Professional Documents
Culture Documents
2
Maret - April 2008
ISSN: 0125-913 X
http://www.kalbe.co.id/cdk
Artikel Utama :
Altered Nuclear Transfer: Pengembangan Teknik Somatic Cell Nuclear Transfer
untuk Mengatasi Masalah Etika
1,2 2 1 1 1
Harry Murti , Mokhamad Fahrudin , Caroline Tan Sardjono , Boenjamin Setiawan , Ferry Sandra / hal. 61
Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2007 dianugerahkan pada para pionir
Stem Cell
hal. 94
--------------------------------------------------------------------------------
Profil :
Mengenal Lebih Dekat Sosok Perintis Spesialis Bedah Digastif di Indonesia
Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat, SpB / hal. 103
QFUVOKVL!VOUVL!QFOVMJT
CDK menerima naskah yang membahas berbagai aspek Ebgubs!Jtj
kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di
bidang-bidang tersebut. Naskah yang dikirimkan kepada Re-
daksi adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan oleh CDK;
dpoufou
bila pernah dibahas atau dibacakan dalam suatu pertemuan
ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai nama, tem-
pat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila 58. Editorial
menggunakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kai-
60. English Summary
dah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Istilah medis
sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. B S U J L F M CFSJUB!UFSLJOJ
Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah
isinya. Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam
bahasa Indonesia. 72/! Bmufsfe! Ovdmfbs! Usbotgfs;! 93. Hadiah nobel fisiologi atau kedok-
Untuk memudahkan para pembaca yang tidak berbahasa
Qfohfncbohbo! Uflojl! Tpnbujd! teran 2007 dianugerahkan pada para
Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak dalam Dfmm!Ovdmfbs!Usbotgfs!vouvl pioner stem cell
bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat Nfohbubtj!Nbtbmbi!Fujlb
sendiri abstrak berbahasa Inggris untuk karangan terse-
but. Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih Harry Murti, Mokhamad Fahrudin, Caroline Tan 94. Aspirin dosis rendah plus statin
berukuran kuarto/ folio, satu muka, dengan menyisakan cu- Sardjono, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra menurunkan risiko kanker kolorektal
kup ruangan di kanan kirinya, lebih disukai bila panjangnya
kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam bentuk
disket program MS Word.
75/!Lbsblufsjtujl!Cjpmphjt!ebo!Ejgf. 95. Efek donepezil pada pasien yang
sfotjbtj! Tufn! Dfmm! ;! Gplvt! qbeb! berhenti menggunakan memantine
Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan
lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/
Nftfodiznbm!Tufn!Dfmm
grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelas-
96. Lemak perut dan risiko Diabetes
Nurul Aini, Boenjamin Setiawan, Ferry Sandra
nya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, Melitus
diberi nomor sesuai dengan urutan pemunculannya dalam
naskah dan disertai keterangan yang jelas. 79/!Fltqbotj!Foepuifmjbm!Qsphfoj. 97. Pentoksifilin untuk pemakai EPO
Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk
ups!Dfmm yang resisten
menghindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi no-
mor urut sesuai dengan pemunculannya dalam naskah; di-
Frisca, Caroline Tan Sardjono, Ferry Sandra
susun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Medicus
98. Kadar vitamin B12 rendah berkai-
dan/ atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted 83/! Nfovkv! Lmpojoh! Ufsbqfvujl! tan dengan peningkatan risiko iskemi
to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
efohbo!Uflojl!TDOU serebral
Contoh :
Melina Setiawan, Caroline Tan Sardjono, Ferry
1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 99. Bagaimana virus Chikungunya me-
Sandra
1st ed. Baltimore, London: William and Wilkins, nyebar
1984; Hal 174-9.
2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties 88/! Ijtupgjtjpmphj! Tfm! Foepufm! ebo! 100. Kopi dan teh dapat menurunkan
of invading microorganisms. Dalam: Sodeman
WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Tfm! Qsphfojups! Foepufm! ebmbn! risiko kanker ginjal
Mechanism of diseases. Philadelphia: Tjslvmbtj!Ebsbi
WB Saunders, 1974;457-72.
3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasa filariasis Ronny Karundeng 101. MRI paling kuat di dunia siap
di Indonesia. Cermin Dunia Kedokt. 1990; 64: 7-10. memindai otak manusia
Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; 93/! Qfnfsjltbbo! Mbcpsbupsjvn!
bila tujuh atau lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan Ebmbn!Bouj!Bhjoh!Nfejdjof
tambahkan dkk. 102. Informatika Kedokteran
104. Profil
Suzanna Immanuel
Naskah dikirimkan ke alamat : 106. Praktis
Redaksi CDK 107. English Summary Lanjutan
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4 98/! Fgflujgjubt! Qfohhvobbo! Nfbm! 108. Laporan Khusus
Cempaka Putih, Jakarta 10510 110. Kegiatan Ilmiah
Sfqmbdfnfou! Qbeb! Qfohbuvsbo!
E-mail : cdk@kalbe.co.id
Ejfu!Qbtjfo!Pcftjubt!Ebmbn!Nfn. 112. RPPIK
Tlp. (021) 4208171.
qfscbjlj!Lpnqptjtj!Uvcvi!Ebo!Gbl.
Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan,
akan diberitahu secara tertulis.
ups!Sjtjlp!Tjoespnb!Nfubcpmjl
Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila Dr. Inge Permadhi, Dr. Samuel Oetoro, Dr. Fiastuti
disertai dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap de- Witjaksono
ngan perangko yang cukup.
Beberapa artikel edisi Cermin Dunia Kedokteran kali ini akan mem-
bahas berbagai hal sekitar teknologi tersebut, ditambah dengan be-
berapa artikel lain mengenai kanker; sebagian artikel tentang stem
cell berasal dari para peneliti di Stem Cell and Cancer Institute - suatu
lembaga yang didukung oleh Kalbe Farma untuk mengembangkan
teknologi masa depan agar tetap dapat mengikuti pesatnya kemajuan
penelitian di dunia; tentu dengan harapan dapat menghasilkan se-
suatu yang berguna bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
kita semua.
Redaksi
QFNJNQJO!VNVN
Dr. Erik Tapan
ISSN: 0125-913 X
http://www.kalbe.co.id/cdk LFUVB!QFOZVOUJOH
Dr. Budi Riyanto W.
BMBNBU!SFEBLTJ
Gedung KALBE NBOBKFS!CJTOJT
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4 Nofa, S.Si, Apt.
Cempaka Putih, Jakarta 10510
EFXBO!SFEBLTJ
Tlp. 021-4208171
Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto Zahir, MSc.
Fax.: 021-4287 3685 Dr. Michael Buyung Nugroho
E-mail : cdk.redaksi@yahoo.co.id Dr. Karta Sadana
Web: http://www.kalbe.co.id/cdk Dr. Sujitno Fadli
Drs. Sie Johan, Apt.
OPNPS!JKJO Ferry Sandra, Ph.D.
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976 Budhi H. Simon, Ph.D.
SFEBLTJ!LFIPSNBUBO
Qspg/!Esh/!Tjuj!Xvszbo!B!Qsbzjuop-!!TLN-!!NTdE-!!QiE Qspg/!ES/!Esb/!Bsjoj!Tfujbxbuj
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Qspg/!Es/!Bcevm!Nvuibmjc-!!TqQE!LIPN Qspg/!Es/!Gbjtbm!Zvovt-!!QiE-!!TqQ)L*
Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta SMF Paru RS Persahabatan, Jakarta
Qspg/!Es/!Ekplp!Xjepep-!!TqQE.LQUJ Qspg/!ES/!Es/!Sjboup!Tfujbcvez-!!TqGL
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonsia/ Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Es/!S/N/!Ovhspip!Bcjlvtop-!!NTd/-!!EsQI
Qspg/!ES/!Es/!Dibsmft!Tvskbej-!!NQI Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Pusat Penelitian Kesehatan Unika Atma Jaya Jakarta
Qspg/!ES/!Es/!Xjnqjf!Qbohlbijmb-!!TqBoe-!!GBBDT
Qspg/!ES/!Es/!I/!B{jt!Sboj-!!TqQE-!!LHFI Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Qspg/!ES/!Es/!Jhobujvt!Sjxboup-!!TqC)L*
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/
Qspg/!ES/!Es/!Tjebsubxbo!Tpfhpoep-!!TqQE-!!LFNE-!!GBDF RS Dr. Kariadi, Semarang
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Es/!Upoz!Tfujbcveij-!!TqLK-!!-!QiE
Universitas Trisakti/ Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta
ES/!Es/!Bcjejo!Xjekbobslp-!!TqQE.LIPN
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Kanker Dharmais, Jakarta
Qspg/!ES/!Tbntvsjekbm!Ekbv{j-!!TqQE-!LBJ
Sub Dept. Alergi-Imunologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam
ES/!Es/!nfe/!Bcsbibn!Tjnbuvqboh-!!NLft Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Jakarta
Es/!Qsjkp!Tjej qsbupnp-!!TqSbe)L*
Qspg/!Es/!Tbsbi!T/!Xbsbpvx-!!TqB)L* Departemen Radiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
Qspg/!ES/!Es/!Kpibo!T/!Nbtkivs-!!TqQE.LFNE-!!TqLO
Qspg/!ES/!Es/!Svmmz!N/B/!Spftmj-!!TqQE.LHI Departemen Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Es/!Ifoesp!Tvtjmp-!!TqT)L*
Es/!Bvdlz!Ijoujoh-!!QiE-!!TqBoe Dept. Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya RS Dr. Soetomo, Surabaya
Qspg/!ES/!esh/!Ifoesp!Lvtopup-!!TqPsu/ Qspg/!ES/!Es/!Ebsxjo!Lbszbej-!!TqHL
Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat
ES/!Es/!Zphb!Zvojbej-!!TqKQ Es/!Jlf!Tsj!Sfekflj-!!TqBo!LJD-!!N/Lft
Sub Dept. Kardiologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Indonesia/RSP Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Bmufsfe!Ovdmfbs!Usbotgfs;!Qfohfncbohbo!Uflojl!
Tpnbujd!Dfmm!Ovdmfbs!Usbotgfs!vouvl
Nfohbubtj!Nbtbmbi!Fujlb
!
