You are on page 1of 4

1

STUDI KOMPARATIF FIKRAH DAN MANHAJ GERAKAN DAKWAH


Mengenal NU, Muhammadiyah, Salafi, HTI

Citra Pangestuti L (DKP KAMMI Daerah Bogor)

Nahdlatul Ulama (NU)


Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 13 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) oleh K.H.
Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H.
Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan
kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam
khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak
dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

NU menganut paham Ahlussunah wal jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan
tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu
sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan
akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu
seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fikih mengikuti empat mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara
dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk
menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode
berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU
dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan
dinamika sosial dalam NU.

NU memiliki tujuan organisasi, yaitu Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah
waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Usaha organisasi NU meliputi :

Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan


yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.

Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,


untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.

Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai
dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
2

Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil


pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.

Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Jumlah warga NU yang merupakan basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 80
juta orang, yang mayoritas di pulau jawa, kalimantan, sulawesi dan sumatra dengan beragam
profesi, yang sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa.
Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang
sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran ahlususunnah wal jamaah. Pada umumnya
mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan
rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan


perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota
memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di
pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan
terbukanya sistem pendidikan, basisi intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan
cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini.

Muhammadiyah
Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk
memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada
awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul
Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan
sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti
nama menjadi Kweek School Muhammadiyah.

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan utama
Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses
dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan
di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan


masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang
bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia
dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan
perbuatan yang ekstrem.
3

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al


Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh
Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam
secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang
mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai dampak
positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat
pendidikan di seluruh Indonesia.

Salafi
Sejarah

Didirikan 1345H/1926M di Kairo oleh Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi

Struktur organisasi

Ketua umum, Jam’iyah ‘Umumiyah, Majlis Idarah Syu’un al’Jama’ah, al Haiah at-Tanfidziyah

Tujuan

- Mengajak manusia kepada tauhid murni


- Mengambil ajaran dari Al Qur’an dan as Sunnah
- Da’wah kepada menjauhi bid’ah
- Memerangi khurafat dan aqidah sesat
- Pria tetap memimpin kaum perempuan

Prinsip dan pemikiran

- Tidak mencerminkan gerakan yang memiliki sistem pendidikan, pembinaan, dan strategi.
- Tidak memiliki tujuan berjangka tertentu.
- Tidak memiliki pengorganisasian yang mengikat satu anggota dengan anggota lain.
- Terbatas pada sekelompok kecil orang yang komit kepada agama (mutadayyinin).
- Tenaga terkuras pada masalah furu’ agama.
- Sistem dan organisasi adalah bid’ah modern.
- Bai’at kepada imam merupakan bid’ah modern.

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)


Hizbut Tahrir Indonesia merupakan organisasi yang berasal dari Hizbut Tahrir yang didirikan di
Yordania oleh Syekh Taqiyuddin An Nabhani.
4

Tujuan HT

- Memulai kehidupan Islami.


- Mengemban dakwah Islamiyah.
- Rekonstruksi Masyarakat berdasarkan Asas-asas Baru dan Sesuai Dengan Dustur (Undang-
undang HT).

Prinsip dan Pemikiran HT

Aspek Aqidah

HTI bersandar pada apa yang dapat dijangkau dan diterima oleh pikiran. Aqidah tidak diambil
kecuali dari sumber yang yakin. Haram hukumnya mengambil aqidah atas dasar dalil yang
bersifat zhanni.

Aspek Pengamalan Hukum Islam

HT tidak memandang pelaksanaan amal apapun, sebab hukum-hukum ini merupakan tugas
negara Islam setelah tegak.

Aspek Moral dan Pendidikan

HT tidak memberikan perhatian utama pada akhlak utama atau membuka lahan bagi peningkatan
taraf pendidikan dan keilmuan umat.

Aspek Fiqh

HT memiliki sebuah kitab ensiklopdi yang di dalamnya tercakup pembahasan fiqh, khususnya
yang berkaitan dengan masalah khilafah, jihad, dan politik luar negeri Islam.

Aspek Politik

Dalam aspek politik, HT memiliki banyak visi tentang berbagai persoalan politik kontemporer.
Serta memiliki dustur yang memuat politik negara masa mendatang.

Evaluasi objektif

Tujuan dan sarana

HTI hanya membatasi diri pada sebagian tujuan dan arahan Islam, dengan mengabaikan tujuan
dan arahan lainnya. HTI juga membalik urutan sarana Rasulullah dalam mencapai pemerintahan.

Pemikiran

HTI tidak memiliki fase pembentukan (takwin), sehingga muncul pemikiran bahwa status HTI
adalah sebagai kutlah siyasiyah, bukan kutlah akhlaqiyah, ibadiyah, dan amaliyah.

You might also like