Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk membangun
sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan dengan panas. Bahan-
bahan pertanian, baik tanaman maupun hewan beserta produknya, tidak lepas dari perlakuan
panas. Proses-proses utama adalah pemanasan, pendinginan, dan pembekuan. Tujuan
perlakuan panas pada umumnya adalah pengawetan atau pencegahan terhadap
pengecambahan.
Pemanasan dan pendinginan bahan dapat dilakukan dengan konveksi, konduksi atau
radiasi. Untuk menghitung proses-proses tersebut, pengetahuan tentang sifat panas seperti:
panas spesifik, koefisien konduksi panas, koefisien difusi, koefisien absopsi atau emisi,
sangat diperlukan.
Dalam pemanasan dan pengeringan produk pertanian, adalah sangat penting untuk
mengetahui berapa suhu harus diberikan dan untuk waktu berapa lama supaya tidak terjadi
kerusakan. Sebagai contoh, kapasitas perkecambahan suatu benih turun dengan drastis
apabila terkena panas yang berlebihan, sementara kualitas bahan-bahan lain mungkin
memburuk. Ada beberapa macam karakteristik termal bahan hasil pertanian diantaranya :
Panas spesifik (specific heat)
Panas spesifik merupakan jumlah energi panas yang diserap atau dilepaskan oleh
suatu berat bahan dalam suatu perubahan suhu, tanpa terjadi perubahan fasa bahan, atau
jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg bahan sebesar 1oC. Pengetahuan
tentang panas spesifik sangat diperlukan untuk perhitungan proses-proses pemanasan atau
pendinginan. Panas spesifik bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan
tersebut. Persamaan umum dari panas spesifik adalah sebagai berikut :
q
Cp =
m × ΔT
Dimana : Cp = panas spesifik (J/kg K)
Q = energi panas (J)
m = massa bahan (kg)
∆T = Perbedaan suhu (K)
Pada suhu kamar, panas spesifik suatu bahan yang mengandung air dapat dihitung
berdasarkan nilai-nilai panas spesifik dari bahan kering dan airnya:
c = c d (1 − U1 ) + c w U1
Protein :
( ) (
C pp = 2008,2 + 1208,9 × 10 −3 T − 1312,9 × 10 −6 T 2 )
Lemak :
( ) (
C pf = 1984,2 + 1473,3 × 10 −3 T − 4800,8 × 10 −6 T 2 )
Karbohidrat :
( ) (
C pc = 1548,8 + 1962,5 × 10 −3 T − 5939,9 × 10 −6 T 2 )
Serat :
( ) (
C pfl = 1845,9 + 1930,6 × 10 −3 T − 4650,9 × 10 −6 T 2 )
Abu :
( ) (
C pa = 1092,6 + 1889,6 × 10 −3 T − 3681,7 × 10 −6 T 2 )
Air diatas titik beku :
( ) (
C pp = 4176,2 + 9,0862 × 10 −3 T − 5473,1 × 10 −6 T 2 )
Panas spesifik campuran diatas titik beku adalah :
C p = P( C pp ) + F( C cpc ) + C( C cpc ) + Fi( C pfi ) + A( C pa ) + M ( C waf )
Fruit
Apples 3.6 1.88
Air murni : (
k w = 0,57109 + ( 0,0017625 T ) − 6,7306 × 10 −6 T 2 )
Es : (
k ic = 2,2196 − ( 0,0062489 T ) − 1,0154 × 10 −4 T 2 )
kp = 0,1788 + ( 0,0011958 T ) − ( 2,7178 × 10 −6
T2 )
Protein :
Lemak : (
k f = 0,1807 + ( 0,0027604 T ) − 1,7749 × 10 −7 T 2 )
kc = 0,2014 + ( 0,0013874 T ) − ( 4,3312 × 10 T )
−6 2
Karbohidrat :
ρ c = 1599,1 − 0,31046 T
Karbohidrat :
ρ a = 2423,8 − 0,28063 T
Abu :
Difusivitas termal (Thermal diffusivity)
Difusivitas termal merupakan karakteristik termal yang digunakan untuk menentukan
laju aliran energi panas di dalam bahan hasil pertanian yang berwujud padat pada berbagai
bentuk. Karakteristik ini berhubungan dengan kemampuan bahan untuk mengalirkan energi
panas dan kemampuan untuk menyimpan energi panas.
Difusivitas termal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
k
α=
Cp × ρ
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Prosedur Percobaan
HASIL PERCOBAAN
Pada tabel diatas mb dan ma dalam satuan gram(g) sedangkan Tb1, Tb2, Ta1 dan Ta2 dalam
celcius (°C). Untuk nilai Cpb dan Cpb’ dalam satuan kJ/ kg °C.
