You are on page 1of 91

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2008

Nomor : 40a/HP/XIV/04/09
Tanggal : 30 April 2009
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... i


SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN ii
KEUANGAN KPK TAHUN 2008 ..................................................................

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ...... 1


GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN ........................................................ 3
1. Dasar Hukum Pemeriksaan ...................................................................... 3
2. Tujuan Pemeriksaan ................................................................................. 3
3. Sasaran Pemeriksaan ................................................................................ 3
4. Standar Pemeriksaan ................................................................................ 4
5. Metode Pemeriksaan ................................................................................ 4
6. Waktu Pemeriksaan .................................................................................. 4
7. Objek Pemeriksaan ................................................................................... 4
8. Batasan Pemeriksaan ................................................................................ 5
Laporan Keuangan KPK Tahun 2008

BPK- RI LHP Opini – LK KPK Tahun 2008 i


SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN KPK TAHUN 2008

Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan KPK Tahun 2008 terdiri dari 3 (tiga) buku sebagai
berikut:

Buku I : Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan (Opini)

Buku II : Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern dan Laporan


Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian
Intern

Buku III : Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan


Perundang-Undangan dan Laporan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
undangan.

BPK- RI LHP Opini – LK KPK Tahun 2008 ii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK) telah memeriksa Neraca Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per 31 Desember
2008 dan 2007, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen.
Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan. Laporan Keuangan KPK Tahun 2007 telah
diperiksa oleh BPK dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


(SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-
bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas Prinsip Akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar
memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat BPK, Necara KPK tanggal 31 Desember 2008 dan 2007, serta Laporan
Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan KPK tanggal 31 Desember
2008 dan 2007, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-

BPK-RI LHP Opini - LK KPK Tahun 2008 Halaman 1 dari 5


undangan disajikan dalam Laporan Nomor 40b/HP/XIV/04/09 dan Nomor
40c/HP/XIV/04/09 Tanggal 30 April 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan ini.

Jakarta, 30 April 2009


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Wakil Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Roes Nelly, Ak
Register Negara No. D-24.068

BPK-RI LHP Opini - LK KPK Tahun 2008 Halaman 2 dari 5


GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2. Tujuan Pemeriksaan
Memberikan pendapat atas kewajaran penyajian angka dalam laporan keuangan
dengan mempertimbangkan 4 (empat) aspek yaitu:
a. Kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintah;
b. Entitas yang diaudit telah memenuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan
keuangan tertentu;
c. Sistem pengendalian intern instansi tersebut baik terhadap informasi keuangan
yang dihasilkan maupun terhadap pengamanan atas kekayaannya, telah dirancang
dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian; dan
d. Pengungkapan yang memadai atas informasi laporan keuangan.
3. Sasaran Pemeriksaan
Laporan Keuangan (LK) Bagian Anggaran KPK Tahun 2008 meliputi pengujian atas
akun-akun dan saldo yang disajikan dalam neraca serta transaksi-transaksi pada
laporan realisasi anggaran. Pengujian atas laporan keuangan bertujuan untuk
menguji semua pernyataan (asersi) dalam informasi keuangan tersebut meliputi:
a. Keberadaan dan keterjadian
Bahwa seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana yang disajikan dalam neraca per
31 Desember 2008 serta seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008 telah didukung
dengan bukti-bukti yang memadai.
b. Kelengkapan
Bahwa semua aset, kewajiban dan ekuitas dana yang dimiliki telah dicatat
seluruhnya dalam neraca per 31 Desember 2008 serta seluruh transaksi
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang terjadi selama Tahun 2008 telah
dicatat seluruhnya dalam laporan realisasi anggaran.
c. Hak dan Kewajiban
Bahwa seluruh aset yang tercatat merupakan milik KPK dan kewajiban yang
tercatat merupakan kewajiban KPK.
d. Penilaian dan alokasi

BPK-RI LHP Opini - LK KPK Tahun 2008 Halaman 3 dari 5


Bahwa seluruh aset, kewajiban, pendapatan, belanja dan pembiayaan telah dinilai
secara memadai dan diklasifikasikan sesuai dengan stándar/ketentuan yang telah
ditetapkan.
e. Penyajian dan pengungkapan
Bahwa penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan ketentuan dan catatan-
catatan atas laporan keuangan telah mengungkapkan informasi keuangan yang
memadai.
f. Ketaatan dan kepatuhan
Bahwa seluruh transaksi yang diungkapkan dalam LK KPK telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka
pelaksanaan APBN.
4. Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan BPK Tahun 2007.
5. Metode Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan yang digunakan adalah pemeriksaan dengan pendekatan
berdasarkan risiko, yang dirancang untuk menemukan kesalahan dan penyimpangan
informasi atas laporan keuangan dengan menelaah kegiatan pemerintahan. Kegiatan
pemeriksaan dimulai dengan melakukan penelaahan sistem pengendalian intern
untuk menentukan area risiko penting yang menjadi fokus pemeriksaan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai atas proses penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.
Dalam menganalisis dan menguji proses penyusunan dan penyajian LK KPK, BPK
telah melakukan prosedur-prosedur di bawah ini:
a. Menguji sistem akuntansi yang ditetapkan Menteri Keuangan apakah telah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
b. Menguji proses akuntansi dan pelaporan keuangan yang diterapkan apakah telah
mengikuti sistem akuntansi yang telah ditetapkan Menteri Keuangan;
Pemeriksaan BPK juga mencakup pengujian pengendalian, prosedur analitis, dan
pengujian substantif untuk menilai efektivitas pengendalian dan kewajaran LK KPK.
Selain itu BPK juga melakukan pemantauan atas tindak lanjut dari setiap
permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan LK KPK Tahun 2004, 2005, 2006,
dan 2007.
6. Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan selama 35 hari dari tanggal 9 Pebruari s.d. 2 April 2009
berdasarkan Surat Tugas Anggota/Pembina AKN I Nomor 08/ST/III-XIV.2/02/2009
Tanggal 6 Pebruari 2009.
7. Objek Pemeriksaan
Laporan Keuangan KPK Tahun Anggaran 2008.

BPK-RI LHP Opini - LK KPK Tahun 2008 Halaman 4 dari 5


8. Batasan Pemeriksaan
Semua informasi yang disajikan dalam LK KPK merupakan tanggung jawab
Pimpinan KPK. Oleh karena itu, BPK tidak bertanggung jawab terhadap salah
interpretasi dan kemungkinan pengaruh atas informasi yang tidak diberikan baik
yang sengaja maupun tidak disengaja oleh Pimpinan KPK.
Pemeriksaan BPK meliputi prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya kesalahan dan salah saji yang
berpengaruh material terhadap laporan keuangan. Pemeriksaan tidak ditujukan untuk
menemukan kesalahan atau penyimpangan. Walaupun demikian, jika dari hasil
pemeriksaan ditemukan penyimpangan, akan diungkapkan.
Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK juga menyadari kemungkinan adanya
perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang timbul. Namun pemeriksaan BPK tidak
memberikan jaminan bahwa semua tindakan melanggar hukum akan terdeteksi dan
hanya memberikan jaminan yang wajar bahwa tindakan melanggar hukum yang
berpengaruh secara langsung dan material terhadap angka-angka dalam laporan
keuangan akan terdeteksi. BPK akan menginformasikan bila terdapat perbuatan-
perbuatan melanggar hukum atau kesalahan/penyimpangan material yang ditemukan
selama pemeriksaan.
Dalam melaksanakan pengujian kepatuhan atas perundang-undangan, BPK hanya
menguji kepatuhan instansi atas peraturan perundang-undangan yang terkait
langsung dengan penyusunan laporan keuangan. Hal ini tidak menutup kemungkinan
bahwa masih terdapat ketidakpatuhan pada peraturan yang tidak teridentifikasi.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

BPK-RI LHP Opini - LK KPK Tahun 2008 Halaman 5 dari 5


LAPORAN KEUANGAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

TAHUN 2008
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN 2008 (AUDITED)

1. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2008

TA 2008
Uraian
% Realisasi
Catatan Anggaran Realisasi terhadap
Anggaran
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 3.4.2.1
A.1 PENERIMAAN DALAM NEGERI 31.217.400.000 400.124.227.902 1.281,73
Penerimaan Perpajakan 0 0 0,00
Penerimaan Negara Bukan Pajak 3.4.2.2 31.217.400.000 400.124.227.902 1.281,73
A.2 HIBAH 0 0 0,00
JUMLAH PENDAPATAN DAN 31.217.400.000 400.124.227.902 1.281,73
HIBAH (A.1 + A.2)
B. BELANJA 3.4.2.3
B.1 Rupiah Murni 232.612.922.000 190.494.601.875 81,89
Belanja Pegawai 3.4.2.5 111.932.138.000 98.476.162.339 87,98
Belanja Barang 3.4.2.6 83.870.058.000 61.574.248.828 73,42
Belanja Modal 3.4.2.7 36.810.726.000 30.444.190.708 82,70
Pembayaran Bunga Utang 0 0 0,00
Subsidi 0 0 0,00
Hibah 0 0 0,00
Bantuan Sosial 0 0 0,00
Belanja Lain-lain 0 0 0,00
B.2 Pinjaman Luar Negeri 0 0 0,00
Belanja Pegawai 0 0 0,00
Belanja Barang 0 0 0,00
Belanja Modal 0 0 0,00
Pembayaran Bunga Utang 0 0 0,00
B.2 Pinjaman Luar Negeri (lanjutan) 0 0 0,00
Subsidi 0 0 0,00
Hibah 0 0 0,00
Bantuan Sosial 0 0 0,00
Belanja Lain-lain 0 0 0,00
B.3 Hibah 114.257.616.000 13.803.974.637 12,08
Belanja Pegawai 3.4.2.5 0 0 0,00
Belanja Barang 3.4.2.6 52.632.470.000 11.883.024.637 22,58
Belanja Modal 3.4.2.7 61.625.146.000 1.920.950.000 3,12
Pembayaran Bunga Utang 0 0 0,00
Subsidi 0 0 0,00
Hibah 0 0 0,00
Bantuan Sosial 0 0 0,00
Belanja Lain-lain 0 0 0,00
JUMLAH BELANJA (B.1+B.2+B.3) 346.870.538.000 204.298.576.512 58,90

1
2. Neraca Komparatif Per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007
(dalam rupiah)
No Uraian Catatan 31 Desember 2008 31 Desember 2007 Tambah (Kurang)
A ASET
1 Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran 3.5.2.1.1 468.301 0 468.301
Kas di Bendahara Penerimaan 3.5.2.1.2 0 0 0
Bagian Lancar Tuntutan 3.5.2.1.3 5.465.000 0 5.465.000
Perbendaharaan/TGR
Piutang Bukan Pajak 3.5.2.1.4 112.991.922 0 112.991.922
Uang Muka Belanja 3.5.2.1.5 45.314.500 0 45.314.500
Persediaan 3.5.2.1.6 15.707.236.863 1.022.436.634 14.684.800.229

Jumlah Aset Lancar 15.871.476.586 1.022.436.634 14.849.039.952


2 Aset Tetap
Peralatan dan Mesin 3.5.2.2.1 121.579.366.765 109.020.952.960 12.558.413.805
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 3.5.2.2.2 30.664.870.329 14.256.869.959 16.408.000.370
Aset Tetap Lainnya 3.5.2.2.3 41.710.925.545 38.644.378.682 3.066.546.863
Jumlah Aset Tetap 193.955.162.639 161.922.201.601 32.032.961.038
3 Aset Lainnya
Aset Tak berwujud 3.5.2.3.1 9.023.399.110 0 9.023.399.110

Aset Lain-lain 3.5.2.3.2 157.446.461.122 14.232.475.026 143.213.986.096


Jumlah aset Lainnya 166.469.860.232 14.232.475.026,00 152.237.385.206
JUMLAH ASET 376.296.499.457 177.177.113.261,00 199.119.386.196

B KEWAJIBAN
1 Kewajiban Jangka Pendek
Utang Kepada Pihak Ketiga 3.5.2.4.1 4.714.486.429 217.786.000 4.496.700.429
Uang Muka Dari KPPN 3.5.2.4.2 468.301 0 468.301
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 4.714.954.730 217.786.000 4.497.168.730
JUMLAH KEWAJIBAN 4.714.954.730 217.786.000 4.497.168.730

2 EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Cadangan Piutang 3.5.2.5.1 163.771.422 0 163.771.422

Cadangan Persediaan 3.5.2.5.2 15.707.236.863 1.022.436.634 14.684.800.229


Dana yang Harus Disediakan untuk 3.5.2.5.3 -4.714.486.429 -217.786.000 -4.496.700.429
Pembayaran Utang
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 11.156.521.856 804.650.634 10.351.871.222
3 Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 3.5.2.6.1 193.955.162.639 161.922.201.601 32.032.961.038
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 3.5.2.6.2 166.469.860.232 14.232.475.026 152.237.385.206
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 360.425.022.871 176.154.676.627 184.270.346.244
JUMLAH EKUITAS DANA 371.581.544.727 176.959.327.261 194.622.217.466
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 376.296.499.457 177.177.113.261 199.119.386.196
DANA

2
3. Catatan atas Laporan Keuangan per 31 Desember 2008
3.1 Pendahuluan
3.1.1 Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Ini Adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
7. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 51/PB/2006
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
3.1.2 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan KPK TA 2008 merupakan laporan yang mencakup
seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan KPK termasuk
di dalamnya jenjang struktural di bawah KPK seperti eselon I dan II. KPK
merupakan satuan kerja dan tidak ada satuan kerja lain dibawah lembaga
KPK.
Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang
terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan Laporan
Realisasi Anggaran seluruh unit organisasi yang berada di bawah KPK.
Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari Pendapatan Negara dan Belanja.
2. Neraca
Neraca disusun berdasarkan kompilasi data dari unit-unit terkait di
lingkungan KPK dan disusun melalui SAI.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan
penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis

3
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Data BMN yang disajikan dalam neraca ini belum seluruhnya diproses
melalui SIMAK-BMN.
3.2 Kebijakan Akuntansi
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi
yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara
kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN.
Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan
basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN.
Penyusunan dan penyajian LK TA 2008 telah mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian,
dalam penyusunan LK KPK telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK KPK adalah:
3.2.1 Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat.
Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan
dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan
jenis pendapatan.
3.2.2 Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat
terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan
menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas
Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan
fungsi.
3.2.3 Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan

4
uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini
tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan
kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak
kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, dan Aset Lainnya.
3.2.3.1 Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini
terdiri dari kas, piutang, dan persediaan.
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas
dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan
kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul
berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan
penagihannya.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi
(TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
neraca disajikan sebagai Bagian lancar TPA/TGR.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:
- harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,
- harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri,
- harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh
dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
3.2.3.2 Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh KPK
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan neraca
KPK per 31 Desember 2008 pada harga perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari
2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan
olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000
(tiga ratus ribu rupiah), dan

5
b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama
dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap
lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak
kesenian.
Untuk BM/KN yang mempunyai nilai Aset Tetap di bawah Nilai
Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana tersebut di
atas dicatat didalam buku inventaris di luar pembukuan
(ekstrakomptabel). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor:01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi
Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi
Pemerintah.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Berdasarkan surat Kanwil Ditjen Kekayaan Negara No. S.
122/WKN.7/2008 tanggal 6 Februari 2008 perihal Koreksi/Update
Data SABMN pada Satker dan Kementerian/Lembaga, setiap
instansi diminta untuk melakukan koreksi atas nilai aset tetap yang
diperoleh tahun 2004 ke bawah.
Sejak TA. 2007, Laporan Keuangan KPK telah menerapkan
kebijakan pemerintah tersebut di atas.
3.2.3.3 Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar dan aset
tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh
tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana
yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-
lain.
TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan
aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintahan
yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara
penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan
angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar
saldo tagihan penjualan angsuran.
TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/
pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang
melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut
atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
TPA dan TGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca disajikan sebagai aset lancar.

6
Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua
pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan
kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset
dan/atau hak usaha yang dimiliki.
Dana yang dibatasi penggunaannya merupakan kas atau dana yang
alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan
tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana
reboisasi, dan dana moratorium Nias dan NAD.
Aset tak berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud
meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta
(copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hasil kajian/penelitian
yang memberikan manfaat jangka panjang.
Aset lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam TPA, tagihan TGR, Kemitraan Dengan
Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset
lain-lain dapat berupa aset tetap KPK yang dihentikan dari
penggunaan aktifnya. Piutang kepada pihak ketiga yang telah lewat
jatuh tempo 12 (dua belas) bulan dan piutang macet yang dialihkan
penagihannya kepada Departemen Keuangan cq. Ditjen Kekayaan
Negara, serta uang pengganti yang belum dibayar terpidana juga
termasuk dalam kelompok Aset lain-lain.
3.2.4 Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-
undangan.
Kewajiban diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
3.2.4.1 Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek
jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua
belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga,
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang
Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka
Pendek Lainnya.

7
3.2.4.2 Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari
dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat
sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah
pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran,
perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan
perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan
dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
3.2.5 Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara
aset dan utang KPK. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana
Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih
antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi
mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka
panjang.
3.3 Ringkasan Laporan
Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
171/PMK.05/2007, Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP). Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) ini telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Laporan Keuangan KPK Tahun 2008 Audited ini telah disusun dan disajikan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
3.3.1 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2008 dengan realisasinya, yang
mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja, selama periode 1 Januari
2008 sampai dengan 31 Desember 2008.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2008 berasal dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp400.124.227.902,00 atau
mencapai 1.281,73 persen dari anggarannya.
Realisasi Belanja Negara pada TA 2008 adalah sebesar
Rp204.298.576.512,00 atau 58,90 persen dari anggarannya. Jumlah
realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni
sebesar Rp190.494.601.875,00 atau 81,89 persen dari anggarannya dan

8
Belanja Hibah sebesar Rp13.803.974.637,00 atau 12,08 persen dari
anggarannya.
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2008 dan 2007 dapat disajikan
sebagai berikut:
(dalam rupiah)
TA 2008 TA 2007
Uraian
Anggaran
Realisasi % Anggaran Realisasi

Pendapatan
Pendapatan 31.217.400.000 400.124.227.902 1.281,73 45.035.997.000 50.743.140.639
Negara dan Hibah
Belanja
Belanja Rupiah 232.612.922.000 190.494.601.875 81,89 247.660.200.000 157.002.648.425
Murni
Belanja Hibah 114.257.616.000 13.803.974.637 12,08 98.590.961.000 6.763.388.273
Jumlah Belanja 346.870.538.000 204.298.576.512 58,90 346.251.161.000 163.766.036.698

3.3.2 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal
pelaporan sebelumnya.
Jumlah Aset adalah sebesar Rp376.296.499.457,00 terdiri dari Aset
Lancar sebesar Rp15.871.476.586,00 ; Aset Tetap sebesar
Rp193.955.162.639,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp166.469.860.232,00
Jumlah Kewajiban adalah sebesar Rp4.714.954.730,00 yang merupakan
Kewajiban Jangka Pendek.
Sementara itu jumlah Ekuitas Dana adalah sebesar Rp371.581.544.727,00
yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp11.156.521.856,00 dan
Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp360.425.022.871,00
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 dapat
disajikan sebagai berikut:
(dalam rupiah)

Uraian 31 Desember 2008 31 Desember Nilai Kenaikan/


2007 (Penurunan)

Aset 376.296.499.457 177.177.113.261 199.119.386.196


Aset Lancar 15.871.476.586 1.022.436.634 14.849.039.952
Aset Tetap 193.955.162.639 161.922.201.601 32.032.961.038
Aset Lainnya 166.469.860.232 14.232.475.026 152.237.385.206
Kewajiban 4.714.954.730 217.786.000 4.497.168.730
Kewajiban 4.714.954.730 217.786.000 4.497.168.730
Jangka Pendek
Ekuitas Dana 371.581.544.727 176.959.327.261 194.622.217.466
Ekuitas Dana 11.156.521.856 804.650.634 10.351.871.222
Lancar
Ekuitas Dana 360.425.022.871 176.154.676.627 184.270.346.244
Investasi

9
3.3.3 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan dasar hukum,
metodologi penyusunan Laporan Keuangan, dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos
laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan, dan belanja
diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan
oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). Sementara itu, dalam penyajian
Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual,
yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan
dari KUN.
Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal
pelaporan keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan.
3.4 Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran
3.4.1 Penjelasan Umum Laporan Realisasi Anggaran
Realisasi Pendapatan Negara pada tahun 2008 pada Komisi Pemberantasan
Korupsi adalah sebesar Rp400.124.227.902,00 dimana 96,94 persen
diantaranya berasal dari pendapatan uang pengganti tindak pidana korupsi
yang ditetapkan pengadilan.
Realisasi Belanja Negara TA 2008 sebesar Rp204.711.940.294,00 atau
59,02 persen dari total anggaran, terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni
sebesar Rp190.907.965.657,00 atau 82,35 persen, Realisasi Belanja Hibah
sebesar Rp13.803.974.637,00 atau 12,08 persen dan realisasi Belanja
Rupiah Pendamping sebesar 0 persen.
Realisasi Anggaran dan Pendapatan KPK disajikan dalam tabel 1 dibawah
ini:
Tabel 1
Realisasi Anggaran dan Pendapatan 2008
(dalam rupiah)
% Real.
No Uraian Anggaran Setelah Realisasi Angg
Revisi

1 Pendapatan Negara dan Hibah 31.217.400.000 400.124.227.902 1.281,73


- Penerimaan Negara Bukan Pajak 31.217.400.000 400.124.227.902 1.281,73
2 Belanja Negara 346.870.538.000 204.711.940.294 59,02
- Belanja Rupiah Murni 231.838.822.000 190.907.965.657 82,35
- Belanja Rupiah Pendamping 774.100.000 0 0,00
- Belanja Hibah 114.257.616.000 13.803.974.637 12,08

3.4.2 Penjelasan Per Pos Laporan Realisasi Anggaran


3.4.2.1. Pendapatan Negara
Realisasi Pendapatan Negara pada TA. 2008 berasal dari
penerimaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar

10
Rp400.124.227.902,00 atau sebesar 1.281,73 persen dari estimasi
pendapatan sebesar Rp31.217.400.000,00.
3.4.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak
Realisasi PNBP TA. 2008 adalah sebesar Rp400.124.227.902,00
atau 1.281,73 persen dari estimasi pendapatan sebesar
Rp31.217.400.000,00. Hal ini berarti lebih tinggi
Rp349.381.087.263,00 atau 688,53 persen dibandingkan dengan
realisasi TA 2007. PNBP ini berasal dari (a) PNBP Fungsional
sebesar Rp399.090.460.349,00 dan (b) PNBP umum sebesar
Rp1.033.767.553,00
1. PNBP Fungsional
Besarnya realisasi penerimaan PNBP fungsional dirinci dalam
tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2
Realisasi PNBP Fungsional
(dalam rupiah)
Uraian 31 Des 2008 31 Des 2007 % Naik
(Turun)
Pendapatan Jasa Lembaga 542.139.265 899.612.867 (39,74)
Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Hasil Denda 2.750.000.000 2.300.000.000 19,57
Pendapatan Ongkos Perkara 270.000 357.500 (24,48)
Pendapatan Uang Sitaan 4.305.621.163 17.220.173.827 (75)
Hasil Korupsi Yang Telah
Ditetapkan Pengadilan
Pendapatan Gratifikasi Yang 3.446.731.957 2.887.784.644 19,36
Ditetapkan KPK Menjadi
Milik Negara
Pendapatan uang pengganti 387.861.132.964 25.147.007.190 1.442,37
TPK yang ditetapkan
Pengadilan
Pendapatan Hasil 184.565.000 0 100
Pengembalian Uang Negara
JUMLAH 399.090.460.349 48.454.936.028 723,63

Khusus untuk Pendapatan Gratifikasi yang Ditetapkan KPK


Menjadi Milik Negara, telah terjadi pengembalian PNBP pada
Bulan Februari 2008, dari rekening Kas Negara ke rekening
Bendahara Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Jember
sebesar Rp440.000.000,00.
Pemindahbukuan ini didasarkan atas permintaan Sekretariat
DPRD Kabupaten Jember, surat Direktur Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Departemen Keuangan, dan persetujuan Deputi Bidang
Pencegahan KPK. Sehingga secara keseluruhan Pendapatan
Gratifikasi yang Ditetapkan KPK Menjadi Milik Negara
berkurang dari Rp3.886.731.957,00 menjadi
Rp3.446.731.957,00.

11
Berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
(inkraht), KPK juga menyetorkan jasa giro, uang pengganti, dan
uang sitaan ke rekening non kas negara sebesar
Rp12.269.673.068,00. Rincian uang yang disetorkan ke non
rekening kas negara dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3
Penyetoran Jasa Giro, Uang Pengganti, dan Uang Sitaan ke
Rekening Non Kas Negara
(dalam rupiah)
Dasar Jenis Penyetoran Jumlah
Putusan PN Jakarta Uang Pengganti, Kas Pemkab 4.006.185.147
Pusat No. a.n. Vonnie Kutai
03/Pid.B/TPK/2008/ Anneke P Kertanegara
PN.JKT.PST
Putusan PN Jakarta Jasa Giro, a.n. Kas Pemkab 54.815.921
Pusat No. Vonnie Anneke P Kutai
03/Pid.B/TPK/2008/ Kertanegara
PN.JKT.PST
Putusan PN Jakarta Uang Sitaan, a.n. Kas Pemprov 2.675.000.000
Pusat No. Ismed Rusdany Kalimantan
05/Pid.B/TPK/2008/ Timur
PN.JKT.PST
Putusan Mahkamah Uang Sitaan, a.n. Kas Pemkab 5.443.672.000
Agung No. Syaukani HR Kutai
868K/PID.SUS/2008 Kertanegara
Putusan PN Jakarta Uang Sitaan, a.n. Kas Pemprov 90.000.000
Pusat No. H. Saleh Djasit Riau
05/Pid.B/TPK/2008/
PN.JKT.PST
JUMLAH 12.269.673.068

2. PNBP Umum
Besarnya realisasi penerimaan PNBP fungsional dirinci dalam
tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4
Realisasi PNBP Umum
(dalam rupiah)

% Naik
Uraian TA. 2008 TA. 2007
(Turun)

Pendapatan Jasa Lembaga 33.169.987 157.901.136 (78,99)


Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Denda 272.697.983 14.818.644 1.740,24
Keterlambatan Penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah
Penerimaan Kembali Belanja 169.552.007 657.276.735 (74,20)
Pegawai Pusat TAYL
Penerimaan Kembali Belanja 19.024.721 1.440.778.321 (98,68)
Lainnya RM TAYL
Penerimaan Kembali Belanja 18.775.505 0 100

12
% Naik
Uraian TA. 2008 TA. 2007
(Turun)
Lainnya TAYL
Pendapatan Pelunasan Ganti 1.075.000 0 100
Rugi atas Kerugian yang
Diderita Oleh Negara
Pendapatan Anggaran Lain- 518.192.250 17.429.775 2.873,03
lain
Koreksi Hasil Audit BPK 1.280.100
JUMLAH 1.033.767.55 2.288.204.611 (54,82)
3

Termasuk di dalam Pendapatan Denda Keterlambatan


Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah dan Pendapatan Anggaran
Lain-lain dalam PNBP Umum TA 2008 adalah pembayaran
yang berasal dari PT BAI, masing-masing sebesar
Rp252.167.020,00 untuk denda keterlambatan dan
Rp500.000.000,00 untuk bongkaran gedung.
3.4.2.3 Belanja Negara
Realisasi belanja KPK TA. 2008 adalah sebesar
Rp204.711.940.294,00 atau 59,02 persen dari jumlah yang
dianggarkan dalam DIPA sebesar Rp346.870.538.000,00.
Dibandingkan dengan TA 2007, belanja KPK TA 2008 lebih tinggi
Rp40.661.341.560,00 atau 24,78 persen.
Realisasi belanja tersebut terdiri dari (i) Belanja Rupiah Murni, (ii)
Rupiah Murni Pendamping, dan (iii) belanja hibah.
Belanja Rupiah Pendamping merupakan dana pendamping porsi
rupiah lainnya yang wajib disediakan sebagai persyaratan dalam
Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri (NPHLN) Millenium
Challenge Corporation (MCC).
Rincian Anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja menurut
sumber pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5, 6, dan 7 berikut ini:

Tabel 5
Anggaran dan Realisasi Belanja TA. 2008 per Jenis Belanja
(Rupiah Murni dan Hibah)
(dalam rupiah)
Kode Jenis
Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
Belanja
51 Belanja pegawai 111.932.138.000 98.867.376.526 88,33
52 Belanja Barang 136.502.528.000 73.479.423.060 53,83
53 Belanja Modal 98.435.872.000 32.365.140.708 32,88
JUMLAH 346.870.538.000 204.711.940.294 59,02

13
Tabel 6
Anggaran dan Realisasi Belanja TA. 2008 per jenis Belanja
(Rupiah Murni)
(dalam rupiah)

Kode Jenis
Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
Belanja

51 Belanja pegawai 111.932.138.000 98.867.376.526 88,33


52 Belanja Barang 83.870.058.000 61.596.398.423 73.45
53 Belanja Modal 36.810.726.000 30.444.190.708 82,70
JUMLAH 232.612.922.000 190.907.965.657 82,07

Tabel 7
Anggaran dan Realisasi Belanja TA. 2008 Per jenis belanja
(Hibah)
(dalam rupiah)

Kode Jenis
Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
Belanja

51 Belanja pegawai 0 0 0
52 Belanja Barang 52.632.470.000 11.883.024.637 22.58
53 Belanja Modal 61.625.146.000 1.920.950.000 3.12
JUMLAH 114.257.616.000 13.803.974.637 12.08

3.4.2.4 Pengembalian Belanja


Sampai dengan 31 Desember 2008, terdapat pengembalian belanja
sebesar Rp413.363.782,00 yang berasal dari Belanja Pegawai dan
Barang. Pengembalian belanja dimaksud dapat dilihat pada tabel 8
berikut ini:
Tabel 8
Realisasi Pengembalian Belanja TA. 2008
(dalam rupiah)

Kode Jenis Realisasi


Jenis Belanja
Belanja Pengembalian

511511 Pengembalian Belanja Pokok Pegawai 242.074.581


511512 Pengembalian Belanja Tunjangan Pegawai 81.863.006
511519 Pengembalian Belanja Tunjangan Lainnya 67.276.600
521119 Pengembalian Belanja Barang Operasional 8.011.995
Lainnya
521219 Pengembalian Belanja Barang Non 3.000.000
Operasional Lainnya
524119 Pengembalian Belanja Perjalanan Lainnya 3.415.600
524211 Pengembalian Belanja Perjalanan Biasa 3.082.000
524219 Pengembalian Belanja Perjalanan Lainnya 4.640.000
JUMLAH 413.363.782

14
Pengembalian belanja terjadi karena adanya koreksi atas
pengeluaran belanja yang telah terjadi pada periode tahun anggaran
yang sama. Pengembalian belanja ini dilakukan dengan cara
menyetorkan kembali uang belanja yang telah terjadi ke kas negara
dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pengembalian
Belanja (SSPB).
3.4.2.5 Belanja Pegawai
Realisasi Belanja Pegawai dalam TA 2008 adalah sebesar
Rp98.867.376.526,00 atau 88,33 persen dari yang dianggarkan
dalam DIPA. Dibandingkan dengan TA 2007, Belanja Pegawai
KPK TA 2008 lebih tinggi Rp33.130.075.815,00 atau 50,43 persen.
Naiknya realisasi Belanja Pegawai disebabkan oleh meningkatnya
penyerapan anggaran Belanja Pegawai yang mencapai 88,33 persen
pada TA 2008.
Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)
31 Desember 31 Desember % naik
Uraian
2008 2007 (turun)
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS:
- Belanja Gaji Pokok Pegawai 59.716.524.975 61.851.448.710 (3,45)
- Belanja Tunjangan Pegawai 27.403.002.586 - -
- Belanja Tunjangan Lainnya 11.747.848.965 - -
Belanja Honorarium 0 3.855.852.001 -
Total 98.867.376.526 65.707.300.711 50,47

Untuk TA 2007, belum terdapat akun belanja tunjangan pegawai


dan tunjangan lainnya dalam Bagan Akun Standar, sehingga
belanja tunjangan pegawai dan tunjangan lainnya disatukan dalam
akun belanja gaji pokok pegawai. Sedangkan untuk TA 2008,
selain akun belanja gaji pokok pegawai, telah terdapat akun belanja
tunjangan pegawai dan tunjangan lainnya dalam Bagan Akun
Standar, sehingga belanja pegawai dialokasikan sesuai dengan
peruntukkannya masing-masing.
3.4.2.6 Belanja Barang
Realisasi Belanja Barang dalam TA. 2008 adalah sebesar
Rp73.479.423.060,00 atau 53,83 persen dari yang dianggarkan
dalam DIPA, berasal dari realisasi Rupiah Murni sebesar
Rp61.598.398.423,00 dan realisasi Hibah sebesar
Rp11.883.024.637. Dibandingkan dengan TA 2007, Belanja Barang
KPK TA 2008 lebih tinggi Rp22.248.395.843,00 atau 43,43 persen.
Naiknya realisasi Belanja Barang Operasional disebabkan oleh
meningkatnya penyerapan anggaran Belanja Sewa, Belanja
Pemeliharaan, dan Belanja Perjalanan dalam Negeri.
Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut:

15
(dalam rupiah)
31 Desember 31 Desember % naik
Uraian
2008 2007 (turun)
Belanja Barang Operasional 31.908.890.516 39.553.638.741 (19,35)
Belanja Barang Non Operasional 22.011.281.329 - -
Belanja Jasa 6.505.120.940 5.586.240.973 16,45
Belanja Pemeliharaan 6.430.372.869 3.480.226.571 84,77
Belanja Perjalanan Dalam Negeri 5.200.958.132 2.610.920.932 99,20
Belanja Perjalanan Luar Negeri 1.422.799.274 - -
Jumlah 73.479.423.060 51.231.027.217 43.43

3.4.2.7 Belanja Modal


Realisasi Belanja Modal dalam TA. 2008 adalah sebesar
Rp32.365.140.708,00 atau 32,88 persen dari yang dianggarkan
dalam DIPA, berasal dari realisasi Rupiah Murni sebesar
Rp30.444.190.708,00 dan realisasi Hibah sebesar
Rp1.920.950.000,00. Dibandingkan dengan TA 2007, Belanja
Modal KPK TA 2008 lebih rendah Rp14.747.099.674,00 atau 31,30
persen. Turunnya realisasi Belanja Modal disebabkan oleh
rendahnya penyerapan anggaran Belanja Modal Peralatan dan
Mesin pada TA 2008 yang hanya mencapai 27,71 persen.
Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)
31 Desember 31 Desember % naik
Uraian
2008 2007 (turun)
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 24.641.049.211 40.482.868.274 (39,13)
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 3.091.439.300 4.331.796.493 (28,63)
Belanja Modal Fisik Lainnya 4.632.652.197 2.297.606.039 101,63
Jumlah 32.365.140.708 47.112.270.806 31,30

3.4.3 Catatan Penting Lainnya


1. KPK tidak mendapatkan anggaran belanja tambahan (ABT) pada TA
2008. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor
375/MK.02/2008 tentang Perubahan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/Lembaga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) Tahun 2008, pagu anggaran Rupiah Murni KPK
yang semula berdasarkan Pagu Definitif sebesar Rp259.032.300.000,00
berubah menjadi Rp232.612.922.000,00, sehingga terdapat pemotongan
/penghematan sebesar Rp26.419.378.000,00 atau 10%
2. Sesuai peraturan yang berlaku, semua hibah yang diterima KPK apabila
telah ada dokumen pendukung berupa Grant Agreement atau Financial
Agreement atau dokumen yang dipersamakan yang telah ditandatangani
oleh penerima dan pemberi donor telah dilaporkan kepada Menteri
Keuangan dan telah mendapat Nomor Register. Pendokumenan hibah ke
dalam DIPA telah dilakukan KPK sejak tahun 2005.

16
Total pagu hibah yang diterima KPK yang masuk dalam DIPA KPK TA
2008 sebesar Rp114.257.616.000,00 berasal dari GTZ Jerman, ADB,
USAID, Canada, Australia, dan Denmark. Dari total pagu tersebut,
sampai dengan 31 Desember 2008 telah direalisaikan sebesar
Rp13.803.974.637,00 (12,08%). Hibah tersebut sebagian merupakan
luncuran hibah tahun 2007.
Masih rendahnya realisasi penerimaan hibah tersebut disebabkan
karena:
a. Realisasi penarikan tidak sesuai dengan rencana penarikan yang
telah disusun oleh pemberi hibah.
b. Hibah kepada KPK berupa barang atau jasa yang sifatnya
langsung, sampai menjelang closing date masih belum banyak
yang diserahterimakan kepada KPK, contohnya hibah dari USAID
dan GTZ.
3.5 Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca
3.5.1 Posisi Keuangan Secara Umum
Posisi keuangan per 31 Desember 2008 adalah Aset sebesar
Rp376.296.499.457,00 lebih tinggi 112,38 persen dibandingkan dengan
jumlah aset per 31 Desember 2007; kewajiban sebesar Rp4.714.954.730,00
lebih tinggi 2.064,94 persen dibandingkan jumlah kewajiban per 31
Desember 2007; sedangkan Ekuitas Dana sebesar Rp371.581.544.727,00
lebih tinggi 109,98 persen dibandingkan jumlah ekuitas dana per 31
Desember 2007.
Komposisi Neraca per 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut:

(dalam rupiah)
31 Desember 31 Desember Kenaikan/
Uraian
2008 2007 (Penurunan)
Aset 376.296.499.457 177.177.113.261 199.119.386.196
Kewajiban 4.714.954.730 217.786.000 4.497.168.730
Ekuitas Dana 371.581.544.727 176.959.327.261 194.622.217.466

Jumlah Aset per 31 Desember 2008 sebesar Rp376.296.499.457,00 terdiri


dari Aset Lancar sebesar Rp15.871.476.586,00; Aset Tetap sebesar
Rp193.955.162.639,00; dan Aset Lainnya sebesar Rp166.469.860.232,00.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2008 sebesar Rp4.714.954.730,00
merupakan kewajiban jangka pendek sebesar Rp4.714.954.730,00.
Jumlah Ekuitas Dana per 31 Desember 2008 sebesar Rp371.581.544.727,00
terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp11.156.521.856,00 dan Ekuitas
Dana Investasi sebesar Rp360.425.022.87100.

3.5.2 Penjelasan Per Pos Neraca

17
3.5.2.1 Aset Lancar
3.5.2.1.1 Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per tanggal 31
Desember 2008 sebesar Rp468.301,00 merupakan saldo
Uang Persediaan (UP) Rupiah Murni (RM) yang ada
pada Bendahara Pengeluaran pada tanggal neraca.
Dibandingkan dengan TA 2007, saldo Kas di Bendahara
Pengeluaran lebih besar Rp468.301,00, dengan
perhitungan sebagai berikut:
UP TA. 2008 Rp 3.000.000.000
TUP Selama TA. 2008 Rp 2.750.000.000
Jumlah UP dan TUP TA. 2008 Rp 5.750.000.000 (a)
Pertanggungjawaban:
- SPM GU Nihil Rp 4.691.362.675
- Setoran UP/TUP Rp 1.058.169.024
Jumlah Pertanggungjawaban Rp 5.749.531.699 (b)
Saldo (a-b) Rp 468.301

Adanya saldo di Bendahara Pengeluaran pada tanggal


neraca disebabkan oleh tidak terserapnya seluruh dana
yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
kegiatan-kegiatan pada tanggal 25-31 Desember 2008.
Saldo dimaksud telah disetorkan kembali ke kas negara
pada tanggal 8 Januari 2009.
Dalam rekening Bendahara Pengeluaran pada Bank BRI
Cabang Jakarta Veteran terdapat saldo per tanggal
neraca sebesar Rp224.498.300,00 yang bukan
merupakan saldo dari akun Kas di Bendahara
Pengeluaran, yang terdiri dari: gaji Bulan Desember
2008 untuk Pegawai Tidak Tetap (PTT), tunjangan
transportasi Bulan Desember 2008 untuk Tenaga
Bantuan Sementara (TBS), dan insentif kinerja 1 PNS
dipekerjakan, dengan rincian sebagai berikut:
Gaji PTT Rp 199.683.600
Tunjangan Transportasi TBS Rp 12.000.000
Insentif Kinerja 1 PNS dipekerjakan Rp 12.814.700
Jumlah Rp 224.498.300

Sistem penggajian PTT dan TBS menganut sistem


pembayaran di belakang. Artinya pegawai tersebut harus
bekerja terlebih dahulu baru kemudian memperoleh gaji.
Hal ini yang menyebabkan Gaji PTT dan Tunjangan
Transportasi TBS Bulan Desember baru dapat
dibayarkan pada tanggal 5 Januari 2009.

18
Sedangkan insentif kinerja belum dapat dibayarkan
kepada pegawai yang bersangkutan, karena sampai
dengan laporan ini dibuat masih dalam tahap pengujian
kebenaran atas hak pegawai ybs. Apabila dari hasil
pengujian pegawai ybs tidak berhak atas insentif kinerja,
maka uang sejumlah Rp12.814.700 akan disetor
kembali ke kas negara. Begitu juga sebaliknya, Apabila
dari hasil pengujian pegawai ybs berhak atas insentif
kinerja, maka uang sejumlah Rp12.814.700 akan
ditransfer ke rekening pegawai ybs.
Selain UP RM, Bendahara Pengeluaran juga mengelola
UP yang berasal dari Hibah ADB, dengan posisi saldo
per tanggal neraca adalah Rp0,00, dengan rincian
sebagai berikut:

Saldo per 31 Desember 2007 (jasa giro) Rp 28.445


UP TA. 2008 Rp 98.000.000
TUP Selama TA. 2008 Rp 700.000.000
Jumlah UP dan TUP TA. 2008 Rp 798.028.445 (a)
Pertanggungjawaban:
- penyetoran jasa giro 2007 Rp 28.445
- SPM GU Nihil Rp 546.034.642
- Setoran TUP Rp 160.709.635
Jumlah Pertanggungjawaban Rp 706.772.722 (b)
Setor ke kas negara Rp 91.255.723 (c)
Saldo {a-(b+c)} Rp 0

Selain dikelola Bendahara Pengeluaran, terdapat


rekening hibah yang dikelola oleh Project Manager
Hibah, yaitu:
- Rekening KPK qq. Program Danida Support to
KPK pada Bank Niaga Setiabudi Building dengan
rekening nomor: 025.01.002.25.008 yang
dipergunakan untuk menampung dana hibah
Danida dengan saldo rekening per 31 Desember
2008 sebesar Rp3.335.525.453,07.
3.5.2.1.2 Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per tanggal neraca
adalah sebesar Rp0,00. Tidak ada perbedaan Kas di
Bendahara Penerimaan untuk TA 2008 dan 2007.
Bendahara Penerimaan juga mengelola titipan uang
barang bukti, uang sitaan, dan uang gratifikasi dari
kegiatan penindakan dan pencegahan. Sampai dengan 31
Desember 2008, titipan uang barang bukti, uang sitaan,
dan uang gratifikasi, baik yang disimpan pada brankas
Bendahara Penerimaan maupun rekening giro adalah

19
sebesar Rp124.298.566.962,00 dengan rincian sebagai
berikut:

Uang kas di Bendahara


Penerimaan/Pengelola Titipan uang Sitaan Rp 17.617.666.000
Uang kas di Bank Rp 96.514.313.725
Uang kas di Bendahara Penerimaan dalam
valuta asing
- USD 833.015,00 Eq. Rp9.121.514.250,00
Kurs tengah BI per 31 Desember 2008
Rp10.950,00 untuk USD 1
- MYR 96.700,00 Eq. Rp304.098.292,00
Kurs tengah BI per 31 Desember 2008
Rp3.144,76 untuk MYR 1
- SGD 85.000,00 Eq. Rp644.253.250,00
Kurs tengah BI per 31 Desember 2008
Rp7.579,45 untuk SGD 1
- EUR 5.500,00 Eq. Rp84.926.325,00
Kurs tengah BI per 31 Desember 2008
Rp15.441,15 untuk EUR 1
- SAR 4.000,00 Eq. Rp11.795.120,00
Kurs pajak per 31 Desember 2008
Rp2.948,78 untuk SAR 1 Rp 10.166.587.237
Total Rp 124.298.566.962

Titipan uang-uang sitaan tersebut di atas belum dapat


disetorkan ke kas negara, karena belum mempunyai
putusan yang berkekuatan hukum tetap.
3.5.2.1.3 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan
Ganti Rugi sebesar Rp5.465.000,00 merupakan sisa
TGR a.n. Doni Muhardiansyah yang akan selesai
angsuran pembayarannya pada Bulan Oktober 2009.
Dibandingkan dengan TA 2007, Bagian Lancar
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi TA 2008
lebih besar Rp5.465.000,00.
Dasar pembebanan TGR a.n. Doni Muhardiansyah
adalah Keputusan Sekretaris Jenderal KPK Nomor:
440/50/XII/2008 tanggal 18 Desember 2008 Tentang
Perubahan Pertama Atas Keputusan Sekretaris Jenderal
KPK Nomor: 362/50/X/2008 Tentang Pembebanan
Ganti Rugi Atas Nama Saudara Doni Muhardiansyah
Nomor Pokok Pegawai (NPP) 0000202 Pada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
3.5.2.1.4 Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2008 sebesar
112.991.922,00 merupakan piutang Penerimaan Negara

20
Bukan Pajak (PNBP), yaitu semua kas atau klaim
terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang
dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal
laporan keuangan dan diharapkan dapat diterima dalam
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Dibandingkan dengan TA 2007, saldo Piutang Bukan
Pajak TA 2008 lebih besar Rp112.991.922,00 dengan
perhitungan sebagai berikut:
Piutang Pendapatan Gratifikasi Rp 100.683.000
Piutang Pendapatan Denda
Keterlambatan Penyelesaian Rp
Pekerjaan Pemerintah 12.308.922
Jumlah Rp 112.991.922

Piutang Pendapatan Gratifikasi sebesar


Rp100.683.000,00 merupakan kewajiban penyelenggara
negara yang sampai dengan 31 Desember 2008 belum
diselesaikan pembayarannya dengan rincian sebagai
berikut:
Penyelenggara Negara SK Pimpinan Total
DR. Sri Mulyani Indrawati 129A/01/V/2008 Rp 6.000.000
Sartono 202 D/01/VII/2008 Rp 14.000.000
Sartono 202 E/01/VII/2008 Rp 5.000.000
Susini 202 O/01/VII/2008 Rp 22.500.000
Almudin L. Tobing 374/01/X/2008 Rp 39.233.000
Ramzi A Zuhdi 445/01/XII/2008 Rp 250.000
Djarwo Surjanto 450/01/XII/2008 Rp 13.700.000

Piutang Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian


Pekerjaan Pemerintah sebesar Rp12.308.922,00
merupakan piutang yang terkait dengan pelaksanaan
pembayaran retensi biaya pemeliharaan dan
penyelesaian kewajiban PT Bayu Aji Interbuana (BAI).
Piutang tersebut diperoleh dengan memperhitungkan
tagihan retensi yang menjadi hak PT BAI dengan
kewajiban PT BAI untuk membayar tagihan yang telah
dibebankan KPK, dengan rincian sebagai berikut:

Klaim Retensi Rp 1.889.082.371,00


-/- Kewajiban:
- Uang Muka Rp 484.241.931,00
- Kelebihan progres 284.864.640,00
- Pemeliharaan 2008 253.605.410 Rp 1.022.711.981,00
Rp 866.370.390,00

21
-/- Kewajiban lainnya:
- Denda keterlambatan Rp 264.475.942,00
- Pembayaran 500.000.000,00
bongkaran
- PPh Pasal 23 35.442.425,00
- PPN 78.760.945,00 Rp 878.679.312,00
Jumlah Rp -12.308.922,00

Pembayaran Piutang Bukan Pajak Setelah Tanggal


Neraca
(a) Piutang Pendapatan Gratifikasi
Pada saat laporan ini dibuat, DR. Sri Mulyani
Indrawati dan Ramzi A Zuhdi telah memenuhi
kewajibannya dengan menyerahkan uang senilai
yang telah ditetapkan dalam Surat keputusan
Pimpinan KPK.
(b) Piutang Pendapatan Denda Keterlambatan
Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
Pada saat laporan ini dibuat, PT BAI telah
melunasi seluruh kewajiban yang dibebankan
kepadanya.
3.5.2.1.5 Uang Muka Belanja
Uang muka belanja per 31 Desember 2008 sebesar
Rp45.314.500,00 merupakan jasa penggunaan sewa
komputer untuk periode Januari dan Pebruari 2009 yang
sampai dengan tanggal neraca belum dinikmati KPK.
Saldo uang muka belanja tersebut diperoleh
berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.
3.5.2.1.6 Persediaan
Jumlah persediaan per 31 Desember 2008 sebesar
Rp15.707.236.863,00 merupakan nilai persediaan
berdasarkan inventarisasi fisik pada masing-masing unit
organisasi di lingkungan KPK.
Dibandingkan dengan TA 2007, persediaan TA 2008
lebih besar Rp14.684.800.229,00 dengan rincian sebagai
berikut:
Persediaan untuk dijual/diserahkan ke Rp 14.332.636.230
masyarakat
Barang Konsumsi Rp 1.305.319.715
Bahan Untuk Pemeliharaan Rp 13.704.210
Suku Cadang Rp 2.240.000
Pita Cukai, Materai dan Leges Rp 2.706.000
Bahan Baku Rp 45.565.400
Persediaan untuk tujuan Strategis/Berjaga- Rp 2.005.900
jaga
Persediaan Lainnya Rp 3.059.408
Jumlah Rp 15.707.236.863

22
Apabila dibandingkan dengan Laporan Keuangan KPK
2008 unaudited, persediaan untuk dijual/diserahkan
kepada masyarakat lebih besar Rp13.095.290.000,00
berasal dari barang-barang rampasan yang selama ini
hanya diungkap dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Sedangkan persediaan barang konsumsi lebih besar
Rp3.456.860,00 berasal dari mini DV yang kurang
dicatat pada Laporan Keuangan KPK 2008 unaudited.
Perubahan nilai persediaan di atas dilakukan sesuai
dengan hasil pemeriksaan BPK.
3.5.2.2 Aset Tetap
Jumlah aset tetap per 31 Desember 2008 semula adalah sebesar
Rp193.443.635.572,00 merupakan nilai aset tetap dengan
menggunakan metode harga perolehan dan telah dilakukan koreksi
sesuai Surat Kepala Kantor Wilayah VII Jakarta Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara Nomor: S.122/WKN.7/2008 tanggal 6
Februari 2008. Dibandingkan dengan TA 2007, nilai aset tetap TA
2008 mengalami kenaikan sebesar Rp32.032.961.038,00
Mutasi terhadap aset tetap adalah sebagai berikut:

(dalam rupiah)
Kenaikan /
No Uraian 31 Des 2008 31 Des 2007
(Penurunan)
1 Peralatan dan Mesin 121.579.366.765 109.020.952.960 12.046.886.738
2 Jalan,irigasi dan Jaringan 30.664.870.329 14.256.869.959 16.408.000.370
3 Aset Tetap Lainnya 41.710.925.545 38.644.378.682 3.066.546.863
Jumlah 193.955.162.639 161.922.201.601 32.032.961.038

Nilai aset tetap pada SIMAK BMN adalah sebesar


Rp149.709.029.752,00. Terdapat selisih antara SIMAK BMN dan
SAK sebesar Rp44.246.132.887,00 yang disebabkan oleh:
ƒ Aset Tetap Dalam Renovasi sebesar Rp41.537.602.887 yang
berasal dari renovasi gedung tidak masuk ke dalam aplikasi
SIMAK BMN, namun diungkap di dalam Catatan Ringkas
BMN. Tidak dapat masuknya Aset Tetap Dalam Renovasi ke
dalam aplikasi SIMAK BMN disebabkan oleh terbatasnya fitur
aplikasi dimaksud. Dimana aplikasi SIMAK BMN hanya dapat
menampung BMN yang secara hukum benar-benar dimiliki oleh
suatu kementerian/lembaga. Aset tetap dalam renovasi sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan aset yang dimiliki
kementerian/ lembaga lain yang dimanfaatkan oleh suatu
kementerian/lembaga lainnya.
ƒ Peralatan dan mesin sebesar Rp1.920.950.000 dari realisasi
hibah USAID (Program MCA) belum bisa disesuaikan karena
belum ada rincian barangnya sehingga belum bisa dimasukkan
pada SIMAK BMN.

23
ƒ Berdasarkan pemeriksaan BPK, terdapat 10 (sepuluh) unit mini
bus dan 3 (tiga) unit sepeda motor senilai Rp787.580.000,00
yang harus direklasifikasi dari Aset lain-lain ke Peralatan dan
Mesin. Reklasifikasi ini telah dimasukkan ke dalam Neraca KPK
Tahun 2008 (audited), namun belum dapat dimasukkan ke
dalam SIMAK BMN, karena aplikasi SIMAK BMN belum
mempunyai fasilitas untuk memproses pemindahan dari barang
dengan kondisi rusak berat menjadi barang dengan kondisi baik.
Penambahan aset tetap dibandingkan dengan realisasi belanja
modal terdapat selisih dengan rincian sebagai berikut:

Realisasi Belanja Modal TA 2008 Rp 32.365.140.708


Mutasi penambahan aset TA 2008 Rp 33.219.387.352
Selisih Rp 854.246.644
Mutasi penambahan aset tetap tidak sama dengan belanja modal,
hal ini disebabkan oleh:
1. Sejumlah peralatan dan mesin dengan nilai satuan yang tidak
memenuhi nilai minimum kapitalisasi aset dengan nilai total
sebesar Rp16.083.750. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 01/KM.12/2001, nilai Aset Tetap di bawah
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap tidak masuk aset
dalam neraca, namun dicatat di dalam buku inventaris di luar
pembukuan (ekstrakomptabel) pada Unit Pengguna Barang.
2. Aset tetap lainnya (Aset tetap dalam renovasi) sebesar
Rp47.784.400 direklasifikasi ke belanja pemeliharaan.
Reklasifikasi tersebut dilakukan karena pengeluaran sebesar
Rp47.784.400 tidak memenuhi unsur-unsur belanja modal.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan yang tidak memenuhi
nilai kapitalisasi senilai Rp18.845.500 dengan rincian sebagai
berikut:
ƒ Semester I Tahun 2008 senilai Rp3.348.550 baru dilakukan
pengurangan atau koreksi pada Semester II Tahun 2008
ƒ Semester II Tahun 2008 senilai Rp15.496.950
4. Transaksi transfer keluar sehubungan dengan pengembalian
gedung Sekretariat Negara yang di pinjam pakai oleh KPK
senilai Rp65.820.837. Pengembalian tersebut berdasarkan Berita
Acara Serah Terima Bangunan Nomor: BAST-01/53/VIII/2008
tanggal 11 Agustus 2008.
5. Selisih karena perubahan nilai sebesar minus Rp63.000 dari
BMN yang dihapuskan berupa Notebook dan DVR dari semula
Rp81.714.403 menjadi seharusnya Rp81.651.403.
6. Reklasifikasi peralatan dan mesin berupa telepon seluler
termasuk memory card yang hilang dan menjadi TGR senilai
Rp6.540.000 menjadi Aset Lain-lain (Aset Tetap yang tidak
digunakan dalam operasi pemerintahan).

24
7. Berdasarkan pemeriksaan BPK, Peralatan dan mesin bertambah
sebesar Rp511.527.067,00 yang berasal dari reklasifikasi dari
aset lain-lain ke Peralatan dan Mesin sebesar Rp787.580.000,00,
reklasifikasi perangkat lunak dari Peralatan dan Mesin ke Aset
Tak Berwujud sebesar Rp218.707.814,00, dan reklasifikasi
Peralatan dan Mesin dalam kondisi rusak ke aset lain-lain
sebesar Rp57.345.119,00.
8. Berdasarkan pemeriksaan BPK, Aset tak Berwujud bertambah
sebesar Rp497.731.064 yang berasal dari reklasifikasi perangkat
lunak dari Peralatan dan Mesin ke aset tak berwujud sebesar
Rp218.707.814,00 dan kapitalisasi pengadaan perangkat lunak
yang diperoleh dari belanja pemeliharaan sebesar
Rp279.023.250,00.

3.5.2.2.1 Peralatan dan Mesin


Nilai Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2008
sebesar Rp121.579.366.765,00. Dibandingkan dengan
TA 2007, nilai Peralatan dan Mesin TA 2008
mengalami kenaikan sebesar Rp12.558.413.805,00.
Rincian mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin sebesar
Rp12.558.413.805,00 adalah sebagai berikut:

Penambahan:
Saldo per 31 Desember 2007 Rp 109.020.952.960
Penambahan selama Tahun 2008 Rp 13.663.686.805
Koreksi BPK Rp 787.580.000
Rp 123.472.219.765
Pengurangan:
Barang Rusak Berat Rp 1.462.787.827
BMN yg hilang berupa 5 buah Laptop Rp 81.651.403
Transfer keluar ( Pegembalian gedung
Setneg ) Rp 65.820.837
TGR berupa HP dan memory card Rp 6.540.000
Reklas Ke Aset Tak Berwujud
(Koreksi BPK) Rp 218.707.814
Reklas Ke Aset lainnya (Koreksi
BPK) Rp 57.345.119
Rp (1.892.853.000)
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 121.579.366.765

Dari saldo peralatan dan Mesin sebesar


Rp.123.472.219.765,00, termasuk didalamnya mutasi
penambahan sebesar Rp787.580.000,00 yang berasal
dari reklasifikasi 10 (sepuluh) unit mini bus dan 3 (tiga)
unit sepeda motor dari Aset lain-lain ke Peralatan dan

25
Mesin. Reklasifikasi tersebut dibuat berdasarkan hasil
pemeriksaan BPK.
Sedangkan mutasi pengurangan adalah sebagai berikut:
a. Peralatan dan mesin yang rusak berat sebesar
Rp1.462.787.827 di reklas ke Aset lain-lain (Aset
Tetap yang tidak digunakan dalam operasi
pemerintahan).
b. Reklasifikasi peralatan dan mesin berupa telepon
seluler termasuk memory card yang hilang dan
menjadi TGR senilai Rp6.540.000 menjadi Aset
Lain-lain (Aset Tetap yang tidak digunakan dalam
operasi pemerintahan).
c. Penghapusan peralatan dan mesin yang hilang
berupa 5 buah laptop dan DVR sebesar
Rp81.651.403.
d. Transaksi transfer keluar sehubungan dengan
pengembalian gedung Sekretariat Negara yang di
pinjam pakai oleh KPK senilai Rp65.820.837.
Pengembalian tersebut berdasarkan Berita Acara
Serah Terima Bangunan Nomor: BAST-
01/53/VIII/2008 tanggal 11 Agustus 2008.
e. Reklasifikasi atas aset tak berwujud yang dicatat
sebagai aset tetap sebesar Rp218.707.814,00
f. Reklasifikasi aset tetap yang rusak berat ke aset
lainnya sebesar Rp57.345.119,00.
Penambahan peralatan dan mesin apabila dibandingkan
dengan realisasi belanja modalnya terdapat selisih
dengan rincian sebagai berikut:
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 24.641.049.211
Mutasi penambahan aset TA 2008 Rp 12.558.413.805
Selisih Rp 12.082.635.406

Penambahan Peralatan dan Mesin tidak sama dengan


belanja modal, hal ini disebabkan oleh:
a) Reklasifikasi realisasi Peralatan dan Mesin menjadi
Jaringan sebesar Rp12.485.780.886.
b) Reklasifikasi pengadaan building regulation dan
SOP untuk Gedung KPK menjadi Aset Tetap
Lainnya sebesar Rp20.000.000.
c) Reklasifikasi peralatan dan mesin dengan nilai
satuan yang tidak memenuhi nilai minimum
kapitalisasi aset menjadi barang ekstrakomptabel
dengan nilai total sebesar Rp16.083.750.

26
d) Transaksi Transfer keluar sehubungan dengan
pengembalian gedung Sekretaris Negara yang di
pinjam pakai oleh KPK senilai Rp65.820.837.
e) Peralatan dan Mesin berupa 1 unit Telephone
Mobile termasuk memory card senilai Rp6.540.000
dihentikan pengunaannya karena hilang.
f) Selisih karena perubahan nilai sebesar minus
Rp63.000 dari BMN yang dihapuskan berupa
Notebook dan DVR dari sebelumnya Rp81.714.403
menjadi seharusnya Rp81.651.403.
g) Barang-barang rusak berat yang belum dilaporkan
dalam Laporan Kondisi Barang Rusak Berat tahun
2008 sebesar Rp57.345.119,00 telah dilakukan
reklasifikasi dari Peralatan dan Mesin ke Aset Lain-
lain
h) Software komputer sebesar Rp218.707.814,00 telah
direklasifikasi dari Aset Tetap ke Aset Tak
Berwujud.
i) Reklas berupa barang dalam kondisi rusak berat
dari Aset lain-lain ke Peralatan dan Mesin sebesar
Rp787.580.000,00.
Nilai Peralatan dan Mesin pada SIMAK BMN sebesar
Rp118.870.836.765,00. sehingga terdapat selisih antara
SIMAK BMN dan SAK sebesar Rp2.708.530.000,00,
yang disebabkan oleh:
ƒ Transaksi Hibah USAID sebesar Rp1.920.950.000
belum dicatat pada SIMAK BMN karena belum ada
rincian barang dan serah terima barang dari
pengelola hibah ke Biro Umum sebagai
penanggung jawab UAKPB.
ƒ Reklasifikasi barang dalam kondisi rusak berat dari
Akun Aset lain-lain ke Peralatan dan Mesin sebesar
Rp787.580.000,00. Atas transaksi tersebut belum
dicatat pada SIMAK BMN karena belum ada
fasilitas perbaikan pada aplikasi SIMAK BMN.

3.5.2.2.2 Jalan, Irigasi dan Jaringan


Nilai Jaringan per 31 Desember 2008 sebesar
Rp30.664.870.329,00. Dibandingkan dengan TA 2007,
nilai Jaringan TA 2008 mengalami kenaikan sebesar
Rp16.408.000.370,00.
Rincian mutasi/perubahan Jaringan sebesar
Rp16.408.000.370,00 adalah sebagai berikut:

Penambahan:

27
Saldo per 31 Desember 2007 Rp 14.256.869.959
Penambahan selama Tahun
2008 Rp 16.408.000.370
Rp 30.664.870.329
Pengurangan: 0
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 30.664.870.329

Realisasi belanja untuk Jaringan sampai dengan 31


Desember 2008 diperoleh dari belanja modal berikut:

MAK Uraian Jumlah

532111 BM Peralatan dan Mesin Rp 12.485.780.886


536111 BM Fisik Lainnya Rp 3.922.219.484
Jumlah Rp 16.408.000.370

Tidak ada perbedaan nilai Jaringan antara SIMAK BMN


dan SAK.
Rincian transaksi Jaringan adalah sebagai berikut:

Saldo per 31 Desember 2007 14.256.869.959


Penambahan:
Jasa pengangkutan pengembangan 10.000.000
monitoring center
Pembayaran tahap kedua monitoring 1.767.710.100
center
Pajak atas pembayaran tahap kedua 208.993.418
Pembayaran ketiga pengembangan 1.652.131.320
sistem pusat pemantauan
Pajak atas pembayaran tahap ketiga 189.715.789
Biaya counter bank garansi ATIS System 5.286.400
Gmbh melalui PT BNI
Pembayaran Pengembangan Komlek 60.186.567
system pusat pemantauan Jacko flex
Pembayaran Pengembagan Komlek 171.300.253
system pusat pemantauan Jacko Flex
Pembayaran Pengembagan Komlek 1.335.781.782
system pusat pemantauan Jacko Flex
Pembayaran Pengembagan Komlek 469.328.734
system pusat pemantauan Jacko Flex
Pembayaran tahap pertama monitoring 2.662.671.925
system jacko Extension II
Pajak atas pembayaran tahap pertama 350.692.936
Pembayaran system Jacko Flex 797.677.896
Pajak atas pembayaran system Jacko flex 111.176.727
Pembayaran monitoring system Jacko 2.609.418.960
Extension
Pajak atas pembayaran Jacko Extension 322.926.050
Pembayaran Moitoring System Jacko 3.254.376.797
Extensión II tahap I

28
Pajak atas pembayaran Jacko Extension 428.624.716
II tahap I
16.408.000.370
Pengurangan: 0
Saldo per 31 Desember 2008 30.664.870.329

3.5.2.2.3 Aset Tetap Lainnya


Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2008 adalah
sebesar Rp41.710.925.545,00 terdiri dari Aset
Tetap Dalam Renovasi dan Aset Tetap Lainnya.
Dibandingkan dengan TA 2007, nilai Aset Tetap
Lainnya pada TA 2008 mengalami kenaikan sebesar
Rp3.066.546.863,00.
3.5.2.2.3.1 Aset Tetap Dalam Renovasi
(dalam rupiah)
Saldo per 31 Desember 2007 38.512.793.487
Penambahan:
- Pengembangan gedung SM I 74.891.694
- Pengembangan gedung SM II 2.949.917.706
3.024.809.400
Saldo per 31 Desember 2008 41.537.602.887

Penambahan Aset Tetap dalam Renovasi apabila


dibandingkan dengan realisasi belanja modalnya
terdapat selisih dengan rincian sebagai berikut:

BM Gedung dan Bangunan Rp 41.604.232.787


Mutasi penambahan aset TA
2008 Rp 41.537.602.887
Selisih Rp 66.629.900

Selisih sebesar Rp66.629.900,00 disebabkan oleh:


ƒ Reklasifikasi ke belanja pemeliharaan sebesar
Rp47.784.400. Reklasifikasi tersebut dilakukan
karena pengeluaran sebesar Rp47.784.400 tidak
memenuhi unsur-unsur belanja modal.
ƒ Belanja gedung dan bangunan yang tidak memenuhi
nilai kapitalisasi Semester I TA 2008 sebesar
Rp3.348.550,00 dilakukan koreksi pada semester II
Tahun 2008. dan
ƒ Belanja gedung dan bangunan yang tidak memenuhi
nilai kapitalisasi semester II Tahun 2008 sebesar
Rp15.496.950,00
Nilai Aset Tetap dalam Renovasi per 31 Desember 2008
yang diungkap pada Catatan Ringkas SIMAK BMN
adalah sebesar Rp41.537.602.887,00 sedangkan nilai
pada SAK sebesar Rp41.537.602.887,00. Sehingga tidak

29
terdapat selisih pencatatan antara SIMAK BMN dan
SAK.
3.5.2.2.3.2 Aset Tetap Lainnya
(dalam rupiah)
Saldo per 31 Desember 2007 131.585.195
Penambahan:
- Pengadaan buku SM I 1.150.000
- Pengadaan building regulation
dan SOP untuk Gedung KPK 20.000.000
- Pengadaan database informasi 12.305.700
- Pengadaan Buku SM II 8.281.763
41.737.463
Pengurangan: 0
Saldo per 31 Desember 2008 173.322.658

3.5.2.3 Aset Lainnya


Nilai Aset Lainnya per 31 Desember 2008 sebesar
Rp166.469.860.232,00 merupakan aset yang tidak dapat
dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tetap, terdiri dari
Aset Tak Berwujud sebesar Rp9.023.399.110,00 dan Aset Lain-
lain sebesar Rp157.446.461.122,00. Dibandingkan dengan TA
2007, nilai Aset Lainnya pada TA 2008 mengalami kenaikan
sebesar Rp152.237.385.206,00.

3.5.2.3.1 Aset tak Berwujud


Saldo Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2008 adalah
Rp9.023.399.110,00 dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Software computer Associates Rp 1.456.148.000
Paket Licency Software Microsoft Adobe Rp 2.697.471.458
Paket Licency Software Microsoft Adobe Rp 1.375.660.000
Barang Hibah JICA Rp 60.807.398
Software tahun 2006 Rp 22.506.000
Software tahun 2007 2.224.379.940
Software tahun 2008 Rp 688.695.250
Reklas Hasil Temuan BPK RI *) Rp 497.731.064
Jumlah Rp 9.023.399.110

Apabila dibandingkan dengan Laporan Keuangan KPK


2008 unaudited, software tahun 2008 (audited) lebih
besar Rp497.731.064,00, yang berasal dari reklasifikasi
perangkat lunak dari Peralatan dan Mesin ke Aset Tak
Berwujud Sebesar Rp218.707.814,00, dan sisanya
sebesar Rp279.023.250,00 berasal dari reklasifikasi
belanja barang yang seharusnya dikapitalisasi ke Aset

30
Tak Berwujud. Perubahan nilai Aset tak Berwujud di
atas dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK.

3.5.2.3.2 Aset Lain-lain


Saldo Aset Lain-lain per 31 Desember 2008 adalah
Rp157.446.461.122,00 dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Aset dalam kondisi rusak Rp 1.462.787.827
Koreksi kurang BPK RI atas aset
dalam kondisi rusak Rp (787.580.000)
Mutasi kurang Aset dalam
kondisi rusak Rp (18.728.312)
Telepon Seluler berikut memory
card nya yang hilang Rp 6.540.000
Reklas piutang bukan pajak dari
aset lancar Rp 4.351.000.000
Koreksi tambah BPK atas aset
dalam kondisi rusak Rp 57.345.119
Koreksi Tambah BPK RI atas
Pencatatan uang Pengganti Rp 152.375.096.488
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 157.446.461.122

ƒ Aset dalam kondisi rusak berat sebesar


Rp713.824.634,00 merupakan peralatan dan mesin
yang tidak digunakan lagi dalam operasi
pemerintahan, dengan perhitungan sebagai berikut:

Saldo 2008 unaudited Rp 1.462.787.827


Tambah:
Reklasifikasi barang rusak dari Peralatan dan
Mesin * Rp 57.345.119
Rp 1.520.132.946
Kurang:
Reklasifikasi barang rusak ke Peralatan dan
Mesin ** Rp 787.580.000
Mutasi karena adanya pengembalian *** Rp 18.728.312
Rp 806.308.312
Saldo 2008 audited Rp 713.824.634

*) Berdasarkan pemeriksaan BPK, terdapat barang-


barang rusak berat yang belum dilaporkan dalam
Laporan Kondisi Barang Rusak Berat tahun 2008,
sehingga atas barang dimaksud sebesar
Rp57.345.119,00 dilakukan reklasifikasi dari
Peralatan dan Mesin ke Aset Lain-lain.
**) Berdasarkan pemeriksaan BPK, terdapat
barang-barang sebesar Rp787.580.000,00 tidak
dalam kondisi rusak, sehingga direklasifikasi dari
Aset lain-lain ke Peralatan dan Mesin.

31
***) Mutasi kurang aset dalam kondisi rusak
sebesar Rp18.728.312,00 merupakan transaksi
transfer keluar sehubungan dengan pengembalian
gedung Sekretariat Negara RI yang di pinjam pakai
oleh KPK berdasarkan Berita Acara Serah Terima
bangunan Gedung Nomor: BAST-01/53/VIII/2008
tanggal 11 Agustus 2008.
Terhadap peralatan dan mesin yang rusak berat ini,
KPK akan mengusulkan penghapusan kepada
Menteri Keuangan.
ƒ Reklasifikasi peralatan dan mesin berupa telepon
seluler termasuk memory card yang hilang dan
menjadi TGR senilai Rp6.540.000,00 menjadi Aset
Lain-lain (Aset Tetap yang tidak digunakan dalam
operasi pemerintahan). Setelah TGR dilunasi
seluruhnya, KPK akan mengusulkan penghapusan
telepon seluler dan memory cardnya kepada
Menteri Keuangan.
ƒ Reklasifikasi piutang bukan pajak dari aset lancar
merupakan hutang PT BT yang sampai dengan saat
ini masih dalam proses penagihan melalui BANI.
Reklasifikasi piutang bukan pajak berkurang
sebesar Rp500.000.000,00 dari sebelumnya
Rp4.851.000.000,00. Pengurangan berasal dari
pelunasan kewajiban PT BAI sebesar
Rp500.000.000,00
ƒ Uang pengganti yang belum dibayar terpidana
sebesar Rp152.375.096.488,00 merupakan hasil
reklasifikasi dari CaLK berdasarkan pemeriksaan
BPK dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Tahun Uang Pengganti
2005 13.950.000.000
2006 25.479.920.635
2007 59.575.980.164
2008 53.369.195.689
Jumlah 152.375.096.488

3.5.2.4 Kewajiban Jangka Pendek

3.5.2.4.1 Utang kepada Pihak Ketiga


Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2008
sebesar Rp4.714.486.429,00 berasal dari penyerahan
barang/jasa yang belum dibayar sampai dengan tanggal
neraca. Dibandingkan dengan TA 2007, nilai Utang

32
kepada Pihak Ketiga pada TA 2008 mengalami kenaikan
sebesar Rp4.496.700.429,00.
Rincian Utang kepada Pihak Ketiga adalah sebagai
berikut:
a. Penyedia Barang/Jasa

PT Pipit Sari Bersaudara Rp 2.781.000


PT Superhelindo Jaya Perkasa Rp 2.227.500
PT Adonara Bakti Bangsa Rp 350.000
Rutan Polres Metro Jakarta Timur Rp 744.000
Dinas Psikologi Angkatan Udara
Unit Pelayanan Masyarakat Rp 146.823.529
PT Binaman Utama Rp 40.397.500
ATIS Systems GmbH Rp 412.356.000
PT Suara Dirgantara Rp 17.600.000
Jumlah Rp 623.279.529

Hutang kepada penyedia barang dan jasa akan


dibayarkan pada TA 2009, setelah proses revisi
anggaran selesai.
b. Pegawai

Tunjangan Transport PN Bulan


November 2008 Rp 938.400.000
Tunjangan Transport Pegawai
Tetap Bulan November 2008 Rp 888.425.000
Tunjangan Transport PTT Bulan
November 2008 Rp 84.625.000
Tunjangan Transport PN Bulan
Desember 2008 Rp 945.188.000
Tunjangan Transport Pegawai
Tetap Bulan Desember 2008 Rp 926.058.900
Tunjangan Transport PTT Bulan
Desember 2008 Rp 82.000.400
Gaji PTT Bulan Desember 2008 Rp 199.683.600
Tunjangan Transportasi TBS
Bulan Desember Rp 12.000.000
Honorarium perbantuan
pengamanan tahanan KPK Rp 14.826.000
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 4.091.206.900

Hutang Tunjangan Transport pada pegawai timbul


karena adanya kebijakan di KPK bahwa tunjangan
tersebut dapat dibayarkan setelah para pegawai ybs
memenuhi kewajiban hadir di kantor dan mengisi
timesheet. Hal ini berarti tunjangan transport bulan

33
sebelumnya dibayarkan pada bulan berjalan. Namun
karena penarikan data kehadiran dan pengisian
timesheet membutuhkan proses yang cukup, maka
tunjangan transportnya baru dapat dibayarkan dua
bulan sesudah bulan yang harus dibayarkan.
3.5.2.4.2. Uang Muka dari KPPN
Nilai Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2008
sebesar Rp468.301,00 merupakan penyeimbang akun
Kas di Bendahara Pengeluaran. Dibandingkan dengan
TA 2007, nilai Uang Muka dari KPPN pada TA 2008
mengalami kenaikan sebesar Rp468.301,00.
3.5.2.5. Ekuitas Dana Lancar
3.5.2.5.1 Cadangan Piutang
Nilai Cadangan Piutang per 31 Desember 2008 sebesar
Rp163.771.422,00 merupakan penyeimbang Akun
Piutang Bukan Pajak, Bagian Lancar TGR, dan Uang
Muka Belanja. Dibandingkan dengan TA 2007, nilai
Cadangan Piutang pada TA 2008 mengalami kenaikan
sebesar Rp163.771.422,00
3.5.2.5.2. Cadangan Persediaan
Nilai Cadangan Persediaan secara total per 31 Desember
2008 sebesar Rp15.707.236.863,00 merupakan
penyeimbang Akun Persediaan. Dibandingkan dengan TA
2007, nilai Cadangan Persediaan pada TA 2008
mengalami kenaikan sebesar Rp14.684.800.229,00
3.5.2.5.3. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang
Nilai akun tersebut per 31 Desember 2008 sebesar minus
Rp4.714.486.429,00 merupakan penyeimbang akun Utang
kepada Pihak Ketiga. Dibandingkan dengan TA 2007,
nilai Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran
Hutang pada TA 2008 mengalami kenaikan sebesar minus
Rp4.496.700.429,00.
3.5.2.6 Ekuitas Dana Diinvestasikan
3.5.2.6.1. Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
Nilai Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap per 31
Desember 2008 sebesar Rp193.955.162.639,00
merupakan penyeimbang akun Aset Tetap. Dibandingkan
dengan TA 2007, nilai Dana Diinvestasikan Dalam Aset
Tetap pada TA 2008 mengalami kenaikan sebesar
Rp32.032.961.038,00

34
3.5.2.6.2. Dana Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
Dana diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember
2008 sebesar Rp166.469.860.232,00 merupakan
penyeimbang akun Aset Lainnya. Dibandingkan dengan
TA 2007, nilai Dana Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
pada TA 2008 mengalami kenaikan sebesar
Rp152.237.385.206,00.

3.5.3 CATATAN PENTING LAINNYA


1. Lokasi dan Status Kantor KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi beralamat di Jl. H.R. Rasuna Said Kav.
C-1 Kuningan, Jakarta Selatan. Sampai dengan saat ini, tanah dan
gedung yang di tempati KPK masih dalam status izin penggunaan
berdasarkan surat Menteri Keuangan No. S-164/MK.06/2005 tanggal 20
April 2005.
Selain itu, KPK juga diberikan ijin oleh Menteri Keuangan untuk
menempati sebagian lantai dasar dan seluruh lantai 3 gedung eks Bank
Uppindo di Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-19 Kuningan Jakarta Selatan
berdasarkan surat Nomor S-07/MK.06/2008 tanggal 14 Januari 2008.
2. Denda yang Belum Dibayar
Dari kurun waktu 2005 s.d 2008, terdapat denda yang belum dibayar
para terpidana dengan rincian sebagai berikut:
(dalam rupiah)

Tahun Denda
2005 1.400.000.000
2006 2.400.000.000
2007 3.050.000.000
2008 3.300.000.000
Jumlah 10.150.000.000

3. Aset Hilang
Terdapat dua buah laptop milik KPK yang hilang yaitu: (i) tipe Dell
Latitude D 620 dan (ii) tipe IBM T 43. Atas kejadian ini Direktorat
Pengawasan Internal sudah melakukan proses pemeriksaan terhadap
pihak yang menghilangkan dan saat ini sedang menunggu keputusan
Pimpinan.
4. Uang Sitaan Hasil Korupsi yang belum Inkracht
Selain dikelola oleh pengelola titipan uang sitaan (Bendahara
Penerimaan), uang sitaan yang masuk kategori barang bukti dan belum
mendapatkan keputusan hukum yang berkekuatan hukum tetap

35
(Inkracht) juga dikelola langsung oleh Direktorat Penyidikan dan
Penuntutan.

5. Benda Sitaan & Barang Rampasan Hasil Korupsi


Dalam rangka memaksimalkan pengembalian kerugian keuangan
negara, KPK telah melakukan penyitaan terhadap harta milik para
tersangka tindak pidana korupsi. Agar Benda Sitaan/Barang Rampasan
tidak mengalami penurunan nilai yang drastis, KPK menitipkan barang-
barang tersebut (kecuali tanah) pada Rumah Penyimpanan Barang
Sitaan/Rampasan Negara (RUPBASAN) Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM.
6. Barang Gratifikasi yang Menjadi Milik Negara
Dari periode 2004-2008, terdapat sejumlah barang gratifikasi yang telah
ditetapkan KPK menjadi milik negara. Barang-barang tersebut saat ini
dipamerkan pada lemari display yang berada di lobi gedung KPK.
Berdasarkan pemeriksaan BPK RI terhadap barang-barang tersebut,
sampai saat ini belum dilelang karena KPK akan meminta status
penggunaannya menjadi BMN yang digunakan KPK kepada Menteri
Keuangan selaku Pengelola Barang.

3.6 PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA


3.6.1 TEMUAN DAN TINDAK LANJUT TEMUAN BPK
Daftar temuan BPK dan tindak lanjutnya dapat dilihat pada lampiran.
3.6.2 REKENING PEMERINTAH
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK tahun 2004 s.d. 2007, tidak ditemukan
rekening pada KPK yang tidak dilaporkan pada LKPP maupun laporan
Keuangan KPK.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58 Tahun 2007 dan Perdirjen
Nomor: 35/PB/2007, KPK telah melakukan upaya-upaya penertiban
rekening pemerintah dengan melakukan inventarisasi terhadap rekening
pemerintah. Hasil inventarisasi rekening pada KPK sebagaimana dimaksud
pada butir 1 di atas sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 menunjukkan
adanya 151 rekening dengan jumlah total sebesar Rp100.074.337.478,47.
Dari 151 rekening tersebut, 1 rekening per tanggal 31 Desember 2008
belum memperoleh persetujuan Menteri Keuangan, namun telah mendapat
persetujuan pada Bulan Januari 2009.
Selain itu dapat diinformasikan bahwa Menteri Keuangan dengan suratnya
Nomor: S-713/MK/2008 tanggal 16 Desember 2008 perihal Investigasi
Terhadap Rekening Kementerian Negara/Lembaga (K/L) menyatakan
bahwa KPK telah menutup 13 (tiga belas) rekening miliknya, tetapi saldo
yang masih ada pada saat penutupan tidak disetor ke kas negara. Sehingga
menurut Menteri Keuangan, terhadap ke-13 rekening tersebut perlu
dilakukan investigasi oleh aparat pengawasan internal.

36
Terhadap temuan Menteri Keuangan ini, KPK telah melakukan proses
pengecekan dan menemukan fakta-fakta sebagai berikut:
- 8 rekening saldonya telah disetorkan ke kas negara.
- 1 rekening saldonya disimpan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu di
Deputi Bidang Penindakan. Pemindahan didasari pertimbangan bahwa
biaya administrasi bank lebih besar dari jasa giro, sehingga pemindahan
dan penutupan mencegah terus berkurangnya titipan uang sitaan.
- 3 rekening berdasarkan putusan pengadilan saldonya dikembalikan
kepada terdakwa. Pengembalian kepada terdakwa didasari atas putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
- 1 rekening berdasarkan putusan pengadilan sebagian besar saldonya
disetorkan ke kas daerah dan sebagian kecil dikembalikan kepada
terdakwa. Pengembalian kepada terdakwa didasari atas putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

37
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


SISTEM PENGENDALIAN INTERN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2008

Nomor : 40b/HP/XIV/04/09
Tanggal : 30 April 2009
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i


RESUME LAPORAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN ............ 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN........ 3
a. Pemantauan atas Temuan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2007, 2006,
2005 dan 2004............................................................................................... 3
b. Temuan Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2008
1. Bahan Komputer Lainnya Berupa Mini DV Kurang Dicatat Sebesar
Rp3.456.860,00 Dalam Laporan Persediaan ......................................... 3
2. Pencatatan Uang Pengganti, Denda, Uang Sitaan Dan Biaya Perkara
Di KPK Belum Tertib ........................................................................... 5
3. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Dan Akuntansi Barang Milik
Negara (SIMAK BMN) Belum Sepenuhnya Mengakomodir
Pencatatan Aset Tetap Dalam Renovasi ................................................ 8
4. Barang-Barang Gratifikasi Yang Telah Ditetapkan Menjadi Milik
Negara Di KPK Periode 2005 – 2008 Belum Dilelang ......................... 10
5. Pendapatan Yang Berasal Dari Gratifikasi Tahun 2008 Sebesar
Rp64.750.000,00 Terlambat Disetor Ke Kas Negara ............................ 11
6. Laporan Kondisi Barang Di Lingkungan KPK Tidak Menggambarkan
Kondisi Yang Sebenarnya ..................................................................... 13
LAMPIRAN

BPK-RI LHP SPI - LK KPK Tahun 2008 i


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK) telah memeriksa Neraca Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per 31 Desember
2008 dan 2007, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Nomor 40a/HP/XIV/04/09 Tanggal 30 April 2009.
Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas Laporan
Keuangan KPK tersebut diatas, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian intern
KPK untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan dan tidak ditujukan untuk menyatakan pendapat atas sistem
pengendalian intern.
BPK menemukan masalah tertentu berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan
operasinya yang merupakan kondisi yang dapat dilaporkan berdasarkan SPKN. Pokok-
pokok temuan kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan KPK
yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut:
1. Bahan Komputer Lainnya Berupa Mini DV Kurang Dicatat Sebesar Rp3.456.860,00
Dalam Laporan Persediaan
2. Pencatatan Uang Pengganti, Denda, Uang Sitaan Dan Biaya Perkara Di KPK Belum
Tertib
3. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK
BMN) Belum Sepenuhnya Mengakomodir Pencatatan Aset Tetap Dalam Renovasi
4. Barang-Barang Gratifikasi Yang Telah Ditetapkan Menjadi Milik Negara Di KPK
Periode 2005 – 2008 Belum Dilelang
5. Pendapatan Yang Berasal Dari Gratifikasi Tahun 2008 Sebesar Rp64.750.000,00
Terlambat Disetor Ke Kas Negara
6. Laporan Kondisi Barang Di Lingkungan KPK Tidak Menggambarkan Kondisi Yang
Sebenarnya
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Pimpinan
KPK agar:
1. Membuat SOP tentang pemeriksaan fisik dan penilaian persediaan di lingkungan
KPK.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 1 dari 15


2. Memerintahkan Deputi Penindakan dan Biro Renkeu untuk meningkatkan koordinasi
dalam memantau kerugian negara yang sudah ataupun belum dibayarkan.
3. Membuat SOP yang mengatur koordinasi dan rekonsiliasi pencatatan dan pelaporan
uang pengganti, denda, uang sitaan, dan biaya perkara antara pihak-pihak yang
terkait.
4. Meningkatkan koordinasi dengan Departemen Keuangan untuk percepatan update
aplikasi SIMAK BMN agar sesuai dengan kebutuhan entitas pelaporan dan akuntansi.
5. Menginstruksikan Sekjen KPK untuk segera melakukan pelelangan barang gratifikasi
yang telah ditetapkan sebagai milik Negara sesuai SOP yang berlaku di KPK.
6. Menyempurnakan SOP terkait pengelolaan barang/uang gratifikasi.
7. Menegur Kuasa Pengguna Barang dalam menyusun Laporan Kondisi Barang sesuai
kondisi sebenarnya dan berdasarkan hasil penilaian dari pihak yang kompeten.

Permasalahan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Jakarta, 30 April 2009


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Wakil Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Roes Nelly, Ak
Register Negara No. D-24.068

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 2 dari 15


HASIL PEMERIKSAAN
ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

a. Pemantauan atas Temuan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2007, 2006, 2005
dan 2004
Temuan dan saran terkait SPI tahun 2004, 2005 dan 2006 telah selesai ditindaklanjuti
seluruhnya.
Untuk temuan dan saran terkait SPI tahun 2007, dari 9 (Sembilan) saran BPK RI,
sebanyak 6 (enam) saran telah selesai ditindaklanjuti dan 3 (tiga) saran belum selesai
ditindaklanjuti atau masih dipantau.
Rincian tindak lanjut atas temuan dan saran pemeriksaan BPK dapat dilihat pada
Lampiran 1.

b. Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Tahun 2008


1. Bahan Komputer Lainnya Berupa Mini DV Kurang Dicatat Sebesar
Rp3.456.860,00 Dalam Laporan Persediaan
Persediaan dalam Laporan Keuangan KPK tahun 2008 (unaudited) mempunyai
saldo sebesar Rp2.608.490.003,00, yang terdiri dari persediaan untuk dijual atau
diserahkan ke masyarakat, barang konsumsi, bahan untuk pemeliharaan, suku
cadang, pita cukai, materai dan leges, bahan baku, persediaan untuk tujuan
strategis atau berjaga-jaga, dan persediaan lainnya, dengan rincian sebagai
berikut:
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Persediaan untuk dijual/diserahkan ke masyarakat 1.237.346.230
2 Barang Konsumsi 1.301.862.855
3 Bahan Untuk Pemeliharaan 13.704.210
4 Suku Cadang 2.240.000
5 Pita Cukai, Materai dan Leges 2.706.000
6 Bahan Baku 45.565.400
7 Persediaan untuk tujuan Strategis/Berjaga-jaga 2.005.900
8 Persediaan Lainnya 3.059.408
Jumlah 2.608.490.003
Dalam mengelola persediaan KPK belum memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang secara khusus mengatur tentang persediaan. Menurut hasil
pemeriksaan diketahui prosedur pengelolaan persediaan yang berlaku saat ini di
KPK adalah sebagai berikut:
a. Setelah barang diterima oleh masing-masing Deputi, barang diperiksa oleh
bagian penerimaan barang di setiap Deputi tersebut.
b. Apabila terdapat barang yang rusak atau tidak sesuai jenis dan jumlahnya,
rekanan Penyedia Barang yang bersangkutan wajib mengganti atau
menambah barang sesuai kontrak.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 3 dari 15


c. Bila telah sesuai, kemudian persediaan didistribusikan kepada masing-
masing direktorat-direktorat dengan menggunakan formulir penerimaan
barang.
d. Atas penerimaan tersebut, setiap direktorat selanjutnya melakukan
pencatatan ke dalam buku persediaan.
e. Setiap pengeluaran persediaan menggunakan formulir permintaan barang,
yang selanjutnya dicatat dalam buku persediaan.
f. Laporan persediaan tiap Deputi disusun berdasarkan buku persediaan dan
diserahkan kepada Bagian Umum setiap semester.
g. Bagian Umum melakukan pemeriksaan fisik ke seluruh Deputi secara
sampling terhadap persediaan setiap Deputi berdasarkan laporan persediaan
masing-masing setiap semester.
h. Setelah data dalam Laporan Persediaan telah sesuai dengan hasil
pengecekan fisik diperiksa, dibuat Berita Acara Pemeriksaan Fisik,
kemudian Laporan Persediaan digunakan sebagai dasar pencatatan dalam
Aplikasi Persediaan yang kemudian direkonsiliasi ke dalam SIMAK-BMN.
i. Setiap bulan dilakukan rekonsiliasi antara SIMAK-BMN dengan SAK.
Hasil pemeriksaan atas prosedur pengelolaan persediaan yang dilaksanakan oleh
KPK menunjukkan beberapa kelemahan berikut:
a. Pemeriksaan Fisik dilakukan oleh masing-masing deputi.
b. Penggunaan perhitungan manual dalam laporan keuangan tidak
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan KPK. Penggunaan
perhitungan manual tersebut hanya diungkapkan dalam Laporan Barang
Milik Negara.
c. Terdapat kesalahan dalam penilaian persediaan Mini DV. Bagian
Multimedia Sekretaris Jenderal memiliki persediaan 6.547 buah Mini DV
dengan harga satuan Rp.25.300,00 sementara Bagian Informasi Data
memiliki persediaan Mini DV sebanyak 827 buah dengan harga satuan
Rp21.120,00. Dalam perhitungan manual, Mini DV tersebut tidak dinilai
berdasarkan harga pembelian terakhir dalam satu instansi KPK namun
dihitung berdasarkan penilaian harga terakhir masing-masing bagian.
Dalam Aplikasi Persediaan nilai persediaan Mini DV telah dihitung
berdasarkan harga terakhir yang dimasukkan ke dalam sistem yaitu harga
pembelian oleh Bagian Multimedia. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut,
diketahui bahwa harga pembelian terakhir untuk Mini DV adalah
Rp25.300,00, sehingga saldo berdasarkan perhitungan manual kurang
disajikan sebesar Rp3.456.860,00 (827 x (25.300,00 – 21.120,00)).
Hal tersebut tidak sesuai dengan Permenkeu Nomor 171 Tahun 2007 Bagian
5.1.2 tentang pengukuran persediaan.
“Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan
biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 4 dari 15


Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir
diperoleh.”
Permasalahan tersebut mengakibatkan nilai persediaan dalam Laporan Keuangan
KPK Tahun 2008 kurang dicatat Rp3.456.860,00.
Hal tersebut disebabkan oleh:
a. SOP tentang pemeriksaan fisik dan penilaian persediaan belum disusun
oleh KPK.
b. Persediaan tidak dinilai secara menyeluruh dhi. satu instansi KPK.
c. Petugas persediaan kurang teliti dalam menghitung nilai persediaan hasil
opname fisik.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
Laporan Persediaan Semester II/Tahunan 2008 yang dipergunakan adalah
perhitungan manual berdasarkan opname fisik dan laporan yang dibuat oleh
Pengelola Persediaan (kedeputian), atas hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Penggunaan Aplikasi SIMAK Persediaan yang dilakukan oleh petugas
Pengelola persediaan di Biro Umum belum dapat berjalan sempurna dan
mengalami kerusakan pada saat penginputan/pengoperasian, sehingga kami
membuat Laporan Persediaan versi perhitungan manual dan juga versi
Aplikasi Persediaan semaksimalnya.
b. Jumlah sebesar Rp. 3.456.860 berupa Bahan Komputer Mini DV yang
kurang dicatat dalam Laporan Persediaaan Tahun 2008, karena metode
pencatatan harga per unit barang pada aplikasi persediaan hanya mengakui
nilai terakhir pengadaan/penginputan, yaitu Mini DV senilai Rp 25.300 per
unit, sedangkan untuk nilai pada Manual berdasarkan 2 (dua) Pengadaan
yang berbeda dari kedua unit pengelola pembantu yaitu nilai sebelumnya
Rp21.120.
c. Tindak lanjut dari hal tersebut kami melakukan koreksi dengan Berita
Acara Nilai Persediaan yang digunakan sebagai saldo awal Tahun 2009
pada Aplikasi SIMAK Persediaan Saldo awal Tahun 2009.
BPK RI menyarankan kepada Pimpinan KPK agar membuat SOP tentang
pemeriksaan fisik dan penilaian persediaan di lingkungan KPK.

2. Pencatatan Uang Pengganti, Denda, Uang Sitaan Dan Biaya Perkara Di


KPK Belum Tertib
Deputi Penindakan mempunyai tugas melakukan kegiatan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan eksekusi perkara Tindak Pidana Korupsi (TPK)
berdasarkan peraturan perundang-undangan serta kegiatan supervisi dan
koordinasi penanganan perkara TPK yang sedang dilaksanakan oleh penegak
hukum lain. Dalam pelaksanaan tugasnya, Deputi Penindakan membawahi

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 5 dari 15


Direktorat Penyelidikan, Direktorat Penyidikan, Direktorat Penuntutan,
Koordinasi Supervisi dan Sekretariat Deputi Bidang Penindakan.
Direktorat Penuntutan membawahi Satuan Tugas (Satgas) Eksekusi yang
bertugas melaksanakan kegiatan eksekusi pelaksanaan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (khususnya berkenaan dengan pidana badan,
pembayaran denda dan atau uang pengganti, barang bukti serta pengelolaan dan
pelelangan barang rampasan) dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pelacakan
aset dalam rangka perampasan hasil kejahatan TPK dan pengembalian kerugian
keuangan negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu
Satgas Eksekusi juga mempunyai fungsi menyiapkan Laporan Hasil
Penyelamatan dan Pengembalian Kerugian Negara atas perkara TPK yang
ditangani oleh KPK.
Berdasarkan konfirmasi dengan Bendahara Penerimaan diketahui proses
pelaporan dan pencatatan uang pengganti, denda, uang sitaan, dan biaya perkara
yang berlaku saat ini di KPK sebagai berikut:
a. Bendahara penerima menerima uang sitaan dari JPU disertai bukti tanda
terima yang ditandatangani oleh Kepala Biro keuangan, Bendahara, dan
JPU.
b. Setelah amar putusan diterima dari pengadilan, JPU yang menangani suatu
perkara akan menerima uang rampasan/uang pengganti/denda (masing-
masing sesuai amar putusan) dari terpidana disertai bukti tanda terima yang
ditandatangani JPU, pihak terpidana dan saksi.
c. Selanjutnya JPU memberikan amar putusan dan menerangkan kepada
Bendahara Penerima rincian yang harus dibayarkan ke kas negara (masing-
masing sesuai amar putusan) dan disertai tanda terima titipan yang
ditandatangani JPU, Bendahara Penerima dan Kepala Biro Keuangan.
d. Kemudian Sekjen membuat Surat Pengantar kepada Bank tempat
menyimpan uang titipan atas nama terdakwa untuk menutup rekening atas
nama tersebut. Bendahara penerima menandatangani kuitansi penutupan
rekening atas nama terdakwa dan menyetorkan ke Kas Negara dengan
membuat SSBP dan mengisi secara lengkap form isian beserta MAP dan
uraiannya.
e. Petugas SAI menginput SSBP tersebut ke sistem penerimaan KPK.
Hasil pemeriksaan atas pencatatan uang pengganti, denda, uang sitaan, dan biaya
perkara untuk kasus-kasus yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(incracht) dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di lingkungan KPK
diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil rekapitulasi uang pengganti, denda,
uang sitaan, dan biaya perkara Tahun 2008 antara Deputi Penindakan dengan
data hasil rekapitulasi yang dibuat oleh Biro Perencanaan Keuangan (Renkeu),
yaitu sebagai berikut:
a. Rekapitulasi Biaya Perkara, denda, uang pengganti yang harus dibayar, dan
uang sitaan yang dirampas untuk negara tahun 2008:

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 6 dari 15


Biaya
Sumber Denda Uang Pengganti Uang Sitaan Jumlah
Perkara
Data (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Deputi Tidak Tidak tercatat 398.153.575.502
4.750.000.000 393.403.575.502
Penindakan tercatat
Renkeu 342.500 4.650.000.000 437.656.732.169 21.471.742.388 463.778.817.057

Selisih (342.500) 100.000.000 (44.253.156.667) (21.471.742.388) (65.625.241.555)

b. Rekapitulasi Biaya Perkara, denda, uang pengganti, dan uang sitaan yang
sudah dibayar tahun 2008:

Biaya
Sumber Denda Uang Pengganti Jumlah
Perkara Uang Sitaan (Rp)
Data (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Deputi
227.500 2.400.000.000 358.130.457.711 Tidak tercatat 360.530.685.211
Penindakan
Renkeu 312.500 2.800.000.000 391.866.461.111 12.514.303.163 407.181.076.774

Selisih (85.000) (400.000.000) (33.736.003.400) (12.514.303.163) (46.650.391.563)

c. Rekapitulasi denda dan uang pengganti, yang belum tertagih dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2008:

Biaya Perkara Denda Uang Pengganti


Sumber Data Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp)
Deputi Penindakan - 9.300.000.000 124.768.551.753 134.068.551.753

Renkeu - 10.150.000.000 152.375.096.488 162.525.096.488

Selisih - (850.000.000) (27.606.544.735) (28.456.544.735)

Atas perbedaan data tersebut, baik pihak Deputi Penindakan maupun pihak Biro
Renkeu tidak dapat menjelaskan penyebabnya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara Pasal 3 (1) menetapkan bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan kewajaran jumlah uang pengganti, denda,
uang sitaan, dan biaya perkara baik yang sudah dibayar oleh para terpidana
maupun yang masih outstanding diragukan.
Hal tersebut disebabkan koordinasi antara Deputi Penindakan dengan Biro
Perencanaan Keuangan (Renkeu) masih lemah dalam memantau kerugian negara
yang sudah ataupun belum dibayarkan.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
Setelah Biro Renkeu dan Sekretariat Deputi Penindakan melakukan rekonsiliasi
dan penelitian kembali terhadap kasus-kasus yang telah inkracht, memang
terdapat perbedaan pencatatan antara Biro Renkeu dan Sekretariat Deputi
Penindakan. Sehubungan dengan hal tersebut, Biro Renkeu dan Sekretariat
Deputi Penindakan telah melakukan perbaikan data biaya perkara, denda, uang
pengganti, dan barang sitaan berupa uang (uang sitaan).

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 7 dari 15


Khusus untuk Biaya Perkara, Denda dan Uang Pengganti yang belum tertagih
dari tahun 2005 s.d 2008 adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Biaya Uang
Tahun Denda Jumlah
Perkara Pengganti
2005 67.500 1.400.000.000 13.950.000.000 15.350.067.500
2006 42.500 2.400.000.000 24.479.920.635 27.879.963.135
2007 70.000 3.050.000.000 59.575.980.164 62.626.050.164
2008 115.000 3.300.000.000 53.369.195.689 56.669.310.689
Jumlah 322.500 10.150.000.000 152.375.096.488 162.525.391.488
Agar temuan-temuan ini tidak terulang kembali di masa yang akan datang, KPK
akan membuat SOP yang mengatur koordinasi dan rekonsiliasi data antara Deputi
Penindakan dan Biro Keuangan.
BPK RI menyarankan Pimpinan KPK agar:
a. Memerintahkan Deputi Penindakan dan Biro Renkeu untuk meningkatkan
koordinasi dalam memantau kerugian negara yang sudah ataupun belum
dibayarkan.
b. Membuat SOP yang mengatur koordinasi dan rekonsiliasi pencatatan uang
pengganti, denda, uang sitaan, dan biaya perkara antara pihak-pihak yang
terkait.

3. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Dan Akuntansi Barang Milik Negara


(SIMAK BMN) Belum Sepenuhnya Mengakomodir Pencatatan Aset Tetap
Dalam Renovasi
KPK melaporkan saldo akun Aset Tetap Lainnya dalam Neraca tahun 2008
sebesar Rp41.710.925.545,00, yang terdiri dari aset tetap dalam renovasi sebesar
Rp41.537.602.887,00 dan aset tetap lainnya sebesar Rp173.322.658,00.
Akun aset tetap dalam renovasi digunakan untuk mencatat realisasi belanja
pemeliharaan yang harus dikapitalisasi atas aset tetap yang tidak dimiliki oleh
Kementerian/Lembaga (K/L) yang melakukan pemeliharaan tersebut. Hal ini
biasa terjadi pada (K/L) yang menggunakan aset milik (K/L) lain seperti gedung.
Seluruh aset tetap harus dimasukkan ke dalam aplikasi SIMAK BMN, yang
terdiri dari tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan
jaringan serta aset tetap lainnya. Untuk mencatat barang milik negara yang ada di
seluruh entitas pelaporan dan akuntansi, Departemen pada akhir tahun 2007 telah
mengembangkan suatu aplikasi yang dinamakan Sistem Informasi Manajamen
dan Akuntansi Barang Milik Negara yang disingkat dengan SIMAK BMN.
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa saldo aset tetap lainnya yang
dihasilkan oleh aplikasi SIMAK BMN hanya sebesar Rp173.322.658,00
sementara yang dilaporkan dalam Neraca 2008 sebesar Rp41.710.925.545,00
sehingga terdapat selisih sebesar Rp41.537.602,887,00 yang merupakan saldo
aset tetap dalam renovasi sebesar Rp41.537.602.887,00. Berdasarkan penjelasan

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 8 dari 15


dari petugas SIMAK BMN, hal ini terjadi karena aplikasi SIMAK BMN tidak
bisa memproses data tentang aset tetap dalam renovasi.
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan bahwa seharusnya aplikasi SIMAK
BMN dapat mengakomodir kebutuhan pelaporan dari entitas pelaporan
disesuaikan dengan kondisi dan contoh kasus yang terjadi. Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan telah mengklarifikasi kasus ini dalam Buletin Teknis
Standar Akuntansi Pemerintahan No. 4 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Belanja Pemerintah Bab V huruf C angka 2 dengan menyatakan bahwa renovasi
gedung kantor bukan milik instansi yang merenovasi apabila meningkatkan
manfaat ekonomis gedung maka renovasi tersebut dikapitalisasi sebagai Aset
Tetap-Renovasi. Aset Tetap-Renovasi diklasifikasikan ke dalam Aset Tetap
Lainnya oleh instansi yang melakukan renovasi.
Permasalahan tersebut mengakibatkan para petugas SIMAK BMN di entitas
pelaporan dan akuntansi akan mengalami kesulitan untuk mencatat transaksi
renovasi yang memenuhi syarat untuk kapitalisasi yang dilakukan oleh K/L yang
bukan pemilik aset tetap dhi. gedung.
Hal tersebut disebabkan Departemen Keuangan lambat dalam meng-update
aplikasi SIMAK BMN sesuai kebutuhan entitas pelaporan dan akuntansi.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
a. Aplikasi SIMAK BMN dan SIMAK Persediaan adalah aplikasi yang
disediakan dan dikembangkan oleh Depkeu RI, dan setiap Kementerian dan
Lembaga adalah pengguna aplikasi dimaksud.
b. Aplikasi SIMAK BMN masih dalam proses penyempurnaan sampai
ditetapkan penggunaannya. Aplikasi SIMAK BMN versi 17 Agustus 2008
yang dilaunching Agustus 2008, baru siap dioperasikan oleh K/L sekitar awal
Oktober 2008 dan di upgrade kembali pada Desember 2008. Namun masih
terdapat kekurangan dalam pengoperasian, salah satunya “Account Transaksi
Pencatatan Aset Tetap Dalam Renovasi Belum ada”. Demikian juga aplikasi
SIMAK Persediaan masih belum siap untuk digunakan secara LAN, sehingga
masing-masing unit pengelola mash menggunakan excel dan direkapitulasi
oleh Biro Umum ke Aplikasi SIMAK Persediaan pada akhir tahun periode.
c. Maka pada laporan semester II dan Tahunan 2008 (gabungan semester I dan
II), Aset Tetap dalam Renovasi masih dicatat pada Catatan Ringkas BMN
secara manual.
d. Sebagai pengguna, maka kami akan mengirim surat ke DJKN untuk usulan
penyempurnaan aplikasi SIMAK BMN dan aplikasi SIMAK Persediaan.
BPK RI menyarankan Pimpinan KPK agar meningkatkan koordinasi dengan
Departemen Keuangan untuk percepatan update aplikasi SIMAK BMN agar
sesuai dengan kebutuhan entitas pelaporan dan akuntansi.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 9 dari 15


4. Barang-Barang Gratifikasi Yang Telah Ditetapkan Menjadi Milik Negara
Di KPK Periode 2005 – 2008 Belum Dilelang
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk sesuai Undang-undang No. 30
Tahun 2002. Dalam pelaksanaan tugasnya, Pimpinan KPK dibantu oleh 4
(empat) orang Deputi dimana salah satunya adalah Deputi Bidang Pencegahan
yang membawahi Direktorat Gratifikasi. Tugas Direktorat Gratifikasi antara lain
melakukan pencegahan korupsi melalui pelaporan dan penanganan gratifikasi
yang diterima oleh Penyelenggara Negara. Sebagai pedoman kerja, KPK sudah
memberlakukan Prosedur Operasi Baku Pengelolaan Barang/Uang Gratifikasi
Nomor: KEP-288/01/XI/2007 tanggal 12 November Tahun 2007. Prosedur
pengelolaan barang/uang gratifikasi ini terbagi ke dalam 2 (dua) kegiatan yaitu:
a. Penerimaan titipan uang gratifikasi
b. Penyetoran atau pengembalian barang/uang gratifikasi kepada negara atau
pelapor.
Untuk penerimaan titipan uang gratifikasi, Direktorat Gratifikasi menyampaikan
tanda terima titipan uang gratifikasi beserta uangnya ke bendahara penerima.
Bendahara penerima menyimpan uang tersebut di rekening bank pemerintah.
Setelah ada keputusan Pimpinan KPK tentang status kepemilikan gratifikasi,
Direktorat menyampaikan SK tersebut kepada:
a. Bendahara Penerima jika gratifikasi berbentuk uang dan bendahara
menindaklanjuti sesuai keputusan tersebut (dikembalikan ke pemilik atau
disetor ke Kas Negara);
b. Sekretaris Jenderal KPK untuk gratifikasi selain uang dan ditetapkan menjadi
milik negara. Sekjen akan menindaklanjuti keputusan Pimpinan tersebut
dengan melaksanakan lelang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan uang/barang gratifikasi dari
tahun 2005 – 2008 diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Rekapitulasi uang gratifikasi tahun 2005 sampai dengan 2008

Mata Uang
Uraian
Rupiah USD HK$ YUAN
Penerimaan 329,695,795,00 5,190.00 3,710.00 11,250.00

Penyetoran 70,495,795.00 190.00 3,710.00 11,250.00

Sisa 259,200.000.00 5,000.00 - -

Sisa uang gratifikasi yang belum ditetapkan statusnya oleh pimpinan KPK
disimpan oleh bendahara pada rekening bank pemerintah.
b. Penerimaan Gratifikasi dalam bentuk barang, yang sudah ditetapkan
statusnya oleh Pimpinan KPK menjadi milik negara, sejak KPK didirikan
pada tahun 2005 sampai saat pemeriksaan Tim BPK berakhir pada bulan

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 10 dari 15


April 2009 masih disimpan dan di-display di kantor KPK. Terhadap barang-
barang gratifikasi tersebut belum pernah dilakukan pelelangan.
Daftar barang gratifikasi yang belum pernah dilakukan pelelangan secara
terinci pada lampiran 2.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Prosedur Operasi Baku Pengelolaan
Barang/Uang Gratifikasi Nomor: KEP-288/01/XI/2007 tanggal 12 November
2007 Angka 320.05 yang menetapkan bahwa Sekretaris Jenderal KPK akan
menindaklanjuti Keputusan Pimpinan KPK atas barang gratifikasi yang
ditetapkan menjadi milik negara dengan melaksanakan lelang. Pelaksanaan lelang
sesuai dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam Permenkeu Nomor:
40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Perdirjen Nomor:
Per–02/PL/2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan lelang.
Permasalahan tersebut mengakibatkan potensi pendapatan negara yang berasal
dari pelelangan barang-barang gratifikasi yang telah ditetapkan statusnya menjadi
milik negara belum dapat direalisasikan sampai saat ini.
Hal tersebut disebabkan KPK dhi. Sekretaris Jenderal lalai tidak melaksanakan
pelelangan terhadap barang-barang gratifikasi sesuai ketentuan.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
Barang-barang tersebut belum kami lelang karena rencananya akan kami jadikan
BMN yang digunakan KPK. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
96/PMK.06/2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, kami akan segera
meminta persetujuan Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang atas barang
gratifikasi dimaksud menjadi BMN yang digunakan KPK. Perlakuan selanjutnya
atas barang-barang gratifikasi yang dilaporkan penyelenggara negara, akan kami
perlakukan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Tentang Barang Rampasan yang
saat ini sedang dalam tahap pembahasan.
BPK RI menyarankan Pimpinan KPK agar menginstruksikan Sekjen KPK untuk
segera melakukan pelelangan barang gratifikasi yang telah ditetapkan sebagai
milik Negara sesuai SOP yang berlaku di KPK.

5. Pendapatan Yang Berasal Dari Gratifikasi Tahun 2008 Sebesar


Rp64.750.000,00 Terlambat Disetor Ke Kas Negara
Salah satu komponen PNBP fungsional di KPK berasal dari gratifikasi yang
sudah ditetapkan oleh Pimpinan KPK dengan Surat Keputusan (SK) menjadi
milik negara. Dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) KPK
Tahun 2008 (unaudited) tercatat saldo pendapatan gratifikasi sebesar
Rp3.446.731.957,00.
Hasil Pemeriksaan terhadap beberapa dokumen pencatatan pendapatan gratifikasi
berupa Rekap SK yang dikeluarkan selama Tahun 2008, Rekap Penerimaan dan
Penyetoran Gratifikasi yang dibuat oleh Bendahara Penerima serta Buku
Pembantu MAP Penerimaan Gratifikasi menunjukkan adanya pendapatan
gratifikasi sebesar Rp64.750.000,00 yang telah ditetapkan menjadi milik Negara

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 11 dari 15


berdasarkan SK Pimpinan KPK ternyata belum disetorkan ke Kas Negara oleh
Bendahara Khusus Penerima dengan rincian sebagai berikut:
a. a.n. Widodo Prasetyo Hadi sebesar USD5.000 atau setara dengan
Rp54.750.000,00 menggunakan kurs tengah BI per 31 Desember 2008
sebesar USD 1 = Rp10.950,00. SK penetapan gratifikasi No. Kep-
378/01/X/2008 tanggal 24 Okt 2008. Dititipkan ke KPK tanggal 8 September
2008.
b. a.n. Isnan Wijarno, SE sebesar Rp10.000.000,00 yang telah menitipkan uang
gratifikasi pada 20 Agustus 2008. SK penetapan gratifikasi No.Kep-
320/01/IX/2008 tgl 24 September 2008.
Menurut keterangan Bendahara Penerima dan Kepala Bagian Verifikasi,
Akuntansi dan Pelaporan diketahui bahwa Bendahara Penerima baru menerima
kedua SK dari Direktorat Gratifikasi tersebut pada tanggal 7 Januari 2009 dan
menyetorkannya ke Kas Negara pada tanggal 9 Januari 2009 sehingga terjadi
keterlambatan selama 76 hari dan 106 hari.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Keppres No. 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pasal Pasal 20 (1) Orang
atau badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan uang negara wajib
menyetor seluruh penerimaan dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah
penerimaannya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah, atau lembaga lain
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan pendapatan negara yang berasal dari
gratifikasi KPK Tahun 2008 tertunda sebesar Rp64.750.000,00.
Hal tersebut disebabkan dalam SOP Pengelolaan Barang/Uang Gratifikasi tidak
ditentukan batas waktu bagi Direktorat Gratifikasi untuk menyerahkan copy SK
Penetapan Gratifikasi ke Bendahara Penerima sehingga penyetoran ke Kas
Negara menjadi terlambat.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
a. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Bab III mengenai Tata
Cara Pelaporan dan Penentuan Status Gratifikasi Pasal 17 ayat 6 disebutkan
bahwa penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri
Keuangan, dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
ditetapkan (oleh Pimpinan KPK).
b. SOP yang mengatur tentang pendistribusian SK penetapan gratifikasi dari
Sekretariat Pimpinan (Sespim) ke Direktorat Gratifikasi dan copy SK ke Biro
Renkeu belum diatur, sehingga beberapa SOP di KPK yang ada perlu
disempurnakan. Dengan demikian SK Penetapan Gratifikasi dari Pimpinan
KPK akan terdistribusi bersamaan waktunya ke Direktorat Gratifikasi dan
Biro Renkeu.
c. Namun demikian kami sudah berusaha untuk memenuhi batas waktu seperti
butir 1, sehingga dari 144 SK penetapan gratifikasi, masih terdapat 2 SK
yang tidak memenuhi butir 1.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 12 dari 15


BPK-RI menyarankan Pimpinan KPK agar menyempurnakan SOP terkait
pengelolaan barang/uang gratifikasi.

6. Laporan Kondisi Barang Di Lingkungan KPK Tidak Menggambarkan


Kondisi Yang Sebenarnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang,
aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari aset tak
berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti
rugi (TP/TGR), kemitraan dengan Pihak Ketiga dan aset lain-lain. Berdasarkan
Laporan Keuangan KPK tahun 2008, saldo akun aset lain-lain per 31 Desember
2008 adalah sebesar Rp5.801.599.515,00 yang terdiri dari:
a. barang rusak berat yang akan dihapuskan Rp 1.462.787.827
b. mutasi kurang aset dalam kondisi rusak Rp (18.728.312)
c. Telepon seluler berikut memory card yang hilang Rp 6.540.000
d. piutang lancar yang direklas karena jangka waktu
waktu pembayaran lebih dari 12 bulan Rp 4.351.000.000
Jumlah Rp 5.801.599.515
Berdasarkan pemeriksaan fisik secara uji petik oleh Tim BPK RI pada tanggal 12
Maret 2009 untuk memastikan keberadaan dan kondisi aset yang dihentikan dari
penggunaan karena rusak berat, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Peralatan dan mesin yang akan dihapuskan tersebut antara lain berupa 16
(enambelas) unit mini bus senilai Rp958.950.000,00 dan sepeda motor
sebanyak 5 unit senilai Rp20.600.000,00. Hasil pemeriksaan diketahui
bahwa:
1) 5 (lima) unit mini bus senilai Rp184.200.000,00 dan 2 unit sepeda motor
senilai Rp7.770.000,00 dalam kondisi rusak berat dan sudah tidak
digunakan dalam operasional kantor dengan rincian sebagai berikut:
Harga
Jumlah
No Uraian Unit perolehan
(Rp)
(Rp)
1 Opel Blazer Montera 4 40.100.000 160.400.000
2 Suzuki Futura 1 23.800.000 23.800.000
3 Honda Legenda 1 4.890.000 4.890.000
4 Honda Supra X 1 2.880.000 2.880.000
Jumlah 191.970.000
2) 11 (sebelas) unit mini bus dan 3 unit sepeda motor senilai
Rp787.580.000,00 masih dimanfaatkan dan digunakan untuk operasional
kantor dengan rincian sebagai berikut:

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 13 dari 15


Harga
Jumlah
No Uraian Unit perolehan
(Rp)
(Rp)
1 Kijang Krista 4 104.300.000 417.200.000
2 Kijang LSX 3 80.650.000 241.950.000
3 Suzuki carry 3 23.800.000 71.400.000
4 Kia Carren 1 44.200.000 44.200.000
5 Honda Supra NF 100 2 3.970.000 7.940.000
6 Honda Supra X 1 4.890.000 4.890.000
Jumlah 787.580.000
Pemeriksaan selanjutnya diketahui bahwa terhadap kendaraan tersebut
pernah diusulkan penghapusan kepada DJKN sesuai Surat Sekjen KPK
No.B-301/50/II/2008 tanggal 13 Pebruari 2008 dengan alasan rusak dan
tidak ekonomis apabila diperbaiki tetapi tidak disertai keterangan dari
instansi yang kompeten mengenai kondisi kendaraan tersebut. Usul
penghapusan tersebut tidak disetujui oleh DJKN sesuai surat No.S-
3391/KN/2008 Tanggal 27 Pebruari 2008. Alasan tidak disetujuinya
penghapusan tersebut antara lain dikarenakan kendaraan tersebut belum
berusia 10 tahun dan dapat dikecualikan jika kondisi kendaraan tersebut
paling tinggi 30% berdasarkan keterangan dari instansi yang kompeten.

b. Terdapat beberapa item barang rusak yang belum dilaporkan dalam Laporan
Kondisi Barang Rusak Berat Tahun 2008 yaitu:
Jumlah Harga
No Uraian
(Unit) Perolehan (Rp)
1 Handycam Sony DCR TRV 17E 1 11.873.502
2 Handycam Sony DCR TRV 1 12.279.566
520E/TRV107E PAL
3 Kamera Nikon F80 1 1.392.066
4 Laptop Compac 1 31.799.985
Jumlah 57.345.119
c. Terdapat barang yang dilaporkan di Laporan Kondisi Barang Tahun 2008,
tidak ditemukan barangnya yaitu 6 unit Digital Audio Tape Recorder senilai
Rp12.707.442,00
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan – Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07:
Paragraf 5 menjelaskan definisi aset tetap sebagai aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Paragraf 15 menetapkan bahwa aset yang tidak digunakan untuk keperluan
operasional pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di
pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 14 dari 15


b. LAMPIRAN VII PMK No. 120/PMK.06/2007 Tentang Penatausahaan Barang
Milik Negara menetapkan bahwa kriteria Kondisi barang Rusak Berat (RB)
adalah apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan tidak berfungsi lagi atau
memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok,
sehingga tidak ekonomis lagi untuk diadakan perbaikan/rehabilitasi.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Saldo akun aset lainnya yang berasal dari kendaraan yang akan dihapuskan lebih
disajikan sebesar Rp787.580.000,00 sementara akun aset tetap – peralatan dan
mesin kurang disajikan dengan jumlah yang sama.
b. Saldo akun aset tetap peralatan dan mesin lebih dibukukan sebesar
Rp57.345.119,00 sementara akun aset tetap lainnya kurang dibukuan dengan
jumlah yang sama.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kuasa Pengguna Barang dalam menilai kondisi barang khususnya kendaraan
bermotor tidak berdasarkan hasil penilaian pihak yang kompeten.
b. Petugas Simak BMN belum mendapatkan laporan mengenai kondisi barang yang
rusak tersebut dari user.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
a. Penataan Barang-barang yang dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat sedang
berjalan dan akan dilaporkan pada semester 1 tahun 2009. Untuk input
pemindahan dari barang kondisi rusak berat menjadi baik di aplikasi SIMAK
BMN belum dapat dilakukan karena fasilitas perbaikan pada aplikasi SIMAK
BMN belum tersedia.
b. Terdapat barang rusak ringan yang pada opname fisik dengan BPK tanggal 12
Maret 2009 dalam kondisi Rusak Berat, maka pada SIMAK BMN telah
dipindahkan ke kondisi rusak berat dengan transaksi “perubahan kondisi”.
c. Terdapat barang rusak berat yang telah diperbaiki namun belum dibatalkan dari
“penghentian BMN dari penggunaan” karena account/transaksi pembatalan
tersebut belum tersedia pada aplikasi SIMAK BMN.
d. Terhadap permasalahan ini, KPK telah berkonsultasi kepada Sub Direktorat
Barang Milik Negara 1 (BMN 1) DJKN Depkeu. BMN 1 memberi jawaban
bahwa pada aplikasi SIMAK BMN memang belum menampung untuk transaksi
pengembalian/pembatalan penghentian BMN dari penggunaan.
BPK RI menyarankan Pimpinan KPK agar:
a. Memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan Pegawai Negeri kepada Kuasa
Pengguna Barang dalam menyusun Laporan Kondisi Barang sesuai kondisi
sebenarnya dan berdasarkan hasil penilaian dari pihak yang kompeten.
b. Meningkatkan koordinasi dengan Departemen Keuangan untuk percepatan
update aplikasi SIMAK BMN agar sesuai dengan kebutuhan entitas pelaporan
dan akuntansi.

BPK-RI LHP SPI- LK KPK Tahun 2008 Halaman 15 dari 15


Lampiran 1

PEMANTAUAN TINDAK LANJUT TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2004, 2005 dan 2006
Temuan dan saran terkait SPI tahun 2004, 2005 dan 2006 telah ditindaklanjuti seluruhnya.
B. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan SPI Tahun 2007

Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut


Tindak Lanjut
Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang Belum sesuai/
2005 2004 Sesuai Ditindak
Diperiksa Pantau
lanjuti
1 Pembagian tugas, fungsi 0 Pimpinan KPK agar segera SOP dimaksud telah X
dan tanggung jawab mengesahkan konsep SOP disahkan oleh
dalam organisasi Sistem penyusunan LK KPK yang Pimpinan KPK
Akuntansi Instansi antara lain mengatur melalui Peraturan
(SAI) tidak jelas. mekanisme dan hubungan KPK No: Per-
kerja serta pemisahan tugas 07/01/XII/2008
dan tanggung jawab antara tentang Prosedur
petugas SAK dan SABMN. Operasi Baku.
2 Penanganan BMN di 0 1) Pimpinan KPK segera 1) Surat Keputusan X
lingkungan KPK belum melakukan proses Sekjen tentang
optimal. Tuntutan Ganti Rugi Tuntutan Ganti
TGR) terhadap peristiwa Rugi, telah
hilangnya HP a.n. Sdr terbitkan. Ybs.
DM dan segera Telah melakukan
melakukan penghapusan pembayaran atas
atas barang tersebut. TGR tsb.
2) Sekjen KPK 2) Sekjen KPK telah X
memerintahkan Karo memerintahkan (Surat teguran
Umum untuk segera Karo Umum kepada Karo
menyelesaikan untuk segera Umum No.
pengurusan BPKB atas menyelesaikan 231/50/07/200
kendaraan hibah (dari pengurusan 8 tgl 28 Juli
bea cukai). BPKB atas 2008.
kendaraan hibah Penyelesaian

BPK-RI LHP SPI – LK KPK Tahun 2008 Halaman 1 dari 4


Lampiran 1

Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut


Tindak Lanjut
Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang Belum sesuai/
2005 2004 Sesuai Ditindak
Diperiksa Pantau
lanjuti
tersebut BPKB belum
sebagaiman surat ada bukti)
terlampir.
3) Sekjen menegur bagian 3) Sekjen KPK telah X
perencanaan pengadaan menegur bagian (Surat teguran
senjata api supaya lebih perencanaan kepada Kabag
optimal dalam pengadaan senjata Rumah Tangga
melaksanakan tugas. api sebagaimana no.
surat terlampir. 232/50/07/2008
tanggal 28 Juli
2008)
4) Sekjen KPK menegur X
Karo Umum supaya (Surat teguran
lebih meningkatkan kepada Karo
pengendalian dan lebih Umum No.
teliti serta berpedoman 231/50/07/2008
kepada ketentuan yang tgl 28 Juli 2008)
berlaku dalam mengelola
barang inventaris yang
menjadi tanggung
jawabnya.

5) Sekjen meminta X
pertanggung jawaban (Surat teguran
kepada Karo Umum atas kepada Karo
asset yang hilang Umum No.
tersebut (eks KPKPN) 231/50/07/200
sebelum dilakukan 8 tgl 28 Juli
usulan penghapusan 2008. Aset eks
KPKPN yang
hilang belum
jelas
pertanggung-

BPK-RI LHP SPI – LK KPK Tahun 2008 Halaman 2 dari 4


Lampiran 1

Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut


Tindak Lanjut
Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang Belum sesuai/
2005 2004 Sesuai Ditindak
Diperiksa Pantau
lanjuti
jawabannya
dalam bentuk
apa)
3 Jangka waktu Rp4.851 juta Pimpinan KPK segera Pimpinan KPK telah X
ketertagihan Piutang mengoptimalkan upaya mengoptimalkan (untuk
Lancar sebesar Rp4.851 penagihan Piutang tersebut upaya penagihan pelaksanaan
juta tidak jelas kepada rekanan (PT BT dan Piutang kepada putusan BANI
PT BAI) untuk segera rekanan: oleh PT BT)
dilunasi dan selalu PT BT: Berdasarkan
memonitor Keputusan Majelis
perkembangannya melalui Arbitrase BANI
atasan langsung yang terkait No.272/XII/ARB-
dengan masalah tersebut. BANI/2007 tanggal
31 Maret 2009,
diputusa-kan bahwa
PT BT diwajibkan
mem-bayar denda
sebesar
Rp1.145.000.000,00
dan mengembalikan
dana talangan se-
besar Rp16.528.000
kepada KPK.
PT BAI: Telah
membayar hutangnya
4 Pencatatan saldo kas di Rp18.513 juta 1) Pimpinan KPK Koordinasi X
Bendahara Penerimaan melakukan koordinasi pengelolaan barang (Rakor tgl 28
sebesar Rp18.513 juta dengan entitas tekait bukti, barang sitaan Agst 2008
tidak sesuai dengan untuk keseragaman dan barang rampasan antara BPK,
SAP. mekanisme pengelolaan dengan Kejaksaan Ditjen PAS,
barang sitaan, barang dan Kepolisian telah kejagung, Ditjen
bukti dan barang diselenggarakan Perbendaharaan
rampasan sebagai dasar dengan notulen rapat Depkeu,

BPK-RI LHP SPI – LK KPK Tahun 2008 Halaman 3 dari 4


Lampiran 1

Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut


Tindak Lanjut
Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang Belum sesuai/
2005 2004 Sesuai Ditindak
Diperiksa Pantau
lanjuti
penyempurnaan dan daftar hadir Rupbasan,
Prosedur Operasi Baku. sebagaimana Bareskrim,
terlampir. DJKN, KPK)
2) Sekjen menegur petugas Sekjen telah menegur X
SAK untuk lebih teliti petugas SAK untuk (Surat Teguran
dalam menjalankan lebih teliti dalam No.
tugas. menjalankan tugas. 233/50/07/2008
tanggal 28 Juli
2008)

Jumlah 6 3

BPK-RI LHP SPI – LK KPK Tahun 2008 Halaman 4 dari 4


Lampiran 2

DAFTAR BARANG GRATIFIKASI YANG TELAH DITETAPKAN MENJADI


MILIK NEGARA OLEH PIMPINAN KPK
Periode Tahun 2005 – Desember 2008

No. Jenis Gratifikasi Surat Keputusan Status Nilai Barang

(Mata uang
(Rp)
lain)
TH. 2005
1 1 (satu) buah Ballpoint Mont No. Kep-69/KPK/VII/2005 Milik Negara 1.900.000
Blanc

TH. 2006
1 Kain Karawang Khas No. Kep-44C/KPK/V/2006 Milik Negara 200.000
Gorontalo
2 Senjata Mandau No. Kep-52/KPK/VI/2006 Milik Negara 700.000
3 Senjata Mandau No. Kep-58/KPK/VI/2006 Milik Negara 400.000
4 Kemeja Batik Keris No. Kep-99/KPK/IX/2006 Milik Negara 284.000
5 Arloji dari Rusia No. Kep-98/KPK/IX/2006 Milik Negara 10.000.000
6 10 (sepuluh) buah voucher No. Kep-164/KPK/XI/2006 Milik Negara 1.000.000
belanja Giant (@Rp. 100.000,-)

7 Seperangkat PC senilai Rp. No. Kep-163/KPK/XI/2006 Milik Negara 4.100.000


4.100.000,- (empat juta seratus
ribu rupiah)
8 1 (satu) buah Ballpoint Parker No. Kep- Milik Negara 870.000
205/KPK/XII/2006

9 1 (satu) buah Ballpoint Mont No. Kep- Milik Negara 2.651.000


Blanc 204/KPK/XII/2006

10 1 (satu) buah Ballpoint Mont No. Kep- Milik Negara 2.651.000


Blanc 278/KPK/XII/2006

11 Hadiah sebuah Tas Tangan No. Kep- Milik Negara 250.000


senilai Rp. 250.00,- (dua ratus 208/KPK/XII/2006
lima puluh ribu rupiah) dari
rekanan

12 2 (dua) buah parsel makanan No. Kep- Milik Negara 3.950.000


kering & 6 (enam) buah parsel 181/KPK/XII/2006
berisikan barang elektronik dan
barang pecah belah

TH. 2007

1 Plakat dan Ballpoint Parker No. Kep-18A/KPK/I/2007 Milik Negara 180.000


2 Handphone dan nomor telepon No. Kep-32/KPK/II/2007 Milik Negara 3.500.000
3 Bahan batik No. Kep-34/KPK/II/2007 Milik Negara 500.000
4 Souvenir berupa koin emas (5 No. Kep- Milik Negara 3.995.000
buah) 66A/KPK/III/2007

5 2 (dua) buah bingkisan hari No. Kep-36/01/I/2008 Milik Negara 1.800.000


raya
TH. 2008
1 1 (satu) buah HP Nokia E90 No. Kep-91/01/III/2008 Milik Negara 8.350.000

BPK-RI LHP SPI – LK KPK Tahun 2008 Halaman 1 dari 2


Lampiran 2

No. Jenis Gratifikasi Surat Keputusan Status Nilai Barang

2 1 (satu) buah Ballpoint Mont No. Kep-99/01/IV/2008 Milik Negara 6.840.000


Blanc & 1 (satu) buah dompet
kulit (Credit Card Case)

3 1 (satu) buah Jam Tangan merk No. Kep-107/01/IV/2008 Milik Negara 6.969.000 SGD 1.087
Longines & 1 (satu) buah
Ballponit Mont Blanc

4 1 (satu) buah HP Huawei, 1 No. Kep-134B/01/V/2008 Milik Negara 2.250.000


(satu) buah Modem & 1 (satu)
buah buku dari Huawei

5 1 (satu) buah Salisbury Pewter No. Kep-225/01/VII/2008 Milik Negara USD 19


Jefferson Cup

6 1 (satu) buah Salisbury Pewter No. Kep-280/01/VII/2008 Milik Negara USD 19


Jefferson Cup

7 1 (satu) buah Tas Ransel, Kaos, No.Kep-234.A/01/VII/2008 Milik Negara 1.000.000


Jaket & Buku

8 1 (satu tas kerja merk “Delsey” No. Kep-280/01/IX/2008 Milik Negara 400.000
9 1 (satu) buah HP Nokia 1650 No. Kep-280/01/IX/2008 Milik Negara 670.000
10 1 (satu) buah Balpoint merk No. Kep-280/01/IX/2008 Milik Negara 300.000
“De Cambridge”

11 1 (satu) buah HP Nokia E90 No. Kep-373/01/X/2008 Milik Negara 7.650.000


12 1 (satu) buah HP Esia Hidayah No. Kep-379/01/X/2008 Milik Negara 299.000
13 1 (satu) buah HP Esia Hidayah No. Kep-380/01/X/2008 Milik Negara 299.000
14 1 (satu) buah Cincin emas 10 No. Kep-450/01/XII/2008 Milik Negara 2.700.000
(sepuluh) gram

15 1 (satu) buah Cincin dan Batu No. Kep-420D/01/XI/2008 Milik Negara 3.000.000
USD 38 +
TOTAL Rp79.658.000
SGD 1.087
Asumsi:
1 USD=Rp9.700,00
1 SGD=Rp6.700,00
Total Rp79.658.000 + Rp368.000 + Rp7.282.900 = Rp87.308.000,00

BPK-RI LHP SPI – LK KPK Tahun 2008 Halaman 2 dari 2


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2008

Nomor : 40c/HP/XIV/04/09
Tanggal : 30 April 2009
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................ i


RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ............................................ 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ............................................ 3
A. Pemantauan atas Temuan Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan Tahun 2007, 2006, 2005 dan 2004 .................. 3
B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
Undangan Tahun 2008 ......................................................................... 3
1. Pelaksanaan Anggaran Di Lingkungan KPK Belum Sepenuhnya
Sesuai Ketentuan ......................................................................... 3
2. Realisasi Pembayaran oleh KPK kepada Rekanan Penyedia Jasa
Tenaga Kerja Lepas (Outsourcing) Tidak Sesuai Ketentuan
Dalam Kontrak ............................................................................ 6
LAMPIRAN

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 i


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK) telah memeriksa Neraca Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) per 31 Desember
2008 dan 2007, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Nomor 40a/HP/XIV/04/09 Tanggal 30 April 2009.
Sebagai bagian pemerolehan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), BPK RI melakukan pengujian kepatuhan KPK terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan. Namun, pemeriksaan yang dilakukan BPK
atas Laporan Keuangan KPK tidak dirancang khusus untuk menyatakan pendapat atas
kepatuhan terhadap keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena
itu, BPK tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
BPK menemukan adanya ketidakpatuhan dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan pada KPK. Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Anggaran Di Lingkungan KPK Belum Sepenuhnya Sesuai Ketentuan.
2. Realisasi Pembayaran oleh KPK kepada Rekanan Penyedia Jasa Tenaga Kerja
Lepas (Outsourcing) Tidak Sesuai Ketentuan Dalam Kontrak, tetapi Rekanan
Penyedia Jasa Tenaga Kerja Lepas Tidak Sepenuhnya Memenuhi Kewajiban
Pembayaran Kepada Para Pihak Sebagaimana Tercantum Dalam Kontrak.
Sehubungan dengan temuan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Pimpinan KPK
agar:
1. Memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan Pegawai Negeri kepada KPA/PPK
yang terkait dengan pengadaan agar lebih memahami ketentuan yang berlaku
terkait pelaksanaan anggaran.
2. Menghitung kembali secara pasti seluruh jumlah kewajiban yang tidak dibayarkan
oleh rekanan penyedia jasa outsourcing kepada yang berhak. Selanjutnya,
melaporkan hasil perhitungan final tersebut ke BPK dan menyelesaikannya sesuai
ketentuan yang berlaku.

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 1 dari 12


Permasalahan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Jakarta, 30 April 2009


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Wakil Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Roes Nelly, Ak
Register Negara No. D-24.068

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 2 dari 12


HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

A. Pemantauan Atas Temuan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-


undangan Tahun 2007, 2006, 2005, dan 2004
1. Temuan dan saran terkait Kepatuhan Tahun 2006.
Dari 5 saran BPK RI, 2 (dua) saran selesai ditindaklanjuti dan 3 (tiga) saran
belum selesai ditindaklanjuti atau masih dipantau.
2. Temuan dan saran terkait Kepatuhan Tahun 2007.
Terdapat 1 (satu) temuan dan 4 (empat) saran yang seluruhnya telah selesai
ditindaklanjuti.
Rincian tindak lanjut atas temuan dan saran pemeriksaan BPK dapat dilihat pada
Lampiran 1.

B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan


Tahun 2008
1. Pelaksanaan Anggaran Di Lingkungan KPK Belum Sepenuhnya Sesuai
Ketentuan
Dalam Laporan Keuangan KPK Tahun 2008 (unaudited) dilaporkan bahwa
realisasi belanja KPK TA. 2008 adalah sebesar Rp204.298.576.512,00 atau 58,89
persen dari jumlah yang dianggarkan dalam DIPA sebesar Rp346.870.538.000,00.
Anggaran dan realisasi belanja tahun 2008 menurut jenis belanja adalah sebagai
berikut:
No. Jenis Belanja Anggaran Realisasi Sisa %

1. Belanja Pegawai 111.932.138.000 98.476.162.339 13.455.975.661 87,98


2. Belanja Barang 136.502.528.000 73.457.273.465 63.045.254.535 53,81
3. Belanja Modal 98.435.872.000 32.365.140.708 66.070.731.292 32,88
Jumlah 346.870.538.000 204.298.576.512 142.571.961.488 58,89

Hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pelaksanaan anggaran


belanja barang yang dilaksanakan melalui kontrak/SPK diketahui sebagai berikut:
a. Deputi Bidang Informasi dan Data (Inda) telah memborongkan pekerjaan
pengadaan jasa sewa Personal Computer sejumlah 35 unit melalui kontrak
No. PRJ/20/44/63/IV/2008 tanggal 12 Mei 2008, yang dilaksanakan oleh PT
Aldy Berkah Sejahtera-Jakarta dengan nilai Rp203.915.250,00 (termasuk
PPN). Jangka waktu pelaksanaan selama 9 bulan (1 Juni 2008 s.d. 28 Feb
2009). Hasil pemeriksaan atas dokumen pembayaran diketahui hal sebagai
berikut:

1) Untuk tahap I telah dilakukan pembayaran sebesar Rp113.286.250,00


sesuai SP2D No. 117184k tanggal 11 Nopember 2008. Pembayaran

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 3 dari 12


tersebut untuk periode penggunaan komputer bulan Juni s.d. Oktober
2008 (5 bulan);
2) Untuk tahap II telah dilakukan pembayaran sebesar Rp90.629.000,00
sesuai SP2D No. 121398k tanggal 20 Nopember 2008. Pembayaran
tersebut untuk periode penggunaan komputer bulan Nopember 2008 s.d.
Pebruari 2009;
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pembayaran untuk tahap II
tersebut meliputi jasa penggunaan komputer periode Januari dan Pebruari
2009 sebesar Rp45.314.500,00. Pembayaran tersebut dilakukan sebelum jasa
diterima oleh KPK dan melampaui tahun anggaran yang bersangkutan.
b. Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) huruf C.2.4.1 diungkapkan
adanya utang kepada 8 (delapan) penyedia barang dan jasa sebesar
Rp623.279.529,00.
Hasil pemeriksaan secara sampling atas timbulnya utang kepada 3 (tiga)
penyedia barang dan jasa (pihak ketiga) disebabkan sebagai berikut:
1) Utang kepada ATIS System GmbH sebesar Rp412.356.000,00
disebabkan adanya kenaikan kurs valuta asing yaitu Euro yang tidak
diantisipasi sebelumnya pada saat penyusunan RKKL dan saat pengajuan
revisi anggaran. Tagihan yang belum dibayar adalah untuk pembayaran
termin ke 6 yaitu sebesar €25.772,25 atau sebesar Rp412.356.000,00
(kurs €1 = Rp16.000)
2) Utang kepada Dinas Psikologi Angkatan Udara unit Pelayanan
Masyarakat sebesar Rp146.823.529,00.
Berdasarkan perjanjian kerja sama antara KPK dan Dinas Psikologi AU
No.06/SPK/24/65/i/2008 tanggal 3 Januari 2008 disepakati kerjasama
dalam rangka penyelenggaraan assesment dan tes potensi bagi calon
pegawai KPK. Jangka waktu kontrak tersebut berakhir pada tanggal 30
Nopember 2008. Pembayaran akan dilaksanakan setelah rekanan selesai
melaksanakan assesment dan tes potensi. Namun sampai akhir tahun
anggaran 31 Desember 2008 terdapat tagihan yang belum diselesaikan
sebesar Rp146.823.529,00 dengan rincian untuk assesment centre 9
(sembilan) orang calon penyidik sebesar Rp27.000.000,00, assesment
centre untuk 37 orang calon penyidik sebesar Rp111.000.000,00, dan
assesment PAPI Kostick untuk 30 (tiga puluh) orang pegawai sebesar
Rp8.823.529,00.
3) Utang kepada PT Binaman Utama sebesar Rp40.397.500,00 terdiri dari:
a) SPK No.36/SPK/24/65/X/2008 tanggal 24 Oktober 2008 pekerjaan
Assesment Kompetensi Calon Koordinator Sekretaris Pimpinan pada
KPK. Jangka waktu kontrak berakhir pada tanggal 24 Nopember
2008. Namun sampai akhir tahun anggaran 31 Desember 2008 nilai
tagihan sebesar Rp24.887.500,00 belum dibayar;
b) SPK No.32/SPK/24/65/XI/2008 tanggal 4 Nopember 2008 pekerjaan
Assesment Kompetensi Calon Sekretaris Pimpinan pada KPK. Jangka

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 4 dari 12


waktu kontrak berakhir pada tanggal 10 November 2008. Namun
sampai akhir tahun anggaran 31 Desember 2008 nilai tagihan sebesar
Rp15.510.000,00 belum dibayar.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa penyebab timbulnya tunggakan tersebut
adalah kurangnya antisipasi KPK untuk kontrak dalam bentuk valas yang
anggarannya tersedia dalam mata uang rupiah dan adanya keterlambatan dalam
memproses dokumen-dokumen terkait untuk pengajuan pembayaran kepada
KPPN (BAST, Kuitansi, SPP, dan SPM)
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Keppres No. 42 Th 2002 Pasal 2 ayat (1b) APBN dalam suatu tahun
anggaran mencakup belanja negara yaitu semua pengeluaran negara untuk
membiayai belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui dana
perimbangan selama tahun anggaran bersangkutan;
b. Tahun anggaran adalah periode dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember;
c. Perdirjen Perbendaharaan No.47/PB/2008 tentang langkah-langkah dalam
menghadapi akhir tahun anggaran BAB III Pasal 4c: SPM-LS harus sudah
diterima KPPN paling lambat 8 (delapan) hari kerja sebelum akhir tahun
anggaran pada jam kerja.
Permasalahan tersebut mengakibatkan penyajian realisasi belanja tahun 2008 dan
Neraca KPK per 31 Desember tahun 2008 tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
Hal tersebut disebabkan KPA/PPK yang terkait dengan pengadaan tersebut
kurang memahami ketentuan yang berlaku terkait pelaksanaan anggaran.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan:
a. KPK dengan suratnya Nomor: B-400/50-52/03/2009 tanggal 6 Maret 2009
sedang meminta petunjuk dan penegasan Direktur Jenderal Perbendaharaan
terkait dengan pengadaan yang dibebankan pada DIPA tahun anggaran
berjalan, namun masa sewa melewati tahun anggaran berkenaan, serta
pembayarannya dilaksanakan sebelum masa sewa berakhir (awal persewaan)
setelah barang yang disewakan diserahterimakan ke KPK untuk digunakan.
b. Hutang
1) Atis System GmBH
Kami telah melakukan perencanaan dengan cukup baik untuk jasa
pemeliharaan Atis System GmBH. Pada awal perencanaan, asumsi kurs
rupiah untuk satu Euro adalah sebesar Rp15.000. Dalam pelaksanaannya,
dari 6 termin pembayaran yang tercantum pada kontrak, kami telah
membayarkan sebanyak 5 termin, namun untuk termin terakhir tidak bisa
kami bayarkan karena adanya gejolak kurs pada saat itu yang
menyebabkan kurs rupiah untuk satu Euro adalah sebesar Rp16.000,
sehingga sisa dana yang tersedia untuk jasa pemeliharaan Atis System
GmBH tidak mencukupi. Untuk revisi anggaran pun sudah tidak
memungkinkan lagi.

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 5 dari 12


2) Dinas Psikologi TNI AU
Adanya hutang kepada Dinas Psikologi TNI AU disebabkan oleh:
a) Pelaksanaan tes dilaksanakan di akhir tahun yaitu tanggal 10 dan 23
Desember 2008 karena kebutuhan penyidik KPK sudah mendesak
dan waktu yang disediakan oleh PTIK hanyalah di akhir tahun
tersebut, mengingat sampai dengan akhir November mahasiswa
masih menjalani kuliah dan ujian skripsi, sedangkan di awal tahun
2009 menjelang wisuda sudah harus ada keputusan penempatan dari
KPK.
b) Hasil penyelesaian pekerjaan baru diterima pada tanggal 6 Januari
2009
Assesment PAPI Kostick untuk 30 orang pegawai:
a) Hasil penyelesaian pekerjaan baru diterima pada tanggal 6 Januari
2009.
b) Biro SDM KPK sudah beberapa kali menagihkan kepada pihak
konsultan untuk mengirimkan laporan kegiatan maupun tagihan,
namun baru dikirimkan oleh konsultan pada awal tahun 2009.
3) PT Binaman Utama
a) Pelaksanaan kegiatan asesmen kompetensi untuk posisi Sekjen dan
Korsespim sudah dilaksanakan pada Bulan Oktober dan November
2008.
b) Tagihan untuk kegiatan tersebut sudah beberapa kali dimintakan
kepada pihak konsultan baik melalui telepon, e-mail, bahkan dengan
mengundang rapat untuk percepatan dokumen tagihan yang belum
dikirimkan oleh konsultan. Beberapa tagihan dapat diselesaikan
namun 2 tagihan ini sampai akhir tahun belum juga ditagihkan ke
KPK sehingga menjadi hutang kepada konsultan.
Atas permasalahan tersebut di atas BPK RI menyarankan kepada Pimpinan KPK
agar memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan Pegawai Negeri kepada
KPA/PPK dan pihak yang terkait dengan pengadaan agar lebih memperhatikan
ketentuan yang berlaku terkait pelaksanaan anggaran.

2. Realisasi Pembayaran oleh KPK kepada Rekanan Penyedia Jasa Tenaga


Kerja Lepas (Outsourcing) Tidak Sesuai Ketentuan Dalam Kontrak
Pada Tahun Anggaran 2008, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah
melaksanakan kegiatan pengadaan jasa tenaga kerja lepas (outsourcing) untuk
pengamanan gedung, pengelolaan tenaga kerja, operator ISS (Integrated Security
System), pengemudi, dan pengolahan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaran
Negara (LHKPN) sebanyak 6 (enam) kontrak dengan total nilai sebesar
Rp6.031.271.876,00.

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 6 dari 12


Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak pelaksanaan kegiatan pengadaan jasa
tersebut menunjukkan adanya biaya untuk Pajak Penghasilan (PPh), Tunjangan
Hari Raya (THR), Asuransi Kesehatan (Askes), dan Jamsostek yang terdiri dari
Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) yang diperhitungkan dalam harga satuan kontrak senilai
Rp576.291.996,00, dengan rincian sebagai berikut:
JAMSOS
No Kontrak/SPK/Pekerjaan/ PPH THR Asuransi
No TEK
Pelaksana (Rp) (Rp) Kesehatan
(Rp)
1 Kontrak No. PRJ/21/22/ 65/III/ -
2008 Tgl. 28 Maret 2008 8.543.160 48.900.600 21.118.320
Rp866.786.204,00
Jasa Pengamanan Gedung
PT Adonara Bakti Bangsa-Jkt
2 Kontrak No. PRJ/19/27/65/III/
2008 Tanggal 31 Maret 2008 21.442.500 31.719.780 16.137.864 44.496.000
Kontrak Harga Satuan
Rp848,936,729.00
Jasa Pengelolaan tenaga kerja
PT Personal Alih Daya-Jkt
3 Kontrak No. PRJ/20/41/65/IV/
2008 Tanggal 28 April 2008 10.398.248 39.715.472 22.304.256 24.304.000
Rp519,564,210.00
Jasa Teknisi dan Operator ISS
PT Personal Alih Daya-Jkt
4 Kontrak No. PRJ/25/43/ 65/V/
2008 Tanggal 30 Mei 2008 7.980.000 13.300.056 6.767.040 8.400.000
Rp359.507.988,00
Jasa Pengemudi
PT Personal Alih Daya-Jkt
5 Kontrak No. 01/SP/PPK. DGAH/
KPK/I/2008 Tanggal 2 Jan 2008 - 94.750.000 69.408.600 81.648.000
Rp3.215.178.745,00
Jasa Pengolahan LHKPN
PT GRHA Humanindo
Manajemen-Jkt
6 Kontrak No. PRJ-23/42/65/V/ -
2008 Tgl. 30 Mei 2008 4.958.100 - -
Rp221.298.000,00
Sewa kendaraan roda 4 dan
pengemudi
PT Serasi Autoraya-Jkt
Jumlah 53.322.008 228.385.908 135.736.080 158.848.000
Total 576.291.996

Hasil pemeriksaan selanjutnya secara uji petik terhadap bukti-bukti pembayaran


PPh Pasal 21, THR, Jamsostek, dan Askes yang dilakukan oleh 4 (empat)
rekanan atas kewajiban karyawannya yang ditempatkan di KPK menunjukkan
adanya kelebihan pembayaran yang dilakukan oleh KPK sebagai berikut:
a. Kontrak Pengadaan Jasa Pengemudi yang dilaksanakan oleh PT Personel
Alih Daya-Jkt, diketahui sebagai berikut:
1) PPh Pasal 21 yang diperhitungkan dalam tagihan adalah sebesar
Rp7.980.000,00. Namun tidak ada bukti pembayarannya.
2) THR yang diperhitungkan dalam tagihan sebesar Rp13.300.056,00
sedangkan realisasi pembayaran oleh rekanan kepada karyawan adalah
sebesar Rp6.650.028,00, sehingga terjadi kelebihan perhitungan THR
sebesar Rp6.650.028,00
Dengan demikian total kelebihan pembayaran kepada rekanan sebesar
Rp14.630.028,00 (Rp7.980.000,00 + Rp6.650.028,00)

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 7 dari 12


b. Kontrak Pengadaan Jasa Pengolahan Tenaga Kerja yang dilaksanakan oleh
PT Personel Alih Daya-Jkt, hasil pemeriksaan diketahui:
1) PPh Pasal 21 yang diperhitungkan oleh rekanan sebesar Rp21.197.500,00
sedangkan realisasi pembayaran sebesar Rp4.454.300,00 sehingga terjadi
kelebihan perhitungan PPh sebesar Rp16.743.200,00
2) THR yang diperhitungkan oleh rekanan sebesar Rp31.366.645,00
sedangkan realisasi pembayaran sebesar Rp23.794.666.00, sehingga
terjadi kelebihan perhitungan THR sebesar Rp7.571.979,00
Dengan demikian total kelebihan pembayaran kepada rekanan sebesar
Rp24.315.179,00 (Rp16.743.200,00 + Rp7.571.979,00)
c. Kontrak Pengadaan Jasa Teknisi dan Operator ISS yang dilaksanakan oleh
PT Personel Alih Daya-Jkt. Hasil pemeriksaan atas data pembayaran yang
diperoleh, diketahui sebagai berikut:
1) THR yang diperhitungkan oleh rekanan sebesar Rp32.324.376,00,
sedangkan berdasarkan bukti pembayaran, jumlah yang diberikan kepada
karyawan adalah sebesar Rp16.504.432,00. Sehingga terjadi kelebihan
perhitungan sebesar Rp15.819.944,00
2) PPh Pasal 21 yang diperhitungkan oleh rekanan sebesar Rp8.349.040,00,
sedangkan berdasarkan bukti pembayaran, jumlah yang disetor adalah
sebesar Rp2.482.700,00. Sehingga terjadi kelebihan perhitungan sebesar
Rp5.866.340,00
3) Jamsostek yang diperhitungkan oleh rekanan sebesar Rp18.153.408,00,
sedangkan berdasarkan bukti pembayaran, jumlah yang dibayar adalah
sebesar Rp9.068.088,00. Sehingga terjadi kelebihan perhitungan sebesar
Rp9.085.320,00
4) Askes yang diperhitungkan oleh rekanan sebesar Rp19.992.000,00,
sedangkan berdasarkan bukti pembayaran, jumlah yang disetor adalah
sebesar Rp11.925.718,00. Sehingga terjadi kelebihan perhitungan sebesar
Rp8.066.282,00
Dengan demikian total kelebihan pembayaran kepada rekanan atas
pengadaan jasa teknisi dan operator ISS sebesar Rp38.837.886,00
(Rp15.819.944,00 + Rp5.866.340,00 + Rp9.085.320,00 + Rp8.066.282,00)
d. Kontrak Pengadaan Jasa Pengolahan LHKPN yang dilaksanakan oleh PT
GRHA Humanindo-Jkt. Hasil pemeriksaan atas data pembayaran yang
diperoleh, diketahui sebagai berikut:
1) Total premi Jamsostek selama 1 (satu) tahun yang diperhitungkan dalam
tagihan adalah sebesar Rp69.408.600,00, sedangkan realisasinya adalah
sebesar Rp66.418.560,00. Sehingga terdapat kelebihan pembayaran
kepada rekanan sebesar Rp2.990.040,00.
2) THR yang diperhitungkan dalam tagihan adalah sebesar
Rp94.750.000,00. Sedangkan realisasi pembayaran THR kepada

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 8 dari 12


karyawan sebesar Rp90.831.000,00. Sehingga terdapat kelebihan
pembayaran kepada rekanan sebesar Rp3.919.000,00.
3) Biaya untuk Askes selama 1 (satu) tahun yang diperhitungkan dalam
tagihan sebesar Rp81.648.000,00, sedangkan realisasinya adalah sebesar
Rp65.334.453,00. Sehingga terdapat kelebihan pembayaran sebesar
Rp16.313.547,00.
4) Rekanan juga mengenakan fee atas THR karyawan yang diperhitungkan
dalam tagihan sebesar 15% x Rp94.750.000,00 = Rp14.212.500,00.
Dengan demikian total kelebihan pembayaran kepada rekanan sebesar
Rp37.435.087,00 (Rp2.990.040,00 + Rp3.919.000,00 + Rp16.313.547,00 +
Rp14.212.500,00).
e. Kontrak pengadaan Jasa Pengamanan Gedung KPK oleh PT Adonara Bakti
Bangsa-Jkt (PT ABB) senilai Rp866.786.204,00. Realisasi pembayaran
adalah sebesar Rp866.786.204,00 (100%). Hasil pemeriksaan diketahui
sebagai berikut:
1) PPh Pasal 21 yang diperhitungkan dalam tagihan adalah sebesar
Rp8.543.160,00. Namun berdasarkan hasil rekap yang dibuat oleh PT
ABB dan bukti pembayaran PPh pasal 21 berupa SPT Tahunan, jumlah
PPh yang disetor oleh rekanan hanya sebesar Rp3.255.931,00, sehingga
terjadi kelebihan perhitungan PPh oleh rekanan sebesar Rp5.287.229,00
(Rp8.543.160,00 – Rp3.255.931,00).
2) Berdasarkan hasil rekap yang dibuat oleh PT ABB, realisasi pembayaran
Tunjangan Hari Raya (THR) oleh rekanan untuk 50 karyawannya yang
ditempatkan di KPK sebesar Rp28.694.000,00 sedangkan yang
diperhitungkan oleh rekanan dalam tagihan adalah sebesar
Rp48.900.600,00. Sehingga terjadi kelebihan pembayaran sebesar
Rp20.206.600,00 (Rp48.900.600,00 – Rp28.694.000,00).
3) Dalam BA Koreksi Aritmetika Biaya No. BA/12/22/60/III/2008 tanggal
3 Maret 2008, terhadap penawaran PT ABB, yang ditandatangani
Koordinator ULP dan pihak rekanan, terdapat kesalahan aritmetik berupa
kelebihan perhitungan gaji personil untuk 48 orang karyawan (3 orang
komandan regu dan 45 orang security guard) masing-masing sebesar
Rp35.000/orang/bulan. Sehingga perhitungan harga satuan untuk gaji
personil sebelum PPN lebih tinggi dari seharusnya sebesar
Rp15.120.000,00 (48 orang x 9 bulan x Rp35.000,00).
Dengan demikian total kelebihan pembayaran kepada rekanan adalah sebesar
Rp40.613.829,00 (Rp5.287.229,00 + Rp20.206.600,00 + Rp15.120.000,00).
f. Kontrak pengadaan Jasa Sewa kendaraan roda 4 dan pengemudi yang
dilaksanakan oleh PT Serasi Autoraya-Jkt, diketahui bahwa PPh yang
diperhitungkan oleh rekanan adalah PPh Pasal 23 (PPh Badan) yang tidak
terkait dengan kesejahteraan karyawan yang ditempatkan di KPK, yaitu
sebesar 1,5 % senilai Rp2.047.500,00 untuk unit dan 4,5% senilai
Rp2.910.600,00 untuk driver. Total PPh pasal 23 yang diperhitungkan
rekanan adalah sebesar Rp4.958.100,00.

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 9 dari 12


(Perhitungan terinci pada lampiran 2)
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2006 Tentang Perubahan IV Keppres No.
80 Tahun 2003 Pasal 9 ayat (3h) yang menyatakan bahwa Tugas Pokok PPK
adalah mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
b. Hak dan Kewajiban Pihak Kedua yang diatur dalam kontrak menyebutkan
antara lain bahwa:
1) Pembayaran gaji, asuransi, dan kompensasi lainnya oleh Pihak Kedua
kepada tenaga kerja dilakukan secara teratur dan terencana dengan harga
satuan pekerjaan sebagaimana tercantum dalam lampiran tentang harga
satuan pekerjaan dan rincian harga
2) Memberikan laporan pelaksanaan pembayaran gaji, biaya kesehatan,
THR, dan iuran Jamsostek sesuai harga satuan yang dimaksud dalam
lampiran
3) Wajib membayar gaji dan/atau upah tenaga kerja pengolahan LHKPN
yang bekerja di Kantor sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
secara teratur dan terencana
Permasalahan tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran kepada rekanan
penyedia jasa tenaga kerja lepas (outsourcing) minimal sebesar
Rp160.790.109,00 dengan rincian sebagai berikut:
a. PT Personel Alih Daya sebesar Rp77.783.093,00 (Rp14.630.028,00 +
Rp24.315.179,00 + Rp38.837.886,00)
b. PT GRHA Humanindo-Jkt sebesar Rp37.435.087,00 (Rp2.990.040,00 +
Rp3.919.000,00 + Rp16.313.547,00 + Rp14.212.500,00)
c. PT Adonara Bakti Bangsa-Jkt (PT ABB) sebesar Rp40.613.829,00
d. PT Serasi Autoraya-Jkt sebesar Rp4.958.100,00
Hal tersebut disebabkan oleh kelalaian Pejabat Pembuat Komitmen dalam
memastikan bahwa rekanan penyedia jasa tenaga kerja lepas (outsourcing) telah
melaksanakan kewajiban pembayaran sesuai dengan kontrak sebelum menyetujui
untuk dilakukan pembayaran atas tagihan rekanan tersebut.
Atas permasalahan tersebut KPK memberikan tanggapan antara lain:
a. Bahwa kriteria/spesifikasi pekerjaan yang ditetapkan oleh KPK didalam
KAK untuk pengadaan jasa pengelolan tenaga kerja (outsourcing) adalah
untuk memastikan bahwa Penyedia Jasa harus memenuhi kewajiban terhadap
tenaga kerja sesuai dengan aturan ketenagakerjaan yang berlaku, agar
kualitas output hasil kegiatan dari pekerjaan jasa outsourcing memenuhi
persyaratan yang diminta;
b. Bahwa harga penawaran dari para peserta lelang diminta untuk menguraikan
secara rinci komponen biaya yang ditawarkan karena komponen tersebut
merupakan faktor penentu dalam mendapatkan kualitas out put hasil kegiatan

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 10 dari 12


jasa outsorcing yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam KAK, hal
tersebut sesuai ketentuan Keppres 80 tahun 2003 Bab II A.1.f.5) yaitu :
1) huruf e. Daftar kuantitas dan harga setiap jenis/item pekerjaan untuk
kontrak harga satuan diisi dengan lengkap kecuali ditentukan lain dalam
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
2) Huruf f. Analisis pekerjaan utama harus disampaikan dengan lengkap
sesuai yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
c. Disamping penjelasan tersebut, rincian surat penawaran dimaksudkan juga
untuk memudahkan evaluasi/penilaian harga penawaran dari para peserta
lelang apakah penawaran tersebut memuat secara lengkap kewajiban-
kewajiban seperti upah, pemberian THR, pemberian Jamsostek, PPh bagi
tenaga kerja akan dilakukan oleh Penyedia Jasa dan apakah nilai masing-
masing komponen yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa dapat memberikan
kesejahteraan yang wajar bagi para tenaga kerja yang akan dikirim ke KPK.
d. Di dalam lampiran Perjanjian ditampilkan kembali biaya-biaya penawaran
dari Pemenang Pelelangan umum dengan alasan :
1) Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas dalam pelaksanaan pekerjaan
yang berarti bahwa pelaksaan pekerjaan harus mencapai sasaran baik
fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran tugas umum KPK
sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam
pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keppres 80 Tahun
2003.
2) Untuk memudahkan PPK melakukan pengawasan pelaksanaan kontrak
oleh Penyedia Jasa terutama tentang pemenuhan ketentuan
ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam UU No.13 tahun 2003, UU
No. 3 Tahun 1992 dan UU No. 17 Tahun 2000.
3) Untuk mengikat Penyedia Jasa agar di dalam memberikan kompensasi
tenaga kerja mempunyai dasar yang jelas dan tidak diskriminatif.
e. Bahwa berdasarkan Pasal 5 (Hak dan Kewajiban Pihak Kedua) Perjanjian
No. PRJ/19/27/65/III/2008 Tanggal 31 Maret 2008 disebutkan :
1) Ayat 2 Huruf (f) PIHAK KEDUA (Penyedia Jasa) Bertanggung jawab
atas semua masalah hubungan ketenagakerjaan yang menyangkut pekerja
yang bekerja di lokasi PIHAK PERTAMA termasuk tapi tidak terbatas
pada perlindungan tenaga kerja, upah, kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
2) Ayat 2 Huruf (g) PIHAK KEDUA (Penyedia Jasa) wajib membebaskan
PIHAK PERTAMA dari semua tuntutan dan/atau gugatan yang timbul
akibat hubungan ketenagakerjaan antara PIHAK KEDUA dengan Tenaga
Kerja.
3) Ayat 2 Huruf (h) PIHAK KEDUA (Penyedia Jasa) wajib melakukan
Pembayaran gaji, asuransi dan kompensasi lainnya yang dilakukan oleh
PIHAK KEDUA kepada petugas, dilakukan secara teratur dan terencana

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 11 dari 12


setiap bulan pada tanggal 1 (satu) bulan berikutnya dengan Harga Satuan
Pekerjaan untuk masing-masing posisi sebagaimana yang tercantum
dalam Lampiran III Perjanjian ini.
f. Bahwa berdasarkan pasal 13 (Hak dan Kewajiban Pihak Kedua) Perjanjian
No. 01/SP/PPK.DGAH/KPK/I/2008 Tanggal 2 Januari 2008 disebutkan:
1) Ayat 2 Huruf (c) PIHAK KEDUA (Penyedia Jasa) bertanggung jawab
atas semua masalah hubungan ketenagakerjaan yang menyangkut tenaga
kerja Pengolahan LHKPN yang bekerja di lokasi Pekerjaan termasuk
tapi tidak terbatas pada perlindungan tenaga kerja, upah, kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja Pengolahan LHKPN dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2) Ayat 2 huruf (d) PIHAK KEDUA (Penyedia Jasa) wajib membayar gaji
dan/atau upah tenaga kerja pengolahan LHKPN yang bekerja di Kantor
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara teratur dan
terencana
3) Ayat 2 huruf (e) PIHAK KEDUA (Penyedia Jasa) wajib Membebaskan
PIHAK PERTAMA dari semua tuntutan dan/atau gugatan yang timbul
akibat hubungan ketenagakerjaan antara PIHAK KEDUA dengan Tenaga
Kerja pengelolaan tenaga kerja pengolahan LHKPN sebagaimana dimuat
dalam pasal 13 ayat 2 huruf c.
g. Disadari bahwa proses pelelangan maupun kontrak tenaga Outsorcing di
KPK masih mencari bentuk yang paling efektif dan efisien seperti arahan
Keppres 80 yaitu memilih cara evaluasi yang paling tepat dan bentuk kontrak
yang paling tepat sehingga tidak menimbulkan kerugian, pelanggaran
ketentuan oleh KPK selaku Pengguna Jasa, vendor selaku Penyedia Jasa, dan
tidak merugikan tenaga kerja selaku pelaksana pekerjaan. Tentunya
kedepannya perbaikan prosedur pengadaan untuk lebih lebih sempurnanya
kontrak outsourcing ini akan tetap dilakukan oleh KPK.
Atas permasalahan tersebut di atas BPK RI menyarankan kepada Pimpinan KPK
agar menghitung kembali secara pasti seluruh jumlah kewajiban yang tidak
dibayarkan oleh rekanan penyedia jasa outsourcing kepada yang berhak.
Selanjutnya, melaporkan hasil perhitungan final tersebut ke BPK dan
menyelesaikannya sesuai ketentuan yang berlaku.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

BPK-RI LHP Kepatuhan - LK KPK Tahun 2008 Halaman 12 dari 12


Lampiran 1

Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2007
Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Tindak Lanjut
Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang Belum sesuai/
2005 2004 Sesuai Ditindak
Diperiksa Pantau
lanjuti
1 Pengadaan infrastruktur Rp8.209 juta 1) Pimpinan KPK agar Pimpinan KPK telah X
pengamatan bergerak senilai menegur Sekjen untuk menegur Sekjen
Rp8.209 juta dikerjakan meningkatkan pengendalian sebagaimana surat no.
sebelum perjanjian/kontrak dan pengawasan atas ND- 02/01/08/2008
ditandatangani. pelaksanaan pengadaan tanggal 28 Agustus
barang/jasa. 2008.
2) Sekjen menegur Panitia Sekjen telah menegur X
Pengadaan Barang/Jasa Panitia Pengadaan
supaya lebih teliti dan Barang /Jasa sesuai
cermat dalam melaksanakan surat no. ND-
tugas. 234/50/07/2008 tanggal
28 Juli 2008.
3) Sekjen menegur para pihak Pimpinan KPK telah X
yang menandatangani menegur Sekjen
kontrak supaya menaati sebagaimana surat no.
KAK yang telah disepakati. ND- 02/01/08/2008
tanggal 28 Agustus
2008.
4) Sekjen menegur perencana Sekjen telah menegur X
pengadaan infrastruktur perencana pengadaan
pengamatan bergerak supaya infrastruktur
lebih optimal dalam pengamatan bergerak
melaksanakan tugas. surat no.
236/50/07/2008 tanggal
28 Juli 2008
Jumlah 4 - -

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK KPK Tahun 2008 Halaman 3 dari 3


Lampiran 1

Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut


Tindak Lanjut
Belum Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang
2005 2004 Sesuai sesuai/ Ditindak
Diperiksa
Pantau lanjuti
disetorkan ke Kas
Negara.
Rp1.145 juta 2) Memungut sanksi denda sda X
keterlambatan pekerjaan
kepada PT BT sebesar
Rp1.145 juta dan
menyetorkan ke Kas
negara.

Rp2.290 juta 3) Menyelesaikan proses sda X


pencairan jaminan
pelaksanaan sebesar
Rp2.290 juta.
3 Pekerjaan Renovasi Gedung Eks Sekjen KPK agar PT BAI telah X
Bank Papan Sejahtera tidak memperhitungkan melunasi segala
sesuai ketentuan yang berlaku pembayaran material hasil kewajibannya.
bongkaran gedung sebesar
Rp500 juta.
Jumlah 2 3

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK KPK Tahun 2008 Halaman 2 dari 3


Lampiran 1

PEMANTAUAN TINDAK LANJUT KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


A. Tindak Lanjut Temuan Kepatuhan Terhadap peraturan Perundang-undangan Tahun 2004, 2005 dan 2006
Tahun 2006 terdapat 2 (dua) saran selesai ditindaklanjuti dan 3 (tiga) saran belum sesuai/pantau yaitu:
Temuan Berulang Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Tindak Lanjut
Belum Belum
No Temuan BPK Nilai temuan Rekomendasi Entitas Yang
2005 2004 Sesuai sesuai/ Ditindak
Diperiksa
Pantau lanjuti
1 Lima buah laptop senilai Sekjen KPK agar segera Permohonan KPK X
Rp97,88 juta yang hilang sejak menindaklanjuti kehilangan kepada Menkeu (jika
tahun 2006 belum diproses barang inventaris tersebut (5 tentang penghapusan ditemukan
penyelesaiannya. buah laptop) dan apabila BMN surat No. B- bukti baru
terbukti ada unsur kelalaian 568/50/II/2008 tgl 14 akan
dari pejabat/pegawai KPK Maret 2008 dan B- dikenakan
supaya dilakukan proses 1357/50/VI/2008 tgl TGR)
TGR sesuai ketentuan yang 5 Juni 2008 telah
berlaku. disetujui Menteri
Keuangan No. S-
0506/WKN.7/KP.03/
2008 tgl 11 Juni
2008. Sesuai
Keputusan Pimpinan
KPK No.
117/01/IV/2008 tgl
25 April 2008 bahwa
persetujuan
rekomendasi
penghapusan tersebut
tidak dikenakan
TGR.
2 Pengadaan peralatan multi Rp916 juta Sekjen agar: Saat ini proses X
komunikasi monitoring dan 1) Meminta PT BT untuk pengadilan BANI
perekaman paket monitoring segera mengembalikan telah sampai kepada
center tidak sesuai ketentuan sisa uang muka sebesar tahap mediasi
yang berlaku Rp916 juta dan

BPK-RI LHP Kepatuhan – LK KPK Tahun 2008 Halaman 1 dari 3


Lampiran 2
1 Kontrak No. PRJ/21/22/65/III/2008 Tanggal 28 Maret 2008
PT Adonara Bakti Bangsa-Jakarta
Tgl. Selesai 31 des 2008
Pengadaan Jasa Pengamanan Gedung KPK
Nilai Konrak Rp866.786.204,00 (termasuk PPN)

PPH THR Jamsostek


No Uraian Jml
Jk Waktu Tarif Total Tarif Total Tarif Total
1 chief security 1 9 55.000 495.000 133.400 1.200.600 57.600 518.400
2 administrasi 1 9 9.000 81.000 111.200 1.000.800 48.000 432.000
3 komandan regu 3 9 23.130 624.510 108.100 2.918.700 46.685 1.260.495
4 security guard 45 9 18.130 7.342.650 108.100 43.780.500 46.685 18.907.425
Jumlah 8.543.160 48.900.600 21.118.320
Dibayar 3.255.931 28.694.000
Selisih 5.287.229 20.206.600

Note:
- PPH berdasarkan hasil rekap PT ABB dan SPT yang diberikan kepada Tim BPK
- THR berdasarkan hasil rekap PT ABB dan bukti pembayaran yang diberikan kepada Tim BPK

2 Kontrak No. PRJ/25/43/65/V/2008 Tanggal 30 Mei 2008


PT Personel Alih Daya-Jakarta
Tgl. Selesai 31 des 2008
Pengadaan Jasa Pengemudi
Nilai Konrak Rp359.507.988,00 (termasuk PPN)

PPH, THR, Jamsostek, dan Askes yang diperhitungkan dalam Tagihan:

PPH THR
7.980.000,00 13.300.056

Realisasi Pembayaran :
Selisih Lebih Pembayaran
PPh 0 7.980.000
THR 6.650.028 6.650.028
14.630.028
4 Kontrak No. 01/SP/PPK.DGAH/KPK/I/2008 Tanggal 2 Jan 2008
PT GRHA Humanindo Manajemen-Jakarta
Tgl. Selesai 31 des 2008
Pengadaan Jasa Pengolahan LHKPN
Nilai Konrak Rp3.215.178.745,00 (termasuk PPN)

Jamsostek, THR, dan Askes yang diperhitungkan dalam tagihan :

Jamsostek THR Askes


No Uraian Jml Jk Waktu
Tarip/bulan Total Total Tarip/bulan Total
1 Supervisor 4 12 73.133 3.510.384 6.960.000 84.000 4.032.000
2 Staf senior 14 12 71.510 12.013.680 18.060.000 84.000 14.112.000
3 Staf 62 12 70.799 52.674.456 67.580.000 84.000 62.496.000
4 Team leader 1 12 100.840 1.210.080 2.150.000 84.000 1.008.000
81 69.408.600 94.750.000 81.648.000

Realisasi Pembayaran Jamsostek, THR, dan Askes Kepada yang berhak :

No Bulan Jamsostek THR Askes Total


1 Januari 5.534.880 65.334.453
2 Pebruari 5.534.880
3 Maret 5.534.880
4 April 5.534.880
5 Mei 5.534.880
6 Juni 5.534.880
7 Juli 5.534.880
8 Agustus 5.534.880
9 September 5.534.880 90.831.000
10 Oktober 5.534.880
11 Nopember 5.534.880
12 Desember 5.534.880
Jumlah 66.418.560 90.831.000 65.334.453 222.584.013
69.408.600 94.750.000 81.648.000 245.806.600
Selisih Lebih 2.990.040 3.919.000 16.313.547 23.222.587
Fee atas THR 14.212.500
Kelebihan Pembayaran 37.435.087
3 Kontrak No. PRJ/19/27/65/III/2008 Tanggal 31 Maret 2008
PT Personel Alih Daya-Jakarta
Tgl. Selesai 31 Des 2008
Pengadaan Jasa Pengelolaan tenaga kerja

April
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 6 77.500 465.000 110.883 665.298 56.392 338.352 154.500 927.000
3 administrasi level 3 s/O 3 85.000 255.000 123.333 369.999 62.752 188.256 154.500 463.500
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o - 75.000 - 106.667 - 54.272 - 154.500 -
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
32 2.385.000 3.528.636 1.795.216 4.944.000

MEI
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 6 77.500 465.000 110.883 665.298 56.392 338.352 154.500 927.000
3 administrasi level 3 s/O 2 85.000 170.000 123.333 246.666 62.752 125.504 154.500 309.000
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o - 75.000 - 106.667 - 54.272 - 154.500 -
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
31 2.300.000 3.405.303 1.732.464 4.789.500

JUNI
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 6 77.500 465.000 110.883 665.298 56.392 338.352 154.500 927.000
3 administrasi level 3 s/O 2 85.000 170.000 123.333 246.666 62.752 125.504 154.500 309.000
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o - 75.000 - 106.667 - 54.272 - 154.500 -
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
31 2.300.000 3.405.303 1.732.464 4.789.500
JULI
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 6 77.500 465.000 110.883 665.298 56.392 338.352 154.500 927.000
3 administrasi level 3 s/O 2 85.000 170.000 123.333 246.666 62.752 125.504 154.500 309.000
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o - 75.000 - 106.667 - 54.272 - 154.500 -
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
31 2.300.000 3.405.303 1.732.464 4.789.500

Agustus
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 5 77.500 387.500 110.883 554.415 56.392 281.960 154.500 772.500
3 administrasi level 3 s/O 3 85.000 255.000 123.333 369.999 62.752 188.256 154.500 463.500
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o 1 75.000 75.000 106.667 106.667 54.272 54.272 154.500 154.500
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
32 2.382.500 3.524.420 1.793.096 4.944.000

September
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 5 77.500 387.500 110.883 554.415 56.392 281.960 154.500 772.500
3 administrasi level 3 s/O 3 85.000 255.000 123.333 369.999 62.752 188.256 154.500 463.500
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o 1 75.000 75.000 106.667 106.667 54.272 54.272 154.500 154.500
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
32 2.382.500 3.524.420 1.793.096 4.944.000

Oktober
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 5 77.500 387.500 110.883 554.415 56.392 281.960 154.500 772.500
3 administrasi level 3 s/O 3 85.000 255.000 123.333 369.999 62.752 188.256 154.500 463.500
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o 1 75.000 75.000 106.667 106.667 54.272 54.272 154.500 154.500
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
32 2.382.500 3.524.420 1.793.096 4.944.000
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
Nopember
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 5 77.500 387.500 110.883 554.415 56.392 281.960 154.500 772.500
3 administrasi level 3 s/O 3 85.000 255.000 123.333 369.999 62.752 188.256 154.500 463.500
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o 1 75.000 75.000 106.667 106.667 54.272 54.272 154.500 154.500
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
32 2.382.500 3.524.420 1.793.096 4.944.000

Desember
PPH THR Jamsostek 4,24% Kesehatan
No Uraian Jml
Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total Tarip/bln Total
1 administrasi level 2 K/O 2 77.500 155.000 110.833 221.666 56.392 112.784 154.500 309.000
2 administrasi level 2 s/O 5 77.500 387.500 110.883 554.415 56.392 281.960 154.500 772.500
3 administrasi level 3 s/O 3 85.000 255.000 123.333 369.999 62.752 188.256 154.500 463.500
4 administrasi level 4 s/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
5 administrasi level 4 k/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
6 administrasi level 5 s/O 1 105.000 105.000 156.667 156.667 79.712 79.712 154.500 154.500
7 Sekretaris level 1S/O 1 90.000 90.000 131.667 131.667 66.992 66.992 154.500 154.500
8 Sekretaris level 2S/O 1 127.500 127.500 194.167 194.167 98.792 98.792 154.500 154.500
9 kurir level 1 k/o 1 75.000 75.000 106.667 106.667 54.272 54.272 154.500 154.500
10 kurir level 2 k/o 1 82.500 82.500 119.167 119.167 60.632 60.632 154.500 154.500
11 administrasi hukum level 1 s/o 1 85.000 85.000 123.333 123.333 62.752 62.752 154.500 154.500
12 pramusaji level 1 k/o 7 60.000 420.000 91.667 641.669 46.640 326.480 154.500 1.081.500
13 pramusaji level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
14 office boy level 1 s/o 3 60.000 180.000 91.667 275.001 46.640 139.920 154.500 463.500
15 office boy level 1 k/o 1 60.000 60.000 91.667 91.667 46.640 46.640 154.500 154.500
32 2.382.500 3.524.420 1.793.096 4.944.000

You might also like