You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul:

“LANDASAN DAN AZAS PENDIDIKAN”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Garut, oktober 2009

Tim penulis,

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan Ilmu dan tegnologi, terutama teknologi informasi menyebabkan
arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak lagsung pada
bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang
kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena
cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma
masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya
gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing,
penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan
suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik
atau sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan
kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup
(Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian
dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan
dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam
kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai
pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan
membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat
(Life Long Learning)
1.2. Tujuan
Dalam pokok ini dibahas tentang landasan dan azas-azas pendidikan serta
penerapannya di dalam praktek sehingga memantapkan setiap usaha yang
dilakukan dalam melatih, membimbing serta membelajarkan peserta didik yang
merupakan kewajiban utama kita sebagai pendidik yang profesional.

2
BAB II

ISI

2.1. Landasan Pendidikan

Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan


dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha
memuat tentang : landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan
sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi .
1. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum
dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di
Indonesia. Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang –
Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu
menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang
kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada Undang
– Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia yang diatur dengan Undang – Undang.
b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional
Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah
pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam
serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah
Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan
pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila
dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan
Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek

3
pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada
kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan
pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah
setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam
pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga
pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan
pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”

2. Landasan Filsafat
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
sampai keakar – akarnya mengenai pendidikan Agar uraian tentang filsafat
pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa
aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini.
Aliran itu ialah :
1. Esensialisme
2. Parenialisme
3. Progresivisme
4. Rekonstruksionisme
5. Eksistensialisme
Filsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah
terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang
lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah
pada pembentukan intelektual dan logika.
Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat
pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada
kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada
wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.
Filsafat pendidikan Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas,
kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada
tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang
dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih
tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari
ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.
Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari
Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus

4
diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali
kehidupan manusia secara total.
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau
kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya
manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena
ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh
keputusan dan komitmennya sendiri.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

3. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan
di Indonesia. Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia
berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan
itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh
agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman
kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada
tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui
pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya
masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang
akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki
Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad
Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera
Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah
Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei
adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan
jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas
adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat,
system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu
asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau
perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian
besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu
itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam
pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan
Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri
pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM
MKDK, 1990). Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan
orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri,

5
dan berguna bagi masyarakat serta Negara.
Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
1. Perubahan cara berfikir
2. Kemasyarakatan
3. Aktivitas
4. Kreativitas
5. Optimisme

4. Landasan Sosial Budaya


Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan
individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama
halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses
pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki
unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar
mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk
yang dikerjakan juga budaya.
Sosiologi dan Pendidikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi
interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasari oleh faktor-faktor berikut : 1.
Imitasi 2. Sugesti 3. Identifikasi 4. Simpati
Kebudayaan dan Pendidikan Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya
mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup
kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3) mores, sementara itu Imran Manan (1989)
menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut : 1. Gagasan 2.
Ideologi 3. Norma 4. Teknologi 5. Benda. Agar menjadi lengkap, perlu
ditambah beberapa komponen lagi yaitu : 1. Kesenian 2. Ilmu 3. Kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Kebudayaan
umum, misalnya kebudayaan Indonesia 2. Kebudayaan daerah, misalnya
kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya
3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih
pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:

6
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. hubunan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan


Nasional

Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah


mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks.

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan


pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur
sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan
muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran)

5. Landasan Psikologis
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa
itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat
dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan
kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan
perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan
dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh
karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya
dalam bidang pendidikan.

Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama


kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan
kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang
akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar
yang digariskan.

a. Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan
yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih, 1988)
1. Pendekatan pentahapan.

7
Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap
tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan diferensial.
Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan
dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-
kelompok
3. Pendekatan individual.
Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik dan perkembangan seseorang secara
individual.
Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi
masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)
1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu
3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya
4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya.

c. Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan
bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan
kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai
berikut : 1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan
harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara
berturut-turut. 2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau
dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat. 3. Penguatan,
respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan
menguatkan respon itu. 4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5.
Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-
anak6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti
apersepsi dalam mengajar 7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-
anak dalam belajar 8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor dalam pengajaran.

Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis


Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar
untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang
tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

8
6. Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian
besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding
kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar.
Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari
mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan
di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga
pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bisa digali
adalah sebagai berikut :
1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-
penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan
perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun
dunia usaha. Kerjasama ini bisa dalam bentuk proyek penelitian,
pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah
mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama
antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat.
Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana
pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha lain, misalnya : a. Mengadakan seni pentas keliling atau
dipentaskan di masyarakat. b. Menjual hasil karya nyata anak-anak.
c. Membuat bazaar. d. Mendirikan kafetaria. e. Mendirikan took keperluan
personalia pendidikan dan anak-anak. f. Mencari donator tetap g.
Mengumpulkan sumbangan. h. Mengaktifkan BP3/SPP khusus dalam
meningkatkan dana pendidikan. Seperti diketahui setiap lembaga
pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari
pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha
lembaga itu sendiri.
Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji,
pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya
pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-
pembangunan dalam berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan
pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti prasarana
dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan
sebagainya.

9
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk
membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana
pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di
atas.

7. Landasan Ilmiah dan Teknologis

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga


pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses
penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam
bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam
pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan
calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah


Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia.
Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya
hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat

2.2. Asas-Asas Pokok Pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau


tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas
Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam
belajar.

10
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun
Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas
yaitu:
 Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
 Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
 Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum
yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan
kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun
guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru


dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang

11
memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah
sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

12
BAB III

PENUTUP

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak


dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural,
yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk
mnjemput masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:


Rineka Cipta
Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2006
Indira Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan ,
www.kompas.com/ Ditulis oleh : SYAMSUL BAHRIProgram Studi :
S-2 Teknologi Pendidikan UNMUL Samarinda

14

You might also like