You are on page 1of 20

BUDIDAYA MANGGA

B.FASE PRA TANAM

1. Persiapan Lahan

Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6
m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan kembali
ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Akan
lebih optimal siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).

Penanaman

Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas.
Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke
arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat
dan selanjutnya dikurangi sedikit demi sedikit.

C.FASE PERSEMAIA

1.Persiapan Persemaian

Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3 dengan media tanah kebun


dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula mangga
disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas tanah yang
gembur

. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi jangan sampai


udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji ditanam dengan perut ke
arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama penyemaian, bibit tidak boleh
kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan berkecambah. Jika dari 1 biji
terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu yang benar-benar kuat dan baik.
Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya
sudah mencapai 25-30 cm. Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang
lemah dan tumbuh abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit
telah berumur 6 bulan.
3. Hama dan Penyakit

1. Hama

1. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis)


o Menyerang buah dan masuk ke dalamnya.
o Pengendalian: dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak
bertelur.
2. Bubuk buah mangga
o Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila
dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini.
o Pengendalian: memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini,
menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang
pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul.
3. Bisul daun(Procontarinia matteiana.)
o Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau
dan kemerahan.
o Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth
atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang,
menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki
aerasi.
4. Lalat buah
o Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas.
o Pengendalian: dengan memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan
berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan insektisida.
5. Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni)
o Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini
menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan
cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau
kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam.
o Pengendalian dengan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu
empat kali.
6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus)
o Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan
yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya
menyerang rangkaian bunga.
o Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida
Diazinon atau Basudin.
7. Codot
o Memakan buah mangga di malam hari.
o Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun
mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan
jaring.

.
2. Penyakit

1) Penyakit mangga

o Penyebab: jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bunga


menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung.
o Pengendalian: fungisida Bubur Bordeaux.

.2. Gulma

Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanan tidak
diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian dengan memotong cabang yang
terserang, menebang tanaman yang diserang alu dengan berat

D.FASE TANAM

Pembibitan

1) Pemilihan Bibit

1. Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Biji
dikeringanginkan dan kulitnya dibuang.
2. Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3 dengan media tanah
kebun dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula
mangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas
tanah yang gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman,
tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji
ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama
penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan
berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu
yang benar-benar kuat dan baik. Bibit di kotak persemaian harus
dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 25-30 cm.
Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh
abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6
bulan.
2) Cara Tanam

a)Okulasi

Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yang
buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya kuat). Batang
bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah berumur 9-12 bulan. Setelah
penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun.
Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yang ditempel tidak busuk.

b) Pencangkokan

Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanaman
berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi tanah dan
pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

E.FASE PENGELOLAANTANAMAN

Pemupukan

~ Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan disekitar
pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi tanaman. Mangga umur 1 - 5 tahun
diberi 30 kg PK, umur 6 - 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal jika ditambahkan ~ ~
SUPERNASA atau jika pupuk kandang sulit dapat digunakan SUPERNASA dengan dosis :
- 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
~ Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

~ Ketika tanaman sudah berusia 3 tahun,SUPER NASA diganti dengan POWER NUTRITION
dengan dosis yang sama.
~ Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp) +
HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 - 3 bulan sekali.
~ Pupuk NPK 2 kali setahu

F.FASE PANEN DAN PASCA PANEN

1.Pemanenan

Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6
tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah
dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-
Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang
sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua
kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang
dipetik harus masih keras.
2. Cara Panen

Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar.
Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang
diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah.

Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan satu
periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan sehingga
dilakukan beberapa kali panen.
BUDIDAYA DURIAN

B.FASE PRATANAM

1)Persiapan

Penanaman durian, perlu perencanaan yang cermat. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah pengukuran pH tanah, analisis tanah, penetapan waktu/jadwal tanam, pengairan,
penetapan luas areal penanaman, pengaturan volume produksi.

2) Pembukaan Lahan

Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan beberapa minggu sebelum penanaman bibit
berlangsung. Batu-batu besar, alang-alang, pokok-pokok batang pohon sisa penebangan
disingkirkan. Perlu dibersihkan dari tanaman liar yang akan menganggu pertumbuhan.

