Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Abdurrasyid
Disusun oleh:
ABDURRASYID
NIM: 01.06.191
Pembimbing I Pembimbing II
YOGYAKARTA
2009
ii
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Disahkan oleh :
“ YAB” Yogyakarta
iii
M-o-t-t-o
“Terima kasih ialah wujud tanda Syukurku
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
º Allah SWT
yang telah memberikan kekuatan, ketabahan, petunjuk
dan semangat untuk hadapi segala hal yang saya alami
selama ini.
v
º Seluruh Dosen yang pernah memberikan ilmunya, serta
seluruh staff karyawan AKFIS “ YAB”
º almamaterku.
Thanks to:
ABDOMEN BAND (RASYID ARIF, YENI, YANTO,SULIS)
Bullet For My Valentine, Ax7, Pee Wee Gaskin, Koil,n All Scream
Teriakan kalian gemparkan emosi dengan lagumu
Inspirasikan jiwa dan pikiranku
Bangkitkan semangatku
vi
KATA PENGANTAR
Dextra Post Stroke Non Haemoragic”. Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini,
Yogyakarta.
5. Bapak Gideon Setiawan, selaku pasien dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata
penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dalam
Penyusun
vii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Evaluasi Kekuatan Otot Anggota Gerak Kanan Dengan MMT ..............45
xi
DAFTAR GRAFIK
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
MOTTO ...................................................................................................................... iv
1. Definisi ........................................................................................................ 5
3. Etiologi ..................................................................................................... 16
4. Patologi .................................................................................................... 17
viii
5. Tanda dan Gejala Klinik ........................................................................... 18
6. Komplikasi ................................................................................................ 19
1. Electrical Stimulation................................................................................ 22
A. Pengkajian Fisioterapi................................................................................... 28
C. Evaluasi ......................................................................................................... 44
A. Kesimpulan ................................................................................................... 52
B. Saran.............................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia
dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang
500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia
1
2
muda dan produktif hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak
sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga
serangan stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya
hipertensi yang disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan
ekonomi, dampak dari insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena stroke
bawah pada salah satu sisi anggota tubuh. Untuk itu penderita stroke perlu
anggota gerak serta gangguan lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat
ditangani dengan Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan. Adapun beberapa metode
metode lain yang bisa digunakan. Modalitas yang digunakan untuk mencapai
fungsi-fungsi yang optimal pada pasien yang penulis angkat adalah dengan
modalitas Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan secara aktif maupun pasif serta
modalitas yang dipakai oleh fisioterapi untuk mengontrol fungsi motorik pada
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas pada Karya Tulis
Elektris dan Terapi Latihan Pada Kasus Hemiparese Dextra Post Stroke Non
Hemoragik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dalam rumusan masalah yang telah ada, maka ada beberapa tujuan yang
1. Tujuan Umum
Fisioterapi.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam
Stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak.
Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat
gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan
yang menyebabkan pasokan darah ke otak berkurang (Forum Studi Bobath, 2009).
terpenuhi. Hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen dan nutrisi lainnya tidak
5
6
2. Anatomi Fungsional
a. Anatomi Otak
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami
perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung
(meninges) dan berada di dalam rongga tengkorak (Chusid, 1979). Selain itu otak
juga merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan
otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah
1) Hemisferium Serebri
kanan dan kiri yang dipisahkan oleh celah dalam yang disebut dengan fisura
longitudinalis serebri (Chusid, 1979). Bagian luar dari hemisferium serebri terdiri
dari substantia grisea yang disebut sebagai korteks serebri. Kedua hemisferium ini
dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut dengan corpus calosum.
dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan. Hemisferium
serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisferium serebri kiri
2) Korteks Serebri
dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus
a) Lobus Frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan dari sulkus
motorik. Daerah broca terletak di lobus frontalis dan mengotrol expresi bicara.
moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga memodifikasi dorongan-
tonjolan akson ke korda spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam alur yang
serebrum berjalan ke bawah ke sisi kanan korda spinalis dan mengontrol gerakan
motorik sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Sedangkan akson-akson lain dari
b) Lobus Temporalis
bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.
8
Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk informasi auditorik dan mencakup daerah
wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau
c) Lobus Parietalis
oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa raba dan
pendengaran.
d) Lobus Oksipitalis
terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan diatas fisura parieto-
oksipitalis. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.
