You are on page 1of 57

161 / vol. 35 no.

2
Maret - April 2008

ISSN: 0125-913 X
http://www.kalbe.co.id/cdk

Artikel Utama :
Altered Nuclear Transfer: Pengembangan Teknik Somatic Cell Nuclear Transfer
untuk Mengatasi Masalah Etika
1,2 2 1 1 1
Harry Murti , Mokhamad Fahrudin , Caroline Tan Sardjono , Boenjamin Setiawan , Ferry Sandra / hal. 61

Karakteristik Biologis dan Diferensiasi Stem cell : Fokus pada Mesenchymal


Stem Cell
Nurul Aini, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra/ hal. 64

Ekspansi Endothelial Progenitor Cell


Frisca, Caroline T. Sardjono, Ferry Sandra/ hal. 68
------------------------------------------------------------------------------------
Berita Terkini :
Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2007 dianugerahkan pada para pionir
Stem Cell
hal. 93

Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2007 dianugerahkan pada para pionir
Stem Cell
hal. 94
--------------------------------------------------------------------------------
Profil :
Mengenal Lebih Dekat Sosok Perintis Spesialis Bedah Digastif di Indonesia
Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat, SpB / hal. 103
QFUVOKVL!VOUVL!QFOVMJT
CDK menerima naskah yang membahas berbagai aspek Ebgubs!Jtj
kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di
bidang-bidang tersebut. Naskah yang dikirimkan kepada Re-
daksi adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan oleh CDK;
dpoufou
bila pernah dibahas atau dibacakan dalam suatu pertemuan
ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai nama, tem-
pat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.

Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila 58. Editorial
menggunakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kai-
60. English Summary
dah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Istilah medis
sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. B S U J L F M CFSJUB!UFSLJOJ
Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah
isinya. Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam
bahasa Indonesia. 72/! Bmufsfe! Ovdmfbs! Usbotgfs;! 93. Hadiah nobel fisiologi atau kedok-
Untuk memudahkan para pembaca yang tidak berbahasa
Qfohfncbohbo! Uflojl! Tpnbujd! teran 2007 dianugerahkan pada para
Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak dalam Dfmm!Ovdmfbs!Usbotgfs!vouvl pioner stem cell
bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat Nfohbubtj!Nbtbmbi!Fujlb
sendiri abstrak berbahasa Inggris untuk karangan terse-
but. Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih Harry Murti, Mokhamad Fahrudin, Caroline Tan 94. Aspirin dosis rendah plus statin
berukuran kuarto/ folio, satu muka, dengan menyisakan cu- Sardjono, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra menurunkan risiko kanker kolorektal
kup ruangan di kanan kirinya, lebih disukai bila panjangnya
kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam bentuk
disket program MS Word.
75/!Lbsblufsjtujl!Cjpmphjt!ebo!Ejgf. 95. Efek donepezil pada pasien yang
sfotjbtj! Tufn! Dfmm! ;! Gplvt! qbeb! berhenti menggunakan memantine
Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan
lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/
Nftfodiznbm!Tufn!Dfmm
grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelas-
96. Lemak perut dan risiko Diabetes
Nurul Aini, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra
nya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, Melitus
diberi nomor sesuai dengan urutan pemunculannya dalam
naskah dan disertai keterangan yang jelas. 79/!Fltqbotj!Foepuifmjbm!Qsphfoj. 97. Pentoksifilin untuk pemakai EPO
Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk
ups!Dfmm yang resisten
menghindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi no-
mor urut sesuai dengan pemunculannya dalam naskah; di-
Frisca, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra
susun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus
98. Kadar vitamin B12 rendah berkai-
dan/ atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted 83/! Nfovkv! Lmpojoh! Ufsbqfvujl! tan dengan peningkatan risiko iskemi
to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
efohbo!Uflojl!TDOU serebral
Contoh :
Melina Setiawan, Caroline Tan Sardjono, Ferry
1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 99. Bagaimana virus Chikungunya me-
Sandra
1st ed. Baltimore, London: William and Wilkins, nyebar
1984; Hal 174-9.
2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties 88/! Ijtupgjtjpmphj! Tfm! Foepufm! ebo! 100. Kopi dan teh dapat menurunkan
of invading microorganisms. Dalam: Sodeman
WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Tfm! Qsphfojups! Foepufm! ebmbn! risiko kanker ginjal
Mechanism of diseases. Philadelphia: Tjslvmbtj!Ebsbi
WB Saunders, 1974;457-72.
3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasa filariasis Ronny Karundeng 101. MRI paling kuat di dunia siap
di Indonesia. Cermin Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10. memindai otak manusia
Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; 93/! Qfnfsjltbbo! Mbcpsbupsjvn!
bila tujuh atau lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan Ebmbn!Bouj!Bhjoh!Nfejdjof
tambahkan dkk. 102. Informatika Kedokteran
104. Profil
Suzanna Immanuel
Naskah dikirimkan ke alamat : 106. Praktis
Redaksi CDK 107. English Summary Lanjutan
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4 98/! Fgflujgjubt! Qfohhvobbo! Nfbm! 108. Laporan Khusus
Cempaka Putih, Jakarta 10510 110. Kegiatan Ilmiah
Sfqmbdfnfou! Qbeb! Qfohbuvsbo!
E-mail : cdk@kalbe.co.id
Ejfu!Qbtjfo!Pcftjubt!Ebmbn!Nfn. 112. RPPIK
Tlp. (021) 4208171.
qfscbjlj!Lpnqptjtj!Uvcvi!Ebo!Gbl.
Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan,
akan diberitahu secara tertulis.
ups!Sjtjlp!Tjoespnb!Nfubcpmjl
Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila Dr. Inge Permadhi, Dr. Samuel Oetoro, Dr. Fiastuti
disertai dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap de- Witjaksono
ngan perangko yang cukup.

cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008 57


Fejupsjbm

Salah satu topik kedokteran yang makin mengemuka ialah teknologi


dan pengembangan stem cell; karena teknologi ini menjanjikan se-
suatu yang selalu diimpikan oleh umat manusia – umur panjang dan
bebas dari penyakit.

Beberapa artikel edisi Cermin Dunia Kedokteran kali ini akan mem-
bahas berbagai hal sekitar teknologi tersebut, ditambah dengan be-
berapa artikel lain mengenai kanker; sebagian artikel tentang stem
cell berasal dari para peneliti di Stem Cell and Cancer Institute - suatu
lembaga yang didukung oleh Kalbe Farma untuk mengembangkan
teknologi masa depan agar tetap dapat mengikuti pesatnya kemajuan
penelitian di dunia; tentu dengan harapan dapat menghasilkan se-
suatu yang berguna bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
kita semua.

Selamat membaca, semoga informasi tambahan ini dapat memeli-


hara dan menambah pengetahuan sejawat seiring dengan perkem-
bangan dunia ilmu.

Redaksi

58 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


DEL
Cermin Dunia Kedokteran
susunan redaksi
LFUVB!QFOHBSBI
Dr. Boenjamin Setiawan, PhD

QFNJNQJO!VNVN
Dr. Erik Tapan
ISSN: 0125-913 X
http://www.kalbe.co.id/cdk LFUVB!QFOZVOUJOH
Dr. Budi Riyanto W.
BMBNBU!SFEBLTJ
Gedung KALBE NBOBKFS!CJTOJT
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4 Nofa, S.Si, Apt.
Cempaka Putih, Jakarta 10510
EFXBO!SFEBLTJ
Tlp. 021-4208171
Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto Zahir, MSc.
Fax.: 021-4287 3685 Dr. Michael Buyung Nugroho
E-mail : cdk.redaksi@yahoo.co.id Dr. Karta Sadana
Web: http://www.kalbe.co.id/cdk Dr. Sujitno Fadli
Drs. Sie Johan, Apt.
OPNPS!JKJO Ferry Sandra, Ph.D.
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976 Budhi H. Simon, Ph.D.

QFOFSCJU Grup PT. Kalbe Farma Tbk. UBUB!VTBIB


QFODFUBL PT. Temprint Dodi Sumarna

SFEBLTJ!LFIPSNBUBO
Qspg/!Esh/!Tjuj!Xvszbo!B!Qsbzjuop-!!TLN-!!NTdE-!!QiE Qspg/!ES/!Esb/!Bsjoj!Tfujbxbuj
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Qspg/!Es/!Bcevm!Nvuibmjc-!!TqQE!LIPN Qspg/!Es/!Gbjtbm!Zvovt-!!QiE-!!TqQ)L*
Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta SMF Paru RS Persahabatan, Jakarta

Qspg/!Es/!Ekplp!Xjepep-!!TqQE.LQUJ Qspg/!ES/!Es/!Sjboup!Tfujbcvez-!!TqGL
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonsia/ Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Es/!S/N/!Ovhspip!Bcjlvtop-!!NTd/-!!EsQI
Qspg/!ES/!Es/!Dibsmft!Tvskbej-!!NQI Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Pusat Penelitian Kesehatan Unika Atma Jaya Jakarta
Qspg/!ES/!Es/!Xjnqjf!Qbohlbijmb-!!TqBoe-!!GBBDT
Qspg/!ES/!Es/!I/!B{jt!Sboj-!!TqQE-!!LHFI Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Qspg/!ES/!Es/!Jhobujvt!Sjxboup-!!TqC)L*
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/
Qspg/!ES/!Es/!Tjebsubxbo!Tpfhpoep-!!TqQE-!!LFNE-!!GBDF RS Dr. Kariadi, Semarang
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Es/!Upoz!Tfujbcveij-!!TqLK-!!-!QiE
Universitas Trisakti/ Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta
ES/!Es/!Bcjejo!Xjekbobslp-!!TqQE.LIPN
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Kanker Dharmais, Jakarta
Qspg/!ES/!Tbntvsjekbm!Ekbv{j-!!TqQE-!LBJ
Sub Dept. Alergi-Imunologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam
ES/!Es/!nfe/!Bcsbibn!Tjnbuvqboh-!!NLft Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Jakarta
Es/!Qsjkp!Tjej qsbupnp-!!TqSbe)L*
Qspg/!Es/!Tbsbi!T/!Xbsbpvx-!!TqB)L* Departemen Radiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
Qspg/!ES/!Es/!Kpibo!T/!Nbtkivs-!!TqQE.LFNE-!!TqLO
Qspg/!ES/!Es/!Svmmz!N/B/!Spftmj-!!TqQE.LHI Departemen Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Es/!Ifoesp!Tvtjmp-!!TqT)L*
Es/!Bvdlz!Ijoujoh-!!QiE-!!TqBoe Dept. Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya RS Dr. Soetomo, Surabaya

Qspg/!ES/!esh/!Ifoesp!Lvtopup-!!TqPsu/ Qspg/!ES/!Es/!Ebsxjo!Lbszbej-!!TqHL
Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat

ES/!Es/!Zphb!Zvojbej-!!TqKQ Es/!Jlf!Tsj!Sfekflj-!!TqBo!LJD-!!N/Lft
Sub Dept. Kardiologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Indonesia/RSP Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 59


Fohmjti!Tvnnbsz
Bmufsfe! Ovdmfbs! Usbotgfs;! Jn. Cjpmphjdbm! Dibsbdufsjtujd! boe! Fltqbotj!Foepuifmjbm!Qsphfojups!
qspwfnfou! pg! Tpnbujd! Dfmm! Ov. Ejggfsfoujbujpo!pg!Tufn!Dfmm;!Gp. Dfmm
dmfbs!Usbotgfs!Ufdiojrvf!up!Sf. dvt!po!Nftfodiznbm!Tufn!Dfmm
tpmwf!Fuijdbm!Qspcmfnt Gsjtdb-!!Dbspmjof!U/!Tbsekpop-!!Gfs.
Ovsvm! Bjoj-! Cpfokbnjo! Tfujbxbo-! sz!Tboesb
2-3
Ibssz!Nvsuj !!Nplibnbe!Gbisv.
- Gfssz!Tboesb
ejo3!!!Dbspmjof!Ubo!Tbsekpop
- 2
!!!Cpfo.
- Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!Tufn!Dfmm!boe!Dbo. Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!Tufn!Dfmm!boe!Dbo.
dfs!Jotujuvuf-! QU!Lbmcf!Gbsnb!Ucl/!Kb. dfs!Jotujuvuf-!!QU!Lbmcf!Gbsnb!Ucl/!Kb.
2 2
kbnjo!Tfujbxbo !!Gfssz!Tboesb
-
lbsub-!!Joepoftjb
lbsub-!!Joepoftjb
2!
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!Tufn!Dfmm!boe!Dbo.
dfs!Jotujuvuf-!!QU/!Lbmcf!Gbsnb!Ucl/!Kb. The discovery of endothelial pro-
Stem cell has been an interesting
lbsub-!!Joepoftjb genitor cells (EPC) has major im-
3!
Mbcpsbupsz!pg!Fncszpmphz-!!Gbdvmuz!pg! and controversial focus among
plications in angiogenic therapy.
Wfufsjobsz! Nfejdjof-! ! Cphps! Bhsjdvm. researchers and public because
The limited numbers of EPC found
uvsbm!Vojwfstjuz-!!Cphps-!!Joepoftjb/ of their potential on cell based
in adult blood circulation has been
the-rapy. Regarding ethical is-
the main obstacle for the usage
sues surrounding the embryonic
of EPC. Various attempts have
Cloned embryos generated by stem cell source, adult stem cell
been made to expand EPC in vi-
Somatic Cell Nuclear Transfer becomes a promising alterna-
tro in order to get sufficient num-
(SCNT) technique are good re- tive choice. Mesenchymal stem
bers of EPC required for human
sources for Embryonic Stem Cell cell derived from umbilical cord
therapy. This review summarizes
(ESC) with pluripotent characte- blood has been a preference for
the characteristics and different
ristics. SCNT becomes a poten- researchers as recognized for its
methods used in the expansion
tial method used in therapeutic high plasticity and low immunoge-
of EPC. Several methods for EPC
and regenerative medicine with nicity.
quantification and surface mark-
the aim to produce cells for au- With proper treatment, mesen-
ers used for EPC identification
tologous transplantation. An chymal stem cell can be grown
will also briefly covered.
advanced method recently deve- into different kind of cells, ready
loped to generate inner cell mass to be used for cell based therapy.
Key words : EPC, stem cell, expan-
lacking intact trophectoderm For that purpose, there has been
sion, Endothelial Progenitor Cell.
function by targeting Cdx2 gene many attempts in establishing
by RNAi (RNA interference) is culture protocol for mesenchy- Cermin Dunia Kedokt.2008;35(2): hal 68-71
known as Altered Nuclear Trans- mal stem cell in xeno-free culture gb-!dut-!gt
fer (ANT). Through ANT technique condition to reduce potential
ethical problems encountered in animal pathogen transfer to hu-
SCNT could be resolved for the man.
reason that the cells created are
not intact embryos. This review Keywords : Stem cell, adult stem
covers briefly the latest methods cell, mesenchymal stem cell, cell
used in SCNT including the ANT based therapy.
technique.
Cermin Dunia Kedokt.2008;35(2): hal 64-7
ob-!ct-!gb
Keywords: ANT, SCNT, Trophec-
toderm, RNAi, Cdx2

Cermin Dunia Kedokt.2008; 35(2): hal 61-3.


in-!ng-!dut-!ct-!gt

60 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


Hasil Penelitian

Bmufsfe!Ovdmfbs!Usbotgfs;!Qfohfncbohbo!Uflojl!
Tpnbujd!Dfmm!Ovdmfbs!Usbotgfs!vouvl
Nfohbubtj!Nbtbmbi!Fujlb
!
Ibssz!Nvsuj2-3!-!Nplibnbe!Gbisvejo3!-!Dbspmjof!Ubo!Tbsekpop2!-!Cpfokbnjo!Tfujbxbo2!-!Gfssz!Tboesb2
2
!Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb
3
Mbcpsbupsz!pg!Fncszpmphz-!!Gbdvmuz!pg!Wfufsjobsz!Nfejdjof-!!Cphps!Bhsjdvmuvsbm!Vojwfstjuz-!!Cphps-!!Joepoftjb/

BCTUSBL
Embrio hasil SCNT dapat dijadikan sebagai sumber Embryonic Stem Cell (ESC) yang bersifat pluripoten dan meru-
pakan patient-specific stem cells. Penerapan teknik SCNT bertujuan untuk aplikasi konsep therapeutic cloning dan
regenerative medicine melalui teknik transplantasi autologous, sehingga tidak menimbulkan reaksi penolakan ja-
ringan pada tubuh pasien. Terobosan baru dalam teknik ini adalah menghambat pembentukan trofektoderm pada
embrio hasil SCNT, sehingga embrio hanya akan membentuk Inner Cell Mass (ICM) dan tidak dapat berimplantasi
ke dalam jaringan endometrium. Pengembangan teknik yang dikenal dengan Altered Nuclear Transfer (ANT) di-
harapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan etika penggunaan embrio sebagai sumber ESC. Metode ANT
dengan menggunakan RNA interference (RN Ai) untuk mencegah ekspresi gen Cd x2 pada embrio hasil SCNT
akan dibahas dalam artikel ini.

Kata Kunci: ANT, SCNT, Trofektoderm, RN Ai, Cd x2

QFOEBIVMVBO
Perkembangan teknik Somatic Cell Nuclear Transfer ngan menggunakan mikromanipulator ataupun secara
(SCNT) telah menjadi alternatif baru dalam kemajuan enzimatik dengan menggunakan reaksi antigen-antibodi
riset biomedis1. Aplikasi teknik SCNT dapat digunakan yang secara spesifik melisis sel-sel trofoblas6.
untuk untuk memproduksi Embryonic Stem Cell (ESC)2.
Secara garis besar teknik transfer inti sel somatik Medium spesifik untuk kultur ICM agar dapat berprolife-
(SCNT) meliputi 3 langkah utama (Gambar 1), yakni: rasi dan juga mempertahankan sifat pluripotensi serta
(1) enukleasi atau pembuangan inti oosit yang akan digu- karakter sel punca yang dimiliki7. Pada ntESC mencit,
nakan sebagai resipien sitoplasma (oosit resipien), penambahan Leukemia Inhibitory Factor (LIF) berfungsi
(2) transfer inti atau pemasukan inti sel somatik ke untuk mempertahankan keadaan tidak berdiferensiasi
dalam oosit resipien, (undifferentiated stage)8. Sedangkan pada manusia, peng-
(3) aktivasi atau induksi oosit hasil rekonstruksi agar dapat gunaan Mouse Embryonic Fibroblast (MEF) sebagai feeder
berkembang menjadi embrio yang kemudian dikenal se- layer dapat mencegah proses differensiasi9. Hasil kultur
bagai embrio SCNT yang dapat dijadikan sebagai sum- ntESC dapat dimanfaatkan sebagai sumber ESC yang apa-
ber sel punca 3. bila diperlukan dapat diinduksi
untuk berdiferensiasi menjadi
Sel lestari (cell line) ESC yang tipe-tipe sel tertentu10,11. Sel-
dihasilkan melalui teknik sel hasil diferensiasi tersebut
SCNT sering disebut dengan dapat digunakan untuk tujuan
istilah ntESC (nuclear trans- terapi berbasis sel pada ber-
fer Embryonic Stem Cell)4. bagai jenis penyakit degenera-
Sel lestari ntESC diperoleh tif12. Beberapa penelitian ter-
dari kultur sel embrio hasil dahulu menunjukkan bahwa
aplikasi SCNT hingga men- ESC dapat diarahkan menjadi
capai tahap blastosis, lalu sel-sel neuron13,14, ginjal15,
bagian Inner Cell Mass (ICM) Gambar 1. Skema teknik SCNT pada mencit. 1: enukleasi atau otot jantung16,17, pankreas18.
diisolasi dan dikultur dengan pembuangan inti oosit yang akan digunakan sebagai oosit resipien; 2:
transfer inti atau pemasukan inti sel somatik ke dalam oosit resipien;
medium spesifik5. Teknik 3: aktivasi atau induksi oosit hasil rekonstruksi agar dapat berkem-
Secara teoritis, ntESC memi-
isolasi ICM dapat dilakukan bang menjadi embrio. liki kelebihan dibandingkan
baik secara mekanik de- dengan sumber ESC lainnya,

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 61


terutama karena pada ntESC endometrium23. Dilapor-
sel punca yang diperoleh dan kan bahwa, pada embrio
dikembangkan berasal dari tu- mencit gen yang bertang-
buh pasien itu sendiri (patient- gung jawab terhadap pem-
specific stem cells). Peman- bentukan trofektoderm
faatan ntESC diharapkan adalah Cdx2, yang apabila
dapat mengatasi masalah ekspresinya dihambat akan
penolakan sistem imunitas menyebabkantrofektoderm
(immune rejection)19. Namun tidak terbentuk sehingga
aplikasi terapi berbasis sel embrio tidak dapat melaku-
dengan menggunakan ntESC kan proses implantasi24.
masih harus diteliti lebih lan- Informasi ini juga didukung
jut untuk mencegah potensi dengan hasil penelitian bah-
timbulnya dampak negatif, se- Gambar 2. Skema ANT untuk menghasilkan blastosis tanpa trofoblas. wa gen Cdx2 secara in vitro
belum ditransplantasikan ke dapat menginduksi diferen-
tubuh pasien 20. siasi ESC mencit menjadi
sel-sel trofoblas25. Diferensiasi
Pemanfaatan teknologi menjadi sel-sel trofoblas juga
SCNT untuk menghasil- dapat dipengaruhi oleh interak-
kan ntESC sebagai alter- si antara Oct4 dengan Cdx226.
natif terapi pada manusia
merupakan hal yang masih Telah dilaporkan bahwa pada
diperdebatkan di berbagai embrio mencit ekspresi gen
kalangan. Salah satunya Cdx2 dapat dihambat dengan
karena masalah etika peng- menggunakan RNAi sehingga
gunaan oosit dan peru- tidak dapat membentuk trofek-
sakan embrio pada tahap Gambar 3. Mekanisme penghambatan ekpresi gen oleh RNAi.
Virus pembawa digunakan untuk memasukkan RNAi ke dalam sitoplasma
toderm (Gambar 2). Namun
blastosis21. Permasala- sel. RNAi dan mRNA akan saling menempel dan membentuk RNA-In- demikian dari embrio ini ma-
han etika lainnya adalah duced Silencing Complex (RISC). Mekanisme penghambatan ekspresi gen sih dapat diperoleh sel-sel ICM
tergantung pada kemiripan urutan basa dari RNAi dan mRNA. Penggu-
adanya kekhawatiran di- naan RNAi sangat efektif untuk menghambat ekspresi gen. yang dapat diturunkan menjadi
lakukannya proses kloning sel punca pluripoten yang mam-
dengan tujuan menciptakan suatu ’manusia baru’ (re- pu berintegrasi pada hewan chimera27. Walaupun teknik
productive cloning). Hal ini menyebabkan William B. Hurl- ANT telah berhasil diaplikasikan pada embrio mencit, na-
but mengemukakan gagasannya untuk memodifikasi sel mun masih harus dibuktikan pada embrio manusia28.
embrio agar tidak mampu berkembang menjadi embrio
normal yang mampu berimplantasi, yang disebut dengan UFLOJL! EBO! NFLBOJTNF! QFOHIBNCBUBO!
Altered Nuclear Transfer (ANT)22 sehingga diharapkan FLTQSFTJ!Dey3!QBEB!FNCSJP!IBTJM!TDOU
dapat mengatasi permasalahan etika tersebut. Secara teoritis, penghambatan ekspresi Cdx2 dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara di antaranya
BQMJLBTJ!!BOU!!VOUVL!!NFOHIBTJMLBO!!ouFTD! adalah dengan menggunakan antisense DNA, Ribozymes,
VOUVL!NFOHBUBTJ!NBTBMBI!FUJLB dan RNAi. Prinsip kerja antisense DNA adalah berikatan
Teknik ANT merupakan pengembangan teknik SCNT dengan mRNA yang merupakan komplemennya, sehing-
untuk mengatasi permasalahan etika. Modifikasi teknik ga proses translasi tidak terjadi. Sedangkan enzim Ribo-
SCNT meliputi pemanfaatan retrovirus untuk menyi- zymes dapat digunakan untuk memotong mRNA spe-
sipkan RNAi pada sel donor inti sebelum ditransfer ke sifik menjadi potongan kecil-kecil sehingga mRNA tidak
sel oosit resipien. Keberadaan RNAi diharapkan dapat dapat berfungsi normal29. Cara lain untuk menghambat
menghambat ekspresi gen yang bertanggung jawab ekspresi gen adalah dengan menggunakan sistem RNA
terhadap proses pembentukan trofoblas, sehingga interference (RNAi)30. RNAi merupakan potongan kecil
diharapkan embrio berkembang menjadi cacat dan RNA yang dapat menginduksi penghancuran mRNA ter-
tidak dapat berimplantasi. tentu sebelum dapat mengkode pembentukan protein di
dalam sitoplasma31 (Gambar 3).
Pada tahap blastosis, embrio akan membentuk trofek-
toderm dan ICM. Trofektoderm yang mengelilingi ICM Sintesis protein merupakan ekspresi gen yang me-
berperan dalam proses implantasi embrio pada jaringan liputi proses transkripsi dan translasi. Pada sel eu-

62 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


kariot umumnya ekspresi gen diawali dengan induksi tissues. Biol Reprod. 2005; 72: 932-6.
6. Hogan B, Costantini F, Lacy E. Manipulating the mouse embryo. A laborato-
promoter terhadap proses transkripsi DNA menjadi ry manual. New York: Cold Spring Harbor Laboratory, 1986; Hal 113-4.
messenger RNA (mRNA). DNA pada tahap ini dapat 7. Moon SY, Park YB, Kim DS, Oh SK, Kim DW. Generation, culture, and
dibedakan menjadi dua yaitu bagian coding strand differentiation of human embryonic stem cells for therapeutic applica-
tions. Molecular Therapy 2006; 13: 5-14.
(sense strand atau nontemplate strand) dan template 8. Freshney RI. Culture of animal cells. A manual of basic technique. 4th
strand (antisense strand). Selanjutnya enzim RNA ed. New York: Wiley-Liss, 2000; hal. 393.
9. Hochedlinger K, Jaenisch R. Nuclear reprogramming and pluripotency.
polymerase akan membuat mRNA berdasarkan DNA Nature 2006; 441: 1061-7.
template strand. Setelah mRNA terbentuk, akan ke- 10. Dinnyes A, Szmolenszky A. Animal cloning by nuclear transfer: state-of-the-
luar dari inti sel dan menuju ke ribosom di sitoplasma. art and future perspectives. Acta Biochimica Polonica 2005; 52: 585-8.
11. Wobus AM, Boheler KR. Embryonic stem cells: prospects for develop-
Urutan basa nitrogen pada mRNA merupakan kodon mental biology and cell therapy. Physiol Rev. 2005; 85: 635-78.
yang akan diterjemahkan oleh transfer RNA (tRNA) 12. Mombaerts P. Therapeutic cloning in the mouse. Proc Natl Acad Sci
menjadi asam amino yang sesuai. Proses ini disebut USA. 2003; 100: 11924-5.
13. Wakayama T, Tabar V, Rodriguez I, Perry ACF, Studer L, Mombaerts
dengan proses translasi32. P. Differentiation of embryonic stem cell lines generated from adult
somatic cells by nuclear transfer. Science 2001; 292: 740-3.
14. Zhang P, Chebath J, Lonai P, Revel M. Enhancement of oligodendro-
Penghambatan ekspresi gen Cdx2 pada teknik ANT di- cyte differentiation from murine embryonic stem cells by an activator
awali dengan penempelan RNAi pada mRNA memben- of gp 130 signaling. Stem Cells 2004; 22: 344-54.
tuk komplek RISC (RNA-Induced Silencing Complex)33. 15. Hipp J, Atala A. Tissue engineering, stem cells, cloning, and partheno-
genesis: new paradigms for therapy. Exp Clin Assist Reprod. 2004; I:3.
RNAi dimasukkan ke dalam sitoplasma sel dengan ban- 16. Lanza R, Moore MAS, Wakayama T, et al. Regeneration of the infract-
tuan vektor lentivirus27. RNAi hanya dapat berikatan ed heart by nuclear transplantation.. Cir Res. 2004; 94: 820-7.
dengan mRNA yang memiliki urutan basa yang meru- 17. Kodifis T, de Bruin JL, Yamane T, et al. Insulin-like growth factor pro-
motes engraftment, differentiation, and functional improvement after
pakan komplemennya. Dua mekanisme yang dapat ter- transfer of embryonic stem cells for myocardial restoration. Stem
jadi pada proses selanjutnya adalah: (1) apabila kom- Cells 2004; 22: 1239-45.
18. Paek HJ, Moise LJ, Morgan JR, Lysaght MJ. Origin of insulin secreted
pleks RNAi dan mRNA (RISC) merupakan komplemen from islet-like cell clusters derived from murine embryonic stem cells.
(memiliki urutan basa yang cocok) dan dapat menem- Cloning Stem Cells 2005; 7: 226-31.
pel menjadi rantai RNA ganda maka enzim slicer dapat 19. Cibelli JB, Kiessling AA, Cunniff K, Richards C, Lanza RP, West MD. So-
matic cell nuclear transfer in humans: pronuclear and early embryonic
memotong mRNA hingga terdegradasi, (2) apabila kom- development. Regenerative Med. 2001; 2: 25-31.
pleks RNAi dan mRNA bukan merupakan komplemen 20. Gardner RL. Stem cells and regenerative medicine: principles,
(ada sedikit basa yang tidak bisa berpasangan) maka prospects and problems. C R Biologies 2006; doi:10.1016/
j.crvi.2007.01.005.
mRNA tetap eksis tapi tRNA yang berada di ribosom 21. Whittaker PA. Therapeutic cloning: The ethical limits. J Taap. 2005;
tidak mampu menerjemahkan urutan kodon menjadi 270: S689-91.
22. Hurlbut WB. Altered nuclear transfer. N Engl J Med. 2005; 352: 1153-4.
asam amino, sehingga proses translasi tidak dapat ter- 23. Red-Horse K, Zhou Y, Genbacev O, et al. Trophoblast differentiation
jadi34. Kedua mekanisme di atas menyebabkan proses during embryo implantation and formation of the maternal-fetal inter-
sintesis protein tidak berjalan sebagaimana mestinya face. J Clin Invest. 2004; 114: 744-54.
24. Strumpf D, Mao CA, Yamanaka Y et al. Cdx2 is required for correct cell
karena sehingga gen tidak terekspresikan35. fate specification and differentiation of trophectoderm in the mouse
blastocyst. Development 2005; 132: 2093-102.
LFTJNQVMBO 25. Tolkunova E, Cavaleri F, Eckardt S, et al. The caudal-related protein
Cdx2 promotes trophoblast differentiation of mouse embryonic stem
ANT merupakan alternatif pengembangan teknik cells. Stem Cells 2006; 24: 139-44.
SCNT untuk mengatasi permasalahan etika peng- 26. Niwa H, Toyooka Y, Shimosato D, et al. Interaction between Oct3/4 and
Cdx2 determines trophectoderm differentiation. Cell 2005; 123: 917-29.
gunaan embrio sebagai sumber ESC. Pembentukan 27. Meissner A, Jaenisch R. Generation of nuclear transfer-derived plurip-
trofoblas dapat dihambat dengan menggunakan RNAi otent ES cells from cloned Cdx2-deficient blastocysts. Nature 2006;
melalui inhibisi ekspresi gen Cdx2. Blastosis yang tidak 439: 212-5.
28. Findlay JK, Gear ML, Illingworth PJ, et al. Human embryo: a biological
mengekspresikan gen Cdx2 tidak dapat implantasi, na- definition. Human Reproduction 2007; 22: 905-11.
mun sel-sel ICM masih dapat dikembangkan menjadi 29. Robinson R. RNAi therapeutics: how likely, how soon?. P Bio. 2004; 2:
sel punca yang bersifat pluripoten dan memiliki karak- 0018-20. DOI:10.1371/journal.pbio.0020028.
30. Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. Molecular bi-
ter sama dengan ntESC. ology of the cell. 4th ed. New York: Garland Science, 2002; Hal 451-2.
31. Kalthoff K. Analysis of biological development. 2nd ed. New York: Mc-
Graw-Hill Co. Inc., 2001; Hal 395.
EBGUBS!QVTUBLB
32. Campbell MK, Farrell SO. Biochemistry. 4th.ed. USA: Thomson Learn-
1. McLaren A. Cloning: pathway to a pluripotent future. Science 2000;
ing Inc., 2003; hal 281-2;320-1.
288: 1775-80.
33. Gong W, Ren Y, Xu Q, et al. Integrated siRNA design based on survey-
2. Colman A. Somatic cell nuclear transfer in mammals: progress and
ing of fetus features associated with high RNAi effectiveness. BMC
applications. Cloning 2000; 1: 185-200.
Bioinformatics 2006; doi:10.1186/1471-2105-7-516
3. Wilmut I, Beaujean N, de Sousa PA, et al. Somatic cell nuclear transfer.
34. Milhavet O, Gary DS, Mattson MP. RNA interference in biology and
Nature 2002; 419: 583-6.
medicine. Pharmacol Rev. 2003; 55: 629-48.
4. Tong WF, Ng YF, Ng SC. Somatic cell nuclear transfer (cloning): Implica-
35. Yu J, Thomson JA. Embryonic Stem Cells. In Stem Cell Information [World
tions for the medical practitioner. Singapore Med J. 2002; 43: 369-76.
Wide Web site]. Bethesda, MD: National Institutes of Health, U.S. Depart-
5. Wakayama S, Ohta H, Kishigami S. Establishment of male and female
ment of Health and Human Services, 2006 [cited Friday, January 26,
nuclear transfer embryonic stem cell line from different mouse and
2007] Available at http://stemcells.nih.gov/info/scireport/2006report.

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 63


Hasil Penelitian

Karakteristik Biologis dan Diferensiasi


Stem Cell : Fokus pada
Mesenchymal Stem Cell
Ovsvm!Bjoj-!!Cpfokbnjo!Tfujbxbo-!!Gfssz!Tboesb
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb

BCTUSBL
Stem cell telah menjadi fokus perhatian baik bagi kalangan peneliti maupun khalayak umum karena potensinya
dalam terapi berbasis sel. Mengingat isu etis yang melingkupi penggunaan embryonic stem cell, adult stem cell
menjadi alternatif pilihan untuk maksud tersebut. Penggunaan mesenchymal stem cell dari darah tali pusat men-
jadi preferensi sebagian peneliti karena sifat plastisitasnya yang tinggi dan imunogenisitasnya yang rendah.
Dengan perlakuan yang tepat, mesenchymal stem cell ini dapat berkembang menjadi berbagai sel dan selanjutnya
dapat dipakai sebagai sumber transplantasi sel untuk terapi berbasis sel. Untuk bisa melangkah ke penggunaan
mesenchymal stem cell sebagai terapi rutin pada manusia, berbagai usaha dilakukan untuk mengkultur mesen-
chymal stem cell dalam medium xeno-free sebagai upaya mencegah transfer patogen hewan ke manusia.