C.FASE PERSEMAIAN

2.Penyemaian

Bibit durian sebaiknya tidak ditanam langsung di lapangan, tetapi disemaikan terlebih
dahulu ditempat persemaian. Biji durian yang sudah dibersihkan dari daging buah
dikering-anginkan sampai kering tidak ada air yang menempel. Biji dikecambahkan
dahulu sebelum ditanam di persemaian atau langsung ditanam di polibag. Caranya biji
dideder di plastik/anyaman bambu/kotak, dengan media tanah dan pasir perbandingan 1:1
yang diaduk merata. Ketebalan lapisan tanah sekitar 2 kali besar biji (6-8 cm), kemudian
media tanam tadi disiram tetapi (tidak boleh terlalu basah), suhu media diupayakan cukup
lembab (20°C-23°C). Biji ditanam dengan posisi miring tertelungkup (bagian calon akar
tunggang menempel ke tanah), dan sebagian masih kelihatan di atas permukaan tanah
(3/4 bagian masih harus kelihatan). Jarak antara biji satu dengan lainnya adalah 2 cm
membujur dan 4-5 cm melintang. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan
larutan fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup plastik supaya kelembabannya
stabil. Setelah 2-3 minggu biji akan mengeluarkan akar dengan tudung akar langsung
masuk ke dalam media yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup plastik sudah bisa
dibuka. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan di persemaian pembesar
atau polibag.
4. Pemindahan Bibit

Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75-150 cm atau
berumur 7 - 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus. Hal
ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga
adanya helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah menebal dan warnanya hijau tua.

3. Hama dan Penyakit

.1. Hama

1. Penggerek buah (Jawa : Gala-gala)


o Ciri: telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring
mirip rumah laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur langsung
menggerek dan melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam.
Larva tersebut tinggal di dalam buah sampai menjadi dewasa. Buah yang
diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua.
o Penyebaran: serangga penggerek buah menyebar dengan cara terbang dari
pohon durian yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah ini
bertelur pada buah durian yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini
dilakukan secara periodik setiap menjelang musim kemarau.
o Pengendalian: dilakukan dengan insektisida, seperti Basudin, Sumithion
50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.
2. Lebah mini
o Ciri: hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan
sayapnya bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran
panjangnya menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang
daun-daun durian muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat
(bentuk kepompong), mereka akan menempel erat pada kulit buah. Setelah
menjadi lebah serangga ini mencari makan dengan cara menggerek
ranting-ranting muda dan memakan daun-daun muda.
o Pengendalian: menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC
(Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis
420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).
3. Ulat penggerek bunga (Prays citry)
o Ulat ini menyerang tanaman yang baru berbunga, terutama bagian kuncup
bunga dan calon buah.
o Ciri: ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah
menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan
bertubuh langsing.
o Gejala: kuncup bunga yang terserang akan rusak dan putiknya banyak
yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun
rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat.
Penularan ke tanaman lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut.
o Pengendalian: dengan menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40
EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).
4. Kutu loncat durian
o Ciri: serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti benang-
benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan
tungkainya mirip dengan kutu loncat yang menyerang tanaman lamtoro.
o Gejala: kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda
dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-
daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap
cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya
manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang
semut-semut bergerombol.
o Pengendalian: daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas untuk
dimusnahkan. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter
air.

2. Penyakit

1. Phytopthora parasitica dan Pythium complectens


o Penyebab: Pythium complectens, yang menyerang bagian tanaman seperti
daun, akar dan percabangan.
o Penularan dan penyebab: penyakit ini menular dengan ke pohon lain yang
berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka. Penularan terjadi
bersama-sama dengan larutnya tanah atau bahan organik yang terangkut
air.
o Gejala: daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun
yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti
dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas
permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar
hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari
ujung akar lateral sampai ke akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang
sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan
jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
o Pengendalian:
1. upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu basah dan air
tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan;
2. pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar;
3. pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebioh
tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat terhindar dari
serangan penyakit busuk.
2. Kanker bercak
o Penyebab: Pythium palvimora, terutama menyerang bagian kulit batang
dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir
tanah atau bahan organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini
dipacu oleh curah hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur dapat
tumbuh dengan baik pada suhu antara 12-35°C.
o Gejala: kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum)
yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau
hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-
daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.
o Pengendalian: (1) perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir
dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit; (5) dilakukan dengan
cara memotong kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan
potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang
terluka diolesi fungisida, misalnya difolatan 4 F 3%.
3. Jamur upas
o Gejala: pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur
mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur
berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam
kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
o Pengendalian:
1. serangan jamur yang masih pada tingkat sarang laba-laba dapat
dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang terserang degan
fungisida, misalnya calizin RM;
2. jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu, sebaiknya
dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke bawah
bagian yang berjamur;
3. dengan menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis
100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.