Ibssz!Nvsuj2-3!-!Nplibnbe!Gbisvejo3!-!Dbspmjof!Ubo!Tbsekpop2!-!Cpfokbnjo!Tfujbxbo2!-!Gfssz!Tboesb2
2
!Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb
3
Mbcpsbupsz!pg!Fncszpmphz-!!Gbdvmuz!pg!Wfufsjobsz!Nfejdjof-!!Cphps!Bhsjdvmuvsbm!Vojwfstjuz-!!Cphps-!!Joepoftjb/
BCTUSBL
Embrio hasil SCNT dapat dijadikan sebagai sumber Embryonic Stem Cell (ESC) yang bersifat pluripoten dan meru-
pakan patient-specific stem cells. Penerapan teknik SCNT bertujuan untuk aplikasi konsep therapeutic cloning dan
regenerative medicine melalui teknik transplantasi autologous, sehingga tidak menimbulkan reaksi penolakan ja-
ringan pada tubuh pasien. Terobosan baru dalam teknik ini adalah menghambat pembentukan trofektoderm pada
embrio hasil SCNT, sehingga embrio hanya akan membentuk Inner Cell Mass (ICM) dan tidak dapat berimplantasi
ke dalam jaringan endometrium. Pengembangan teknik yang dikenal dengan Altered Nuclear Transfer (ANT) di-
harapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan etika penggunaan embrio sebagai sumber ESC. Metode ANT
dengan menggunakan RNA interference (RN Ai) untuk mencegah ekspresi gen Cd x2 pada embrio hasil SCNT
akan dibahas dalam artikel ini.
QFOEBIVMVBO
Perkembangan teknik Somatic Cell Nuclear Transfer ngan menggunakan mikromanipulator ataupun secara
(SCNT) telah menjadi alternatif baru dalam kemajuan enzimatik dengan menggunakan reaksi antigen-antibodi
riset biomedis1. Aplikasi teknik SCNT dapat digunakan yang secara spesifik melisis sel-sel trofoblas6.
untuk untuk memproduksi Embryonic Stem Cell (ESC)2.
Secara garis besar teknik transfer inti sel somatik Medium spesifik untuk kultur ICM agar dapat berprolife-
(SCNT) meliputi 3 langkah utama (Gambar 1), yakni: rasi dan juga mempertahankan sifat pluripotensi serta
(1) enukleasi atau pembuangan inti oosit yang akan digu- karakter sel punca yang dimiliki7. Pada ntESC mencit,
nakan sebagai resipien sitoplasma (oosit resipien), penambahan Leukemia Inhibitory Factor (LIF) berfungsi
(2) transfer inti atau pemasukan inti sel somatik ke untuk mempertahankan keadaan tidak berdiferensiasi
dalam oosit resipien, (undifferentiated stage)8. Sedangkan pada manusia, peng-
(3) aktivasi atau induksi oosit hasil rekonstruksi agar dapat gunaan Mouse Embryonic Fibroblast (MEF) sebagai feeder
berkembang menjadi embrio yang kemudian dikenal se- layer dapat mencegah proses differensiasi9. Hasil kultur
bagai embrio SCNT yang dapat dijadikan sebagai sum- ntESC dapat dimanfaatkan sebagai sumber ESC yang apa-
ber sel punca 3. bila diperlukan dapat diinduksi
untuk berdiferensiasi menjadi
Sel lestari (cell line) ESC yang tipe-tipe sel tertentu10,11. Sel-
dihasilkan melalui teknik sel hasil diferensiasi tersebut
SCNT sering disebut dengan dapat digunakan untuk tujuan
istilah ntESC (nuclear trans- terapi berbasis sel pada ber-
fer Embryonic Stem Cell)4. bagai jenis penyakit degenera-
Sel lestari ntESC diperoleh tif12. Beberapa penelitian ter-
dari kultur sel embrio hasil dahulu menunjukkan bahwa
aplikasi SCNT hingga men- ESC dapat diarahkan menjadi
capai tahap blastosis, lalu sel-sel neuron13,14, ginjal15,
bagian Inner Cell Mass (ICM) Gambar 1. Skema teknik SCNT pada mencit. 1: enukleasi atau otot jantung16,17, pankreas18.
diisolasi dan dikultur dengan pembuangan inti oosit yang akan digunakan sebagai oosit resipien; 2:
transfer inti atau pemasukan inti sel somatik ke dalam oosit resipien;
medium spesifik5. Teknik 3: aktivasi atau induksi oosit hasil rekonstruksi agar dapat berkem-
Secara teoritis, ntESC memi-
isolasi ICM dapat dilakukan bang menjadi embrio. liki kelebihan dibandingkan
baik secara mekanik de- dengan sumber ESC lainnya,
BCTUSBL
Stem cell telah menjadi fokus perhatian baik bagi kalangan peneliti maupun khalayak umum karena potensinya
dalam terapi berbasis sel. Mengingat isu etis yang melingkupi penggunaan embryonic stem cell, adult stem cell
menjadi alternatif pilihan untuk maksud tersebut. Penggunaan mesenchymal stem cell dari darah tali pusat men-
jadi preferensi sebagian peneliti karena sifat plastisitasnya yang tinggi dan imunogenisitasnya yang rendah.
Dengan perlakuan yang tepat, mesenchymal stem cell ini dapat berkembang menjadi berbagai sel dan selanjutnya
dapat dipakai sebagai sumber transplantasi sel untuk terapi berbasis sel. Untuk bisa melangkah ke penggunaan
mesenchymal stem cell sebagai terapi rutin pada manusia, berbagai usaha dilakukan untuk mengkultur mesen-
chymal stem cell dalam medium xeno-free sebagai upaya mencegah transfer patogen hewan ke manusia.
Kata Kunci : Stem cell, adult stem cell, mesenchymal stem cell, terapi berbasis sel.
Qfoebivmvbo Bevmu!Tufn!Dfmm!wfstvt!Fncszpojd!Tufn!Dfmm
Selama bertahun-tahun para peneliti mencari dan men- Sejak berhasilnya isolasi stem cell dari embrio manu-
coba memahami mengapa sebagian sel dan organ tu- sia oleh Thomson pada 1998, prospek kegunaannya
buh manusia mampu memperbaiki diri sedangkan sel dalam terapi sel telah menarik perhatian kalangan
dan organ-organ lainnya tidak. Sekarang, pencarian itu peneliti maupun khalayak umum. Stem cell jenis ini di-
difokuskan ke bidang stem cell. Stem cell adalah jenis sel peroleh dari inner cell mass blastocyst. Mirip seperti
khusus dengan kemampuan membentuk ulang di-rinya yang telah dibuktikan dengan penelitian pada tikus, hu-
dan dalam saat yang bersamaan membentuk sel yang man embryonic stem cell telah terbukti sangat primitif,
terspesialisasi. Meskipun kebanyakan sel dalam tubuh dapat berproliferasi tanpa batas, dan memiliki kemam-
seperti jantung maupun hati telah terbentuk khusus un- puan untuk menurunkan galur semua jenis sel dewa-
tuk memenuhi fungsi tertentu, stem cell selalu berada sa.4 Namun karena proses isolasinya berarti meng-
dalam keadaan tidak terdiferensiasi sampai ada sinyal ganggu perkembangan embrio, minat para peneliti
tertentu yang mengarahkannya berdiferensiasi menjadi mendapat tentangan dari para politisi dan pemerhati
sel jenis tertentu. Kemampuannya untuk berproliferasi masalah etika penelitian.3,5 Lebih jauh lagi, tumorioge-
bersamaan dengan kemampuannya berdiferensiasi men- nicity dari embryonic stem cell haruslah jelas sebelum
jadi jenis sel tertentu inilah yang membuatnya unik.1,2 melangkah lebih jauh ke tahap terapi.6
Terdapat dua kelompok utama stem cell menurut sum- Sejak itu minat penelitian terhadap adult stem cell mening-
bernya, yaitu embryonic stem cell yang diisolasi dari in- kat pesat. Adult stem cell sebagai sumber stem cell dewa-
ner cell mass embrio, dan adult stem cell yang diiso- sa relatif aman dari isu etis. Di luar perdebatan mengenai
lasi dari jaringan dewasa. Seperti telah diperkirakan seberapa plastis dan efektif adult stem cell dibandingkan
sebelumnya, dewasa ini makin banyak bukti mendukung dengan embryonic stem cell, adult stem cell lebih mu-
dugaan kehadiran stem cell pada organ dan jaringan, dah dijumpai di berbagai organ dan jaringan dewasa de-
dan bahwa sel-sel jenis ini memiliki kemampuan untuk ngan tingkat ekspansi yang juga tinggi, dan secara teknis
berkembang jauh melebihi yang dulu dibayangkan. Se- lebih mudah diisolasi dibandingkan dengan teknik isolasi
jauh mana potensi sel ini dapat dikembangkan untuk embryonic stem cell dari inner cell mass blastocyst. 6,7,8
kepentingan terapi manusia masih belum jelas, namun
pertanyaan-pertanyaan tersebut membuka kemungkin- Adult stem cell seperti semua tipe stem cell yang lain,
an bagi pemanfaatan stem cell di masa datang. 1,2,3 memiliki setidaknya dua karakter khusus. Yang perta-
ma, mereka mampu membuat salinan sel yang identik
Ekspansi
Endothelial Progenitor Cell
Gsjtdb-!!Dbspmjof!U/!Tbsekpop-!!Gfssz!Tboesb
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbodfs!Jotujuvuf-!!Lbmcf!Qibsnbdfvujdbm!Dpnqboz!Kblbsub-!!Joepoftjb
BCTUSBL
Ditemukannya EPC membawa pengaruh yang besar dalam terapi penyakit pembuluh darah. Keterbatasan jum-
lah EPC dalam sirkulasi darah menjadi hambatan utama dalam pengembangan EPC sebagai produk terapi sel.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam meningkatkan jumlah EPC dengan cara mengkultur secara in vitro untuk
mendapatkan jumlah EPC yang dibutuhkan. Dalam artikel ini, akan diuraikan mengenai karakteristik, berbagai
upaya ekspansi EPC dan metode yang sekarang ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menghitung EPC.
Kata kunci : EPC, sel punca, ekspansi, identifikasi, Endothelial Progenitor Cell.
QFOEBIVMVBO
Kerusakan atau disfungsi sel endotel merupakan sti- erasi dan diferensiasi yang lebih terbatas. Sel ini bersifat
mulus utama untuk terjadinya arterosklerosis1. Hal ini unipoten, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi sel endotel
menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah yang matang. EPC memiliki peran penting dalam pembentu-
dapat berakibat fatal seperti ditemukan pada penyakit kan pembuluh darah dan remodelisasi sel endotelial pada
distrofi muskular, gagal ginjal akut (CRF), dan stroke2. pembuluh darah yang mengalami kerusakan12-15.