Gambar 1.
Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Swaramuslim, 2009)
9
Gambar 2.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 1997)
Gambar 3.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 1997)
spesifik. Pembagian dan klasifikasi korteks serebri telah diusahakan oleh banyak
digunakan ialah sistem dari von Economo dan Brodmann (gambar.4). Von
10
dan patologis (Chusid, 1979). Pada lobus frontalis terdiri dari area 4 yang
merupakan daerah motorik yang utama, area 6 merupakan bagian sirkuit traktus
extrapiramidalis, area 8 berhubungan dengan gerakan mata dan pupil, area 9, 10,
11,12 adalah daerah asosiasi frontalis. Lobus parietalis terdiri dari area 3, 2, 1
korteks audiotorius sekunder atau asosiasi, area 38, 40, 20, 21 dan 22 adalah
daerah asosiasi. Lobus oksipitalis terdiri dari area 17 yaitu korteks striata, korteks
visual yang utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual (Chusid,
1979).
11
Gambar 4.
Permukaan lateral serebrum. Daerah-daerah korteks terlihat menurut Brodmann
(angka-angka) dan von Economo (huruf-huruf) (Chusid, 1979)
Gambar 5.
A. Sensory Homunculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus post-sentralis,
B. Motor Homonculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus pre-sentralis
(Binhasyim, 2007)
12
3) Ganglia Basalis
dalam hemisferium serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion basalis
terbagi menjadi empat bagian, yaitu nukleus kaudatus, nukleus lentiformis, korpus
dalam sistem extrapiramidal. Fungsi dari ganglia basalis adalah pusat koordinasi
dan keseimbangan.
4) Traktus Extrapiramidalis
jalur dari korteks motorik menuju Anterior Horn Cell (AHC). Fungsi utama dari
sikap tubuh dan integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktus
5) Traktus Piramidalis
Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima korteks
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat
mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan
(Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-
pembuluh darah yang bercabang-cabang, behubungan erat satu dengan yang lain
sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans
posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri
Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris
(Wilson, 2002).
14
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang liat.
Sinus-sinus dura mater tidak mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk
triangular.
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama
superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus.
Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson,
2002).
15
Gambar 6.
Circulus Willisi (Wikipedia, 2009)
16
3. Etiologi
haemoragic (perdarahan) jika arteri pecah dan stroke non haemoragic (ischemic)
jika arteri tersumbat. Stroke non haemoragic mencakup stroke thrombotic dan
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan
terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko stroke dibagi menjadi
dua yaitu:
stroke.
1) Hipertensi
2) Diabetes Millitus
3) Merokok
5) Obesitas
4. Patologi
peredaran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk circulus willisi yang terdiri dari arteri karotis interna dan arteri
darah yang ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi kematian
a. Trombotik Serebri
degenerasi dari dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah menjadi lemah,
berwarna kuning dan menebal oleh karena penumpukan zat lemak. Selain itu
pembuluh darah bagian dalam yang permukaannya licin menjadi tidak rata.
(O2) dan zat-zat lainnya, yang akhirnya jaringan otak menjadi mati atau rusak.
b. Emboli Serebri
bekuan darah, tumor, lemak, udara atau substansi lainnya (Chusid, 1979). Emboli
Emboli dapat menyumbat pembuluh darah otak secara total atau partial. Daerah
18
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah ini akan mengalami infark atau
pembuluh darah atau jantung terlepas dan kemudian masuk ke dalam perdaran
darah otak yang menimbulkan gejala-gejala stroke yang timbul secara mendadak.
Gambar 7.
Stroke akibat thrombosis dan stroke akibat emboli (Binhasyim, 2007)
tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang
a. Gangguan Motorik
4) Gangguan keseimbangan.
5) Gangguan koordinasi.
b. Gangguan Sensorik
1) Gangguan propioceptif.
2) Gangguan kinestetik.
3) Gangguan diskriminatif.
