Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)
Disusun Oleh :
KHURUL AINI
NIM. 211 02 012
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDY AHWALUSY SYAKHSIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALATIGA
2007
DAFTAR ISI
DEKLARASI .................................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
ii
C. Macam-macam Iddah ............................................................. 21
Iddah........................................................................................ 35
Iddah ................................................................................. 39
Telah Dicerai........................................................................... 50
iii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 55
B. Saran-saran ............................................................................. 56
C. Penutup.................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dan hukum-hukum yang mengatur hal ini, sepertinya sudah tidak diindahkan
seperti yang terjadi di Bandung, Jakarta, dan daerah khusus kota Salatiga.
untuk mencapai kebahagiaan yang kekal (abadi) bagi suami istri yang
antara suami istri, baik itu dilakukan atas inisiatif pihak laki-laki (suami)
maupun pihak perempuan (istri). Karena semua bentuk perceraian itu akan
terjadi antara suami istri secara yuridis memang mereka itu masih mampunyai
hak dan kewajiban antara keduanya, terutama pada saat si istri sedang
oleh mantan suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun
karena suaminya meninggal dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri
Pada saat iddah inilah antara kedua belah pihak yang telah
lembah hitam.
mana suami tidak melaksanakan kewajibannya terhadap hak istri dan anak
pada masa iddah. Setelah terjadi perceraian pada hakikatnya si suami harus
dengan itu kewajiban suami tersebut, alam Kompilasi Hukum Islam pasal
istri dan anak-anaknya atau mantan istrinya yang masih dalam masa iddah”.2
Dari bunyi di atas sudah jelas bagi suami yang telah menceraikan
1
Muhammad Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet. 6, PT. Raja
Grafindo, Pustaka Pelajar, Jakarta, hlm. 125
2
Moh. Mahfud, Pengadilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia, cet. I, Yogyakarta Press, Yogyakarta, 1993, hlm. 199
2
istrinya untuk bertempat tinggal di rumahnya sampai batas masa iddah habis
(berakhir).
sama sewaktu istri mengajukan berkas gugatan atau dapat pula gugatan
tersebut diajukan di kemudian. Akan tetapi ada pula kewajiban tersebut tidak
menjadi sebab suami tidak wajib menunaikan hak istri dan bila telah ada
tersebut, maka dapat pula nafkah si anak ditanggung bersama antara keduanya
(suami-istri).
masalah tersebut di atas para pencari keadilan yang selalu agresif mengajukan
dan kepastian hukum sudah barang tentu pengajuan perkara haruslah sesuai
3
Perkara yang diterima Pengadilan Agama Salatiga dalam pengajuan
cerai talak dan cerai gugat Pengadilan Agama pada tahun 2004 kurang lebih
ada 20% perkara yang diputuskan hanya kurang lebih 19%. Dan pada tahun
2005 Pengadilan Agama Salatiga dalam pengajuan cerai thalak dan cerai
gugat Pengadilan Agama kurang lebih ada 20% perkara, yang diputuskan oleh
B. Rumusan Masalah
undangan di Indonesia?
iddah?
1. Tujuan Penelitian
perundang-undangan di Indonesia.
4
b. Untuk mengetahui cara penyelesaian nafkah iddah dan pertimbangan
nafkah iddah.
2. Kegunaan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
Arab tidak pernah meninggalkan iddah bagi istri-istri mereka yang telah
diceraikan dan ini telah menjadi kebiasaan. Para ulama telah sepakat iddah itu
Iddah ialah masa tunggu atau tenggang waktu sesuai dengan jatuhnya
thalak dari suami, dimana pada masa iddah ini suami boleh untuk merujuk
kepada istrinya. Sehingga pada masa iddah ini si istri belum boleh untuk
5
Pada masa iddah ini sebenarnya untuk meyakinkan kekosongan rahim
si istri agar terhindar dari percampuran atau kekacauan nasab bagi anak yang
dikandung. Disamping itu untuk memikir kembali atau jalan yang mereka
yang telah terjadi. Bagi istri yang telah diceraikan oleh suaminya, baik istri
tersebut dicerai hidup dari pihak si sumai ataukah si istri tersebut sedang
mengandung atau tidak. Maka si istri tersebut wajib untuk menjalani masa
iddah sebagaimana tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 153 ayat
(1) yang berbunyi : “Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku
waktu tunggu atau iddah, kecuali qobla dukhul dan perkawinan putus bukan
Dari bunyi pasal tersebut di atas dapat dipahami bahwa setiap istri
yang diceraikan suaminya diharuskan untuk menjalani masa iddah, yang lama
waktunya ditetapkan menurut keadaan istri yang diceraikan atau suami yang
memberikan perumahan kepada pihak mantan istri. Dan apabila si suami tidak
