You are on page 1of 19

MAKALAH FISIKA II

HUKUM TERMODINAMIKA II

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika II
Dosen : Dwi Hadi Sulistyarini, ST., MT.










Oleh :
1. Farisio Nadhilsyah (135060700111014)
2. Franz Joshua Setiawan (135060701111055)
3. Puspa Nila Cempaka Ledy (135060701111081)
4. Siti Badriyah (135060707111061)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya dalam penyusunan makalah ini. Makalah
ini disusun dalam rangka melengkapi nilai tugas mata kuliah Fisika II pada Semester Genap
Tahun Ajaran 2013/2014.
Pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, semua kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.


Tim Penulis


Malang, 8 Mei 2014
















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hukum Termodinamika II 3
2.2 Reservoir Energi Panas
2.3 Mesin Kalor
2.4 Mesin Pendingin dan Pompa Kalor
2.5 Proses Reversibel dan Irreversibel
2.6 Siklus Carnot
2.7 Prinsip Carnot
2.8 Mesin Kalor Carnot
2.9 Mesin Pendingin dan Pompa Kalor Carnot
2.10 Mesin Gerak Abadi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip tersebut
juga dikenal dengan istilah konservasi energi yang berlaku untuk sistem tertutup dan terbuka.
Secangkir kopi panas ditaruh dalam suatu ruangan, maka akan dengan sendirinya kopi
tersebut menjadi dingin. Dalam kasus tersebut Hukum Termodinamika I telah terpenuhi,
karena energi yang dilepaskan kopi sebanding dengan energi yang diterima oleh lingkungan.
Tetapi jika dibalik, secangkir kopi menjadi panas dalam sebuah ruangan yang dingin, tentu
hal tersebut tidak akan terjadi. Salah satu contoh diatas menjelaskan bahwa proses berjalan
dalam suatu arah tertentu, tidak sebaliknya.
Suatu proses yang telah memenuhi Hukum Termodinamika I, belum tentu dapat
berlangsung. Diperlukan suatu prinsip selain Hukum Termodinamika I untuk menyatakan
bahwa suatu proses dapat berlangsung, yaitu Hukum Termodinamika II. Dengan kata lain,
suatu proses dapat berlangsung jika memenuhi Hukum Termodinamika I dan Hukum
Termodinamika II.
Kegunaan Hukum Termodinamika II tidak sebatas hanya pada mengidentifikasi arah
dari suatu proses, tetapi juga bisa untuk mengetahui kualitas energi (Hukum Termodinamika
I berhubungan dengan kuantitas energi dan perubahan bentuk energi); menentukan batas
teoritis unjuk kerja suatu sistem; dan memperkirakan kelangsungan reaksi kimia (degree of
completion of chemical reaction). Sementara itu dalam bahasannya, Hukum Termodinamika
II membahas tentang proses reversibel dan irreversibel, mesin kalor, mesin pendingin dan
pompa kalor, siklus carnot, serta entropi.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana bunyi Hukum Termodinamika II?
2. Bagaimana penerapan Hukum Termodinamika II?