6. Komplikasi
a. Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/
pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari
pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya emboli paru
dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini disebabkan thrombus
dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli, bersama darah menuju
d. Sindroma Bahu
komplikasi pasca stroke yang telah dikenal secara baik walaupun kondisi ini
jarang ditemui pada pasien pasca stroke. Gejala ini ditandai dengan adanya nyeri
pada gerak aktif dan pasif pada bahu yang terkena, diikuti nyeri pada gerakan
ekstensi pergelangan tangan dan bengkak pada pergelangan tangan dan tangan.
e. Spastisitas
peningkatan tonus lebih tinggi dari normal karena terputusnya aktifitas stretch
f. Dekubitus
adanya tekanan pada daerah yang menonjol pada tubuh yang kontak langsung
dengan bed dalam waktu lama, pembuluh darah tertekan, dan terjadilah nekrosis
non haemoragic sangat bervariasi tergantung pada topis lesi dan derajat beratnya
lesi. Problematika yang terjadi menurut klasifikasi dari WHO yang dikenal
1. Impairment
sebagai gangguan kapasitas fisik maupun psikologi yang cukup berat. Pasien
mempengaruhi.
dalam paru.
2. Functional Limitation
beraktifitas fungsional. Dalam hal ini karena tidak mampu menggerakkan anggota
tubuh yang lumpuh misalnya lengan dan tungkai, untuk perawatan diri dan
rambut, gosok gigi dan mengambil sesuatu akan menjadi terganggu, sedangkan
tadi akan membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan normal baik
sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Keadaan yang terakhir ini disebut
untuk berperan serta secara normal dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
1. Stimulasi Elektris
otot ataupun grup otot (Inverarity, 2005). Jenis alat listrik yang bisa digunakan
penyembuhan dari cidera atau injury melalui proses collateral sprouting dan
synaptic reclamation. Neural plasticity merupakan hal yang yang penting untuk
mendidik kembali fungsi otot dan aplikasi fasilitasi. Pada stroke dengan
mereorganisasi fungsi yang mengalami cidera atau injury atau kerusakan disebut
dengan neural plasticity. Pada fase ini adalah awal perbaikan fungsional
neurology berupa perbaikan primer oleh penyerapan kembali oedema di otak dan
a. Collateral Sprouting
Merupakan respon neuron daerah yang tidak mengalami cedera dari sel-sel
yang utuh ke daerah yang denervasi setelah cedera. Perbaikan sistem saraf pusat
dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun setelah cedera dan dapat terjadi
b. Unmasking
Dalam keadaan normal banyak akson dan sinaps yang tidak aktif. Apabila
jalur utama mengalami kerusakan maka fungsinya akan diambil oleh akson dan
sinaps yang tidak aktif tadi. Menurut Wall dan Kabat, jalur sinapsis mempunyai
eksitabilitas sinapsnya.
otak.
menimbulkan kontraksi otot, sehingga akan merangsang golgi tendon dan muscle
spindle. Rangsangan pada muscle spindle dan golgi tendon akan diinformasikan
gerakan-gerakan pola fungsional. Selain itu juga memberikan fasilitasi pada otot
2. Terapi Latihan
latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif (Priatna, 1985). Dengan di
berikan terapi latihan dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot, menjaga
otot, serta memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat
beraktifitas normal.
Dalam praktek terapi latihan dapat dilakukan dengan cara pasif maupun
aktif. Dua cara tersebut dapat di bagi atas beberapa kriteria lagi, yaitu :
a. Gerakan aktif
bersangkutan dengan melawan gravitasi. Tujuan dari latihan ini adalah melatih
aktif dibagi menjadi 2, yaitu gerak yang tidak disadari (involuntary movement)
dan gerak yang disadari (voluntary movement). Gerak yang disadari (voluntary
memberi bantuan.
b. Gerakan pasif
pasien tanpa pasien harus melawan gravitasi. Tujuan dari gerakan pasif ini
menjadi 3 yaitu:
Salah satu metode terapi latihan yang dilakukan pada kasus ini adalah
reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan atau
gerakan yang terkoordinasi. Dengan pola gerakan aktivitas yang bersifat spiral
dan diagonal. Gerakan ini menyerupai atau sesuai dengan gerakan-gerakan yang
digunakan dalam olah raga dan aktivitas sehari-hari. Sifat spiral dan diagonal
tersebut juga sesuai dengan karakteristik susunan system skeletal, sendi-sendi, dan
struktur ligament yang sifatnya juga spiral dan memutar. Tiap diagonal terdiri dari
pola-pola yang saling berlawanan satu dengan yang lain. Tiap pola mempunyai
digunakan pada kasus ini adalah Rhythmical Initiation, Timing For Emphasis, dan
Slow Reversal.
a. Rhythmical Initiation
4) Untuk relaxasi.
