Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Jika persoalan-persoalan yang kita hadapi tidak dapat diselesaikan
dengan metode permodelan matematika metode analitik menggunakan
dalil-dalil kalkulus, maka solusinya dapat diperoleh dengan metode
numerik. Metode numerik secara harfiah berarti suatu cara berhitung
dengan menggunakan angka-angka, sedangkan secara istilah metode
numerik adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan
matematik sehingga dapat diselesaikan dengan operasi aritmatika biasa.
Dengan menggunakan metode numerik, solusi exact dari persoalan
yang dihadapi tidak akan diperoleh. Metode numerik hanya bisa
memberikan solusi yang mendekati atau menghampiri solusi sejati
sehingga solusi numerik dinamakan juga solusi hampiran ( approximation
solution). Pendekatan solusi ini tentu saja tidak tepat sama dengan solusi
sejati, sehingga ada selisih antara keduanya. Solusi tersebut disebut solusi
galat (error). Semakin kecil galat yang diperoleh berarti semakin dekat
solusi hampiran yang diperoleh dengan solusi sejatinya.
1.2 Tujuan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
b
I = ∫ f ( x ) dx
a
3
b
∫ f ( x) dx = [ F ( x)] a = F (b) − F (a )
b
dengan F (x) adalah integral dari f (x) sedemikian sehingga F ' (x) = f (x).
Sebagai contoh:
3
3
1 3 1 1 3
∫ x dx = x = (3) − (0) = 9.
2 3
0 3 0 3 3
b
I = ∫ f ( x ) dx
a
yang merupakan luasan antara kurva f (x) dan sumbu-x serta antara x = a
dan x = b, bila nilai f (a) dan f (b) diketahui maka dapat dibentuk fungsi
polinomial order satu f1(x).
4
f (a ) + f (b)
I = ( b −a)
2
Apabila hanya terdapat dua data f (a) dan f (b), maka hanya bisa
dibentuk satu trapesium dan cara ini dikenal dengan metode trapesium satu
pias. Jika tersedia lebih dari dua data, maka dapat dilakukan pendekatan
dengan lebih dari satu trapesium, dan luas total adalah jumlah dari
trapesium-trapesium yang terbentuk. Cara ini dikenal dengan metode
trapesium banyak pias. Seperti pada Gambar 2b, dengan tiga data dapat
dibentuk dua trapesium, dan luas kedua trapesium (bidang yang diarsir)
adalah pendekatan dari integral fungsi. Hasil pendekatan ini lebih baik dari
pada pendekatan dengan satu pias. Apabila digunakan lebih banyak
trapesium hasilnya akan lebih baik.
5
Metode Simpson 1/3 menggunakan tiga titik data (polinomial order dua)
dan Simpson 3/8 menggunakan empat titik data (polinomial order tiga).
Jarak antara titik data tersebut adalah sama.
saat tidak ada pernyataan analitik untuk Ô(x) , integrasi numerik harus
digunakan untuk mencari nilai pendekatannya. Sebagai contoh, nilai Ô(5)
adalah area dibawah kurva y=f(t)=t3/(et-1) untuk 0 t 5.
6
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk memahami prinsip
–prinsip dasar integrasi numerik. Sasaran dasarnya adalah pendekatan
integral tentu f(x) pada selang a_ x_b dengan sejumlah titik-titik sampel
(sample nodes), (x0,f0), (x1,f1), (x2,f2),…., (xM,fM) dengan f k=f(xk).
Rumus pendekatan berbentuk:
7
Berikut ini adalah beberapa metode integrasi numerik yang popular
digunakan:
a. Trapezoidal Rule (Aturan Trapesium)
Simplicity, Optimal for improrer integrals, Needs a large
number of sub intervals for good accuracy.
8
integral di bawah polinomial tersebut dikenal dengan metode (aturan)
Simpson.
9
Di dalam aturan Simpson 1/3 digunakan
polinomial order dua (persamaan parabola) yang
melalui titik f (xi – 1 ), f (xi) dan f (xi ) untuk
+ 1
x
I ( x) = ∫ f ( x) dx
a
(persamaan 1)
dI ( x )
I ' ( x) = = f ( x)
dx
(persamaan 2)
Δx2 Δ x3
I ( xi +1 ) = I ( xi +Δ x ) =I ( xi ) +Δ x f ( xi ) + f ' ( xi ) + f ' ' ( xi
2! 3!