Kata Kunci : Stem cell, adult stem cell, mesenchymal stem cell, terapi berbasis sel.

Qfoebivmvbo Bevmu!Tufn!Dfmm!wfstvt!Fncszpojd!Tufn!Dfmm
Selama bertahun-tahun para peneliti mencari dan men- Sejak berhasilnya isolasi stem cell dari embrio manu-
coba memahami mengapa sebagian sel dan organ tu- sia oleh Thomson pada 1998, prospek kegunaannya
buh manusia mampu memperbaiki diri sedangkan sel dalam terapi sel telah menarik perhatian kalangan
dan organ-organ lainnya tidak. Sekarang, pencarian itu peneliti maupun khalayak umum. Stem cell jenis ini di-
difokuskan ke bidang stem cell. Stem cell adalah jenis sel peroleh dari inner cell mass blastocyst. Mirip seperti
khusus dengan kemampuan membentuk ulang di-rinya yang telah dibuktikan dengan penelitian pada tikus, hu-
dan dalam saat yang bersamaan membentuk sel yang man embryonic stem cell telah terbukti sangat primitif,
terspesialisasi. Meskipun kebanyakan sel dalam tubuh dapat berproliferasi tanpa batas, dan memiliki kemam-
seperti jantung maupun hati telah terbentuk khusus un- puan untuk menurunkan galur semua jenis sel dewa-
tuk memenuhi fungsi tertentu, stem cell selalu berada sa.4 Namun karena proses isolasinya berarti meng-
dalam keadaan tidak terdiferensiasi sampai ada sinyal ganggu perkembangan embrio, minat para peneliti
tertentu yang mengarahkannya berdiferensiasi menjadi mendapat tentangan dari para politisi dan pemerhati
sel jenis tertentu. Kemampuannya untuk berproliferasi masalah etika penelitian.3,5 Lebih jauh lagi, tumorioge-
bersamaan dengan kemampuannya berdiferensiasi men- nicity dari embryonic stem cell haruslah jelas sebelum
jadi jenis sel tertentu inilah yang membuatnya unik.1,2 melangkah lebih jauh ke tahap terapi.6

Terdapat dua kelompok utama stem cell menurut sum- Sejak itu minat penelitian terhadap adult stem cell mening-
bernya, yaitu embryonic stem cell yang diisolasi dari in- kat pesat. Adult stem cell sebagai sumber stem cell dewa-
ner cell mass embrio, dan adult stem cell yang diiso- sa relatif aman dari isu etis. Di luar perdebatan mengenai
lasi dari jaringan dewasa. Seperti telah diperkirakan seberapa plastis dan efektif adult stem cell dibandingkan
sebelumnya, dewasa ini makin banyak bukti mendukung dengan embryonic stem cell, adult stem cell lebih mu-
dugaan kehadiran stem cell pada organ dan jaringan, dah dijumpai di berbagai organ dan jaringan dewasa de-
dan bahwa sel-sel jenis ini memiliki kemampuan untuk ngan tingkat ekspansi yang juga tinggi, dan secara teknis
berkembang jauh melebihi yang dulu dibayangkan. Se- lebih mudah diisolasi dibandingkan dengan teknik isolasi
jauh mana potensi sel ini dapat dikembangkan untuk embryonic stem cell dari inner cell mass blastocyst. 6,7,8
kepentingan terapi manusia masih belum jelas, namun
pertanyaan-pertanyaan tersebut membuka kemungkin- Adult stem cell seperti semua tipe stem cell yang lain,
an bagi pemanfaatan stem cell di masa datang. 1,2,3 memiliki setidaknya dua karakter khusus. Yang perta-
ma, mereka mampu membuat salinan sel yang identik

64 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


dengan dirinya sendiri untuk periode waktu yang lama. dan diferensiasi stem cell. Kerusakan jaringan tampak-
Kedua, mampu berdiferensiasi menjadi jenis sel matur nya menciptakan lingkungan yang sesuai bagi peruba-
dengan karakteristik morfologis dan fungsi tertentu. han orientasi diferensiasi ini. Tampaknya lingkungan
Tidak diketahui asal muasal yang pasti dari adult stem jaringan extrahematopoietic yang terbentuk setelah
cell ini; beberapa peneliti mengajukan hipotesis bahwa apoptosis atau nekrosis (seperti keseimbangan sito-
stem cell yang dicegah untuk berdiferensiasi ini dise- kin maupun keadaan matriks ekstraseluler) memung-
bar dan diletakkan dengan mekanisme tertentu yang kinkan engraftment yang sesuai bagi stem cell yang
belum diketahui selama periode perkembangan fetal. sedang beredar di aliran darah. Yang tidak diketahui
Adult stem cell haruslah clonogenic, artinya harus adalah apakah stem cell melewati fase jaringan spe-
mampu menghasilkan sekumpulan turunan sel yang sifik sebelum maturasi, baik melalui transdiferensiasi
identik secara genetik, yang kemudian berkembang maupun fusi sel.1,9
menjadi semua sel yang tepat sesuai dengan jaringan
di tempat ia berada.1,2,7 Ejgfsfotjbtj!mbohtvoh!ebo!ubl!mbohtvoh
Terdapat beberapa mekanisme yang masih menjadi
Tidak seperti embryonic stem cell yang memiliki ke- spekulasi untuk fenomena transdiferensiasi ini. Pada
mampuan tak terbatas untuk berdiferensiasi menjadi penelitian menggunakan stem cell dari sumsum tulang,
sel apapun dalam jaringan, adult stem cell meskipun salah satu dugaannya adalah bahwa ketika ditrans-
masih bersifat pluripoten diperkirakan telah berkurang plantasikan, sebenarnya kumpulan sel ini membawa
kemampuan diferensiasinya dan telah menjadi lebih sekelompok populasi sel yang sangat pluripotent, yang
spesifik untuk berdiferensisasi menjadi sel tertentu yang belum terarah menjadi sel darah. Atau mereka adalah
kesemuanya berkontribusi untuk regenerasi jaringan hematopoietic stem cell yang dapat bertransdiferensia-
lokal. Contohnya, gastrointestinal crypt cells di sistem si. Sel yang sudah terarah telah memulai rangkaian dife-
pencernaan, oval cells di dalam hati, dan pneumocytes rensiasi terminal yang diduga disebabkan oleh peruba-
tipe II di dalam paru-paru, dan berbagai subset stem cell han konformasi DNA. Transdiferensiasi menunjukkan
di dalam sumsum tulang, darah tepi, otak, korda spina- kemampuan dari sebuah sel yang sudah terarah untuk
lis, pulpa gigi, pembuluh darah, otot rangka, epitel kulit, mengubah pola ekspresi gennya menjadi sel yang betul-
kornea, retina dan pankreas.1,7 betul berbeda dengan karakter asalnya, dan ini dapat
terjadi langsung maupun tak langsung. Transdiferen-
Qmbtujtjubt!Bevmu!Tufn!Dfmm siasi tak langsung berarti stem cell berde-diferensiasi
Perkembangan lebih lanjut menunjukkan fenomena plas- diikuti proses maturasi ke jalur alternatif. Transdiferen-
tisitas adult stem cell, yang berarti bahwa adult stem cell siasi langsung berarti terdapat transisi langsung pada
dari jaringan dewasa yang sudah terarah menjadi jarin- pola ekspresi gen sel tersebut.9,10
gan tertentu, masih mampu berdiferensiasi menjadi sel
bagian dari suatu jaringan lain. Pada saat ini belum ada Yang harus diingat adalah bahwa transdiferensiasi in vivo
istilah baku untuk menyebut fenomena ini dalam literatur tidaklah harus berlangsung dalam keadaan pato-logis.
ilmiah. Maka sering disebut sebagai plastisitas, diferen- Hal ini merupakan mekanisme yang normal terjadi pada
siasi unorthodox, maupun transdiferensiasi.1,7,9 tumbuhan dan hewan, contohnya yang terjadi pada amfi-
bi selama regenerasi tungkai. Di tahap in vitro, progenitor
Bukti keberadaan fenomena transdifferensiasi pada oligodendrosit dapat diprogram ulang menjadi stem cell
adult stem cell datang dari penelitian yang memakai saraf ketika dipelihara dalam kultur berkepadatan rendah
teknik transplantasi whole bone marrow. Pada peme- dan dalam medium yang serum-free.11
riksaan histologis jaringan hasil transplantasi di bebe-
rapa organ resipien,dijumpai kehadiran sel donor yang Gvtj!tfm
berdiferensiasi menjadi sel endotel, sel otot rangka, sel Mekanisme alternatif untuk plastisitas adalah terjadinya
otot jantung, sel oval di hati, hepatosit, dan sel di sys- fusi sel antara hematopoietic stem cell dengan non-he-
tem saraf pusat.7,9 Tampaknya, dengan sinyal micro- matopoietic stem cell membentuk heterokarion, dengan
environment yang sesuai, adult stem cell dari sumsum demikian mengubah pola ekspresi gen dari pola asli sel
tulang mampu bertransdiferensiasi menjadi berbagai sumsum tulang menjadi pola ekspresi pasangan fusinya.
macam sel dari organ yang berbeda-beda.1,7,9 Contohnya, fusi in vitro fibroblast dengan myoblast dike-
tahui menghasilkan ekspresi mRNA yang spesifik untuk
Ij qpuftjt!nflbojtnf!usbotejgfsfotjbtj myocyte dengan nuklei yang spesifik untuk fibroblast.7,9
Semua penelitian yang menyelidiki fenomena plastisi-
tas stem cell umumnya menggunakan model jaringan Nftfodiznbm!Tufn!Dfmm!ej!Ebsbi!Ubmj!Qvtbu
yang terjejas untuk menginduksi mekanisme “homing” Mesenchymal stem cell pertama kali dikarakteristikkan

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 65


oleh Friedstein dkk lebih dari 30 tahun yang lalu, dan didefi- maan yaitu : tumbuh di kultur sebagai sel yang melekat
nisikan sebagai sel yang multipoten, yang mampu ber- dengan lama hidup tertentu, dan memiliki kemampuan
diferensiasi menjadi beberapa jalur termasuk kartilago, untuk berdiferensiasi menjadi osteoblast, chondroblast,
tulang, tendon, otot, ligamen, dan jaringan lemak.9,12,13 dan adipocyte dalam respon terhadap stimuli yang te-
pat.12,13,14 Secara histologis, mesenchymal stem cell
Meskipun merupakan sumber utama mesenchymal memiliki bentuk fusiform, fibroblast-like, dan pada fase
stem cell, sumsum tulang melibatkan prosedur isolasi pertumbuhan in vitro awal membentuk koloni.8
yang sangat invasif. Selain itu, jumlah, potensi diferen-
siasi, dan umur maksimum mesenchymal stem cell Dari identifikasi karakter imunologis, spektrum sitokin
dari sumsum tulang menurun dengan bertambahnya yang luas (contohnya fibroblast growth factor-2 [FGF-
usia donor.15 Perkembangan selanjutnya mengarahkan 2], FGF-4, platelet derived growth factor-BB [PDGF-BB],
minat isolasi mesenchymal stem cell pada sumber al- leukemia inhibitory factor) dan teknik isolasi (contoh :
ternatif seperti darah tali pusat yang proses isolasinya elektromagnetik dan secara fisik) telah digunakan un-
lebih tidak invasif tanpa membahayakan ibu maupun tuk mengidentifikasi dan mengekspansi mesenchymal
bayinya.16,17,18 Kern dkk membandingkan mesenchymal stem cells. Dengan flow cytometry, sel ini menunjuk-
stem cell dari sumsum tulang, darah tali pusat dan jarin- kan hasil negatif terhadap CD3, CD7, CD19, CD34,
gan lemak. Ia menemukan bahwa meskipun ketiga sum- CD45, CD117, CD133, dan CD135, mengindikasikan
ber ini secara morfologis dan fenotip imunologis memi- bahwa sel kelompok ini bukanlah berasal dari sel he-
liki karakteristik mesenchymal stem cell yang identik, matopoetik. Sel jenis ini juga menunjukkan hasil negatif
mesenchymal stem cell dari darah tali pusat memiliki terhadap reseptor matriks CD31 (PECAM-1), CD62L
kemampuan untuk dikultur dalam periode terlama, dan (L-selectin), dan CD62P (P-selectin), dan negatif untuk
menunjukkan kemampuan proliferasi tertinggi sehingga CD33, CD90, dan HLA-DR.8,12,13,14
dapat diekspansi dalam jumlah yang banyak.14
Mesenchymal stem cells yang diperoleh dari darah
Nftfodiznbm!tufn!dfmm!ebsj!ebsbi!ubmj!qvtbu!nfnj. tali pusat diketahui positif untuk integrin CD29 ( 1-in-
mjlj!jnvophfojtjubt!zboh!sfoebi tegrin), CD49b ( -2 integrin), CD49d ( -4 integrin),
Salah satu masalah yang timbul dari grafting sel dan CD51 ( -v integrin); positif untuk reseptor matriks
adalah adanya reaksi penolakan dari host terhadap CD44 (reseptor hialuronat), CD58 (LFA-3), dan CD105
sel transplant allogeneic yang mismatched. Penelitian (endoglin); dan positif HLA-ABC.8,12,13 Selain itu untuk
membuktikan bahwa mesenchymal stem cell dari da- marker mesenchymal stem cell manusia : SH-2, SH-3,
rah tali pusat dapat mencegah penolakan allogeneic dan SH-4, sel-sel ini memberikan hasil positif kuat.12,13
pada manusia maupun hewan coba. Penemuan ini
didukung pula oleh bukti-bukti kultur in vitro. Terdapat Lvmuvs!kbohlb!qbokboh!nftfodiznbm!tufn!dfmm!jo!wjusp
tiga mekanisme yang berkontribusi terhadap kejadian Dalam kondisi kultur yang mengandung fetal bovine
ini. Pertama, mesenchymal stem cell dari darah tali pu- serum (FBS), mesenchymal stem cell dari donor muda
sat adalah sel yang hypoimmunogenic, dengan kekura- dapat menjalani 24-40 kali penggandaan populasi
ngan molekul Major Histocompatibility Complex (MHC) (population doublings, PD) in vitro sedangkan potensi
kelas II dan ekspresi molekul yang menstimulasinya. proliferasi dari donor yang lebih tua terlihat lebih ren-
Kedua, mesenchymal stem cell dari darah tali pusat dah. Setelah itu, mesenchymal stem cell menunjukkan
mencegah respon sel T secara tidak langsung melalui penghentian pertumbuhan yang berhubungan dengan
modulasi sel dendritik dan secara langsung meng- fenomena penuaan sel. Hal ini disebabkan oleh be-
ganggu fungsi sel Natural Killer (NK) dan fungsi sel T berapa faktor termasuk pemendekan telomer yang
Cluster of Differentiation 4 (CD4+) dan CD8+. Ketiga, progresif selama subkultur kontinu in vitro karena ti-
mesenchymal stem cell dari darah tali pusat mengin- dak aktifnya aktivitas telomerase. Penuaan replikatif ini
duksi microenvironment lokal yang supresif terhadap dapat diatasi dengan memaksa ekspresi gen human
produksi prostaglandin dan interleukin-10 seperti juga telomerase reverse transcriptase (hTERT) sehingga
ekspresi indoleamin 2,3,-dioksigenase yang mendeple- mengembalikan aktivitas telomerase.12,13
si keseimbangan triptofan. Bradley dkk menunjukkan
keuntungan lain pemakaian stem cell dari darah tali Qpufotj!ebo!qfsmblvbo!zboh!ejcvuvilbo!vouvl!ejgf.
pusat adalah tidak membutuhkan ketepatan Human sfotjbtj!nftfodiznbm!tufn!dfmm
Leukocyte Antigen (HLA) 100%.19,20 Banyak ilmuwan dari berbagai lembaga telah melaku-
kan kultur mesenchymal stem cell, masing-masing
Lbsblufs!cjpmphjt!Nftfodiznbm!tufn!dfmm dengan metode mereka sendiri. Umumnya media
Mesenchymal stem cell yang ditumbuhkan di berbagai kultur yang digunakan adalah media standar dengan
laboratorium dengan berbagai teknik memiliki 2 kesa-

66 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


suplemen fibroblast growth factor (FGF) untuk menun- stem cell dapat dikultur dengan suplementasi serum
jang proliferasi sel, antibiotik untuk mengatasi kontami- manusia tanpa efek merugikan dalam proliferasi mau-
nasi, serta serum baik dari bovine (fetal bovine serum, pun potensi diferensiasinya secara in vitro.12,13,16
FBS) maupun calf (fetal calf serum, FCS). Kondisi mi-
croenvironment tampaknya betul-betul berpengaruh LFTJNQVMBO
pada potensi diferensiasi maupun transdiferensiasi Stem cell memiliki potensi untuk dikembangkan se-
mesenchymal stem cell dari darah tali pusat manusia. bagai salah satu alternatif terapi berbasis sel. Me-
Implikasinya, kultur sel in vitro harus mampu meniru senchymal stem cell dari darah tali pusat kini banyak
kondisi yang terjadi secara in vivo untuk memastikan dipakai sebagai alternatif sumber stem cell karena
validitas peristiwa di laboratorium semirip mungkin aman dari isu etis maupun kekhawatiran tentang po-
dengan yang terjadi dalam tubuh.12,13,18 tensi tumoriogenisitasnya. Dengan perlakuan yang
tepat, sel ini dapat dikembangkan menjadi berbagai
Perlakuan dengan medium dan faktor penginduksi jenis sel. Usaha-usaha optimalisasi kultur sel kini ten-
yang berbeda memberikan hasil diferensiasi mesen- gah dikembangkan untuk merespon kebutuhan terapi
chymal stem cell menjadi berbeda pula, seperti akan yang aman dari cemaran patogen.
diuraikan di bawah ini.
a. Diferensiasi osteogenik EBGUBS!QVTUBLB
1. Kirschstein R, Skirboll LR. Stem Cells : Scientific progress and future
Medium osteogenik terdiri dari Iscove Modified research directions. Washington: National Institute of Health, 2001.
Dulbecco’s Medium (IMDM) disuplementasi de- 2. National Institute of Health. Stem Cell information : The national insti-
tute of health resource for stem cell research. Cited March 3, 2007.
ngan deksametason, asam askorbat, gliserol, atau http://stemcells.nih.giv/info/basic/basics1.asp
gliserofosfat. 3. Wikipedia. Stem Cell. Cited March 3, 2007. http://en.wikipedia.org/
b. Diferensiasi chondrogenik wiki/Stem_cell
4. Thomson JA, Itzkovitz-Eldor J, Shapiro SS, dkk. Embryonic stem cells
Medium yang umum dipakai terdiri dari Dulbecco’s lines derived from human blastocyst. Science. 1998; 282: 1145-7.
Modified Eagle’s Medium (DMEM) tinggi glukosa 5. Setiawan B. Aplikasi terapeutik embryonic stem cell pada berbagai
disuplementasi dengan deksametason, sodium pi- penyakit degeneratif. Cermin Dunia Kedokt. 2006; 153: 5-8
6. Yen BL, Huang HI, Chien CC, dkk. Isolation of multipotent cells from hu-
rofosfat, prolin, Tumor Growth Factor (TGF)- insu- man term placenta. Stem Cells 2005; 23: 3-9.
lin, transferin, asam seleneic, Bovine Serum Albu- 7. Kuehnle I, Goodel MA. The therapeutic potential of stem cell from adult.
BMJ 2005; 235: 372-6.
min (BSA), dan asam linoleat. 8. Lee OK. Kuo TK, Chen WM, dkk. Isolation of multipotent mesenchymal
c. Diferensiasi adipogenik stem cells from umbilical cord blood. Blood 2004; 103: 1669-75
Menggunakan IMDM disuplementasi FBS, deksa- 9. Herzog EL, Chai L, Krause DS. Plasticity of marrow derived stem cells.
Blood 2003; 102: 3483-93.
metason, bovine insulin, 1-metil-3-isobutilamin, dan 10. Song L, Webb NE, Song Y, Tuan RS. Isolation and functional analysis of
indometasin. candidate genes regulating mesenchymal stem cell self-renewal and
d. Diferensiasi neurogenik multipotency. Stem Cells 2006; 24: 1707-18.
11.Stocum DL. Development:a tail of differentiation. Science 2002; 298:
Medium IMDM disuplementasi dengan basic Fibro- 1901-3.
blast Growth Factor (bFGF), asam retinoat, beta 12. Kassem M. Mesenchymal stem cells : Biological characteristics and
potential clinical applications. Cloning Stem cells 2004; 6: 369-73.
mercaptoethanol (BME), setelah dicuci dengan me- 13. Kassem M, Kristiansen M, Abdallah BM. Mesenchymal stem cells:
dium D-Hanks kemudian ditambahkan DMSO dan cell biology and potential use in therapy. Basic Clin Pharmacol Toxicol.
beta hidroxy anisole (BHA) 2004; 95: 209-14.
14. Kern S, Eichler H, Stoeve J, dkk. Comparative analysis of mesenchymal
e. Diferensasi hepatogenik stem cells from bone marrow, umbilical cord blood or adipose tissue.
Menggunakan IMDM disuplementasi dengan FBS, Stem Cells 2006; 24: 1294-301.
penisilin dan streptomisin. Selanjutnya digunakan 15. D’Ippolito G, Scghiller PC, Ricordi C, dkk. Age-related osteogenic poten-
tial of mesenchymal stromal stem cells from human vertebral bone
medium IMDM disuplementasi FBS, FGF-4, dan pe- marrow. J Bone Miner Res. 1999; 14: 1115-22.
nisilin-streptomisin.17,21 16. de Wynter EA. What is the future for cord blood stem cells? Cytotech-
nology 2003; 41: 133-8.
17. Kang XQ, Zang WJ, Bao LJ, dkk. Differentiating characterization of hu-
Lvmuvs! nftfodiznbm! tufn! dfmm! ebmbn! mjohlvohbo! man umbilical cord blood-derived mesenchymal stem cells in vitro. Cell
yfop.gsff Bio Int. 2006; 30: 569-75.
18. Prayogo R, Wijaya MT. Kultur dan potensi stem cell dari darah tali
Penggunaan mesenchymal stem cell dalam terapi pusat. Cermin Dunia Kedokt. 2006; 153: 26-8.
berbasis sel memerlukan pengembangan protokol 19. Ryan JM, Barry FP, Murphy JM, Mahon BP. Mesenchymal stem cell
kultur xeno-free. Meskipun bukan persyaratan formal avoid allogeneic rejection. J Inflamm (London). 2005; 2:8
20. Bradley MB, Cairo MS. Cord blood immunology and stem cells trans-
dari badan resmi seperti FDA, terdapat peningkatan plantation. Human Immunol. 2005; 66: 431-46.
perhatian pada kemungkinan transmisi infeksi partikel 21. Goodwin HS, Bicknese AR, Chien SN, dkk. Multilineage differentiation ac-
tivity by cells isolated from umbilical cord blood: Expression of bone, fat
seperti virus dan prion dari hewan ke manusia. Bebe- and neural markers. Biol Blood Marrow Transplant. 2001; 7: 581-8.
rapa laporan telah menunjukkan bahwa mesenchymal

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 67


Hasil Penelitian

Ekspansi
Endothelial Progenitor Cell
Gsjtdb-!!Dbspmjof!U/!Tbsekpop-!!Gfssz!Tboesb
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb

BCTUSBL
Ditemukannya EPC membawa pengaruh yang besar dalam terapi penyakit pembuluh darah. Keterbatasan jum-
lah EPC dalam sirkulasi darah menjadi hambatan utama dalam pengembangan EPC sebagai produk terapi sel.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam meningkatkan jumlah EPC dengan cara mengkultur secara in vitro untuk
mendapatkan jumlah EPC yang dibutuhkan. Dalam artikel ini, akan diuraikan mengenai karakteristik, berbagai
upaya ekspansi EPC dan metode yang sekarang ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menghitung EPC.

Kata kunci : EPC, sel punca, ekspansi, identifikasi, Endothelial Progenitor Cell.

QFOEBIVMVBO
Kerusakan atau disfungsi sel endotel merupakan sti- erasi dan diferensiasi yang lebih terbatas. Sel ini bersifat
mulus utama untuk terjadinya arterosklerosis1. Hal ini unipoten, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi sel endotel
menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah yang matang. EPC memiliki peran penting dalam pembentu-
dapat berakibat fatal seperti ditemukan pada penyakit kan pembuluh darah dan remodelisasi sel endotelial pada
distrofi muskular, gagal ginjal akut (CRF), dan stroke2. pembuluh darah yang mengalami kerusakan12-15.
Tidak hanya itu, arterosklerosis pada pembuluh darah
jantung (kardiovaskular) menyebabkan infark miokard EPC didefinisikan sebagai bagian dari sel berinti tung-
akut yang juga termasuk dalam daftar penyakit utama gal (mononucelar cell atau MNC) yang memiliki molekul
penyebab kematian di dunia. penanda sel punca hematopoietik, yaitu CD34, suatu
glikoprotein yang memediasi pelekatan sel punca pada
Ditemukannya Endothelial Progenitor Cell (EPC) mem- matriks ekstraseluler sumsum tulang dan CD133,
bawa implikasi besar dalam dunia ilmiah dan kedok- suatu glikoprotein yang dilaporkan merupakan molekul
teran. EPC dapat memediasi terjadinya pembentukan penanda untuk sel punca yang lebih primitif dibanding-
pembuluh darah baru (neovaskularisasi dan angioge- kan CD34, sampai saat ini fungsi dari molekul CD 133
nesis) dan menjaga integritas pembuluh darah3. De- masih belum diketahui dengan pasti16. EPC yang telah
ngan demikian transplantasi EPC menjadi suatu alter- mengalami diferensiasi menjadi sel yang lebih matang
natif terapi untuk mengatasi penyakit akibat gangguan secara berangsur-angsur akan kehilangan ekspresi
pembuluh darah4. CD34. EPC juga dilaporkan memiliki molekul penanda
sel endotelial, yaitu KDR (Kinase Insert Domain Re-
EPC dapat diisolasi dari berbagai sumber, antara lain ceptor), suatu protein yang berperan penting dalam
darah tali pusat1,5,6, darah tepi1,3,7, sumsum tulang1,8,9 menstimulasi proliferasi, perkembangan pembuluh
dan juga pada jaringan tubuh lainnya, seperti jari- darah baru (sprouting), dan angiogenesis. EPC juga
ngan lemak, hati, jantung, limpa, dan saluran pencer- berperan dalam pelekatan dan interaksi antar sel17,18.
naan10,11. Namun, jumlah EPC yang sangat terbatas Beberapa molekul penanda sel endotelial matang lain-
dari berbagai sumber tersebut membatasi penggu- nya yang dapat dimiliki oleh EPC antara lain sebagai
naan EPC sebagai terapi. Oleh karena itu, diperlukan berikut: CD31 (Platelet endothelial cell adhesion mol-
upaya untuk memperbanyak EPC dengan cara meng- ecule-1), berperan dalam pelekatan sel endotel dan
kultur secara in vitro (ekspansi) untuk memenuhi jum- merupakan molekul yang berperan dalam proses mi-
lah kebutuhan dalam terapi. grasi leukosit melalui jaringan interseluler sel-sel en-
dotel; CD146 (P1H12), berperan dalam memediasi
Lbsblufsjtujl!ebo!qfsbo!FQD pelekatan antar sel endotel19,20; Von Willebrand factor
EPC merupakan sel yang memiliki karakteristik seperti (vWF), berperan dalam proses koagulasi darah; Tie-2
sel punca (stem cell), namun memiliki kemampuan prolif- berperan dalam pematangan jaringan sel endotel se-

68 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


lama vaskulogenesis atau angiogenesis; dan Endothe- erti MNC, di dalamnya termasuk sel punca, progenitor,
lial nitric oxide synthase (NOS), berperan dalam pen- limfosit, dan monosit. Salah satu reagen yang sering di-
gaturan fungsi pembuluh darah7. gunakan dalam metode ini adalah Ficoll.

EPC dapat berperan dalam proses yang bersifat fisio- Metode isolasi lainnya adalah berdasarkan molekul
logis maupun patologis. Dalam proses yang bersifat penanda pada permukaan sel yang bertujuan untuk
fisiologis, EPC merupakan sel progenitor yang memi- mendapatkan fraksi sel yang lebih spesifik dibanding-
liki kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi kan metode sentrifugasi. Prinsip dari metode ini antara
menjadi sel endotelial matang13. Dengan demikian lain melalui reaksi pemisahan berdasarkan kompleks
EPC ikut menjaga integritas pembuluh darah melalui antara antigen dan antibodi. Antigen yang digunakan
fungsinya dalam menggantikan sel-sel endotel yang dalam metode ini adalah molekul penanda permukaan
rusak (reendotelialisasi) dan pembentukan pembuluh sel yang akan diisolasi, dan antibodi spesifik terhadap
darah baru21,22. Dalam proses yang bersifat patologis, antigen yang digunakan berada dalam keadaan teri-
EPC turut berperan dalam angiogenesis pada penyakit kat dengan magnetik microbeads. Pemisahan dilaku-
tumor sehingga dapat menyebabkan semakin cepat- kan dalam medan magnet, oleh karena itu metode ini
nya pertumbuhan tumor11. disebut separasi imunomagnetik. Untuk metode ini,
diperlukan beberapa perangkat instrumen tambahan
Vqbzb!fltqbotj!FQD seperti magnetik microbeads beserta perangkat un-
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa EPC tuk separasi, antara lain kolom dan separator. Kolom
dapat diisolasi dari berbagai sumber, dengan jumlah disisipkan di antara separator, yang merupakan me-
EPCs <1% dalam jumlah total sel mononuklear pada dan magnet kuat, sehingga sel dengan antigen terten-
sumsum tulang dan < 0.01% dalam peredaran darah tu yang sudah diikat oleh antibodi pada microbeads
perifer15. Sedangkan jumlah EPC yang dibutuhkan un- akan tertahan di kolom dan dapat dipisahkan untuk
tuk digunakan dalam terapi manusia dewasa cukup digunakan lebih lanjut. Proses ini dapat digunakan un-
besar jumlahnya. Dilaporkan bahwa diperlukan kurang tuk mendapatkan fraksi sel yang memiliki molekul pe-
lebih 3x108 sampai 6x108 sel yang berarti dibutuh- nanda tertentu (seleksi positif) atau sebaliknya (seleksi
kan 8,5-120 liter darah perifer untuk memperoleh negatif). Aplikasi penggunaan separasi imunomagnetik
EPC dalam jumlah cukup15,23. dalam pengisolasian kandidat sel EPC yang sudah di-
lakukan antara lain untuk mendapatkan fraksi sel yang
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka banyak memiliki molekul penanda CD14, CD34, CD133, atau
penelitian telah dilaksanakan dalam upaya mengeks- CD146 untuk digunakan dalam proses selanjutnya15.
pansi jumlah EPC. Penelitian akhir-akhir ini mengemu-
kakan beberapa proses penting yang menjadi kom- Berbagai metode isolasi dan fraksi sel yang dihasilkan be-
ponen utama dalam metode ekspansi jumlah EPC. serta sumber pustakanya dapat dilihat pada ubcfm!2.
Proses tersebut dimulai dengan proses isolasi EPC,
proses kultur dengan menggunakan beberapa jenis Ubcfm!2!!Nfupef!jtpmbtj!ebo!gsbltj!tfm!zboh!ejibtjmlbo!vouvl!fltqbotj!
FQD
media, dan proses penentuan jumlah EPC yang ber-
hasil dikumpulkan. Masing-masing proses di atas akan Fraksi sel Sumber pustaka
Metode
diuraikan secara singkat sebagai berikut. 24-28
Sentrifugasi MNC
(densitas-gradien)
Jtpmbtj!FQD
CD14 29
Berbagai metode isolasi sel yang akan diekspansi di Separasi imunomagnetik
antaranya yaitu metode isolasi sel berdasarkan karak- CD34 16,18,30
teristik inti selnya dan molekul penanda yang terletak 21,31
CD133
pada permukaan sel.
CD146 32
Metode isolasi sel yang paling sederhana adalah de-ngan
menggunakan metode sentrifugasi untuk memisahkan
fraksi sel berinti tunggal (MNC) dari sel-sel lain di dalam
Lvmuvs0!Fltqbotj!FQD
darah. Sel yang disentrifugasi dalam suatu gradien den-
Dalam upaya ekspansi jumlah EPC secara in vitro
gan massa tertentu akan dapat dipisahkan berdasar-
pada umumnya digunakan media basal beserta kom-
kan densitasnya. Metode ini akan memisahkan sel yang
binasi bahan tambahan yang ditujukan untuk mening-
densitasnya lebih tinggi seperti sel darah merah dan sel
katkan proliferasi sel dan diferensiasinya menjadi EPC.
granulosit dengan sel yang densitasnya lebih rendah sep-
Media basal yang umum digunakan antara lain Endo-

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 69


thelial Basal Medium-2 (EBM-2), M-199, dan Iscove’s menyerupai pembuluh darah secara in vitro.
Modified Dulbecco’s Medium (IMDM)1,7,8. Komposisi Bermacam-macamnya pendefinisian EPC (Tabel 2)
campuran medium tiap studi berbeda-beda. Media menyebabkan bervariasinya jumlah EPC yang diperoleh
basal tersebut umumnya ditambahi serum untuk dari studi-studi yang telah dilakukan. Berdasarkan mor-
mendukung pertumbuhan sel dan antibiotik untuk fologinya, jumlah EPC pada 1 ml darah manusia dewasa
menghindari tumbuhnya kontaminasi1. Selain itu, me- segar adalah 1,6x105 sampai 3x105 sel31,34. Sedangkan
dia basal juga seringkali ditambah dengan berbagai berdasarkan fenotipenya (CD133+/KDR+), dilaporkan
suplemen, seperti bovine pituitary extract atau bovine jumlah EPC pada peredaran darah tepi dewasa normal
brain extract, atau faktor-faktor pertumbuhan untuk yaitu sekitar 0,002% dari total sel mononuklear atau
membantu pertumbuhan dan diferensiasi menjadi sel rata-rata 66 sel/ml17. Oleh karena itu standarisasi
endotelium, seperti Vascular Endothelial Growth Fac- dalam pendefinisian EPC sangat diperlukan.
tor (VEGF), basic Fibroblast Growth Factor (b-FGF),
Ubcfm!3!!Nbdbn!kfojt!qfoefgjojtjbo!vouvl!qfohijuvohbo!FQD
Epidermal Growth Factor (EGF), dan Insulinlike Growth
Factor -1 (IGF-1)33. Jenis Analisa Keterangan Sumber pustaka

Morfologi Sel berbentuk spindle 21,27,28


Qfofouvbo!kvnmbi!FQD dengan koloni berbentuk bulat
Dilakukannya penentuan jumlah EPC pada peredaran da- (Gambar 1 kiri)
rah tepi manusia dapat memberikan informasi yang pen-
Fenotipe Sel berbentuk cobblestone 25,29,30
ting dalam keberhasilan pengkulturan EPC. Ditambah lagi, (Gambar 1 kanan)
jumlah EPC dapat digunakan sebagai penanda (marker)
biologi untuk mengevaluasi fungsi pembuluh darah1. teta- CD146+ 8,17,24
CD34+/CD45+
pi metode penghitungan EPC yang telah digunakan pada
banyak studi menghasilkan variabilitas pada jumlah EPC Fungsional CD34+/VEGFR-2+ atau
CD133+/VEGFR-2+
yang telah dilaporkan, mengingat belum adanya definisi
tunggal di antara para peneliti untuk EPC. Beberapa stu- Pengikatan dengan lektin dan 3,7
di melaporkan beberapa variasi dalam definisi EPC yang endositosis lipoprotein
juga dipakai sebagai acuan dalam penghitungan jumlah
EPC. Uboubohbo!ebmbn!fltqbotj!FQD
a. Berdasarkan morfologi Hingga saat ini, upaya ekspansi EPC masih dipersulit
Sel berbentuk spindle dan membentuk koloni bulat dengan adanya berbagai tantangan. Tantangan terse-
atau sel berbentuk cobblestone didefinisikan se- but di antaranya adalah mencari pengganti komponen
bagai EPC. hewan dalam komposisi media kultur untuk mengeks-
b. Berdasarkan fenotipe, yaitu antigen permukaan sel. pansi EPC. Komponen hewan dalam media kultur, di-
Pada keba-nyakan studi, EPC diidentifikasi dan di- mana belum teridentifikasi dengan jelas komposisinya,
hitung melalui flowcytometry, yaitu dengan identifi- berpotensi sebagai pembawa agen/mikroorganisme
kasi sel-sel yang memiliki molekul penanda sel he- patogen, menimbulkan reaksi penolakan imun pada re-
matopoietik dan sel endotel, yaitu CD34, CD133, sipien, serta juga dapat menyebabkan hasil kultur ber-
dan KDR9,12,22. variasi pada setiap batchnya. Oleh karena itu, upaya
c. Berdasarkan karakteristik fungsional ekspansi EPC dengan tidak menggunakan komponen
EPC dapat dikarakterisasi secara fungsional melalui dari spesies berbeda (xeno free) sangat diperlukan.
beberapa metode, antara lain pengikatan dengan Tantangan lainnya dalam ekspansi adalah dapat menghasil-
lektin, kemampuan endositosis senyawa lipopro- kan EPC dalam jumlah besar sehingga dapat mencu-
tein, atau kemampuan untuk membentuk struktur kupi kebutuhan dalam terapi. Sehubungan dengan hal
ini, berbagai studi sudah dilakukan dan masih terus
dikembangkan untuk meningkatkan upaya ekspansi
EPC yang sudah ada. Di antaranya adalah dengan
rekayasa genetik, yaitu transfer gen human telom-
erase reverse transcriptase (hTERT)35,36 atau gen
penyandi faktor proangiogenesis seperti vascular
endothelial growth factor (VEGF) ke dalam EPC.
Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah
Gambar 1 Sel berbentuk spindle dengan koloni berbentuk bulat perlu ditentukannya karakteristik, baik morfologi,
dalam kultur in vitro pada hari ke 5 (Kiri). Sel berbentuk cobble-
9
fenotipe, atau batasan fungsional yang paling te-
stone dalam kultur in vitro pada hari ke 19 (Kanan) . pat dalam mendefinisikan EPC.
28,30
Kedua morfologi sel tersebut diklaim sebagai EPC .

