You are on page 1of 14

KONSEP RUANG LINGKUP

PENGANTAR STUDI (AGAMA) ISLAM

MAKALAH
Pengantar Studi Islam

:Oleh

TIM PENYUSUN

: Dosen
.Mukhlisin, S.Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


FAKULTAS TARBIYAH SURABAYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang telah
memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi

.Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik ukhwah


Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dslm

.menyusun karya ilmiah, yang berdasarkan atas tuntutan KBK


:Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak dosen pembimbing Mukhlisin S.Ag.1

Bapak dosen yang lain di Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan referansi/buku.2

.penyusunan karya ilmiah


Semua staf dan pegawai perpustakaan yang banyak memberikan refensi buku.3

.sehingga kita mudah menyusun makalah


Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih tetap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka akan
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Penulis

.berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca

Surabaya, 16 Oktober 2006

,Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

i ....................................................SAMPUL LUAR

................................................. SAMPUL DALAM


ii

...............................................KATA PENGANTAR
iii

.......................................................DAFTAR ISI
iv

........................................ PENDAHULUAN: BAB I

1
1 .............................. Latar Belakang.A

1 ........................... Rumusan Masalah.B

..........................................PEMBAHASAN: BAB II

2
2 .............Arti dan Identifikasi Konsep Agama.A

3
3 ........................Manusia dan Agamanya.B
4 ................ Pengertian Studi (Agama) Islam.C

5 ......... Asal-usul dan Pertumbuhan Studi Islam.D

6 ............................Tujuan Studi Islam.E


7 ............... Aspek-aspek Sasaran Studi Islam.F

.......................................... KESIMPULAN: BAB III

DAFTAR PUSTAKA

BAB
iv I
PENDAHULUAN

Latar Belakang.A

Pengantar studi Islam (PSI) merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya
mengkaji keislaman dengan wilayah telah materi ajaran agama dan fenomena
kehidupan beragama, sedangkan kajian tentang Islam yang bersifat historis-empiris

4
biasanya dilakukan di berbagai perguruan tinggi meliputi bukan saja yang
dianggap kebenaran oleh kaum muslimin melainkan juga yang hidup di tengah
masyarakat yang merupakan ekspresi-ekspresi keagamaan kaum muslimin yang

.faktual
Untuk penulis mencoba untuk mengkaji pengantar study Islam lewat
makalah dengan judul “ruang lingkup study Islam” yang di dalamnya terdapat asal-

.usul perkembangan Islam dan pengertian tentang study Islam

Rumusan Masalah.B

Apa arti dan identifikasi konsep agama.1

Manusia dan agamanya.2

Pengertian studi (agama) Islam.3

Asal-usul dan pertumbuhan studi Islam.4

Apa tujuan studi Islam.5

.Aspek-aspek sasaran studi Islam.6

5
BAB II
PEMBAHASAN

Arti Hakikat.A

Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat
diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat
berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat
nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air.
Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun
mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu
.air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air
Karena hakikat sesuatu itu senantiasa ada, maka kalangan filsuf Islam ada yang
memandang bahwa alam ini adalah kekal. Yang berubah pada alam ini hanya bentuk
.dan sifatnya, sedangkan intinya adalah bersifat lestari
Di samping hakikat yang universal tersebut ada lagi hakikat yang terdapat pada
masing-masing benda atau pada sesuatu yang ada. Hakikat ini dapat dinamakan
.dengan Haqiqah Juz’iyah atau biasa juga disebut aniyah
Bagi Ibnu Sina, dua hakikat yang disebut di atas hanya ada pada benak manusia,
sedangkan yang tampak pada kenyataan adalah wujud hakikat tersebut. Jadi yang
.paling berperanan bagi Ibnu Sina pada sesuatu adalah wujudnya
Istilah hakikat juga dipergunakan di kalangan tasawuf sebagai imbangan kata syariat.
Kata hakikat disini identik dengan aspek kerohanian dari ajaran Islam. Karena itu
kajian tentang hakikat dimulai dengan aspek moral yang dibarengi dengan aspek
ibadah. Jika kedua aspek ini diamalkan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan,
akan meningkatlah kondisi mental seseorang dari tingkat yang rendah ke tingkat yang
lebih tinggi melewati fase-fase. Suatu saat, ketika kondisi mentalnya telah sampai pada
tingkat tertinggi, Tuhan akan menerangi hati sanubari orang tersebut dengan nur-Nya,
sehingga pada wakti itu ia betul-betul dengan dengan Tuhan, dapat mengenal Tuhan,
dan dapat melihatNya dengan mata hatinya. Orang yang telah sampai pada tingkat ini
.di kalangan tasawuf dinamakan ahli hakikat
Lebih jauh bila hakikat dipergunakan untuk Tuhan, maka artinya menurut kajian
tasawuf ialah sifat-sifat Allah SWT. Adapun zat Allah SWT sendiri disebut dengan al-
Haqq. Kajian tentang hakikat dan al-Haqq ini pertama kali dikembangkan oleh al-
.Hallaj, kemudian dikembangkan oleh Ibnu Arabi

6
Bagi al-Hallaj, antara manusia dan Tuhan terdapat jarak sehingga masing-masing
mempunyai hakikat sendiri-sendiri. Tetapi antara dua hakikat itu terdapat kesamaan.
Dengan demikian bila kesamaan itu telah semakin mendekat, maka kaburlah garis
pemisah antara keduanya. Ketika itu terjadilah persatuan ( hulul ) antara al-Haqq dan
.manusia
Sedangkan bagi Ibnu Arabi, segala sesuatu yang ada berasal dari Tuhan. Oleh karena
itu ia bergabung dalam wujud Tuhan. Kalau seandainya wujud Tuhan tidak ada, maka
segala yang ada ( mawjud ) ini tidak pula akan ada. Karena itu ia menyimpulkan
bahwa segala sesuatu yang ada ini sebenarnya tidak mempunyai wujud sendiri. Wujud
.Tuhan adalah hakikat dari semua wujud yang ada ini

HAKIKAT MANUSIA DALAM AL-QURAN.B

Manusia dalam pandangan al-quran bukanlah makhluk anthtropornorfisme yaitu


makhluk penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-quran
menggambarkan manusia sebagai makhluk theornorfis yang memiliki sesuatu yang
agung di dalam dirinya. Disamping itu manusia di anugerahi akal yang memungkinkan
dia dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah
kualitas tertinggi sebagai manusia takwa. Al-quran menegaskan kualitas dan nilai
manusia dengan menggunakan tiga macam istilah yang satu sama lain saling
.berhubungan, yakni ; al-insaan, an-naas, al-basyar, dan banii adam

al-insaan; karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan.1

.peringatan
al-basyar; karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu.2

.disabarkan dan didamaikan


banii adam; karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari Nabi.3
Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya; dari
mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.
penggunaan istilah banii adam menunjukkan bahwa manusia bukanlah

7
merupakan hasil revolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini
diperkuat lagi dengan panggilan kepada Adam dalam Al-quran oleh Allah
dengan huruf nidaa (Yaa Adam!). demikian juga kata ganti yang menunjukkan
kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan

.jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35


Al-quran memandang manusia sebagai fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa nabi
Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar
larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari surga, tidak
bisa dijadikan argument bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa
turunan. Al-quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang
sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi
di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban
dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan
manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah

.(berpembawaan baik (positif


Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, dan kesejatian manusia adalah baik, benar,
dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan
kesejatian semulia itu. Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan
hakikat baik, benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam
proses pencapaiannnya. Artinya hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses
perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu.
Sebab dalam hidup manusia selalu di hadapkan dalam dua tantangan moral
yang satu sama lain saling mengalahkan. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu
buruk, salah dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk

.meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas

8
Untuk itu, maka manusia memerlukan pembekalan yang kualitatif dan
.kuantitatif yang lebih baik daripada hewan

Manusia bisa berkulitas kalau ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan


kehendak. Tetapi kebebasan disini bukanlah melepaskan diri dari kendali
rohani dan akal sehat, melainkan upaya kualitatif untuk mengekspresikan
totalitas kediriannya, sambil berjuang keras untuk menenangkan diri sendiri
.atas dorongan naluriah
Jadi kebebasan yang dimaksudkan disini adalah upaya sadar untuk
mewujudkan kualitas dan nilai dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi
.secara bertangung jawab

Asal-Usul Dan Pertumbuhan Studi Islam.B

Pendidikan Islam di Indonesia tidak pernah lepas dari semangat penyebaran


Islam yang dilakukan secara intensif oleh para pendahulu dalam kerangka
perpaduan antara konteks keindonesiaan dengan keislaman. Pada awalnya
pendidikan Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah, kemudian bentuk madrasah.
Selain pesantren pendidikan Islam di Indonesia diharapkan pada tantangan
semakin berkembangnya model-model pendidikan. Pertumbuhan minat untuk
memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan yang hidup, yang historis.
Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Studi Islam kontenporer di Barat, berusaha keras menampilkan citra yang lebih adil
dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang lebih canggih dalam

.ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan


Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai obyek studi ilmiah yang
secara leluasa ditundukkan pada prinsip yang berlaku di dunia keilmuwan, tapi
diletakkan sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin yang kebenarannya

9
diyakini. Tak heran jika dekade 80-an dan 90-an terjadi perubahan besar dalam
paradigma Islam. kecenderungan pertama, terjadinya pergeseran dari kajian Islam
yang bersifat normatif. Kepada yang lebih historis, sosiologis dan empiris. Kedua
orientasi keilmuwan yang lebih luas kendatipun orientasi studi Islam di Indonesia
lebih cenderung ke Barat, studi di Timur tengah tetap memiliki nilai penting,
terutama dalam memahami aspek doktrinal yang menjadi basis ilmu pengetahuan

.dalam Islam
Jika dipadukan menjadi satu model pendidikan Islam, kiranya dapat
menjawab kekurangan masing-masing orientasi, yakni menguasai khazanah
intelektual Islam yang paling dasar dan otentik juga menguasai metodologi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi di tengah-tengah

.masyarakat

Tujuan Studi Islam.C

Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan


keimanan dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya
sekedar diskursus ilmiah, bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan

:demikian tujuan studi Islam adalah sebagai berikut


Pertama, untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran
Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta
menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup. Memahami dan mengkaji
Islam direfleksikan dalam konteks pemaknaan yang sebenarnya bahwa Islam
adalah agama yang mengarahkan pada pemeluknya sebagai hamba yang
berdimensi teologis, humanis, dan keselamatan di dunia dan akhirat. Dengan studi

.Islam, diharapkan tujuan di atas dapat di tercapai

1
0
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah secara
transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dalam hal ini, seluk beluk
agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku bagi umat Islam dijadikan
dasar ilmu pengetahuan. Dengan kerangka ini, dimensi-dimensi Islam tidak hanya
sekedar dogmentis, teologis. Tetapi ada aspek empirik sosiologis. Ajaran Islam
yang diklain sebagai ajaran universal betul-betul mampu menjawab tantangan
zaman, tidak sebagaimana diasumsikan sebagian orientalis yang berasumsi bahwa
Islam adalah ajaran yang menghendaki ketidak majuan dan tidak mampu

.menyesuaikan diri dengan perubahan zaman

Aspek-aspek Sasaran Studi Islam.D

Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan


yang belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sikap dogmatis, sedang dalam
bidang ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran

:studi Islam meliputi 2 hal yaitu


Aspek sasaran keagamaan.1

Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan
sandaran sentralk agar kajian keislaman tidak keluar dan tercerabul dari teks
dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat
ditransformasikan secara baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam
berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman
yang harus dijadikan pegangan: pertama, islamn sebagai dogma juga
merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran
study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat
nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas
pada kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia sekarang.
Dengan demikian sasaran study Islam diarahkan pada pemahaman terhadap

1
1
sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan
aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas
dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian

.empirik yang kebenarannya relatif


Aspek sasaran keilmuwan.2

Studi keilmuwan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis, empiris,


dan historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuwan
membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal
dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada
pemikiran rasional. Oleh karena itu kajian keislaman yang bernuasa ilmiah
meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatik yang bersumber dari wahyu dan

.aspek perilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan

1
2
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan yang sudah ada di depan dapat kita ambil kesimpulan bahwa
arti agama, dien dan religi mempunyai pengertian yang sama dan juga studi Islam
mempunyai asal-usul dan pertumbuhan. Studi Islam sangat dibutuhkan pada ms
sekarang. Tujuan studi Islam adalah untuk memahami dan mendalami serta membahas
ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah yang dapat diterima oleh berbagai
kalangan. Aspek-aspek sasaran studi Islam yaitu aspek keagamaan dan aspek sasaran

.keilmuwan

1
3
DAFTAR PUSTAKA

Penyusun, Tim, 2004. Pengantar Studi Islam, Surabaya : IAIN Sunan Ampel–

Surabaya

Manshur, Faiz, Manusia dan Kebutuhan Agama, www.geogle.com 15 Oktober–

2006

Zada, Khamami, Orientasi Studi Islam di Indonesia, www.geogle.com 27 Oktober–

2006

1
4

You might also like