You are on page 1of 17

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN


NOMOR 10 TAHUN 2006

TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GROBOGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa perlu diatur mengenai Badan Permusyawaratan Desa;
b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a di atas, maka pengaturannya perlu
ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Badan Permusyawaratan Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah


Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548 );
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GROBOGAN
dan
BUPATI GROBOGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Grobogan.
2. Bupati adalah Bupati Grobogan.
3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berada di Daerah.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa di Daerah.
5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di Daerah.
6. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa di Daerah.
7. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui

2
bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa.
9. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD
bersama Kepala Desa.

BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 2

BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Pasal 3

BPD berfungsi :
a. menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Pasal 4

BPD mempunyai wewenang:


a. membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa;
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan
Kepala Desa;
c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
d. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat; dan
f. menyusun tata tertib BPD.

Pasal 5

BPD mempunyai hak :


a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
b. menyatakan pendapat.

Pasal 6

Anggota BPD mempunyai hak :


a. mengajukan rancangan peraturan desa;
b. mengajukan pertanyaan;

3
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih; dan
e. memperoleh tunjangan.

Pasal 7

Anggota BPD mempunyai kewajiban :


a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
d. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. memproses pemilihan Kepala Desa;
f. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan;
g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.

BAB III
PEMBENTUKAN, PERSYARATAN, PENCALONAN DAN PENETAPAN
ANGGOTA BPD

Bagian Pertama
Pembentukan Anggota BPD

Pasal 8

(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
(2) Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

4
(3) Dalam hal Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka
agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) melebihi jumlah anggota BPD yang ditentukan, maka masing-masing
unsur melaksanakan musyawarah untuk menentukan keterwakilan wilayahnya.

Pasal 9

Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang
dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah
penduduk dan kemampuan keuangan Desa.

Pasal 10

(1) Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diperhitungkan dengan


ketentuan sebagai berikut :
a. Luas wilayah sampai dengan 7,51 Km2 diberi bobot nilai 1;
b. Luas wilayah 7,52 Km2 sampai dengan 14,44 Km2 diberi bobot nilai 2;
c. Luas wilayah 14,45 Km2 sampai dengan 21,37 Km2 diberi bobot nilai 3;
d. Luas wilayah lebih dari 21,37 Km2 diberi bobot nilai 4.
(2) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diperhitungkan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk sampai dengan 3.683 jiwa diberi bobot nilai 3;
b. Jumlah penduduk 3.684 jiwa sampai dengan 6.524 jiwa diberi bobot nilai 6;
c. Jumlah penduduk 6.525 jiwa sampai dengan 9.365 jiwa diberi bobot nilai 9;
d. Jumlah penduduk lebih dari 9.365 jiwa diberi bobot nilai 12.
(3) Kemampuan keuangan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
diperhitungkan berdasarkan hasil lelang tanah kas Desa dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Hasil lelang sampai dengan Rp. 20.790.000,- diberi bobot nilai 1;
b. Hasil lelang Rp. 20.790.001,- sampai dengan Rp. 55.191.000,- diberi bobot
nilai 2;
c. Hasil lelang Rp. 55.191.001,- sampai dengan Rp. 102.165.000,- diberi bobot
nilai 3;
d. Hasil lelang lebih dari Rp. 102.165.000,- diberi bobot nilai 4.
(4) Berdasarkan penjumlahan dari indikator luas wilayah, jumlah penduduk dan
kemampuan keuangan Desa ditentukan jumlah anggota BPD dengan ketentuan:
a. Jumlah bobot nilai sampai dengan 8 jumlah anggota BPD 5 orang;

5
b. Jumlah bobot nilai 9 sampai dengan 12 jumlah anggota BPD 7 orang;
c. Jumlah bobot nilai 13 sampai dengan 16, jumlah anggota BPD 9 orang;
d. Jumlah bobot nilai lebih dari 16 jumlah anggota BPD 11 orang.

Bagian Kedua
Persyaratan Anggota BPD

Pasal 11

Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah Warga Negara Republik Indonesia
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa;


b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang
mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan/atau kegiatan organisasi terlarang lainnya;
d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
dan/atau sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat musyawarah
pembentukan;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan
hukuman paling singkat 5 (lima) tahun;
h. belum pernah menjabat sebagai anggota BPD selama dua kali masa jabatan.
i. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD;
j. berkelakuan baik; dan
k. penduduk Desa setempat.

Bagian Ketiga
Mekanisme Pencalonan

Pasal 12

(1) Calon anggota BPD ditetapkan secara musyawarah dan mufakat.


(2) Musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota BPD.
(3) Mekanisme musyawarah dan mufakat adalah:

6
a. Kepala Desa mengadakan musyawarah desa untuk menentukan pembagian
wilayah dan kuota anggota BPD masing-masing dengan dihadiri oleh
Camat atau pejabat lain yang ditunjuk;
b. pembagian wilayah dan kuota anggota BPD sebagaimana dimaksud huruf a
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa;
c. masing-masing wilayah mengadakan musyawarah untuk mengusulkan
calon anggota BPD;
d. musyawarah sebagaimana dimaksud huruf c difasilitasi oleh Kepala Desa;
e. peserta musyawarah adalah ketua rukun warga, pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya di
wilayah bersangkutan;
f. calon anggota BPD disampaikan kepada Kepala Desa untuk diusulkan
penetapannya kepada Bupati melalui Camat.

Bagian Keempat
Penetapan Anggota BPD

Pasal 13

(1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati.


(2) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji
secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk.
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji BPD sebagai berikut:
“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah / berjanji, bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya
dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; bahwa saya akan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi Negara serta segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia".

BAB IV
PIMPINAN BPD

Pasal 14

(1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan
1 (satu) orang Sekretaris.

7
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh
anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua
dan dibantu oleh anggota termuda.
(4) Hasil rapat pemilihan pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan dalam berita acara.

Pasal 15

(1) Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) diusulkan oleh
pimpinan rapat kepada Camat melalui Kepala Desa.
(2) Camat atas nama Bupati menetapkan pimpinan BPD.
(3) Dalam hal pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhenti atau
diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir, diadakan penggantian
pimpinan BPD.
(4) Mekanisme penggantian pimpinan BPD dilakukan dengan cara musyawarah dan
mufakat.

BAB V
RAPAT-RAPAT BPD

Pasal 16

(1) Rapat BPD dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun.
(2) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(3) Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit ½ (setengah) dari
jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
(4) Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit
2
/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan
persetujuan paling sedikit ½ (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota
BPD yang hadir.
(5) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan
notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.

BAB VI
LARANGAN ANGGOTA BPD

Pasal 17

8
(1) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang merangkap jabatan sebagai Kepala Desa
dan Perangkat Desa.
(2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :
a. sebagai pelaksana proyek desa;
b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau
jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang
akan dilakukannya;
d. menyalahgunakan wewenang; dan
e. melanggar sumpah/janji jabatan.

BAB VII
HUBUNGAN KERJA

Pasal 18

(1) Hubungan kerja BPD dengan Pemerintah Desa bersifat kemitraan dan
koordinasi.
(2) Hubungan kerja BPD dengan lembaga kemasyarakatan desa bersifat kemitraan.

BAB VIII
KEDUDUKAN KEUANGAN BPD

Pasal 19

(1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa.
(2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dalam APB Desa.

Pasal 20

(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan
desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.
(2) Biaya untuk kegiatan BPD ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa.

Pasal 21

(1) Pembiayaan untuk tunjangan bagi Pimpinan dan anggota BPD serta operasional
BPD paling tinggi 10 % (sepuluh perseratus) dari pendapatan asli Desa secara

9
riil.
(2) Pendapatan asli Desa secara riil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
penerimaan Desa dari pos tanah kas Desa yang dilelangkan, pasar/kios Desa,
pemandian umum, obyek rekreasi/wisata, bangunan milik Desa, pungutan Desa
dan hasil usaha Desa.

BAB IX
MASA JABATAN DAN PEMBERHENTIAN BPD

Pasal 22

Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya melalui musyawarah.

Pasal 23

Anggota BPD berhenti atau diberhentikan karena:


a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri;
c. telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPD yang baru;
d. melanggar sumpah dan janji ; atau
e. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keputusan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan/atau norma-norma yang hidup dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat di Desa.

Pasal 24

(1) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD.


(2) Anggota BPD yang berhenti karena meninggal dunia dan/atau atas permintaan
sendiri diusulkan oleh pimpinan BPD.
(3) Usulan pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat.
(4) Anggota BPD yang diberhentikan harus mendapatkan persetujuan 2/3 (dua per
tiga) jumlah anggota BPD.

Pasal 25

10
(1) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa
jabatannya diadakan pergantian antar waktu.
(2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu adalah sisa waktu yang
belum dijalankan oleh anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan.
(3) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti dilakukan dengan cara
musyawarah dan mufakat.
(4) Hasil musyawarah penetapan anggota BPD pengganti antar waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam berita acara.
(5) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati lewat Camat untuk mendapatkan pengesahan.

Pasal 26

Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya berita acara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5), Bupati menerbitkan keputusan.

BAB X
TINDAKAN PENYIDIKAN

Pasal 27

(1) Tindakan penyidikan terhadap anggota dan pimpinan BPD, dilaksanakan setelah
adanya persetujuan tertulis dari Bupati.
(2) Hal-hal yang dikecualikan adalah :
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara
tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28

11
(1) Anggota Badan Perwakilan Desa yang ada pada saat berlakunya Peraturan
Daerah ini tetap menjalankan tugas sampai dengan diresmikannya Anggota BPD
yang baru.
(2) BPD harus sudah dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun setelah Peraturan Daerah
ini diundangkan.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan
Nomor 14 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Grobogan Tahun 2000 Seri D Nomor 9) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2003 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 14 Tahun 2000 tentang
Badan Perwakilan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Grobogan Tahun 2003 Seri D
Nomor 4) dan semua ketentuan yang mengatur tentang Badan Perwakilan Desa
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 31

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Grobogan.

Ditetapkan di Purwodadi
Pada tanggal………
BUPATI GROBOGAN

12
BAMBANG PUDJIONO

Diundangkan di Purwodadi
pada tanggal ………………..

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN GROBOGAN

SUTOMO HERU PRIANTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN
NOMOR TAHUN 2006

TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

13
I. PENJELASAN UMUM

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, yang
merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan
dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka
Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 14 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 15 Tahun 2003
perlu diganti dan disesuaikan.
Perubahan yang cukup mendasar dalam pengaturan mengenai BPD, terutama dalam
mekanisme pembentukan, tugas dan fungsi BPD, walaupun prinsip-prinsip dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa tidak berubah.
BPD sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa menjadi mitra Kepala Desa dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dibentuk melalui musyawarah mufakat antara Ketua Rukun
warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh masyarakat lainnya dalam
wilayah yang telah ditentukan berdasar Keputusan Kepala Desa.
Jumlah anggota BPD ditetapkan paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas)
orang yang ditentukan berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa.
Adapun jumlah anggota BPD dari masing-masing wilayah didasarkan kuota yang ditentukan dengan
Keputusan Kepala Desa berdasar musyawarah Desa.
Yang dapat menjadi anggota BPD adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi
syarat, diantaranya berpendidikan paling rendah SLTP dan/atau sederajat serta berusia paling rendah
25 (dua puluh lima) tahun.
Keanggotaan BPD diresmikan dengan keputusan Bupati untuk masa jabatan selama 6 (enam)
tahun, dan dalam menjalankan tugasnya pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan dan
operasional sesuai dengan kemampuan keuangan desa, yaitu setinggi-tingginya 10 % dari pendapatan
desa secara riil.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.

14
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Penetapan jumlah anggota BPD masing-masing Desa dilakukan oleh Camat dengan
memperhatikan data luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa pada saat
pembentukan BPD.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Persyaratan untuk menjadi anggota BPD diwujudkan dalam bentuk surat pernyataan yang
ditandatangani oleh yang bersangkutan di atas kertas bermeterai cukup.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pembagian wilayah dapat sesuai dengan wilayah dusun atau wilayah yang
disepakati dalam musyawarah.
Kuota anggota BPD masing-masing wilayah ditentukan dengan memperhatikan
jumlah penduduk per wilayah.
Huruf c
Musyawarah dipimpin oleh anggota musyawarah tertua dibantu oleh anggota
musyawarah termuda.
Huruf d

15
Fasilitasi yang diberikan Kepala Desa berupa penyediaan sarana dan prasarana
musyawarah serta dalam penyampaian undangan peserta musyawarah.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Usulan penetapan anggota BPD disertai Berita Acara musyawarah masing-masing
wilayah.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pada waktu pengucapan simpah/janji lazimnya dipakai kata-kata tertentu sesuai dengan
agama masing-masing, misalnya untuk penganut agama Islam didahului dengan kata “
Demi Allah” dan untuk penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan kata-kata “
semoga Tuhan menolong saya”, untuk agama Budha “ Demi Hyang Adi Budha”, untuk
agama Hindu “ Om Atah Paramawisesa”.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas.

16
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.

17

You might also like