27
Bentuk gerakan dimana bagian yang lemah dari gerakan mendapat ekstra
2) Untuk mobilisasi
c. Slow Reversal
A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesis
dibutuhkan dalam menentukan diagnosa dan terapi latihan yang akan diberikan.
Autoanamnesis adalah tanya jawab secara langsung dengan pasien itu sendiri.
mengetahui keadaan pasien. Pada kasus ini anamnesis yang dilakukan secara
autoanamnesis (Hudaya,1996).
a. Anamnesis umum
1) Nama : Bp. G
2) Umur : 79 Tahun
4) Agama : Kristen
5) Pekerjaan : Wiraswasta
28
29
b. Anamnesis khusus
keluhan utama merupakan satu atau lebih dari gejala dominan yang mendorong
pasien untuk pergi mencari pertolongan. Keluhan utama pasien adalah anggota
apa yang berhubungan dengannya. Riwayat penyakit sekarang pasien adalah pada
tanggal 23 Januari 2009 di Cikarang, setelah pulang dari jalan-jalan pagi pasien
tiba-tiba merasakan mata kanan terlihat lebih gelap dibanding dengan mata
kirinya dan badan sisi kanan terasa lebih lemah. Kemudian pasien dilarikan ke
Rumah Sakit Siloam selama 5 hari, lalu pasien pulang ke Jogja dan diperiksa
kembali oleh dokter dan dirujuk ke fisioterapi untuk ditangani sampai sekarang.
Menanyakan kepada pasien tentang penyakit apa saja yang pernah diderita
hipertensi, jantung koroner. Dari pemeriksaan ini didapatkan data yaitu penderita
sudah pernah menderita penyakit serupa sebelumnya pada tahun 2008, dan juga
e. Riwayat pribadi
ini diperoleh data, pasien adalah pasien seorang wiraswasta yang menyukai
f. Riwayat keluarga
menurun dari keluarga. Dari pemeriksaan ini diperoleh data bahwa tidak ada
g. Anamnesis sistem
seperti :
1) Kepala dan leher : Pasien tidak mengeluhkan pusing dan kaku leher.
tebal-tebal.
2. Pemeriksaan Fisik
4) Temperatur : 37, 5 o C
Data lain:
2) Berat badan : 65 kg
b. Inspeksi
1) Inspeksi statis
dalam keadaan diam. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil tangan kanan pasien
ke arah pola sinergis yaitu fleksi elbow, adduksi shoulder dan palmar fleksi.
2) Inspeksi dinamis
dalam keadaan bergerak. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil yang tampak saat
c. Palpasi
pasien, dengan meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien untuk
mengetahui adanya spasme, nyeri tekan dan suhu. Diketahui hasil tidak ada
spasme otot, tidak ada nyeri tekan, dan suhu lokal pasien dalam batas normal.
d. Perkusi
Perkusi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk suatu
e. Auskultasi
a. Gerak pasif
pasien dalam keadaan rileks. Tujuan dari pemeriksaan gerak pasif untuk
mendapatkan data informasi tentang lingkup gerak sendi secara pasif pada
masing-masing sendi dan spastik pada anggota gerak sisi kanan. Tidak ada
keterbatasan gerak, ada kekakuan pada adduktor shoulder, fleksor elbow, fleksor
wrist, fleksor jari-jari tangan, adduktor hip, serta plantar fleksor ankle dan tidak
ada nyeri.