Δ x4
+ f ' ' ' ( xi ) + O ( Δ x 5 )
4!
(persamaan 3)
Δx2 Δ x3
I ( xi −1 ) = I ( xi −Δ x ) =I ( xi ) −Δ x f ( xi ) + f ' ( xi ) − f ' ' ( xi )
2! 3!
Δx 4
+ f ' ' ' ( xi ) − O ( Δ x 5 )
4!
(persamaan 4)
10
Pada Gambar 4, nilai I (xi + 1 ) adalah luasan
dibawah fungsi f (x) antara batas a dan xi + 1.
Sedangkan nilai I (xi − 1) adalah luasan antara batas
a dan I (xi − 1). Dengan demikian luasan di bawah
fungsi antara batas xi − 1 dan xi + 1 yaitu (Ai), adalah
luasan I (xi + 1) dikurangi I (xi − 1) atau persamaan
(3) dikurangi persamaan (4).
Atau
Δx3
Ai = 2 Δ x f ( xi ) + f ' ' ( xi ) + O (Δ x 5 )
3
(persamaan 5)
f ( xi −1 ) − 2 f ( xi ) + f ( xi +1 )
f ' ' ( xi ) = 2
+ O ( Δx 2 )
Δx
Δx Δ x3
Ai = 2 Δ x f i + ( f i −1 − 2 f i + f i +1 ) + O ( Δ x 2 ) +O ( Δ x 5 )
3 3
atau
11
Δx
Ai = ( f i −1 + 4 f i + f i +1 ) +O (Δx 5 )
3
(persamaan 6)
b −a
dengan 3. Pada pemakaian satu pias, ∆x = ,
2
sehingga persamaan 6 dapat ditulis dalam bentuk:
b −a
Ai = [ f ( a ) + 4 f (c ) + f ( b) ]
6
(persamaan 7)
1
εt = − Δ x 5 f ' ' ' ' (ξ )
90
b −a
Oleh karena ∆x = , maka:
2
(b − a ) 5
εt = − f ' ' ' ' (ξ )
2880
Contoh soal:
4
Hitung I = ∫ e dx , dengan aturan Simpson 1/3.
x
Penyelesaian:
12
Dengan menggunakan persamaan 7 maka luas
bidang adalah:
b −a
Ai = [ f (a) + 4 f (c) + f (b)] = 4 − 0 (e 0 + 4e 2 + e 4 ) = 56 ,769
6 6
53,598150 − 56 ,7696
εt= × 100 % = − 5,917 %.
53,598150
13
Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua
pias, seperti pada Gambar 5.
b
∫ f ( x) dx = A1 + A3 + ... + An − 1
a
(persamaan 8)
b
Δx Δx Δx
∫ f ( x) dx = ( f 0 + 4 f1 + f 2 ) + ( f1 + 4 f 2 + f 3 ) + ... + ( fn − 2 + 4 fn −1 +
a 3 3 3
atau
b
Δx n −1 n −2
∫ f ( x) dx = f ( a ) + f (b ) + 4 ∑ f ( xi ) + 2 ∑ f ( xi )
a 3 i =1 i=2
(persamaan 9)
(b − a ) 5
ε a =− f ''''
180 n 4
Contoh soal:
14
4
Hitung I = ∫ e x dx , dengan metode Simpson
0
dengan ∆ x = 1.
Penyelesaian:
1
I = [ e 0 + e 4 + 4(e1 + e 3 ) + 2 e 2 ] = 53 ,863846 .
3
53 ,598150 − 53 ,863846
εt = ×100 % = 0,5 % .
53 ,598150
b b
I = ∫ f ( x) dx ≈ ∫ f 3 ( x) dx
a a
3Δ x
I= [ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 )]
8
(persamaan 10)
15
dengan:
b −a
∆x =
3
I = (b − a)
[ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 ) ]
8
(persamaan 11)
(persamaan 12a)
b −a
Mengingat ∆x = , maka:
3
(b − a ) 5
ε t =− f ' ' ' ' (ξ )
6480
(persamaan 12b)
16
kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua
metode dapat digabung, yaitu sejumlah genap pias
digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias
sisanya digunakan metode Simpson 3/8.
