You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KONVERSI ENERGI
“KONVERSI ENERGI MATAHARI KE ENERGI LISTRIK”

Disusun oleh :
Kelompok 1
Dodi Nurhadi S. 240110070023
Ayu Qurotul Aini 240110070024
Anggina Meitha 240110070025
Dandi Wirustyastuko 240110070029
Andronicus D. 240110070031

Hari, Tanggal : Rabu, 14 Okrober 2009


Jam Praktikum : 15.00-17.00 WIB
Co.Ass : Irman

LABORATORIUM INSTRUMENTASI
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2009
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Energi merupakan salah satu kebutuhan vital manusia yang yang sangat diperlukan
untuk melakukan berbagai aktivitas. Dewasa ini hampir seluruh masyarakat dunia mengalami
ujian akibat tingginya harga bahan bakar minyak. Sebenarnya persoalan seperti ini telah
berulang kali terjadi di dunia, akan tetapi hingga kini ketergantungan umat manusia terhadap
bahan bakar minyak masih sangat tinggi. Dan setiap kali terjadi krisis energi maka yang
paling merasakan akibatnya adalah masyarakat lapisan menengah ke bawah.
Sumberdaya energi yang tersedia di alam ini memiliki cadangan, jenis dan
karakteristik yang sangat bervariasi. Cadangan bahan bakar minyak petroleum yang
teridentifikasi di bumi ini menurut perkiraan American Petroleum Institute mencapai 1 triliun
barel ditambah dengan 0,6 triliun barel lagi yang telah teridentifikasi. Jika dikonsumsi dengan
laju konsumsi seperti sekarang ini maka cadangan minyak tersebut dapat bertahan selama 55
hingga 90 tahun lagi. Kurun waktu selama ini mungkin terasa singkat jika kita bandingkan
dengan usia kehidupan manusia, akan tetapi mungkin juga cukup lama jika kita hanya
memikirkan kehidupan pada generasi kita saja. Akan tetapi masyarakat dunia telah sepakat
untuk menjaga kelestarian dan kesetimbangan kehidupan di dunia agar segala sesuatu yang
ada di bumi dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh generasi-generasi selanjutnya.
Inilah pentingnya menjaga kelestarian alam.

