.
Dari keseluruhan mahasiswa di kelas ini ada yang mengulang dan ada yang baru
mengambil mata kuliah ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa mata Statistik adalah mata kuliah
yang sangat penting, mengingat hal tersebut adalah mata kuliah prasyarat wajib
untuk dapatnya mahasiswa membuat skripsi bagi kelulusannya nanti. Sehingga
dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai bobot yang lumayan berat karena
selain materinya yang berat, mahasiswa juga dituntut untuk memperoleh nilai yang
sesuai standar. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada
rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan, serta mungkin cara mengajar
yang kurang menarik. Hal inilah yang lalu menimbulkan stres pada para mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah ini. Stres yang ditimbulkan seperti Pusing-pusing/sakit
kepala, kelelahan, ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah,
tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah
dimulai, kehilangan semangat. Stres yang ditimbulkan dapat mengurangi
kenyamanan saat mengikuti mata kuliah Statistik II dan mungkin akan menghambat
belajar mahasiswa. Sehingga banyak mahasiswa Fakultas Psikologi yang tidak lulus
dalam mata kuliah ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa mata Statistik adalah mata kuliah
yang sangat penting. mengingat hal tersebut adalah mata kuliah prasyarat wajib
untuk dapatnya mahasiswa membuat skripsi bagi kelulusannya nanti. Sehingga
dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai bobot yang lumayan berat karena
selain materinya yang berat, mahasiswa juga dituntut untuk memperoleh nilai yang
sesuai standar. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada
rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan, serta mungkin cara mengajar
yang kurang menarik. Pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan stres. Stres, pada
penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan reaksi fisiologis, reaksi
psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang dijelaskan oleh Coleman
(1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh reaksi fisiologis sebagai tanda
peringatan awal yang penting adalah nyeri dada, diare, sakit perut, sakit kepala
atau pusing-pusing, mual, insomnia, kelelahan, dan jantung berdebar-debar.
Selanjutnya, reaksi psikologis dari stres bisa dilihat dari tanda-tanda seperti tidak
mau santai pada saat yang tepat, merasa tegang, tidak tahan terhadap suara atau
gangguan lain, cepat marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak
mampu konsentrasi, daya kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak
sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, impulsife dan reaksi berlebihan
terhadap hal-hal sepele.
Munculnya reaksi-reaksi diatas sebagai respon dari stres akan menghambat proses
belajar mahasiswa sehingga memungkinkan banyaknya mahasiswa yang tidak lulus
dalam mata kuliah ini.
Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak
murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan
semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses
penyembuhan.
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html).
E. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai atau seringkali
diartikan dengan simbol atau lambang yang memiliki bilangan atau nilai. Untuk
dapat meneliti suatu konsep secara empiris, konsep tersebut dioperasionalkan
dengan mengubahnya menjadi variabel.
Tingkat Stres Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah statistik II yang dilihat
indikatornya Seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan
segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak
sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat.
Stres dalam eksperimen ini dapat ditunjukkan dari perilaku-perilaku yang akan
ditunjukkan sebagai berikut ini :
*Pusing-pusing/sakit kepala
*Kelelahan
*Ingatan melemah
*Kehilangan semangat
D1. Populasi
D.2. Sampling
E. Desain Penelitian
F. Instrumen Penelitian
* Kuisioner
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data,
diharapkan hasil penelitan akan menjadi valid dan reliabel.
Validitas mengacu pada kepercayaan dan kesesuaian antara konstruk atau cara
peneliti mengkonseptualisasikan idenya ke dalam definisi konseptual dan alat
pengukur. Validitas dapat diartikan sebagai seberapa baik sebuah ide tentang
realita “sesuai”dengan realita aslinya (Newman, 1999 : 164).
Instrumen yang valid berarti bahwa alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid dimana instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur (Sugiyono, 2005 : 267).
Untuk mendapatkan content validity ini, penulis skripsi, Atika Dian Ariana,
menggunakan pendapat tiga rater yaitu sesuai dengan jumlah minimal pendapat
rater yang dibutuhkan dalam validitas isi (Sugiyono, 2002a:271). Hasil dari
penilaian dan evaluasi para rater terhadap skala tingkat stres yang disusun ulang
oleh penulis skripsi dari ICSRLE dan SST dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian tersebut cukup baik dan dapat digunakan untuk
mengukur tingkat stres pada subjek penelitian.