1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bunyi Hukum Termodinamika II.
2. Mengetahui penerapan Hukum Termodinamika II.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hukum Termodinamika II
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan
kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Hukum kedua
termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi
ke benda bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.
Misalnya, jika sebuah kubus kecil dicelupkan ke dalam secangkir air kopi panas, kalor akan
mengalir dari air kopi panas ke kubus es sampai suhu keduanya sama (Marthen Kanginan,
2007: 246-250). Hukum pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah proses
tersebut mungkin terjadi ataukah tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, muncullah hukum
kedua termodinamika yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau besaran
sistem yang merupakan fungsi keadaan. Sehingga hukum termodinamika kedua dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Proses suatu sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak
mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem terisolasi, maka entropi
sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak berubah.
Hukum kedua termodinamika juga memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah
mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan minimum
yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem pendingin. Selain itu, hukum kedua
termodinamika juga dapat dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah ukuran kuantitatif
derajat ketidakaturan atau keacakan sebuah sistem.
Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat sebuah
mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin dengan efisiensi
termal 100%. Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan hukum kedua
termodinamika sebagai berikut :
Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengalami sebuah proses di mana
sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya
menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan
awalnya.
Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan mesin dari hukum kedua
termodinamika.
Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan antara sifat alami
energi dalam dan energi mekanik makroskopik. Dalam benda yang bergerak, molekul
memiliki gerakan acak, tetapi diatas semua itu terdapat gerakan terkoordinasi dari setiap
molekul pada arah yang sesuai dengan kecepatan benda tersebut. Energi kinetik dan energi
potensial yang berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi dalam.
Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil atau
pembangkit daya dengan mendinginkan udara sekitarnya. Dua kemustahilan ini tidak
melanggar hukum pertama termodinamika. Oleh karena itu, hukum kedua termodinamika
bukanlah penyimpulan dari hukum pertama termodinamika, tetapi berdiri sendiri sebagai
hukum alam yang terpisah. Hukum pertama termodinamika mengabaikan kemungkinan
penciptaan atau pemusnahan energi. Sedangkan hukum kedua termodinamika membatasi
ketersediaan energi dan cara penggunaan serta pengubahannya.
Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke benda yang lebih dingin, tidak
pernah sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas dari benda dingin ke benda yang
lebih panas, tetapi operasinya membutuhkan masukan energi mekanik atau kerja. Hal umum
mengenai pengamatan ini dinyatakan sebagai berikut :
Adalah mustahil bagi proses mana pun untuk bekerja sendiri dan menghasilkan
perpindahan panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas.
Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan pendingin dari hukum kedua
termodinamika.
Pernyataan pendingin ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat dekat dengan
pernyataan mesin. Tetapi pada kenyataannya, kedua pernyataan ini seutuhnya setara.
Sebagai contoh, jika seseorang dapat membuat pendingin tanpa kerja, yang melanggar
pernyataan pendingin dari hukum kedua termodinamika, seseorang dapat
menggabungkannya dengan sebuah mesin kalor, memompa kalor yang terbuang oleh mesin
kembali ke reservoir panas untuk dipakai kembali. Meski gabungan ini akan melanggar
pernyataan mesin dari hukum kedua termodinamika karena selisih efeknya akan menarik
selisih panas sejumlah dari reservoir panas dan mengubah seutuhnya menjadi kerja (W).
Perubahan kerja menjadi panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida kental (viskos)
dan aliran panas dari panas ke dingin melewati sejumlah gradien suhu, adalah suatu proses
ireversibel. Pernyataan mesin dan pendingin dari hukum kedua menyatakan bahwa
proses ini hanya dapat dibalik sebagian saja. Misalnya, gas selalu mengalami kebocoran
secara spontan melalui suatu celah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Gas-gas dan cairan-cairan yang dapat bercampur bila dibiarkan akan selalu tercampur
dengan sendirinya dan bukannya terpisah. Hukum kedua termodinamika adalah sebuah
pernyataan dari aspek sifat searah dari proses-proses tersebut dan banyak proses ireversibel
lainnya. Perubahan energi adalah aspek utama dari seluruh kehidupan tanaman dan hewan
serta teknologi manusia, maka hukum kedua termodinamika adalah dasar terpenting dari
dunia tempat makhluk hidup tumbuh dan berkembang (Sears dan Zemansky, 2000: 561-562).

2.2 Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoirs)
Sebelum membahas mengenai hukum termodinamika kedua, perlu diketahui istilah
reservoir energi panas atau lebih umum disebut dengan reservoir. Reservoir mempunyai
pengertian adalah suatu benda atau zat yang mempunyai kapasitas energi panas yang besar.
Artinya reservoir dapat menyerap/ menyuplai sejumlah panas yang tidak terbatas tanpa
mengalami perubahan temperatur. Contoh dari benda atau zat besar yang disebut reservoir
adalah samudera, danau dan sungai untuk benda besar berwujud air dan atmosfer untuk
benda besar berwujud udara.
Sistem dua-fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena sistem dua-
fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami perubahan temperatur.
Dalam praktek, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya, sebuah ruangan
dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu analisa panas yang dilepaskan oleh
pesawat televisi.
Reservoir yang menyuplai energi disebut dengan source dan reservoir yang menyerap
energi disebut dengan sink.