1.2 Maksud dan Tujuan


• mengetahui proses konversi energi matahari menjadi energi listrik, mengetahui
komponen apa saja yang diperlukan dalam menyerap energi matahari menjadi energi
listrik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi surya adalah sangat atraktif karena tidak bersifat polutif, tak dapat habis, dapat
dipercaya, dan gratis. Dua kejelekan utama dari energi surya ialah, bahwa ia sangat halus
(dilute) dan tidak konstan. Arus energi surya yang rendah mengakibatkan tepaksa dipakainya
sistem dan kolektor yang luas permukaannya besar untuk dapat mengumpulkan dan
mengonsentrasikan energi tersebut. Disamping sistem koleksi ini berharga mahal, masallah
besar lainnya yang mungkin timbul ialah kenyataan bahwa sistem-sistem dibumi tidak dapat
diharapkan untuk menerima persaediaan terus menerus dari energi surya ini. Ini berarti
diperlukan pula semacam sistem penyimpanan energi atau sistem onversi lain diperlukan
untuk menyimpan energi pada malam hari serta pada waktu cuaca mendung yang panjang.
Sistem penyimpanan ini atau sistem konversi alternative jelas menambah mahalnya unit
surya ini secara keseluruhan.
Energi surya dapat dikonversi secara langsung menjadi bentuk energi lain dengan tiga
proses terpisah, proses heliochemikal, proses helioelektrical, dan prosdes heliotermal. Reaksi
heliochemikal yang utama adalah proses fotosintesis. Seperti telah diulas dimuka, proses inia
dalah sumber dari semua bahan bakar fosil. Proses helioelektrik yang utama adalah produksi
lidtrik oleh sel-sel surya. Proses helioteermal adalah penyerapan (absorpsi) radiasi matahari
dan pengkonversian energi ini menjadi energi termal. Ini adalah satu-satunya proses konversi
surya yang mempunyai efisensi konversi 100 persen.
Jumlah energi matahari pada suatu permukaan disebut isolasi surya. Isolasi surya pada
sustu permukaan tertentu terdiri dari sebuh komponen langsung [sinar(beam)] dan sebuah
komponen difusi [tersebar(scattered)] begitu pula dengan pancaran radiasi dengan panjang
gelombang yang pendek dari permukaan lain yang sama-sama berada dibumi. Isolasi
langsung pada sebuah permukaan yang tegak lurus terhadap sinar matahari tergantung pada
waktu dari tahun, waktu daru hari, dan garis lintang permukaan ini begitu juga kondisi
atmosfir.
Dua kata kunci yang perlu selalu kita ingat adalah efisiensi dan konservasi energi.
Peningkatan efisiensi adalah sebuah upaya untuk memperkecil konsumsi sumber daya energi
tetapi tetap mempertahankan fungsi dan tujuan dari sebuah proses atau kegiatan, sedangkan
konservasi diartikan sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian sumber daya energi
misalnya dengan cara melakukan diversifikasi penggunaan sumber daya energi baik dalam
bentuk yang dapat diperbaharui renewable maupun yang bersifat tak dapat diperbaharui
nonrenewable. Oleh karena itu kegiatan laboratorium saat ini lebih diarahkan untuk
menemukan, mengkaji, merumuskan, menyebarkan, dan mengimplementasikan berbagai
solusi praktis dalam rangka meningkatkan efisiensi konservasi energi dan pemanfaatan
sumber energi alternatif yang murah, terutama untuk membantu masyarakat golongan
ekonomi menengah ke bawah.
Dalam bidang pertanian, energi surya dapat dimanfaatkan pengeringan, pemanas air,
pembangkit listrik, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa hasil-hasil pertanian yang baru
dipanen banyak mengandung air. Hal ini berakibat mudah membusuk atau tidak bisa
disimpan lama, lebih sulit dalam penanganan pengemasan dan transportasinya karena berat
dan volumenya yang besar. Kebanyakan komoditas pertanian sebelum diproses lebih lanjut
harus disimpan lebih dulu. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu suatu tindakan yaitu
pengurangan kandungan air. Cara pengurangan kadar air dapat dilaksanakan dengan cara:
 Penjemuran alami : diatas tikar, anyaman bambu, plastik dan lantai jemur
 Pengeringan buatan : menggunakan bahan bakar, energi
matahari atau gabungan pengering berbahan bakar dan energi
mahahari.
Disamping kondisi alami hasil pcrtanian yang banyak mcngandung air, mutu hasil
pertanian kita kebanyakan masih kurang baik sehingga perlu penanganan yang benar.
Masalah khusus peningkatan mutu dalam laporan ini tidak dibicarakan, karena yang lebih
diutamakan disini adalah masalah proses dan alat pengurangan kandungan air.

Perbandingan Penjemuran dan Pengeringan


Pengeringan berbagai komoditas pertanian misalnya kakao, kopi, cengkeh dan
sebagainya dapat dilakukan dengan cara, penjemuran. Efektifitas cara ini sangat tergantung
pada intensitas sinar matahari. Bila cuaca sedang cerah, pengeringan dapat berlangsung
dengan baik, sebaliknya jika cuaca sedang mendung atau hujan, penjemuran tidak dapat
dilakukan. Sering terjadi musim hujan atau pada saat cuaca mendung bertepatan dengan
musim panen raya sehingga hasil pertanian yang baru dipetik tidak dapat langsung
dikeringkan dan berakibat terjadi pembusukan atau kerusakan pada komoditi tersebut.
Penjemuran dengan sinar matahari berlangsung secara alamiah sehingga dapat
dihasilkan produk yang baik. Seperti kita ketahui bahwa intensitas matahari berubah
perlahan-lahan dari minimum-maksimum-minimum (pagi-siang-sore) dan selanjutnya malam
hari tidak dapat dilakukan pengeringan. Pada komoditas tertentu diperlukan pengeringan
yang sinambung sehingga pengeringan dengan cara penjemuran akan diperoleh hasil yang
kurang baik.
Efektifitas penjernuran dapat ditingkatkan dengan cara menggunakan pengaturan
udara panas dan hembusan secara paksa. Akan lebih baik lagi jika cara ini dilengkapi dengan
tungku berbahan bakar limbah pertanian (biomassa) agar dapat dioperasikan sepanjang waktu
(malam ataupun hujan). Keuntungan dan kerugian cara penjemuran dan pengeringan buatan
dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1 : Perbandingan Penjemuran dan Pengeringan Buatan