70 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


LFQVTUBLBBO 21. Rustemeyer P, Wittkowski W, Greve B, dkk. Flow-cytometric Iden-
1. Hill J, Zalos G, Halcox JPJ, dkk. Circulating Endothelial Progenitor tification, Enumeration, Purification, and Expansion of CD133+ and
Cells, Vascular Function, and Cardiovascular Risk. N Engl J Med. VEGF-R2+ Endothelial Progenitor Cells from Pheripheral Blood. J Im-
2003;348;593-600 munoassay & Immunochemistry. 2007;28;13-23.
2. Choi JH, Kim KL, Huh W, dkk. Decreased number and impaired angio- 22. Fuchs S, Hermanns MI, Kirkpatrick CJ. Retention of a differentiated
genic function of endothelial progenitor cells in patients with chronic endothelial phenotype by outgrowth endothelial cells isolated from hu-
renal failure. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2004;24;1246 –52. man peripheral blood and expanded in long-term cultures. Cell Tissue
3. Asahara T, Murohara T, Sullivan A, dkk. Isolation of Putative Progeni- Res. 2006;326;79–92.
tor Endothelial Cells for Angiogenesis. Science. 1997;275;964-7. 23. Kawamoto A, Gwon HC, Tkebuchava T, dkk. Intramyocardial transplan-
4. Franz WM, Zaruba M, Theiss H, dkk. Stem-cell homing and tissue re- tation of autologous endothelial progenitor cells for therapeutic neo-
generation in ischaemic cardiomyopathy. Lancet. 2003;362;675-6. vascularization of myocardial ischemia. Circulation. 2003;107;461-
5. Murohara T, Ikeda H, Duan J, dkk. Transplated cord blood-derived 8.
endothelial precursor cells augment postnatal neovascularization. J 24. Assmus B, Schachinger V, Teupe C, dkk. Transplantation of Progeni-
Clin Invest. 2000; 105;1527-36. tor Cells and Regeneration Enhancement in Acute Myocardial Infarc-
6. Ingram DA, Mead LE, Tanaka H, dkk. Identification of a novel hierarchy tion (TOPCARE-AMI). Circulation. 2002;106;3009–17.
of endothelial progenitor cells utilizing human peripheral and umbilical 25. Hur J, Yoon CH, Kim HS, dkk. Characterization of two types of endo-
cord blood. Blood. 2004-04-1396. thelial progenitor cells and their different contributions to neovasculo-
7. Gulati R, Jevremovic D, Peterson TE, dkk. Diverse origin and function genesis. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2004;24;288-93.
of cells with endothelial phenotype obtained from adult human blood. 26. Aoki M, Yasutake M, Murohara T. Derivation of Functional Endothelial
Circ Res. 2006; 93;1023-5. Progenitor Cells from Human Umbilical Cord Blood Mononuclear Cells
8. Lin Y, Weisdorf DJ, Solovey A, dkk. Origin of circulating endothelial cells Isolated by a Novel Cell Filtration Device. Stem Cell. 2004;22;994-
and endothelial outgrowth from blood. J Clin Invest. 2000;105;71-7. 1002.
9. Yoder MC, Mead LE, Prater D, dkk. Re-defining endothelial progeni- 27. Kalka C, Masuda H, Takahashi T, dkk. Transplantation of ex vivo ex-
tor cells via clonal analysis and hematopoietic stem/progenitor cells panded endothelial progenitor cells for therapeutic neovasculariza-
principals. Blood. 2007;109;1801-9. tion. PNAS. 2000;97;3422-7.
10. Urbich C, Dimmeler S. Endothelial Progenitor cells. Characterization 28. Holgado NL, Alberca M, Guijo FS, dkk. Short-term endothelial progeni-
and role in vascular biology. Circ Res. 2004;95;343-53. tor cell colonies are composed of monocytes and do not acquire en-
11. Doyle B, Metharom P, Caplice NM. Endothelial Progenitor Cells. Endo- dothelial markers. Cytotherapy. 2007;9;14- 22.
thelium. 2006;13;403–10. 29. Yoon CH, Hur J, Park KW, dkk. Synergistic Neovascularization by
12. Lutun A, Verfaillie CM. Will the real EPC please stand up? Blood. Mixed Transplantation of early Endothelial Progenitor Cells and Late
2007;109;1795-6. Outgrowth Endothelial Cells: The Role of Angiogenic Cytokines and
13. Khakoo AY, Finkel T. Endothelial Progenitor Cells. Annu Rev Med. Matrix Metalloproteinases. Circulation. 2005;112;1618-27.
2005;56;79-101. 30. Timmermans F, Hauwermeiren FV, Smedt MD, dkk. Endothelial Out-
14. Ribatti D. The discovery of endothelial progenitor cells An historical growth Cells Are Not Derived From CD133+ Cells or CD45+ He-
review. Leukem Res. 2006;31:439-44. matopoietic Precursors. Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol. 2007;
15. Smadja DM, Cornet A, Emmerich J, dkk. Endothelial progenitor cells: 10.1161/ATVBAHA.107.144972.
Characterization, in vitro expansion, and prospects for autologous cell 31. Gehling UM, Ergu¨n SL, Schumacher U, dkk. In vitro differentiation
therapy. Cell Biol Toxicol. 2007;23: 223–39. of endothelial cells from AC133-positive progenitor cells. Blood.
16. Peichev M, Naiyer AJ, Pereira D, dkk. Expression of VEGFR-2 and 2000;95;3106-12.
AC133 by circulating human CD341 cells identifies a population of 32. Delorme B, Basire A, Gentile C, dkk. Presence of endothelial pro-
functional endothelial precursors. Blood. 2000;95;952-8. genitor cells, distinct from mature endothelial cells, within human
17. Sills AD, Blunden MJ, Mawdsley J, dkk. New flow cytometic technique CD146+ blood cells. Thromb Haemost. 2005;94:1270-9.
for the evaluation of circulating endothelial progenitor cell levels in 33. Lenk K, Adams V, Lurz P, dkk. Therapeutical potential of blood-derived
various disease groups. J Immuno Methods. 2006;316:107-15. progenitor cells in patients with peripheral arterial occlusive disease
18. Bompais H, Chagraoui J, Canron X, dkk. Human endothelial cells and critical limb ischemia. European heart. 2005;26;1903-9.
derived from circulating progenitor display specific functional prop- 34. Sharpe EE, Teleron AA, Li B, dkk. The origin and in vivo significance of
erties compared with mature vessel wall endothelial cells. Blood. Murine and Human culture expanded endothelial progenitor cells. Am
2004;103;2577-2584. J. Path. 2006;168;1710-21.
19. George DF, Sabatier F, Blann A. Detection of Circulating Endothelial 35. Smadja DM, Che IB, Emmerich J, dkk. PAR-1 activation has differ-
Cells : CD146-based Magnetic Separation Enrichment or Flowcyto- ent effects on the angiogenic activity of endothelial progenitor cells
metric Assay? J of Clin Onco. 2007;25;e1-e2. derived from human adult and cord blood. J Thromb Haemost.
20. Woywodt A, Kirsch T, Haubitz M. Immunomagnetic isolation and FACS- 2006;4;2051–8.
competing techniques for the enumeration of circulating endothelial 36. Murasawa S, Llevadot J, Silver M, dkk. Constitutive human telomerase
cells. Thromb Haemost. 2006;96;1-2. reverse transcriptase expression enhances regenerative properties
of endothelial progenitor cells. Circulation. 2002;106;1133-9.

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 71


Hasil Penelitian

Menuju Kloning Terapeutik


Dengan Teknik SCNT
Nfmjob!Tfujbxbo-!!Dbspmjof!Ubo!Tbsekpop-!!Gfssz!Tboesb
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb

BCTUSBL
Penggunaan teknik Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT), baik dalam penelitian kloning reproduktif maupun klo-
ning terapeutik telah dilakukan oleh para ilmuwan di berbagai negara. Teknologi SCNT meliputi suatu teknologi
rekayasa terhadap sel telur, dengan cara mentransfer inti dari sel donor ke sel telur yang telah dikeluarkan inti-
nya (enucleated oocyte). Kedua jenis kloning memiliki kegunaannya masing-masing. Kloning reproduktif berperan
penting dalam pelestarian hewan-hewan langka yang hampir punah. Sedangkan, kloning terapeutik bertujuan
untuk menghindari adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien dalam terapi sel punca (stem cell) .
Keberhasilan suatu penelitian yang menghasilkan sel punca embrionik monyet dengan teknik SCNT akhir-akhir ini
membawa dunia semakin dekat dengan produksi sel punca embrionik manusia dari sel somatik dewasa sehingga
risiko penolakan terhadap sistem imun akan semakin berkurang. Tentu saja hal ini hanya dapat berkembang apa-
bila permasalahan etika penggunaan sel telur donor dapat teratasi.

QFOEBIVMVBO
Apabila anda mendengar kata “kloning”, mungkin yang mengalami pembelahan meiosis, sel telur dan sel
terlintas di dalam pikiran anda adalah domba Dolly, sperma memiliki materi genetik haploid (n). Terjadinya
domba yang berhasil diklon oleh Ian Wilmut pada tahun pembuahan sel telur oleh sel sperma atau fertilisasi
1996. Pada umumnya, topik pembicaraan tentang klo- akan menghasilkan embrio satu sel yang memiliki
ning cenderung hanya membicarakan mengenai salah materi genetik 2n. Kemudian, embrio ini akan terus
satu jenis kloning, yaitu kloning reproduktif. Domba Dolly berkembang ke tahapan perkembangan selanjutnya
merupakan salah satu contoh dari kloning reproduktif. menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, dan seterusnya.
Sebenarnya terdapat dua jenis kloning, yaitu kloning re-
produktif dan kloning terapeutik. Kedua jenis kloning ini Berbeda dengan fertilisasi alami, teknik SCNT merupa-
merupakan penerapan dari aplikasi teknologi Somatic kan suatu teknik rekayasa sel telur dengan cara men-
Cell Nuclear Transfer atau SCNT. Saat ini, berbagai transfer inti dari sel donor ke dalam sel telur yang telah
penelitian yang bertemakan kloning terus berjalan di dikeluarkan intinya (enucleated oocyte). Enucleated
tengah maraknya isu etika mengenai hal ini. oocyte tidak memiliki materi genetik. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan embrio konstruksi yang diploid, sel
Uflojl!TDOU telur harus direkonstruksi dengan cara mentransfer
Teknik SCNT berbeda dengan fertilisasi yang terjadi se- sel somatik (2n) ke dalam enucleated oocyte1. Proses
cara alami (Gambar 1). Pada fertilisasi alami, setelah enukleasi sel telur dapat dilakukan secara mekanik
menggunakan teknik mikromanipulasi. Sedang-
kan, proses introduksi sel donor dapat dilakukan
dengan teknik mikroinjeksi. Keberadaan cytocha-
lasin B (CB) pada medium kultur bertujuan untuk
menghambat sitokinesis atau pembelahan sel
sehingga dapat dihasilkan klon embrio diploid2.

Aplikasi dari teknologi SCNT adalah pada peneli-


tian kloning reproduktif dan juga kloning terapeu-
tik. Perbedaan tahapan antara fertilisasi alami,
kloning reproduktif, dan kloning terapeutik dapat
dilihat pada gambar 2. Pada perkembangan se-
cara normal (A), zigot diploid terbentuk setelah
Gambar 1. Perbedaan antara fertilisasi alami dan SCNT.

72 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


terjadi fertilisasi. Kemudian, zigot akan membelah
sampai terbentuk blastosit yang akan menempel pada
dinding uterus sampai akhirnya berakhir pada proses
melahirkan. Pada kloning reproduktif (B), sel donor
yang berupa sel somatik (2n) diintroduksikan ke enu-
cleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio
konstruksi secara kimiawi atau mekanik mengakibat-
kan terjadinya proses pembelahan sampai ke tahap
blastosit. Kemudian, embrio ”dititipkan” ke surrogate
mother untuk dilahirkan secara normal. Sedangkan,
pada kloning terapeutik (C), setelah embrio mencapai
tahapan blastosit, embrio dikultur secara in vitro un-
tuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk
kegunaan terapeutik.

Lmpojoh!sfqspevlujg
Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang
digunakan untuk menghasilkan individu (hewan) baru. Ge-
netika hewan klon tidak seluruhnya memiliki kesamaan
dengan sang induk1. Dengan menggunakan teknik SCNT,
persamaan genetika hewan klon dengan induknya hanya mbar 2. Perbedaan antara fertilisasi alami,
3
kloning reproduktif, dan kloning terapeutik .
terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom.
Hewan klon juga memiliki material genetik lainnya yang tif adalah biaya dan efisiensinya. Penelitian dalam klo-
berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma1. ning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat
tinggi dan tingkat kegagalannya tinggi. Di samping
Teknologi kloning reproduktif dapat digunakan untuk tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon cende-
mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka rung mengalami masalah defisiensi sistem imun serta
ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Na- sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor,
mun, laju keberhasilan teknologi ini sangatlah rendah. dan kelainan-kelainan lainnya.
Domba Dolly merupakan satu-satunya klon yang ber-
hasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan (3)4,5. Penyebab timbulnya berbagai masalah di atas adalah
Semasa hidupnya, Dolly mengalami kanker paru-paru adanya kesalahan saat pemrograman material ge-
dan artritis, dan kemudian meninggal pada usia 6 ta- netik (reprogramming) dari sel donor8. Kesalahan
hun. Padahal, usia rata-rata domba pada umumnya pengkopian DNA dari sel donor atau yang lebih dikenal
mencapai 11-12 tahun6. dengan sebutan genomic imprinting akan mengakibat-
kan terjadinya perkembangan embrio yang abnormal.
Gambar 3. Domba Dolly, Berbagai contoh abnormalitas yang terjadi pada klon
hewan mamalia pertama yang
berhasil diklon oleh Ian Wilmut mencit adalah obesitas9, pembesaran plasenta (pla-
pada tahun 1996. Dolly menin- centomegally)10, kematian pada usia dini11.
ggal dengan cara disuntik mati
(lethal injection) pada tanggal
14 februari 2003. Sebelum Parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur keber-
kematiannya, Dolly menderita hasilan dalam SCNT adalah kemampuan sitoplasma
akibat kanker paru-paru dan
artritis yang dialaminya
6 pada sel telur untuk mereprogram inti dari sel donor
dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah ter-
jadinya perubahan-perubahan secara epigenetik sela-
ma dalam perkembangannya12. Dari semua penelitian
yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian ke-
Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi cil saja dari embrio hasil rekonstruksi (menggunakan
jumlahnya cukup banyak, di antaranya adalah domba, sel somatik dewasa atau fetal) yang berkembang men-
sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit1,7. Sementa- jadi individu muda yang sehat, dan umumnya laju ke-
ra itu, tingkat keberhasilan kloning masih rendah pada berhasilannya kurang dari 4%12.
hewan anjing, ayam, kuda, dan primata1,7.
Lmpojoh!ufsbqfvujl!ebo!tfm!qvodb
Masalah yang kerap kali timbul dalam kloning reproduk- Kloning terapeutik dengan menggunakan teknologi

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 73


SCNT merupakan (dalam hal ini adalah
bagian dari terapi pasien itu sendiri).
sel punca yang ber- Hal itu mengakibat-
tujuan untuk meng- kan tidak akan ada-
hindari adanya nya reaksi penolakan
reaksi penolakan terhadap sistem
terhadap sistem imun pasien apabila
imun pasien pada dilakukan transplan-
saat dilakukan tera- tasi. Secara teoritis,
pi. Dalam beberapa teknik SCNT memi-
dekade terakhir, mi- liki potensi besar
nat terhadap peneli- dalam dunia kese-
tian sel punca terus hatan karena dapat
meningkat tajam. dipergunakan untuk
Sel punca memiliki transplantasi berba-
potensi yang sangat gai organ dan jari-
menjanjikan untuk ngan pada manusia.
terapi berbagai pe-
nyakit sehingga me- Secara singkat taha-
nimbulkan harapan pan untuk melaku-
baru untuk mengo- kan kloning terapeu-
batinya. Sampai saat tik pada manusia
ini, ada 3 golongan (Gambar 4) adalah
penyakit yang dapat mengambil biopsi
diatasi dengan peng- sel somatik dari
13
gunaan sel punca , 16
Gambar 4. Kloning terapeutik pada manusia . tubuh pasien dan
di antaranya inti dari sel so-
adalah: matik tersebut
1. Penyakit au- ditransfer ke
toimun, con- dalam sel telur
toh penyakit donor yang telah
lupus. dikeluarkan inti-
2. Penyakit nya (unfertilized
degenera- enucleated oo-
tif, contoh cyte)16. Sel telur
stroke, Par- hasil manipulasi
kinson, Al- 17 dikultur sampai
Gambar 5. Proses produksi sel punca embrionik .
zhimer. ke tahapan ter-
3. Penyakit kanker, contoh leukemia. tentu dan setelah mengalami berbagai proses akan di-
Sel punca embrionik sangat plastis dan mudah dikem- dapatkan sel punca embrionik. Sel punca embrionik ini
bangkan menjadi berbagai macam jaringan sel, seperti diarahkan perkembangannya menjadi suatu jaringan
neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, dan sebagai- atau organ tertentu yang akan dapat digunakan un-
nya. Oleh karena itu, sel punca embrionik dapat digu- tuk transplantasi jaringan atau organ dan tidak akan
nakan untuk transplantasi jaringan yang rusak14. Selain mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu sendiri
itu, sel punca embrionik memiliki tingkat imunogenisitas (immunologically compatible transplant)16.
15
yang rendah selama belum mengalami diferensiasi .
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya graft ver- Proses produksi sel punca embrionik melalui teknik
sus host disease (GVHD) adalah dengan menggunakan SCNT dapat dijelaskan secara rinci pada gambar 517.
sel punca embrionik dengan sel somatik yang bersum- Dengan menggunakan bantuan mikroskop, perge-
ber dari pasien itu sendiri sehingga tidak akan ada pe- rakan sel telur ditahan dengan holding pipette. Ke-
nolakan lagi terhadap sistem imunnya15. mudian, DNA dari sel somatik pasien (yang berada di
dalam injection pipette) diintroduksikan ke dalam sel
Dengan menggunakan teknologi SCNT, sel punca em- telur enucleated. Sel telur hasil manipulasi dikultur se-
brionik yang dihasilkan akan identik dengan induknya cara in vitro menjadi blastosit selama 5-6 hari. Lalu,

74 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


inner cell mass diisolasi dan dikultur di cawan petri se- adalah bahwa wanita tidak seharusnya mengalami sik-
hingga akan berkembang menjadi sel punca embrio- lus ovulasi tambahan untuk mendapatkan embrio, juga
nik yang memiliki profil imunologi yang sama dengan diharuskan adanya batasan yang jelas antara wanita
pasien. yang mengikuti program IVF dan wanita yang memang
secara sukarela menyumbangkan sel telurnya untuk
Lmpojoh!ufsbqfvujl!qbeb!!nbovtjb kepentingan penelitian SCNT21.
Pada tahun 2005, Perry me-review hasil penelitian
Hwang dkk yang telah berhasil menghasilkan sel pun- Pada umumnya, sel telur yang diisolasi diperoleh me-
ca embrionik dengan menggunakan teknik SCNT18. lalui proses stimulasi pertumbuhan folikel-folikel dalam
Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa Hwang dkk ovarium. Proses ini meliputi proses injeksi hormon
mentransfer inti sel somatik dari 11 donor (8 pria dan penstimulasi secara subkutan setiap hari selama 7-10
3 wanita) yang berusia 2-56 tahun, ke dalam sel telur hari21. Penentuan lokasi sel telur yang akan dikumpul-
yang telah dibuang materi genetiknya. Donor yang di- kan diperoleh dengan panduan alat USG transvaginal
pilih memiliki kondisi-kondisi yang berpotensi dilakukan- dan sel telur akan diisolasi melalui proses aspirasi sel
nya terapi sel punca, di antaranya adalah congenital telur dengan menggunakan jarum (Gambar 6).
hypogammaglobulinemia, spinal cord injury, dan ju-
venile diabetes. Produksi sel punca embrionik hanya Nfmbohlbi!nfovkv!lmpojoh!ufsbqfvujl
berhasil dicapai dengan menggunakan sel somatik Pada tahun 2007, Reuters melaporkan bahwa Alan
yang be-rasal dari 9 donor. Akan tetapi, ketika dilaku- Trouson dari Stem Cell Research Monash University
kan analisis independen terhadap data tersebut, telah berhasil memproduksi 2 grup sel punca embrionik dari
diketahui bahwa ternyata sel punca embrionik yang embrio monyet. Sementara itu, Shoukhrat Mitalipov dari
dihasilkan bukan merupakan sebuah hasil kloning sel Oregon National Primate Research Centre di U.S juga
punca embrionik manusia melainkan dihasilkan akibat berhasil memproduksi sel punca embrionik yang dilaku-
terjadinya partenogenesis19. Sejak saat itu,
belum ada lagi peneliti yang melaporkan
keberhasilan produksi sel punca embrionik
manusia.

Fujlb!ebmbn!lmpojoh
Dalam penelitian sel punca, perlu diperhati-
kan juga masalah etika yang timbul dan juga
keterkaitannya dengan hukum yang berlaku
di negara bersangkutan. Menurut sumber-
nya, sel punca dapat diklasifikasikan menjadi
3 jenis, yaitu adult stem cells, sel punca yang
berasal dari aborted fetus, dan sel punca
dari preimplanted embryo.

Pada proses assisted reproduction dengan


cara in vitro fertilization (IVF), embrio dihasil-
kan dengan cara pembuahan yang dilakukan
di dalam laboratorium (in vitro). Kemudian,
1-2 embrio yang dihasilkan akan ditransfer
ke dalam uterus. Namun, seringkali em-
brio yang telah dihasilkan tidak ditransfer
ke dalam uterus sehingga seseorang yang
memiliki “kelebihan” embrio tersebut diha-
dapkan pada 3 pilihan, yaitu menyumbang-
kan embrio ke pasangan infertil, menyum-
bangkannya untuk kegiatan penelitian, atau
mendestruksi embrio itu sendiri20.

Berbagai batasan-batasan dalam peng- Gambar 6. Proses pengambilan sel telur donor dengan menggunakan panduan USG
21
gunaan embrio untuk kegiatan penelitian dan jarum aspirasi secaratransvaginal .

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 75


kan dengan menggunakan teknik SCNT. Beliau menggu- 5. Wilmut I. Dolly’s false legacy. Time.1999;153(1):74, 76-77.
6. Wilmut I. Dolly ~ her life and legacy. Cloning Stem Cells. 2003;5(2):99-100
nakan sel kulit sebagai donor sel somatik yang berasal 7. Mullins LJ, Wilmut I, Mullins JJ. Nuclear transfer in rodents. J Physiol.
dari monyet resus jantan yang berumur 10 tahun, lalu 2004; 554(1):4-12.
ditransfer ke sel telur yang telah dienukleasi. Mitalipov 8. Solter D. Imprinting. Int J Dev Biol. 1998;42(7):951-4.
9. Tamashiro KLK, Wakayama T, Akutsu H dkk. Cloned mice have an obese
juga telah berhasil mendiferensiasikan sel punca embri- phenotype not transmitted to their offspring. Nat Med. 2002;8:262-7.
onik tersebut menjadi sel jantung dan neuron22. 10. Tanaka S, Oda M, Toyoshima Y dkk. Placentomegaly in cloned mouse
concepti caused by expansion of the spongiotrophoblast layer. Biol
Reprod. 2001;65(6):1813-21.
Penemuan ini menunjukkan bahwa teknologi kloning 11. Ogonuki N, Inoue K, Yamamoto Y dkk. Early death of mice cloned from
terapeutik sudah sangat memungkinkan untuk dapat somatic cells. Nat Genet. 2002;30(3):253-4.
12. Wilmut I, Beaujean N, de Sousa PA dkk Somatic cell nuclear transfer.
diaplikasikan kepada manusia. Keberhasilan Mitalipov Nature. 2002;419:583-6.
membuat para ilmuwan semakin dekat kepada produk- 13. Virgi S. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu ke-
si sel punca embrionik manusia dengan menggunakan dokteran. Cermin Dunia Kedokt. 2006;153:21-25.
14. Setiawan B. Aplikasi terapeutik sel punca embrionik pada berbagai
teknik SCNT sehingga mengurangi risiko terjadinya penyakit degeneratif. Cermin Dunia Kedokt.2006;153:5-8.
penolakan imun pada terapi sel punca. Para ilmuwan 15. Hoffman LM, Carpenter MK. Characterization and culture of human
embryonic stem cells. Nat Biotechnol. 2005;23(6):699-708
berharap bahwa nantinya kloning terapeutik (meng- 16. Lanza RP, Cibelli JB, West MD. Human therapeutic cloning. Nat Med.
gunakan sel punca embrionik manusia) akan dapat 1999;5(9):975-7.
diaplikasikan ke berbagai penyakit, seperti sclerosis, 17. Mollard R. Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT) or therapeutic clon-
ing. ISSCR. http://www.isscr.org/public/therapeutic_cloning.pdf
cardiac illnesses, spinal damage, dan sebagainya. 18. Perry A. Progress in human somatic cell nuclear transfer. N Engl J
Med. 2005; 353(1):87-8.
Ebgubs!Qvtublb 19. Snyder EY, Loring JF. Beyond fraud – stem cell research continues. N
1. U.S Department of Energy Office of Science. Cloning fact sheet. Hu- Engl J Med. 2006;354(4):322-4.
man Genome Project Information. http://www.ornl.gov/hgmis 20. Byrne JA, Gurdon JB. Commentary on human cloning. Differentiation.
2. Kishigami S, Wakayama S, Thuan NV dkk. Production of cloned mice 2002;69(4-5):154-7.
by somatic cell nuclear transfer. Nat Protoc. 2006;1(1):125-38. 21. Steinbrook R. Egg donation and human embryonic stem cell research.
3. Fischbach GD, Fischbach RL. Stem cells: science, policy, ethics. J Clin N Engl J Med. 2006;354(4):324-6.
Invest. 2004;114(10):1364-70 22. Taylor R. Scientists move closer to human therapeutic cloning. Re-
4. Campbell KHS, McWhir J, Ritchie WA, Wilmut I. Sheep cloned by uters. http://www.sciam.com
nuclear transfer from a cultured cell line. Nature.1996;380:64-6.

76 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


Hasil Penelitian

Histofisiologi Sel Endotel dan Sel Progenitor


Endotel dalam Sirkulasi Darah
Spooz!Lbsvoefoh
Bagian Anatomi-Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado

BCTUSBL
Sel mononuklear yang tidak tergolong sel darah pada sirkulasi darah tepi ternyata berperan pada keseha-tan
sistem kardiovaskuler. Peningkatan sel endotel pada sirkulasi darah tepi menunjukkan kejadian inflamasi pembu-
luh darah, sebaliknya peningkatan sel progenitor endotel dalam sirkulasi darah tepi menunjukkan sifat proteksi
terhadap pembuluh darah dan memperbaiki jaringan iskemik dengan reendotelialisasi dan neovaskularisasi.
Perlu upaya peningkatan sel progenitor endotel untuk mempertahankan kesehatan sistem kardiovaskuler.

Kata kunci. Sel endotel, sel progenitor endotel, kesehatan kardiovaskuler.