Jeruk Nipis
m a × Cp a × ΔTa
Cp b =
m b × ΔTb
0,15964 × 4,18 × ( 84 − 78)
=
0,00531 × ( 67 − 27 )
0,667 × 6
=
0,00531 × 40
4,002
= = 18,84 kJ 0
0,2124 kg C
Bawang
m a × Cp a × ΔTa
Cp b =
m b × ΔTb
0,27931 × 4,18 × ( 87 − 83)
=
0,00241 × ( 49 − 27 )
1,1675 × 4
=
0,00241 × 22
4,67
= = 88,07 kJ 0
0,05302 kg C
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini kami mengukur suhu bahan hasil pertanian setelah direndam dalam
termos yang berisi air panas. Dalam praktikum ini bahan hasil pertanian yang kita gunakan
adalah bawang dan jeruk nipis. Setelah merendam bahan pada termos selama 15 menit
ukurlah menggunakan termometer dengan menempelkannya pada bahan.
Dari data yang kita peroleh dan juga hasil perhitungan, maka kita dapat melihat
bahwa panas spesifik pada bawang lebih besar daripada panas spesifik dari jeruk.
Melihat dari data diatas dapat dinyatakan bahwa nilai panas spesifik dari Bawang
18,84 kJ/kgK dan jeruk 88.07 kJ/kgK. Hal ini berbeda dengan literature yang didapatkan,
Earle(1983) dalam table termal data for some food product menyatakan bahwa nilai panas
spesifik dari bawang 3.81 kJ/kgoC. Dan dari http://www.engineeringtoolbox.com
menyebutkan bahwa nilai panas spesifik dari Jeruk sebesar 3.81 kJ/kgoC, sedangkan untuk
jeruk nilai panas spesifiknya sebesar 3.77 kJ/kgoC. Perbedaan panas spesifik antara literatur
dan percobaan yang cukup jauh sebenarnya masih dalam tahap yang wajar. Hal ini karena
metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran belum tentu sama, seperti misalnya lama
perendaman bahan yang digunakan untuk literatur tersebut belum tentu sama dengan lama
perendaman bahan yang kami lakukan. Ini tentu sangat mempengaruhi karena semakin lama
bahan tersebut direndam maka suhunya akan bertambah sedangkan suhu air perendamnya
akan berkurang. Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi adalah alat yang digunakan
dalam merendam bahan tersebut. bila kita menggunakan termos dari plastik sebagai media
rendam, maka bisa saja alat yang digunakan dalam mengukur data pada literatur tersebut
menggunakan bahan yang lain yang kehilangan panasnya kecil, sehingga panas yang
diperoleh bahan dapat lebih banyak. Jadi dengan beberapa faktor dan pertimbangan diatas,
wajarlah bila data yang diperoleh tidak mendekati data literatur.
Dari percobaan tersebut juga terjadi perpindahan panas dari air panas ke bahan-bahan.
Hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya suhu jeruk dari 270C menjadi 670C untuk jeruk.
Pada bawang dari terjadi kenaikan suhu dari 270C menjadi 490C.
Dari hasil yang didapat terjdi perbedaan yang cukup besar antara nilai teoritis dan
hasil perhitungan. Hal ini dikarenakan :
Kesalahan pembacaan skala pada termometer untuk penentuan besarnya suhu dari air
dan bahan hasil pertanian.
Pada saat pengukuran suhu bahan akhir (Tb2) dimana pada pengukuran suhu,
termometer ditempatkan kurang masuk kedalam bahan, sehingga hasil yang
didapat kurang akurat.
Dari data tersebut kita dapat menyimpukkan bahwa semakin besar kadar air suatu bahan
maka panas spesifik bahan tersebut juga akan semakin besar pula.
KESIMPULAN
Panas spesifik suatu bahan berbanding lurus dengan kandungan air bahan tersebut, sehingga
semakin tinggi kadar air suatu bahan hasil pertanian maka semakin besar pula panas
spesifik dari bahan tersebut. contohnya panas spesifik pada jeruk lebih besar daripada
apel.
Nilai panas spesifik hasil perhitungan dan referensi cukup berbeda. Ini karena metoda dan
alat yang digunakan dalam pengukuran belum tentu sama, sehingga wajar bila ada
perbedaan, selain itu jenis bahan yang digunakan juga belum tentu sama.
Semakin besar nilai kehilangan panas pada termos maka semakin besar pula panas spesifik
bahan yang terdapat dalam termos tersebut, dengan asumsi bahwa suhu akhir bahan
setelah dipanaskan antara dua termos berbeda, selisihnya tidak besar.
Daftar Pustaka
Zein, Sudaryanto, Ujang Suhadi, Sawitri, Ulfi Ibrahim. 2005. Teknik Penanganan Hasil
Pertanian. Bandung: Pustaka Giratuna
Rusendi, Dadi, Ir. Msc., Sudaryanto, Sarifah Nurjanah, Asri Widyasanti. 2006. Penuntun
praktikum MK. Teknik penanganan hasil pertanian.
Earle, R.L.1983.Unit Operations in Food Processing.2nd ed.Pergamon Press International
Library. Oxfrod.
http://www.engineeringtoolbox.com/specific-heat-capacity-food-24295.html.
http://en.wikipedia.org/wiki/ specific-heat-capacity.
http://www.bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/PengetahuanBahan/PengBhn03.doc.