Contoh soal:
4
Dengan aturan Simpson 3/8 hitung I = ∫ e dx .
x
Penyelesaian:
I = (b − a )
[ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 ) ]
8
(e 0 + 3e1,3333 + 3e 2 ,6667 + e 4 )
I = ( 4 − 0) = 55 ,07798 .
8
53 ,598150 − 55 ,07798
εt = ×100 % = − 2,761 % .
53 ,59815
17
b) Apabila digunakan 5 pias, maka data untuk
kelima pias tersebut adalah:
f (0) = e0 = 1 f (2,4) = e2,4 =
11,02318.
b −a
Ai = [ f ( a ) + 4 f (c ) + f ( b) ]
6
1,6
I = ( 1 + ( 4 × 2,22554 ) + 4,95303 ) = 3,96138 .
6
I = (b − a)
[ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 ) ]
8
18
53 ,598150 − 53 ,826873
εt = ×100 % = −0,427 %.
53 ,59815
19
program akuisisi data. Tahap kedua meliputi pembuatan program
analisis pola percobaan untuk struktur sederhana dan percobaan
modus getar skala laboratorium bagi struktur sederhana tersebut.
Pada kedua tahapan, struktur uji yang berupa pelat tipis dianggap
tetap berada dalam keadaan elastis. Sebagian subrutin-subrutin
program pada tahap awal maupun program akuisisi dan
pembacaannya digunakan untuk penelitian tahap kedua.
20
frekuensi masih lebih cepat bila dibandingkan dengan proses dalam
ranah waktu. Respons mekanik dapat mewakili perilaku mekanik
dari sebuah struktur yang terkena suatu eksitasi gaya. Respons
mekanik tersebut sangat dipengaruhi oleh parameter sistem
dinamik struktur tersebut. Kajian tahun kedua meliputi penentuan
parameter tersebut, yaitu pola getar, nilai-nilai frekuensi, dan
nisbah redaman yang ada pada suatu struktur sederhana. Parameter
dinamik ini dapat ditentukan melalui analisis pola percobaan pada
struktur tersebut. Parameter tersebut ditentukan dalam 4 tahapan,
yaitu pengujian data dan akuisisi data, penentuan fungsi respons
frekuensi, penentuan parameter dinamik, dan penggambaran pola
struktur. Untuk dapat melakukan tahap kedua dan ketiga,
dikembangkan 2 program terpisah untuk setiap tahapnya. Hasil
yang didapat melalui beberapa tahapan tersebut walau cukup baik
masih memperlihatkan kelemahan sehingga masih harus dilakukan
beberapa perbaikan program sebelum dapat digunakan untuk jenis
struktur yang lebih kompleks. Program akuisisi dan osiloskop yang
digunakan pada studi di tahap pertama dapat digunakan untuk
mengukur respons lain denga bantuan jenis transducer lainnya dan
amplifier yang bersesuaian. Jenis transducer dapat berupa
transducer perpindahan, strain gauge, pressure transducer, atau
yang lainnya.
21
meliputi program analisis pola percobaan pada dek atau lantai
jembatan konvensional. Kerusakan atau kelainan daya dukung
fondasi dalam pembangunan suatu gedung atau struktur lainnya
biasanya terjadi akibat kelalaian operator ataupun oleh kondisi
tanah. Program pendeteksian kerusakan struktural seperti program
analisis integritas tiang pancang beton atau tiang bor yang
mencakup salah satu jenis analisis dinamika tiang pancang beton,
dapat merupakan topik perluasan penelitian ini.
BAB III
22
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam aturan simpson terdapat dua bagian yaitu 1/3 dan 3/8. kedua
bagian aturan simpson ini dapat digunakan untuk diaplikasikan dalam
permasalahan-permasalahn yang ada dan membutuhkan perhitungan
secara numerik. Sebaiknya dalam menggunakan aturan simpson
gunakanlah bagian yang kedua karena aturan simpson 3/8 membutuhkan 4
buah titik yang tingkat nilai dari integritasnya cenderung lebih baik dari
pada aturan simpson 1/3.
DAFTAR PUSTAKA
23
- mat.um.ac.id/eLearning/numerik/Integrasi/Simpson2.htm. Internet
- http://lecturer.eepis-its.edu/~amang/pdf/bab6tm.pdf. Internet
- http://alifis.files.wordpress.com/2009/09/bab-iv-diferensiasi-integrasi-
komputasi-nume.pdf. Internet
24