D.FASE TANAM

1. Pemilihan Bibit

Penyiapan Benih dan Bibit

Pernanyakatan tanaman durian dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau
vegetatif (okulasi, penyusuan atau cxangkokan).

a) Pengadaan benih dengan cara generatif

Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji dahulu agar daging
buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka, tidak
terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak berkecambah/rusak
dan merosot daya tumbuhnya. Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara
diistirahatkan beberapa saat), dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari
buahnya. Setelah itu biji ditanam.
b) Pengadaan bibit dengan cara okulasi

Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari
tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang
ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 8-10 bulan, dapat
diokulasi, dengan cara:

1. Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (.... 1 cm). Dipilih mata tunas
yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
2. Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm sehingga
mirip lidah.
3. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4. Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat
dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2 minggu
kemudian di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila
berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal.

2.Cara tanam

Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya tumbuh 75-150 cm, kondisinya sehat,
pertumbuhan bagus, yang tercermin dari batang yang kokoh dan perakaran yang banyak
serta kuat.

Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali dengan ukuran yang lebih kecil, sebesar
gumpalan tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah lubang tersedia, dilakukan
penanaman dengan cara sebagai berikut :

1. Polybag/pembungkus bibit dilepas (sisinya digunting/diiris hati-hati)


2. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai batas leher
3. Lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sisi tanaman diberi ajir agar
pertumbuhan tanaman tegak ke atas sesuai arah ajir.
4. Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, lalu disiram air.
5. Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia atau bahan lain. Naungan ini
sebagai pelindung agar tanaman tidak layu atau kering tersengat sinar matahari
secara langsung.
E.FASE PENGELOLAAN TANAMAN

1. Pengairan dan Penyiraman

Durian membutuhkan banyak air pada pertumbuhannya, tapi tanah tidak boleh tergenang
terlalu lama atau sampai terlalu basah. Bibit durian yang baru ditanam membutuhkan
penyiraman satu kali sehari, terutama kalau bibit ditanam pada musim kemarau. Setelah
tanaman berumur satu bulan, air tanaman dapat dikurangi sekitar tiga kali seminggu.
Durian yang dikebunkan dengan skala luas mutlak membutuhkan tersedianya sumber air
yang cukup. Dalam pengairan perlu dibuatkan saluran air drainase untuk menghindari air
menggenangi bedengan tanaman.

2. Pemupukan

Sebelum melakukan pemupukan kita harus melihat keadaan tanah, kebutuhan tanaman
akan pupuk dan unsur hara yang terkandung dalam tanah.

a) Cara memupuk

Pada tahap awal buatlah selokan melingkari tanaman. Garis tengah selokan disesuaikan
dengan lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm. Tanah cangkulan
disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara merata ke dalam selokan,
tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan. Setelah itu tanah diratakan kembali, bila
tanah dalam keadaan kering segera lakukan penyiraman.

b) Jenis dan dosis pemupukan

Jenis pupuk yang digunakan untuk memupuk durian adalah pupuk kandang, kompos,
pupuk hijau serta pupuk buatan. Pemupukan yang tepat dapat membuat tanaman tumbuh
subur. Setelah tiga bulan ditanam, durian membutuhkan pemupukan susulan NPK
(15:15:15) 200 gr perpohon. Selanjutnya, pemupukan susulan dengan NPK itu dilakukan
rutin setiap empat bulan sekali sampai tanaman berumur tiga tahun. Setahun sekali
tanaman dipupuk dengan pupuk organik kompos/pupuk kandang 60-100 kg per pohon
pada musim kemarau. Pemupukan dilakukan dengan cara. menggali lubang mengelilingi
batang bawah di bawah mahkota tajuk paling luar dari tanaman. Tanaman durian yang
telah berumur =3 tahun biasanya mulai membentuk batang dan tajuk. Setelah itu, setiap
tahun durian membutuhkan tambahan 20–25% pupuk NPK dari dosis sebelumnya.
Apabila pada tahun ke-3, durian diberi pupuk 500 gram NPK per pohon maka pada tahun
ke-4 dosisnya menjadi 600-625 gram NPK per pohon. Kebutuhan pupuk kandang juga
meningkat, berkisar antara 120-200 kg/pohon menjelang berbunga durian membutuhkan
NPK 10:30:10. Pupuk ini ditebarkan pada saat tanaman selesai membentuk tunas baru
(menjelang tanaman akan berbunga).
F.FASE PANEN DAN PASCA PANEN