b. Gerak aktif
terapis melihat dan memberikan aba-aba. Tujuan tes ini adalah untuk
menggerakkan setiap sendi anggota gerak kanan dan rasa nyeri gerak. Hasil
pemeriksaan ini adalah pasien mampu melakukan semua gerak aktif pada anggota
gerak bawah dan atas sisi kanan, tidak ada keterbatasan gerak dan tidak ada nyeri.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui adanya penurunan kekuatan
otot pada anggota gerak atas dan bawah sisi kanan. Dilakukan dengan cara pasien
33
diperintahkan untuk melakukan gerakan tapi diberi tahanan oleh terapis. Hasil
pemeriksaan ini adalah pada anggota gerak bawah sisi kanan pasien mampu
melakukan melawan tahanan minimal, sedangkan pada anggota gerak atas sisi
ini diperoleh keterangan bahwa pasien mampu menceritakan kapan keluhan itu
permasalahan penyakit yang dihadapi dan pasien dapat bekerja sama dengan
berhubungan dengan orang lain baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat
a. Fungsional dasar
tidur miring kekanan dan kekiri, duduk, duduk ke berdiri dan jalan. Data yang
dapat diambil dari pemeriksaan ini adalah pasien mampu tidur miring ke kanan
b. Fungsional aktivitas
toileting serta aktivitas yang dilakukan pasien sehari-hari. Data yang dapat
diambil dari pemeriksaan ini adalah adanya keterbatasan dalam aktifitas toileting,
memakai celana panjang dan naik turun tangga sehubungan dengan aktifitas
sehari-hari.
c. Lingkungan aktivitas
maupun di luar rumah. Data yang dapat diambil dari pemeriksaan ini adalah di
lingkungan rumah, pasien kesulitan untuk naik tangga dan masih perlu bantuan.
6. Pemeriksaan Spesifik
yang selanjutnya agar didapatkan hasil terapi yang maksimal, sehingga tujuan
terapi dapat tercapai. Pada kondisi pasien ini pemeriksaan kekuatan otot
b. Pemeriksaan Spatisitas
untuk mengetahui adanya peningkatan maupun penurunan tonus otot pada pasien
berikut :
36
minimal pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau
ekstensi.
sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi tetap mudah digerakkan.
3: Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM , tapi
5: Sendi atau ekstremitas kaku atau rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi.
Abduktor hip 0
Fleksor knee 0
Ekstensor knee 0
Plantar fleksor ankle 1
Dorsal fleksor ankle 0
pasien. Ini sangat penting karena tujuan akhir dari rehabilitasi stroke adalah
reliabilitas rates tinggi untuk pasien stroke. Skor normal indeks ini adalah 100
(mandiri).
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
melakukan aktifitas.
7. Diagnosis Fisioterapi
a. Impairment
b. Functional Limitation
tangan kanannya.
c. Participation Restriction
merasa dikucilkan
8. Tujuan
a. Jangka Pendek
diketahui pada kasus ini adalah meningkatkan kekuatan otot, menjaga spastisitas
39
fungsional pasien.
b. Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang yang dapat diketahui pada kasus ini adalah
9. Edukasi
diajarkan fisioterapis seperti latihan aktif maupun latihan aktif dengan pola
kembali.
B. Pelaksanaan Fisioterapi
a. Persiapan alat
Menyiapkan alat dan memeriksa alat yang meliputi kabel dan pad.
b. Persiapan pasien
sensibilitas tajam dan tumpul pada ekstrimitas atas dan bawah sisi kanan dengan
tujuan mengetahui apakah pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Pada
tes ini pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Daerah ekstremitas atas
40
dan bawah kanan yang hendak diterapi bebas dari pakaian dan dalam keadaan
ditimbulkan oleh stimulasi elektris, yaitu rasa tertusuk-tusuk halus hingga timbul
kontraksi otot.
c. Pelaksanaan fisioterapi
Pad atau elektroda yang diletakkan oleh fisioterapis pada lengan dan
tungkai yang lesi pada group otot ekstensor, kedua pad diletakkan pada origo dan
sedikit sampai ada kontraksi otot pada group otot ekstensor. Untuk satu grup otot
2. Terapi Latihan
atau latihan pernafasan dan diberi manipulasi massage pada sendi yang akan
dilatih. Hal ini dilakukan sebagai persiapan terapi latihan dan relaksasi. Pada
kondisi pasien ini penulis memberikan latihan gerak pasif (Relax passive
Movement dan Stretching), gerak aktif (Free Active Movement dan Asissted Active
Movement) dan latihan metode PNF pada anggota gerak atas dan bawah.
a. Gerak Pasif
dan anggota gerak bawah sisi kanan tubuh pasien dengan gerakan yang ada pada
41
setiap sendi pada anggota gerak sisi kanan. Setiap gerakan dilakukan 8 kali
pengulangan.
2) Stretching (Penguluran)
kanan yang mengalami spastik dengan melawan pola sinergis pasien. Stretching
yang dilakukan stretching yaitu otot fleksor jari-jari, fleksor wrist, adduktor hip,
dan plantar fleksor hip. Setiap gerakan gerakan dilakukan selama 6 detik lalu
b. Gerak Aktif
gerak atas dan bawah sisi kanannya secara aktif sesuai dengan perintah yang
diberikan oleh fisioterapis. Selain itu juga diberikan latihan dalam posisi miring
toleransi pasien.
gerak atas sisi kanannya secara aktif dan dibantu oleh terapis. Selain itu juga
diberikan latihan dalam posisi miring dengan gerakan yang sama. Setiap gerakan
dengan pola-pola gerakan lengan yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-
Gambar 7.
Gerak latihan lengan dengan pola ekstensi-adduksi-endorotasi
ke fleksi-abduksi-eksorotasi (mhhe.com, 2001)
Gambar 8.
Gerak latihan lengan dengan pola ekstensi-abduksi-eksorotasi ke fleksi-adduksi-
endorotasi dan sebaliknya (mhhe.com, 2001)
dengan pola-pola gerakan tungkai yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-
Gambar 9.
Gerak latihan tungkai dengan pola ekstensi-adduksi-endorotasi ke fleksi-abduksi-
eksorotasi (mhhe.com, 2001)
Gambar 10.
Gerak latihan tungkai dengan pola fleksi-adduksi-endorotasi dengan fleksi lutut
(mhhe.com, 2001)
a) Rhytmical Initiation
aktif. Kedua dilakukan gerakan melawan tahanan ringan pada pola ekstensi dan
c) Slow Reversal
dahulu. Tanpa ada relaxasi, ganti dengan gerakan pada pola yang berlawanan. Lalu
kembali ke pola gerak awal tanpa relaxasi dengan diberi tahanan ringan dan diberi
aba-aba untuk melawan tahanan fisioterapis. Lakukan juga pada tungkai. Latihan
C. Evaluasi
Agar tujuan terapi yang ingin kita capai dapat berhasil dengan baik dan
dilakukan dalam waktu tertentu, yaitu dalam suatu periode selama 6 kali terapi.
perkembangan pasien dalam satu periode terapi. Hal ini penting untuk
penulis lakukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, antara lain :
45
PEMBAHASAN HASIL
hemiparese dextra post stroke non hemoragik yang telah diberikan selama 6 kali
terapi, dari T1 sampai T6 secara sistematis dan bertahap diperoleh adanya kondisi
kemajuan ini juga tidak lepas dari peran serta keluarga dan tenaga medis lain yang
restriction yang ada pada pasien dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk
mengetahui keberhasilan terapi. Ini dapat dilihat dari kondisi pasien yang dapat
dibandingkan pada saat pemeriksaan dan setelah diberikan program terapi. Secara
garis besar evaluasi terakhir setelah diberikan program terapi latihan menunjukkan
tentang evaluasi berkala yang dilakukan penulis pada kasus yang dibahas.
48
49
Adduktor 2 2 Tetap
Abduktor 2 2 Tetap
Fleksor elbow 2 2 Tetap
Ekstensor 2 3 Meningkat
Supinator 3 3 Tetap
Pronator 3 3 Tetap
Fleksor wrist 2 3 Meningkat
Ekstensor wrist 2 3 Meningkat
Fleksor jari-jari 3 3 Tetap
Ekstensor jari-jari 3 3 Tetap
Fleksor hip 4 5 Meningkat
Ekstensor 4 5 Meningkat
Adduktor 4 5 Meningkat
Abduktor 4 5 Meningkat
Fleksor knee 4 5 Meningkat
Ekstensor 4 5 Meningkat
Plantar fleksor ankle 4 5 Meningkat
Dorsal fleksor ankle 4 5 Meningkat
Aktifitas T1 T6
B M B M
1. Makan 10 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 15 15
tidur dan sebaliknya termasuk duduk
ditempat tidur.
3. Kebersihan diri, mencuci muka, 0 5
menyisir, mencukur dan mengosok gigi
4. Aktivitas di toilet (menyemprot, 5 5
mengelap)
5. Mandi 5 5
6. Berjalan di jalan yang datar (jika tidak 15 15
mampu jalan) melakukannya dengan
kursi roda.
51
R. Putz, and R. Pabst; Atlas Anatomi Manusia Sobotta. [ed.] Joko Suyono.
20.Jakarta : EGC, 1997. Hal. 289. Gambar 494 Lipatan Berliku, Gyri,
Hemisfer otak besar; tampak lateral (ki).
Swaramuslim.Stroke.[Cited:Maret5,2009.]http://swaramuslim.com/images/upload
s/ch1-1-d-img1-big.jpg. 2009.
Wilson, Sylvia A. Price & Lorraine M; Patofisiologi. 6. s.l. : EGC, 2002. Vol. II.
Umur : 79 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
A. DIAGNOSIS MEDIS
B. CATATAN KLINIS :
1
2
C. TERAPI UMUM
A. DATA FISIOTERAPI
1. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
a. KELUHAN UTAMA :
pagi pasien tiba-tiba merasakan mata kanan terlihat lebih gelap dibanding dengan
mata kirinya dan badan sisi kanan terasa lebih lemah. Kemudian pasien dilarikan
ke Rumah Sakit Siloam selama 5 hari, lalu pasien pulang ke Jogja dan diperiksa
kembali oleh dokter dan dirujuk ke fisioterapi untuk ditangani sampai sekarang.
- Hipertensi (+)
d. RIWAYAT PRIBADI
e. RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
f. ANAMNESIS SISTEM
2) Sistem Kardiovaskuler
3) Sistem Respirasi
4) Sistem Gastrointestinal
Tidak ada keluhan mual dan muntah, buang air besar lancar dan
terkontrol.
5) Sistem Urogenitalis
6) Sistem Muskuloskeletal
7) Sistem Nervorum
2. PEMERIKSAAN FISIK
4) Suhu : 36,5º C
b. 1) Berat Badan : 65 kg
c. INSPEKSI
Statis : tangan kanan pasien ke arah pola sinergis yaitu flexi elbow,
bantu tripod.
d. PALPASI
Tidak ada spasme otot, tidak ada nyeri tekan, dan suhu lokal pasien dalam
batas normal.
e. PERKUSI
Tidak dilakukan
f. AUSKULTASI
Tidak dilakukan
g. GERAKAN DASAR
1) Gerak Pasif
fleksor elbow, fleksor wrist, fleksor jari-jari tangan, adduktor hip, serta plantar
2) Gerak Aktif
Pasien mampu melakukan semua gerak aktif pada anggota gerak bawah
dan atas sisi kanan, tidak ada keterbatasan gerak dan tidak ada nyeri.
5
Pada anggota gerak bawah sisi kanan pasien mampu melakukan melawan
tahanan minimal, sedangkan pada anggota gerak atas sisi kanan pasien belum
dan pasien dapat bekerja sama dengan fisioterapis dalam proses terapi yang
diberikan,
1) Fungsional Dasar
Pasien mampu tidur miring ke kanan dan ke kiri, mampu duduk, mampu
2) Fungsional Aktivitas
3) Lingkungan Aktivitas
Di lingkungan rumah, pasien kesulitan untuk naik tangga dan masih perlu
bantuan.
6
b. Pemeriksaan Spatisitas
Supinator 0
Pronator 0
Fleksor wrist 2
Ekstensor wrist 0
Fleksor jari-jari tangan 2
Ekstensor jari-jari tangan 0
Fleksor hip 0
Ekstensor hip 0
Adduktor hip 1
Abduktor hip 0
Fleksor knee 0
Ekstensor knee 0
Plantar fleksor ankle 1
Dorsal fleksor ankle 0
Aktifitas Nilai
Bantuan Mandiri
1. Makan 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 15
sebaliknya termasuk duduk ditempat tidur.
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 0
mencukur dan mengosok gigi
4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5
5. Mandi 5
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15
jalan ) melakukannya dengan kursi roda.
7. Naik turun tangga 5
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5
9. Mengontrol BAB 10
8
a. Adanya kelemahan anggota gerak atas dan bawah pada sisi kanan
b. Adanya spastisitas
1. TUJUAN
2) Menurunkan spastisitas,
2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Teknologi Fisioterapi
1) Teknologi Alternatif :
IR, MWD, SWD, US, TENS, ES, Massage, dan Terapi Latihan
9
2) Teknologi Terpilih :
dan Fasilitasi
b. Edukasi
fisioterapis seperti latihan aktif maupun latihan aktif dengan pola gerakan
kembali.