Tidak hanya itu, arterosklerosis pada pembuluh darah
jantung (kardiovaskular) menyebabkan infark miokard EPC didefinisikan sebagai bagian dari sel berinti tung-
akut yang juga termasuk dalam daftar penyakit utama gal (mononucelar cell atau MNC) yang memiliki molekul
penyebab kematian di dunia. penanda sel punca hematopoietik, yaitu CD34, suatu
glikoprotein yang memediasi pelekatan sel punca pada
Ditemukannya Endothelial Progenitor Cell (EPC) mem- matriks ekstraseluler sumsum tulang dan CD133,
bawa implikasi besar dalam dunia ilmiah dan kedok- suatu glikoprotein yang dilaporkan merupakan molekul
teran. EPC dapat memediasi terjadinya pembentukan penanda untuk sel punca yang lebih primitif dibanding-
pembuluh darah baru (neovaskularisasi dan angioge- kan CD34, sampai saat ini fungsi dari molekul CD 133
nesis) dan menjaga integritas pembuluh darah3. De- masih belum diketahui dengan pasti16. EPC yang telah
ngan demikian transplantasi EPC menjadi suatu alter- mengalami diferensiasi menjadi sel yang lebih matang
natif terapi untuk mengatasi penyakit akibat gangguan secara berangsur-angsur akan kehilangan ekspresi
pembuluh darah4. CD34. EPC juga dilaporkan memiliki molekul penanda
sel endotelial, yaitu KDR (Kinase Insert Domain Re-
EPC dapat diisolasi dari berbagai sumber, antara lain ceptor), suatu protein yang berperan penting dalam
darah tali pusat1,5,6, darah tepi1,3,7, sumsum tulang1,8,9 menstimulasi proliferasi, perkembangan pembuluh
dan juga pada jaringan tubuh lainnya, seperti jari- darah baru (sprouting), dan angiogenesis. EPC juga
ngan lemak, hati, jantung, limpa, dan saluran pencer- berperan dalam pelekatan dan interaksi antar sel17,18.
naan10,11. Namun, jumlah EPC yang sangat terbatas Beberapa molekul penanda sel endotelial matang lain-
dari berbagai sumber tersebut membatasi penggu- nya yang dapat dimiliki oleh EPC antara lain sebagai
naan EPC sebagai terapi. Oleh karena itu, diperlukan berikut: CD31 (Platelet endothelial cell adhesion mol-
upaya untuk memperbanyak EPC dengan cara meng- ecule-1), berperan dalam pelekatan sel endotel dan
kultur secara in vitro (ekspansi) untuk memenuhi jum- merupakan molekul yang berperan dalam proses mi-
lah kebutuhan dalam terapi. grasi leukosit melalui jaringan interseluler sel-sel en-
dotel; CD146 (P1H12), berperan dalam memediasi
Lbsblufsjtujl!ebo!qfsbo!FQD pelekatan antar sel endotel19,20; Von Willebrand factor
EPC merupakan sel yang memiliki karakteristik seperti (vWF), berperan dalam proses koagulasi darah; Tie-2
sel punca (stem cell), namun memiliki kemampuan prolif- berperan dalam pematangan jaringan sel endotel se-
EPC dapat berperan dalam proses yang bersifat fisio- Metode isolasi lainnya adalah berdasarkan molekul
logis maupun patologis. Dalam proses yang bersifat penanda pada permukaan sel yang bertujuan untuk
fisiologis, EPC merupakan sel progenitor yang memi- mendapatkan fraksi sel yang lebih spesifik dibanding-
liki kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi kan metode sentrifugasi. Prinsip dari metode ini antara
menjadi sel endotelial matang13. Dengan demikian lain melalui reaksi pemisahan berdasarkan kompleks
EPC ikut menjaga integritas pembuluh darah melalui antara antigen dan antibodi. Antigen yang digunakan
fungsinya dalam menggantikan sel-sel endotel yang dalam metode ini adalah molekul penanda permukaan
rusak (reendotelialisasi) dan pembentukan pembuluh sel yang akan diisolasi, dan antibodi spesifik terhadap
darah baru21,22. Dalam proses yang bersifat patologis, antigen yang digunakan berada dalam keadaan teri-
EPC turut berperan dalam angiogenesis pada penyakit kat dengan magnetik microbeads. Pemisahan dilaku-
tumor sehingga dapat menyebabkan semakin cepat- kan dalam medan magnet, oleh karena itu metode ini
nya pertumbuhan tumor11. disebut separasi imunomagnetik. Untuk metode ini,
diperlukan beberapa perangkat instrumen tambahan
Vqbzb!fltqbotj!FQD seperti magnetik microbeads beserta perangkat un-
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa EPC tuk separasi, antara lain kolom dan separator. Kolom
dapat diisolasi dari berbagai sumber, dengan jumlah disisipkan di antara separator, yang merupakan me-
EPCs <1% dalam jumlah total sel mononuklear pada dan magnet kuat, sehingga sel dengan antigen terten-
sumsum tulang dan < 0.01% dalam peredaran darah tu yang sudah diikat oleh antibodi pada microbeads
perifer15. Sedangkan jumlah EPC yang dibutuhkan un- akan tertahan di kolom dan dapat dipisahkan untuk
tuk digunakan dalam terapi manusia dewasa cukup digunakan lebih lanjut. Proses ini dapat digunakan un-
besar jumlahnya. Dilaporkan bahwa diperlukan kurang tuk mendapatkan fraksi sel yang memiliki molekul pe-
lebih 3x108 sampai 6x108 sel yang berarti dibutuh- nanda tertentu (seleksi positif) atau sebaliknya (seleksi
kan 8,5-120 liter darah perifer untuk memperoleh negatif). Aplikasi penggunaan separasi imunomagnetik
EPC dalam jumlah cukup15,23. dalam pengisolasian kandidat sel EPC yang sudah di-
lakukan antara lain untuk mendapatkan fraksi sel yang
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka banyak memiliki molekul penanda CD14, CD34, CD133, atau
penelitian telah dilaksanakan dalam upaya mengeks- CD146 untuk digunakan dalam proses selanjutnya15.
pansi jumlah EPC. Penelitian akhir-akhir ini mengemu-
kakan beberapa proses penting yang menjadi kom- Berbagai metode isolasi dan fraksi sel yang dihasilkan be-
ponen utama dalam metode ekspansi jumlah EPC. serta sumber pustakanya dapat dilihat pada ubcfm!2.
Proses tersebut dimulai dengan proses isolasi EPC,
proses kultur dengan menggunakan beberapa jenis Ubcfm!2!!Nfupef!jtpmbtj!ebo!gsbltj!tfm!zboh!ejibtjmlbo!vouvl!fltqbotj!
FQD
media, dan proses penentuan jumlah EPC yang ber-
hasil dikumpulkan. Masing-masing proses di atas akan Fraksi sel Sumber pustaka
Metode
diuraikan secara singkat sebagai berikut. 24-28
Sentrifugasi MNC
(densitas-gradien)
Jtpmbtj!FQD
CD14 29
Berbagai metode isolasi sel yang akan diekspansi di Separasi imunomagnetik
antaranya yaitu metode isolasi sel berdasarkan karak- CD34 16,18,30
teristik inti selnya dan molekul penanda yang terletak 21,31
CD133
pada permukaan sel.
CD146 32
Metode isolasi sel yang paling sederhana adalah de-ngan
menggunakan metode sentrifugasi untuk memisahkan
fraksi sel berinti tunggal (MNC) dari sel-sel lain di dalam
Lvmuvs0!Fltqbotj!FQD
darah. Sel yang disentrifugasi dalam suatu gradien den-
Dalam upaya ekspansi jumlah EPC secara in vitro
gan massa tertentu akan dapat dipisahkan berdasar-
pada umumnya digunakan media basal beserta kom-
kan densitasnya. Metode ini akan memisahkan sel yang
binasi bahan tambahan yang ditujukan untuk mening-
densitasnya lebih tinggi seperti sel darah merah dan sel
katkan proliferasi sel dan diferensiasinya menjadi EPC.
granulosit dengan sel yang densitasnya lebih rendah sep-
Media basal yang umum digunakan antara lain Endo-
BCTUSBL
Penggunaan teknik Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT), baik dalam penelitian kloning reproduktif maupun klo-
ning terapeutik telah dilakukan oleh para ilmuwan di berbagai negara. Teknologi SCNT meliputi suatu teknologi
rekayasa terhadap sel telur, dengan cara mentransfer inti dari sel donor ke sel telur yang telah dikeluarkan inti-
nya (enucleated oocyte). Kedua jenis kloning memiliki kegunaannya masing-masing. Kloning reproduktif berperan
penting dalam pelestarian hewan-hewan langka yang hampir punah. Sedangkan, kloning terapeutik bertujuan
untuk menghindari adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien dalam terapi sel punca (stem cell) .
Keberhasilan suatu penelitian yang menghasilkan sel punca embrionik monyet dengan teknik SCNT akhir-akhir ini
membawa dunia semakin dekat dengan produksi sel punca embrionik manusia dari sel somatik dewasa sehingga
risiko penolakan terhadap sistem imun akan semakin berkurang. Tentu saja hal ini hanya dapat berkembang apa-
bila permasalahan etika penggunaan sel telur donor dapat teratasi.
QFOEBIVMVBO
Apabila anda mendengar kata “kloning”, mungkin yang mengalami pembelahan meiosis, sel telur dan sel
terlintas di dalam pikiran anda adalah domba Dolly, sperma memiliki materi genetik haploid (n). Terjadinya
domba yang berhasil diklon oleh Ian Wilmut pada tahun pembuahan sel telur oleh sel sperma atau fertilisasi
1996. Pada umumnya, topik pembicaraan tentang klo- akan menghasilkan embrio satu sel yang memiliki
ning cenderung hanya membicarakan mengenai salah materi genetik 2n. Kemudian, embrio ini akan terus
satu jenis kloning, yaitu kloning reproduktif. Domba Dolly berkembang ke tahapan perkembangan selanjutnya
merupakan salah satu contoh dari kloning reproduktif. menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, dan seterusnya.
Sebenarnya terdapat dua jenis kloning, yaitu kloning re-
produktif dan kloning terapeutik. Kedua jenis kloning ini Berbeda dengan fertilisasi alami, teknik SCNT merupa-
merupakan penerapan dari aplikasi teknologi Somatic kan suatu teknik rekayasa sel telur dengan cara men-
Cell Nuclear Transfer atau SCNT. Saat ini, berbagai transfer inti dari sel donor ke dalam sel telur yang telah
penelitian yang bertemakan kloning terus berjalan di dikeluarkan intinya (enucleated oocyte). Enucleated
tengah maraknya isu etika mengenai hal ini. oocyte tidak memiliki materi genetik. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan embrio konstruksi yang diploid, sel
Uflojl!TDOU telur harus direkonstruksi dengan cara mentransfer
Teknik SCNT berbeda dengan fertilisasi yang terjadi se- sel somatik (2n) ke dalam enucleated oocyte1. Proses
cara alami (Gambar 1). Pada fertilisasi alami, setelah enukleasi sel telur dapat dilakukan secara mekanik
menggunakan teknik mikromanipulasi. Sedang-
kan, proses introduksi sel donor dapat dilakukan
dengan teknik mikroinjeksi. Keberadaan cytocha-
lasin B (CB) pada medium kultur bertujuan untuk
menghambat sitokinesis atau pembelahan sel
sehingga dapat dihasilkan klon embrio diploid2.
Lmpojoh!sfqspevlujg
Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang
digunakan untuk menghasilkan individu (hewan) baru. Ge-
netika hewan klon tidak seluruhnya memiliki kesamaan
dengan sang induk1. Dengan menggunakan teknik SCNT,
persamaan genetika hewan klon dengan induknya hanya mbar 2. Perbedaan antara fertilisasi alami,
3
kloning reproduktif, dan kloning terapeutik .
terletak pada inti DNA donor yang berada di kromosom.
Hewan klon juga memiliki material genetik lainnya yang tif adalah biaya dan efisiensinya. Penelitian dalam klo-
berasal dari DNA mitokondria di sitoplasma1. ning reproduktif membutuhkan biaya yang sangat
tinggi dan tingkat kegagalannya tinggi. Di samping
Teknologi kloning reproduktif dapat digunakan untuk tingkat keberhasilan yang rendah, hewan klon cende-
mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka rung mengalami masalah defisiensi sistem imun serta
ataupun hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Na- sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor,
mun, laju keberhasilan teknologi ini sangatlah rendah. dan kelainan-kelainan lainnya.
Domba Dolly merupakan satu-satunya klon yang ber-
hasil lahir setelah dilakukan 276 kali percobaan (3)4,5. Penyebab timbulnya berbagai masalah di atas adalah
Semasa hidupnya, Dolly mengalami kanker paru-paru adanya kesalahan saat pemrograman material ge-
dan artritis, dan kemudian meninggal pada usia 6 ta- netik (reprogramming) dari sel donor8. Kesalahan
hun. Padahal, usia rata-rata domba pada umumnya pengkopian DNA dari sel donor atau yang lebih dikenal
mencapai 11-12 tahun6. dengan sebutan genomic imprinting akan mengakibat-
kan terjadinya perkembangan embrio yang abnormal.
Gambar 3. Domba Dolly, Berbagai contoh abnormalitas yang terjadi pada klon
hewan mamalia pertama yang
berhasil diklon oleh Ian Wilmut mencit adalah obesitas9, pembesaran plasenta (pla-
pada tahun 1996. Dolly menin- centomegally)10, kematian pada usia dini11.
ggal dengan cara disuntik mati
(lethal injection) pada tanggal
14 februari 2003. Sebelum Parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur keber-
kematiannya, Dolly menderita hasilan dalam SCNT adalah kemampuan sitoplasma
akibat kanker paru-paru dan
artritis yang dialaminya
6 pada sel telur untuk mereprogram inti dari sel donor
dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah ter-
jadinya perubahan-perubahan secara epigenetik sela-
ma dalam perkembangannya12. Dari semua penelitian
yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian ke-
Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi cil saja dari embrio hasil rekonstruksi (menggunakan
jumlahnya cukup banyak, di antaranya adalah domba, sel somatik dewasa atau fetal) yang berkembang men-
sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit1,7. Sementa- jadi individu muda yang sehat, dan umumnya laju ke-
ra itu, tingkat keberhasilan kloning masih rendah pada berhasilannya kurang dari 4%12.
hewan anjing, ayam, kuda, dan primata1,7.
Lmpojoh!ufsbqfvujl!ebo!tfm!qvodb
Masalah yang kerap kali timbul dalam kloning reproduk- Kloning terapeutik dengan menggunakan teknologi
Fujlb!ebmbn!lmpojoh
Dalam penelitian sel punca, perlu diperhati-
kan juga masalah etika yang timbul dan juga
keterkaitannya dengan hukum yang berlaku
di negara bersangkutan. Menurut sumber-
nya, sel punca dapat diklasifikasikan menjadi
3 jenis, yaitu adult stem cells, sel punca yang
berasal dari aborted fetus, dan sel punca
dari preimplanted embryo.
Berbagai batasan-batasan dalam peng- Gambar 6. Proses pengambilan sel telur donor dengan menggunakan panduan USG
21
gunaan embrio untuk kegiatan penelitian dan jarum aspirasi secaratransvaginal .
BCTUSBL
Sel mononuklear yang tidak tergolong sel darah pada sirkulasi darah tepi ternyata berperan pada keseha-tan
sistem kardiovaskuler. Peningkatan sel endotel pada sirkulasi darah tepi menunjukkan kejadian inflamasi pembu-
luh darah, sebaliknya peningkatan sel progenitor endotel dalam sirkulasi darah tepi menunjukkan sifat proteksi
terhadap pembuluh darah dan memperbaiki jaringan iskemik dengan reendotelialisasi dan neovaskularisasi.
Perlu upaya peningkatan sel progenitor endotel untuk mempertahankan kesehatan sistem kardiovaskuler.
Timbul pertanyaan apakah terdapat hubungan antara Sel endotel berbentuk poligonal, lebar 10-15 mμ, pan-
sel endotel dan sel progenitor endotel dalam sirkulasi jang 25-50 mμ dengan sumbu panjang mengikuti ali-
dengan keadaan sistem kardiovaskuler itu sendiri. ran darah. Luas permukaan seluruh endotel manusia
Dalam makalah ini akan dibahas histofisiologi sel en- bila direntangkan sekitar 150 m2 pada bayi dan dapat
dotel dan sel progenitor endotel dalam sirkulasi. mencapai 1000 m2 pada usia dewasa dengan jum-
lah sel sekitar 6 x 1013 dan berat kira-kira 1,5 kilo-
FOEPUFM gram atau setara dengan berat hepar.8 Tahun 1964,
Endotel yang menyusun lapisan monolayer permukaan dengan mikroskop elektron ditemukan batang-batang
adluminal sistem kardiovaskuler sebelum tahun 1960 kecil dalam sitoplasma sel endotel oleh Weibel dan
dianggap hanya berfungsi sebagai lapisan sawar seder- Palade, berpenampang 0,1 mμ dan panjang sampai 3
hana antara lumen pembuluh darah de-ngan jaringan mμ, dinamai badan Weibel Palade. Badan Weibel Pa-
sekitarnya, sesuai dengan gambaran histologis yang lade ini mengandung faktor Von Willebrand (faktor VIII)
hanya memiliki sangat sedikit struktur organela. Pene- suatu glikoprotein yang disintesis oleh sel endotel dan
litian-penelitian kemudian menunjukkan endotel memi- disimpan di badan Weibel Palade arteri (satu-satunya
liki fungsi yang sangat kompleks dalam mengendalikan bahan yang disimpan dalam sel endotel). Faktor VIII
keseimbangan hemostasis sistem kardiovaskuler, ini disekresikan ke dalam darah dan berfungsi untuk
de-ngan menghasilkan berbagai bahan vasoaktif yang agregasi trombosit. Faktor Von Willebrand ini dapat
tidak disimpan dalam sel tapi langsung dilepaskan ke dideteksi dengan teknik imnohistokimia, sekarang di-
dalam darah atau sel/jaringan sekitarnya.3,5,6 gunakan sebagai marker sel endotel dewasa .2,5,9,10,11
Eritropoietin (Epo) dapat merangsang proliferasi sel Penderita penyakit jantung koroner memiliki SPE lebih
stem hematopoietik dan meningkatkan jumlah SPE rendah dibandingkan dengan kontrol sehat dan akan
pada penelitian-penelitian in-vivo. Pemberian Vascular berespon terhadap sitokin G-CSF dalam meningkat-
Endothelial Growth Factor (VEGF) juga akan mening- kan SPE dan ekspresi homing reseptor yang dapat
katkan cEPCs sebanyak 2,1 kali.44 meningkatkan neovaskularisasi.42
Pemeriksaan Laboratorium
Dalam Anti Aging Medicine
Tv{boob!Jnnbovfm
Efqbsufnfo!Qbupmphj!Lmjojl!Gblmvubt!Lfeplufsbo!Vojwfstjubt!Joepoftjb-!!Kblbsub
BCTUSBL
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup bila berumur panjang, terjadinya ber-
beda dan kecepatan usia mulai proses juga berbeda. Dalam memasuki usia tua, seorang individu seringkali mengal-
ami berbagai gejala, tanda dan keluhan. Kumpulan gejala, tanda dan keluhan tersebut umumnya disebut sindroma
penuaan. Penelitian menunjukkan penyebab utama kerusakan fisik yang disebabkan penuaan adalah kemunduran
hormon seiring dengan bertambahnya usia. Proses penuaan sangat bervariasi dan dapat dipercepat, diperlambat
atau dibalik tergantung pada hormon yang mengatur dege-nerasi dan regenerasi tubuh di tingkat sel.
Pada tahun 1990, Dr. Daniel Rudman menemukan proses penuaan dapat dicegah dengan mengintervensinya
dan lahirlah anti aging medicine. Tujuan anti aging adalah mencegah penuaan dini, mencegah penyakit degeneratif
seperti jantung, paru, stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan sehat.
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status “panjang umur” bersandar pada tiga pilar yang penting yaitu
evaluasi status hormon, penilaian risiko kardio vaskuler, dan penapisan keganasan. Untuk penilaian status “anti
aging” yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi status hormon agar dapat dideteksi
apakah sudah terjadi penurunan hormon. Pada proses penuaan terjadi penurunan hormon tubuh seiring dengan
bertambahnya usia. Oleh karena itu penting untuk mengukur kadar hormon sebelum melakukan terapi sulih hor-
mon. Terapi sulih hormon hanya untuk mengganti hormon yang hilang akibat proses penuaan ke kadar normal
fisiologis. Terapi sulih hormon dapat memberikan manfaat yang mengagumkan sebagai anti aging jika diberikan
secara bijaksana dengan pengawasan laboratoris secara periodik untuk menjamin kadar hormon yang efektif
dalam darah.
Kata Kunci : Pemeriksaan Laboratorium, Evaluasi Sistem Hormon, Anti Aging Medicine
QFOEBIVMVBO
Menurut WHO saat ini setiap negara di dunia juga dapat dipercepat, diperlambat atau dibalik tergantung
menghadapi peningkatan tajam populasi usia diatas pada hormon yang mengatur degenerasi dan rege-
60 tahun. Perubahan ini berhubungan erat dengan nerasi tubuh di tingkat sel.(1,2) Penelitian menunjukkan,
perbaikan sanitasi dan eliminasi penyakit infeksi anak; penuaan sebagian besar disebabkan oleh penurunan
peningkatan harapan hidup, kognitif serta meningkat- Growth Hormone / Insulin-like Growth Factor-I (GH/
nya ketergantungan pada orang lain.(1) IGF-I) secara drastis dalam tubuh setelah dewasa. Ha-
sil penelitian telah membuktikan bahwa, terapi GH/
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami IGF-I dapat mencegah, memperlambat bahkan mem-
oleh seluruh mahluk hidup, jika mahluk itu diberi ke- balikkan sebagian besar penyakit atau keadaan yang
sempatan berumur panjang, terjadinya berbeda dan berhubungan dengan proses penuaan. Mereka yang
kecepatan usia mulai proses juga berbeda. Dalam me- mengalami sindroma penuaan umumnya ingin agar
masuki usia tua, seorang individu seringkali mengalami penuaan yang dialaminya saat ini bisa ditunda, dice-
berbagai gejala, tanda dan keluhan. Kumpulan gejala, gah, atau dikembalikan lagi seperti keadaan sebelum-
tanda dan keluhan tersebut umumnya disebut dengan nya (diremajakan).(1,2,3,4)
satu kata yaitu sindrom penuaan. Sindrom ini biasa-
nya timbul akibat keengganan/penolakan dan/atau Pada tahun 1990, Dr. Daniel Rudman menemukan
kekurangsiapan seorang/ individu dalam menyong- proses penuaan dapat dicegah dengan menginter-
song penuaan dan dipresipitasi oleh penurunan hor- vensinya dan lahirlah anti aging medicine. Tujuan anti
mon tubuh yang relatif cepat. Penelitian menunjukkan aging adalah mencegah penuaan dini, mencegah pe-
kemunduran hormon seiring bertambahnya usia meru- nyakit degeneratif seperti jantung, paru, stroke dan
pakan penyebab utama kerusakan fisik yang disebab- mencapai usia tua tetap produktif dan sehat.(5)
kan penuaan. Proses penuaan sangat bervariasi dan
MBUBS!CFMBLBOH
Penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan, 4,2% (tahun 1982) menjadi 10,9% (tahun 1993).2
atau yang lazim disebut dengan obesitas atau kegemu-
kan, saat ini merupakan masalah yang sangat serius Usaha untuk menurunkan berat badan sebesar 5-
dan timbul sebagai suatu ancaman kesehatan di selu- 10% dapat bermanfaat untuk mencegah terjadinya
ruh belahan dunia. Penimbunan ini disebabkan karena gangguan metabolik kronik akibat kegemukan, antara
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan jum- lain berupa penurunan tekanan darah, perbaikan profil
lah energi yang dikeluarkan.1 Di Indonesia meskipun lemak darah, perbaikan toleransi glukosa dan kecen-
prevalensinya masih relatif rendah, yaitu 2,5% pada derungan perbaikan trombosis.2 Pemberian terapi
pria dan 5,9% pada wanita, namun sudah mulai menun- diet pada obesitas bertujuan untuk mengurangi asu-
jukkan tanda-tanda untuk menjadi masalah kesehatan pan energi dan meningkatkan pengeluaran sehingga
masyarakat. Hal ini mengacu pada hasil penelitian di tercapai berat badan yang ideal.
Jakarta yang menunjukkan peningkatan prevalensi obe-
sitas pada wanita di tahun 1982 sebesar 17,1% men- Anjuran diet bagi penderita obesitas adalah diet den-
jadi 24,1% di tahun 1992-1993, sedangkan pada pria gan komposisi lemak yang lebih rendah yaitu <30%
Secara umum, tidak ada perbedaan bermakna Rerata IMT subyek adalah 31 kg/m2, dengan IMT ter-
(p>0,05) pada asupan zat gizi makro, ukuran antro- endah adalah 28,7 kg/m2 dan tertinggi adalah 35,7
pometrik dan hasil pengukuran BFA antar kelompok kg/m2. Berdasarkan hasil pengukuran antropometrik,
perlakuan sebelum penelitian, seperti terlihat pada ta- maka menurut kriteria Asia Pasifik (tahun 2000), IMT
bel 2 di bawah ini. subyek penelitian tergolong dalam Obesitas I dan II.
Menurut Kriteria Sindroma Metabolik menurut Asia Pa-
Ubcfm!3/!Tfcbsbo!lbsblufsjtujl!tubuvt!hj{j!tvczfl!cfsebtbslbo!btvqbo!{bu! sifik (tahun 2000), seorang subyek tergolong memiliki
hj{j!nblsp-!!vlvsbo!bouspqpnfusj!ebo!cpez!gbu!bobmztjt!)CGB*!qsb!qfofmjujbo/
risiko sindroma metabolik bila memiliki kriteria lingkar
Lbsblufsjtujl!tubuvt!hj{j Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C
Jumlah subjek 12 11
pinggang untuk pria >90 cm dan wanita >80 cm. Pene-
Asupan zat gizi makanan:*# litian ini tidak dibedakan menurut gender, namun bila
- Kalori (kkal) 1237,1 + 250,7 873,3 + 164,1 melihat rata-rata lingkar pinggang, tampaknya subyek
- Karbohidrat (g) 167,2 + 40,3 148,9 + 28,2
- Lemak (g) 32,2 + 19,7 15,3 + 7,9 penelitian berisiko menderita komorbiditas penyakit pe-
- Protein (g) 39,8 + 7,7 35,0 + 8,5 nyerta sindroma metabolik dan abdominal obesity .
Ukuran antropometik:*#
- Tinggi badan (cm) 162,8 + 5,7 160,7 + 7,3
- Berat badan (kg) 82,7 + 8,3 80,7 + 7,2 Dari hasil analisis BFA subyek penelitian sebelum
- Indeks massa tubuh (kg/m2) 31,2 + 2,5 31,2 + 4,5 perlakuan diperoleh rerata massa lemak tubuh total
- Lingkar perut (cm) 99,7 + 9,3 99,0 + 6,6
Hasik BFA:*#
adalah 34, rerata massa bebas lemak adalah antara
- Massa lemak tubuh 34,9 + 5,1 34,0 + 4,8 27-28, dan rerata massa otot berkisar antara 51-53.
- Massa bebas lemak 28,8 + 5,1 27,8 + 6,9 Pada kasus over weight dan obesitas, terjadi kompo-
- Massa otot 53,8 + 7,0 51,0 + 5,3
sisi tubuh yang tidak seimbang dimana massa lemak
*Mean ± standar deviasi (sd) tubuh berlebihan. Katch & McArdle menyebutkan
#Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05)
massa lemak tubuh normal pada pria dewasa 19.9%
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa
dan wanita dewasa 25.2%,7 sedangkan pada peneli-
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal
tian ini didapatkan massa lemak tubuh subyek >30%.
replacement
Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
Rerata asupan zat gizi makro (kalori, karbohidrat,
didapatkan perbedaan bermakna (p>0,05) antara
lemak dan protein) subyek penelitian pra perlakuan
tekanan sistolik, tekanan diastolik, profil lipid dan gula
adalah 900–1200 kkal/hari dengan asupan minimal
darah puasa subyek pra perlakuan seperti terlihat di
709 kkal dan maksimal 1487 kkal, dengan rincian
tabel 4 berikut.
asupan makronutrien dalam tabel 3 berikut.
Rerata kadar kolesterol total subyek penelitian sebe-
Ubcfm!:/!Qfsvcbibo!qspgjm!mfnbl!ebo!hvmb!ebsbi!tvczfl!qfofmjujbo!qbtdb! VDBQBO!UFSJNB!LBTJI
qfofmjujbo/
Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C q
Terima kasih kepada PT Sanghiang Perkasa (Kalbe
Qbsbnfufs
Perubahan kadar kolesterol total#(mg/dL) -18,2 + 51,7 -7,2 + 32,9 p>0,05 Nutritionals) atas kesediaannya memberikan formu-
Perubahan kadar kolesterol-LDL# (mg/dL) -20,3 + 41,1 13,0 + 16,4 p=0,008 la meal replacement (Entrasol Diet Nutrition) untuk
Perubahan kadar kolesterol-HDL# (mg/dL) -1,4 + 7,1 1,2 + 7,0 p>0,05
Perubahan kadar trigliserida# (mg/dL) -37,6 + 64,1 -60,2 + 70,0 p>0,05
membantu pelaksanaan penelitian ini.
Perubahan kadar gula darah puasa# (mg/dL) -25,5 + 19,8 -21,3 + 10,4 p>0,05
EBGUBS!QVTUBLB
*Uji statistik ANOVA 1. Bray GA. Handbook of Obesity. Clinical Applications. 2nd ed.
#Uji statistik Kruskal-Wallis 2. Waspadji S. Diabetes Mellitus, Penyakit Kronik dan Pencegahannya.
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Editor: Soegondo
S, Subekti I. Edisi 4, 2004, hal169-179.
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal 3. Wallace JP. Obesity. In: ACSM’s Exercise Management for Persons with
replacement Chronic Diseases and Disabilities. Human Kinetics, 1997, p 106-111.
4. Guo SS, Zeller C, Chumlea WC, Sievobel RM. Aging, body composition and life-
style the Fels longitudinal study. 1999. Am J. Clin Nutr. Vol 70, no 3, 405-411.
Terjadi perbaikan faktor risiko sindroma metabolik 5. Voss S, Kroke A, Grobusch KK, Boeing H. Is macronutrient composition
setelah penelitian pada kedua kelompok. Pada ke- of dietary intake data underreporting? Results from the EPIC-Potsdam
lompok perlakuan terdapat perubahan lingkar perut, study, EJCN 1998, vol 52, no 2, p 119-126).
6. Gibson RS. Nutritional assessment methods. Dalam: Principle of Nutrition
tekanan darah, kadar trigliserida dan kolesterol-HDL Assessment. 2nd ed. Oxford University Press, New York, 2005, hal 5-7.
yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, walau- 7. Katch FI, Mc Ardle WD. In: Introduction to Nutrition, Exercise, and
Health, Evaluation and Management of Obesity, Lea and Febiger, Phila-
pun perubahan ini tidak berbeda bermakna (p>0,05). delphia, 1993, p 254.
8. Johnson JS, Johnson BD, Allison T, Bailey KR, Schwarz GL, Turner ST. Cor-
Ubcfm!21/!Qfohbsvi!joufswfotj!hj{j!zboh!cfscfeb!tfmbnb!efmbqbo!njoh. respondence between the Adult Treatment Panel III Criteria for Metabolic
hv!ufsibebq!cfscbhbj!gblups!tjoespnb!nfubcpmjl!)TN*/ Syndrome and Insulin Resistance, 2006, Diabetes Care 29, p 668-672.
9. The International Diabetes Federation consensus definition of the met-
Gblups!Sftjlp!TN Lfmpnqpl!B Lfmpnqpl!C
abolic syndrome. Embargo: Thurs, 14th April 2005.
Jumlah subjek 12 11
10. Depres J, Pascot A, Lemeiux A, Lemeiux S, Lamrche B, Couilard C,
Perubahan lingkar perut (cm)*¤ -5,4 + 5,0 -5,8 + 6,1
Bergeron J. Obesity Management: A priority in the primary and sec-
Perubahan tekanan sistolik*¤ (mmHg) 2,5 + 18,6 -3,1 + 7,0
ondary prevention of cardiovascular disease. In Progress in Obesity
Perubahan tekanan diastolik*¤ (mmHg) -0,8 + 7,9 -2,5 + 5,3
Reseach: 9. Madeiros-Neto G, Halpern A, Bouchard C, John Libbey
Perubahan kadar gula darah puasa*¤ (mg/dL) -25,2 + 19,8 -21,3 + 10,4
Eurotext Ltd. 2003, p 29-35.
Perubahan kadar trigloserida*¤ (mg/dL) -37,6 + 64,1 -60,2 + 70,0
11. Witjaksono F. Association between metabolic sundrom (ATP III) and
Perubahan kadar kolesterol-HDL*¤ (mg/dL) -1,4 + 7,1 1,2 + 7,0
hypertriglyceride mid waist in male employee. 3rd National Obesity
*Uji statistik ANOVA Symposium (NOS III). 2004.
#Uji statistik Kruskal-Wallis 12. Rothacker DQ, Staniszewski BA, Ellis PK. Liquid meal replacement vs traditional
¤Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok A dan B (p>0,05) food. Journal of the American Dietetic Association 2001, 101(3):345-347.
Kelompok-A, mendapat diet makanan biasa 13. Ashley JM, St Jeor ST, Perumean-Chaney S, Schrage J, Bovee V
(2001). Meal replacements in weight intervention. Obesity Research
Kelompok-B, mendapat diet makanan biasa dan meal 9(Suppl 4) : S312-20.
replacement 14. Flechtner-Mors M, Ditschuneit HH, Johnson TD, Suchard MA, Adler G.
Metabolic and weight loss effects of long-term dietary intervention in
obese patients: four-year results. Obes Res. 2000; 8 : 399-402.
LFTJNQVMBO 15. Rothacker DQ. Five-Year Self Management of Weight Using Meal Re-
Kelompok kontrol adalah kelompok dengan aktivitas placements: Comparison With Matched Controls in Rural Wisconsin.
Nutrition 2000, 16, p 344-348.
paling banyak dan total asupan paling sedikit sehingga 16. Noakes M, Foster PR, Keogh JB, Clifton PM: Meal replacements are as
mengakibatkan penurunan massa lemak dan masa otot effective as structured weight-loss diets for treating obesity in adults with
terjadi paling besar pada kelompok ini. Pada kelompok features of metabolic syndrome. J Nutr 2004, 134(8):1894-1899.
17. Jackson D, Baltes A, Khushner R. Diets, In: Evalutaion and Manage-
perlakuan, jumlah asupan kalori dan protein lebih ban- ment of Obesity, Bessesen DH. and Khushner R. eds, Hanley dan Bel-
yak sedangkan aktivitas fisik lebih sedikit, namun tetap fus. Inc, Phyladelphia, 2002, p 41-46.
terjadi penurunan massa lemak tubuh dan bahkan ter- 18. Merchant AT, Anand SS, Vuksan V, Jacobs R., Davis B, Teo K, Yusuf S.
For the SHARE and SHARE-AP Investigators. Protein intake is inversely
jadi peningkatan massa otot pada kelompok perlakuan. associated with abdominal obesity in a multi-ethnic population. J. Nutr.
Hal ini merupakan kelemahan metode record karena 135: 1196-1201, 2005.
19. Koopman R, Verdijk L, Manders RJF, Gijsen AP, Gorselink M, Pijpers E,
kemungkinan terjadinya flat slope syndrome. Wagenmakers AJM, and van Loon LJC. Co-ingestion of protein and
Terjadi perubahan yang cenderung lebih baik pada ke- leucine stimulates muscle protein synthesis rates to the same extent
lompok perlakuan dibandingkan kontrol dalam hal fak- in young and elderly lean men. Am.J.Clin.Nutr. 2006; 84:623-32.
tor risiko sindroma metabolik, walaupun tidak berbeda
muan sel induk embrionik (embryonic di University of Utah, Salt Lake City
stem cell, ESC) oleh Martin Evans dan Oliver Smithies, kelahiran Ing-
gris, dari University of North Carolina,
Tujuan :
menilai efek
monoterapi
dan kombi-
nasi terapi
statin dan
aspirin dosis
rendah ter-
hadap risiko si hal tersebut di atas, maka hal ini
kanker kol- dapat memberikan implikasi yang be-
Kelompok Pasien Kelompok Kontrol
orektal sar, sebab sebagian besar populasi
Penggunaan NSAIDs
Metoda : studi popu- usia lanjut menggunakan statin dan
rutin (termasuk aspirin
dosis rendah)
23 % 30 % lation- based, case- aspirin dosis rendah untuk mence-
control gah penyakit kardiovaskular.
Penggunaan rutin aspirin
18 % 21 %
Hasil : sebanyak 540
dosis rendah
pa sien dengan kan- Kemampuan aspirin menurunkan
Penggunaan rutin statin 12 % 18 %
ker kolorektal yang risiko kanker kolorektal sepertinya
telah terkonfirmasi adalah efek dari penghambatan en-
secara histologi, dan zim COX-2. Pada mayoritas kanker
Secara umum, kanker ko- seba nyak 614 pasien kontrol. kolorektal, terdapat ekspresi COX-
lorektal merupakan kanker 2 yang tidak ditemukan pada kolon
nomor 3 tersering pada • Terdapat sedikit penurunan risiko yang normal. Hasil suatu studi (di-
kanker kolorektal pada pasien publikasikan di New England Journal
pria maupun wanita. Pada yang rutin menggunakan aspirin of Medicine, Mei 2007) menemukan
tahun 2003, dipublikasikan dosis rendah (adjusted odds ratio/ bahwa aspirin hanya mengurangi in-
OR = 0,77). siden kanker kolorektal yang meng-
dalam the New England • Terdapat penurunan risiko kanker alami overekspresi COX-2.
Journal of Medicine, suatu kolorektal yang lebih besar pada
penelitian yang menemu- pasien yang rutin menggunakan Sumber :
statin (OR = 0,65). 1. Reuters.Low-Dose Aspirin Plus Statins
kan bahwa penggunaan • Penurunan risiko kanker kolorek-
Protects Against Colorectal Cancer.2007.
www.medscape.com
aspirin (325 mg) setiap tal yang paling besar ditemukan 2. American Society of Clinical Oncology.Low-
pada pasien yang rutin mengkon- Dose Aspirin Plus Statins Protects Against
hari dapat secara bermak- sumsi terapi kombinasi aspirin do- Colorectal Cancer.2007.www.asco.org
na menurunkan insiden sis rendah dan statin (OR = 0,63),
3. Science Daily.Aspirin’s Colorectal Cancer
Prevention Mechanism Revelaed.2007.
adenoma kolorektal pada terutama jika kedua obat tersebut www.sciencedaily.com
dikonsumsi selama paling tidak 5 4. Sandler, Robert S, et al.A Randomized
pasien dengan riwayat tahun (OR = 0,38) Trial of Aspirin to Prevent Colorectal Ad-
enomas in Patients with Previous Colorec-
kanker kolorektal. tal Cancer.N Eng J Med.2003.vol 348(19).
Kesimpulan : Efek kemopreventif p883-90
Hasil suatu studi terkini yang dipub- kombinasi aspirin dosis rendah dan
likasikan di the International of Can- statin dapat meningkatkan penurunan
cer, September 2007 menunjukkan risiko kanker kolorektal dibandingkan
bahwa terapi kombinasi aspirin dosis monoterapi kedua obat tersebut.
rendah plus statin lebih baik dalam
menurun kan risiko kanker kolorektal Jika terdapat uji klinis yang bersifat
acak, terkontrol, yang mengkonfirma-
Hasilnya :
· Ada lebih dari 60 kali aktivitas gen
RBP4 di dalam lemak perut pasien
kegemukan dibandingkan dalam le-
mak perut pasien kurus.
· Kadar RBP4 dalam darah 2-3 kali
lebih tinggi pada pasien kegemukan
dibandingkan pasien kurus.
· Tidak tergantung apa-kah pasien
kurus atau kegemukan, kadar RBP4
dalam darah lebih tinggi berarti lemak
perut lebih tebal dan lebih banyak re-
sistensi insulin.
Minat para ahli untuk terus meneliti Dari total pasien, 12 pasien ikut serta
penggunaan Pentoksifilin terbukti de- hingga akhir penelitian. Nilai tengah
proses-proses
metabolik ses-
uai pesanan.
Para ahli kanker,
contohnya suatu
hari dapat melaku-
kan tera pi radiasi
berdasarkan respon
real-time tumor otak.
Saat ini, para dok-
ter seringkali harus
menunggu berming-
gu-minggu untuk
melihat apakah tu-
mor mengecil seba
gai respon terhadap
terapi. Dengan 9,4T,
dimungkinkan untuk
medan magnet statik dan pada pen-
melihat apakah sel-sel
citraan natrium serta pemindai ko-
individual tumor mati
song tanpa medan magnet. Sebuah
sebelum tumor mulai
perekam audio disimulasikan seperti
Mesin magnetic resonance mengecil.
suara pemindai nyata.
imaging (MRI) paling kuat
Magnet 9,4T mempunyai kekuatan
di dunia, 9,4 Tesla di Uni- lebih dari 3 kali unit-unit klinis yang
Para peneliti menyimpulkan bahwa
paparan terhadap medan magnet
versity of Illinois (UIC) di ada saat ini. Magnet 9,4T yang dimil-
statik 9,4T saat ini tidak perlu dikha-
iki UIC adalah alat pertama yang cuk-
Chicago, telah selesai diu- up besar untuk memindai kepala dan
watirkan keamanannya. Dengan se-
lesainya uji keamanan yang disyarat-
jicoba keamanannya de- memvisualisasikan otak manusia. Dr.
kan FDA, para peneliti UIC mulai
ngan sukses dan segera Keith Thulborn, Direktur Pusat Pene-
menyiapkan penggunaan 9,4T.
litian Resonansi Magentik UIC men-
menawarkan pandangan gatakan bahwa kita dapat melihat ak-
Thunbolt mengatakan bahwa evalua-
real-time terhadap proses- tivitas otak dalam berbagai dimensi
si awal keamanan adalah langkah
dengan lengkap karena natrium
proses biologis dalam otak yang terlibat dalam proses di dalam-
pertama menuju realisasi pencitraan
metabolik pada otak manusia. Saat
manusia. Studi keamanan- nya, memungkinkan para peneliti se-
ini kita menuju studi pencitraan na-
nya telah dipublikasikan cara langsung mengikuti salah satu
trium pada pasien dan uji keamanan
proses konsumsi energi paling pent-
dalam Journal of Magnetic ing di dalam sel-sel otak.
pencitraan fosfor dan oksigen pada
manusia. Pe nanda metabolik awal
Resonance Imaging ed- dari kesehatan sel di dalam tahap-
Kekuatan pemindai resonansi mag-
isi November 2007 yang netik telah meningkat dari di bawah
tahap paling awal ketika pengobatan
menghasilkan manfaat terbesar.
merupakan edisi fokus 0,5T sampai 8T yang pertama di ta-
pada keamanan MRI. Para hun 1998. Karena data keamanan
pada manusia semakin tersedia, ba-
peneliti dan dokter ber- tasan FDA mengikuti tingkat 8T saat
Sumber : www.uic.edu/endex.html
Abstract Metode
Medicine and the process of health care have always put pa- Kajian kualitatif dan kuantitatif terhadap berbagai penelitian
tients at risk. Medical Information technology can be designed terdahulu tentang penggunaan teknologi informasi untuk kese-
to improve the process and outcome of clinical decision-making. lamatan pasien. Observasi tentang penggunaan TI (terutama
The goal of patient safety is to reduce the risk of injury or harm peresepan elektronik) di pusat pelayanan kesehatan. Pemba-
to patients caused by the structure and process of care. Medi- hasan lebih mendalam akan dilakukan pada topik keamanan
cation error is a major risk for hospitalized patients. Adverse pengobatan.
drug events occur often in hospitals. They can be prevented to
a large extent by minimizing the human errors of prescription Pembahasan
writing. The CPOE system prevented and alerted physicians 3.1. Konsep dasar keselamatan pasien di RS
and pharmacists to dosage errors and allergies. Involvement of Patient safety melibatkan sistem operasional dan proses pela-
pharmacists in reviewing the prescription and alerting the physi- yanan yang meminimalkan kemungkinan terjadinya adverse
cian has minimized prescription errors to a great degree. Previ- event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan
(3)
ous studies showed the potential role of information technology bila error telah terjadi. Penelitian dari 994 RS memperlihat-
in preventing medication errors. kan bahwa cedera akibat tindakan medik (medical injuries) me-
nyebabkan bertambahnya hari rawat inap sampai dengan 10,89
(4)
Key words: medication error-information technology-computer- hari dan tambahan biaya perawatan sebesar $ 57.727 .
ized ordering system
Kesalahan pengobatan dan efek samping obat terjadi pada
rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit. Di antara
Pendahuluan kesalahan tersebut, 25-50% dapat dicegah, berasal dari kesa-
(5)
Isu patient safety merupakan salah satu isu utama dalam pela- lahan peresepan, dan 78% terjadi akibat kegagalan sistem .
yanan kesehatan. Para pengambil kebijakan, pemberi pela-
yanan kesehatan, dan konsumen menempatkan keamanan Berbagai upaya telah diusahakan secara terus menerus untuk
sebagai prioritas pertama pelayanan. Patient safety merupa- mengurangi adverse event akibat tindakan medis. Upaya un-
kan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi tuk meningkatkan patient safety adalah dengan: (1) pengem-
pelayanan. Berbagai risiko akibat tindakan medik dapat terjadi bangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko, error,
sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien. Identifikasi dan atau adverse event, (2) penggunaan teknologi informasi, dan
pemecahan masalah tersebut merupakan bagian utama dari (3) upaya perubahan kultur organisasi.
(1)
pelaksanaan konsep patient safety .
3.2. Penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan
Patient safety didefinisikan sebagai Bebas dari cedera aksi- keselamatan pasien
dental atau menghindari cedera pasien akibat tindakan pela- Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat meningkat-
(1)
yanan . Salah satu bentuk risiko akibat tindakan pelayanan kan patient safety. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan
kesehatan di RS adalah kesalahan pengobatan (medication efektivitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki
error), yang dapat berupa kesalahan identifikasi pasien, salah praktek peresepan, mengurangi medication error, dan mening-
nama obat, salah dosis, salah cara pemberian, dan salah aturan katkan kepatuhan terhadap pelaksanaan standar pelayanan
(2) (6,7,8)
pakai . (clinical practice guideline) .
(9)
Di Indonesia, program keselamatan pasien dicanangkan pada Kajian sistematis Kawanoto, dkk pada 70 penelitian terda-
tahun 2005, dan terus berkembang menjadi isu utama dalam hulu menunjukkan bahwa sistem pendukung keputusan klinis
pelayanan medis di Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk meng- berbasis komputer terbukti meningkatkan pelayanan klinik pada
kaji peran teknologi informasi untuk meningkatkan keamanan 68% studi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan efekti-
pengobatan pasien di RS. vitas penggunaan sistem komputer untuk memperbaiki praktek
Kepustakaan
1. Zorab JSM. Patient Safety is More Important than Efficiency. BMJ 2002;
324:365
2. Bates DW, Cullen DC et al. Incidence of Adverse Drug Events and Potential
Adverse Drug Events. JAMA 1995; 274: 29-34
3. Batles JB, Lilford RJ. Organizing Patient Safety Research to Identify Risks and
Gambar 1. Contoh tulisan resep. Peresepan demikian memiliki risiko Hazards. Qual Saf Health Care 2003;12
besar untuk salah baca (termasuk salah obat, salah dosis, dan salah 4. Zhan C, Miller MR. Excess Length of Stay, Charges, and Mortality Attributable
aturan pakai). to Medical Injuries during Hospitalization. JAMA 2003;290:1868-1874
5. Aiken LH, Clarke SP dkk. Hospital Nurse Staffing and Patient Mortality, Nurse
Burnout, and Job Dissatisfaction. JAMA 2002;228(16): 1987-1993
Gambar 1 memperlihatkan bagaimana sebuah tulisan resep 6. Bates DW, Gawande AA. Improving Patient Safety with Information Technol-
dapat disalahtafsirkan. Pada gambar di atas, tulisan resep dapat ogy, N Engl J Med. 2003;348: 2536-44
disalahartikan sebagai Coumadin (obat antikoagulan) atau Avan- 7. Kaushal R, Shojania KG, Bates DW. Effects of computerized physician order
entry and clinical decision support systems on medication safety: a systematic
dia (obat anti diabetes). Pada gambar di bawah Tequin (antibio-
review. Arch Intern Med. 2003;163: 1409-16.
tika) dapat diartikan sebagai Tegretol (obat anti epilepsi). 8. Walton RT, Harvey E, Dovey S, Freemantle N. Computerised advice on drug dos-
age to improve prescribing practice. Cochrane Database Syst Rev 2001, 1
9. Kawamoto K, Haullian CA, dkk. Improving clinical practice using clinical deci-
sion support systems: a systematic review of trials to identify features critical
to success. BMJ 2005; 330:765
10. Wilson T, Pringle M. Promoting Patient Safety in Primary Care. BMJ 2001;
323:583-584
11. AHRQ. Making Health Care Safer: A Critical Analysis of Patient Safety Prac-
tices, Evidence Report/Technology Assessment. 2001, Number 43
12. Bates DW, Teich JM, Lee J, Seger D, Kuperman GJ, Ma’Luf N, et al. The
impact of computerized physician order entry on medication error prevention.
J Am Med Inform Assoc. 1999; 6: 313-21
13. Jayawardena S, Eisdorfer J, Pal AA, Indulkar J. Prescription Errors and the
Impact of Computerized Prescription Order Entry System in a Community-
based Hospital. Am J Ther. 14(4): 336-40
14. Walliser G, Grossberg R, Read MD, Look-alike medications: a formula for
possible morbidity and mortality in the long-term care facility. J Am Med Dir
Assoc. 2007;8(8):541-2
15. Hurstey FM, Wallis N, Miller J, Inappropriate Prescribing in Older ED Popula-
tion. Am J Emerg Med. 2007; 25(7); 804-7
16. Burker PJ. Preventing Medication Errors. N Engl J Med. 2007;357: 624-625
17. Subramanian S, Hoover S, Gilman B, Computerized Physician Order Entry
Gambar 2. Bila terintegrasi dengan rekam medik elektronik, dapat
with Clinical Decision Support in Long-Term Care Facilities: Costs and Ben-
berfungsi sebagai “alert system” efits to Stakeholders. J Am Geriatr Soc 2007; 55(9); 1451-7
Ketika mulai duduk di bangku sekolah dasar tahun 1937, Sjam- Pendidikan bedah yang resmi dalam arti sudah diakui universi-
suhidajat tinggal bersama kakeknya di kota Solo di Jawa. Na- tas terjadi tahun 1978. Sebelumnya pendidikan bedah dilakukan
mun, ketika Jepang datang menyerbu Indonesia tahun 1942, di rumah sakit sebagai salah satu kebutuhan pelayanan. Pada
Sjamsuhidajat diminta pulang kembali ke Sumatera Selatan 1978/1979 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI menge-
oleh ayahnya. luarkan ketentuan yang mewajibkan pendidikan dokter spesia-
lis itu dilakukan atas nama universitas atau fakultas kedokteran.
Baru pada tahun 1946 ayahnya ditempatkan ke Pulau Jawa, Dalam hal itu Fakultas Kedokteran di tiap universitas harus men-
tepatnya di Boyolali, Jawa Tengah. Waktu itu, Sjamsuhidajat jadi penanggung jawab utama pendidikan kedokteran.
Saat ini jenjang setelah S3 sudah dikembangkan di beberapa Sementara itu, pelayanan sekunder adalah pelayanan yang
negara. Misalnya, di Inggris dan Australia setelah PhD seorang didasarkan disiplin ilmu kedokteran tertentu. Misalnya, pela-
yang bergelar PhD dan mampu terus mengembangkan ilmu yanan sekunder di Rumah Sakit Tipe C yang ada di tingkat Ka-
yang dikuasainya melalui penelitian-penelitian lanjutan, maka bupaten bisa dilakukan oleh satu disiplin ilmu saja. Misalnya,
ia dapat mengajukan permintaan untuk dinilai mendapatkan radang akut usus buntu bisa dilakukan oleh dokter bedah. “Par-
”gelar” yang lebih tinggi, yaitu gelar Doctor of Science (DSc). tus atau operasi caesar bisa dilakukan dokter spesialis obgin
Namun, karena tidak semua negara mampu menyelenggara- secara monodisiplin,” katanya.
kannya maka itu diserahkan pada masing-masing negara.
Pada tiap rumah Sakit tipe C diperlukan paling tidak 4 orang
Perkembangan Pendidikan Bedah di Indonesia dokter spesialis yakni spesialis anak, spesialis bedah, spesialis
Sejarah bagian bedah di FKUI dimulai pada 1958 dengan guru penyakit dalam dan spesialis obstetri dan ginekologi.
besar bernama Prof. Margono Soekarjo. Saat itu hanya dikenal
Bedah Umum, Bedah Urologi (saluran kencing) dengan guru Adapun pelayanan yang lebih tinggi disebut pelayanan kwar-
besar Prof. Utama, Bedah Orthopaedi (tulang) yang dirintis terner. Misalnya, operasi jarak jauh antarnegara dengan me-
dr. Soebiakto Wirjokusumo dan Bedah Plastik dengan guru manfaatkan teknologi robot dan teknologi satelit. Namun, apa-
besar Prof. Moenadjat Wiratmadja. Belakangan muncul spe- bila terjadi kesalahan operasi maka permasalahan menjadi
sialisasi baru yakni Bedah Anak yang dirintis Dr. Adang Zainal semakin pelik dan rumit karena menyangkut masalah etika
Kosim sepulang dari menempuh pendidikan di Kanada. Keem- dan hukum antar negara.
pat spesialisasi bedah tersebut lazim disebut sebagai spesiali-
sasi bidang bedah (spesialis 1). Prof. Dr. Sjamsuhidajat SpB diangkat menjadi Guru Besar Ilmu
Bedah FKUI pada tahun 1987. Sejak 12 tahun lalu ia menjadi
“Dulu pendidikan bedah dilakukan di rumah sakit bukan di anggota Majelis Kehormatan Etik Kedokteran, Pengurus Besar
fakultas,” ujar pria yang dikaruniai dua anak itu. Kondisi itu Ikatan Dokter Indonesia. Ketua Komite Medik RS Kanker ‘Dhar-
berubah tahun 1978 ketika bagian bedah menjadi tanggung mais’ mulai tahun 1993 sampai tahun 2001. Anggota Komite
jawab penuh fakultas kedokteran dan bukan lagi rumah sakit. Medik RS MMC, RS Medistra, RS Setia Mitra sejak 5-7 tahun
sampai sekarang. Ketua Sub-Komite Etik, Komite Medik RS
Dalam perkembangan ilmu kedokteran selanjutnya dikenal MMC selama 7 tahun sampai sekarang.
spesialisasi yang lebih kompleks yakni meliputi Head & Neck
(kepala dan leher), thoraks (rongga dada dan paru-paru) serta Sejak tahun 1992, menjadi Ketua Komisi Etik Penelitian FKUI-
jantung. Ketiga spesialisasi tersebut lazim disebut spesialis 2 RSCM. Sebelumnya, sudah menjadi anggota Komisi ini bebe-
karena mensyaratkan peserta untuk menempuh spesialis be- rapa tahun lamanya. Anggota Kelompok Kerja Uji Klinik (CTWG)
dah umum (spesialis 1 ) terlebih dahulu. dan turut menerjemahkan buku kecil ICH-GCP menjadi Buku
Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB), yang diprakarsai oleh Badan
Spesialisasi Bedah Digastif baru terbentuk pada tahun 1979. Pengawas Obat dan Makanan. Beberapa kali memberikan ce-
Pada waktu itu dr. R. Sjamsuhidajat mengikuti sebuah kongres ramah pada kursus CUKB di Jakarta dan kota lain.
bedah internasional yang diselenggarakan di Bali. Di acara
itu banyak pembicara yang membahas masalah perut, limpa, Beberapa jabatan dan keanggotaan yang pernah diembannya
usus besar, empedu dan alat pencernaan lainnya. Dengan jeli antara lain Ketua Kolegium Ilmu Bedah Indonesia (1975-1992),
dr. Sjamsuhidajat melihat peluang baru di dunia bedah. Maka Ketua Kolegium Ilmu Bedah Digestif Indonesia (1992 sampai
dikumpulkannya para sejawat pada tahun itu juga. Mereka ke- sekarang), anggota Pendiri Asian Surgical Association (1976),
mudian mendeklarasikan wadah baru berupa spesialis bedah Presiden Asian Surgical Association (1979-1981) serta Anggota
digastif dengan nama Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Di- Collegium Intemationale Chirurgiae Digestivae, Societe lnterna-
gestif Indonesia (1979). Spesialis Bedah Digestif selanjutnya di- tionale de Chirurgie, International College of Surgeons.
golongkan sebagai bagian dari Spesialis 2 yang mensyaratkan
peserta harus menguasai bedah umum terlebih dahulu. Prof. Dr. Samsjuhidajat, SpB memasuki masa pensiun tahun
2001. Pada tahun 2006 ia diminta oleh Dekan FKUI untuk men-
Dengan berkembangnya ilmu kedokteran khususnya dalam jadi Ketua Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI. ***
riset sel punca (stem cell) maka layanannya sudah termasuk
dalam layanan tersier. Artinya, layanan itu tidak bisa dilayani
(1)
Status epileptikus merupakan keadaan darurat; yang didefinisi- Tabel 3. Pedoman Penatalaksanaan Status Epileptikus (Perdossi)
kan sebagai: suatu keadaan bangkitan epilepsi yang berlang-
sung terus menerus, atau bangkitan berulang tanpa pemulihan STAGE OF GENERAL AED TREATMENT
kesadaran, selama periode 30 menit atau lebih (1) STATUS MEASURES
Tabel 1. Gambaran Klinis Status Epileptikus Menurut Jenis Eepilep- PREMONITORY • Assess cardiorespira- • Diazepam
sinya(2) (0-10 minutes) tory function (i.v. bolus , p.r.)
• Secure airways • Midazolam
Tipe Gambaran klinis Keterangan • Give oxygen (i.m.,i.v. bolus, p.r)
• Paraldehyde
Umum (i.m.,p.r)
Tonik klonik umum Fase tonik disusul fase klonik EARLY • Institute monitoring • Lorazepam
(0-30 minutes) • i.v access (i.v. bolus),
Lena (absence) Kebingungan,mata berkedip- EEG: paku-ombak • Emergency investiga- • Diazepam
kedip,gerak motorik canggung 3/detik tions (i.v.bolus)
• Give 50% Glucose SECOND LINE:
Mioklonik Gerak mioklonik persisten Prognosis sangat (50 ml) • Lignocaine
Kesadaran baik pada jenis buruk jika disebab- • Give Thiamine where (i.v.bolus &infusion)
primer; menurun jika akibat kan anoksi appropriate • Clonazepam
gangguan metabolik • Treat acidosis (i.v.bolus)
• Paraldehyde (i.m.)
Tonik Kaku otot ekstensor Terutama pada • Phenytoin (i.v.bolus)
anak (Sindrom Len-
nox-Gastaut)
ESTABLISHED • Establish aetiology • Phenobarbitone
Klonik Gerak ritmik (kelojotan) Sering pada bayi (30-60/90 minutes) • Identify and treat (i.v loading & infu-
baru lahir medical complication sion)
Parsiil • Pressor therapy if • Phenytoin
Parsiil sederhana Gerak ritmik ekstremitas, Epilepsi partialis needed (i.v.loading & infu-
Motorik terutama atas continua sion)
• Chlormethiazole
Somatosensorik Gejala sensorik fokal Mungkin tanpa (i.v.loading & infu-
Visual Buta kortikal atau skotoma gejala klinis sion)
SECOND LINE:
Auditorik Tuli kortikal Tidak ditemukan pada • Clonazepam
status epileptikus (i.v.bolus OR infu-
sion)
Afasik Motorik, sensorik, global Afasik saat serangan • Paraldehyde
(infusion)
Parsial kompleks ‘bengong’, automatisme, Sering dianggap • Diazepam
tingkah laku aneh gejala psikiatrik (short infusion)
• Midazolam
(short infusion)
Tabel 2. Presentasi SE Nonkonvulsif Yang Mirip Dengan Keadaan
(3)
Klinis Lain REFRACTORY • EEG monitoring • Thiopentone
( > 60 minutes) • Monitor seizure EEG (i.v.bolus & infusion)
PRESENTASI KLINIS ANGGAPAN DIAGNOSIS AND cerebral function • Propofol
• Intracranial pressure (i.v.bolus & infusion)
• Letargi dan kebingungan (confusion) • Keadaan pascakejang monitoring IF ap- SECOND LINE:
• Kebingungan, agitasi • Ensefalopati metabolik propriate • Pentobarbitone
• Tidak ada respons, katapleksi • Psikogenik/konversi (i.v.bolus & infusion)
• Agitasi, kebingungan,konfabulasi • Intoksikasi alkohol/zat • Isoflurane
• Halusinasi/agitasi • Psikosis (inhalation)
• Letargi/obtundasi • Hiperglikemi/ketoasidosis DM • Etomidate
• Mutisme • Psikogenik/depresi/stroke (iv.bolus & infusion)
• Tertawa,menangis tidak pada tempatnya • Labilitas emosi/psikosis
Fohmjti!Tvnnbsz!Mbokvubo
SBMBU
Nfovkv! Lmpojoh! Ufsbqfvujl! ef. the preservation of nearly extinct CDK-160, vol. 35 no. 1, halaman 47; edisi
ohbo!Uflojl!TDOU animals while therapeutic cloning Januari-Februari 2008.
may overcomes immune rejec-
Kolom rubrik ‘Informatika Kedokteran’,
Nfmjob! Tfujbxbo-! ! Dbspmjof! Ubo! tion in stem cell transplantation no. 22 pengelolanya tertulis Ilyas, dr., SpA
Tbsekpop-!!Gfssz!Tboesb therapy. The success of the em- Seharusnya M. Rizal Altway, dr., SpA.
bryonic stem cell creation from
Tufn!Dfmm!Ejwjtjpo-!!Tufn!Dfmm!boe!Dbo. monkey’s embryo with SCNT Penulis mohon maaf adanya.
dfs!Jotujuvuf-!!QU!Lbmcf!Gbsnb!Ucl/!!Kb. technique recently has directed
Ufsjnb!lbtji/
lbsub-!!!Joepoftjb
researchers worldwide to move a
step closer to create human em-
bryonic stem cell from adult so-
The usage of Somatic Cell Nu-
matic cell which may reduce risk
clear Transfer (SCNT) technique
of immune rejection. Indeed, the
has lead scientists over the world
advancement of embryonic stem
to be able to carry out repro-
cell research depends on the res-
ductive and therapeutic cloning
olution of ethic issues regarding
research. SCNT technique is a
the usage of donor oocytes.
cloning technique used to trans-
fer nucleus from donor cell into
Cermin Dunia Kedokt.2008;35(2): hal 72-6
enucleated oocyte. Reproductive
nt-!dut-!gt
cloning plays important role in
Karakteristik Biologis dan Diferensiasi Stem Cell: Histofisiologi Sel Endotel dan Sel Progenitor Endotel
Fokus pada Mesenchymal Stem Cell dalam Sirkulasi Darah
Nurul Aini dkk. Ronny Karundeng
4. Penggunaan embryonic stem cell kurang bermasalah 4. Sel progenitor endotel berkurang jika exercise
etis dibandingkan penggunaan adult stem cell.
5. Sel progenitor endotel cenderung merangsang pem-
5. Kematian sel alami disebut nekrosis bentukan ateroma
6. Heterokarion merupakan fusi antar hematopoetic 6. G CSF akan mengurangi jumlah sel progenitor endo-
stem cells tel
7. Sumsum tulang merupakan sumber utama mesen- 7. Makin matur sel progenitor endotel, makin berkurang
chymal stem cells daya neovaskularisasinya
8. Mesenchymal stem cells dapat juga diperoleh dari 8. Cedera endotel merangsang proliferasi sel CD34+
darah tali pusat
9. Transplantasi sel sumsum tulang dapat merangsang
9. Perlakuan medium yang berbeda tidak mempenga- reendotelialisasi
ruhi proses diferensiasi sel
10. Regenerasi endotel memperbesar risiko resteno-
10.Pengembangan stem cell di laboratorium aman dari sis
masalah etika
JAWABAN: JAWABAN:
10.S 9.S 8.B 6.S 7.B 5.S 3.B 4.S 1.B 2.B 10.S 9.B 8.B 6.S 7.B 5.S 1.B 2.B 3.B 4.S