QFOEBIVMVBO
Dengan mikroskop cahaya dan pulasan rutin darah tepi Tjgbu.tjgbu!vnvn!tfm!foepufm
biasanya dapat dilakukan diferensiasi berbagai jenis sel Histogenesis sistem kardiovaskuler pada embrio
lekosit, eritrosit dan trombosit. Dengan teknik imuno- dimulai di daerah vaskulosa, permukaan yolk sac yang
histokimia ternyata di darah tepi juga dijumpai sel-sel berasal dari mesenkimal, dinamai sel angioblas atau
bukan termasuk sel-sel darah, yaitu sel endotel dan sel hemangioblas. Sel angioblas mengawali pembentu-
progenitor endotel, yang terlihat sebagai sel mononuk- kan kapiler primitif, dinamakan vaskulogenesis.1,5,7 Sel
lear biasa de-ngan mikroskop cahaya bia-sa1,2. angioblas berkemampuan berkembang menjadi sel
endotel dan sel-sel hemopoietik.6 Sel angioblas yang
Hal ini dapat dimengerti sebab histogenesis awal menjadi endotel kemudian membentuk jala-jala kapiler
perkembangan sistem kardiovaskuler (vaskulogenesis) dan jantung sejak masa-masa awal perkembangan
dan hemopoietik dimulai berupa pembuluh darah primi- embrio; pada hari ke 32 setelah konsepsi denyut jan-
tif di daerah mesoderm chorionic yolk sac pada hari tung telah terdeteksi dengan ekokardiografi.8
ke dua puluh setelah fertilisasi, diikuti dengan terben-
tuknya sistem sirkulasi primitif pada embrio yang se- Pada tahun 1960 endotel berhasil dibiakkan dan de-
dang berkembang. Jadi terdapat sumber sel induk yang ngan kemajuan biomolekuler, terbukti endotel berpe-
sama antara komponen seluler sistem kardiovaskuler ran sangat kompleks dalam mengatur hemodinamik
dan komponen seluler sistem hemopoietik.3,4,5 sistem kardiovaskuler.6

Timbul pertanyaan apakah terdapat hubungan antara Sel endotel berbentuk poligonal, lebar 10-15 mμ, pan-
sel endotel dan sel progenitor endotel dalam sirkulasi jang 25-50 mμ dengan sumbu panjang mengikuti ali-
dengan keadaan sistem kardiovaskuler itu sendiri. ran darah. Luas permukaan seluruh endotel manusia
Dalam makalah ini akan dibahas histofisiologi sel en- bila direntangkan sekitar 150 m2 pada bayi dan dapat
dotel dan sel progenitor endotel dalam sirkulasi. mencapai 1000 m2 pada usia dewasa dengan jum-
lah sel sekitar 6 x 1013 dan berat kira-kira 1,5 kilo-
FOEPUFM gram atau setara dengan berat hepar.8 Tahun 1964,
Endotel yang menyusun lapisan monolayer permukaan dengan mikroskop elektron ditemukan batang-batang
adluminal sistem kardiovaskuler sebelum tahun 1960 kecil dalam sitoplasma sel endotel oleh Weibel dan
dianggap hanya berfungsi sebagai lapisan sawar seder- Palade, berpenampang 0,1 mμ dan panjang sampai 3
hana antara lumen pembuluh darah de-ngan jaringan mμ, dinamai badan Weibel Palade. Badan Weibel Pa-
sekitarnya, sesuai dengan gambaran histologis yang lade ini mengandung faktor Von Willebrand (faktor VIII)
hanya memiliki sangat sedikit struktur organela. Pene- suatu glikoprotein yang disintesis oleh sel endotel dan
litian-penelitian kemudian menunjukkan endotel memi- disimpan di badan Weibel Palade arteri (satu-satunya
liki fungsi yang sangat kompleks dalam mengendalikan bahan yang disimpan dalam sel endotel). Faktor VIII
keseimbangan hemostasis sistem kardiovaskuler, ini disekresikan ke dalam darah dan berfungsi untuk
de-ngan menghasilkan berbagai bahan vasoaktif yang agregasi trombosit. Faktor Von Willebrand ini dapat
tidak disimpan dalam sel tapi langsung dilepaskan ke dideteksi dengan teknik imnohistokimia, sekarang di-
dalam darah atau sel/jaringan sekitarnya.3,5,6 gunakan sebagai marker sel endotel dewasa .2,5,9,10,11

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 77


Sel endotel normal masa hidupnya mencapai 30 ta- tor risiko nonkonvensional dapat mengakibatkan ter-
hun, dalam sediaan histologik sangat jarang terlihat jadinya disfungsi endotel, kemudian memicu perkem-
sel endotel dalam keadaan berproliferasi, hanya seki- bangan aterosklerosis.17,18,19
tar satu dari 10.000 atau 0.01%.5,9,12
Tfm! foepufm! cfstjslvmbtj! )Djsdvmbujoh! Foepuifmjbm!
Gvohtj!tfm!foepufm Dfmmt<!dFD*
Endotel normal memiliki beberapa fungsi utama: Kira-kira tiga puluh tahun lalu para ahli telah mengeta-
1. Garis pertahanan (sawar) terhadap hampir semua hui sel-sel mononuklear yang bersirkulasi bukan hanya
elemen asing yang mencoba masuk ke dalam or- limfosit dan monosit saja, tapi masih terdapat bebera-
gan; 2. Tempat metabolisme, katabolisme senyawa- pa jenis sel lain, salah satunya adalah sel endotel.2
senyawa tertentu, seperti Angiotensin Converitng
Enszym (ACE), Sel endotel yang berdeskuamasi dari endotelium, ma-
3. Tempat sintesis berbagai senyawa vasoaktif, seper- suk ke dalam sistem sirkulasi perifer dan dapat didetek-
ti: Endothelium Derived Relaxation Factor (EDRF), si melalui ekspresi faktor von Willebrand (vWf) dan CD
prostasiklin dan Endothelium Derived Hyperpola- 146.2 Normal dapat sekitar 0,5-2 buah sel/ml darah,
rising Factor (EDHF) bekerja sebagai vasodilator dapat meningkat 10 kali lipat atau lebih pada penyakit
dan antiagregasi trombosit, dan endotelin sebagai kardiovaskuler, penyakit jaringan ikat, penyakit infeksi
senyawa vasokonstriktor; dan hematologik. Meningkatnya cEC merupa-kan suatu
4. Sebagai organ imunokompeten yang mensintesis petanda adanya gangguan atau kerusakan vaskuler,
berbagai mediator inflamasi, mediator proliferasi sebab itu juga dinamakan Circulating Inflammatory En-
sel-sel subendotel dan sebagai membran trombo- dothelial Cells (IEC).20 Peningkatan cEC akan mengek-
resisten yang menghasilkan berbagai faktor hemo- spresi molekul Vascular Adhesion Protein-1 (VAP-1),
statis.3,6,8,13 MHC class I-related chain A (MICA), inducible nitric ox-
Penelitian selanjutnya mendapatkan EDRF adalah gas nitrik ide synthase (i-NOS) dan neutrophil-activating chemokin,
oksida (NO), berperan sentral dalam mengatur hemostatis yang biasanya akan meningkat pada penyakit vaskuler.
vaskuler, seperti: menghambat agregasi trombosit, meng- Jumlah cEC berkorelasi positip dengan CRP pada ke-
hambat adhesi lekosit dan mempunyai efek antimitogenik.3,13 adaan-keadaan inflamasi. Meningkatnya cEC yang ber-
hubungan dengan penyakit-penyakit inflamasi serta
Ejtgvohtj!!foepufm peningkatan CRP, berhubungan dengan disfungsi endo-
Istilah disfungsi endotel kini banyak digunakan untuk me- tel.21 Peningkatan cEC menandai ada-nya kerusakan en-
nyatakan adanya gangguan pada kemampuan res-pons dotel oleh beberapa proses penyakit, seperti: sitotoksik
vasodilatasi terhadap asetilkolin, istilah ini bersifat san- pada transplantasi, hipertensi pulmonal, septik sjok, he-
gat umum dan tidak spesifik menggambarkan kelainan modialisis, inflamasi vaskulitis, diabetes, penyakit ginjal
dasar endotel itu sendiri. Disfungsi endotel disebabkan dan akut miokard infark.2,22,23 Masih belum jelas apakah
oleh menurunnya produksi NO atau penurunan aktivi- deskuamasi endotel akan menyebabkan hipertensi dan
tas NO meskipun produksinya normal karena dipenga- vasospasme atau meningkatkan trombosis.2
ruhi oleh superoksida. Disfungsi endotel menyebabkan
berkurangnya daya pengendalian hemostatis vaskuler Dari beberapa penelitian hitung cEC dapat merupakan
dari endotel sehingga dapat menyebabkan kelainan de- cermin beberapa penyakit vaskuler dan disfungsi en-
generatif pembuluh darah terutama aterosklerosis.13 dotel. Hitung endotel ini mungkin dapat dikembangkan
sebagai suatu marker baru dalam memprediksi be-
Roos dan Glomest (1976) pertama kali mempublikasi- berapa jenis penyakit kardiovaskuler.
kan bahwa ateroma akan terbentuk di daerah endotel
yang dibuat cedera oleh balon kateter ; sehingga timbul Tfm!Qsphfojups!Foepufm
teori cedera endotel.29 Ross selanjutnya menyatakan Sudah menjadi perdebatan sejak beberapa waktu lalu
bahwa aterosklerosis adalah penyakit inflamasi yang apakah sel-sel turunan hematopoietik, sekarang dikenal
menurunkan produksi dan aktivitas NO; keadaan ini ke- sebagai sel progenitor endotel (SPE) berperan pada
mudian dikenal sebagai disfungsi endotel.14,15,16 proses angiogenesis postnatal, terutama pada perkem-
bangan tumor.12 Vaskulogenesis postnatal ini baru mu-
Berbagai keadaan dapat menyebabkan terjadi dis- lai terungkap pada beberapa tahun terakhir ini.
fungsi endotel. Studi Framingham menyimpulkan ber-
bagai faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit TFKBSBI!QFOFNVBO!TQF
kardiovaskuler. Faktor-faktor risiko Framigham baik Pada tahun 1977 Asahara dkk berhasil mengisolasi
faktor kovensional (faktor risiko mayor) maupun fak- populasi sel mononuklear dari darah perifer yang memi-

78 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


liki antigen permukaan CD34+ dan berpotensi berkem- Qfsbo!TQF!qbeb!sffoepufmjbmjtbtj!ebo!ofpwbtlvmbsjtbtj
bang menjadi sel endotel.1 Tidak lama setelah Asahara, Reendotelialisasi (regenerasi endotel) dan neovasku-
Shi dkk membuktikan bahwa sel mononuklear yang me- larisasi merupakan kunci pengobatan kualitas pembu-
miliki antigen permukaan CD34+ tersebut merupakan luh darah dan memperbaiki keadaan iskemi jaringan.
derivat dari sel hemositoblas sumsum tulang, yang in vi- Sebaliknya pada tumor menghambat neovaskularisasi
tro akan berdiferensiasi menjadi sel endotel pada koloni berakibat menghambat perkembangan tumor.
aorta yang diberi implant Dacron.24
Sffoepufmjbmjtbtj
Npsgpmphj!TQF Penelitian saat ini menunjukkan reendotelialisasi bera-sal
Sejak penemuan di atas, sel mononuklear darah tepi dari sel-sel SPE. Pada cedera endotel yang dibuat den-
yang memiliki antigen permukaan CD34, diyakini ber- gan implan Dacron pada anjing, beberapa saat kemu-
asal dari sumsum tulang, sebab hemangioblas juga me- dian permukaan daerah implan akan ditutupi oleh sel-sel
milki antigen permukaan CD34, CD133 dan CD45.1,25 CD34+.24,33 Permukaan ventrikel manusia yang dipasangi
alat akan tertutupi oleh sel hemopoietik immatur CD133+,
Beberapa waktu kemudian berhasil diidentifikasi 3 bersamaan dengan terekspresinya reseptor VEGF-2.34
marker spesifik pada permulaan perkembangan SPE, Walter dkk memperlihatkan SPE dapat homing ke bagian
yaitu: CD133 (AC133), CD 34 dan Vascular Endothelial endotel yang dicederai dengan balon kateter.50 Transplan-
Growth Factor Receptor-2 (VEGFR-2), juga dinamakan tasi sel-sel turunan sumsum tulang dapat menyebabkan
kinase insert domain receptor (KDR) atau Flk-1.26 Sel reendotelialisasi pada endotel yang dibuat cedera.35,36
ini terutama masih terdapat dalam sumsum tulang ke-
mudian akan masuk ke dalam sirkulasi perifer; CD133 Regenerasi endotel dapat mengurangi restenosis dan
mulai akan menghilang tapi CD34 dan VEGFR-2 masih penipisan miointimal dinding arteri secara bermakna,
tetap ada. Perkembangan selanjutnya menjadi sel endo- karena endotel tersebut telah dapat mensintesis kem-
tel CD34 sudah menghilang tinggal VEGFR-2 dan mulai bali bahan antiproliferasi terutama nitrik oksida (NO).25
terekspresi VE-cadherin dan faktor von Willebrand
saja.27 CD133 sudah tidak terdeteksi pada permukaan Hasil penelitian di atas menunjukkan SPE dapat memper-
sel endotel vena umbilikalis manusia.28 baiki integritas endotel yang monolayer dengan menem-
pati bagian-bagian endotel yang cedera atau disfungsionil.
Histologis sel CD34+ asal kultur terlihat sebagai sel
kecil bulat dan menjadi lebih besar dengan sitoplas- Ofpwbtlvmbsjtbtj
ma lebih banyak setelah hari ke dua. Proliferasi sudah Neovaskularisasi merupakan langkah penting dalam me-
mulai terlihat pada hari ke tiga. Sel-sel tersebut akan nyelamatkan jaringan iskemi, sebaliknya neovaskularisasi
melekat pada media yang diberi fibronektin. Setelah akan mempercepat pertumbuhan tumor. Infus sel-sel
melekat pada media fibronektin morfologiknya dapat yang diambil dari sumsum tulang atau sel-sel sumsum
dari bulat kecil, bulat besar atau berbentuk spindel.29 tulang yang dibiak ex vivo akan meningkatkan densitas
Sel-sel SPE berbentuk spindel ini banyak menyusun kapiler dan neovaskularisasi di jaringan iskemik.25 Pada
daerah neovaskularisasi tumor.30 model miokard infark binatang percobaan, infus SPE atau
stem sel sumsum tulang, memajukan vaskularisasi da-
Sejak mobilisasi sel progenitor dari sumsum tulang rah dan fungsi jantung serta mengurangi pembentukan
masuk sirkulasi, terjadi pematangan sel-sel tersebut jaringan ikat ventrikel kiri secara bermakna.37,38
secara bertahap. Mula-mula sel progenitor tersebut
memiliki CD133, masuk sirkulasi mulai muncul CD34 Pemberian sel CD34, CD133, SPE, MAPC (mesenchy-
dan CD133 mulai menghilang, diikuti dengan munculnya mal stem cell) memberi efek neovaskularisasi sama
marker-marker VEGFR-2, VE-cadherin dan faktor von baik, tapi bila digunakan sel-sel SPE atau sel progenitor
Willebrand.1,30,31,32 Penelitian Friedrich dkk atas ateroek- berbentuk spindel yang lebih matur efek neovaskulari-
tomi koronaria manusia menunjukkan SPE subpopulasi sasinya lebih rendah.25 Aktivitas sel progenitor dalam
CD34-/133+ lebih banyak pada plak yang stabil diband- meningkatkan neovaskularisasi tergantung dari jenis
ingkan dengan subpopulasi CD34+/133+. Pada tikus sel yang digunakan.25
percobaan dengan penyuntikan sel SPE subpopulasi
CD34-/133+ ternyata lebih banyak sel endotel yang ter- Jumlah SPE yang bersirkulasi akan menentukan daya
transplantasi pada arteri karotis dibandingkan dengan reendotelialisasi dan neovaskularisasi; peningkatan SPE
subpopulasi CD34+/133+. Hasil penelitian ini menun- akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler iskemik
jukkan bahwa SPE subpopulasi CD34-/133+ atau yang atau berkorelasi negatif dengan skor faktor risiko pe-
lebih muda, lebih poten terhadap regenerasi vaskuler.31 nyakit kardiovaskuler dari Framingham.39 Peningkatan

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 79


SPE dalam sirkulasi tergantung dari daya mobilisasi sel pemberian SDF, GM-CSF atau kombinasi keduanya
stem sumsum tulang masuk ke sirkulasi darah. Rendo- ternyata akan meningkatkan SPE, neovaskularisasi,
telialisasi dan neovaskularisasi tergantung pada mobil- memperbaiki geometri dan kontraktilitas jantung yang
isasi, homing, diferensiasi, adhesi, migrasi transendotel, telah mengalami kardiomiopati iskemik.43,48,49
kemotaksis, migrasi dan invasi SPE.25,37,40,41
Penderita penyakit obstruksi arteri perifer ternyata
Peningkatan SPE dalam sirkulasi penting karena berkorela- memiliki daya angiogenik yang rendah disebabkan
si positif dengan reendotelialisasi dan neovaskularisasi, yang menurunnya ekspresi molekul spesifik SPE dalam
berhubungan erat dengan kesehatan kardiovaskuler. sumsum tulang dan darah. Transplantasi sel mono-
nuklear sumsum tulang akan meningkatkan SPE dan
Penelitian menunjukkan beberapa faktor pertumbu- kemajuan gejala iskemik tungkai.50
han/sitokin, bahan farmakologis dan latihan fisik dapat
meningkatkan cEPCs.25 Penelitian Werner dkk dari Maret 2003 - Januari 2004
terhadap 519 penderita penyakit jantung koroner yang
Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF) dapat semua-nya dibuktikan angiografi koroner. Mereka diob-
meningkatkan jumlah SPE dan homing receptors sel servasi selama 12 bulan untuk melihat hubungan antara
endotel penderita penyakit jantung koroner.42 Perco- SPE dengan kejadian penyakit jantung koroner. Ternya-
baan binatang menunjukkan Granulocyte-Monocyte ta di kalangan penderita dengan kadar SPE yang lebih
Colony-Stimulating Factor (GM-CSF) dan Stromal cell- tinggi, angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler,
Derived Factor (SDF) intramiokardial akan memobil- kejadian penyakit kardiovaskuler berat, revaskularisasi
isasi SPE dan neovaskularisasi daerah iskemik jantung dan hospitalisasi lebih rendah. Tetapi kadar SPE sendiri
sehingga terjadi remodelling ventrikel kiri dan kema- tidak dapat memprediksi terjadinya miokard infark atau
juan fungsi kontraksi miokardium.43 kematian akibat penyakit kardiovaskuler.51

Eritropoietin (Epo) dapat merangsang proliferasi sel Penderita penyakit jantung koroner memiliki SPE lebih
stem hematopoietik dan meningkatkan jumlah SPE rendah dibandingkan dengan kontrol sehat dan akan
pada penelitian-penelitian in-vivo. Pemberian Vascular berespon terhadap sitokin G-CSF dalam meningkat-
Endothelial Growth Factor (VEGF) juga akan mening- kan SPE dan ekspresi homing reseptor yang dapat
katkan cEPCs sebanyak 2,1 kali.44 meningkatkan neovaskularisasi.42

Bahan-bahan farmakologis seperti: HMG-CoA reduk- QFOVUVQ


tase (statin), estrogen dan rosiglitasone meningkat- Di darah tepi terdapat sel-sel mononuklear bukan sel
kan SPE. Latihan fisik teratur juga dapat meningkatkan darah, sel endotel berasal dari endotel pembuluh darah
SPE dalam sirkulasi.25 dan sel progenitor endotel berasal dari sumsum tulang.

LFNVOHLJOBO!BQMJLBTJ!LMJOJL!FQDt! Pada penyakit-penyakit tertentu, seperti penyakit kardio-


Beberapa penelitian mulai dilakukan untuk menjajaki vaskuler, penyakit jaringan ikat, penyakit infeksi dan he-
penggunaan SPE dalam klinik meskipun dasar bio- matologik akan lebih banyak sel endotel yang terlepas.
molekuler SPE belum dipahami secara menyeluruh, be-
berapa penelitian menunjukkan hasil menjanjikan. Peneli- Makin tinggi sel progenitor endotel di dalam sirkulasi ma-
tian terutama dilakukan pada binatang percobaan. kin protektif terhadap pembuluh darah terutama untuk
reendotelialisasi dan neovaskularisasi jaringan iskemik.
Pada tikus percobaan, arteri karotis dibuat cedera, ke- Diharapkan jumlah sel endotel dan sel progenitor
mudian ke dalam lumen arteri tersebut ditransplantasi dapat digunakan sebagai indikator penyakit kardio-
SPE dari kultur; terjadi reendotelialisasi yang cepat dis- vaskuler di kemudian hari.
ertai peningkatan fungsi endotel dan dapat mencegah
perkembangan ateroma di daerah tersebut.45,46 EBGUBS!QVTUBLB
1. Asahara T, Murohara T, Sullivan A, Silver M, Zee R, Tong L, Witzen-
bichler B, Schatlemen G, Isner JM . Isolation of putative progenitor
Pada percobaan pengikatan arteri koronaria desend- endothelial cells for angiogenesis. Science 1997;275:964-7.
2. Blann AD, Pretorius A. Circulating Endothelial Cells and Endothelial
ing anterior sinistra jantung tikus, kemudian diberi SPE Progenitor Cells: Two side of the same coin, or two different coin?.
(CD34+) intramiokardial melalui kateter; terjadi pening- www.elsevier/locate/atherosclerosis, Elsevier Ireland Ltd., 2006:
katan neovaskularisasi pada miokardial yang iskemik.47 Down load 25 April 2006.
3. Karundeng R. Angiologi morfofungsional sistem vaskuler. Manado. FK
Pada tikus-tikus yang jantungnya dibuat iskemik dengan Unsrat 1995. p.66-116.
mengikat arteri coronaria desending anterior sinistra, 4. Risau W. Mechanisms of angiogenesis. Nature 1997; 386:671-4
5. Fawcett DW. Bloom, Fawcett A Textbook of Histology 12th ed, New

80 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


York: Chapman & Hall 1994; p 133. lated by a novel cell filtration device. Stem cell 2004; 22: 994-1002.
6. Vane JR, Anggard EE, Botting RM. Regulatory function of the Vascular 33. Quirici N, Soligo D, Caneva L, Servida F, Bollolasco P, Deliliers GL. Dif-
Endothelium. N Engl J Med. 1990; 233: 27-30. ferentiation and expansion of endothelial cells from human bone mar-
7. Folkman J. Shing Y. Angiogenesis. J Biol Chem 1992; 267: 10931-4 row CD133+ cells. Br J Haematol 2001;115:186-194
8. Camilleri JP. The Normal Arterial Wall in Hypertension and Arterial 34. Peichev M, Naiyer AJ, Pereira D, Zhu Z, Lane WJ, Williams M, Oz MC,
Aging. Monograf. Les Laboratories Servier 1989. Hicklin DJ, Witte L, Moore MA, Rafii S. Expression of VEGFR-2 and
9. Junquiere LC, Carneiro J. Basic Hstology 7th ed. New Jersey, Lange AC133 by circulating human CD34(+) cell identifies a population of
Med. Publ., Los Angeles California 1989:95 (57) functional endothelial precursor. Blood 2000;95: 952-958.
10. Leeson TS, Leeson CR, Paparo AA. The Circulatory System in Text/At- 35. Walter DH, Ritting K, Bahlmann FH, Kirchmair R, Silver M, Murayama T, Nishimu-
las of Histology. Philadelphia, WB. Saunders; 1988: 309-330 (58) ra H, Losordo DW, Asahara T, Isner JM. Statin therapy accelerates reendothe-
11. Barber CL, Iruela-Arispe ML. The Ever-Elusive Endothelial Progenitor Cell: Identi- lialization: a novel effect involving mobilization and incorporation of bone marrow-
ties, Function and Clinical Implication. Pediatr 2006; res 59: 26R-32R. (60) derived endothelial progenitor cells. Circulation 2002;105:3017-3024.
12. Fenton RG, Longo DL. Cancer cell biology and angiogenesis. In: Kasper 36. Werner N, Junk S, Laufs U, Link A, Walenta K, Bohm M, Nickenig G.
DI, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL (eds). Intravenous transfusion of endothelial progenitr cells reduces neo-
Harrison Principles of Internal Medicine 16th ed. Vol I, New York Mc- intima formation after vascular injury. Circ Res. 2003;93:e17-e24.
Graw-Hill 2005. p.453-64. 37. Ruel M, Suuronen EJ, Song J, Kapila V, Gunning D, Rubens FD, Me-
13. Baraas F. Stres oksidatif, disfungsi endotel dan faktor resiko aterosklerosis sana TG. Effect of off-pump versus on-pump coronary artery bypass
: dimana letak hubungannya?. Penyakit kardiovaskular dari pediatrik sam- grafting on function and viability of circulating endothelial progenitor
pai geriatrik. Kaligis RWM, Kalim H, Yusak M, Ratnaningsih E, Soesanto A. cells. J Thorac Cardiovasc Surg 2005;130:633-639.
(Eds). Balai Penerbit RS Jantung Harapan Kita 2001;167-77. 38. Kawamoto A, Gwon HC, Iwaguro H, Yamaguchi JI, Uchida S, Masuda
14. Roos R. The pathogenesis of atherosclerosis : an update. N Engl J H, Silver M. Endothelial progenitor cell for myocardial ischaemia. Cir-
Med 1986;314:488-98. culation 2001; 103:634-637.
15. Roos R. Atherosclerosis-an inflammatory disease. N Engl J Med 39. Hill JM, Zalos G, Halcox JP, Schenke WH, Waclawiw MA, Quyyumi AA,
1999;340:115-26. Finkel T. Circulating endothelial progenitor cell, vascular function, and
16. Wijaya A. Disfungsi endotil aterosklerosis dan trombosis. Forum Di- cardiovascular risk. N Engl J Med 2003; 348: 593-600.
agnosticum Prodia 1988;1:1-23. 40. Vajkoczy P, Blum S, Lamparter M, Mailhammer R, Erber R, Engelhardt
17. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, Jones B, Vestweber D, Hatzopoulos AK. Multistep nature of microvascular
DW, Materson BJ, Oparil S, Wright JT, Roccella EJ. the National High Blood recruitment of ex vivo-expanded embryonic endothelial progenitor
Pressure Education Program Coordinating Commitee. The Seventh Report cells during tumor angiogenesis. J Exp Med. 2003;197:1755-1765.
of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and 41. Carlos TM, Harlan JM. Leukocyte-endothelial adhesion molecules.
treatment of high blood pressure. JAMA 2003;289:2534-2573. Blood 1994;84:2068-2101.
18. Libby P. Prevention and Treatment of Atherosclerosis. Kasper DI, 42. Powell TM, Paul JD, Hill JM, Thompson M, Benjamin M, Rodrigo M,
Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL(eds). In McCoy P, Read EJ, Khuu HM, Leitman TF, Finkel T, Cannon RO. Granu-
Harrison Principles of Internal Medicine 16th ed. Vol II, New York Mc- locyte Colony-Stimulating Factor mobilized functional endothelial pro-
Graw-Hill 2005. p.1430-1433. genitor cells patient with coronary artery disease. Arterioscler Tromb
19. Wijaya A, Kurniasih R. High sensitivity c-reactive protein (hs-CRP) Vasc Biol. 2005;25:296-301.
suatu petanda untuk menentukan resiko penyakit jantung koroner 43. Woo YJ, Grand TJ, Berry MF, Atluri P, Moise MA, Hsu VM, Cohen J,
yang menjanjikan. Forum Diagnosticum Prodia 2001; 2:1-15. Fisher O, Burdick J, Taylor M, Zentko S, Liao G, Smith M, Kolakowski
20. Makin A, Chung NAY, Silverman SH. Assessment of endothelial dam- S, Jayasankar V, Gardner T, Sweeney HL. Stromal cell-derived factor
age in atherosclerotic vascular disease by quantification of circulating and granulocyte-monoctye colony-stimulating factor form a combined
endothelial cells. Eur Heart J 2004; 25: 371-6. neovasculogenic therapy for ischemic cardiomyopathy. J Thorac Car-
21. Holmen C, Elsheikh E, Stenvivkel P, Qureshi AR, Petersson E, Jalkanen S, diovasc Surg 2005;130:321-9.
Sumitran-Holgersson S. Circulating inflammatory endothelial cells con- 44. Heeschen C, Aicher A, Lehmann R, Fichtlscherer S, Vasa M, Urbich
tribute to endothelial progenitor cell dysfunction in patients with vasculi- C, Mildner-Rihm C, Martin H, Zeiher A, Dimmeler S. Erythropoietin is
tis and kidney involvment. J Am Soc Nephrol 2005, 16: 3110-20. a potent physiologic stimulus for endothelial progenitor cell mobiliza-
22. Quilici J, Banzet N, Paule P. Circulating endothelial count as a diagnostic marker for tion. Blood 2003;102:1340-6.
non-ST elevation acute coronary syndrom. Circulation 2004; 110: 1586-91. 45. He T, Smith LA, Harrington S, Nath SH, Caplice NM, Katusic ZS.
23. Mutunga M, Fulton B, Bullock R. Circulating endohelial cell in patient Transplantation of circulating endothelial progenitor cells restores
with septic shock. Am J Respir Crit Care Med 2001; 163: 195-200. endothelial function of denuded rabbit carotid arteries. Stroke
24. Shi Q, Rafii S, Wu MH, Wijelath ES, Yu S, Ishida A, Fujita Y, Khotari S, Mohle 2004;35:2378-84.
R, Sauvage LR, Moore MA, Strob RF, Hammond WP. Evidence for circulat- 46. Griese DP, Ehsan A, Melo LG, Kong D, Zhang L, Mann M, Pratt RE,
ing bone marrow-derived endothelial cells. Blood 1998; 92:362-7. Mulligan RC, Dzau VJ. Isolation and transplantation of autologous cir-
25. Urbich C, Dimmeler S. Endothelial progenitor cells. Characterization culating endothelial cells into denuded vessels and prosthetic graft.
and role in vascular biology. Circ Res. 2004;95:343-53 Circulation 2003;108:2710-15.
26. Peichev M, Naiyer AJ, Pereira D, Zhu Z, Lane WJ, William M, Hicklin 47. Kawamoto A, Tkebuchava T, Yamaguchi J-I, Nishimura H, Uchida S,
DJ, Witte L, Moore MA, Rafii S. Expression of VEGFR-2 and AC133 Masuo O, Iwaguro H, Ma H, Hanley A, Silver M, Losordo DW, Isner
by circulating human CD34+ cell identifies a population of functional JM, Asahara T. Intramyocardial transplantation of autologous endo-
endothelial precussor. Blood 2000; 95: 952-8. thelial progenitor cells fot therapeutic neovascularization of myocar-
27. Yin AH, Miraglia S, Zanjani ED, Almeida-Porada G, Ogawa M, Leary dial ischemia. Circulation 2003;107:461.
AG, Olweus J, Kearny J, Buck DW. AC 133, a novel marker for human 48. Fazel S, Chen L, Weisel RD, Fazel A, Cheung P, Lam J, Fedak PWM,
hematopoietic stem progenitor cells. Blood 1997; 90: 5002-12. Yau TM, Li R-K. Cell transplantation preserves cardiac function after
28. Fan CL, Li Y, Gao PJ, Liu JJ. Zhang XJ, Zhu DL. Differentiation of endo- infraction by infarct stabilization: augmentation by stem cell factor. J
thelial progenitor cells from human umbilical cord blood CD34+ cell Thorac Cardiovasc Surg 2005;130:1310-1318.
in vitro. Acta Pharmacol Sin 2003: 24 (3) 212-8. 49. Kawamoto A, Murayama T, Kusano K, Ii M, Shintani S, Iwakura A,
29. Vajkoczy P, Blum S, Lamparter M, Mailhammer R, Erber R, Engelhardt B, Johnson I, Samson P, Hanley A, Gavin M, Curry C, Silver M, Ma H, Los-
Vestweber D, Hatzopoulos AK. Multistep nature of microvascular recuit- ordo DW. Synergistic effect of bone marrow mobilization and vascu-
ment of ex vivo-expanded embryonic endothelial progenitor cells during lar endothelial growth factor-2 gene therapy in myocardial ischemia.
tumor angiogenesis. T J Experiment Med 2003; 197: 1755-65. Circulation 2004;110:1398-1405.
30. Friedrich EB, Walenta K, Scharlau J, Nickenig G, Werner N. CD34-/ 50. Yamamoto K, Kondo T, Suzuki S, Izawa H, Kobayashi M, Emi N, Komori K,
CD133+/VEGFR-2+ endothelial progenitor cell subpopulation with Naoe T, Takamatsu J, Murohara T. Molecular evaluation of endothelial
potent vasoregenerative capacities. Circulation Res. 2006; 98: 20. progenitor cells in patients with ischemic limbs: therapeutic effect by stem
31. Hristov M, Erl W, Weber P. Endothelial progenitor cells. Mobilization, differ- cell transplantation. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2004;24:192-196.
entiation and homing. Aterioscler Thromb Vasc Biol.2003;23:1185-9. 51. Werner N, Kosiol S, Schiegl T, Ahlers P, Walenta K, Link A, Bohm M,
32. Aoki M, Yasutake M, Murohara T. Derivation of functional endothelial Nickening G. Circulating endothelial progenitor cells and cardiovascu-
progenitor cells from human umbilical cord blood mononuclear cell iso- lar outcomes. N Engl J Med 2005;353:999-1007.

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 81


Hasil Penelitian

Pemeriksaan Laboratorium
Dalam Anti Aging Medicine
Tv{boob!Jnnbovfm
Efqbsufnfo!Qbupmphj!Lmjojl!Gblmvubt!Lfeplufsbo!Vojwfstjubt!Joepoftjb-!!Kblbsub

BCTUSBL
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup bila berumur panjang, terjadinya ber-
beda dan kecepatan usia mulai proses juga berbeda. Dalam memasuki usia tua, seorang individu seringkali mengal-
ami berbagai gejala, tanda dan keluhan. Kumpulan gejala, tanda dan keluhan tersebut umumnya disebut sindroma
penuaan. Penelitian menunjukkan penyebab utama kerusakan fisik yang disebabkan penuaan adalah kemunduran
hormon seiring dengan bertambahnya usia. Proses penuaan sangat bervariasi dan dapat dipercepat, diperlambat
atau dibalik tergantung pada hormon yang mengatur dege-nerasi dan regenerasi tubuh di tingkat sel.
Pada tahun 1990, Dr. Daniel Rudman menemukan proses penuaan dapat dicegah dengan mengintervensinya
dan lahirlah anti aging medicine. Tujuan anti aging adalah mencegah penuaan dini, mencegah penyakit degeneratif
seperti jantung, paru, stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan sehat.
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status “panjang umur” bersandar pada tiga pilar yang penting yaitu
evaluasi status hormon, penilaian risiko kardio vaskuler, dan penapisan keganasan. Untuk penilaian status “anti
aging” yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi status hormon agar dapat dideteksi
apakah sudah terjadi penurunan hormon. Pada proses penuaan terjadi penurunan hormon tubuh seiring dengan
bertambahnya usia. Oleh karena itu penting untuk mengukur kadar hormon sebelum melakukan terapi sulih hor-
mon. Terapi sulih hormon hanya untuk mengganti hormon yang hilang akibat proses penuaan ke kadar normal
fisiologis. Terapi sulih hormon dapat memberikan manfaat yang mengagumkan sebagai anti aging jika diberikan
secara bijaksana dengan pengawasan laboratoris secara periodik untuk menjamin kadar hormon yang efektif
dalam darah.