1. Pemanenan

Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga. Musim berbunga jatuh
pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September sehingga bulan Oktober-Februari buah
sudah dewasa dan siap dipetik. Panen durian diusahakan sebelum musim hujan tiba
karena air hujan dapat merusak kualitas buah. Warna durian yang hampir masak agak
berbeda-beda tergantung pada kultivarnya. Buah yang sudah masak umumnya ditandai
dengan bau harum yang menyengat. Pada durian yang sudah masak bila diketuk duri atau
buahnya akan terdengar dentang udara antara isi dan kulitnya.

2. Cara Panen

Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga agar buah tidak
langsung jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah dapat diikat dengan tali plastik.
Tujuan pengikatan tersebut agar tangkai buah yang terlepas dari batang atau ranting
pohon tetap menggantung pada tali sehingga buah durian tersebut dapat diambil dalam
keadaan utuh. Buah durian dari pohon rendah dapat dipetik dengan menggunakan pisau
tajam. Tangkai buah dipotong mulai dari bagian paling atas, ± 1,5 cm dari dahan.
Pemotongan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena di tempat ini terdapat bahan
tunas yang akan berbunga pada musim berikutnya. Buah durian yang terletak pada bagian
pohon yang tinggi sebaiknya dipetik dengan menggunakan alat bantu yang sesuai agar
tidak jatuh ke tanah. Durian yang jatuh ke tanah biasanya retak, daging buahnya menjadi
asam/pahit karena terjadi fermentasi pembentukan alkohol dan asam.
BUDIDAYA MAWAR

B. FASE PRATANAM

1. Pengolahan Lahan

a)
Penyiapan lahan kebun/taman
- Lahan untuk kebun/taman mawar dipilih tanah gembur, subur dan mendapat sinar
matahari langsung (terbuka).
- Bersihkan lokasi kebun dari rumput-rumput liar/batu kerikil.

b) Penyiapan media dalam pot


- Siapakan media tanam berupa tanah subur, pupuk organik (pupuk kandang, kompos,
Super TW Plus) dan pasir. Komposisi media campuran tanah, pupuk kandang, kompos
dan pasir, 1:1:1. Campuran tanah dengan Super TW Plus perbandingan 6:1.
- Sediakan pot yang ukurannya disesuaikan dengan besar kecilnya tanaman mawar. Pot
yang paling baik adalah pot yang terbuat dari bahan tanah dan tidak dicat.
- Siapkan bahan-bahan penunjang lainnya seperti pecahan bata merah atau genteng atau
arang. Bahan tersebut dapat berfungsi sebagai pengisap kelebihan air (drainase) dan
memudahkan sewaktu pemindahan tanaman ke pot atau tempat tanam yang baru.

c) Pengisian media tanam ke dalam pot


- Dasar pot dilubangi untuk kelebihan air.
- Basahi pot dengan air hingga cukup basah.
- Isikan pecahan bata merah/genting/arang pada dasar pot setebal ±1 cm sampai
sepertiga bagian pot, lubang pembuangan air di dasar pot jangan tersumbat.
- Isikan serasah (humus) secara merata setebal ± 1cm di atas lapisan bata
merah/genting.
- Isikan media tanam campuran tanah, pasir dan pupuk kandang/ kompos (1:1:1) atau
campuran tanah dengan pupuk organik Super TW Plus (6:1) ditambah sedikit abu dapur.
Pengisian media sampai 90 % penuh atau 0,5- 1,0 cm di bawah batas permukaan pot
sebelah atas. Pot siap ditanami bibit (tanaman) mawar.

a)
Tanah dicangkul/dibajak sedalam ± 30 cm hingga gembur.
b) Biarkan tanah dikeringanginkan selama 15–30 hari agar matang dan bebas dari gas-
gas beracun.
Pembentukan Bedengan
Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar
bedengan 30-40 cm, dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bila akan dirancang
taman mawar yang asimetris, maka penyiapan lahannya dibuat bentukbentuk yang
diinginkan, misalnya lingkaran (bulat) atau guludan-guludan yang serasi dengan
lingkungan sekitarnya.

2. Benih

a) Ambil (angkat) biji-biji mawar dari buah yang telah membusuk dalam media semai.

b) Pilih biji-biji mawar yang baik, yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan ke
dalam air

c) Cuci biji mawar dengan air bersih.

d) Tiriskan biji-biji mawar terpilih ditempat teduh untuk segera disemaikan pada bak
persemaian.

e) Semaikan biji mawar secara merata menurut barisan pada jarak antar-baris 5- 10 cm.
Biji akan berkecambah pada umur empat minggu setelah semai.

C. FASE PERSEMAIAN

1. Persiapan Persemaian

a) Pada fase awal pertumbuhan (sekitar umur 1-2 bulan setelah tanam), dilakukan secara
kontinu tiap hari 1-2 kali. Pengairan berikutnya berangsur-angsur dikurangi atau
tergantung keadaan cuaca dan jenis tanah (media).

b) Waktu pemberian air yang baik pada pagi dan sore hari, saat suhu udara dan
penguapan air dari tanah tidak terlalu tinggi.

c) Cara pengairan adalah dengan disiram secara merata menggunakan alat bantu emrat
(gembor).
2. Penyemaian

a) Siram media persemaian mawar secara kontinu 1-2 kali sehari.

b) Sapih (perjarang) bibit mawar yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil yang
sudah diisi media campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).

Pemindahan Bibit
Pindahkan tanam bibit mawar yang sudah berumur 22 bulan ke kebun/tempat
penanaman yang tetap (permanen).

3. Penyakit dan Hama

1. Hama

1. Kutu daun (Macrosiphum rosae Linn., Aphids)


Kutu daun, kecil, panjang ±0,6 mm, berwarna hijau, kadang-kadang tidak bersayap.
Menyerang pucuk, sering menempel pada ranting dan kuncup bunga.
Gejala:: mengisap cairan (sel) tanaman, sehingga menyebabkan gejala abnormal, pada
daun atau pucuk jadi keriting/mengkerut. Dapat berperan sebagai vektor virus dan
sering meninggalkan cairan madu manis yang menempel pada permukaan daun,
sehingga menjadi penyebab penyakit embun jelaga (Capnodium sp.).
Pengendalian: menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan disemprot insektisida Decis 2,5
EC atau Buldok 25 EC, Confidor 200 LC, Curacron 500 EC, Fastac 15 EC pada
konsentrasi yang dianjurkan.

2. Kumbang
Tiga jenis kumbang penyerang tanaman mawar: kumbang Chafer (Macrodactylis
subspinosus), Fuller (Autoserica castanca) dan Curculio (Rhyncite bicolor). Kumbang
Chafer warna coklat kekuning-kuningan panjang tubuh sekitar 12 mm, kumbang Fuller
warna coklat keabu-abuan, panjang 10 mm. Kumbang Curculio berwarna merah
bergaris hitam ± 5 mm.
Gejala:: memakan daun, tangkai dan kuntum bunga, sehingga bolong-bolong/rusak
pada bagian yang diserang. Larva sering memakan perakaran tanaman.
Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan hama tersebut dan cara kimia
disemprot dengan insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2 EC, Elsan 60
EC, dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
3. Siput berbulu
Tubuh berwarna putih kehijau-hijauan, panjang ± 12 mm, ditutupi bulu-bulu kasar.
Gejala:: pada stadium larva, menyerang tanaman dengan cara memakan daun sebelah
bawah yang menyebabkan daun berlubang tinggal tulang daun.
Pengendalian: merontokkan kepompong yang menempel pada tanaman, dan disemprot
dengan insektisida Brestan 60 (Moluskasida) pada konsentrasi yang dianjurkan.
4. Tungau (Tetranychus telarius)
Tungau mirip laba-laba, sangat kecil ± 0,3 mm, berwarna merah/hijau/kuning.
Berkembangbiak dengan cepat bila cuaca lembab dan panas, serta sirkulasi udara
kurang baik.
Gejala:: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman, pada bagian
daun/pucuk, sehingga menyebabkan titik-titik merah berwarna kuning/abu-abu
kecoklat-coklatan.
Pengendalian: disemprot insektisida-akarisida seperti Omite 570 EC atau Kelthane 200
EC atau Mitac 200 EC Meothrin 50 EC, Nissuron 50 EC dan lain-lain pada konsentrasi
yang dianjurkan.
5. Thrips
Hama ini berukuran sangat kecil ± 1 mm, berwarna kuning-oranye/kuning kecoklat-
coklatan.
Gejala:: merusak/mengisap cairan sel tanaman, terutama bunga, daun, dan cabang.
Menyenangi mawar bunga berwarna kuning/terang lainnya.
Pengendalian: pemangkasan bagian tanaman yang terserang berat dan disemprot
dengan insektisida Mesurol 50 WP, Tokuthion 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC
dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