2.3 Mesin Kalor (Heat Engine)
Seperti kita ketahui kerja dapat dikonversi langsung menjadi panas. Seperti misalnya
pengaduk air. Kerja dapat kita berikan pada poros pengaduk sehingga temperatur naik. Tetapi
sebaliknya, jika kita memberikan panas pada air, maka poros tidak akan berputar. Atau
dengan kata lain, jika memberikan panas pada air, maka tidak akan tercipta kerja (poros).
Dari pengamatan di atas, konversi panas menjadi kerja bisa dilakukan tetapi diperlukan
sebuah alat yang dinamakan dengan mesin kalor.
Sebuah mesin kalor dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
1. Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi matahari, furnace
bahan bakar, reaktor nuklir, dll).
2. Mesin kalor mengkonversi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam dala mbentuk
poros yang berputar)
3. Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4. Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.
Mengacu pada karakteristik di atas, sebenarnya motor bakar dan turbin gas tidak
memenuhi kategori sebagai sebuah mesin kalor, karena fluida kerja dari motor bakar dan
turbin gas tidak mengalami siklus termodinamika secara lengkap. Sebuah alat produksi kerja
yang paling tepat mewakili definisi dari mesin kalor adalah pembangkit listrik tenaga air,
yang merupakan mesin pembakaran luar dimana fluida kerja mengalami siklus termidinamika
yang lengkap.

Efisiensi Termal (Thermal Efficiencies)
Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari suatu mesin
kalor , yaitu berapa bagian dari input panas yang diubah menjadi output kerja bersih.
Unjuk kerja atau efisiensi, pada umumnya dapat di ekspresikan menjadi :





Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih dan input yang
diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian efisiensi termal d ari
sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai




atau,



Dalam peralatan- peralatan praktis, seperti mesin kalor, mesin pendingin dan pompa
kalor umumnya dioperasikan antara sebuah media bertemperatur tinggi pada temperatur T
H

dan sebuah media bertemperatur rendah pada temperatur T
L
. Untuk sebuah keseragaman
dalam mesin kalor, mesin pendingin dan pompa kalor perlu pendefinisian dua kuantitas :
Q
H
= besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media bertemeperatur tinggi
pada temperatur T
H
.

Q
L
= besar perpindahan panas antara peralatan siklus dan media berteperatur rendah pada
temperatur T
L
.
Sehingga efisiensi termal dapat dituliskan sebagai berikut :



Melihat karakteristik dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin kalor
yang dapat mengubah semua panas yang diterima dan kemudian mengubahnya semua
menjadi kerja. Keterbatasan tersebut kemudian dibuat sebuah pernyataan oleh Kelvin - Plank
yang berbunyi: Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat/mesin yang beroperasi dalam
sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal dan memproduksi
sejumlah kerja bersih.
Pernyataan Kelvin-Plank (hanya diperuntuk untuk mesin kalor) diatas dapat juga
diartikan sebagai tidak ada sebuah mesin atau alat yang bekerja dalam sebuah siklus
menerima panas dari reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruh
menjadi kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada sebuah mesin kalor yang mempunyai
efisiensi 100%.

2.5 Mesin Pendingin dan Pompa Kalor (Refrigerator and Heat Pumps)
Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida kerjanya
disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak digunakan adalah daur
refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat komponen : kompresor, kondensor, katup
ekspansi dan evaporator.

Gambar 2.1 Siklus Refrigerasi
Refrigerant memasuki kompresor sebagai sebuah uap dan dikompres ke tekanan
kondensor. Refrigerantmeninggalkan kompresor pada temperatur yang relatif tinggi dan
kemudian didinginkan dan mengalami kondensasi dikondensor yang membuang panasnya ke
lingkungan. Refrigerant kemudian memasuki tabung kapilar dimana tekanan refrigerantturun
drastis karena efek throttling. Refrigerant bertemperatur rendah kemudian memasuki
evaporator, dimana disini refrigerant menyerap panas dari ruang refrigerasi dan kemudian
refrigerant kembali memasuki kompresor.
Efisiensi refrigerator disebut dengan istilah coefficient of performance (COP),
dinotasikan dengan COPR.


Atau



Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu, karena jumlah
panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari jumlah input kerja. Hal
tersebut kontras dengan efisiensi termal yang selalu kurang dari satu. Salah satu alasan
penggunaan istilah coefficient of performance lebih disukai untuk menghindari kerancuan
dengan istilah efisiensi, karena COP dari mesin pendingin lebih besar dari satu.

Pompa Kalor (Heat Pumps)
Pompa kalor adalah suatu alat yang mentransfer panas dari media bertemperatur
rendah ke media bertemperatur tinggi. Tujuan dari mesin pendingin adalah untuk menjaga
ruang refrigerasi tetap dingin dengan meyerap panas dari ruang tersebut. Tujuan pompa kalor
adalah menjaga ruangan tetap bertemperatur tinggi. Proses pemberian panas ruangan tersebut
disertai dengan menyerap panas dari sumber bertemperatur rendah.


Atau


Perbandingan antara COP
R
dan COP
HP
adalah sebagai berikut:


Air conditoner pada dasarnya adalah sebuah mesin pendingin tetapi yang didinginkan
disini bukan ruang refrigerasi melainkan sebuah ruangan/gedung atau yang lain.
Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua pernyataan Kelvin -
Plank, yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan Clausius, yang diperuntukkan
untuk mesin pendingin/pompa kalor. Pernyataan Clausius dapat di ungkapkan sebagai
berikut: Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang beroperasi dalam sebuah siklus
tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer panas dari media bertemperatur rendah ke
media bertemperatur tinggi.
Telah diketahui bahwa panas akan berpindah dari media bertemperatur tinggi ke
media bertemperatur rendah. Pernyataan Clausius tidak mengimplikasikan bahwa membuat
sebuah alat siklus yang dapat memindahkan panas dari media bertemperatur rendah ke media
bertemperatur tinggi adalah tidak mungkin dibuat. Hal tersebut mungkin terjadi asalkan ada
efek luar yang dalam kasus tersebut dilakukan/diwakili oleh kompresor yang mendapat
energi dari energi listrik misalnya.

2.6 Proses Reversibel dan Proses Irreversibel
Bila kita meninjau sebuah system yang khas dalam kesetimbangan termodinamika
dengan massa M dari suatu gas ideal yang dibatasi dalam sebuah susunan silinder pengisap
dengan volume V, tekanan P serta temperatur T. Dalam kesetimbangan maka variabel-
veriabel tersebut tetap konstan terhadap waktu. Dimisalkan bahwa silinder tersebut
dinding-dindingnya adalah isolator panas yang ideal dan alasnya adalah penghantar panas
yang ideal ditempatkan pada sebuah reservoir besar yang dipertahankan pada temperatur T.
Kemudian keadaan sistem tersebut diubah dengan T adalah sama tetapi volume V direduksi
sebesar setengah volume awalnya.

1. Proses Irreversibel (Proses Tak Terbalikkan)
Apabila kita menekan pengisap tersebut dengan sangat cepat sampai kembali lagi ke
kesetimbangan dengan reservoir, selama proses ini gas bergolak dan tekanan serta
temperaturnya tidak dapat didefinisikan secara tepat sehingga grafik proses ini tidak dapat
digambarkan sebagai sebuah garis kontinu dalam diagram P-V karena tidak diketahui berapa
nilai tekanan atau temperatur yang akan diasosiasikan dengan volume yang diberikan. Proses
inilah yang dinamakan proses irreversibel.

2. Proses Reversibel (Proses Terbalikkan)
Apabila kita menekan pengisap dengan sangat lambat sehingga tekanan, volume, dan
temperatur gas tersebut pada setiap waktu adalah kuantitas-kuantitas yang dapat didefinisikan
secara tepat. Mula-mula sedikit butiran pasir dijatuhkan pada pengisap dimana kemudian
volume sistem akan direduksi sedikit dan T akan naik serta terjadi penyimpangan terhadap
kesetimbangan yang sangat kecil. Sejumlah kecil kalor akan dipindahkan ke reservoir dan
dalam waktu singkat sistem akan mencapai kesetimbangan baru dengan T adalah sama
dengan T reservoir. Peristiwa ini diulakukan berulang-ulang sampai akhirnya kita mereduksi
volume menjadi setengah kali volume awalnya. Selama keseluruhan proses ini, sistem
tersebut tidak pernah berada dalam sebuah keadaan yang berbeda banyak dari sebuah
keadaan kesetimbangan. Proses inilah yang dinamakan proses reversibel. Proses reversibel
adalah sebuah proses yang dengan suatu perubahan diferensial di dalam lingkungannya
dapat dibuat menelusuri kembali lintasan proses tersebut.
Pada praktiknya semua proses adalah irreversibel tetapi kita dapat
mendekati keterbalikan (reversibel) sedekat mungkin dengan membuat perbaikan- perbaikan
eksperimen yang sesuai. Proses yang betul-betul reversibel adalah suatu abstraksi sederhana
yang berguna dalam hubungannya dengan proses riel adalah serupa seperti hubungan
abstraksi gas ideal dengan gas riel. Pada proses reversibel juga terjadi proses isotermal,
kerena kita menganggap bahwa T gas berbeda pada setiap waktu hanya sebanyak
diferensial dT dari T konstan reservoir dimana silinder berdiam. Volume gas tersebuat
juga dapat direduksi secara adiabatikr dengan memindahkan silinder dari reservoir kalor
dan menaruhnya pada sebuah tempat yang tidak bersifat sebagai penghantar. Dalam proses
adiabatikr tidak ada kalor yang masuk ataupun keluar dari sistem. Proses adiabatikr dapat
merupakan proses reversibel atau irreversibel, dimana proses reversibel kita dapat
menggerakkan pengisap sangat lambat dengan cara pembebanan pasir dan proses yang
irreversibel kita dapat menyodok pengisap dengan sangat cepat ke bawah.
Selama proses kompresi adiabatik temperatur gas akan naik karena dari Hukum
I Termodinamika bila Q = 0 maka besarnya usaha W untuk mendorong pengisap ke bawah
harus muncul sebagai suatu pertambahan energi dalam sebesar U. W akan bernilai berbeda
untuk kecepatan yang berbeda dari pendorongan pengisap tersebut ke bawah yang diberikan
oleh PdV yaitu luas daerah di bawah kurva pada diagram PV (hanya untuk proses
reversibel untuk P tetap). U dan T tidak akan sama baik untuk proses reversibel ataupun
irreversibel.

2.7 Siklus Carnot
Sebelum membahas siklus Carnot terlebih dahulu perlu diketahui istilah reversibel
dan irreversibel. Sebuah proses reversibel didefinisikan sebagai sebuah proses yang dapat
dibalik tanpa meningggal jejak pada lingkungan. Atau dengan kata lain, sebuah proses yang
jika dibalik akan melalui lintasan yang sama--ingat pengertian panas dan kerja sebagai fungsi
lintasan. Proses irreversibel adalah kebalikan dari proses reversibel. Siklus Carnot adalah
sebuah siklus reversibel, yang pertama kali dikemukakan oleh Sadi Carnot pada tahun 1824,
seorang insinyur Perancis. Mesin teoritis yang menggunakan siklus Carnot disebut dengan
Mesin Kalor Carnot. Siklus Carnot yang dibalik dinamakan dengan siklus Carnot terbalik dan
mesin yang menggunakan siklus carnot terbalik disebut dengan mesin refrigerasi Carnot.

Urutan proses pada siklus Carnot adalah sebagai berikut :
1. Ekspansi isotermal reversibel
2. Ekspansi adiabatis reversibel
3. Kompresi isotermal reversibel
4. Kompresi adiabatis reversibel
Hukum termodinamika kedua meletakkan pembatasan pada operasi peralatan siklus
seperti yang diekspresikan oleh Kelvin-Plank dan Clausius. Sebuah mesin kalor tidak dapat
beroperasi dengan menukarkan panas hanya dengan reservoir tunggal, dan refrigerator tidak
dapat beroperasi tanpa adanya input kerja dari sebuah sumber luar. Dari pernyataan diatas
kita dapat mengambil kesimpulan yang berhubungan dengan efisiensi termal dari proses
reversibel dan irreversibel :
1. Efisiensi sebuah mesin kalor irreversibel selalu lebih kecil dari mesin kalor reversibel
yang beroperasi antara dua reservoir yang sama.
2. Efisiensi semua mesin kalor reversibel yang beroperasi antara dua reservoir yang sama
adalah sama.

Gambar 2.2 Prinsip Carnot

2.8 Mesin Kalor Carnot
Efisiensi termal dari semua mesin kalor reversibel atau irreversible dapat dituliskan
sebagai berikut :


dimana Q
H
adalah panas yang ditransfer ke mesin kalor pada temperatur T
H
, dan Q
L
adalah
panas yang diteransfer ke mesin kalor pada temperatur T
L
.
Hubungan di atas adalah hubungan yang mengacu pada efisiensi Carnot, karena mesin
kalor Carnot adalah mesin reversibel yang baik. Perlu dicatat bahwa T
L
dan T
H
adalah
temperatur absolut. Penggunaan
o
C atau
o
F akan sering menimbulkan kesalahan. Efisiensi
termal dari suatu mesin kalor aktual dan reversibel yang beroperasi pada batas temperatur
yang sama adalah sebagai berikut :


Hampir semua mesin kalor mempunyai efisiensi termal dibawah 40 persen, yang
sebenarnya relatif rendah jika dibandingkan dengan 100 persen. Tetapi bagaimanapun, ketika
performance dari mesin kalor diperoleh tidak harus dibandingkan dengan 100 persen, tetapi
harus dibandingkan dengan efisiensi sebuah mesin kalor reversibel yang beroperasi diantara
batas temperatur yang sama.

Gambar 2.3 Efisiensi Termal Mesin Kalor
Efisiensi maksimum sebuah pembangkit tenaga listrik yang beroperasi antara
temperatur T
H
= 750 K dan T
L
= 300 K adalah 60 persen jika menggunakan rumus efisiensi
mesin reversibel, tetapi aktualnya hanya sekitar 40 persen. Hal ini sebenarnya tidak begitu
buruk dan hal tersebut masih membutuhkan improvisasi untuk mendekati efisiensi mesin
reversibel.

Kualitas Energi
Sebuah mesin kalor Carnot jika menerima panas dari sebuah sumber pada temperatur
925 K dan mengubahnya 67,2 persen menjadi kerja, kemudian membuang sisanya (32,8
persent) ke sink pada 303 K. Sekarang jika dievaluasi bagaimana efisiensi termal jika sumber
temperatur bervairiasi dengan temperatur sink dijaga konstan.
Jika suplai panas dari temperatur sumber 500 K (bandingkan dengan 925 K), maka
efisiensi termal turun drastis menjadi dari 67,2 ke 39,4 persen. Dan jika temperatur sumber
sebesar 350 K, maka fraksi panas yang dikonversi hanya 13,4 persen.
Harga efisiensi menunjukkan bahwa energi mempunyai kualitas sama seperti
mempunyai kunatitas. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi kualitas energi.
Contoh misalnya, jumlah yang besar dari energi matahari, jika disimpan dalam sebuah
benda (body) yang disebut solar pond akan mempunyai temperatur kurang lebih 350 K. Jika
hal ini disuplaikan ke sebuah mesin kalor , maka efisiensinya hanya kurang lebih 5 persen.
Karena rendahnya kualitas energi yang didapat disimpan pada sebuah sumber, maka biaya
konstruksi dan perawatan menjadi semakin mahal. Hal ini menjadi tidak kompetitif meskipun
tersedia dalam jumlah yang banyak.

2.9 Mesin Pendingin dan Pompa Kalor Carnot
Mesin pendingin dan pompa kalor yang beroperasi menggunakan siklus terbalik
dinamakan mesin pendingin Carnot.
Coefficient of performance mesin pendingin atau pompa kalor reversibel atau
irreversibel adalah :


Jika mesinnya adalah reversibel maka :



Perbandingan COP mesin pendingin reversiblel dan irreversibel adalah sebagai
berikut:



Gambar 2.4 COP Mesin Pendingin

COP mesin pendingin dan pompa kalor menurun ketika TL menurun. Berarti hal ini
memerlukan kerja untuk menyerap panas da media bertemepratur rendah. Ketika temperatur
ruang refrigerasi mendekati nol, jumlah kerja yang diperlukan untuk memproduksi jumlah
pendinginan tertentu akan mendekati tak terbatas dan COP-nya akan mendekati nol.

2.10 Mesin Gerak Abadi (Perpetual-Motion Machines)
Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah proses tidak akan
dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama dan kedua. Semua
alat yang melanggar baik hukum termodinamika pertama maupun kedua disebut dengan
mesin gerak abadi (Perpetual-Motion Machines). Sebuah alat yang melanggar hukum
termodinamika pertama disebut dengan mesin gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion
Machines of the first kindPMM1) dan sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika
kedua disebut dengan mesin gerak abadi tipe kedua (Perpetual-Motion Machines of the
second kindPMM2).

Gambar 2.5 Skema PMM1 (kiri) dan PMM2 (kanan)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSAKA

Baedoewie, Saifuddin. Ir., Ir. Sudjito, dan Agung Sugeng W., ST., MT. Diktat Bab V:
Hukum Temodinamika II. [online] Availabe at:
http://mesin.ub.ac.id/diktat_ajar/data/02_f_bab5_termo1.pdf [Diakses pada tanggal 8
Mei 2014]

Makalah Hukum Termodinamika II. [online] Availabe at: http://enha-
dhiyauralvy.blogspot.com/2012/06/makalah-hukum-2-termodinamika.html [Diakses
pada tanggal 8 Mei 2014]

http://www.docstoc.com/docs/57416914/Hukum-II-Termodinamika [Diakses pada tanggal 8
Mei 2014]

You might also like