Kata Kunci : Pemeriksaan Laboratorium, Evaluasi Sistem Hormon, Anti Aging Medicine

QFOEBIVMVBO
Menurut WHO saat ini setiap negara di dunia juga dapat dipercepat, diperlambat atau dibalik tergantung
menghadapi peningkatan tajam populasi usia diatas pada hormon yang mengatur degenerasi dan rege-
60 tahun. Perubahan ini berhubungan erat dengan nerasi tubuh di tingkat sel.(1,2) Penelitian menunjukkan,
perbaikan sanitasi dan eliminasi penyakit infeksi anak; penuaan sebagian besar disebabkan oleh penurunan
peningkatan harapan hidup, kognitif serta meningkat- Growth Hormone / Insulin-like Growth Factor-I (GH/
nya ketergantungan pada orang lain.(1) IGF-I) secara drastis dalam tubuh setelah dewasa. Ha-
sil penelitian telah membuktikan bahwa, terapi GH/
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami IGF-I dapat mencegah, memperlambat bahkan mem-
oleh seluruh mahluk hidup, jika mahluk itu diberi ke- balikkan sebagian besar penyakit atau keadaan yang
sempatan berumur panjang, terjadinya berbeda dan berhubungan dengan proses penuaan. Mereka yang
kecepatan usia mulai proses juga berbeda. Dalam me- mengalami sindroma penuaan umumnya ingin agar
masuki usia tua, seorang individu seringkali mengalami penuaan yang dialaminya saat ini bisa ditunda, dice-
berbagai gejala, tanda dan keluhan. Kumpulan gejala, gah, atau dikembalikan lagi seperti keadaan sebelum-
tanda dan keluhan tersebut umumnya disebut dengan nya (diremajakan).(1,2,3,4)
satu kata yaitu sindrom penuaan. Sindrom ini biasa-
nya timbul akibat keengganan/penolakan dan/atau Pada tahun 1990, Dr. Daniel Rudman menemukan
kekurangsiapan seorang/ individu dalam menyong- proses penuaan dapat dicegah dengan menginter-
song penuaan dan dipresipitasi oleh penurunan hor- vensinya dan lahirlah anti aging medicine. Tujuan anti
mon tubuh yang relatif cepat. Penelitian menunjukkan aging adalah mencegah penuaan dini, mencegah pe-
kemunduran hormon seiring bertambahnya usia meru- nyakit degeneratif seperti jantung, paru, stroke dan
pakan penyebab utama kerusakan fisik yang disebab- mencapai usia tua tetap produktif dan sehat.(5)
kan penuaan. Proses penuaan sangat bervariasi dan

82 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status Sifat pelepasan GH yang pulsatif menyebabkan pengu-
“panjang umur” bersandar pada tiga pilar yang penting kuran kadar GH dalam darah sangat tidak praktis, yang
yaitu evaluasi status hormon, penilaian risiko kardio terbaik adalah pengukuran kadar GH dalam urin 24
vaskuler, dan penapisan keganasan. Untuk penilaian jam untuk monitoring pengobatan GH.(5,8,9) Kadar GH
status “anti aging” yang diperlukan adalah evaluasi dalam urin berkorelasi dengan pelepasan sentral GH
status hormon agar dapat dideteksi apakah sudah ter- dan injeksi GH. IGF-I dapat disintesis disemua organ,
jadi penurunan hormon. Penelitian menunjukkan pada tetapi produksi terbesar terjadi di hati. Sintesis IGF-I dia-
proses penuaan terjadi penurunan hormon tubuh se- tur oleh GH, maka kadar IGF-I merefleksikan kadar GH.
iring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu pen- Kadar IGF-I relatif stabil sepanjang hari sedangkan GH
ting untuk mengukur kadar hormon sebelum melaku- bersifat pulsatif, sehingga pengukuran IGF-I dalam da-
kan terapi sulih hormon.(5) Terapi sulih hormon hanya rah lebih disukai untuk penentuan status anti aging.(5,9)
untuk mengganti hormon yang hilang akibat proses Di sirkulasi, IGF-I berikatan dengan protein transport yai-
penuaan ke kadar normal fisiologis. Terapi sulih hor- tu IGF Binding Protein (IGFBP). Terdapat 10 (sepuluh)
mon dapat memberikan manfaat yang mengagumkan IGFBP, tetapi yang terpenting IGFBP3 karena mengikat
sebagai anti aging jika diberikan secara bijaksana de- 95% IGF-I didalam darah. Pada saat ini, 3 jenis tes yang
ngan pengawasan laboratoris secara periodik untuk paling berarti untuk monitoring pada pemberian GH
menjamin kadar hormon yang efektif dalam darah.(1) adalah kadar GH urin 24 jam, kadar IGF 1 serum dan
kadar protein pengikat primer IGF 1, yaitu IGFBP3 (Insu-
IPSNPO!ZBOH!CFSQFSBO!QBEB!QFOVBBO lin-like Growth Factor Binding Protein 3).(9)
Ipsnpo!Nfmbupojo
Melatonin dihasilkan oleh kelenjar pineal; merupakan Ipsnpo!Qspmblujo
hormon yang produksinya peka (sensitif) terhadap sik- Pada proses penuaan terjadi peningkatan prolaktin
lus cahaya siang dan malam, berkaitan erat dengan yang disekresi oleh kelenjar hipofise anterior. Hormon
ritme sirkadian; dan menurun secara alami sesuai ini meningkat sejalan dengan perubahan emosi dan
pertambahan usia. Penurunan ini akan menyebabkan stres. Peningkatannya akan diikuti oleh penurunan hor-
gangguan circadian clock (ritme harian). Selanjutnya, mon testosteron melalui mekanisme pada pusat hipo-
kulit dan rambut akan berkurang pigmentasinya. Se- talamus, kelenjar hipofise anterior atau langsung pada
lain itu, terjadi pula gangguan tidur. Kadar terapi mela- testis. Peningkatan hormon prolaktin juga sering diser-
tonin untuk mengatur gangguan tidur mungkin berada tai dengan timbulnya berbagai penyakit psikosomatis.(2)
dalam nilai rentang dewasa muda. Disebutkan pula
bahwa melatonin mempunyai sifat antioksidan yang Gpmmjdmf! Tujnvmbujoh! Ipsnpo! )GTI*! ebo! Mvufjoj{joh!
kuat. Kadar optimal untuk efek antioksidannya belum Ipsnpo!)MI*
diketahui dengan pasti.(2,5,6,7) FSH dan LH dihasilkan oleh hipofise anterior. Follicle
Stimulating Hormon (FSH) Luteinizing Hormon (LH).
Ipsnpo!Qfsuvncvibo!)Hspxui!Ipsnpof0HI*!ebo! FSH berhubungan dengan spermatogenesis pada pria
Jotvmjo.Mjlf!Hspxui!Gbdups!J!)JHG.J* dan perkembangan folikel ovarium dan estrogen pada
Hormon pertumbuhan memiliki status khusus pada wanita. LH berhubungan dengan stimulasi produksi
pemeriksaan status anti aging sehingga penilaian testosteron pada pria dan estrogen pada wanita. FSH
akurat kadar hormon pertumbuhan sangat penting. dan LH meningkat jika terjadi kerusakan testis secara
Secara umum perubahan hormonal yang akan ter- keseluruhan (pan/primer testicular failure). Penurunan
jadi pada penuaan adalah penurunan Growth Hor- kadar LH mungkin disebabkan karena testosteron pada
mon (GH) dan Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) atau penuaan kehilangan biopotensi sehingga tidak efektif
somatomedins.(1,3,4,5) Pengukuran kadar GH dalam dalam feedback mechanism, atau oleh karena stres
saliva seperti insulin-like growth factor I (IGF-1) tidak fisik dan psikis pada orang tua (pada orang muda stres
bisa dipercaya karena produksi lokal yang berlebihan justru akan meningkatkan kadar LH) sedangkan pada
dari otot-otot mandibula.(5) GH dihasilkan oleh hipo- wanita post menopause akan terjadi peningkatan FSH
fise anterior dan sekresinya dipacu oleh GH releasing dan LH.
hormon, Growth Hormon Releasing Hormon (GHRH)
yang timbul pada saat ”tidur dalam” dan secara acak Ipsnpo!Besfobm
pada saat bangun (misal saat olah raga). Penurunan Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosteron,
GH dan IGF-1 akan menyebabkan peningkatan proses kortisol, dehydroepiandrosterone (DHEA) dan andro-
apoptosis di berbagai sel tubuh dan hal ini akan me- stenedion. Defisiensi aldosteron cukup sering dijumpai.
nyebabkan proses penuaan berjalan lebih cepat.(2) Gejala utama adalah mengantuk, poliuria dan lemah.
Penurunan aldosteron berakibat langsung pada kadar

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 83


Natrium plasma karena terjadi pengeluaran Natrium Dehydroepiandrosterone (DHEA) dan Dehydroepi-
melalui ginjal sehingga kadar Natrium plasma menu- andro-sterone sulfat (DHEA-S) diproduksi oleh kelenjar
run dan Kalium plasma meningkat. Pengukuran kadar supra-renal dan merupakan salah satu precusor hor-
aldosteron serum digabung dengan pengukuran kadar mon testosteron. Penurunan hormon DHEA/DHEAS
natrium dan kalium dalam serum sudah cukup mema- akan diikuti : meningkatnya interleukin 6 (IL-6) yang
dai untuk menilai defisiensi hormon aldosteron.(5) merupakan mediator peningkatan osteoclast yang me-
nyebabkan berkurangnya masa tulang (osteoporosis),
Ipsnpo!Lpsujtpm perubahan rasio cluster differentiation sehingga timbul
Kortisol dianggap sebagai hormon stres yang utama reaksi autoantibodi, kekakuan pembuluh darah koroner,
didalam tubuh. Hormon ini mengalami perubahan yang kegemukan karena penurunan Resting Metabolic Rate
tajam sepanjang hari, yaitu turun hingga kira-kira 90% (RMR), dan kelelahan kronis yang lain. Penurunan hor-
dari pagi hingga petang hari. Kadar kortisol tertinggi mon ini biasanya akan berhubungan dengan penurunan
antara pukul 07.00–09.00 pagi dan terendah antara kekebalan tubuh yang sesuai dengan teori penuaan
pukul 23.00 malam–04.00 pagi.(5,8) Oleh karena itu nilai imunologis (immunological senescence theory).(2)
normal berbeda tergantung waktu pengambilan. Karena
kortisol disekresikan dengan cepat sebagai respon stres, Boesptufofejpo
keadaan yang menimbulkan stres menjelang pemerik- Androstenedion adalah androgen adrenal. Andro-
saan dapat meningkatkan kadar kortisol. Kadar kortisol stenedion sebagai prohormon untuk estron dan estra-
yang sangat tinggi pada pengumpulan petang hari sa- diol serta testosteron (gambar 1). Pengukuran kadar
ngat spesifik untuk Cushing’s Syndrome. Pemeriksaan dalam serum merupakan baku emas. Pengukuran
kortisol dapat menggunakan spesimen darah atau saliva dalam urin 24 jam tidak bisa dilakukan karena jumlah
dan spesimen yang terbaik adalah urin 24 jam, karena yang dieksresi sangat sedikit.(5)
kortisol menunjukkan adanya variasi diurnal.(5,8)
Uftuptufspo
EIFB!)Efijespfqjboesptufspo*!ebo!EIFB.T!)Tvmgbu* Penting bagi pria maupun wanita. Testosteron dise-
DHEA dan DHEA-S (sulfat) di sintesa dari kolesterol, kresi oleh sel Leydig testikular dan dapat dikonversi
melalui pregnenolone dan sekresinya diatur oleh menjadi dihidrotestosteron. Testosteron total terdiri
ACTH. (gambar 1).(5) dari 3 bentuk yaitu 65% terikat SHBG, 30–32% terikat
albumin dan 1–4% bentuk bebas. Testosteron dalam
Kolesterol bentuk bebas dan terikat albumin, disebut sebagai tes-
tosteron “bioavailable”. Dianjurkan untuk mengukur tes-
tosteron “bioavailable” yang dapat dilakukan dengan 2
Pregnenolon metode yaitu metode penghitungan dan metode presip-
itasi. Metode penghitungan yaitu membagi testosteron
total dengan SHBG (Sex Hormone Binding Globulin)
DHEA Progesteron
menghasilkan free androgen index (FAI). Pada metode
Dehidroepiandrosteron
presipitasi dilakukan penghilangan testosteron/SHBG
kompleks sehingga menyisakan free testosterone dan
Androstenedion Esteron albumin testosteron untuk diukur.(5,12)

Testosteron mengalami variasi diurnal dan kadarnya


Testosteron Estradiol menurun sesuai dengan pertambahan usia, baik pada
pria maupun wanita. Tetapi yang pasti menurun se-
benarnya adalah hormon free testosterone/bioavail-
Dihydrostestosterone
able testosterone saja. Penurunan hormon testos-
teron umumnya disebabkan karena faktor organik
Gambar 1. Biosintesa Gonadal dan Adrenal Steroid lain yang mendasari, misalnya : Atrofi testis karena
Waktu paruh DHEA-S (10–20 jam) lebih panjang apoptosis yang secara langsung akibat perubahan
daripada DHEA (1–3 jam), sehingga kadar DHEA-S GH dan IGF-1 ; Feedback mechanism karena adanya
300–500 kali lebih tinggi daripada DHEA dan lebih zeno atau pseudo-estrogen dan konsumsi jamu/obat-
stabil. Oleh karena itu lebih dianjurkan memeriksa ka- obatan yang tidak terkontrol ; penurunan frekuensi,
dar DHEA-S dan untuk memeriksa DHEA-S dapat digu- amplitudo denyutan dan kemampuan luteinizing hor-
nakan spesimen darah atau saliva.(5,11) mone (LH) dalam menstimulasi produksi testosteron
oleh sel leydig ; berkurangnya LH karena hormon tes-

84 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


tosteron yang dihasilkan sendiri kehilangan biopotensi truasi dengan puncaknya pada fase luteal antara hari
untuk memberi umpan balik (feedback mechanism), ke 20–23.(5)
atau berkurangnya sensitivitas reseptor LH di dalam
sel Leydig (sel yang memproduksi testosteron dalam Sex Hormon Binding Globulin (SHBG)
testis). Kadar testosteron urin 24 jam berkorelasi SHBG mengikat testosteron, DHT dan estradiol de-
baik dengan produksi harian sehingga dapat diguna- ngan afinitas lebih besar daripada ikatannya dengan
kan untuk evaluasi terapi.(2,10) DHEA, androstenedion dan estriol. SHBG adalah gliko-
protein plasma dan diproduksi oleh sel hati kemudian
Ejijesptuftuptufspo!)EIU* masuk ke sirkulasi darah. Kadar SHBG jauh lebih tinggi
DHT berasal dari androstenedion dan testosteron pada anak-anak daripada orang dewasa. Pada puber-
(gambar 1). Pengukuran kadar DHT serum adalah tas kadar SHBG menurun baik pada laki-laki maupun
baku emas. DHT sangat sedikit diekskresi dalam urin wanita. Pada anak laki-laki penurunan SHBG disebab-
sehingga urin 24 jam tidak bisa digunakan sebagai in- kan meningkatnya produksi testosteron.(5)
dikator produksi DHT.(5)
QFNFSJLTBBO!MBCPSBUPSJVN
Metabolit utama DHT adalah androstanediol yang Pada evaluasi status hormon harus diperhatikan faktor-
dapat diukur dalam serum dan urin sebagai andro- faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
stanediol glukuronida yang menggambarkan hasil Beberapa hormon dalam tubuh menunjukkan peruba-
metabolisme DHT. Pada wanita dengan kelebihan hor- han siklik sepanjang hari, misalnya Growth Hormone,
mon androgen, sering dijumpai kadar testosteron dan kortisol. Oleh karena itu waktu pengambilan sampel
DHT normal tetapi ternyata kadar androstanediol glu- darah perlu dicatat dengan tepat. Pada wanita pola
kuronida dalam serum sangat tinggi.(5) hormon seperti estradiol, LH, FSH dan progesteron
menunjukkan irama siklik (siklus haid). Evaluasi status
Ftusphfo hormon dalam tubuh dapat menggunakan tiga jenis
Estrogen adalah androgen aromatik dan terutama spesimen, yaitu saliva, darah dan urin. Masing-masing
berasal dari gonad walaupun jaringan lemak mampu spesimen memiliki kelebihan dan kekurangan.(5,11)
menghasilkan sedikit estrogen. Kadar estrogen se-
rum merupakan spesimen pilihan. Estrogen terdapat Evaluasi status hormon dengan menggunakan spesi-
dalam 3 jenis yaitu estradiol, estron dan estriol. Estra- men saliva masih belum banyak berkembang. Hal ini
diol adalah hormon yang paling berpotensi di antara disebabkan kadar hormon yang rendah di dalam sa-
ketiga jenis estrogen utama. Estron berada dalam liva yang berkisar antara 1–10% dari kadar hormon
keseimbangan dengan estradiol dan mempunyai afini- dalam darah dan pada pasien-pasien yang sudah tua
tas pengikatan reseptor estrogen kira-kira 1/10 dari kadar hormon dalam saliva lebih rendah lagi, sehing-
estradiol. Peningkatan estradiol berhubungan dengan ga dibutuhkan metode pemeriksaan dengan tingkat
peningkatan estron dan sebaliknya. Estriol adalah sensitivitas yang sangat tinggi. Selain itu, penyakit
hormon yang paling lemah diantara ketiga estrogen, perio-dontal yang sering ditemui pada orang sehat
dengan afinitas pengikatan reseptor estrogen kira- dapat menyebabkan kontaminasi darah pada saliva
kira 1/100 dari estradiol. Beberapa klinikus menggu- sehingga spesimen tersebut tidak representatif lagi.
nakan free estradiol index (FEI) yang merupakan hasil Kadar hormon dalam saliva mencerminkan fraksi be-
penghitungan dengan membagi estradiol / SHBG (Sex bas dari hormon di dalam plasma. Fraksi bebas dalam
Hormone Binding Globulin). Hari 14–23 dari siklus darah, sebagaimana diukur dengan keseimbangan
haid adalah waktu terbaik untuk menilai estriol, estron dialisis, sangat berkorelasi dengan kadar hormon
dan estradiol.(5) dalam saliva. Hal ini disebabkan sebagian hormon
fraksi bebas yang terdapat di sirkulasi darah akan
Qsphftufspo masuk ke dalam saliva. Pengumpulan spesimen saliva
Diproduksi di otak, adrenal, testis, ovarium, dan plasen- umumnya dikumpulkan pada pagi hari sebelum sikat
ta. Fungsi progesteron pada wanita sudah jelas, tetapi gigi, makan atau minum, kecuali melatonin. Sebelum
fungsi pada laki-laki belum jelas. Diduga, progesteron pengumpulan spesimen saliva pasien disuruh berku-
berperan pada kebotakan dan fungsi prostat. Untuk mur-kumur. Hormon dalam saliva stabil pada suhu ru-
pengukuran kadar progesteron dianjurkan menggu- ang selama paling sedikit 3 minggu.(5,11)
nakan serum karena pengukuran pada saliva mem-
beri hasil yang sangat bervariasi. Keuntungan menggunakan spesimen saliva adalah
mudah didapat, bersifat tidak invasif, ekonomis, dapat
Kadar progesteron berfluktuasi selama siklus mens- dilakukan di rumah sehingga praktis untuk evaluasi

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 85


fluktuasi harian hormon. Waktu pengambilan spesi- penuaan biologis dapat dicegah, diperlambat atau
men sangatlah penting untuk hormon yang mempu- dibalikkan tergantung pada hormon yang mengatur
nyai variasi diurnal karena memberikan nilai normal degenerasi dan regenerasi tubuh pada tingkat sel.
yang berbeda untuk waktu pengambilan spesimen Oleh karena itu penting untuk mengukur kadar hor-
yang berbeda.(5,11) mon sebelum melakukan terapi sulih hormon agar
dapat dideteksi apakah sudah terjadi penurunan hor-
Serum dan plasma merupakan spesimen baku emas mon. Terapi sulih hormon hanya untuk mengganti hor-
dalam evaluasi hormon. Metode pemeriksaan bia- mon yang hilang akibat proses penuaan ke kadar nor-
sanya cukup sensitif. Serum dan plasma dapat digu- mal fisiologis. Terapi sulih hormon dapat memberikan
nakan untuk evaluasi Circadian homon, tetapi memiliki manfaat yang mengagumkan sebagai anti aging jika
kekurangan yaitu pasien harus dipungsi vena berkali- diberikan secara bijaksana dengan pengawasan labo-
kali. Sehingga spesimen serum dan plasma paling ratoris secara periodik untuk menjamin kadar hormon
baik digunakan untuk mengukur kadar puncak setelah yang efektif dalam darah.
diserap.(5) Waktu pengambilan spesimen sangat pen-
ting, tergantung dari cara pemberian hormon terse- LFQVTUBLBBO
1. Eulis A.D, Wibowo C. Introduction to Anti Aging Medicine. Cermin
but. Direkomendasikan pada pemberian hormon per Dunia Kedokteran No. 148, 2005; 55-59.
oral spesimen darah diambil 2 jam kemudian dan 4 2. Wibowo S. Andropause: Keluhan, diagnosis dan penanganannya. Buku
kumpulan Makalah The Concepts of Anti Aging, 11–12 Oktober
jam setelah pemberian trans dermal. Hormon yang 2003, hal. 11-35.
diberi melalui suntikan (terutama dalam bentuk depot) 3. Thomson JL, Butterfield GE, Gylfadottir UK. Yesavage J, Markus R, Hintz
sangat bervariasi dalam waktu absorpsi maksimal- RL, Pearman A. Effect of human growth hormone, insulin-like growth
factor-1 and diet and exercise on body composition of obese postmeno-
nya.(11) pausal women. J Clin Endocrinol Metab. 1998; 83: 1447-58.
4. Chapman IR, Bach MA, Cauter EV. Stimulation of the growth hormone
Spesimen urin terutama berguna untuk evaluasi me- (GH)-insulin-like growth factor-1 axis by daily administration of a GH
secretagogue (MK677) in healthy elderly subjects. J Clin Endocrinol
tabolisme hormon. Dibutuhkan urin kumpulan 24 jam. Metab 1996; 81: 4249–58.
Selain itu, spesimen urin 24 jam berguna untuk meme- 5. Jacques B, Laboratory Medicine for the Anti Aging Practitioner. In:
Anti Aging Medical Therapeutics, 1st ed. The American Academy of
riksa hormon yang menunjukkan variasi diurnal karena Anti Aging Medicine; 2003: 317-28.
dapat mengevaluasi produksi hormon selama 24 jam. 6. Hertoghe T. Senescence: Theoretical bases (causes, epidemiology,
Masalah yang dihadapi dengan spesimen urin 24 jam longevity factors); Physiology of aging of the endocrine glands. In: Anti-
Aging Medicine Specialization-International Committee for Education
adalah gangguan fungsi ginjal dan kesulitan pasien me- in Anti-Aging Medicine. Paris, 2003.
ngumpulkan urin 24 jam. Selama pengumpulan urin 24 7. Blackman MR. Age related alterations in sleep quality and neuroendo-
jam, urin disimpan di lemari es (40C).(11) crine function interrelationships and implications. JAMA. 2000 Aug
16; 284(7): 879-81.
8. Marshall JC. Control of pituitary Hormone secretion–Role of pulsati-
Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi lity. In: Besser MG, Thorner MO (eds). Comprehensive Clinical Endocri-
nology. Mosby. 2002: 35-46.
hormon adalah dalam bentuk apa hormon tersebut di- 9. Ruiz-Torrez A, Soares De Melo Kirzner M. Ageing and longevity are
ukur, bisa dalam bentuk bebas atau terikat dengan pro- related to Growth Hormone / Insulin-like Growth Factor-1 secretion.
tein.(5,11) Pemeriksaan hormon dapat dilakukan dengan Gerontology 2002; 48(6):401-7.
10. Kula K. Wranicz K, Strzolanda M, Bolinska-Soltysiak H. Sex hormone
metode radioimmunoassay, Enzyme Linked Immunoas- and lutenizing hormone (LH) in a double sample venous blood lipid
say (ELISA) dan immunochemiluminescence.(5) profile in men with coronary artery disease (CAD). The Aging Male
1998; 1(suppl 1): 044.
11. Buletin khusus ABC, edisi I / 2003.
LFTJNQVMBO 12. Lunenfeld B Preface. The Aging Male 2001; 4: 201–202 (Abstracts
Penuaan biologis merupakan gejala penurunan hor- of the 3rd World Congress on the Aging Male, Berlin, Germany Feb-
ruary 7-10, 2002).
mon, dan karena penurunan hormon dapat dihindari,

86 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


Hasil Penelitian

Efektifitas Penggunaan Meal Replacement


Pada Pengaturan Diet Pasien Obesitas
Dalam Memperbaiki Komposisi Tubuh
Dan Faktor Risiko Sindroma Metabolik
Johf!Qfsnbeij-!!Tbnvfm!Pfupsp-!!Gjbtuvuj!Xjukbltpop
Efqbsufnfo!Jmnv!Hj{j!Lmjojl-!!Gblvmubt!Lfeplufsbo!Vojwfstjubt!Joepoftjb-!!Kblbsub!Joepoftjb
BCTUSBL
Mbubs!cfmblboh : Obesitas saat ini merupakan masalah yang sangat serius dan timbul sebagai suatu ancaman
kesehatan di seluruh belahan dunia. Penanganan obesitas sangat penting untuk mencegah terjadinya gangguan
metabolik kronik akibat kegemukan. Pemberian terapi diet pada obesitas bertujuan untuk mengurangi asupan
energi dan meningkatkan pengeluaran sehingga tercapai berat badan yang ideal.
Uvkvbo : Untuk mengetahui apakah penggunaan meal replacement dalam program penurunan berat badan akan
memberikan hasil yang lebih baik dalam memperbaiki komposisi tubuh dan faktor risiko sindroma metabolik
dibandingkan dengan makanan biasa rendah kalori.
Eftbjo : Penelitian randomized controlled trial, pre-post test controlled group design dilakukan untuk mendapat-
kan data mengenai pengaruh pemberian meal replacement (pengganti makan) yang diberikan pada kelompok
subyek obesitas terhadap komposisi tubuh, profil lipid, gula darah dan kadar antioksidan dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang memperoleh diet makanan biasa dengan kalori terkontrol.
Ibtjm!ebo!qfncbibtbo : Setelah masa intervensi selama delapan minggu, terjadi perubahan yang berbeda an-
tara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Lingkar perut menurun 5,4±5,0 cm pada kontrol (n=12) dan
menurun 5,8±6,1 cm pada kelompok perlakuan (n=11). Tekanan sistolik naik 2,5±18,6 mmHg pada kontrol dan
turun 3,1±7,0 mmHg pada kelompok perlakuan. Tekanan diastolik turun 0,8±7,9 mmHg pada kontrol dan turun
2,5±5,3 mmHg pada kelompok perlakuan. Gula darah puasa turun 25,2±19,8 mg/dL pada kontrol dan turun
21,3±10,4 mg/dL pada kelompok perlakuan. Kadar trigliserida turun 37,6±64,1 mg/dL pada kontrol dan turun
60,2±70,0 mg/dL pada kelompok perlakuan. Kadar kolesterol HDL turun 1,4±7,1 mg/dL pada kontrol, sedang-
kan pada kelompok perlakuan naik 1,2±7,0 mg/dL.
Tjnqvmbo : Aktivitas paling banyak dan total asupan paling sedikit terjadi pada kelompok kontrol sehingga penu-
runan massa lemak dan masa otot terjadi paling besar. Namun pada kelompok perlakuan, meskipun jumlah asu-
pan kalori lebih banyak dan aktivitas lebih sedikit, tetap terjadi penurunan massa lemak tubuh dan bahkan terjadi
peningkatan massa otot. Dalam hal faktor risiko sindroma metabolik, terjadi perubahan yang lebih baik pada
kelompok perlakuan dibanding kontrol.

Kata kunci: Meal replacement, obesitas, pengaturan diet, sindroma metabolik.

MBUBS!CFMBLBOH
Penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan, 4,2% (tahun 1982) menjadi 10,9% (tahun 1993).2
atau yang lazim disebut dengan obesitas atau kegemu-
kan, saat ini merupakan masalah yang sangat serius Usaha untuk menurunkan berat badan sebesar 5-
dan timbul sebagai suatu ancaman kesehatan di selu- 10% dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya
ruh belahan dunia. Penimbunan ini disebabkan karena gangguan metabolik kronik akibat kegemukan, antara
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan jum- lain berupa penurunan tekanan darah, perbaikan profil
lah energi yang dikeluarkan.1 Di Indonesia meskipun lemak darah, perbaikan toleransi glukosa dan kecen-
prevalensinya masih relatif rendah, yaitu 2,5% pada derungan perbaikan trombosis.2 Pemberian terapi
pria dan 5,9% pada wanita, namun sudah mulai menun- diet pada obesitas bertujuan untuk mengurangi asu-
jukkan tanda-tanda untuk menjadi masalah kesehatan pan energi dan meningkatkan pengeluaran sehingga
masyarakat. Hal ini mengacu pada hasil penelitian di tercapai berat badan yang ideal.
Jakarta yang menunjukkan peningkatan prevalensi obe-
sitas pada wanita di tahun 1982 sebesar 17,1% men- Anjuran diet bagi penderita obesitas adalah diet den-
jadi 24,1% di tahun 1992-1993, sedangkan pada pria gan komposisi lemak yang lebih rendah yaitu <30%

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 87


dari total kalori, karbohidrat >55% dari total kalori, BFA), asupan gizi (food recall, food frequency question-
pemberian protein yang cukup antara 10-15% dari naire/FFQ), pemeriksaan profil lipid dan gula darah,
total kalori, serat 25-30 gr/hari dan konsumsi alkohol kuesioner pola hidup dan kuesioner aktivitas fisik pada
yang rendah. Pada orang yang mengalami obesitas, hari pertama minggu pertama, dilanjutkan perlakuan
dianjurkan untuk dapat mengurangi asupan makannya selama 4 minggu. Pada hari pertama minggu keem-
sebanyak 200-300 kkal/hari, dengan standar diet pat dilakukan pemeriksaan antropometri, kuesioner
sekitar 1000-1200 kkal/hari.3 pola hidup, asupan gizi (food recall 2x24 jam), kemu-
dian perlakuan yang sama dilanjutkan kembali pada
Pengaturan diet akan berhasil dengan baik jika pola masing-masing kelompok sampai minggu ke delapan.
makan dapat dipertahankan dan dapat dilaksanakan Pada akhir penelitian dilakuan pengisian kuesioner
dalam jangka panjang. Penggunaan pengganti makan data pola hidup, pemeriksaan antropometri (BB, TB,
(meal replacement/MR) yang memiliki jumlah kalori Lingkar Pinggang, dan BFA), asupan gizi (food recall,
dan komposisi yang pasti sebagai pengganti makan kini FFQ), pemeriksaan profil lipid dan gula darah, kuesio-
banyak ditawarkan sebagai alternatif pola pengaturan ner pola hidup serta kuesioner aktivitas fisik.
diet agar dapat dilakukan dalam jangka panjang dan
dapat dipertahankan. Oleh karena itu, penelitian ini Perlakuan dibedakan pada kedua kelompok, yaitu ke-
dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah peng- lompok kontrol (kelompok A; n=12) mendapat pro-
gunaan meal replacement dalam program penurunan gram diet makanan biasa dengan kalori terkontrol
berat badan akan memberikan hasil yang lebih efisien 1200-1500 kkal, dengan 3 kali makan tanpa kuda-
dibandingkan dengan makanan biasa rendah kalori. pan. Sedangkan kelompok yang mendapat MR diet
(kelompok B; n=11) diberikan dalam bentuk kombinasi
EFTBJO!QFOFMJUJBO makanan biasa dan meal replacement 1200-1500
Penelitian randomized controlled trial, pre-post test kkal, terdiri dari 3 kali makan tanpa kudapan dengan
controlled group design dilakukan untuk mendapatkan aturan makan pagi (300 kkal) berupa MR 200 kkal
data mengenai pengaruh pemberian meal replacement + apel/pir/jambu/jeruk 100 kkal (pilih salah satu);
(pengganti makan) yang diberikan pada kelompok sub- makan siang (500 kkal) berupa makan besar low fat;
yek obesitas terhadap komposisi tubuh, profil lipid, gula dan makan malam (400 kkal) berupa MR 200 kkal +
darah. Penelitian ini dilakukan di Surabaya dan tempat sayur 100 kkal + buah 100 kkal.
pengambilan data dilakukan di PT. Unilever Indonesia-
Surabaya mulai pada bulan Juli-September 2006. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan pro-
gram SPSS version 12.00, sedangkan analisis data dilaku-
Penelitian ini dilakukan pada 23 subyek obesitas yang kan dengan menggunakan uji statistik parametrik Annova
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang dan interpretasi data dan hubungan antara variabel-varia-
mendapat MR dan kelompok kontrol. Kriteria inklusi bel yang telah ditentukan disimpulkan secara deskriptif.
adalah karyawan atau istri karyawan berusia 35-55 ta-
hun dengan obesitas (indeks massa tubuh/IMT >27) di Masing-masing subyek penelitian telah menandatan-
PT. Unilever Indonesia-Surabaya tahun 2006 dan tidak gani informed consent dan telah diberi penjelasan
ada riwayat penyakit metabolik, yaitu gagal ginjal kronik, mengenai tujuan dan cara penelitian serta diberi jami-
gangguan fungsi hati, diabetes mellitus dan sindroma nan kerahasiaan terhadap data yang diperoleh.
nefrotik. Kriteria eksklusi adalah subyek-subyek yang ti-
dak bersedia berpartisipasi dalam penelitian, mengkon- IBTJM!EBO!QFNCBIBTBO
sumsi obat yang mempengaruhi profil lipid, obat penu- Secara umum, tidak ada perbedaan bermakna
run berat badan, obat penambah hormon, obat diuretik, (p>0,05) pada karakteristik subyek penelitian, seperti
subyek adalah vegetarian dan pada subyek wanita yang yang terlihat pada tabel 1 dibawah ini.
berencana hamil, sedang hamil atau sedang menyusui.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode con- Rerata skor pola aktivitas subyek sebelum perlakuan
venience sampling, yaitu bergantung pada jumlah sub- adalah antara 5,9 – 6,8 dengan skor terendah sebe-
yek yang dilibatkan dalam penelitian ini. sar 4,5 dan skor tertinggi 7,7. Skor <6,2 dikategorikan
sebagai aktivitas rendah dan skor >7,1 dikategorikan
Masing-masing subyek menjalani program penelitian sebagai aktivitas tinggi.
selama 8 minggu, dengan rincian: dilakukan wawan-
cara data demografi, kuesioner data pola hidup, Perubahan komposisi tubuh seseorang, baik pria mau-
pemeriksaan antropometri (berat badan/BB, tinggi pun wanita, dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fak-
badan/ TB, lingkar pinggang, dan body fat analysis/ tor usia, penurunan aktivitas atau kondisi menopause

88 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


dan penggunaan estrogen pada wanita, sedangkan Ubcfm!4/!Sfsbub!btvqbo!{bu!hj{j!nblsp!tvczfl!qfofmjujbo!qsb!qfofmjujbo/
tingkat aktivitas fisik dapat mempengaruhi status Kfojt Sfsbub!btvqbo Sfsbub!btvqbo Sfsbub!btvqbo
massa bebas lemak seseorang.4 Dengan tidak adanya nblspovusjfo ibsjbo!)h* ufsfoebi!)h* ufsujohhj!)h*
Karbohidrat 137 - 167 89 238
perbedaan karakteristik usia dan pola aktivitas subyek Lemak 15 - 32 4 78
pada awal penelitian, maka dapat dikatakan komposisi Protein 35 - 40 19 60
tubuh subyek penelitian menjadi homogen.
Bila dilihat dari laporan asupan dalam penelitian ini,
Ubcfm!2/!Tfcbsbo!vnvn!lbsblufsjtujl!tvczfl!qfofmjujbo!qsb!qfofmjujbo/ tampak konsumsi rata-rata total asupan harian sub-
Lbsblufsjtujl!Efnphsbgjl Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C yek penelitian sangat rendah, padahal orang dewasa
Jumlah subjek 12 11
Usia (tahun)*# 47,6 + 4,5 44,4 + 7,1
yang mengkonsumsi rata-rata kalori 800-1200 kkal/
Jenis kelamin: hari tidak akan mengalami berat badan lebih. Hal ini
- Laki-laki 9 9 membuktikan adanya kesulitan dalam estimasi asu-
- Perempuan 3 2
Skor pola aktivitas fisik*# 5,9 + 1,4 6,8 + 0,9 pan kalori pada suatu penelitian obesitas akan ber-
Tingkat aktivitas fisik: n (%) pengaruh pada analisis diet makronutrien subyek
- Rendah 8 (66,7%) 2 (18,2%) penelitian.5 Pada penelitian ini cenderung terdapat flat
- Cukup 2 (16,7%) 6 (54,5%)
- Tinggi 2 (16,7%) 3 (27,3%) slope syndrome, yaitu subyek menyebutkan lebih ban-
yak makanan yang sedikit dikonsumsi dan lebih sedikit
*Mean ± standar deviasi (sd)
# Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05) makanan yang banyak dikonsumsi,6 atau memang
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa mereka tidak mengetahui jenis makanan tinggi kalori
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal sehingga kemungkinan total asupan hariannya jauh
replacement lebih tinggi dibandingkan yang dilaporkan.

