Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Pengantar Studi Islam
:Oleh
TIM PENYUSUN
: Dosen
.Mukhlisin, S.Ag
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang telah
memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi
Bapak dosen yang lain di Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan referansi/buku.2
,Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
i ....................................................SAMPUL LUAR
...............................................KATA PENGANTAR
iii
.......................................................DAFTAR ISI
iv
1
1 .............................. Latar Belakang.A
..........................................PEMBAHASAN: BAB II
2
2 .............Arti dan Identifikasi Konsep Agama.A
3
3 ........................Manusia dan Agamanya.B
4 ................ Pengertian Studi (Agama) Islam.C
DAFTAR PUSTAKA
BAB
iv I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.A
Pengantar studi Islam (PSI) merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya
mengkaji keislaman dengan wilayah telah materi ajaran agama dan fenomena
kehidupan beragama, sedangkan kajian tentang Islam yang bersifat historis-empiris
4
biasanya dilakukan di berbagai perguruan tinggi meliputi bukan saja yang
dianggap kebenaran oleh kaum muslimin melainkan juga yang hidup di tengah
masyarakat yang merupakan ekspresi-ekspresi keagamaan kaum muslimin yang
.faktual
Untuk penulis mencoba untuk mengkaji pengantar study Islam lewat
makalah dengan judul “ruang lingkup study Islam” yang di dalamnya terdapat asal-
Rumusan Masalah.B
5
BAB II
PEMBAHASAN
Arti Hakikat.A
Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat
diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat
berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat
nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air.
Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun
mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu
.air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air
Karena hakikat sesuatu itu senantiasa ada, maka kalangan filsuf Islam ada yang
memandang bahwa alam ini adalah kekal. Yang berubah pada alam ini hanya bentuk
.dan sifatnya, sedangkan intinya adalah bersifat lestari
Di samping hakikat yang universal tersebut ada lagi hakikat yang terdapat pada
masing-masing benda atau pada sesuatu yang ada. Hakikat ini dapat dinamakan
.dengan Haqiqah Juz’iyah atau biasa juga disebut aniyah
Bagi Ibnu Sina, dua hakikat yang disebut di atas hanya ada pada benak manusia,
sedangkan yang tampak pada kenyataan adalah wujud hakikat tersebut. Jadi yang
.paling berperanan bagi Ibnu Sina pada sesuatu adalah wujudnya
Istilah hakikat juga dipergunakan di kalangan tasawuf sebagai imbangan kata syariat.
Kata hakikat disini identik dengan aspek kerohanian dari ajaran Islam. Karena itu
kajian tentang hakikat dimulai dengan aspek moral yang dibarengi dengan aspek
ibadah. Jika kedua aspek ini diamalkan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan,
akan meningkatlah kondisi mental seseorang dari tingkat yang rendah ke tingkat yang
lebih tinggi melewati fase-fase. Suatu saat, ketika kondisi mentalnya telah sampai pada
tingkat tertinggi, Tuhan akan menerangi hati sanubari orang tersebut dengan nur-Nya,
sehingga pada wakti itu ia betul-betul dengan dengan Tuhan, dapat mengenal Tuhan,
dan dapat melihatNya dengan mata hatinya. Orang yang telah sampai pada tingkat ini
.di kalangan tasawuf dinamakan ahli hakikat
Lebih jauh bila hakikat dipergunakan untuk Tuhan, maka artinya menurut kajian
tasawuf ialah sifat-sifat Allah SWT. Adapun zat Allah SWT sendiri disebut dengan al-
Haqq. Kajian tentang hakikat dan al-Haqq ini pertama kali dikembangkan oleh al-
.Hallaj, kemudian dikembangkan oleh Ibnu Arabi
6
Bagi al-Hallaj, antara manusia dan Tuhan terdapat jarak sehingga masing-masing
mempunyai hakikat sendiri-sendiri. Tetapi antara dua hakikat itu terdapat kesamaan.
Dengan demikian bila kesamaan itu telah semakin mendekat, maka kaburlah garis
pemisah antara keduanya. Ketika itu terjadilah persatuan ( hulul ) antara al-Haqq dan
.manusia
Sedangkan bagi Ibnu Arabi, segala sesuatu yang ada berasal dari Tuhan. Oleh karena
itu ia bergabung dalam wujud Tuhan. Kalau seandainya wujud Tuhan tidak ada, maka
segala yang ada ( mawjud ) ini tidak pula akan ada. Karena itu ia menyimpulkan
bahwa segala sesuatu yang ada ini sebenarnya tidak mempunyai wujud sendiri. Wujud
.Tuhan adalah hakikat dari semua wujud yang ada ini
al-insaan; karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan.1
.peringatan
al-basyar; karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu.2
7
merupakan hasil revolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini
diperkuat lagi dengan panggilan kepada Adam dalam Al-quran oleh Allah
dengan huruf nidaa (Yaa Adam!). demikian juga kata ganti yang menunjukkan
kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan
8
Untuk itu, maka manusia memerlukan pembekalan yang kualitatif dan
.kuantitatif yang lebih baik daripada hewan
9
diyakini. Tak heran jika dekade 80-an dan 90-an terjadi perubahan besar dalam
paradigma Islam. kecenderungan pertama, terjadinya pergeseran dari kajian Islam
yang bersifat normatif. Kepada yang lebih historis, sosiologis dan empiris. Kedua
orientasi keilmuwan yang lebih luas kendatipun orientasi studi Islam di Indonesia
lebih cenderung ke Barat, studi di Timur tengah tetap memiliki nilai penting,
terutama dalam memahami aspek doktrinal yang menjadi basis ilmu pengetahuan
.dalam Islam
Jika dipadukan menjadi satu model pendidikan Islam, kiranya dapat
menjawab kekurangan masing-masing orientasi, yakni menguasai khazanah
intelektual Islam yang paling dasar dan otentik juga menguasai metodologi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi di tengah-tengah
.masyarakat
1
0
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah secara
transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dalam hal ini, seluk beluk
agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku bagi umat Islam dijadikan
dasar ilmu pengetahuan. Dengan kerangka ini, dimensi-dimensi Islam tidak hanya
sekedar dogmentis, teologis. Tetapi ada aspek empirik sosiologis. Ajaran Islam
yang diklain sebagai ajaran universal betul-betul mampu menjawab tantangan
zaman, tidak sebagaimana diasumsikan sebagian orientalis yang berasumsi bahwa
Islam adalah ajaran yang menghendaki ketidak majuan dan tidak mampu
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan
sandaran sentralk agar kajian keislaman tidak keluar dan tercerabul dari teks
dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat
ditransformasikan secara baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam
berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman
yang harus dijadikan pegangan: pertama, islamn sebagai dogma juga
merupakan pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran
study Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat
nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas
pada kehidupan setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia sekarang.
Dengan demikian sasaran study Islam diarahkan pada pemahaman terhadap
1
1
sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan
aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas
dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian
1
2
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang sudah ada di depan dapat kita ambil kesimpulan bahwa
arti agama, dien dan religi mempunyai pengertian yang sama dan juga studi Islam
mempunyai asal-usul dan pertumbuhan. Studi Islam sangat dibutuhkan pada ms
sekarang. Tujuan studi Islam adalah untuk memahami dan mendalami serta membahas
ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah yang dapat diterima oleh berbagai
kalangan. Aspek-aspek sasaran studi Islam yaitu aspek keagamaan dan aspek sasaran
.keilmuwan
1
3
DAFTAR PUSTAKA
Penyusun, Tim, 2004. Pengantar Studi Islam, Surabaya : IAIN Sunan Ampel–
Surabaya
2006
2006
1
4