2) Validitas item
Untuk validitasnya, kami mengambil alat ukur dari skripsi yang ditulis oleh Atika
Dian Ariana (2005) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya yaitu skala
tingkat stress dari ICSRLE. Untuk skala ICSRLE, setelah dua kali putaran didapatkan
32 butir item yang sahih atau memuaskan dan 17 butir item yang gugur karena
tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk skala SST, setelah tiga kali putaran
didapatkan 5 butir item yang sahih atau memuaskan dan 5 butir item yang gugur
karena tidak memenuhi persyaratan.
3) Reliabilitas Item
Reliabilitas mengacu pada sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau
konsisten.Artinya, sejauh mana alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang
sama apabila digunakan dalam keadaan atau situasi lain yang identik atau hampir
sama. Dapat diartikan pula bahwa reliabilitas mengarah pada hasil-hasil numeris
yang dicapai sebuah indikator tidak banyak (bervariasi) disebabkan oleh
karakteristik dari alat ukur atau instrumen alat ukur itu sendiri (Newman, 1999 :
164).
. Berdasarkan uji reliabilitas yang kami lakukan, diketahui bahwa r alpha = 0,891
untuk ICSRLE (putaran pertama) dan r alpha = 0,679 untuk SST (putaran pertama),
r alpha = 0,663 untuk SST (putaran kedua), dan r alpha = 0,673 untuk SST (putaran
ketiga).
Validitas dalam penelitian eksperimen dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu :
a. History : Mengacu pada kejadian-kejadian yang lebih spesifik yang terjadi antara
pengukuran pertama (pre-test) maupun pengukuran kedua (post-test) diluar
eksperimen yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi diantara pre-test dan post-test tersebut dapat berpengaruh pada post-test
yang akan dilakukan selanjutnya. Sebagai contoh nilai ujian tengah semester yang
dapat berpengaruh terhadap post-test dan pengajar yang berbeda. Namun dalam
hal ini pengajar yang berbeda sudah dapat dikontrol.
c. Testing; mengulang soal tes pada pre-test dan post-test pada subjek penelitian
yang sama bisa mengakibatkan subjek menjadi lebih hafal pada soal tes tersebut,
sehingga akan berpengaruh pada hasil pengukuran variabel terikatnya atau
variabel tergantungnya. Hal ini dapat diatasi dengan pengacakan nomor soal agar
tidak sama antara tes pertama dengn tes kedua.
Keterangan :
t = Nilai t hitung
N = Jumlah sample
Uji asumsi yang dilakukan sebelum analisa data dilakukan adalah uji linearitas
hubungan dan uji normalitas sebaran. Asumsi utama teknik komparasi paired t-test
adalah berdasarkan tidak adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen,
tetapi dengan melakukan pre-test dan post-test pada satu kelompok yang sama.
BAB IV
Keseluruhan subyek dalam penelitian ini berjumlah 41 orang yang berada dalam
satu kelas. Dari 41 orang tersebut, terdapat angkatan 2001 sebanyak 1 orang,
angkatan 2002 sebanyak 8 orang, angkatan 2003 sebanyak 12 orang, angkatan
2004 sebanyak 9 orang, dan angkatan 2005 sebanyak 11 orang. Pengambilan
subyek menggunakan purposive sampling dengan kriteria subjek yaitu laki-laki dan
perempuan baik yang mengulang maupun yang baru mengambil matakuliah
statistik II dari angkatan 2001-2005.
Namun, pada akhir eksperimen terdapat 11 orang yang tidak dapat mengikuti post-
test dikarenakan pada saat pengambilan data pre-test, 11 orang tersebut tidak
hadir pada perkuliahan mata kuliah statistik II. Sehingga 11 orang tersebut
dianggap gugur dan tidak diikutkan dalam post-test pertama dan post-test kedua.
Oleh karena itu skor pre-test dan post-test dari 30 subyek inilah yang akan
disertakan dalam analisis data.
C. Persiapan Penelitian
Dalam proses penelitian ini dibutuhkan beberapa instrumen yang akan digunakan
sebelum, selama, dan setelah pemberian treatmen. Oleh karena itu, sebelum
pelaksaan treatmen aromaterapi, peneliti mempersiapkan beberapa instrumen
tersebut.