3. RENCANA EVALUASI
D. PROGNOSIS
E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
a. Persiapan alat
Menyiapkan alat dan memeriksa alat yang meliputi kabel dan pad.
b. Persiapan pasien
sensibilitas tajam dan tumpul pada ekstrimitas atas dan bawah sisi kanan dengan
tujuan mengetahui apakah pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Pada
tes ini pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul. Daerah ekstremitas atas
dan bawah kanan yang hendak diterapi bebas dari pakaian dan dalam keadaan
kontraksi otot.
c. Pelaksanaan fisioterapi
Pad atau elektroda yang diletakkan oleh fisioterapis pada lengan dan
tungkai yang lesi pada group otot ekstensor dan satu pad lainnya diletakkan pada
second, dan naikkan intensitasnya sedikit demi sedikit sampai ada kontraksi otot
pada group otot ekstensor. Untuk satu grup otot ekstensor dilakukan 15 kali
2. Terapi Latihan
atau latihan pernafasan dan diberi manipulasi massage pada sendi yang akan
11
dilatih. Hal ini dilakukan sebagai persiapan terapi latihan dan relaxasi. Pada
kondisi pasien ini penulis memberikan latihan gerak pasif (Relax passive
Movement dan Stretching), gerak aktif (Free Active Movement dan Asissted
Active Movement) dan latihan metode PNF pada anggota gerak atas dan bawah.
a. Gerak Pasif
dan anggota gerak bawah sisi kanan tubuh pasien dengan gerakan yang ada pada
setiap sendi pada anggota gerak sisi kanan. Setiap gerakan dilakukan 8 kali
pengulangan.
2) Stretching (Penguluran)
kanan yang mengalami spastik dengan melawan pola sinergis pasien. Stretching
yang dilakukan stretching yaitu otot fleksor jari-jari, fleksor wrist, biceps brachii,
adduktor shoulder, adduktor hip, dan plantar fleksor hip. Setiap gerakan gerakan
b. Gerak Aktif
gerak atas dan bawah sisi kanannya secara aktif sesuai dengan perintah yang
diberikan oleh fisioterapis. Selain itu juga diberikan latihan dalam posisi miring
gerak atas sisi kanannya secara aktif dan dibantu oleh terapis. Selain itu juga
diberikan latihan dalam posisi miring dengan gerakan yang sama. Setiap gerakan
dengan pola-pola gerakan lengan yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-
dengan pola-pola gerakan tungkai yang ada dalam teknik PNF yaitu fleksi-
1) Rhytmical Initiation
aktif. Kedua dilakukan gerakan melawan tahanan ringan pada pola ekstensi dan
3) Slow Reversal
dahulu. Tanpa ada relaxasi, ganti dengan gerakan pada pola yang berlawanan. Lalu
kembali ke pola gerak awal tanpa relaxasi dengan diberi tahanan ringan dan diberi
aba-aba untuk melawan tahanan fisioterapis. Lakukan juga pada tungkai. Latihan
F. EVALUASI
Fleksor wrist 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
Ekstensor 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
wrist
Fleksor jari- 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
jari
Ekstensor 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
jari-jari
Fleksor hip 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Ekstensor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Adduktor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Abduktor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Fleksor knee 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Ekstensor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Plantar 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
fleksor ankle
Dorsal 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5
fleksor ankle
Keterangan : T1 s/d T6 : Terapi ke-1 s.d ke-6
Sbl : sebelum terapi
Ssd : sesudah terapi
2. Aktifitas Fungsional Pasien dengan Indeks Barthel
Aktifitas T1 T2 T3 T4 T5 T6
B M B M B M B M B M B M
1. Makan 10 10 10 10 10 10
2. Berpindah dari kursi roda 15 15 15 15 15 15
ke tempat tidur dan
sebaliknya termasuk duduk
ditempat tidur.
3. Kebersihan diri, mencuci 0 0 0 0 5 5
muka, menyisir, mencukur
dan mengosok gigi
4. Aktivitas di toilet 5 5 5 5 5 5
(menyemprot, mengelap)
5. Mandi 5 5 5 5 5 5
6. Berjalan di jalan yang 15 15 15 15 15 15
15
Nama : Abdurrasyid
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :