You are on page 1of 21

Bahasa 1

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang
mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap
digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam
tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan
huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda
tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.

1. Penggunaan Huruf Besar atau Huruf Kapital


a. Huruf pertama kata ganti "Anda"
- Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
- Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan PS3.
b. Huruf pertama pada awal kalimat.
- Ayam kampus itu sudah ditertibkan oleh aparat pada malam jumat kliwon kemarin.
- Anak itu memang kurang ajar.
- Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.
c. Huruf pertama unsur nama orang
- Yusuf Bin Sanusi
- Albert Mangapin Sidabutar
- Slamet Warjoni Jaya Negara
d. Huruf pertama untuk penamaan geografi
- Bunderan Senayan
- Jalan Kramat Sentiong
- Sungai Ciliwung
e. Huruf pertama petikan langsung
- Pak kumis bertanya, "Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?"
- Si panjul menjawab, "Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah jambu
monyet".
- "Ngemeng aja lu", kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.
f. Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
- Camat Pesanggrahan
- Profesor Zainudin Zidane Aliudin
- Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g. Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali
kata dan).
- Mahkamah Internasional
- Republik Rakyat Cina
- Badan Pengembang Ekspor Nasional

Bahasa 1
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan
asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa
Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB).

Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan


pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah".

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci


 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
 awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di
rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli,
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca
sesuai EYD
Bahasa 1
BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang

Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang
mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 Agustus 1972. Ejaan ini masih tetap
digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam
tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan
huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma,
tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elips, dan tanda garis miring.
Setelah menguasai EYD barulah seseorang baru bisa membuat sebuah kalimat. Kalimat-kalimat
tersebut dibuat berdasarkan EYD yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972. Semua orang
tentu bisa membuat sebuah kalimat,tetapi tidak semua orang bisa membuat sebuah kalimat
yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi dari
pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam
penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau
pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan.Paragraf merupakan gabungan
dari beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan. Dengan adanya paragraf pembaca dapat
dengan mudah mengenali topik-topik yang dibahas dalam sebuah tulisan. Oleh karena itu
paragraf sangat diperlukan karena memudahkan pembaca dalam memahami suatu tulisan.
Tetapitidak semua paragraf membantu pembaca dalam memahami bacaan, karena suatu
paragraf yang baik mempunyai standar-standar tertentu agar para pembaca dengan mudah
memahami suatu bacaan.Dalam pembuatan karya ilmiah seperti skripsi, makalah, buku
diperlukan pemahaman yang baik tentang tata bahasa Indonesia. Syarat yang paling utama
yang harus dikuasai oleh seorang penulis adalah pemahaman tentang EYD, kalimat efektif serta
cara membuat paragraf yang baik. Oleh karena itulah penulis merasa perlu mengangkat tema
tersebut dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis serta pembaca sekalian.

Masalah

Pada makalah ini penulis mencoba meneliti kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan
juranalAnalisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan
Laporan Keuangan. Seperti penggunaan tanda koma, huruf besar, kata serapan dan lain-lain.
Selain itu penulis juga membahas apakah kalimat dalam jurnal tersebut sudah efektif atau
belum. Penulis juga akan menganalisa paragraf-paragraf yang terdapat dalam jurnal yang
diteliti. Analisa paragraf tersebut menyangkut tentang kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh
sebuah paragraf yang baik seperti kesatuan gagasan, koherensi serta teknik pengembangan
paragraf.
1.3Ruang Lingkup.

Agar tulisan ini tidak melenceng dari pembahasan yang sudah ditetapkan maka penulis merasa
perlu menetapkan ruang lingkup masalah yang akan dibahas yaitu :1.EYD.Membahas tata cara
pemakaian huruf besar, tanda baca titik, tanda baca koma, penggunaan tanda koma dan unsur
serapan.2.Kalimat efektif.Membahas kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah kalimat
agar menjadi sebuah kalimat efektif yaitu keserasian hubungan makna, pemilihan kata yang
tepat, konteks yang mubazir dalam kalimat serta kata yang bermakna
jamak.3.Paragraf.Membahas bagaimana mengenali sebuah paragraf yang baik yaitu
terpenuhinya standar-standar tertentu. Standar paragraf yang baik

tersebut adalah mempunyai satu gagasan dan memperlihatkan koherensi. Selain itu makalah ini
juga membahas teknik pengembangan paragraf dalam jurnal yang diteliti.

1.4Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis salam pembuatan makalah ini adalah :1.Dapat
memahami penggunaan huruf besar,tanda koma, tanda titik, pemakaian huruf miring,
penggunaan kata depan dan unsur serapan.2.Dapat memahami bagaimana cara membuat
sebuah kalimat yang efektif.3.Dapat memahami bagaimana cara membuat dan
mengembangkan suatu paragraf yang baik.

1.5 Manfaat

Dengan diselesaikannya makalah ini maka diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1.Penulis mampu membuat karya tulis dengan EYD yang benar.2.Penulis mampu membuat
kalimat efektif dalam membuat sebuah karya tulis.3.Penulis mampu mengembangkan paragraf
yang baik dalam membuat suatu karya tulis.

1.6 Landasan Teori

1.6.1ParagrafPengertian ParagrafParagraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam


sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung
oleh

semua kalimat dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-
kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam
satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai
sebuah karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat
membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kepayahan membaca tulisan
atau buku, kalau tidak ada paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus
menerus sampai selesai. Kitapun susah memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lain.
Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar sehingga kita dapat memusatkan pikiran
tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.Kegunaan Paragraf Kegunaan paragraf
yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut
topik sebelumnya (yang baru). Kegunaan lain dari paragraf ialah untuk menambah hal-hal yang
penting untuk memerinci apa yang diutarakan dalam paragraf terdahulu. Syarat-syarat
Pembentukan dan Pengembangan Paragraf Dalam pembentukan / pengembangan paragraf,
perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut : 1.KesatuanSebagaimana telah dipaparkan
di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah
untuk

mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-


uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan
kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan
satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada
gagasan pokok

2.

Kepaduan Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau
kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai
hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan,
dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa
hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.Kata atau frase transisi
yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan

3.

Kelengkapan Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu
paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan
kalimat topik/gagasan utamaLetak Kalimat Topik dalam Sebuah ParagrafSebagaimana telah
dipaparkan di depan bahwa sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling
menunjang dan hanya mengandung satu

gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok.
Kalimat topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di awal, di awal
dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu. Berikut ini secara urut akan dipaparkan contoh-
contoh paragraf dengan kalimat topik yang terletak di awal, di akhir, di awal dan akhir, serta
dalam seluruh paragraf.1.6.2 Kalimat EfektifPengertian Kalimat EfektifSebelum dapat membuat
atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi efektif, kita perlu mengetahui apa yang
dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipakai untuk
menyampaikan informasi dari pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca
secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya
kepahaman lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan.
Lawan bicara atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap
kalimat atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau tuturan
tersebut.Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba
membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun
kalimat antara lain:1. Pleonastis. Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang
mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.

Salah pemilihan kata4. Salah nalar5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)6. Kata
depan yang tidak perluAda beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang
efektif, antara lain:1. Kurang padunya kesatuan gagasan.Setiap tuturan terdiri atas beberapa
satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya
harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya2. Kurang ekonomis pemakaian
kata.Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan.
Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya3. Kurang
logis susunan gagasannya.Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat
pada contoh berikut:Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat
bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur,
manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.4. Pemakaian kata-kata yang
kurang sesuai ragam bahasanya.

Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.5. Konstruksi
yang bermakna ganda.Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,
namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang
kurang efektif. 6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.Penyusunan yang kurang cermat
dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat
menjadi kurang efektif.7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.Dalam kalimat yang
berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam
bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda,
frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa,
maupun kalimat juga (sejajar). 1.6.3 EYDA. Pemakaian Huruf Kapital

1.

Dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.2.Dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.3.Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci.4.Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan.5.Dipakai
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat.
6.Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.7.Dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku dan bahasa.8.Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.9.Dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan.10.Dipakai
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna pada unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan.11.Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan.12.Dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.B. Huruf Miring.1.Huruf miring
dipakai untuk menulikan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.2.Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau
kelompok kata.3.Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah asing.C. Tanda
Titik1.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.2.Tanda titik
dipakai di akhi angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar.3.Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan waktu.4.Tanda titik dipakai
untuk memisahkan di antara nama penulis, judul tulisan.

5.Tanda titik dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi dan
sebagainya.6.Tanda titik dipakai dibelakang alamat pengirim dan tanggal surat.C. Tanda
Koma1.Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian.

2.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara dengan kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi atau melainkan.3.Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.

4.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti

o, ya, wah, aduh kasihan

dari kata lain yang terdapat di dalamkalimat.5.Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian
nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.6.Tanda koma dipakai di antara bagian-
bagian dalam catatan kaki.7.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya.1.7 HipotesisBerdasarkan latar belakang penelitian serta lancasan teori yang
dikemukakan, hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :1.Penggunaan EYD
dalam penulisan jurnal yang diteiliti secara garis besar sudah benar seperti penggunaan huruf
kapital, tanda baca titik, tanda baca koma dan huruf miring.2.Kalimat-kalimat dari jurnal yang
diteliti sudah memenuhi kriteria sebuah kalimat efektif yaitu mengandung informasi.

3.Paragraf yang terdapat pada jurnal yang diteliti pada umumnya merupakan paragraf deduktif
dan dikembangkan dengan teknik deskriptif.1.8 MetodelogiPenelitian ini membahas setiap
kalimat dan paragraf dalam jurnal berdasarkan EYD, kalimat efektif dan paragraf yang benar.
Setiap kalimat akan dibaca dan dianalisa oleh penulis berdasarkan kriteria EYD dan kalimat
efektif yang benar. Sedangkan paragraf akan diteliti berdasarkan kalimat utama, teknik
pengembangan dan koherensi yang terdapat didalamnya.1.9Sumber DataData diperoleh
dengan studi kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca hasil penelitian
orang lain yang berupa jurnal.

BAB IIANALISIS DATA2.1EYD

Pada jurnal ini terdapat beberapa kesalahan pemakaian tanda baca koma. Diantaranya adalah
sebagai berikut :

a.

Pada paragraf terakhir, terdapat sebuah kalimat yaitu “Akan tetapi secara individu,
variable…..pengungkapan perusahaan” (Linggar,dkk.2002.78).Penggunaan tanda koma setelah
kata individu belum tepat. Seharusnya tanda koma diberi setelah kata akan tetapi yang
merupakan kata penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.

b.

Pada paragraf 4, kalimat kedua yaitu “variabel penelitian yang digunakan adalah total aktiva,
total penjualan,…..dan tipe industri” (Linggar,dkk.2002.76), dimana semuanya menunjukkan
karekteristik perusahaan. Penggunaan tanda koma setelah kata industri pada kalimat diatas
belum tepat karena apabila anak kalimat mengikuti induk kalimat maka tanda koma tidak perlu
dipakai.

c.

Pada halaman 78, paragrafpertama, kalimat ketiga terdapat kalimat petikan dari sebuah tulisan.
Pada kalimat tersebut tidak menggunakan tanda petik

yang seharusnya digunakan diantara kalimat petikan yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau suatu bahan tulisan.

d.

Penggunaan tanda titik pada kalimat yang terdapat pada halaman 79, paragrafpertama, kalimat
ketiga belum tepat. Tanda titik tersebut diletakkan setelah kata adalah yang bukan merupakan
akhir dari sebuah kalimat.

e.
Penggunaan huruf kapital pada kata Undang-undang yang terdapat pada halaman 77, paragraf3
tidak boleh dilakukan. Karena huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang
bukan nama resmi Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi. Pada jurnal yang diteliti ini juga terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan
unsur serapan, diatanranya adalah :

a.

Penulisan kata ekternal yang seharusnya adalah eksternal. Kata tersebut berasal dari bahasa
Inggris yaitu external. Huruf x pada posisi tertentu akan berubah menjadi ks apabila dijadikan
unsur serapan. Kata ekternal ini terdapat pada halaman 78, paragraph pertama, kalimat
keempat.b.Penulisan kata analogy yang seharusnya adalah analogi. Huruf y yang yang terdapat
diujung kata akan berubah menjadi “I” jika lafalnya adalah i.c.Penulisan kata sample yang
terdapat hampir pada seluruh tulisan dala jurnal ini. Kata tersebut berasal dari bahasa asing
yaitu sample. Huruf ple yang terdapat pada kata sample akan berubah menjadi sampel karena
lafalnya

Paragraf

Secara keseluruhan paragraph-paragraph yang terdapat dalam jurnal ini merupakan


paragrafdeduktif. Paragraf-paragraf tersebut dikembangkan dengan teknik definisi.Paragraf
pertama bagian pendahuluan merupakan paragrafdeduktif. Kalimat utamanya terletak pada
awal paragraf yaitu “Dalam pencapaian efesiensi dan sebagai sarana akuntabilitas public,
pengungkapan laporan keuangan menjadi faktor yang signifikan” (Linggar,dkk.2002.75).
Kalimatberikutnya menjelaskan mengapa pengungkapan laporan keuangan itu penting dan
menjelaskan bagaimana bentuk pengungkapan laporan keuangan tersebut. Paragraph ini
sudah baik karena hanya mempunyai satu gagasan utama dan memperlihatkan kepaduan
kalimat didalamnya.Pada paragraf kedua kalimat utama terletak pada awal kalimat yaitu
“Kualitas merupakan atribut yang penting dalam penyampaian suatu informasi akuntansi”
(Linggar,dkk.2002.75). Kalimat-kalimat berikutnya menjelaskan tolok ukur dari kualitas
pengungkapan. Paragraf ini dikembangkan dengan teknik definisi.Pada paragraf ketiga kalimat
utama terletak pada awal paragraph yaitu “Pengugkapan laporan keuangan yang memadai bisa
ditempuh melalui penerapan regulasi informasi yang baik” (Linggar,dkk.2002.76). Kalimat
berikutnya menjelaskan organisasi yang berwenang mengurus regulasi informasi tersebut. Pada
kalimat penjelas juga diterangkan peraturan-peraturan dalam regulasi informasi dan diterapkan
kepada perusahaan public di Indonesia melalui Standar Akutansi Keuangan. Paragraf ini
dikembangkan dengan teknik difinisi karena isi

paragraf mencoba memberi penjelasan bagaimana aturan-aturan yang terdapat dalam regulasi
informasi tersebut.Kalimat utama paragraf empat pendahuluan terdapat pada awal
paragrafyaitu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap rasio keuangan memerlukan
penjelasan atas rasio-rasio tertentu Kalimat berikutnya menjelaskan pentingnya penjelasan
rasio dilengakapi dalam laporan keuangan yang berguna dalam pengambilan
keputusan.Paragraf kelimapendahuluan tidak mempunyai satu gagasan utama. Pada kalimat
pertama menjelaskan periode penelitian dan sampel dari penelitian. Kalimat-kalimat berikutnya
menjelaskan variabel dan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Paragraf ini belum bisa
dikatakan paragraf yang baik karena belum adanya koherensi dalam paragraf tersebut.Paragraf
pertama pada tinjauan teoritis termasuk jenis paragrafdeduktif. Kalimat utamanya terletak
pada awal paragraf yaitu “Pengungkapan sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran
informasi” (Linggar,dkk.2002.77). Pada kalimat kalimat selanjunya menjelaskan bahwa dalam
undang-undang pasar modal setiap perusahaan diwajibkan untuk mengugkapkan seluruh
keadaan perusahaannya untuk meningkatkan transparasi dan menjamin perlindungan terhadap
masyarakat pemodal. Paragrafini sudah memperlihatkan koherensi karena kalimat penjelasnya
mengembangkan kalimat utamanya. Paragrafkedua tinjauan teoritis tergolong paragraph
deduktif. Gagasan utama paragraf ini terletak pada awal paragraf yaitu “Luasnya cakupan atau
kelengkapan adalah suatu bentuk kualitas” (Linggar,dkk.2002.77). Pada paragrafini sudah
terdapat koherensi antar kalimtanya. Seperti yang dapat dilihat,

kalimat-kalimat berikutnya menjelaskan bahwa dibutuhkan instrument yang bisa


mencerminkan informasi dalam membuat indeks kelengkapan. Paragraf ini dikembangkan
dengan teknnik definisi.Kalimat utama pada paragraf ketiga bagian teoritis terletak pada awal
paragraf yaitu “Faktor rasional yang mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan
berkaitan dengan yang disebut Analisis Fundamental” (Linggar,dkk.2002.78). Pada kalimat
berikutnya menjelaskan Analsis Fundamental tersebut adalah analisis ratio yang dapat
digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Analisis ratio
dapat digunakan untuk menentukan pembelian saham, pemberian pinjaman, memprediksi laba
dan memberikan indikasi kebengkrutan. Dari sisi itulah terdapat koherensi antar kalimat yang
trdapat pada paragrafini. Paragraf ini dikembangkan dengan tekhnik pemberian contoh.Pada
paragraf keempat bagian teoritis dikembangkan dengan cara definisi. Paragrafini mencoba
memberi pengertian kepada pembaca bahwa tidak hanya perusahaan yang mempunyai rasio
likuiditas tingi yang cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang luas tetapi
perusahaan dengan rasio rendah juga melakukannya. Kalimat utama paragraph ini terdapat
pada awal paragraph. Paragrafenam pada bagian teoritis dikembangkan dengan cara definisi.
Parapgraf tersebut menjelaskan kepada pembaca penelitian yang dilakukan oleh Suripto
tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan. Kalimat utama paragraf ini terdapat pada awal jadi paragraf ini termasuk
paragraf deduktif.
Kalimat utama pada paragraf ketujuh bagian teoritis terdapat pada awal paragraph yaitu Yuniati
( 2000 ) melakukan penelitian tentang pengungkapan informasi laporan tahunan pada
perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Jakarta. Kalimat-kalimat berikutnya menjelaskan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniati tersebut. Paragraf ini dikembangkan dengan cara
memberi fakta yaitu fakta-fakta yang didapat oleh Yuniati dalam penelitiannya.Pada paragraf
kedelapan bagian teoritis kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Seperti paragraf
sebelumnya, paragraph ini dikembangkan dengan tekhnik pemberian fakta. Paragrafini
menyimpulkan fakta-fakta yang didapat oleh Ainun dan Fuad dalam penelitiannya tentang
analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur
modal. Kalimat-kalimat dalam paragraf ini juga sudah menunjukkan koherensi.Paragraf
kesembilan bagian teoritis merupakan paragrafdeduktif. Kalimat utamanya terletak pada awal
paragraf yaitu “Fitriany melakukan penelitian signifikansi perbedaan tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan perusahaan publik”
(Linggar,dkk.2002.79). Paragraf ini dikembangkan dengan tekhnik fakta.Paragrafterakhir pada
bagian teoritis dikembangkan dengan cara definisi. Paragraf ini mencoba memberi penjelasan
kepada pembaca bahwa faktor yang mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib
dan indeks pengungkapan sukarela. Pada bagian hipotesis hanya terdapat 1 paragraf. Paragraf
tersebut termasuk jenis paragraph deduktif. Hal ini dapat dilihat dari letak kalimat utamanya
yang terdapat pada awal paragraph yaitu berdasarkan latar belakang penelitian serta

tinjauan teoritis yang dikemukakan, hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini. Paragraf
ini dikembangkan dengan tekhnik klasifikasi. Pada kalimat penjelasnya terlihat jelas penulis
jurnal mengelompokan hipotesis-hipotesisnya yang dipergunakan dalam penelitian
tersebut.Paragraf yang terdapat pada bagian metode penelitian dikembangkan dengan cara
klasifikasi. Kalimat penjelas paragraph ini megelompokan kriteria dalam pemilihan sampel.
Kalimat utamanya terletak pada bagian awal paragraph yaitu “Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta”
(Linggar,dkk.2002.80).Pada bagian variabel penelitian, paragraph dikembangkan dengan cara
definisi, karena kalimat penjelasnya memberikan penjelasan tentang perumusan variable-
variabeldalam penelitian. Kalimat utama paragraph ini terdapat pada awal paragraph yang
terlihat pada kalimat “Perumusan masing-masing variable tersebut adalah sebagai berikut
“(Linggar,dkk.2002.80).Paragraf pada bagian metode analisis data merupakan paragrafdeduktif.
Kalimat utama paragrafini terletak pada awal yaitu pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan beberapa tahapan perhitungan. Kalimat penjelasnya menerangkan pengujian
hipotesis seperti yang dinyatakan pada kalimat utamanya. Hal ini memperlihatkan koherensi
antar kalimat yang terdapat didalamnya. Paragraph ini dikembangkan dengan cara
definisi.Kalimat utama paragraf pertama pada bagian hasil dan pembahasan terletak pada awal
paragraf yaitu “Deskripsi semua data yang digunakan dalam penelitian. Kalimat penjelasnya
menerangkan data-data yang disajikan pada table penelitian
ini…”(Linggar,dkk.2002.81), jadi paragraph ini dikembangkan dengan cara definisi.Pada paragraf
kedua bagian hasil dan pembahasan, kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf yaitu
“Berdasarkan data tersebut variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu indeks Wallace
( IWALL ) masih terdistribusi secara normal” (Linggar,dkk.2002.82). Kalimat berikutnya
menjelaskan variabel-variabel dalam indeks Wallace tersebut yaitu variabel profitabilitas dan
variabel Deviden Pay Out. Paragraf ini dikembangkan dengan teknik definisi.Pada paragraf
keempat kalimat utama terletak pada awal paragraf yaitu “Deteksi multi kolinearitas dapat juga
dilakukan dengan melihat condition index pada perhitungan collinearity diagnotics pada SPSS”
(Linggar,dkk.2002.83). Kalimat penjelas mencoba menerangkan kepada pembaca tentang
perhitungan condition index dan SPSS. Dari sini dapat dilihat paragraf dikembangkan dengan
cara deskriptif.Kalimat utama pada bagian pengujian heteroskedastisitas terleak pada awal
paragraf yaitu “Berdasarkan pengujian heteroskedasititas adpat diketahui bahwa tidak terdapat
nilai t yang signifikan (.000)” (Linggar,dkk.2002.83). Paragraf ini mempunyai satu gagasan
utama, terlihat dari kalimat penjelasnya yang menerangkan kesimpulan dari pengujian
heteroskedisititas. Paragraf ini dikembangkan dengan cara definisi.Paragraf pertama pada
bagian pengujian hipotesis satu sampai empat mempunyai kalimat utama yang terletak pada
awal paragraf. Kalimat penjelasnya dikembangkan dengan cara definisi karena kalimat penjelas
menerangkan

2.3Kalimat Efektif

embentukan kalimat pada penulisan jurnal yang diteliti penulis pada umumnya sudah efektif,
namun masih terdapat beberapa kesalahan diantaranya :

1.

Pada bagian pendahuluan paragraf pertama terdapat sebuah kalimat yaitu “ Sebab, informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan akan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah
interprestasi hanya jika laporan keuangan….” Mengalami pemborosan kata. Pemborosan kata
tersebut disebabkan oleh penggunaan kata

hanya jika

yang menyebabkan kalimat tidak efektif. Seharusnya kata

hanya

tidak perlu digunakan agar tidak terjadi kata-kata yang mubazir.

2.
Pada halaman 78, paragraf pertama terdapat sebuah kalimat “ Prediksi tersebut meliputi
prediksi laba, prediksi retur saham maupun kebangkrutan perusahaan.” Pada kalimat majemuk,
apabila subjek pada induk kalimat dengan anak kalimat adalah sama, maka subjek pada anak
kalimat dapat dihilangkan. Subjek pada anak kalimat diatas yaitu

prediksi

dapat dihilangkan karena sama denga subjek induk kalimat.

3.

Pada bagian Metode Analisis Data paragraf kedua terdapat sebuah kalimat “ agar model regresi
tersebut menjadi suatu model yang sahih, sebelumnya perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk
mengetahui dipenuhinya…. .” Penggunaan kata

dipenuhinya

pada kalimat tersebut dirasa belum tepat. Seharusnya kata

dipenuhinya

diganti dengan kata

terpenuhinya

sehingga terdapat kesejajaran makna.

4.

Pada bagian Simpulan no.1 penulis menemukan sebuah kalimat yaitu “ Berdasarkan penelitian
ini, ditemukan bukti empiris bahwa secara parsial dan secra bersama-sama tidak terapat
pengaruh yang signifikan

antara faktor-faktor fundamental perusahaan terhadap tingkat pengungkapan perusahaan.”


Pada kalimat tersebut terdapat ketidakserasian hubungan makna antara kata

antara

dan

terhadap.

Seharusnya kata

terhadap
bisa diganti dengan kata

dan

atau

dengan

agar ada keserasian makna.

5.

Pada bagian Simpulan terdapat sebuah kalimat yang mengalami makna jamak berganda yaitu “
Secara bersama-sama faktor-faktor fudamental….” Makna jamak berganda pada kalimat diatas
terlihat pada penggunaan kata

faktor-faktor

setelah kata

bersama-sama

sehingga menyebabkan kata-kata yang mubair. Seharusnya pada kalimat diatas tidak perlu
menggunakan kata ulang

faktor-faktor

, cukup dengan menggunakan kata faktor.

6.

Pada simpulan no.2 kembali terjadi kesalahan kalimat dalam keserasian hubungan makna yaitu
antara kata

antara

dengan

terhadap

. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kata antara akan menghasikan keserasian makna
apabila diikuti oleh kata

dan

atau
dengan.

BAB IIISIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan pada Bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :1.Penerapan EYD pada penulisan jurnal yang
dilteliti pada umumnya sudan benar seperti pemakaian huruf besar, huruf miring dan tanda
titik. Tetapi,

masih terdapat beberapa kesalahan yaitu penggunaan tanda koma dalam kalimat.2.Paragraf-
paragraf dalam jurnal yang diteliti dikembangkan dengan teknik deskriptif. Hampir keseluruhan
kalimat utama paragraf pada jurnal terletak di awal paragaf. Pada paragraf-paragraf tersebut
juga sudah terdapat koherensi antar kalimatnya, jadi paragraf-paragraf di dalam jurnal diteliti
sudah termasuk paragraf yang baik.

3.

Kalimat-kalimat dalam jurnal yang diteliti sudah memenuhi standar-standar sebuah kalimat
yang efektif. Hanya terdapat beberapa kalimat yang tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat
efektif. Kesalahan tersebut dikarenakan oleh ketidakserasian makna dan pemilihan kata yang
tepat.

KAAN

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1996.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan .

Jakarta: Balai Pustaka.Alwi Hasan. 2003.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustak

dAFTAR LAMPIRAN

Dian. 2002.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. VII No.1 Maret 2002.

Jakarta
Bahasa 1
A.     Latar Belakang

Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak
baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam
penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan
kesalahan makna, padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata
bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca. Pelajaran Bahasa Indonesia
sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi
kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali. Ketidak fahaman terhadap tata
bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering melanggar aturan resmi yang telah
dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Yang mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini
terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah
hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan
menjadi penerus negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.

Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang
benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat
menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam
acara-acara resmi. Karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah
membuat keputusan Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat
Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20 Desember 1990 dan
diterima pada Sidang Ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar
Seri Begawan, tanggal 4-6 Maret 1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang
Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan dan Tata Bahasa
Indonesia dan harus kita terapkan.
Bahasa 1

Ejaan Bahasa Indonesia Yang di Sempurnakan


Diposkan oleh Caray Label: Artikel
Ejaan Bahasa Indonesia Yang di Sempurnakan
Ejaan adalah keseleruhuan peraturan bagaimana bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana hubungan antar lambing-lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
Presiden Republik Indonesia Meresmikan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan pada
tanggal 16 Agustus 1972, peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan presiden No. 57, tahun
1972. Sebagai patokan ejaan itu, departemen pendidikan dan kebudayaan menyebarkan buku
yang berjudul “ Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan adalah, perubahan huruf
dari ejaan lama ke ejaan yang
Hal-hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang
disempurnakan adalah:
1. Perubahan Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan dan
5. Pemakaian Tanda Baca
Sebelum di sempurnakannya ejaan bahasa Indonesia, ada tiga ejaan berkembang yaitu :
1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan ini di tetapkan pada tahun 1901 sebagai ejaan bahasa melayu dengan huruf latin. Ejaan
yang di gunakan pada ejaan Ophuijsen adalah :
 Huruf J untuk untuk menuliskan kata-kata Jang, pajah, dan sajang .
 HUruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, dan oemoer
 Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
‘akal, ‘ta’pa, dan dinamai’.
2. Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi di resmikan pada tanggal 19 Maret 1947, untuk menggantikan ejaan Van
Ophijsen, ejaan baru itu di sebut ejaan Rebublik, hal-hal yang perlu diketahui sehubungan
dengan ejaan tersebut adalah :
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata tak, pak, maklum, dan
rakjat.
Kata ulang boleh ditulis dengan Angka -2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2an.
3. Ejaan Melindo
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu, menghasilkan konsep Ejaan bersama
yang dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu –Indonesia). Namun karena perkembangan
politik di tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

Bahasa 1
oleh Bambang Trim*

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tetap menjadi acuan bagi para penerbit yang menyadari
pentingnya penerapan bahasa secara standar dalam karya atau produk bernama buku. Karena
itu, bagi banyak penerbit, salah satu poin kriteria kelayakan naskah adalah naskah ditulis
dengan bahasa Indonesia yang standar atau mengikuti pedoman EYD, terutama untuk naskah-
naskah nonfiksi. Namun, dalam praktiknya, penerapan EYD tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan
oleh penerbit serta tidak semuanya naskah ditulis dengan penerapan EYD.

Ada dua kasus yang melatari penerapan EYD sebagai salah satu kriteria kelayakan sebuah
naskah. Kasus pertama yaitu terkadang tidak mampunya Pedoman EYD menjawab beberapa
persoalan dalam masalah tatatulis naskah, baik dalam penggunaan kata baku, istilah, tanda baca,
maupun singkatan/akronim. Kasus kedua yaitu kurangnya pemahaman penulis naskah, termasuk
penerjemah, terhadap EYD itu sendiri sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan
naskah masih sering terjadi, seperti penggunaan kata nonbaku dan penggunaan tanda baca yang
keliru.

Dalam kasus pertama, buku Pedoman EYD ataupun Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak bisa
semata-mata dijadikan acuan untuk menilai kelayakan naskah, pun termasuk dijadikan satu-
satunya referensi untuk penyuntingan naskah. Karena itu, para penulis ataupun penerbit perlu
mencari solusi kebahasaan yang lain dan menetapkan suatu keputusan yang ajek sebagai gaya
penulisan.
Sebetulnya masalah untuk kasus pertama ini sudah lama dikaji dan akhirnya muncullah gagasan
membuat semacam buku pedoman gaya selingkung (house style) penerbitan dalam bahasa
Indonesia. Pada awalnya gagasan ini akan dilaksanakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas. Akan
tetapi, entah mengapa sampai sekarang buku pedoman gaya selingkung ini tidak pernah selesai.

Di pihak lain, beberapa institusi penerbitan profesional (media massa dan penerbit buku)
menyusun sendiri buku pedoman gaya selingkung penerbit dan menetapkan aturan-aturan
tersendiri dalam hal kebahasaan. Penetapan gaya selingkung yang paling mencolok dilakukan
oleh para penerbit Islam yang umumnya kurang bisa menerima pedoman kata baku yang dimuat
di Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya kata salat, mesjid, salawat, dan kalbu diganti
menjadi shalat, masjid, shalawat, dan qolbu.

Untuk kasus kedua, mungkin sudah menjadi fenomena betapa seorang penulis ataupun
penerjemah merasa tidak berkepentingan mengetahui lebih jauh tatatulis naskah berdasarkan
EYD atau bahasa Indonesia yang baku. Pengetahuan terbatas mereka soal bahasa Indonesia
dipergunakan dalam bahasa tulis sehingga menimbulkan banyak kekeliruan dalam hal penerapan
standar bahasa maupun kerancuan di dalam naskah. Hal ini semakin sering terjadi manakala
kampanye bahasa baku Indonesia agak kendur sejak lebih dari satu dekade lalu. Selain itu,
pelatihan menulis ataupun menerjemahkan dengan mendatangkan ahli bahasa Indonesia juga
sangat minim diselenggarakan.

7 Aspek yang Disunting

Dalam konteks penyuntingan naskah, ada tujuh aspek yang disunting sebagai indikator penilaian
kelayakan naskah. Adapun ketujuh aspek tersebut sebagai berikut:
1. keterbacaan (readability) dan kejelasan (legibility);
2. ketaatasasan atau konsistensi;
3. ketatabahasaaan;
4. kemenarikan gaya bahasa;
5. ketelitian fakta dan data;
6. kesopanan dan kelegalan;
7. kehematan produksi (rincian biaya dan spesifikasi produk).

Dari ketujuh aspek tersebut terlihat bahwa masalah keterbacaan dan kebahasaan naskah juga
menjadi poin penting. Naskah yang mengandung banyak kesalahan bahasa tentu memiliki
tingkat keterbacaan serta kejelasan yang rendah sehingga bisa merepotkan pembaca sasaran.
Untuk itu, penyunting menggunakan empati dengan menempatkan diri sebagai pembaca sasaran,
sekaligus menggunakan pengetahuan kebahasaannya guna membantu penulis/ penerjemah
menampilkan naskah yang layak baca.

Hal itulah yang menjadi filosofi penyuntingan naskah bahwa penyunting berfungsi
menjembatani antara kepentingan penulis/penerjemah dan pembaca sasaran. Dalam hal
penerapan EYD, editor bertugas mematut ejaan yang terdapat di dalam naskah. Apa yang
dilakukan penyunting terhadap sebuah naskah?
Ada lima aktivitas yang dilakukan dalam penyuntingan naskah sebagai berikut.
• Pengabaian yaitu tetap membiarkan bagian naskah apa adanya karena sudah benar, akurat, atau
memenuhi syarat layak dari penerbit.
• Perbaikan/penyesuaian yaitu memperbaiki bagian naskah sesuai dengan kaidah bahasa ataupun
gaya selingkung.
• Pengubahan yaitu mengubah kalimat, paragraf, atau struktur dalam naskah sesuai dengan
kejelasan dan standar yang ditetapkan penerbit sehingga naskah memiliki keterbacaan tinggi.
• Pengurangan yaitu menghilangkan bagian naskah tertentu dalam hal bagian tersebut tidak
diperlukan ataupun guna mengefisienkan halaman atau mengepaskan halaman hingga
berkelipatan 8.
• Penambahan yaitu menambahi bagian naskah yang dianggap penting untuk dimasukkan
ataupun guna mengepaskan halaman hingga berkelipatan 8.

Kesalahan dalam penerapan EYD kerap terdapat di dalam naskah, apalagi naskah terjemahan.
Kesalahan yang paling umum terdapat adalah
• kesalahan penulisan kata baku: sekedar, hembus, silahkan, ketinggalan;
• kesalahan pemilihan kata (diksi): kilah, bergeming, acuh;
• kesalahan pemenggalan kata (utamanya juga diakibatkan sistem otomatis pemenggalan dalam
program komputer berbasis bahasa Inggris);
• kesalahan penggunaan tanda baca, terutama tanda tanya (?) dan tanda koma (,);
• kesalahan penggunaan huruf kapital;
• kesalahan penulisan unsur serapan: frekwensi, hipotesa, aktifitas.

Kesalahan seperti ini meskipun tidak mengubah makna, jelas merepotkan dan mengganggu
kelancaran baca. Karena itu, apabila ada naskah yang kacau dalam penerapan EYD, penerbit
akan menyarankan untuk memperbaiki terlebih dahulu dengan catatan ide naskah sangat baik.
Khusus untuk naskah terjemahan, penerbit akan lebih berhati-hati karena kekacauan penerapan
EYD memungkinkan juga adanya kesalahan tafsir dalam penerjemahan.

Kelayakan Naskah Terjemahan

Di luar aspek ide ataupun fenomena buku yang menjadi best seller dunia dan ditulis oleh
penulis/pengarang ternama, aspek kebahasaan naskah terjemahan tentu menjadi faktor penting
penilaian kelayakan terbit naskah. Terkadang naskah yang sudah diterjemahkan dan hasilnya
mengecewakan, penerbit akan mengulang kembali proses penerjemahan dengan mengganti
penerjemah. Di sisi lain, penyunting penerbit yang menerima naskah terjemahan dengan kualitas
rendah akan ‘berjibaku’ melakukan penyuntingan berat atau dengan kata lain menjermahkan
ulang naskah.

Pengadaan naskah terjemahan umumnya adalah solicited atau naskah yang memang
diprogramkan penerjemahannya dan diurus pengalihan copyright-nya oleh penerbit. Karena itu,
naskah terpilih ini memang sudah dipertimbangkan dari segi ide dan gaya penulisannya oleh
penerbit. Akan tetapi, jika penerjemah tidak berhasil menghasilkan hasil terjemahan naskah
sesuai dengan kualitas naskah aslinya, naskah pun tidak layak diterbitkan karena akan
membahayakan imej penerbit sekaligus mengecewakan pembaca.
Banyak kasus naskah terjemahan dari buku-buku berkualitas dunia akhirnya menjadi turun
kualitasnya karena persoalan bahasa yang buruk. Tentu menjadi keprihatinan kita bersama
manakala baik penerjemah maupun penerbit tidak memiliki idealisme untuk menghasilkan
naskah terjemahan yang baik dengan mau berpayah-payah menerapkan bahasa Indonesia yang
standar. Alhasil, citra penerbit Indonesia juga menjadi buruk di mata penerbit asing karena kita
dianggap merusakkan karya bermutu mereka.

*) Bambang Trim, adalah praktisi perbukuan nasional. Kini menjabat sebagai Direktur
SALAMADANI PUSTAKA SEMESTA, Dosen Luar Biasa Editing Unpad, dan Ketua Forum
Editor Indonesia. Kontak: HP 08121466193; e-mail: bambangtrim@yahoo.com

Tulisan ini merupakan makalah yang disampaikan dalam acara Pelatihan Penerjemahan dan
Penyuntingan, Program Pascasarjana Bahasa Inggris, UPI, Bandung, 20 Mei 2006.

Tambahan
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami
perkembangan dan perubahan secara terus menerus sebagai akumulasi
respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni dan budaya. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem
pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum.
Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang adanya standar nasional
pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan
serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah.
Upaya penyempurnaan kurikulum ini guna mewujudkan peningkatan mutu
dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan
pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian
kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan
berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan daerah dan sekolah.
Dokumen kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar Kurikulum 2004, Standar
Bahan Kajian dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran yang disusun untuk
masing-masing mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan.
Dokumen ini adalah Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk satuan pendidikan SMA & MA.
Dengan diterbitkan dokumen ini maka diharapkan daerah dan sekolah dapat
menggunakannya sebagai acuan dalam pengembangan perencanaan
pembelajaran di sekolah masing-masing.

You might also like