6. Nematoda akar (Meloidgyne sp.)


Nematoda akar ukurannya sangat kecil (hanya dapat dilihat dengan mikroskop).
Gejala:: menyerang akar tanaman mawar, dapat menembus ke bagian batang sehingga
menyebabkan gejala pertumbuhan kerdil, kadang layu (kehilangan kekuatan tumbuh)
dan terdapat bintil-bintil pada akar.
Pengendalian: pergiliran tanaman, sterilisasi media tanam, dan menggunakan bahan
kimiawi (nematisida) : Furadan 3 G, Rugby 10 G atau Indofuran pendidikan G pada
saat tanam.

2. Penyakit

1. Bercak hitam
Penyebab: cendawan (jamur) Marsonina rosae (Lib.) Lind. (“Black spotâ€).
Gejala: daun bercak hitam-pekat yang tepinya bergerigi. Lambat laun bercak-bercak
berdiameter ± 1 cm menyatu, sehingga jaringan daun di sekitarnya menjadi kuning.
Dapat pula terjadi pada tangkai daun, batang, dasar bunga, kelopak dan tajuk bunga.
Daun yang terserang akan mudah berguguran. Pengendalian non kimiawi: memangkas
bagian tanaman yang sakit dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Propineb dan
Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.
2. Karat daun
Penyebab: cendawan (jamur) Phragmidium mucronatum (Pers. ex Pr.) Schlecht.
Gejala: bintik-bintik warna jingga kemerah-merahan pada sisi bawah daun, pada sisi
daun atas terdapat bercak bersudut warna kemerah-merahan. Daun yang terserang berat
akan mudah gugur (rontok). Pengendalian non kimiawi: pemotongan/pemangkasan
daun sakit kemudian dimusnahkan.
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Zineb atau Maneb
pada konsentrasi yang dianjurkan.
3. Tepung mildew
Penyebab: cendawan Oidium sp.
Gejala: terdapat tepung/lapisan putih pada permukaan daun sebelah bawah dan atas.
Daun/bagian tanaman yang terserang akan berubah warna dari hijau menjadi kemerah-
merahan, lambat laun kekuningkuningan dan akhirnya daun-daun cepat rontok (gugur).
Pengendalian non kimiawi: memetik daun yang terserang untuk dimusnahkan dan
menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida Belerang, atau mengandung bahan aktif
Pirazifos.
4. Bengkak pangkal batang
Penyebab: bakteri Agrobacterium tumefacien (E.F Sm et Town.) Conn.
Gejala: terjadi pembengkakan pada pangkal batang dekat permukaan tanah, sehingga
tanaman menjadi kerdil dan akhirnya mati.
Pengendalian non kimiawi: mencabut tanaman yang sakit untuk dimusnahkan dan
sewaktu pemeliharaan tanaman (pemangkasan) menggunakan gunting pangkas yang
bersih dan steril.
Pengendalian kimiawi: disemprot oleh bakterisida yang berbahan aktif Streptomisin
atau Oksitetrasikin.
5. Mosaik (belang-belang)
Penyebab: virus (Virus Mosaik Mawar) (Rose mosaic Virus).
Gejala: daun menguning dan belang-belang, tulang-tulang daunnya seperti jala.
Pengendalian: penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman secara intensif,
penyemprotan insektisida untuk pengendalian serangga vektor, dan membongkar
(eradikasi) tanaman yang sakit untuk dimusnahkan agar tidak menular kepada tanaman
yang lainnya.
6. Bercak daun
Penyebab: dua patogen, yaitu cendawan Cercospora rosicola Pass. dan Alternaria sp.
Gejala: serangan cercospora bercak-bercak coklat pada daun-daun tua, sedangkan
bercak alternaria berwarna kehitam-hitaman.
Pengendalian nonkimiawi: memotong/memetik daun yang sakit untuk dimusnahkan
dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang mengandung bahan aktif Tembaga
(Cu).
7. Jamur upas
Penyebab: cendawan Corticium salmonicolor (Berk. et Br.) Tjokr.
Gejala: terdapat lapisan kerak berwarna merah pada batang, dan lambat laun batang
akan membusuk serta mati.
Pengendalian nonkimiawi: mengelupaskan kulit dan mengerok bagian tanaman yang
sakit, kemudian diolesi cat/ter, dapat pula sekaligus memotong bagian batang yang
terinfeksi berat.
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Tridemorf.
8. Busuk bunga
Penyebab: cendawan Botrytis cinerea Pers. Fr.
Gejala: kuntum bunga yang telah membuka membusuk berwarna coklat, dan berbintil-
bintil hitam.
Pengendalian nonkimiawi: membungkus bunga yang mulai mekar dengan kantong
kertas minyak/plastik dan penanganan pasca panen bunga sebaik mungkin.
Pengendalian kimiawi: penyemprotan fungisida yang berbahan aktif Benomil.
9. Penyakit Fisiologis
Penyebab: kekurangan unsur hara (defisiensi), kurang Nitrogen, Phosfor, dan Kalium.
Gejala: kekurangan nitrogen menyebabkan warna daun hujau-muda (pucat) kekuning-
kuningan dan pertumbuhan tanaman menjadi lambat (kerdil). Kekurangan phosfor
menyebabkan tanaman menjadi kurus dan kerdil, sedangkan kurang kalium daun-daun
menjadi mengering di sepanjang tepi/pinggirannya.
Pengendalian: pemberian pupuk berimbang, terutama unsur N, P2O5, dan K2O ataupun
disemprot pupuk daun yang kandungan unsur haranya tinggi sesuai dengan gejala
defisiensi.

D. FASE TANAM

1. Pemilihan Bibit
- Pilih buah mawar dari tanaman induk yang sudah produktif berbunga dan jenis unggul
sesuai keinginan.
- Petik buah mawar terpilih yang sudah matang (masak) di pohon.

2. Cara Tanam

Waktu tanam mawar adalah pada awal musim hujan (bila keadaan airnya memadai dapat
dilakukan sepanjang musim/tahun. Tanaman mawar yang ditanam berupa bibit cabutan
(tanpa tanah), dan bibit yang berasal dari polybag.

E. FASE PENGLOLAAN TANAMAN

1. a) Siram media persemaian mawar secara kontinu 1-2 kali sehari.

b) Sapih (perjarang) bibit mawar yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil yang
sudah diisi media campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).

2. Pemupukan
Pupuk organik (pupuk kandang/kompos) 20-30 ton/hektar atau Super TW Plus 4-5
ton/hektar diberikan secara disebar dan dicampur merata bersama tanah sambil
merapikan lahan (bedengan). Pemberian pupuk organik dengan dimasukkan (diisikan) ke
dalam lubang tanam rata-rata 1-2 kg/tanaman.
F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN

1. Pemanenan

1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga


Ciri-ciri bunga mawar siap dipetik (dipanen) untuk tujuan sebagai bunga potong : kuntum
bunganya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga tabur
pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh.
Waktu panen yang ideal adalah pagi atau sore hari (saat suhu udara dan penguapan air
tidak terlalu tinggi). Di beberapa sentra produsen bunga potong melakukan pemetikan
bunga mawar pada malam hari.
2. Cara Pemetikan Bunga
Cara panen bunga mawar adalah dengan memotong tangkai bunga pada bagian dasar
(pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun. Alat pemotong bunga mawar
dapat berupa pisau ataupun gunting pangkas yang tajam, bersih dan steril.
3. Periode Panen
Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat dipanen pada
umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas dan kesuburan pertumbuhannya.
Pembuangan ini akan produktif bertahun-tahun berkisar 3-5 tahun.
4. Prakiraan Produksi
Tanaman mawar yang dipelihara secara intensif dari jenis/varietas unggul dapat
menghasilkan 120.000–280.000 kuntum/hektar/tahun. Tingkat produksi ini tergantung
pada varietas mawar, kesuburan tanah, jarak dan tingkat perawatan tanaman selama di
kebun.

2. Cara Panen

1) Pengumpulan pascapanen bunga potong mawar:


Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan ke dalam wadah (ember) yang
berisi air bersih. Posisi tangkai bunga diatur sebelah bawah terendam air.
Angkut seluruh hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk memudahkan
penanganan berikutnya.

2) Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur:


Kumpulkan kuntum bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah (keranjang
plastik, tampah/ember berisi air bersih).
KLIPING PERTANIAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH : RIA WIDIA N
KELAS : XI IPS2
SMA NEGERI 7 BERAU

TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

You might also like