Dalam hal ini peneliti mendapatkan dan mengutip skala tingkat stres dari skripsi
yang ditulis oleh Atika Dian Ariana tahun 2005 yaitu skala ICSRLE (Inventory of
College Students Recent Experiences) yang mengukur tingkat stres yang
berdasarkan stresor khusus yang biasanya muncul pada mahasiswa dan Skala SST
(Symptom Stress Table) yang mengukur tingkat stres berdasarkan munculnya
gejala fisik dan psikologis
(http://faculty.weber.edu/molpin/healthclasses/1110/bookchapters/selfasse...).
Dimana ICSRLE terdiri dari 49 pernyataan mengenai suatu kejadian atau sikap yang
umumnya dialami oleh mahasiswa di negara-negara Amerika dan SST berupa skala
dalam bentuk tabel check list yang berisi 10 gejala fisik dan psikologis yang
umumnya muncul pada seorang remaja/dewasa yang mengalami stres. Dalam
skripsinya, Atika Dian Ariana telah menerjemahkan dan memperbaiki aitem dengan
menggunakan pendapat tiga rater untuk mendapatkan content validity. Hasil dari
penilaian dan evaluasi para rater terhadap skala tingkat stres yang disusun ulang
oleh penulis skripsi dari ICSRLE dan SST dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian tersebut cukup baik dan dapat digunakan untuk
mengukur tingkat stres pada subjek penelitian
Proses pelaksanaan pre test dilaksanakan oleh seluruh subjek penelitian yaitu pada
hari rabu, tanggal 30 mei 2007, pukul 09.30-10.00. Sebelum peneliti membagikan
kuisioner, peneliti memberikan debriefing mengenai pelaksanaan treatmen yang
akan dilakukan.
D. Hasil Penelitian
Pretest yang telah diisi oleh para subjek penelitian kemudian diskoring menurut
aturan yang telah ditentukan selanjutnya hasil penyekoran tersebut dimasukkan
dalam program Microsoft Excel untuk memudahkan langkah-langkah penghitungan
dan analisis data. Data pretest yang ada dalam Microsoft Excel tersebut selanjutnya
akan di hitung secara manual.
D.2. Melakukan skoring dan tabulasi hasil posttest
Seperti halnya dengan hasil pretest, posttest yang telah diisi oleh para subjek
penelitian kemudian diskoring menurut aturan yang telah ditentukan. Selanjutnya
hasil penyekoran tersebut dimasukkan dalam program Microsoft Excel untuk
memudahkan langkah-langkah penghitungan. Hasil rekapitulasi pretest dan
posttest inilah yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik t-Test untuk
mendapatkan hasil dan memperoleh kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.,
kemudian melihat nilai t dalam tabel two tail test dan mencocokkan nilai t hitung
dengan nilai t tabel dengan taraf signifikansi 5%
a. History
b. Maturation
c. Testing
Perubahan hasil pada pretest dan posttest bisa jadi dikarenakan subjek
mengerjakan skala yang sama dan mengakibatkan carry over effect. Untuk
meminimalisir hal ini, peneliti mengacak susunan-susunan aitem dalam masing-
masing skala yang disajikan sebagai pretest dan posttest.
d. Instrumentation
Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat dilihat perubahan hasil dari pretest dan
posttest. Analisis data dengan menggunakan teknik t-test dihitung secara manual
dengan menggunakan rumus :
t = -1,97
( 24,69 / ?30 )
t = -1,97
( 24,69 / 5,48 )
t = - 0,93
Dengan derajad kebebasan n-1 = 29. Pada taraf signifikansi 5 % didapatkan nilai t
tabel 2,045. Maka terlihat bahwa nilai t yang kita peroleh yaitu 0,93 lebih kecil dari
nilai t tabel ( t hitung < t tabel ). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh pemberian aromaterapi (beraroma lavender dan lemon)
terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang
mengikuti matakuliah statistik II
G. Pembahasan
Pembahasan dari hasil eksperimen ini ditekankan pada penarikan kesimpulan yaitu
bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa pemberian Aromaterapi
(beraroma lavender dan lemon) tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat stres
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah
Statistik II. Tidak semua subjek mengalami penurunan stres, dari hasil treatmen
dikarenakan penurunan tingkat stres yang tidak merata mungkin disebabkan oleh
respon mereka yang berbeda terhadap wewangian yang diberikan.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
(http://www.mitsuilease.co.id)
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
(www.hanyawanita.com).
Hadi MSi, DR.Cholicul, Bahan Ajar Matakuliah Psikologi Eksperimen Program SP4,
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga