You are on page 1of 5

QIRA’ATUL – QUR’AN

Wahyu Sebagai Sumber Qira’at


Al-Qur’an itu adalah wahyu Allah yang tidak ada campur tangan

A. Pengertian Dasar Ilmu Qira’at Rasulullah ataupun Jibril dalam hal wahyu-Nya itu, apalagi kekuasaan untuk
menukar letak huruf dan ayat-ayatnya dari satu tempat ke tempat lain.
Secara bahasa, kata ‫قـراءات‬ berasal dari jamak kata ‫قـراءة‬ yang
Dengan begitu qira’at adalah bagian dari pada Al-Qur’an itu sendiri, maka
berarti “bacaan”, kata tersebut merupakan bentuk mashdar dari fi’il madhi
qira’at juga bersumber dari wahyu Allah SWT yang hanya Allah sajalah
‫قـــراء‬ . Secara istilah, Ilmu Qira-at adalah “Ilmu yang mengenai cara yang membuatnya.
melafadzkan Al-Qur’an yang disertai perbedaan pembacaannya menurut Ada banyak sekali dalil, baik dari Al-Qur’an maupun Hadits mengenai
versi orang yang mengucapkannya. Terdapat beberapa definisi mengenai arti qira’at yang tidak ada campur tangan makhluk manapun. Beberapa dalil Al-
Qira’at, yakni : Qur’an di antaranya ialah :
1. Menurut Al-Zarqani : “Suatu mazhab yang dianut 1. QS. Yunus : 15
oleh imam qira’at yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan
Al-Qur’anul-Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur
daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf
maupun dalam pengucapan keadaan-keadaannya.” (Wahid, 2002:
137)
Terkandung 3 unsur pokok dalam definisi tersebut : Pertama,
qira’at dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, cara
membacanya dari satu imam dengan imam qira’at lainnya. Kedua,
cara bacaan yang dianut dalam suatu mazhab qira’at didasarkan atas Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
riwayat dan bukan atas qiyas ataupun ijtihad. Ketiga, perbedaan nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan
antara qira’at-qira’at bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari
pengucapannya dalam berbagai keadaan. ini atau gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku
2. Menurut Ibnu Al-Jazari : “Pengetahuan tentang cara- menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut
cara melafadzkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku
dengan membangsakannya kepada penukilnya.” (Wahid, 2002: 138)
takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar ‫عـن ابـن غـبـاس رضي اﷲ عـنـهـمـا أن رسـول اﷲ صلى اﷲ عـلـيـه و‬
(kiamat)."
‫سـلـم قـال أقـؤأنى جـبـريـل عـلى حـرف فـراجـعـتـه فـلـم أزل أسـتـزيـده‬
2. QS. An-Najm : 3-5 ‫ و يـزيـد نى حـتى انـهـى إلى سـبـعـة أحـرف‬.
Dari Ibnu Abbas ra, bahwasabya ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda : “Jibril mengajarkan Al-Qur’an untukku dalam satu
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
huruf. Kemudian aku datang kembali kepadanya dan aku
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
senantiasa meminta tambah kepadanya. Ia (Jibril) pun
wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan
menambahnya untukku sehingga berjumlah tujuh huruf””.
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Dari hadits di atas bahwa bukanlah dan memang tidak ada campur
tangan Jibril dalam pengqira’atan wahyu Allah, melainkan Allah-lah yang
3. QS. Al-Haqqah : 44-46
memberitahukan Jibril sehingga Al-Qur’an itu berjumlah tujuh huruf.
Demikianlah adanya bahwa qira’at itu diturunkan dari Allah SWT kepada
Rasulullah SAW.

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan B. Sejarah Pembukuan Ilmu Qira’at
atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada Rasulullah SAW menyampaikan bacaan Al-Qur’an kepada para
tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali sahabatnya dalam 7 huruf yang bertujuan agar mempermudah membaca Al-
jantungnya. Qur’an sesuai uagkapan bahasa orang yang membacanya, akan tetapi bentuk
qira’at yang diterima masing-masing sahabat itu berbeda-beda. Dari situlah
Ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa Rasulullah SAW sedikitpun sampai masa kini para ulama mempelajari qira’at lalu menyebarluaskannya.
tidak sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf Al-Qur’an, Kapan qira’at itu turun ? Ada 2 pendapat mengenai turunnya qira’at.
sekalipun menunjukkan bahwa selain Rasulullah SAW pun pasti tidak akan Pendapat pertama mengatakan bahwa qira’at turun di Makkah bersamaan
sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf pada Al-Qur’an. dengan turunnya Al-Qur’an. Alasannya sebagian besar surat-surat Al-Qur’an
Adapun dalil hadits yang menjelaskan tentang sumber qira’at adalah adalah Makkiyah dimana terdapat juga di dalamnya permasalahan qira’at
wahyu Allah SWT, salah satu di antaranya ialah : sebagaimana yang terdapat dalam surat-urat Madaniyah. Inilah yang
menunjukkan bahwa qira’at itu telah turun di Makkah. Sedangkan pendapat
kedua mengatakan bahwa qira’at turun di Madinah sesudah hijrahnya
Rasulullah SAW, dimana saat itu orang-orang yang masuk Islam sudah Al-Qur’an. Di antara muridnya adalah Sa’ad Ibnu Al-Musayyab,
banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya. (Isma’il, Haththan Ar-Raqasyi, dan Abu Raja’ Al-‘Atharidi.
1993: 60-61)
Tabi’in Ahli Qira’at Yang Terkenal
Sahabat Ahli Qira’at Yang Terkenal Beberapa tabi’in yang terkenal sebagai ahli qira’at berdasarkan tempat
Ada banyak sekali para sahabat yang terkenal yang ahli qira’at, antara mereka, yakni :
lain adalah : 1. Kota Makkah : Mujahid, Ikrimah, Thawus, Ibnu Abi Malikah,
1. Utsman bin Affan. Dari kebanyakan muridnya, satu Ubaidin Umair, dan lain-lain.
di antaranya adalah Mughirah bin Abu Syihab Al-Makhzumi. 2. Kota Madinah : Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Musayyab, Zaid bin
2. Ali bin Abi Thalib. Di antara muridnya ialah Aslam, Urwah bin Zubair, Sulaiman bin Yasar, Az-Zuhri, Ibnu
Abdurrahman bin Abu Laila, Abu Abdurrahman As-Salami, dan Syihab, Abdurrahman bin Hurmuz dan Mu’adz bin Harits.
Abu Aswad Ad-Duwali. 3. Kota Bashrah : Amir bin Abdul Qais, Abul Aliyah, Nashar bin
3. Zaid bin Tsabit Al-Anshari, ialah seorang penulis Ashim, Yahya bin Ya’mar, Jabir bin Hasan, Ibnu Sirin, dan lain-
wahyu untuk Rasulullah SAW. Di antara muridnya ialah Abu lain.
Hurairah, Anas bin Malik, Abdullah bin Malik, dan Abdullah bin 4. Kota Kufah : Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais An-
Abbas. Nakha’i, Al-Aswad bin Zaid An-Nakha’i, Sa’id bin Jubair, Umar
4. Abdullah bin Mas’ud, ialah orang yang paling baik bin Syarahbil, Amar bin Maimun, Harits bin Qais, dan lain-lain.
hafalannya pada masa Rasulullah SAW. Di antara muridnya yakni 5. Kota Syam : Abu Darda’, Khalid bin Sa’id, Mughirah bin Abi
Abu Abdurrahman As-Salami, Alqamah bin Qais, dan Aswad bin Syihab Al-Makhzumi, dan lain-lain.
Yazid An-Nakha’i.
Pembukuan Ilmu Qira’at
5. Ubay bin Ka’ab, yaitu seorang penulis wahyu untuk
Sebagaimana pembukuan Al-Qur’an, ilmu qira’at juga begitu penting
Rasulullah SAW, pembaca Al-Qur’an bagi Rasulullah dan orang
untuk dibukukan, sebab ilmu qira’at bagian dari pada pemeliharaan dan
yang paling baik hafalannya pada masa Rasulullah. Di antara
penjagaan Al-Qur’an dari perubahan dan pemutarbalikan kata, kalimat, ayat,
muridnya ialah Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, dan Abu
maupun surat-surat yang teredapat di dalamnya, dan bahkan dari
Abdurrahman As-Salami.
penambahan serta pengurangan akibat campur tangan manusia sebagaimana
6. Abu Musa Al-Asy’ari, ia adalah seorang sahabat
kitab Injil yang sekarang ini.
yang mulia dan orang yang paling indah suaranya dalam membaca
Beberapa Kitab Ilmu Qira’at
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan 1. Kitab “Al-Ibaanah ‘An Ma’aanil-Qiraa’aat”, yang dikarang oleh
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS.Al-Hijr : 9) Makki bin Abu Thalib Al-Qaisi (wafat pada tahun 437 H) yang
Pembukuan ilmu qira’at dilakukan disebabkan oleh adanya dicetak oleh Daarul-Ma’muun Lit-Turaats.
kebohongan yang semakin meluas yang terjadi pada tahun ke-3 H, sedangkan 2. Kitab “Ithaafu Fudhalaa-il Basyar Fil-Qiraa’aatil-Arba’i ‘Asyar”,
sedikit sekali ada orang yang jujur saat itu. Saat itu pula ilmu tentang Al- pengarangnya : Ahmad bin Muhammad Ad-Dimyaathi, dicetak oleh
Qur’an dan Hadits telah banyak sekali cabang-cabangnya dan ada sebagian Maktabah Al-Masyhad Al-Husaini, Kairo.
ulama sangat antusias sekali memelihara qira’at yang diriwayatkannya.
3. Kitab “Al-Hujjatu Fil-Qiraa’aatis-Sab’i”, dibuat oleh Husain bin
Orang yang pertama kali mengumpulkan berbagai qira’at lalu menuliskannya
Ahmad bin Khalawih (wafat pada tahun 370 H), dicetak di
dalam bentuk prosa dalam sebuah kitab adalah Abu Ubaid Al-Qasim bin
Damsyik.
Salam. Ia menuliskan qira’at dari 25 perawi termasuklah imam qira’at
4. Kitab “Al-Qiraa’aatul-‘Asyar”, pengarangnya : Al-Marhum Syaikh
sab’ah, kitabnya itu bernama “Al-Qiraa’aat”, dan ia wafat pada tahun 224 H
Mahmud Khalil Al-Hushari yang dicetak di Kairo.
Sedangkan orang yang pertama kali menulis Qira’at Sab’ah dalam bentuk
5. Kitab “Al-Waafii Fii Syarhisy-Syaathibiyah”, yang ditulis oleh
puisi adalah Husain bin Utsman bin Tsabit Al-Baghdadi Adh-Dharir yang
Syaikh Abdul Fattah Al-Qadhi, dicetak di Mesir.
wafat pada tahun 378 H.
Adapun para ulama lain yang menulis tentang qira’at setelah 2 orang
ulama tadi, di antaranya ialah :
1. Ismail bin Ishaq Al-Maliki, beliau mengarang sebuah kitab yang
berjudul “Al-Jaami’” yang berisi bermacam-macam qira’at dan ia
wafat pada 310 H.
2. Muhammad bin Ahmad Ad-Dajuni, beliau menulis sebuah kitab
yang bernama “Al-Qiraa’aatuts-Tsamaaniyah” yang berisi qira’at
para Imam Qira’at Sab’ah dan Qira’at Imam Abu Ja’far. Beliau
wafat pada tahun 334 H.
3. Ahmad bin Jubair, menulis sebuah kitab tentang qira’at para tokoh
ilmu qira’at di lima kota besar, yakni Makkah, Madinah, Bashrah,
Kufah, dan Syam. Beliau wafat pada tahun 358 H.
----- = oOo = -----

You might also like