Penjemuran Pengeringan buatan
Keuntungan:
1.Sederhana Keuntungan:
2.Harga relatif murah 1. Tidak tergantung cuaca
3.Tidak membutuhkan keterampilan 2. Waktu pengeringan lebih cepat
sumber daya manusia 3. Mutu produk lebih konsisten
4. Tidak memerlukan bahan bakar
Kerugian: Kerugian:
1. Tergantung cuaca 1. Menggunakan bahan bakar
2. Waktu pengeringan relatif lebih lama 2. Perlu biaya pembuatan alat
3. Mutu tergantung pada kondisi alam 3. Perlu SDM yang terampil

Kondisi cuaca merupakan parameter yang sangat penting dalam pengoperasian


pengering tenaga matahari. Suhu dan kelembaban udara pengering merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap laju pengeringan suatu bahan.
Salah satu kelebihan pengering tenaga matahari dibandingkan penjemuran adalah
kedua faktor di atas dapat diatur disesuaikan dengan tahap pengeringan. Meskipun, profil
suhu udara pengering dan suhu penjemuran per hari relatif sama dan sangat tergantung pada
besamya radiasi matahari, tetapi suhu penjernuran maksimurn hanya 35 °C, sedang suhu
udara pengering mampu mencapai 75 °C (pada mesin pengering yang digunakan pada
percobaan kali ini).
Distribusi suhu ruang pengering bervariasi menurut arah aliran udara pengering.
Semakin jauh dari posisi kipas, suhu udara semakin tinggi karena selain mendapat panas dari
blower, ruang pengering juga mendapat radiasi matahari langsung menembus plastik
penutup.
Kombinasi antara suhu tinggi dan kelembaban rendah dari udara pengering menyebabkan
potensi pengeringannya menjadi sangat tinggi. Suatu hal yang tidak dijumpai di penjemuran.
Pengaruh Temperatur Terhadap Daya Sel Surya
Dengan penyinaran konstan, daya sel surya berkurang sesuai dengan naiknya
temperature. Hal tersebut sesuai dengan sifat tegangan beban nol dan berlawanan dengan
arus hubungan singkat. Tegangan beban nol akan berkurang sesuai dengan kenaikan
temperature yang besarnya kurang lebih 3mV/K. Suatu sel surya dengan tegangan 0,6V pada
T 25C akan berkurang sampai 0,45V pada T 75C. Arus hubungan singkat akan bertambah
sesuai dengan bertambahnya temperature yang besarnya kurang lebih 0,1%/K. Pengurangan
tegangan adalah lebih besar dari penambahan arus yang mengakibatkan penurunan daya
keseluruhan 0,44%/K.
Pengaruh Luas Sel Surya Terhadap Daya
Luas sel surya berpengaruh terhadap daya suatu sel surya. Luas sel surya tidak
berpengaruh terhadap tegangan beban nol, karewna itu suat sel surya dengan luas yang besar
akan mempunyai daya yang maksimum.

Pengaruh Kepekaan Spektrum Terhadap Sel Daya Sel Surya


Dari pengukuran dapat ditentukan harga tertentu arus sebagai fungsi panjang
gelombang suatu penyinaran yang konstan. Sel surya dari bvahan yang berbeda akan
menghasilkan spectrum yang berbeda pula. Pada prakteknya sel surya yang digunakan pada
mesin itu kep[ekaan spektrumnya berbeda dengan sel surya utnuk pembangkit listrik yang
melayani penerangan.