Secara umum, tidak ada perbedaan bermakna Rerata IMT subyek adalah 31 kg/m2, dengan IMT ter-
(p>0,05) pada asupan zat gizi makro, ukuran antro- endah adalah 28,7 kg/m2 dan tertinggi adalah 35,7
pometrik dan hasil pengukuran BFA antar kelompok kg/m2. Berdasarkan hasil pengukuran antropometrik,
perlakuan sebelum penelitian, seperti terlihat pada ta- maka menurut kriteria Asia Pasifik (tahun 2000), IMT
bel 2 di bawah ini. subyek penelitian tergolong dalam Obesitas I dan II.
Menurut Kriteria Sindroma Metabolik menurut Asia Pa-
Ubcfm!3/!Tfcbsbo!lbsblufsjtujl!tubuvt!hj{j!tvczfl!cfsebtbslbo!btvqbo!{bu! sifik (tahun 2000), seorang subyek tergolong memiliki
hj{j!nblsp-!!vlvsbo!bouspqpnfusj!ebo!cpez!gbu!bobmztjt!)CGB*!qsb!qfofmjujbo/
risiko sindroma metabolik bila memiliki kriteria lingkar
Lbsblufsjtujl!tubuvt!hj{j Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C
Jumlah subjek 12 11
pinggang untuk pria >90 cm dan wanita >80 cm. Pene-
Asupan zat gizi makanan:*# litian ini tidak dibedakan menurut gender, namun bila
- Kalori (kkal) 1237,1 + 250,7 873,3 + 164,1 melihat rata-rata lingkar pinggang, tampaknya subyek
- Karbohidrat (g) 167,2 + 40,3 148,9 + 28,2
- Lemak (g) 32,2 + 19,7 15,3 + 7,9 penelitian berisiko menderita komorbiditas penyakit pe-
- Protein (g) 39,8 + 7,7 35,0 + 8,5 nyerta sindroma metabolik dan abdominal obesity .
Ukuran antropometik:*#
- Tinggi badan (cm) 162,8 + 5,7 160,7 + 7,3
- Berat badan (kg) 82,7 + 8,3 80,7 + 7,2 Dari hasil analisis BFA subyek penelitian sebelum
- Indeks massa tubuh (kg/m2) 31,2 + 2,5 31,2 + 4,5 perlakuan diperoleh rerata massa lemak tubuh total
- Lingkar perut (cm) 99,7 + 9,3 99,0 + 6,6
Hasik BFA:*#
adalah 34, rerata massa bebas lemak adalah antara
- Massa lemak tubuh 34,9 + 5,1 34,0 + 4,8 27-28, dan rerata massa otot berkisar antara 51-53.
- Massa bebas lemak 28,8 + 5,1 27,8 + 6,9 Pada kasus over weight dan obesitas, terjadi kompo-
- Massa otot 53,8 + 7,0 51,0 + 5,3
sisi tubuh yang tidak seimbang dimana massa lemak
*Mean ± standar deviasi (sd) tubuh berlebihan. Katch & McArdle menyebutkan
#Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05)
massa lemak tubuh normal pada pria dewasa 19.9%
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa
dan wanita dewasa 25.2%,7 sedangkan pada peneli-
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal
tian ini didapatkan massa lemak tubuh subyek >30%.
replacement
Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
Rerata asupan zat gizi makro (kalori, karbohidrat,
didapatkan perbedaan bermakna (p>0,05) antara
lemak dan protein) subyek penelitian pra perlakuan
tekanan sistolik, tekanan diastolik, profil lipid dan gula
adalah 900–1200 kkal/hari dengan asupan minimal
darah puasa subyek pra perlakuan seperti terlihat di
709 kkal dan maksimal 1487 kkal, dengan rincian
tabel 4 berikut.
asupan makronutrien dalam tabel 3 berikut.
Rerata kadar kolesterol total subyek penelitian sebe-

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 89


lum perlakuan adalah antara 224-230 mg/dL, rerata menurut gender, namun tampaknya subyek penelitian
kadar kolesterol-LDL subyek penelitian adalah antara berisiko menderita komorbiditas penyakit penyerta
123-128 mg/dL, sedangkan rerata kadar koleste- sindroma metabolik dan abdominal obesity .
rol-HDL-nya adalah antara 46-50 mg/dL, dan rerata
kadar trigliserida darah subyek adalah antara 144,3- Pasca perlakuan, secara umum terjadi perbedaan ber-
197,4 mg/dL. Rerata kadar gula darah subyek adalah makna pada perubahan asupan zat gizi makro (p<0,05)
antara 126-132 mg/dL. dan perubahan kadar kolesterol-LDL (p=0,039) subyek
antar kelompok. Selain itu terjadi perubahan beberapa pa-
Ubcfm! 5/! Tfcbsbo! tvczfl! qfofmjujbo! cfsebtbslbo! ibtjm! qfnfsjltbbo!
rameter antropometri pra dan pasca penelitian (tabel 5)
uflbobo!ebsbi!qspgjm!mj qje-!ebo!hvmb!ebsbi!qvbtb!qsb!qfofmjujbo/
yang tidak berbeda bermakna antar kelompok (p>0,05),
Lbsblufsjtujl!tvckfl Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C antara lain terjadinya penurunan BB pada kedua kelom-
Jumlah subjek 12 11
Tekanan darak sistolik*# 121,7 + 13,5 117,7 + 6,8 pok penelitian sekitar 5 kg selama 8 minggu atau rata-rata
Tekanan darah diastolik*# 81,7 + 8,3 79,1 + 8,0 0,5 kg/minggu. Demikian juga terjadi penurunan lingkar
Lipid darah:*#
- Kolesterol total (mg/dL) 230,7 + 55,4 224,1 + 34,1
pinggang. Penurunan BB terjadi karena penurunan jumlah
- Kolesterol-LDL (mg/dL) 128,3 + 39,0 123,4 + 22,5 asupan kalori dan juga peningkatan aktifitas fisik.
- Kolesterol-HDL (mg/dL) 50,0 + 7,4 46,5 + 7,5
- Trigliserida (mg/dL) 144,3 + 77,2 197,4 + 118,2 Ubcfm!6/!Qfohbsvi!joufswfotj!hj{j!zboh!cfscfeb!tfmbnb!efmbqbo!njohhv!
Gula darah 2 jam post propandial (mg/dL)*# 126,1 + 22,1 132,7 + 45,1 ufsibebq!cfcfsbqb!qbsbnfufs!bouspqpnfusj/
Qbsbnfufs Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C
*Mean ± standar deviasi (sd)
Jumlah subjek 12 11
#Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05) Perubahan BB*# -5,6 + 2,2 -5,1 + 3,8
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa Perubahan IMT (kg/m2)*# -2,1 + 0,8 -2,1 + 1,6
Perubahan lingkar perut (cm)*# -5,4 + 5,0 -5,8 + 6,1
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal
replacement *Uji statistik ANOVA
#Uji statistik Kruskal-Wallis
Berdasarkan kriteria sindroma metabolik menurut ¤ Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05)
NCEP-ATP III,8 sindroma metabolik ditegakkan bila Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa
ditemukan tiga dari lima faktor risiko sebagai berikut: Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal
• Lingkar pinggang : Pria >102 cm dan wanita >88 replacement
cm
• Gula darah puasa: > 110 mg/dL Penelitian ini membuktikan bahwa diet biasa dalam
• Tekanan darah: >130/85 mmHg waktu singkat ternyata dapat berefek baik terhadap
• Trigliserida: >150 mg/dL penurunan BB, sedangkan diet dengan menggunakan
• HDL-C: Pria <40 mg/dL dan wanita <50 mg/dL meal replacement dalam waktu singkat juga dapat
Selain itu, The International Diabetes Federation Con- menurunkan BB namun lebih sedikit efeknya diban-
sensus9 menambahkan adanya pengaruh etnik pada dingkan dengan kelompok kontrol. Mungkin pengaruh
lingkar pinggang yang dijadikan kriteria sindroma me- tersebut baru akan terlihat lebih jelas bila dilakukan
tabolik. Untuk orang Indonesia yang tergolong kelom- penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama. Diet ke-
pok etnik Asia Selatan, parameter lingkar pinggang un- tat yang cukup lama membutuhkan motivasi yang tinggi
tuk sindroma metabolik adalah bagi pria >90 cm dan dan kemauan yang keras. Kebanyakan penderita obesi-
wanita >80 cm. tas cenderung bosan setelah beberapa waktu berdiet.
Pada saat tersebut, mungkin diperlukan suplementasi
Pada penelitian ini didapatkan hasil penelitian sebagai seperti meal replacement yang akan memudahkan sub-
berikut: yek untuk berdiet dan menentukan menu sehari-hari.
• Tekanan darah subyek penelitian rata-rata berada
dalam batas normal. Penelitian dengan menggunakan meal replacement
• Rata-rata profil lipid subyek penelitian : dalam jangka waktu satu tahun,12 dua tahun,13 em-
v Trigliserida berada di atas normal pat tahun,14 dan lima tahun15 membuktikan bahwa
v HDL dalam batas normal penggunaan meal replacement jangka panjang adalah
• Lingkar pinggang berada di atas batas normal aman dan dapat mempertahankan target BB yang di-
Dikatakan bahwa parameter lingkar pinggang dan ka- harapkan dalam jangka waktu lama. Selain itu, meal
dar trigliserida 67,5-80% sudah dapat menunjukkan replacement efektif digunakan pada subyek dewasa,
adanya sindroma metabolik.10, 11 selain untuk menurunkan BB juga dalam mengatasi
risiko sindroma metabolik.16
Jadi walaupun hasil penelitian ini tidak dibedakan

90 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


Ubcfm!7/!Qfsvcbibo!uflbobo!ebsbi!qbtdb!qfofmjujbo/! terdapat hubungan berbanding terbalik antara abdomi-
Qbsbnfufs Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C nal obesity dengan asupan protein. Dengan mengganti
Perubahan tekanan sistolik*# 2,5 + 18,6 -3,1 + 7,0
Perubahan tekanan diastolik*# -0,8 + 7,9 -2,5 + 5,3
sebagian dari asupan karbohidrat dengan protein,
dapat menurunkan abdominal obesity pada populasi
*Uji statistik ANOVA
#Uji statistik Kruskal-Wallis tersebut.18 Faktor usia sangat mempengaruhi pemben-
¤ Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05) tukan otot. Pada orang lanjut usia, kecepatan sintesis
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa protein otot basal umumnya menurun, sedangkan de-
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal gradasi protein otot cenderung meningkat. Di lain pihak,
replacement keadaan ini diperburuk dengan rendahnya efek stimu-
lasi asupan protein pada sintesis protein otot. Hal ini
Tekanan darah akan membaik dengan penurunan BB. mungkin disebabkan karena menurunnya kemampuan
Hasil pasca penelitian (tabel 6) memperlihatkan teka- anabolik pada orang lanjut usia. Pada orang berusia
nan darah rata-rata mengalami penurunan yang tidak muda, kondisi ini tidak ditemui dikarenakan kemampuan
berbeda bermakna antara kedua kelompok penelitian anabolik yang masih baik. Selain itu, aktivitas fisik juga
(p>0,05), walaupun ada beberapa subyek yang me- dapat secara efektif merangsang pembentukan otot.
ngalami peningkatan meski peningkatan tersebut ma- Oleh karena itu, kombinasi antara asupan protein yang
sih dalam batas normal. adekuat dan aktivitas fisik yang memadai akan merang-
sang pembentukan otot yang optimal.19
Ubcfm!8/!Qfsvcbibo!btvqbo!lbmpsj!ebo!nblspovusjfo!qbtdb!qfofmjujbo/
Qbsbnfufs Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C q Ubcfm!9/!Qfsvcbibo!lpnqptjtj!uvcvi-!btvqbo!qspufjo!ebo!blujwjubt!gjtjl!
Perubahan asupan kalori# -130,9 + 246,2 156,1 + 283,6 p=0,000 qbtdb!qfofmjujbo.
Perubahan asupan karbohidrat# -18,4 + 34,3 -6,4 + 26,8 p=0,000 Qbsbnfufs Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C q
Perubahan asupan lemak# -5,3 + 12,7 13,7 + 14,4 p=0,000 Perubahan massa lemak tubuh total# -2,9 + 2,1 -3,8 + 4,3 p>0,05
Perubahan asupan protein# -2,4 + 10,9 9,6 + 15,6 p=0,006 Perubahan massa bebas lemak# -4,3 + 1,9 -4,9 + 6,3 p>0,05
Perubahan massa otot# -1,3 + 1,7 1,1 + 5,1 p>0,05
*Uji statistik ANOVA
Perubahan asupan protein# -2,4 + 10,9 9,6 + 15,6 p=0,06
#Uji statistik Kruskal-Wallis
Perubahan aktifitas fisik# 1,5 + 1,5 0,2 + 1,0 p>0,05
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal *Uji statistik ANOVA

replacement # Uji statistik Kruskal-Wallis


Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa
Pada penelitian ini, tampak terjadi penurunan total Kelompok-B mendapat diet makanan biasa dan meal
asupan, walaupun jumlahnya pada rata-rata kelom- replacement
pok kurang dari 150 kalori, bahkan sebaliknya pada
kelompok B terjadi peningkatan asupan kalori (tabel Untuk perubahan kadar kolesterol-LDL, terjadi perubahan
7). Jumlah penurunan ini memang tampak sedikit bila kadar kolesterol-LDL pada kelompok A yang secara statis-
dibandingkan dengan total asupan awal yang sudah tik berbeda bermakna bila dibandingkan dengan peruba-
rendah, namun bila dilihat penurunan BB sebesar han kadar kolesterol-LDL pada kelompok B (p=0,008).
0.5 kg/minggu, sedikitnya sudah terjadi penurunan Pemeriksaan profil lipid merupakan pemeriksaan yang
asupan sebesar 500 kalori/hari selama satu ming- bersifat krusial karena membutuhkan waktu puasa lebih
gu.17 Kesenjangan ini diduga terjadi karena adanya lama, sementara kepatuhan subyek dalam melakukan
kesulitan subyek penelitian dalam mencatat jenis dan puasa selama 14 jam masih diragukan karena sebagian
jumlah asupan hariannya. Hal inilah yang menyebab- besar subyek harus masuk bekerja pada pagi hari. Koles-
kan terjadinya inkonsistensi pencatatan data asupan terol-LDL kelompok A mengalami penurunan, sedangkan
makanan dalam penelitian ini sehingga sulit untuk di- kolesterol-LDL kelompok B mengalami peningkatan. Hal
berikan penilaian atas data yang ada. ini dapat disebabkan karena total asupan lemak pada
kelompok B lebih tinggi dibandingkan kelompok A. Pada
Perubahan komposisi tubuh dipengaruhi oleh total penelitian ini, semua kelompok penelitian mengalami
asupan, jenis makanan dan peningkatan aktivitas fisik. penurunan kolesterol total. Hal tersebut menggambar-
Terlihat bahwa terjadi penurunan massa lemak tubuh kan adanya penurunan asupan kalori total dibandingkan
pada kedua kelompok sesuai dengan penurunan jumlah asupan kalori sebelum penelitian. Kolesterol-HDL pada
total asupan (tabel 8). Asupan protein pada kelompok kelompok B mengalami peningkatan, walaupun peruba-
perlakuan tampak lebih tinggi dibandingkan kontrol dan han aktifitas fisiknya tidak lebih baik dibandingkan kelom-
ini diikuti dengan peningkatan massa otot yang lebih pok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan
tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol. tersebut dapat disebabkan karena perbaikan pola asu-
Pada suatu penelitian multietnis yang meliputi etnis pan lemak yang didapat dari meal replacement. Terjadi
Asia Selatan, Cina, Aborigin Kanada dan Eropa, terbukti penurunan kadar trigliserida pada kelompok A dan B, di

cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008 91


mana penurunan yang lebih banyak terjadi adalah pada bermakna. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
kelompok B. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya waktu penelitian yang hanya delapan minggu, karena
perbaikan pola asupan lemak dan karbohidrat pada ke- itu diperlukan penelitian jangka panjang untuk mem-
lompok ini. Kedua kelompok mengalami penurunan ka- buktikan apakah penggunaan meal replacement dapat
dar gula darah karena perbaikan pola makan (total kalori, berefek menguntungkan pada penderita obesitas
asupan karbohidrat) dan pola aktivitas fisik (tabel 9). dalam mencegah faktor risiko sindroma metabolik.

Ubcfm!:/!Qfsvcbibo!qspgjm!mfnbl!ebo!hvmb!ebsbi!tvczfl!qfofmjujbo!qbtdb! VDBQBO!UFSJNB!LBTJI
qfofmjujbo/
Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C q
Terima kasih kepada PT Sanghiang Perkasa (Kalbe
Qbsbnfufs
Perubahan kadar kolesterol total#(mg/dL) -18,2 + 51,7 -7,2 + 32,9 p>0,05 Nutritionals) atas kesediaannya memberikan formu-
Perubahan kadar kolesterol-LDL# (mg/dL) -20,3 + 41,1 13,0 + 16,4 p=0,008 la meal replacement (Entrasol Diet Nutrition) untuk
Perubahan kadar kolesterol-HDL# (mg/dL) -1,4 + 7,1 1,2 + 7,0 p>0,05
Perubahan kadar trigliserida# (mg/dL) -37,6 + 64,1 -60,2 + 70,0 p>0,05
membantu pelaksanaan penelitian ini.
Perubahan kadar gula darah puasa# (mg/dL) -25,5 + 19,8 -21,3 + 10,4 p>0,05
EBGUBS!QVTUBLB
*Uji statistik ANOVA 1. Bray GA. Handbook of Obesity. Clinical Applications. 2nd ed.
#Uji statistik Kruskal-Wallis 2. Waspadji S. Diabetes Mellitus, Penyakit Kronik dan Pencegahannya.
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Editor: Soegondo
S, Subekti I. Edisi 4, 2004, hal169-179.
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal 3. Wallace JP. Obesity. In: ACSM’s Exercise Management for Persons with
replacement Chronic Diseases and Disabilities. Human Kinetics, 1997, p 106-111.
4. Guo SS, Zeller C, Chumlea WC, Sievobel RM. Aging, body composition and life-
style the Fels longitudinal study. 1999. Am J. Clin Nutr. Vol 70, no 3, 405-411.
Terjadi perbaikan faktor risiko sindroma metabolik 5. Voss S, Kroke A, Grobusch KK, Boeing H. Is macronutrient composition
setelah penelitian pada kedua kelompok. Pada ke- of dietary intake data underreporting? Results from the EPIC-Potsdam
lompok perlakuan terdapat perubahan lingkar perut, study, EJCN 1998, vol 52, no 2, p 119-126).
6. Gibson RS. Nutritional assessment methods. Dalam: Principle of Nutrition
tekanan darah, kadar trigliserida dan kolesterol-HDL Assessment. 2nd ed. Oxford University Press, New York, 2005, hal 5-7.
yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, walau- 7. Katch FI, Mc Ardle WD. In: Introduction to Nutrition, Exercise, and
Health, Evaluation and Management of Obesity, Lea and Febiger, Phila-
pun perubahan ini tidak berbeda bermakna (p>0,05). delphia, 1993, p 254.
8. Johnson JS, Johnson BD, Allison T, Bailey KR, Schwarz GL, Turner ST. Cor-
Ubcfm!21/!Qfohbsvi!joufswfotj!hj{j!zboh!cfscfeb!tfmbnb!efmbqbo!njoh. respondence between the Adult Treatment Panel III Criteria for Metabolic
hv!ufsibebq!cfscbhbj!gblups!tjoespnb!nfubcpmjl!)TN*/ Syndrome and Insulin Resistance, 2006, Diabetes Care 29, p 668-672.
9. The International Diabetes Federation consensus definition of the met-
Gblups!Sftjlp!TN Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C
abolic syndrome. Embargo: Thurs, 14th April 2005.
Jumlah subjek 12 11
10. Depres J, Pascot A, Lemeiux A, Lemeiux S, Lamrche B, Couilard C,
Perubahan lingkar perut (cm)*¤ -5,4 + 5,0 -5,8 + 6,1
Bergeron J. Obesity Management: A priority in the primary and sec-
Perubahan tekanan sistolik*¤ (mmHg) 2,5 + 18,6 -3,1 + 7,0
ondary prevention of cardiovascular disease. In Progress in Obesity
Perubahan tekanan diastolik*¤ (mmHg) -0,8 + 7,9 -2,5 + 5,3
Reseach: 9. Madeiros-Neto G, Halpern A, Bouchard C, John Libbey
Perubahan kadar gula darah puasa*¤ (mg/dL) -25,2 + 19,8 -21,3 + 10,4
Eurotext Ltd. 2003, p 29-35.
Perubahan kadar trigloserida*¤ (mg/dL) -37,6 + 64,1 -60,2 + 70,0
11. Witjaksono F. Association between metabolic sundrom (ATP III) and
Perubahan kadar kolesterol-HDL*¤ (mg/dL) -1,4 + 7,1 1,2 + 7,0
hypertriglyceride mid waist in male employee. 3rd National Obesity
*Uji statistik ANOVA Symposium (NOS III). 2004.
#Uji statistik Kruskal-Wallis 12. Rothacker DQ, Staniszewski BA, Ellis PK. Liquid meal replacement vs traditional
¤Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05) food. Journal of the American Dietetic Association 2001, 101(3):345-347.
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa 13. Ashley JM, St Jeor ST, Perumean-Chaney S, Schrage J, Bovee V
(2001). Meal replacements in weight intervention. Obesity Research
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal 9(Suppl 4) : S312-20.
replacement 14. Flechtner-Mors M, Ditschuneit HH, Johnson TD, Suchard MA, Adler G.
Metabolic and weight loss effects of long-term dietary intervention in
obese patients: four-year results. Obes Res. 2000; 8 : 399-402.
LFTJNQVMBO 15. Rothacker DQ. Five-Year Self Management of Weight Using Meal Re-
Kelompok kontrol adalah kelompok dengan aktivitas placements: Comparison With Matched Controls in Rural Wisconsin.
Nutrition 2000, 16, p 344-348.
paling banyak dan total asupan paling sedikit sehingga 16. Noakes M, Foster PR, Keogh JB, Clifton PM: Meal replacements are as
mengakibatkan penurunan massa lemak dan masa otot effective as structured weight-loss diets for treating obesity in adults with
terjadi paling besar pada kelompok ini. Pada kelompok features of metabolic syndrome. J Nutr 2004, 134(8):1894-1899.
17. Jackson D, Baltes A, Khushner R. Diets, In: Evalutaion and Manage-
perlakuan, jumlah asupan kalori dan protein lebih ban- ment of Obesity, Bessesen DH. and Khushner R. eds, Hanley dan Bel-
yak sedangkan aktivitas fisik lebih sedikit, namun tetap fus. Inc, Phyladelphia, 2002, p 41-46.
terjadi penurunan massa lemak tubuh dan bahkan ter- 18. Merchant AT, Anand SS, Vuksan V, Jacobs R., Davis B, Teo K, Yusuf S.
For the SHARE and SHARE-AP Investigators. Protein intake is inversely
jadi peningkatan massa otot pada kelompok perlakuan. associated with abdominal obesity in a multi-ethnic population. J. Nutr.
Hal ini merupakan kelemahan metode record karena 135: 1196-1201, 2005.
19. Koopman R, Verdijk L, Manders RJF, Gijsen AP, Gorselink M, Pijpers E,
kemungkinan terjadinya flat slope syndrome. Wagenmakers AJM, and van Loon LJC. Co-ingestion of protein and
Terjadi perubahan yang cenderung lebih baik pada ke- leucine stimulates muscle protein synthesis rates to the same extent
lompok perlakuan dibandingkan kontrol dalam hal fak- in young and elderly lean men. Am.J.Clin.Nutr. 2006; 84:623-32.
tor risiko sindroma metabolik, walaupun tidak berbeda

92 cdk 161/vol.35 no.2 Mar-Apr 2008


Berita Terkini

Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2007


dianugerahkan pada para pionir Stem Cell
dari Cardiff Chapel Hill.
University,
Wales tahun Gen-gen ‘silencing’
1981. Evans Awalnya Evans mengerjakan
membuktikan bagaimana menciptakan tikus hidup
bahwa ESC dari sel induk embrionik, Capecchi
tikus bersifat dan Smithies melakukan proses lebih
pluripoten ; lanjut tahun 1986 dengan mempela-
berarti dapat jari bagaimana memodifikasi secara
menjadi berb- genetik sel-sel melalui sebuah proses
agai jaringan yang disebut rekombinasi homolog.
dewasa. Selanjutnya, terbuka kemungkinan
menghasilkan tikus yang dimodifikasi
Lyle Amstrong secara genetik untuk mendapatkan
dari Institute of gen-gen yang tidak bekerja atau gen-
Human Genet- gen baru seluruhnya dari spesies
ics Universitas lain, termasuk manusia.
Newcastle,
Sejak ESC manu- Hal ini mengarah pada
sia ditemukan, ter- pembentukan ribuan tikus
buka kemungkinan ‘buatan’ dengan gen khu-
sus ‘silenced’ untuk me-
sangat besar un- lihat apakah ini berhasil
tuk perbaikan dan pada penyakit tikus. Sejak
pertama dilaporkan tahun
pembaruan organ 1989, lebih dari 10.000
dan jaringan. Tetapi ‘tikus buatan’ dihasilkan,
hasil ini diikuti oleh mencakup kira-kira sete-
ngah gen dalam semua
kontroversi karena genom mamalia.
semua ESC manu-
Evans dan peneliti lain
sia sampai dengan juga telah menggunakan
saat ini diperoleh teknik ini untuk meng-
dengan cara meru- hasilkan tikus yang me-
ngidap beberapa penyakit
sak embrio manu- manusia, termasuk pe-
sia, suatu prosedur nyakit paru bawaan sistik
fibrosis. Tikus yang telah
yang ditentang oleh dimodifikasi oleh Smithies
penganut pro ke- mempunyai tekanan da-
hidupan. rah tinggi dan penyakit ar-
Tyne, Inggris mengatakan bahwa teri yang ekivalen dengan manusia.
Hadiah Nobel bidang Fisiologi atau Martin Evans adalah salah satu pio- Teknologi tikus ‘buatan’ sekarang
Kedokteran 2007 diberikan kepada ner yang pertama kali menghasilkan dikembangkan untuk menunjukkan
2 orang Amerika yang memelopori ESC dari tikus tahun 1981. adanya mutasi yang dapat diaktifkan
upaya membuat gen khusus pada ti- pada waktu tertentu atau sel-sel/or-
kus, memperbaiki fungsi mereka dan Evans mendapatkan bagian hadiah gan tertentu, dalam embrio maupun
dampaknya pada penyakit. sebesar $1,54 juta bersama de- dalam hewan dewasa.
ngan Mario Capecchi, kelahiran Italia,
Penghargaan tersebut untuk pene- peneliti dari Howard Hughes Medical Sumber : www.newscientist.com

muan sel induk embrionik (embryonic di University of Utah, Salt Lake City
stem cell, ESC) oleh Martin Evans dan Oliver Smithies, kelahiran Ing-
gris, dari University of North Carolina,

cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008 93


Berita Terkini

Aspirin Dosis Rendah Plus Statin


Menurunkan Risiko Kanker Kolorektal
dibandingkan
monoterapi
keduanya
setelah pa
ling tidak 5
tahun terapi.

Tujuan :
menilai efek
monoterapi
dan kombi-
nasi terapi
statin dan
aspirin dosis
rendah ter-
hadap risiko si hal tersebut di atas, maka hal ini
kanker kol- dapat memberikan implikasi yang be-
Kelompok Pasien Kelompok Kontrol
orektal sar, sebab sebagian besar populasi
Penggunaan NSAIDs
Metoda : studi popu- usia lanjut menggunakan statin dan
rutin (termasuk aspirin
dosis rendah)
23 % 30 % lation- based, case- aspirin dosis rendah untuk mence-
control gah penyakit kardiovaskular.
Penggunaan rutin aspirin
18 % 21 %
Hasil : sebanyak 540
dosis rendah
pa sien dengan kan- Kemampuan aspirin menurunkan
Penggunaan rutin statin 12 % 18 %
ker kolorektal yang risiko kanker kolorektal sepertinya
telah terkonfirmasi adalah efek dari penghambatan en-
secara histologi, dan zim COX-2. Pada mayoritas kanker
Secara umum, kanker ko- seba nyak 614 pasien kontrol. kolorektal, terdapat ekspresi COX-
lorektal merupakan kanker 2 yang tidak ditemukan pada kolon
nomor 3 tersering pada • Terdapat sedikit penurunan risiko yang normal. Hasil suatu studi (di-
kanker kolorektal pada pasien publikasikan di New England Journal
pria maupun wanita. Pada yang rutin menggunakan aspirin of Medicine, Mei 2007) menemukan
tahun 2003, dipublikasikan dosis rendah (adjusted odds ratio/ bahwa aspirin hanya mengurangi in-
OR = 0,77). siden kanker kolorektal yang meng-
dalam the New England • Terdapat penurunan risiko kanker alami overekspresi COX-2.
Journal of Medicine, suatu kolorektal yang lebih besar pada
penelitian yang menemu- pasien yang rutin menggunakan Sumber :
statin (OR = 0,65). 1. Reuters.Low-Dose Aspirin Plus Statins
kan bahwa penggunaan • Penurunan risiko kanker kolorek-
Protects Against Colorectal Cancer.2007.
www.medscape.com
aspirin (325 mg) setiap tal yang paling besar ditemukan 2. American Society of Clinical Oncology.Low-
pada pasien yang rutin mengkon- Dose Aspirin Plus Statins Protects Against
hari dapat secara bermak- sumsi terapi kombinasi aspirin do- Colorectal Cancer.2007.www.asco.org
na menurunkan insiden sis rendah dan statin (OR = 0,63),
3. Science Daily.Aspirin’s Colorectal Cancer
Prevention Mechanism Revelaed.2007.
adenoma kolorektal pada terutama jika kedua obat tersebut www.sciencedaily.com
dikonsumsi selama paling tidak 5 4. Sandler, Robert S, et al.A Randomized
pasien dengan riwayat tahun (OR = 0,38) Trial of Aspirin to Prevent Colorectal Ad-
enomas in Patients with Previous Colorec-
kanker kolorektal. tal Cancer.N Eng J Med.2003.vol 348(19).
Kesimpulan : Efek kemopreventif p883-90
Hasil suatu studi terkini yang dipub- kombinasi aspirin dosis rendah dan
likasikan di the International of Can- statin dapat meningkatkan penurunan
cer, September 2007 menunjukkan risiko kanker kolorektal dibandingkan
bahwa terapi kombinasi aspirin dosis monoterapi kedua obat tersebut.
rendah plus statin lebih baik dalam
menurun kan risiko kanker kolorektal Jika terdapat uji klinis yang bersifat
acak, terkontrol, yang mengkonfirma-

94 cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008


Berita Terkini

Efek donepezil pada pasien yang berhenti


menggunakan memantine
menggunakan Global Impression-Improve-
MMSE (Mini- ment) dan skala Neuropsychi-
Mental State atric Inventory (NPI)
Examination),
yang menggu- Pada minggu ke 12m peng-
nakan meman- amatan didapatkan bahwa
tine monoterapi skor MMSE meningkat secara
dengan dosis 10 bermakna sekitar 1,55 poin
mg/2 kali sehari, dari baseline (p < 0.0001).
terutama dalam
3 bulan sebe- Di akhir perhitungan poin untuk
lumnya. Pada kuesioner juga menunjukkan
baseline (awal kepuasan setelah menggu-
percobaan) nakan donepezil pada sekitar
pasien langsung 60,2% pasien. Untuk skala
di switch untuk CGI terjadi perubahan 44, 4 -
mendapatkan 55,6%.
donepezil 5 mg/
Menyusul penelitian done- hari selama 4 minggu, setelah Tidak ada efek samping yang
pezil terakhir di Kanada itu dinaikkan dosisnya menjadi bermakna pada penggunaan
sekaligus disetujuinya 10 mg.; penelitian dilakukan donepezil, 8,7% pasien ber-
penggunaan donepezil secara open label. Tolok ukur henti akibat efek samping;
pada pasien dengan gang- penilaian menggunakan MMSE keamanan donepezil secara
pada minggu ke 12 ; selain itu konsisten sangat terlihat pada
guan fungsi kognitif berat,
juga dianalisis hasil kuesioner penelitian tersebut.
donepezil diteliti manfaat- yang ditujukan pada pengasuh
nya pada pasien Alzheimer atau pendamping pasien meng Penelitian menunjukkan bahwa
berat yang berhenti meng- enai tingkat kepuasan ; juga donepezil efektif dan aman di-
gunakan obat memantine. diamati skala CGI (the Clinical berikan pada pasien demensia
Penelitian tersebut Alzheimer tipe sedang – berat
yang berhenti menggunakan
sekaligus untuk meli-
monoterapi memantine.
hat efektivitas juga ke-
amanan pada pasien
yang berhenti meng- Referensi:
Effectiveness of open-label donepezil
guna kan memantine treatment in patients with Alzheimer dis-
karena efek buruk ease discontinuing memantine mono-
therapy, Curr Med Res Opin. 2007 Nov
atau efek samping 5.
obat tersebut. Donepezil preserves cognition and global
function in patients with severe Alzheimer
Penelitian adalah terhadap disease. Neurology 2007;69(5):459-69.
pasien Alzheimer sedang
sampai berat yang telah IDS
ditegakkan diagnosisnya

cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008 95


Berita Terkini

Lemak perut dan risiko Diabetes Melitus

Peningkatan kadar Retinol proteinnya


sendiri.
Binding Protein (RBP4)
mengindikasikan pertum- Dalam studi
sebelum-
buhan lemak perut tebal nya, Khan
yang secara kuat dikait- dkk. menun-
kan dengan diabetes tipe jukkan bah-
wa RBP4
2 dan penyakit jantung. menyebab-
kan resis-
Baru-baru ini, tim peneliti yang di- tensi insulin.
pimpin oleh Barbara B. Kahn, MD., Jika beker-
Kepala Divisi Diabetes di Beth Israel ja seperti
Deaconess Medical Center, menun- pada manu-
jukkan bahwa peningkatan kadar sia, hal ini
RBP4 memperkirakan adanya resis- merupakan
tensi insulin. target obat
diabetes
Resistensi insulin adalah tanda awal baru. Yang
risiko diabetes tipe 2 dan peningkat- menarik, se-
an penyakit jantung. Faktor risiko lain buah obat
untuk diabetes dan penyakit jantung kanker yang
adalah lemak perut yang tebal. Para dinamakan
dokter menggunakan istilah visceral hal ini menjelaskan peranan potensi-
fenretinida menurunkan kadar RBP4.
adiposity untuk lemak di sekeliling or- al RBP4 sebagai petanda tidak hanya
Obat ini memperbaiki sensitivitas in-
gan abdomen. Dapatkah lemak perut untuk diabetes tipe 2, tapi juga risiko
sulin pada tikus kegemukan; menun-
menjelaskan kaitan antara RBP4 dan penyakit jantung. Tubuh mengguna-
jukkan perbaikan sensitivitas dan tol-
risiko diabetes/penyakit jantung ? kan RBP4 untuk membawa vitamin A
eransi terhadap kadar gula darah.
di dalam darah. Belum jelas apakah
Untuk menjelaskannya, tim Kahn peranan RBP4 yang baru ditemu- Sumber : Cell Metabolism Juli 2007
bekerjasama dengan Matthias kan ini karena vitamin A atau karena
Bluher, MD. dan koleganya di Univer-
sitas Leipzig, Jerman. Mereka mem-
peroleh sampel lemak perut tebal
dari 196 pasien yang menjalani be-
dah abdomen - 66 orang kurus dan
130 orang kegemukan.

Hasilnya :
· Ada lebih dari 60 kali aktivitas gen
RBP4 di dalam lemak perut pasien
kegemukan dibandingkan dalam le-
mak perut pasien kurus.
· Kadar RBP4 dalam darah 2-3 kali
lebih tinggi pada pasien kegemukan
dibandingkan pasien kurus.
· Tidak tergantung apa-kah pasien
kurus atau kegemukan, kadar RBP4
dalam darah lebih tinggi berarti lemak
perut lebih tebal dan lebih banyak re-
sistensi insulin.