Prinsip Dasar Pengumpul Surya (Kolektor Surya)

(Gambar Penggunaan Sel Surya, Sumber : PPPGT/ VEDC Malang, 1999)

(Gambar Penggunaan Sel Surya, Sumber : PPPGT/ VEDC Malang, 1999)


Prinsip dasarnya adalah pengumpulan energi matahari oleh satelit di angkasa luar (pada orbit
sinkron bumi), mengirimkan energi tersebut dalam bentuk gelombang radio ke bumi, dan
kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Karena pengumpulan energi matahari
(dengan sel fotovoltaik) dilakukan di luar angkasa maka pengaruh cuaca dihilangkan dan
siklus siang-malam nyaris tak terjadi. Secara teoritis kapasitas daya yang mampu
dibangkitkan oleh sebuah satelit jenis ini cukup besar (5~10 GW) dan dampak lingkungan
yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan oleh
pembangkit berbahan bakar fossil/nuklir.(Yuliman Purwanto, Elektro Indonesia 3/1996).

Terminologi Parameter Sudut Matahari


Besar intensitas radiasi matahari langsung yang jatuh pada luasan bidang di
permukaan bumi ditentukan berdasarkan parameterparameter sebagai berikut :
• Sudut Lintang ( ) Adalah sudut lokasi bidang di permukaan bumi terhadap ekuator bumi
φ

dimana untuk arah ke utara diberi tanda positip. Nilai untuk sudut lintang ini : -90 < <
φ

90 ( untuk kota surabaya = 7°).


φ

• Sudut kemiringan (β) adalah sudut antar permukaan bidang yang dimaksud terhadap
horisontal ; 0 < β < 180°.
• Sudut deklinasi matahari ( ), merupakan sudut kemiringan bumi terhadap matahari
δ

akibat rotasi bumi pada arah sumbu axis bumi - matahari; -

23,45° < < 23,45°. Menurut Copper (1969), sudut


δ

deklinasi matahari dinyatakan dengan persamaan :


dimana n menyatakan nomor urut hari dalam satu tahun yang diawali dengan nomor urut 1
untuk tanggal 1 Januari.
• Sudut Jam Matahari (ω) adalah pergeseran sudut dari matahari ke arah timur/barat dari
garis bujur lokal akibat rotasi bumi pada sumbunya. Besar pergeseran sudut tersebut 15°
tiap jam .
• Sudut ketinggian matahari (α) adalah sudut antara radiasi langsung dari matahari dengan
bidang horisontal yang ditentukan berdasarkan persamaan :
sin α = cos cos cos ω + sin sin
φ δ φ δ

• Sudut Zenith (θz) adalah sudut antara radiasi langsung dari matahari dengan garis normal
bidang horisontal, yang dinyatakan dengan persamaan :
sin θz = sec α cos sin ω
δ

• Sudut datang matahari (θ) yaitu sudut antara radiasi langsung pada permukaan bidang
terhadap normal bidang tersebut.
Cos θ = cos α cos γ sin β +sin α cos β
Hubungan antara masing-masing parameter sudut matahari tersebut ditunjukkan
dalam gambar 2.

Pengukuran Energi Surya

Sebelum mengetahui daya sesaat yang dihasilkan kita harus mengetahui energi yang
diterima, dimana energi tersebut adalah perkalian intensitas radiasi yang diterima dengan
luasan dengan persamaan :
E = Ir x A
dimana :
Ir = Intensitas radiasi matahari ( W/m2)
A = Luas permukaan (m2)

Sedangkan untuk besarnya daya sesaat yaitu perkalian tegangan dan arus yang
dihasilkan oleh sel fotovoltaik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P=VxI
dimana :
P = Daya (Watt),
V = Beda potensial (Volt)
I = Arus (Ampere)

Radiasi surya yang mengenai sel fotovoltaik dengan menggunakan alat pyranometer
adalah dalam satuan mV sehingga harus dikonversikan menjadi W/m2. Efisiensi yang terjadi
pada sel surya adalah merupakan perbandingan daya yang dapat dibangkitkan oleh sel surya
dengan energi input yang diperoleh dari sinar matahari. Efisiensi yang digunakan adalah
efisiensi sesaat pada pengambilan data. Apabila pengguna menginginkan tegangan maupun
arus yang lebih besar, maka panel solar cell dapat dirangkai secara seri atau paralel maupun
kombinasi keduanya. Bila panel dirangkai seri maka tegangan yang naik tetapi bila dirangkai
paralel maka arus yang naik.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


3.1.1 Waktu Praktikum :
3.1.1.1 Hari/Tanggal : Rabu, 11 Desember 2009
3.1.1.2 Waktu : Pkl. 15.00 – 17.00
3.1.2 Tempat Praktikum : Laboratoruim Instrumentasi

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
Energi Matahari
3.2.2 Alat
1. Sel Surya (Photo Voltaic)
2. Alat penyimpan energi listrik
3. AVO meter
4. Kabel Sambungan

3.3 Metode Praktikum


Percobaan I
1. Menyiapkan peralatan sel surya, kemudian menyambungkan kabel penghubung
output tegangan pada panel.
2. Memperhatikan kabel. Kabel warna merah menyatakan kutub positif dan kabel warna
hitam menyatakan kutub negatif. Ingat jangan sampai tertukar karena apabila terjadi
kesalahan dalam pemasangan maka akan mengakibatkan kerusakan pada panel.
3. Menempatkan panel surya pada meja di bawah terik matahari dengan posisi
kemiringan panel surya tegak lurus menghadap langit (matahari).
4. Menghubungkan kabel output panel surya ke AVO meter dengan mengukur output
tegangan DC volt pada AVO meter.
5. Mencatat berapa Volt tegangan DC yang dihasilkan.
6. Melakukan langkah yang sama seperti 2 – 4 di atas namun untuk posisi kemiringan
panel surya yang berbeda-beda. Mencatat perubahan atau perbedaan yang terjadi.

Percobaan II
1. Menyiapkan panel surya.
2. Menyambungkan kabel output panel surya ke konverter DC-AC Volt (Box Warna
Hitam).
3. Memperhatkan kabel sambungan di panel surya tidak boleh tertukar dalam
pemasangannya (warna merah (+) dan warna hitam (-) ).
4. Saklar pada konverter dalam posisi off pada saat pengisian listrik dari panel surya ke
konverter berlagsung (Jangan menyalakan saklar on/off).
5. Pada saat pengisian listrik, warna indikator akan menyala dari posisi awal warna
merah. Bila pengisian sudah selesai maka warna LED akan berubah menjadi warna
hijau yang artinya pengisian telah selesai.
6. Jangan sekali-kali membalikan posisi konverter (tetap harus tegak lurus) sesuai
dengan petunjuk gambar pada box akan meyebabkan cairan accu penyimpan listrik
akan tumpah.
7. Mrncatat perubahan apa saja yang terjadi terutama pada converter.
8. Melepaskan kabel penghubung panel surya untuk sementara bila pengisian selesai.
Kemudian menyalakan saklar pada posisi ON.
9. Mencatat berapa tegangan listrik yang dihasilkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
1. Pengambilan data dilakukan pada jam 3 sore dengan keadaan cuaca yang mendung dan
berawan percobaan dilakukan oleh kelompok 1 shift 2.
Sudut kolektor surya 180˚
Detik ke Tegangan (volt) Suhu (˚C)
0 23,6 29,4 °C
20 23,8 29,8 °C
40 23,7 29,8 °C
60 23,6 29,8 °C
80 23,6 29,7 °C
100 23,4 29,7 °C
120 23,6 29,3 °C

Grafik hubungan tegangan dan suhu

Sudut kolektor surya 45˚


Detik ke Tegangan (volt) Suhu (˚C)
0 23,8 29,5 °C
20 23,7 28,9 °C
40 23,5 28,6 °C
60 23,6 28,7 °C
80 23,5 28,6 °C
100 23,6 28,4 °C
120 23,3 28,5 °C

Grafik hubungan tegangan dan suhu

Sudut kolektor surya 90˚


Detik ke Tegangan (volt) Suhu (˚C)
0 22,7 28,3 °C
20 22,3 29,3 °C
40 22,3 28,9 °C
60 22,7 28,6 °C
80 22,4 29,0 °C
100 22,5 28,9 °C
120 22,4 29,2 °C

Grafik hubungan tegangan dan suhu


2. Pengambilan data dilakukan pada jam 10 pagi dengan keadaan cuaca yang cerah dengan
penyinaran matahari yang baik oleh shift 1.
Sudut kolektor surya 180˚
Detik ke Tegangan (volt) Suhu (˚C)
0 24,3 33,2 °C
20 24,4 32,5 °C
40 24,3 33,0 °C
60 24,4 32,7 °C
80 24,3 32,8 °C
100 24,3 33,1 °C

Grafik hubungan tegangan dan suhu

Sudut kolektor surya 45˚


Detik ke Tegangan (volt) Suhu (˚C)
0 23,3 35 °C
20 23,4 35,7 °C
40 23,5 35,7 °C
60 23,6 36,6 °C
80 23,7 36,8 °C
100 23,8 36,8 °C
120 23,7 37,4 °C

Grafik hubungan tegangan dan suhu

Sudut kolektor surya 90˚


Detik ke Tegangan (volt) Suhu (˚C)
0 24,2 31,7 °C
20 24,3 33,4 °C
40 24,3 33,4 °C
60 24,2 33,5 °C
80 24,3 33,8 °C
100 24,4 33,7 °C
120 24,3 33,7 °C

Grafik hubungan tegangan dan suhu


1.1 Pembahasan
Praktikum pengambilan energi radiasi matahari kedalam kolektor surya ini, dilakukan

sekitar pukul 15.00 sore, sehingga cahaya matahari hanya sedikit yang dapat ditangkap
±

oleh kolektor surya. Sehingga penyerapan oleh kolektor surya tidak dapat berlangsung secara
efisien dan energi panas yang dihasilkan tidak optimal. Bila berdasarkan literatur, efisiensi
tertinggi kolektor terjadi pada pukul 12.00 – 13.00 dengan posisi kolektor dimiringkan
sebesar 15° ke utara, sedangkan efisiensi terendah terjadi padajam 14.00 - 15.00 pada saat
posisi kolektor dimiringkan 45°. Hal ini terutama diakibatkan karena pergeseran posisi
matahari terhadap permukaan bumi dalam suatu kurun waktu tertentu, sehingga posisi mata
angin yang tepat ke arah timur tidak selalu dapat dinyatakan sebagai posisi terbitnya sang
surya di pagi hari. Semakin besar pergeseran posisi kolektor terhadap sinar matahari datang
pada pagi hari maka akan semakin besar energi yang didapat pada siang hari.
Pada kemiringan 180°, panel surya hanya mampu mengeluarkan tegangan dengan
rata-rata sebesar 23,6 volt. Hal ini dikarenakan, panel surya cukup bagus diletakkan, sehingga
tegangan yang dihasilkan cukup baik.
Pada kemiringan 45°, menghasilkan tegangan rata-rata yang dihasilkan adalah
23,57volt. Pada posisi ini juga tegangan yang dihasilkan cukup baik, Hal ini dikarenakan,
panel surya diletakkan menghadap ke arah sinar matahari, sehingga luas panel surya yang
terkena sinar matahari juga semakin besar, sehingga sinar yang masuk semakin banyak dan
sinar yang terkonduksi juga semakin besar, dan berarti elektron yang lepas juga semakin
banyak, yang akhirnya menghasilkan arus yang semakin banyak, dan teganagan juga semakin
besar.
Pada kemiringan 90˚ tegangan rata-rata yang dihasilkan adalah 22,4volt. Pada posisi
ini tegangan yang dihasilkan sangat rendah. Hal ini disebabkan karena arah dari panel surya
tidak lagi menghadap ke matahari sehingga penyerapan energi matahari oleh panel surya
semakin kecil, sehingga tegangan yang dihasilkan pun semakin kecil.
Dapat dilihat dari hasil di atas, bahwa nilai tegangan pada kemiringan 180° paling tinggi jika
dibandingkan pada kemiringan 45° dan 90°. Kemiringan memang sangat mempengaruhi
daya tangkap panel surya terhadap energi matahari, tetapi waktu percobaan juga menentukan,
apabila dilakukan percobaan pada siang hari maka hasil yang didapat akan semakin baik.
Seperti dapat kita lihat pada percobaan dari shift 1 yang mana dilakukan pada siang
hari. Maka data yang didapat lebih baik dan konstan.
Pada kemiringan 180˚ mereka mendapatkan rata-rata tegangan 24,3 volt. Pada
kemiringan 45˚ tegangan rata-ratanya 24,2, dan pada kemiringan 90˚ 23,61.
jika dibandingkan dengan hasil yang didapat, maka percobaan pada siang dan sore
hari sama. Sama-sama mendapat hasil yang mana tegangangan yang paling besar itu didapat
pada kemiringan 180˚ dan 45˚. Sedangkan tegangan yang paling kecil pada kemiringan 90˚
Menurut literatur yang ada seharusnya suhu dan tegangan konstan naik secara
bersamaan. Suhu pada permukaan panel surya saat pengukurun disiang hari tidak mungkin
turun. Kecuali adanya faktor lain yang menyebabkan suhu itu turun. Seperti dapat dilihat
pada hasil percobaan yang telah dilakukan yaitu adanya data yang tidak konstan, dimana
terjadi naik dan turunnya tegangan serta suhu di setiap detiknya. Hal ini disebabkan karena
pada percobaan, sinar matahari yang dihasilkan tertutup oleh awan sehingga berpengeruh
terhadap panas atau energi yang dihasilkan pula. Angin yang berhembus kencang dapat juga
mempengaruhi suhu pada permukaan panel surya.
BAB V
KESIMPULAN

1. Nilai rata-rata tegangan pada kemiringan 45° dan 180˚ paling tinggi jika dibandingkan
pada sudut 90˚.
2. Untuk memperoleh tegangan listrik yang besar dari tenaga surya maka yang perlu
diperhatikan adalah arah sinaran yang jauh pada panel surya
3. Semakin searah dengan sinar matahari atau semakin luas daerah tangkapan panel surya
terhadap sinar matahari maka akan semakin besar pula foton yang masuk yang akhirnya
melepas elektron.
4. Semakin luas daerah tangkapan sinar matahari pada panel surya mengakibatkan, arus dan
tegangan yang cukup tinggi.
5. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan faktor utama dalam menangkap sinar matahari
untuk dapat dimanfaatkan.
6. Matahari tidak muncul selama 24 jam sehari, sehingga perlu diperhatikan lokasi yang
tepat dan cocok untuk optimasi panel surya dalam memanfaatkan radiasi matahari.
7. Untuk mengoptimalkan efisiensi dari kolektor tergantung pada posisi kolektor yang
berkaitan dengan arah radiasi langsung yang jatuh ke permukaan kolektor disamping
menghindarkan adanya hambatan yang menghalangi jatuhnya radiasi langsung ke
permukaan kolektor.
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto, “Teknologi Rekayasa Surya”, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta, 1985.

Sufiyandi, Ari. 2007. Handout Teknologi Konversi Energi. Jatinagor : UNPAD.

Sufiyandi, Ari. 2007. Penuntun Praktikum Teknologi Konversi Energi. Jatinagor : UNPAD.

http://id.wikipedia.org/wiki/Panel_surya

http://id.wikipedia.org/wiki/energi_surya

http://www.mail-archive.com/madiunclub@yahoogroups.com/msg01425.html

www.surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=5318&Itemid=37

You might also like