Para peneliti menyimpulkan bahwa

96 cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008


Berita Terkini

Pentoksifilin untuk pemakai EPO yang resisten

Penggunaan pentoksifilin Hb sebelum terapi (mean) : 9,5 + 0,9


g/dl. Setelah terapi dengan Pentoksi-
mulai dikembangkan untuk filin 400 mg, peroral selama 4 bulan
pengobatan gagal ginjal nilai tengah Hb meningkat menjadi
11,7 +1,0 g/dl (p=0,0001). T sel pada
yang mengalami anemia saat awal terapi (baseline) menurun
tetapi sudah resisten den- Grafik 1. Efek Pentoksifilin pada peningkatan
kadar Hb dari 58% + 11% menjadi 31% + 23%
gan penggunaan EPO. (p=0.00007) setelah diterapi.
ngan banyaknya artikel mengenai hal
Di mulai dari hewan coba untuk me- ini, termasuk para ahli penyakit dalam Dari hasil penelitian ini sepertinya Pen-
ngetahui keamanan penggunaan Taiwan. Disebutkan bahwa Pentok- toksifilin dapat dipakai untuk mening-
Pentoksifilin serta efektivitasnya ter- sifilin, yang merupakan penghambat katkan kadar Hb pada pasien yang se-
hadap berbagai kelainan yang terjadi fosfodiesterase non selektif potensial belumnya telah resisten terhadap terapi
pada organ ginjal sampai dengan untuk mencegah terjadinya toksisitas EPO; dari penelitian itu juga terlihat
penelitian pada manusia. akibat proses inflamasi dan akumulasi telah terjadi penghambatan produksi
matriks ekstraselular yang berperan sitokin sebagai penanda terjadinya
Pada penelitian pada hewan coba penting dalam progresifitas kerusakan proses inflamasi, yang ada hubungan-
tikus, digunakan model yang meng- ginjal. Selain itu Pentoksifilin dapat nya dengan efektivitas eritropoetin.
alami gagal ginjal akut akibat kera- mengurangi proteinuria pada pasien
cunan merkuri klorida sebanyak 4 dengan nefropati membran. Penelitian terhadap Pentoksifilin ma-
mg/kg BB yang sengaja disuntikkan sih terus dilakukan di Amerika Serikat,
lewat arteri femoralis. Selain itu juga Dari penelitian pada pasien diabetes sedang dilakukan penelitian sejak ta-
pada tikus yang mengalami keru- Pentoksifilin juga efektif dalam menu- hun 2006 dan menurut rencana akan
sakan ginjal akibat hemoglobinuria runkan proteinuria pada pasien DM ber-akhir pada tahun 2008, tentang
dengan pemberian Gliserol 10 ml/kg yang mendapat terapi ACE Inhibitor pemakaian Pentoksifilin pada pasien
IM. Sebagai bahan evaluasi diteliti serta pada pasien sindrom nefrotik ginjal untuk memperlambat progresi-
GFR (Glomerular filtration rate), yang yang akan menjadi nefritis lupus. fitas kerusakan ginjal.
dibandingkan saat baseline dan saat
diberikan obat, selain itu diukur juga Uji klinik juga pernah dikerjakan di
bersihan kreatinin dan fungsi tubulus London, sengaja meneliti 16 pasien Literatur:
yang dinilai berdasarkan ekskresi gagal ginjal terminal yang tidak res-
elektrolit absolut. ponsif dengan EPO injeksi, pasien Pentoxifylline improves hemoglobin levels in
tersebut mempunyai kadar Hb < 10,7 patients with rhEPO resistant anemia in renal
Insiden mortalitas menurun dengan failure, Journal of the American of Neprhology
g/dl sebelum 6 bulan diterapi, do- 15:1877-82, tahun 2004. http://jasn.asnjour-
penggunaan Pentoksifilin 45 mg/ sis EPO terus ditingkatkan hingga nals.org/cgi/reprint/15/7/1877
kgbb (21.4%) secara dosis tunggal > 12.000 IU/minggu, hasilnya Hb
Effects of pentoxifylline in experimental acute
dibandingkan pada kelompok kon- dapat meningkat sekitar 10,4%. renal failure, Kidney International, Vol. 36
trol yang menunjukkan nilai 71.4% (1989), PP. 466—470
selama 48 jam dilakukan induksi. Dari pasien yang ikut serta : 1 pasien Pentoxifylline and Progression of Chronic Kidney
mendapatkan transfusi darah tiap bu- Disease in Moderate-to-High Risk Patients.
Data awal menunjukkan bahwa peng- lan, 12 dari 16 pasien menjalani he- http://clinicaltrials.gov/ct/show/
gunaan Pentoksifilin jangka pendek modialisa (HD) tiap minggu, 4 pasien NCT00285298?order=3
di awal terjadinya gagal ginjal akut mendapatkan CAPD serta 1 pasien The Renoprotective Potential of Pentoxifylline
dapat memberikan perbaikan teruta- telah melakukan transplantasi. in Chronic Kidney Disease, J Chin Med Assoc
ma terhadap kematian ; mekanisme Ke 16 pasien tersebut kemudian dite- 2005;68(3):99–105, http://www.vghtpe.gov.
tw/~jcma/68/3/99.pdf
perbaikan ini sepertinya akibat efek rapi dengan Pentoksifilin 400 mg oral
vasodilatasi pembuluh darah di ginjal selama 12 minggu, dilakukan peme-
karena prostaglandain yang sama bai- riksaan secara ex vivo terhadap T sel
knya dengan upaya preventif kongesti IDS
dan IFN gamma sebelum terapi dan
vaskularnya. 6 sampai 8 bulan setelah terapi.

Minat para ahli untuk terus meneliti Dari total pasien, 12 pasien ikut serta
penggunaan Pentoksifilin terbukti de- hingga akhir penelitian. Nilai tengah

cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008 97


Berita Terkini

Kadar vitamin B12 rendah berkaitan dengan


peningkatan risiko iskemi serebral
iskemi serebral (106 TIA dan
82 dengan stroke iskemik) dan
pasien-pasien ini dibandingkan
dengan 779 subyek yang be-
bas dari iskemi serebral.

Hubungan terbalik diamati


antara kadar plasma vitamin
B12 dan risiko iskemi sere-
bral. Risiko relatif hampir mi-
rip dalam peningkatan untuk
stroke iskemik dan TIA.

Tim melaporkan bahwa ketika


Menurut para peneliti Jer- efek individual dan kombinasi kombinasi berbagai kadar vita-
man, kadar plasma vi- kadar folat, vitamin B12, piri- min B dianalisis, hanya kombi-
doksal 5-fosfat dalam plasma nasi folat dan vitamin B12 yang
tamin B12 yang rendah,
terhadap risiko stroke iskemik rendah (risiko relatif 2.24) yang
khususnya dalam kombi- dan transient ischemic attack secara bermakna berkaitan
nasi de ngan kadar folat (TIA) dalam suatu studi kohort dengan risiko iskemi serebro-
yang rendah, berkaitan prospektif di Jerman yang meli- vaskular.
dengan peningkatan risiko batkan 25.770 subyek berumur
stroke iskemik atau seran- 35 dan 65 tahun. Dr. Weikert dan koleganya
gan iskemik sementara. menjelaskan bahwa temuan
Selama periode follow up 6 ta- mereka mendukung studi lebih
Dr. Cornelia Weikert hun, ada 188 kasus kejadian lanjut peran vitamin
dari German Insti- B12 dalam pence-
tute of Human Nutri- gahan primer stroke.
tion dan koleganya Namun demikian,
menyatakan bahwa belum jelas apakah
ada subkelompok
beberapa studi pros-
orang tertentu yang
pektif dan intervensi
mendapat manfaat
menunjukkan bahwa dalam suplementasi
peningkatan kadar vitamin B ini.
folat dan vitamin B12
akan menurunkan
kadar homosistein Stroke 2007;
dalam plasma, yang 38:2912-2918
merupakan faktor
risiko untuk infark
miokard dan stroke.

Para peneliti menguji

98 cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008


Berita Terkini

Bagaimana virus Chikungunya menyebar

arbovirus dan dibawa kebanyakan


oleh nyamuk Aedes aegypty. Menjadi
epidemik mulai di Kenya tahun 2004
dan menyebar ke beberapa kepulau-
an di laut Hindia termasuk Comoros,
Maurutius, Seychelles, Madagaskar,
Mayotte dan Reunion. Di kepulauan
kecil Reunion sendiri, lebih dari 1/3
populasi atau 266.000 orang, telah
terinfeksi yang disertai sakit dan
nyeri yang melemahkan. Chikun-
gunya membunuh 260 orang. Tapi,
kerena nyamuk Aedes aegypty tidak
ditemukan di kepulauan Reunion,
para peneliti mencurigai hal lain yang
membawa virus ini. Mengetahui bah-
wa virus yang menyebabkan kepani-
kan ini telah bermutasi, para peneliti
menguji untuk melihat apakah mu-
tasi memberikan virus kemampuan
menginfeksi spesies nyamuk lain.
Mereka mencoba menginfeksi je-
nis nyamuk lain, termasuk
Menurut para nyamuk macan Asia, Aedes
albopictus, yang secara ge-
peneliti, virus yang netik direkayasa strain virus-
dikenal dengan nya dan ditemukan bahwa
nama Chikungu- virus dengan mutasi seder-
hana berkembang pesat di
nya, yang menye- dalam nyamuk tersebut.
babkan nyeri dan
Penelitian ini memberi-
kadang-kadang kan cara pandang baru
gejala-gejala ke- bagaimana suatu perubah-
lumpuhan, me- an genetik sederhana pada
patogen manusia dapat
nyebar di bebe- meningkatkan jangkauan
rapa negara baru inangnya dan tentu saja
distribusi geografiknya.
beberapa tahun Aedes albopictus sangat
terakhir karena banyak dan didistribusi luas
telah ditemukan di daerah kota Eropa dan
PloS Pathogens, 7 Desember 2007, Amerika. Sekarang area ini
jenis nyamuk baru mutasi ini meningkatkan potensi untuk rentan Chikungunya.
sebagai pembawanya. virus Chikungunya secara permanen
Sumber :
memperluas jangkauannya di Eropa PLoS Pathog 3(12): e201 doi:10.1371/journal.
Sebuah mutasi tunggal membuat vi- dan Amerika. Secara khusus menjadi ppat.0030201
rus menginfeksi nyamuk macan Asia, nyata jika suhu rata-rata terus menin- http://pathogens.plosjournals.org/perlserv/
yang menyebarkan dirinya ke banyak gkat seiring pemanasan global. Virus ?request=get-document&doi=10.1371%2Fjou
negara di Eropa dan Amerika Utara. rnal.ppat.0030201
telah menyebabkan kepanikan di In-
Menurut Stephen Higgs dan kole- dia dan Italia tahun ini.
ganya dari University of Texas Medi-
cal Branch dalam laporannya dalam Chikungunya adalah salah satu tipe
the Public Library of Science Journal

cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008 99


Berita Terkini

Kopi dan teh dapat menurunkan risiko kanker ginjal

minum hanya satu cangkir teh setiap


hari mempunyai 15% risiko lebih ren-
dah kanker ginjal dibandingkan yang
bukan peminum teh.

Menurut Dr. Jung Eun Lee, pimpinan


para peneliti, walaupun studi tidak
menunjukkan kopi atau teh secara
langsung menurunkan kanker ginjal,
ada bebera pa alasan mengapa minu-
man ini bermanfaat. Contohnya, kopi
dan teh dapat meningkatkan sensitivi-
tas tubuh terhadap hormon pengatur
gula darah, insulin. Para peneliti men-
curigai kadar insulin berlebih menim-
bulkan risiko kanker ginjal. Kopi dan
teh juga mengandung antioksidan
yang dapat membantu melindungi
sel-sel dalam ginjal dari kerusakan
yang menimbulkan kanker.

Untuk studi ini, para peneliti meng-


gabungkan hasil 13 studi jangka pan-
jang yang mencakup 530.469 wanita
dan 244.483 pria. Setiap studi meng-
umpulkan informasi dari diet para
Pecinta kopi dan teh, lebih sehari berkurang 16% risikonya
partisipan pada saat awal dan diikuti
menga lami kanker ginjal dibanding-
menurut para peneliti di kan yang rata-rata minum kurang selama 7-20 tahun. Konsumsi kopi
Harvard Medical School di dari 1 cangkir sehari. Untuk yang me- dan teh dihubungkan dengan risiko
kanker ginjal yang lebih rendah
Boston, mempunyai risiko walaupun para peneliti sudah
sedikit lebih kecil terhadap menghitung sejumlah faktor lain
yang diketahui orang mempen-
kanker ginjal. Temuan ini garuhi penyakit ini seperti obesi-
berdasarkan analisis 13 tas, merokok dan tekanan darah
studi sebelumnya yang tinggi.

menjelaskan bahwa kopi Tim peneliti mencatat bahwa


dan teh dapat memberi- konsumsi teh dan kopi dapat
berkaitan dengan penurunan
kan perlindungan terhadap risiko kanker ginjal secara mod-
kanker ginjal, sementara erat, sementara susu, jus dan
susu, soda dan jus tam- soda tidak berkaitan dengan
dengan risiko ini. Diperlukan stu-
paknya tidak ada efeknya. di lebih lanjut diperlukan untuk
Temuan ini dipublikasikan memahami mengapa kopi dan
teh dapat memberikan perlind-
dalam International Jour- ungan terhadap penyakit.
nal of Cancer, edisi 15 No-
Sumber :
vember 2007. International Journal of Cancer, 15 No-
vember 2007
Berdasarkan studi tersebut, orang
yang minum tiga cangkir kopi atau

100 cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008


Berita Terkini

MRI paling kuat di dunia siap memindai otak manusia

proses-proses
metabolik ses-
uai pesanan.
Para ahli kanker,
contohnya suatu
hari dapat melaku-
kan tera pi radiasi
berdasarkan respon
real-time tumor otak.
Saat ini, para dok-
ter seringkali harus
menunggu berming-
gu-minggu untuk
melihat apakah tu-
mor mengecil seba
gai respon terhadap
terapi. Dengan 9,4T,
dimungkinkan untuk
medan magnet statik dan pada pen-
melihat apakah sel-sel
citraan natrium serta pemindai ko-
individual tumor mati
song tanpa medan magnet. Sebuah
sebelum tumor mulai
perekam audio disimulasikan seperti
Mesin magnetic resonance mengecil.
suara pemindai nyata.
imaging (MRI) paling kuat
Magnet 9,4T mempunyai kekuatan
di dunia, 9,4 Tesla di Uni- lebih dari 3 kali unit-unit klinis yang
Para peneliti menyimpulkan bahwa
paparan terhadap medan magnet
versity of Illinois (UIC) di ada saat ini. Magnet 9,4T yang dimil-
statik 9,4T saat ini tidak perlu dikha-
iki UIC adalah alat pertama yang cuk-
Chicago, telah selesai diu- up besar untuk memindai kepala dan
watirkan keamanannya. Dengan se-
lesainya uji keamanan yang disyarat-
jicoba keamanannya de- memvisualisasikan otak manusia. Dr.
kan FDA, para peneliti UIC mulai
ngan sukses dan segera Keith Thulborn, Direktur Pusat Pene-
menyiapkan penggunaan 9,4T.
litian Resonansi Magentik UIC men-
menawarkan pandangan gatakan bahwa kita dapat melihat ak-
Thunbolt mengatakan bahwa evalua-
real-time terhadap proses- tivitas otak dalam berbagai dimensi
si awal keamanan adalah langkah
dengan lengkap karena natrium
proses biologis dalam otak yang terlibat dalam proses di dalam-
pertama menuju realisasi pencitraan
metabolik pada otak manusia. Saat
manusia. Studi keamanan- nya, memungkinkan para peneliti se-
ini kita menuju studi pencitraan na-
nya telah dipublikasikan cara langsung mengikuti salah satu
trium pada pasien dan uji keamanan
proses konsumsi energi paling pent-
dalam Journal of Magnetic ing di dalam sel-sel otak.
pencitraan fosfor dan oksigen pada
manusia. Pe nanda metabolik awal
Resonance Imaging ed- dari kesehatan sel di dalam tahap-
Kekuatan pemindai resonansi mag-
isi November 2007 yang netik telah meningkat dari di bawah
tahap paling awal ketika pengobatan
menghasilkan manfaat terbesar.
merupakan edisi fokus 0,5T sampai 8T yang pertama di ta-
pada keamanan MRI. Para hun 1998. Karena data keamanan
pada manusia semakin tersedia, ba-
peneliti dan dokter ber- tasan FDA mengikuti tingkat 8T saat
Sumber : www.uic.edu/endex.html

harap mesin 9,4T dapat itu di tahun 2003.


meng antar ke era baru Dalam uji keamanan ini, 25 sukare-
pencitraan otak sehingga lawan sehat, 12 pria dan 13 wanita,
mereka dapat menyelidiki dipaparkan secara acak pada pemin-
dai 9,4T. Mereka dipaparkan pada

cdk 161/ vol. 35 no. 2 Mar - Apr 2008 101


Jogpsnbujlb
Lfeplufsbo

Peresepan Elektronik Untuk Meningkatkan


Keamanan Pengobatan di Rumah Sakit
Rizaldy Pinzon

SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta

Abstract Metode
Medicine and the process of health care have always put pa- Kajian kualitatif dan kuantitatif terhadap berbagai penelitian
tients at risk. Medical Information technology can be designed terdahulu tentang penggunaan teknologi informasi untuk kese-
to improve the process and outcome of clinical decision-making. lamatan pasien. Observasi tentang penggunaan TI (terutama
The goal of patient safety is to reduce the risk of injury or harm peresepan elektronik) di pusat pelayanan kesehatan. Pemba-
to patients caused by the structure and process of care. Medi- hasan lebih mendalam akan dilakukan pada topik keamanan
cation error is a major risk for hospitalized patients. Adverse pengobatan.
drug events occur often in hospitals. They can be prevented to
a large extent by minimizing the human errors of prescription Pembahasan
writing. The CPOE system prevented and alerted physicians 3.1. Konsep dasar keselamatan pasien di RS
and pharmacists to dosage errors and allergies. Involvement of Patient safety melibatkan sistem operasional dan proses pela-
pharmacists in reviewing the prescription and alerting the physi- yanan yang meminimalkan kemungkinan terjadinya adverse
cian has minimized prescription errors to a great degree. Previ- event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan
(3)
ous studies showed the potential role of information technology bila error telah terjadi. Penelitian dari 994 RS memperlihat-
in preventing medication errors. kan bahwa cedera akibat tindakan medik (medical injuries) me-
nyebabkan bertambahnya hari rawat inap sampai dengan 10,89
(4)
Key words: medication error-information technology-computer- hari dan tambahan biaya perawatan sebesar $ 57.727 .
ized ordering system
Kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi pada
rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara
Pendahuluan kesalahan tersebut, 25-50% dapat dicegah, berasal dari kesa-
(5)
Isu patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pela- lahan peresepan, dan 78% terjadi akibat kegagalan sistem .
yanan kesehatan. Para pengambil kebijakan, pemberi pela-
yanan kesehatan, dan konsumen menempatkan keamanan Berbagai upaya telah diusahakan secara terus menerus untuk
sebagai prioritas pertama pelayanan. Patient safety merupa- mengurangi adverse event akibat tindakan medis. Upaya un-
kan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi tuk meningkatkan patient safety adalah dengan: (1) pengem-
pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi bangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko, error,
sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien. Identifikasi dan atau adverse event, (2) penggunaan teknologi informasi, dan
pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari (3) upaya perubahan kultur organisasi.
(1)
pelaksanaan konsep patient safety .
3.2. Penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan
Patient safety didefinisikan sebagai Bebas dari cedera aksi- keselamatan pasien
dental atau menghindari cedera pasien akibat tindakan pela- Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkat-
(1)
yanan . Salah satu bentuk risiko akibat tindakan pelayanan kan patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan
kesehatan di RS adalah kesalahan pengobatan (medication efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki
error), yang dapat berupa kesalahan identifikasi pasien, salah praktek peresepan, mengurangi medication error, dan mening-
nama obat, salah dosis, salah cara pemberian, dan salah aturan katkan kepatuhan terhadap pelaksanaan standar pelayanan
(2) (6,7,8)
pakai . (clinical practice guideline) .
(9)
Di Indonesia, program keselamatan pasien dicanangkan pada Kajian sistematis Kawanoto, dkk pada 70 penelitian terda-
tahun 2005, dan terus berkembang menjadi isu utama dalam hulu menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis
pelayanan medis di Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk meng- berbasis komputer terbukti meningkatkan pelayanan klinik pada
kaji peran teknologi informasi untuk meningkatkan keamanan 68% studi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efekti-
pengobatan pasien di RS. vitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek

102 CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008


peresepan, meningkatkan kepatuhan terhadap standar pelaya- Perbaikan sistem merupakan solusi untuk mencegah kesalahan
(10)
nan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan . pengobatan di masa datang, dan bukan menyalahkan individu.
Teknologi informasi di bidang obat berpotensi besar untuk men-
(11) (16)
Komite Agency for Healthcare Research and Quality meng- gurangi risiko kesalahan pengobatan . Kajian Subramanian,
(17)
kaji bukti ilmiah berbagai intervensi untuk meningkatkan patient dkk memperlihatkan bahwa Computerized Physician Order
safety. Sebagai contoh: pengurangan risiko efek samping obat Entry (CPOE) dapat sangat bermanfaat untuk menurunkan
dapat dilakukan dengan strategi sbb: (1) penggunaan sistem kom- risiko medication error. Biaya yang cukup besar merupakan
puterisasi dan sistem pendukung keputusan klinis, (2) melibatkan penghalang utama pengembangan CPOE secara luas.
farmasis klinik, (3) protokol standar untuk obat-obat berisiko tinggi,
(4) sistem distribusi obat unit-dosis, dan (5) penggunaan Automa- 3.4. Hambatan penggunaan teknologi informasi dalam
(12)
ted Medication Dispensing Devices . praktek klinik
(6)
Bates dan Gawande mengidentifikasi 3 faktor pengham-
3.3. Teknologi informasi untuk keselamatan pengobatan bat utama dalam penerapan teknologi informasi pada praktek
(13)
Penelitian Jayawardena, dkk menemukan bahwa terjadi 7,53 klinik sehari-hari, yaitu: (1) hambatan finansial - pengembangan
kesalahan per 1000 peresepan. Kesalahan dosis umum dijum- sistem pendukung keputusan klinis memerlukan biaya tersen-
pai. Kesalahan lain yang umum dijumpai adalah kesalahan pem- diri, (2) belum adanya standar - sistem yang ada masih sangat
berian obat akibat tulisan tidak terbaca. Penelitian menemukan bervariasi, (3) hambatan kultural - penggunaan teknologi infor-
bahwa teknologi informasi dengan sistem peresepan berbasis masi belum dipandang penting bagi para dokter dan manajer
komputer secara signifikan menurunkan kesalahan pengobatan. kesehatan. Pada situasi di negara berkembang seperti Indone-
sia, menurut pandangan penulis hambatan lain adalah tingkat
(14)
Kajian Waliser, dkk menunjukkan bahwa kesalahan pengo- penguasaan teknologi informasi oleh para praktisi pelayan ke-
batan yang umum dijumpai adalah salah nama obat, salah do- sehatan.
sis, dan salah interval pemberian. Penelitian memperlihatkan
bahwa kesalahan pengobatan umum dijumpai pada pasien di Resep sukses suatu teknologi informasi untuk dapat mening-
ICU, pasien tua, dan pasien dengan penurunan kesadaran di katkan mutu layanan kesehatan adalah dukungan kultural dan
(15)
RS . kesiapan semua pihak dalam organisasi pelayanan kesehatan
(6)
untuk berubah
Kesalahan pengobatan umum terjadi karena tulisan yang tidak
jelas, salah menginterpretasikan resep, obat yang namanya Simpulan
mirip, kesalahan dosis, kesalahan aturan pakai, dan kesalahan Pelayanan klinik akan selalu menempatkan pasien-pasien
(15)
identifikasi pasien . Teknologi informasi memiliki peran besar dalam risiko akibat tindakan medik. Teknologi informasi berpe-
untuk bisa mengatasi hal tersebut. ran untuk meningkatkan kewaspadaan, mengelola kompleksitas
masalah klinis, dan meningkatkan kepatuhan dalam program
pengobatan.

Kepustakaan
1. Zorab JSM. Patient Safety is More Important than Efficiency. BMJ 2002;
324:365
2. Bates DW, Cullen DC et al. Incidence of Adverse Drug Events and Potential
Adverse Drug Events. JAMA 1995; 274: 29-34
3. Batles JB, Lilford RJ. Organizing Patient Safety Research to Identify Risks and
Gambar 1. Contoh tulisan resep. Peresepan demikian memiliki risiko Hazards. Qual Saf Health Care 2003;12
besar untuk salah baca (termasuk salah obat, salah dosis, dan salah 4. Zhan C, Miller MR. Excess Length of Stay, Charges, and Mortality Attributable
aturan pakai). to Medical Injuries during Hospitalization. JAMA 2003;290:1868-1874
5. Aiken LH, Clarke SP dkk. Hospital Nurse Staffing and Patient Mortality, Nurse
Burnout, and Job Dissatisfaction. JAMA 2002;228(16): 1987-1993
Gambar 1 memperlihatkan bagaimana sebuah tulisan resep 6. Bates DW, Gawande AA. Improving Patient Safety with Information Technol-
dapat disalahtafsirkan. Pada gambar di atas, tulisan resep dapat ogy, N Engl J Med. 2003;348: 2536-44
disalahartikan sebagai Coumadin (obat antikoagulan) atau Avan- 7. Kaushal R, Shojania KG, Bates DW. Effects of computerized physician order
entry and clinical decision support systems on medication safety: a systematic
dia (obat anti diabetes). Pada gambar di bawah Tequin (antibio-
review. Arch Intern Med. 2003;163: 1409-16.
tika) dapat diartikan sebagai Tegretol (obat anti epilepsi). 8. Walton RT, Harvey E, Dovey S, Freemantle N. Computerised advice on drug dos-
age to improve prescribing practice. Cochrane Database Syst Rev 2001, 1
9. Kawamoto K, Haullian CA, dkk. Improving clinical practice using clinical deci-
sion support systems: a systematic review of trials to identify features critical
to success. BMJ 2005; 330:765
10. Wilson T, Pringle M. Promoting Patient Safety in Primary Care. BMJ 2001;
323:583-584
11. AHRQ. Making Health Care Safer: A Critical Analysis of Patient Safety Prac-
tices, Evidence Report/Technology Assessment. 2001, Number 43
12. Bates DW, Teich JM, Lee J, Seger D, Kuperman GJ, Ma’Luf N, et al. The
impact of computerized physician order entry on medication error prevention.
J Am Med Inform Assoc. 1999; 6: 313-21
13. Jayawardena S, Eisdorfer J, Pal AA, Indulkar J. Prescription Errors and the
Impact of Computerized Prescription Order Entry System in a Community-
based Hospital. Am J Ther. 14(4): 336-40
14. Walliser G, Grossberg R, Read MD, Look-alike medications: a formula for
possible morbidity and mortality in the long-term care facility. J Am Med Dir
Assoc. 2007;8(8):541-2
15. Hurstey FM, Wallis N, Miller J, Inappropriate Prescribing in Older ED Popula-
tion. Am J Emerg Med. 2007; 25(7); 804-7
16. Burker PJ. Preventing Medication Errors. N Engl J Med. 2007;357: 624-625
17. Subramanian S, Hoover S, Gilman B, Computerized Physician Order Entry
Gambar 2. Bila terintegrasi dengan rekam medik elektronik, dapat
with Clinical Decision Support in Long-Term Care Facilities: Costs and Ben-
berfungsi sebagai “alert system” efits to Stakeholders. J Am Geriatr Soc 2007; 55(9); 1451-7

CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008 103


sudah duduk di bangku kelas tiga SMP. Hingga pensiun tahun
1953 ayahnya bertugas di wilayah sekitar Solo saja yakni di
Boyolali, Sragen dan Karanganyar.

Qspgjm Ketika Clash II pecah bulan Desember tahun 1948 ia mengungsi


dari Boyolali ke daerah pedalaman dan sebagai siswa kelas dua
SMA Sjamsuhidajat ikut bergabung dalam organisasi Tentara
Pelajar (Mas TP). Pendidikan sekolah menengah atas ditem-
puhnya di HBS Semarang hingga lulus tahun 1951.

Bulan Agustus 1951, Sjamsuhidajat hijrah ke Jakarta untuk


meneruskan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran pada
Perguruan Tinggi Republik Indonesia (PTRI) yang kemudian
berubah namanya menjadi Universitas Indonesia tahun itu juga.
Di zaman Jepang perguruan tinggi itu disebut Sekolah Tinggi
Ketabiban atau Ika Daigaku.

Di zaman Hindia Belanda kompleks PTRI itu merupakan pabrik


candu yang terkenal. Dulu dari arah Pasar Cikini ada kereta api
yang masuk ke kompleks pabrik itu untuk mengangkut candu
ke Stasiun Gambir dan selanjutnya membawanya ke pelabuhan
untuk diekspor ke luar negeri.

Ketika Perang Dunia II usai, perdagangan candu dilarang dan


pabrik itu pun tutup. Pada tahun 1949 kompleks itu diserahkan
kepada PTRI.

Sjamsuhidajat masuk FKUI pada Agustus 1951 dan lulus


Agustus 1959. Meski begitu sejak tahun 1958 ia sudah diminta
Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat, SpB : untuk menjadi asisten berstatus mahasiswa pada Bagian Be-
dah FKUI- RSUP. Pada waktu itu di FKUI masih menganut studi
Mengenal Lebih Dekat Sosok bebas. Artinya mahasiswa bebas menentukan kapan waktu un-
tuk menempuh ujian. Dengan cara itu dimungkinkan seorang
Perintis Spesialis Bedah Digestif menjadi mahasiswa abadi dan belajar dalan jangka waktu 10-20
di Indonesia tahun. Tetapi ketika FKUI menjalin kerjasama dengan Univer-
sitas California di AS pada tahun 1955 terjadi perubahan men-
Oleh Ari Satriyo Wibowo jadi pendidikan terpimpin yang menuntut mahasiswa untuk naik
tingkat setiap tahun ajaran.
Tak banyak yang tahu bahwa Prof. Dr. R Sjamsuhidajat, SpB
yang termasuk angkatan keempat pendidikan dokter bedah Pada waktu itu pendidikan bedah dan anestesi masih meru-
negeri ini merupakan perintis spesialis bedah digestif di pakan pendidikan gabungan ilmu bedah. Bahkan dulu dokter
Indonesia. bedah harus menguasai anestesi. Tidak mengherankan pada
sekitar tahun 1954 perhimpunan profesi yang mewadahinya
Pria kelahiran Tanjung Pinang, Bintan, Kepulauan Riau, 7 masih bernama Ikatan Ahli Bedah dan Anestesi Indonesia.
November 1931 itu masih tampak sehat dan segar ketika me-
maparkan kisah perjalanan hidupnya. Sjamsuhidajat akhirnya lulus sebagai dokter spesialis bedah
tahun 1963. Ia kemudian mengabdi sebagai dokter Spesialis
Sejak kecil Sjamsuhidajat sering berpindah-pindah mengi- Bedah pada Rumah Sakit Lapangan Angkatan Darat, Trikora,
kuti tugas ayahnya yang bekerja sebagai seorang insinyur di 1962-1963. Selama empat bulan pada tahun 1963, ia menjadi
Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda. Dari Tanjung dokter spesialis bedah di Rumah Sakit Umum Jayapura dan
Pinang, Kepulauan Riau ayahnya kemudian ditugaskan ke Rumah Sakit Umum Biak.
Lubuk Linggau untuk membangun jembatan dan saluran air
di wilayah kolonisasi (sekarang lazim disebut transmigrasi) di Tahun 1967 pendidikan bedah dan anestesi sudah resmi ber-
daerah Tugu Mulyo. Selanjutnya, pada 1936 ayahnya ditugas- pisah. Tahun itu pula diselenggarakan kongres pertama Ikatan
kan ke Belitang di Sumatera Selatan yang berbatasan dengan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) di Semarang. Sementara dokter
Lampung. Wilayah itu di masa tersebut masuk dalam wilayah ahli anestesi memiliki perhimpunan sendiri bernama Ikatan Ahli
Karesidenan Palembang. Anestesi Indonesia (IAAI).

Ketika mulai duduk di bangku sekolah dasar tahun 1937, Sjam- Pendidikan bedah yang resmi dalam arti sudah diakui universi-
suhidajat tinggal bersama kakeknya di kota Solo di Jawa. Na- tas terjadi tahun 1978. Sebelumnya pendidikan bedah dilakukan
mun, ketika Jepang datang menyerbu Indonesia tahun 1942, di rumah sakit sebagai salah satu kebutuhan pelayanan. Pada
Sjamsuhidajat diminta pulang kembali ke Sumatera Selatan 1978/1979 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI menge-
oleh ayahnya. luarkan ketentuan yang mewajibkan pendidikan dokter spesia-
lis itu dilakukan atas nama universitas atau fakultas kedokteran.
Baru pada tahun 1946 ayahnya ditempatkan ke Pulau Jawa, Dalam hal itu Fakultas Kedokteran di tiap universitas harus men-
tepatnya di Boyolali, Jawa Tengah. Waktu itu, Sjamsuhidajat jadi penanggung jawab utama pendidikan kedokteran.

104 CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008


Pada tahun 1979 atas prakarsa Menteri P&K Daoed Jusuf oleh satu displin ilmu kedokteran saja melainkan multidisiplin.
telah menetapkan strata pendidikan di Indonesia tiga strata “Disana harus ada ahli imunologi, ahli darah. Lalu bila ke myo-
yakni S1 (sarjana), S2 (magister) dan S3 (doktor). Sebelum- kard harus ada ahli jantung, kalau ke pankreas harus ada ahli
nya, seseorang yang lulus Sarjana Kedokteran (Drs Med atau penyakit endokrin. Jadi tidak bisa ditangani hanya seorang ahli
Sked) dan belum menjadi dokter umum diperbolehkan langsung penyakit dalam saja,” papar Sjamsuhidajat.
menempuh ujian doktor.
Rumah sakit yang melayaninya juga harus Rumah Sakit tipe A
Menurut Sjamsuhidajat, sesungguhnya perubahan S1, S2, S3 atau tipe B lanjut dengan nama pelayanan seperti pelayanan
merupakan suatu strategi bukan suatu tujuan. Demikian pe- luka bakar, pelayanan tumbuh kembang dan pelayanan rege-
satnya ilmu pengetahuan untuk bisa menguasai seluruh ilmu neratif.
apabila hanya dibagi dua strata terlalu berat dan waktu pendi-
dikannya menjadi lama sehingga kemudian diputuskan dibagi Sedangkan pelayanan primer merupakan pelayanan di Puskes-
menjadi tiga. ”Jadi keputusan itu diambil bukan sebagai tujuan mas seperti vaksinasi, batuk pilek, muntah berak dan sebagai-
akhir. Jika seseorang ingin menguasai satu bidang secara ke- nya. Pelayanan primer umumnya menangani penyakit ringan
seluruhan maka dia harus mengambil dalam tiga strata,” Sjam- yang ada di masyarakat. ”Vaknisasi itu tujuannya memberikan
suhidajat menambahkan. kekebalan tubuh kepada semua anak,” tutur Sjamsuhidajat.

Saat ini jenjang setelah S3 sudah dikembangkan di beberapa Sementara itu, pelayanan sekunder adalah pelayanan yang
negara. Misalnya, di Inggris dan Australia setelah PhD seorang didasarkan disiplin ilmu kedokteran tertentu. Misalnya, pela-
yang bergelar PhD dan mampu terus mengembangkan ilmu yanan sekunder di Rumah Sakit Tipe C yang ada di tingkat Ka-
yang dikuasainya melalui penelitian-penelitian lanjutan, maka bupaten bisa dilakukan oleh satu disiplin ilmu saja. Misalnya,
ia dapat mengajukan permintaan untuk dinilai mendapatkan radang akut usus buntu bisa dilakukan oleh dokter bedah. “Par-
”gelar” yang lebih tinggi, yaitu gelar Doctor of Science (DSc). tus atau operasi caesar bisa dilakukan dokter spesialis obgin
Namun, karena tidak semua negara mampu menyelenggara- secara monodisiplin,” katanya.
kannya maka itu diserahkan pada masing-masing negara.
Pada tiap rumah Sakit tipe C diperlukan paling tidak 4 orang
Perkembangan Pendidikan Bedah di Indonesia dokter spesialis yakni spesialis anak, spesialis bedah, spesialis
Sejarah bagian bedah di FKUI dimulai pada 1958 dengan guru penyakit dalam dan spesialis obstetri dan ginekologi.
besar bernama Prof. Margono Soekarjo. Saat itu hanya dikenal
Bedah Umum, Bedah Urologi (saluran kencing) dengan guru Adapun pelayanan yang lebih tinggi disebut pelayanan kwar-
besar Prof. Utama, Bedah Orthopaedi (tulang) yang dirintis terner. Misalnya, operasi jarak jauh antarnegara dengan me-
dr. Soebiakto Wirjokusumo dan Bedah Plastik dengan guru manfaatkan teknologi robot dan teknologi satelit. Namun, apa-
besar Prof. Moenadjat Wiratmadja. Belakangan muncul spe- bila terjadi kesalahan operasi maka permasalahan menjadi
sialisasi baru yakni Bedah Anak yang dirintis Dr. Adang Zainal semakin pelik dan rumit karena menyangkut masalah etika
Kosim sepulang dari menempuh pendidikan di Kanada. Keem- dan hukum antar negara.
pat spesialisasi bedah tersebut lazim disebut sebagai spesiali-
sasi bidang bedah (spesialis 1). Prof. Dr. Sjamsuhidajat SpB diangkat menjadi Guru Besar Ilmu
Bedah FKUI pada tahun 1987. Sejak 12 tahun lalu ia menjadi
“Dulu pendidikan bedah dilakukan di rumah sakit bukan di anggota Majelis Kehormatan Etik Kedokteran, Pengurus Besar
fakultas,” ujar pria yang dikaruniai dua anak itu. Kondisi itu Ikatan Dokter Indonesia. Ketua Komite Medik RS Kanker ‘Dhar-
berubah tahun 1978 ketika bagian bedah menjadi tanggung mais’ mulai tahun 1993 sampai tahun 2001. Anggota Komite
jawab penuh fakultas kedokteran dan bukan lagi rumah sakit. Medik RS MMC, RS Medistra, RS Setia Mitra sejak 5-7 tahun
sampai sekarang. Ketua Sub-Komite Etik, Komite Medik RS
Dalam perkembangan ilmu kedokteran selanjutnya dikenal MMC selama 7 tahun sampai sekarang.
spesialisasi yang lebih kompleks yakni meliputi Head & Neck
(kepala dan leher), thoraks (rongga dada dan paru-paru) serta Sejak tahun 1992, menjadi Ketua Komisi Etik Penelitian FKUI-
jantung. Ketiga spesialisasi tersebut lazim disebut spesialis 2 RSCM. Sebelumnya, sudah menjadi anggota Komisi ini bebe-
karena mensyaratkan peserta untuk menempuh spesialis be- rapa tahun lamanya. Anggota Kelompok Kerja Uji Klinik (CTWG)
dah umum (spesialis 1 ) terlebih dahulu. dan turut menerjemahkan buku kecil ICH-GCP menjadi Buku
Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB), yang diprakarsai oleh Badan
Spesialisasi Bedah Digastif baru terbentuk pada tahun 1979. Pengawas Obat dan Makanan. Beberapa kali memberikan ce-
Pada waktu itu dr. R. Sjamsuhidajat mengikuti sebuah kongres ramah pada kursus CUKB di Jakarta dan kota lain.
bedah internasional yang diselenggarakan di Bali. Di acara
itu banyak pembicara yang membahas masalah perut, limpa, Beberapa jabatan dan keanggotaan yang pernah diembannya
usus besar, empedu dan alat pencernaan lainnya. Dengan jeli antara lain Ketua Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (1975-1992),
dr. Sjamsuhidajat melihat peluang baru di dunia bedah. Maka Ketua Kolegium Ilmu Bedah Digestif Indonesia (1992 sampai
dikumpulkannya para sejawat pada tahun itu juga. Mereka ke- sekarang), anggota Pendiri Asian Surgical Association (1976),
mudian mendeklarasikan wadah baru berupa spesialis bedah Presiden Asian Surgical Association (1979-1981) serta Anggota
digastif dengan nama Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Di- Collegium Intemationale Chirurgiae Digestivae, Societe lnterna-
gestif Indonesia (1979). Spesialis Bedah Digestif selanjutnya di- tionale de Chirurgie, International College of Surgeons.
golongkan sebagai bagian dari Spesialis 2 yang mensyaratkan
peserta harus menguasai bedah umum terlebih dahulu. Prof. Dr. Samsjuhidajat, SpB memasuki masa pensiun tahun
2001. Pada tahun 2006 ia diminta oleh Dekan FKUI untuk men-
Dengan berkembangnya ilmu kedokteran khususnya dalam jadi Ketua Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI. ***
riset sel punca (stem cell) maka layanannya sudah termasuk
dalam layanan tersier. Artinya, layanan itu tidak bisa dilayani

CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008 105


Qsblujt STATUS
EPILEPTIKUS

(1)
Status epileptikus merupakan keadaan darurat; yang didefinisi- Tabel 3. Pedoman Penatalaksanaan Status Epileptikus (Perdossi)
kan sebagai: suatu keadaan bangkitan epilepsi yang berlang-
sung terus menerus, atau bangkitan berulang tanpa pemulihan STAGE OF GENERAL AED TREATMENT
kesadaran, selama periode 30 menit atau lebih (1) STATUS MEASURES

Tabel 1. Gambaran Klinis Status Epileptikus Menurut Jenis Eepilep- PREMONITORY • Assess cardiorespira- • Diazepam
sinya(2) (0-10 minutes) tory function (i.v. bolus , p.r.)
• Secure airways • Midazolam
Tipe Gambaran klinis Keterangan • Give oxygen (i.m.,i.v. bolus, p.r)
• Paraldehyde
Umum (i.m.,p.r)
Tonik klonik umum Fase tonik disusul fase klonik EARLY • Institute monitoring • Lorazepam
(0-30 minutes) • i.v access (i.v. bolus),
Lena (absence) Kebingungan,mata berkedip- EEG: paku-ombak • Emergency investiga- • Diazepam
kedip,gerak motorik canggung 3/detik tions (i.v.bolus)
• Give 50% Glucose SECOND LINE:
Mioklonik Gerak mioklonik persisten Prognosis sangat (50 ml) • Lignocaine
Kesadaran baik pada jenis buruk jika disebab- • Give Thiamine where (i.v.bolus &infusion)
primer; menurun jika akibat kan anoksi appropriate • Clonazepam
gangguan metabolik • Treat acidosis (i.v.bolus)
• Paraldehyde (i.m.)
Tonik Kaku otot ekstensor Terutama pada • Phenytoin (i.v.bolus)
anak (Sindrom Len-
nox-Gastaut)
ESTABLISHED • Establish aetiology • Phenobarbitone
Klonik Gerak ritmik (kelojotan) Sering pada bayi (30-60/90 minutes) • Identify and treat (i.v loading & infu-
baru lahir medical complication sion)
Parsiil • Pressor therapy if • Phenytoin
Parsiil sederhana Gerak ritmik ekstremitas, Epilepsi partialis needed (i.v.loading & infu-
Motorik terutama atas continua sion)
• Chlormethiazole
Somatosensorik Gejala sensorik fokal Mungkin tanpa (i.v.loading & infu-
Visual Buta kortikal atau skotoma gejala klinis sion)
SECOND LINE:
Auditorik Tuli kortikal Tidak ditemukan pada • Clonazepam
status epileptikus (i.v.bolus OR infu-
sion)
Afasik Motorik, sensorik, global Afasik saat serangan • Paraldehyde
(infusion)
Parsial kompleks ‘bengong’, automatisme, Sering dianggap • Diazepam
tingkah laku aneh gejala psikiatrik (short infusion)
• Midazolam
(short infusion)
Tabel 2. Presentasi SE Nonkonvulsif Yang Mirip Dengan Keadaan
(3)
Klinis Lain REFRACTORY • EEG monitoring • Thiopentone
( > 60 minutes) • Monitor seizure EEG (i.v.bolus & infusion)
PRESENTASI KLINIS ANGGAPAN DIAGNOSIS AND cerebral function • Propofol
• Intracranial pressure (i.v.bolus & infusion)
• Letargi dan kebingungan (confusion) • Keadaan pascakejang monitoring IF ap- SECOND LINE:
• Kebingungan, agitasi • Ensefalopati metabolik propriate • Pentobarbitone
• Tidak ada respons, katapleksi • Psikogenik/konversi (i.v.bolus & infusion)
• Agitasi, kebingungan,konfabulasi • Intoksikasi alkohol/zat • Isoflurane
• Halusinasi/agitasi • Psikosis (inhalation)
• Letargi/obtundasi • Hiperglikemi/ketoasidosis DM • Etomidate
• Mutisme • Psikogenik/depresi/stroke (iv.bolus & infusion)
• Tertawa,menangis tidak pada tempatnya • Labilitas emosi/psikosis

106 CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008


Tabel 4. Pedoman Penatalaksanaan Status Eepileptikus (WHO- KEPUSTAKAAN
(4)
Searo) 1. Kelompok Studi Epilepsi. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Epi-
lepsi 2004; 9(1):29-44
2. DeLorenzo RJ, Pellock JM, Towne AR et al. A prospective,
population-based epidemiologic study of status epilepticus in
Richmond,Virginia. Neurology 1996;46:1029-35
3. Bleck TP. Convulsive disorders: status epilepticus. Clin. Neuro-
physiol.1991;14:191-198
4. Epilepsy: a manual for physicians. WHO-SEARO, 2004

Fohmjti!Tvnnbsz!Mbokvubo
SBMBU
Nfovkv! Lmpojoh! Ufsbqfvujl! ef. the preservation of nearly extinct CDK-160, vol. 35 no. 1, halaman 47; edisi
ohbo!Uflojl!TDOU animals while therapeutic cloning Januari-Februari 2008.
may overcomes immune rejec-
Kolom rubrik ‘Informatika Kedokteran’,
Nfmjob! Tfujbxbo-! ! Dbspmjof! Ubo! tion in stem cell transplantation no. 22 pengelolanya tertulis Ilyas, dr., SpA
Tbsekpop-!!Gfssz!Tboesb therapy. The success of the em- Seharusnya M. Rizal Altway, dr., SpA.
bryonic stem cell creation from
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbo. monkey’s embryo with SCNT Penulis mohon maaf adanya.
dfs!Jotujuvuf-!!QU!Lbmcf!Gbsnb!Ucl/!!Kb. technique recently has directed
Ufsjnb!lbtji/
lbsub-!!!Joepoftjb
researchers worldwide to move a
step closer to create human em-
bryonic stem cell from adult so-
The usage of Somatic Cell Nu-
matic cell which may reduce risk
clear Transfer (SCNT) technique
of immune rejection. Indeed, the
has lead scientists over the world
advancement of embryonic stem
to be able to carry out repro-
cell research depends on the res-
ductive and therapeutic cloning
olution of ethic issues regarding
research. SCNT technique is a
the usage of donor oocytes.
cloning technique used to trans-
fer nucleus from donor cell into
Cermin Dunia Kedokt.2008;35(2): hal 72-6
enucleated oocyte. Reproductive
nt-!dut-!gt
cloning plays important role in

CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008 107


Laporan
Khusus Mini Seminar “Active Aging”,
Rektorat UI Salemba, 26 Januari 2008

Tips Active Aging


Menurut Presiden Komisaris Stemcell and Cancer Insti-
tute (SCI) Indonesia tersebut, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan agar kita hidup berkualitas di usia tua, seperti:
1. Menjalankan program CRAN (Calorie Restriction and
Adequate Nutrition) dan puasa teratur. Hal ini diper-
caya bisa menambah usia kita hingga 30 - 40 tahun.
2. Konsumsi obat-obatan anti aging seperti Anti Oksidan,
DHA, Growth Hormon, dll. Hal ini bisa memperpan-
jang usia kita hingga 20 - 30 tahun.
3. Gerak badan dan olahraga teratur (bisa memperpan-
jang 20 - 30 tahun)
4. Sifat optimistis, banyak ketawa, bergembira dan berli-
bur teratur (bisa memperpanjang usia 15 - 20 tahun)
Mengangkat subtema “Menjadi Tua secara Aktif untuk 5. Periksa kesehatan secara teratur (plus 15 - 20 tahun).
Kesehatan Anda sendiri, Keluarga, Masyarakat dan Sum-
bangsih Anda kepada Negara”, diskusi yang dihadiri oleh Traditional & Natural Values to Improve the Beauty of
sekitar 75 orang pengusaha, akademisi dan wakil peme- Older Person
rintahan berjalan sangat semarak. Gedung Rektorat UI di Pembicara kedua adalah DR Martha Tilaar, founder Mar-
Salemba Jakarta, terasa begitu sempit dengan antusiasme tha Tilaar Group yang menjelaskan produk-produk ala-
peserta. Para pembicara adalah: Dr Boenyamin Setiawan, mi bangsa Indonesia (herbal) guna menjaga kesehatan
PhD., DR Martha Tilaar, Dr Ch. Heriawan Soejono, DR Evi para orang tua (senior citizens). DR Martha memaparkan
Arifin, DR Aris Ananta dan Prof Tri Budi Rahardjo. Acara ini bagaimana pengaruh gaya hidup manusia saat ini yang
terselenggara berkat kerjasama Rektorat UI dengan Stem mempunyai efek negatif terhadap kesehatan seseorang.
Cell and Cancer Institute, suatu lembaga yang mengkhu- Hal ini bisa terlihat jelas pada kondisi kulit yang tidak se-
suskan diri pada Stem Cell (sel punca) dan kanker. Turut hat lagi. Indonesia yang terdiri dari pel-bagai suku bangsa
mendukung acara divisi Anti Aging PT Kalbe Farma. kaya akan jawaban dari masalah penuaan ini yang di-
rangkum dalam konsep yang dinamakan The cycles of
Setelah ucapan selamat datang dari Rektor UI, tampil Dr life concept Rupasampat Wahyabiantara.
Boenyamin yang pada awal presentasi menjelaskan me-
ngenai pentingnya ABG. Menurut person yang akrab di- Setelah coffe break dilanjutkan oleh Dr Ch Heriawan Soe-
panggil dr Boen tersebut, Akademik adalah sumber SDM jono yang menjelaskan mengenai Healthy and Successful
terdidik dan sumber IPTEK. Selama dana pemerintah untuk Ageing. Mengakhir sesi terakhir tampil berturut-turut DR
R&D kecil maka sebaiknya fokus pada IPTEK teraplikasi. Di- Evi Arifin, DR Aris Ananta dari Insitute of Southeast Asian
lain pihak, Bisnis adalah tempat untuk mengkonversi IPTEK Studies (Singapore) dan juga Prof DR Tri Budi Rahardjo.
menjadi produk praktis yang bermanfaat untuk masyarakat.
Aspek terakhir dari ABG adalah G untuk Goverment atau International Center for Aging and Development Stud-
pemerintah yang merupakan katalisator untuk menciptakan ies University of Indonesia (ICADS@UI)
peraturan yang kondusif untuk Inovasi melalui R&D. Pada akhir acara, para peserta menyambut baik dengan
usulan pembentukan suatu badan yang melakukan pene-
StemCell to Slowdown the Aging Process litian mengenai usia lanjut yang disebut dengan Internatio-
Selanjut dr Boen mempresentasikan pengetahuan terba- nal Center for Aging and Development Studies University
ru mengenai Sel Punca dengan judul “Stem Cell to Slow- of Indonesia (ICADS@UI). ICADS adalah suatu alat untuk
down the Aging Process”. Seperti diketahui ada 5 teori menjadikan UI sebagai Universitas Riset, juga merupakan
yang terkenal mengapa manusia menjadi tua, yaitu: suatu model untuk “marketisasi” pelayanan umum dan re-
1. Teori Genetik atau Kerusakan DNA formasi birokrasi di Indonesia. Diharapkan dengan hadirnya
2. Teori ROS (Reactive Oxygen Species): antioksi- ICADS tersebut, akan tercipta pemahaman yang lebih baik
dan vs radikal bebas mengenai salah satu isu pembangunan yang makin penting
3. Teori Apoptosis di Indonesia, yaitu masalah Penuaan Penduduk.
4. Teori Hormonal
5. Teori Stem Cell senescene

108 CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008


Seminar Sel Punca “The new Era of Biotechnology” & Pendirian ASPI,
Gedung LIPI Jakarta, 2 Februari 2008

Menurut Kusmayanto, Ketua ASPI, terdapat 3 misi


yang akan dijalankan ASPI yaitu dalam hal (1) eti-
ka, (2) hukum dan (3) sosial. Dalam waktu dekat
ASPI akan membuat media informasi seperti web-
site di mana masyarakat luas bisa bertanya apa
saja mengenai Sel Punca ini. Dengan demikian
masyarakat bisa memperoleh informasi langsung
dari pakarnya. Dengan demikian akan terbentuk
kepedulian masyarakat terhadap Sel Punca.

Apabila ditemui isu mengenai etika maka ASPI


tidak segan-segan untuk bekerjasama dengan
bagian lain, misalnya, dengan Komite Bioetika
Nasional.

Menjawab ‘sentilan/provakasi’ dr Boen, Kusmayan-


to memuji Chairman Stem Cell and Cancer Institute
(SCI) tersebut, sebab dr Boen tidak hanya sekadar
Pembentukan Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) mengeluh mengenai perkembangan penelitian di Indone-
merupakan tindak lanjut dari salah rumusan hasil Work- sia tetapi juga turut berperan mengaktifkannya di Indonesia
shop yang diselenggarakan Dewan Riset Nasional (DRN) dengan hadirnya Stem Cell and Cancer Institute.
Komisi Teknis Kesehatan dan Obat bulan November
2007. Demikian dijelaskan DR Ir Tusy A. Adibroto, MSI, Temu Pers
Ketua Panitia Persiapan Pembentukan ASPI di depan Pada Temu Pers yang diadakan setelah acara seremoni
sekitar 200 peserta Seminar Sel Punca, “The new Era di atas (lihat foto), salah satu Dewan Penasihat ASPI,
of Biotechnology” di Gedung Widya Graha LIPI, Jl Gatot Prof DR Dr Arry Harryanto Reksodiputro, SpPD, KHOM,
Soebroto Jakarta, Sabtu 2 Januari 2008. yang juga Ketua Tim Stem cell Nasional menjelaskan
bahwa saat ini sedang digodok peraturan mengenai pe-
Melengkapi Tim Stem Cell Nasional yang telah diben- doman penelitian dan pelayanan terapi Sel Punca. Den-
tuk sebelumnya, ASPI lebih berorientasi kepada bidang gan demikian siapapun yang ingin berkecimpung pada
riset. Hal ini (riset) dianggap penting karena meskipun area ini bisa mengetahui aturan mainnya.
kita tahu negara-ne-gara besar seperti: Amerika Serikat
(AS), Cina, Jepang, Jerman, Perancis, India dan Inggris Susunan Pendiri ASPI
bahkan beberapa negara tetangga kita, Singapura dan Dari panitia diperoleh daftar susunan pendiri ASPI:
Malaysia sudah demikian tekun melakukan riset Sel Pun- 1. Prof. Dr. dr Akmal Taher, SpU
ca (padanan kata Stem Cell), namun Indonesia sendiri 2. Prof. Dr. dr Amin Soebandrio, SpMK
belum semaju itu,lontar Dr Boenyamin Setiawan, Ph. D, 3. Dr Boenjamin Setiawan, Ph.D
salah satu pendiri ASPI. 4. Ferry Sandra, Ph.D
5. Ir. Ferry Soetikno, MBA, MSc
Sebagai perbandingan biaya penelitian, menurut dr Boen 6. Prof. dr. Menaldi Rasmin, SpP(K), FCCP
(tanpa teks), AS mengeluarkan dana sekitar US$ 250 mil- 7. Prof. Dr. dr Suhartono Taat Putra
iar, RRC sebesar US$ 160 miliar dan India US$ 40 miliar. 8. Prof. dr. Sultana MH Faradz, Ph.D
Sayangnya di Indonesia budgetnya masih kecil sekali, 9. Prof. Umar Anggara Jenie, Ph.D
sesal dr Boen. Dari APBN tahun 2006 sebesar Rp 700
triliun yang dikeluarkan untuk penelitian kira-kira Rp 1,5 Para Ketua
triliun (atau US$ 150 juta). Suatu jumlah yang amat kecil 1. Dewan Penasehat: Dr. Ir. Kusmayanto Kadiman
sekali karena kira-kira hanya 0,04 per-sen dari APBN. Dr 2. Dewan Ilmiah: Dr. dr Amin Soebandrio Sp.MK
Boen mengharapkan dana penelitian bisa ditingkatkan 3. Dewan Pelaksana: (masih kosong)
menjadi sekurang-kurangnya 0,5% dari APBN. Kemudian Masing-masing Dewan diisi oleh dari 10 - 30 anggota.
secara bertahap pada tahun 2015 menjadi 1 persen dan
2020 menjadi 2,5 persen.

CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008 109


Kegiatan
Dr Sjamsu Hidajat. Selesai keliling pabrik dan diskusi,
acara dilanjutkan dengan meeting persiapan pembentu-
kan Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) atau Indone-

Ilmiah sian Stem Cell Association (ISCA).

Seminar IKCC Januari 2008: Kesuburan pada Pasien


Penyakit Ginjal Kronik (PGK), RS Mitra Keluarga Ke-
lapa Gading
Expert Meeting Lodopin, Hotel Intercontinental Ja-
Kalbe.co.id - Dalam pernikahan,
karta, 17 - 18 November 2007
isu tentang kesuburan adalah hal
yang penting. Banyak pertanyaan
Kalbe.co.id - Baru-baru ini telah
yang ada di benak wanita menan-
terselenggara sebuah acara Ex-
yakan mengapa mereka belum
pert Meeting Lodopin yang dise-
hamil juga. Hati-hati, terkadang
lenggarakan selama 2 hari yaitu
pertanyaan itu tidak hanya didomi-
tanggal 17 dan 18 November yang
nasi oleh wanita saja, para pria juga banyak yang bertanya
ditujukan bagi para dokter Ahli
tentang hal serupa. Hanya saja sikap dan kegelisahannya
Jiwa yang bertugas di seluruh In-
mungkin berbeda dengan yang dirasakan oleh wanita. Hal
donesia. Pertemuan ilmiah ini bertujuan untuk memperte-
serupa mungkin juga menjadi pertanyaan para pasien Pe-
mukan para dokter yang mempunyai pengalaman dalam
nyakit Ginjal Kronik (PGK). Untuk menjawab pertanyaan
memakai produk antipsikotik atipik Zotepine (Lodopin), baik
tersebut IKCC bekerjasama dengan RS. Mitra Keluarga Ke-
untuk pengobatan skizofrenia maupun untuk pengobatan
lapa Gading pada hari Sabtu, 19 Januari 2008 mengadakan
penyakit kejiwaan lainnya.
seminar awam mengenai kesuburan pada penderita PGK.
Transforming Innovation into Bussiness Opportuni-
Round table discussion tentang Obstructive Sleep
ties, Puspitek Serpong, 14 Desember 2007
Apnea (OSA), Jakarta, 19 Januari 2008
Kalbe.co.id - Tidak mudah untuk
Kalbe.co.id - Bertempat di Spring-
mewujudkan inovasi menjadi se-
Hill Resturant, Jakarta, pada tang-
suatu produk yang laku dijual di
gal 19 Januari 2008, diadakan
pasaran. Banyak kendala yang
round table discussion mengenai
akan ditemui. Demikian diung-
OSA. Kegiatan ini dilaksanakan
kapkan Hon. Dato’ Sri Dr Ja-
oleh Divisi Medical Instrument &
maludin Jarjis, Minister of Sci-
Diagnostics PT Enseval Putera
ence Technology and Innovation Malaysia, pada acara
Megatrading tbk. bekerja sama dengan mitra kerjanya PT
pertemuan 2 negara serumpun Indonesia dan Malaysia
Resindo Medika (RESMED). Dari MIDI hadir dr. Silvi Pus-
di Gedung DRN, Puspitek Serpong, 14 Desember 2007.
parini sebagai General Manager dan dr. Sujitno Fadli. Pihak
Acara yang dihadiri oleh para bisnisman, anggota DPR
RESMED diwakili oleh Alexander Ecker (CEO) dan Brett
dan Kementerian Riset dan Teknologi berlangsung den-
McLaren. Acara ini dihadiri oleh sekitar 15 dokter umum dan
gan suasana sangat cair. Dato JJ (demikian panggilan
spesialis saraf dari rumah sakit.
untuk ‘menristek’ Malaysia) terlihat sangat kompak ber-
duet dengan Mr KK (Kusmayanto Kadiman), Menristek
RI, selaku moderator acara ini. Sekilas juga dibahas me-
Antisipasi Gagal Ginjal pada Penderita Diabetes, Sen-
ngenai isu-isu copyright yang saat ini sedang hangat-ha-
tosa MC, 19 Januari 2008
ngatnya mengemuka di Indonesia.
Kalbe.co.id - Tanda awal gangguan gin-
Kunjungan Menristek Kusumayanto Kadiman ke
jal pada penderita Kencing Manis (Diabe-
pabrik Kalbe Farma Cikarang, 8 Januari 2008
tes Melitus) adalah terdapatnya protein
pada urine (micro albuminuria). Demikian
Kalbe.co.id - Bersama rombo-
dijelaskan Dr Lidya Simatupang SpPD di
ngan, Menristek RI Dr Ir. Kus-
depan peserta acara Bincang Sehat, Sen-
mayanto Kadiman, Selasa siang
tosa Peduli Sehat di Auditorium Sentosa Medical Center
8 Januari 2008 mengunjungi
Jakarta. Tema yang dibawakan kali ini adalah mengenai
pabrik Kalbe Farma di Kawasan
“Antisipasi Gagal Ginjal pada Penderita Diabetes”. Acara
Industri Delta Silikon, Cikarang
ini terselenggara berkat kerjasama dengan Indonesia Kid-
Jawa Barat. Selain rombongan
ney Care Club (IKCC) dan salah sponsornya adalah Dia-
Menteri, tampak hadir pada acara ini: Ketua LIPI, Prof
betasol dari Kalbe Nutritional.
Umar Anggara Djenie, mantan menteri KLH Prof. Dr. Emil
Salim, Asisten Menristek Dr. Amien Subandrio dan Prof.

110 CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008


?
Ruang Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran
Dapatkah sejawat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

Jawablah B jika benar, S jika salah

Karakteristik Biologis dan Diferensiasi Stem Cell: Histofisiologi Sel Endotel dan Sel Progenitor Endotel
Fokus pada Mesenchymal Stem Cell dalam Sirkulasi Darah
Nurul Aini dkk. Ronny Karundeng

1. Disfungsi endotel berkaitan dengan penurunan fung-


1. Stem cell adalah jenis sel khusus dengan kemam- si NO
puan membentuk ulang dirinya dan dalam saat ber-
samaan membentuk sel yang terspesialisasi. 2. Sel mononuklear yang memiliki antigen permukaan
CD34+ berpotensi menjadi sel endotel
2. Stem cell selalu dalam keadaan tak terdiferensiasi
3. Neovaskularisasi dapat merugikan pada penatalak-
3. Stem cell bisa diisolasi dari jaringan dewasa. sanaan tumor

4. Penggunaan embryonic stem cell kurang bermasalah 4. Sel progenitor endotel berkurang jika exercise
etis dibandingkan penggunaan adult stem cell.
5. Sel progenitor endotel cenderung merangsang pem-
5. Kematian sel alami disebut nekrosis bentukan ateroma

6. Heterokarion merupakan fusi antar hematopoetic 6. G CSF akan mengurangi jumlah sel progenitor endo-
stem cells tel

7. Sumsum tulang merupakan sumber utama mesen- 7. Makin matur sel progenitor endotel, makin berkurang
chymal stem cells daya neovaskularisasinya

8. Mesenchymal stem cells dapat juga diperoleh dari 8. Cedera endotel merangsang proliferasi sel CD34+
darah tali pusat
9. Transplantasi sel sumsum tulang dapat merangsang
9. Perlakuan medium yang berbeda tidak mempenga- reendotelialisasi
ruhi proses diferensiasi sel
10. Regenerasi endotel memperbesar risiko resteno-
10.Pengembangan stem cell di laboratorium aman dari sis
masalah etika

JAWABAN: JAWABAN:
10.S 9.S 8.B 6.S 7.B 5.S 3.B 4.S 1.B 2.B 10.S 9.B 8.B 6.S 7.B 5.S 1.B 2.B 3.B 4.S

112 cdk 161/vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008


Konferensi Kerja Nasional VII IRA, Makasar, 15-17 No- 11th Bangkok Symposium on HIV Medicine, Thailand,
vember 2007 16-18 Januari 2008

Kalbe.co.id - Konferensi Kerja Kalbe.co.id - Simposium HIV Medicine


Nasional VII (Perhimpunan yang berlangsung di Bangkok selama
Reumatologi Indonesia) yang 3 hari merupakan pertemuan kola-
diselenggarakan baru-baru ini borasi peneliti dan pemerhati HIV dari
di RS Wahidin dan Hotel Clar- 3 negara yaitu Netherland, Australia
ion, Makassar, 15-17 Novem- dan Thailand. Kolaborasi tersebut
ber 2007. Konkernas ini dihad- dinamai HIV-NAT (HIV-Netherland, Australia, Thailand).
iri oleh sekitar 500 dokter reumatologi, dokter penyakit Simposium dihadiri oleh dokter, tenaga kese-hatan dan
dalam dan dokter umum yang sebagian besar berasal pemerhati HIV berjumlah sekitar 600 partisipan dari 11
dari daerah Sulawesi dan Kalimantan. Pada kesempa- negara (Thailand, Laos, Myanmar, Vietnam, Cambodia,
tan kali ini dibahas segala hal mengenai diagnosis, pa- Indonesia, India, Singapore, Taiwan, China and Korea).
tofisiologi, maupun penatalaksanaan terapi yang terkait
dalam bidang reumatologi. Seminar Sel Punca - PERKAPI, The Ritz-Carlton Ho-
tel, Jakarta, 2 Februari 2008
Simposium 5th Combined Asian Breast Diseases
Association (ABDA) – 4th Breast Screen Singapore Kalbe.co.id - Bertempat di Hotel
(BSS) – Breast Cancer Conference, Singapore, 15-18 Ritz-Carlton, Jakarta, pada tang-
November 2007 gal 2 Februari 2008, dilaksanakan
Kalbe.co.id - Pada tanggal 15- seminar Sel Punca (Stem Cell)
18 November 2007 yang lalu di yang di adakan oleh PERKAPI
Orchard Hotel, Singapura, telah (Perhimpunan Kedokteran Anti
diadakan sebuah simposium Penuaan Indonesia) bekerjasa-
tingkat Asia, yaitu 5th Combined ma dengan Bio-Cellular Research Organization (BCRO).
Asian Breast Diseases Associa- Kegiatan ini didedikasikan untuk pengajaran mengenai
tion (ABDA) – 4th Breast Screen teori dan potensi klinik transplantasi sel punca yang dipres-
Singapore (BSS) – Breast Cancer Conference mengenai entasikan oleh salah satu peneliti dunia dalam bidang sel
penyakit pada payudara, khususnya kanker payudara. punca sejak tahun 1977 yaitu Dr. E. Michael Molnar dan
ABDA, yang merupakan pihak penyelenggara, meru- DR. Salvador Zepeda Vargas, seorang ahli onkologi de-
pakan sebuah perkumpulan medis multidisplin yang ngan pengalaman luas dalam konsep baru untuk penga-
dibentuk pada tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan nanan kanker selain metode konvensional.
deteksi, diagnosis, dan tatalaksana bagi pasien dengan
penyakit pada payudara. Seminar PERKAPI, Hidup Lebih Lama, Menjadi Tua
Tetap Sehat & Bahagia, Jakarta 19 Februari 2008
Panjang pendek usia seseorang tidak ditakdirkan,
Hotel Santika 18 Desember 2007 Kalbe.co.id - Satu di antara 12 orang Sin-
gapura berusia di atas 65 tahun. Pada
Kalbe.co.id - Panjang pendek usia tahun 2030 nanti, persentase warga
manusia - tidak seperti yang diyakini lansia mencapai 1 di antara 5 penduduk
banyak orang - ternyata tidak ditak- Singapura. Demikian dijelaskan Dr Caro-
dirkan. Demikian catatan presen- line Low dari Raffles Hospital Singapura.
tasi Prof Dr dr Wimpie Pangkihala Acara yang diberi tajuk “Hidup Lebih
SpAnd. FAACS saat meluncurkan Lama, Menjadi Tua Tetap Sehat & Bahagia” diselengga-
buku teranyarnya “Anti Aging Medi- rakan oleh Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indo-
cine: memperlambat penuaan, meningkatkan kualitas hi- nesia (PERKAPI), Raffles Singapura, Magnolia Wellness
dup”, di Hotel Santika - Jakarta, 18 Desember 2007. Guru Clinic dan mendapat dukungan dari Kalbe Farma.
Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ini, menanyakan ‘keadilan’ Sang Pencipta jikalau orang-
orang di Indonesia diberi takdir usia pendek dibandingkan Laporan lengkap dari pelbagai simposium di atas (dalam Ba-
orang-orang di negera maju. Bayangkan, rata-rata pen- hasa Indonesia/English), bisa diakses pada http://www.kalbe.
duduk negara Swiss bisa mencapai 80,5 tahun, sedang- co.id/seminar.
kan di Indonesia hanya 66,8 tahun saja.

CDK 161 / vol. 35 no. 2 Mar-Apr 2008 111

You might also like