3
Ibid., hlm. 210
6
Kewajiban suami terhdap istri tersebut diatur dalam Undang-undang
tentang putusan yang dilalaikan oleh pihak lain. Dalam mengeksekusi pihak
untuk memberi perumahan ataupun nafkah belanja. Akan tetapi adapun si istri
berlaku pada perceraian yang terjadi karena mati atau setelah bercerai si suami
meninggal dunia. Menurut Azhar Basyir, suatu perceraian yang terjadi karena
meninggal dunia maka bekas istrinya tidaklah dapat menuntut hak kepada
orang yang telah meninggal dunia. Tetapi nafkah dapat diambil dengan
4
H. Arso Armojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. III, Bulan Bintang, Jakarta,
1981, hlm. 59
5
Azhari Basyir, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. I, Yogyakarta, 1997, hlm. 77
7
Jadi istri (perempuan) yang ditinggal mati suaminya itu tidak
meninggalkan harta yang cukup, maka sesudah dibaginya harta si istri dan
M. Tholib dalam masalah hak istri pada masa iddah itu menjelaskan
haruslah tetap tinggal, di rumah suaminya habis masa iddahnya. Dan suami
tidak berhak menyuruh istrinya keluar rumah tersebut, sekalipun telah jatuh
talak atau perpisahan ketika tidak di rumah suami, maka istri tetaplah wajib
untuk pulang ke rumah suaminya itu begitu ia mengetahui bahwa telah jatuh
talak tersebut.6
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa istri yang telah
tersebut, maka istri tersebut tetap wajib untuk kembali dan tinggal di rumah
tersebut, suamipun tidaklah berhak untuk melarang dan mengusir istri tersebut
dengan alasan apapun, karena merupakan salah satu hak istri terhadap suami
kalanya jumlah tunjangan itu ditetapkan oleh kedua belah pihak atas dasar
mufakat, namun ada juga jumlah tunjangan itu ditetapkan oleh hakim dengan
6
M. Thalib, Liku-liku Perkawinan, cet. I, P.D. Hidayat, Yogyakarta, 1986, hlm. 168
8
E. Kerangka Teori
pada tataran teori dan harapan. Sedangkan kehidupan anak yang akan
9
menekan biaya adalah realitas yang tidak bisa ditawar. Sehingga yang
Bagaimana nasibnya anak yang lahir dari seorang ibu yang telah disertai
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Pengadilan Agama”
b. Pendekatan Aplikatif
berada.
7
Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara, 1986,
hlm. 916
10
2. Definisi Operasional
b. Yang dimaksud masa iddah ialah masa tunggu bagi si istri yang telah
diceraikan oleh suaminya dimana istri belum boleh kawin lagi dengan
laki-laki lain (bukan suaminya) sebelum masa iddah itu habis dan
masa iddah ini juga merupakan masa berfikir bagi suami apakah ia
pemberian yang berupa nafkah yang diberikan pada seorang istri. Hak
3. Jenis Data
dahulu perlu diketahui tentang jenis data yang diperlukan dalam kaitannya.
4. Subyek penelitian
sumber data: sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
subyek dari mana data itu dapat diperoleh. Sehubungan dengan wilayah
11
sumber data yang dijadikan sebagai sumber penelitian, maka dikenal
Agama Salatiga berjumlah 227 kasus pada tahun 2004 dan pada tahun
a. Wawancara (interview)
yang berwenang.
b. Studi Pustaka
12
a. Deduktif yaitu cara berfikir yang titik tolak dari kebenaran-kebenaran
G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari tiga bagian, dan masing-masing bagian disusun
Bab II berisi tentang tujuan umum tentang masa iddah yang meliputi
hikmah disyari’atkan iddah, dan kewajiban suami istri pada masa iddah.
menetapkan iddah mantan istri, hak dan kewajiban suami dan istri yang telah
dicerai.
istri pada masa iddah yang meliputi proses penyelesaian dan sikap di
8
Ibid., hlm. 147
13
Pengadilan Agama terhadap bekas suami yang tidak mampu menjalankan
14
BAB II
TUJUAN UMUM TENTANG KEWAJIBAN NAFKAH IDDAH
KEPADA SUAMI ISTRI YANG TELAH DICERAI
A. Pengertian Iddah
karena ditalaq atau karena ditinggal mati oleh suaminya, mempunyai akibat
merupakan perintah Allah yang dibebankan kepada bekas istri yang telah
dicerai baik dia (istri) orang yang merdeka maupun hamba sahaya untuk
maka penulis mencoba mengungkapkan dan menyajikan dari dua segi yaitu
dahulu penulis kemukakan arti iddah ditinjau dari segi bahasa, iddah
9
Muhammad Idris Abdurra'uf, Al Marbawy Juz I, Kamus Idris Melayu, Darul Ulum Al
Islamiyah, 354, hlm. 8-9 bagian 2
10
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Hida Karya Agung, Jakarta, 1997, hlm. 42
15
Dengan demikian jika ditinjau dari segi bahasa, maka kata iddah
dipakai untuk menunjukkan pengertian hari-hari haid atau hari suci pada
wanita.11
antara lain
dunia. Dalam hal iddah ini wanita (istri) tidak boleh kawin dengan laki-
laki lain sebelum habis masa iddahnya. Dengan demikian dapat diambil
suaminya.
pengertian hukum Islam ialah masa tunggu yang ditetapkan oleh hukum
11
Chuzaiman T. Yanggo dkk., Problematika Hukum Islam Kontemporer, cet. I, PT.
Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994, hlm. 149
16
syara’ bagi wanita untuk tidak melakukan akad perkawinan dengan laki-
laki lain dalam masa tersebut. Sebagai akibat perceraian atau ditinggal
mati suaminya. Dalam rangka membersihkan diri dari pengaruh dan akibat
hubungan dengan suaminya itu.13 Jadi iddah itu adalah kewajiban pihak
tidak boleh kawin setelah kematian suaminya atau setelah pisah dengan
masa tunggu yang ditetapkan oleh hukum syara’ bagi wanita (istri) untuk
tidak melakukan aqad nikah baru dengan laki-laki lain dalam masa
hubungan antara mantan suaminya itu serta sebagai ta’abudi kepada Allah
SWT.
tahun 1974 akan kita ambil pengertian yang sifatnya sudah cukup tegas.
Hal ini disebabkan karena definisi waktu tunggu iddah itu sendiri sudah
Iddah adalah tenggang waktu dimaa janda bersangkutan tidak boleh kawin
12
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Darul Fikry, Beirut, t.t., hlm. 277
17
untuk menentukan nasab dari kandungan janda itu bila ia hamil. Dan juga
sebagai masa berkabung bila suami yang meninggal dunia dan untuk
menentukan masa rujuk bagi suami bila talak itu berupa talak faj’i.15
undang No. 1 tahun 1974 dan pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
1975. dengan demikian pengertian iddah adalah masa tenggang waktu atau
tunggu sesudah jatuhnnya talak. Di dalam waktu iddah itu bekas suami
diperbolehkan untuk merujuk kepada bekas istrinya. Atas dasar inilah si istri
lain.16
ini penyusun bahas dasar-dasar hukum iddah yang mengacu pada hukum naqli
13
Chuzaimah T. Yanggo dkk., op. cit., hlm. 149
14
Muhammad Idris Abdurra'uf, op. cit.
15
H. Sastroadmojo, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cet. III, Bulan Bintang,
Jakarta, 1981, hlm. 70
16
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, cet. I,
Liberty, Yogyakarta, 1982, hlm. 120
18
وﻟﻬﻦ ﻣﺜ ﻞ اﻟ ﺬي ﻋﻠ ﻴﻬﻦ ﺑ ﺎﻟﻤﻌﺮوف وﻟﻠﺮﺟ ﺎل ﻋﻠ ﻴﻬﻦ درﺟ ﺔ
واﷲ ﻋﺰﻳﺰ ﺣﻜﻴﻢ
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada
Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu
menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma`ruf. Akan
tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah : 228) 17
Islam syara’ yang berkenaan dengan masalah iddah istri. Ayat yang
Dari Abu Mas'ud Al Badry ra. Dari Nabi saw. Beliau bersabda
"Apabila seseorang menafkahkan harta untuk keperluan keluarga,
hanya berharpa dapat memperoleh pahala maka hal itu akan
dicatat sebagai sedekah baginya."
3. Dasar Hukum Perdata
17
Departemen Agama RI, Al Qur'an Terjemah, Pelita III, Jakarta, 1991-1992
18
Imam Nawawi, Riyadhus Sholihin Jilid I, Pustaka Amani, Jakarta, 1992, hlm. 308
19
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan menetapkan
Ayat (1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka
waktu tunggu.
(2) Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat satu akan
Perkawinan mengatur waktu tunggu yang dituangkan pada bab VII pasal 39.
Ayat (1) Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu
Demikian pula dalam pasal 154 dan pasal 155 Kompilasi Hukum
19
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, cet. IV, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1978, hlm. 20
20
Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan, cet. PT. Pradya
Paramita, Jakarta, 1987, hlm. 10
20
C. Macam-macam Iddah
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 dan Kompilasi Hukum Islam. Telah
lain ialah :
21
واﻟﻤﻄﻠﻘﺖ ﻳﺘﺮﺑﺼﻦ ﺑﺎﻧﻔﺴﻬﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﻗﺮوء
Dan perempuan-perempuan yang berthalaq, hendaklah mereka
menahan diri mereka tiga kali quru' (QS. Al Baqarah : 228)
masa iddah. Sedangkan istri yang ditinggal suami dan pernah bersetubuh,
21
Departemen Agama RI, op. cit., QS. Al Ahzab (33) : 49
21
maka ia harus beriddah seperti iddah orang yang disetubuhi, hal ini
belum pernah disetubuhi, hal ini untuk menyempurnakan dan juga untuk
Istri yang telah dicerai dalam keadaan masih haid harus menjalani
iddah (waktu tunggu) selama 3 (tiga) kali suci dan bila diharikan minimal
90 (sembilan puluh) hari. Hal ini sebagaimana yang disebut dalam pasal
39 peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975, ayat (1) sub (b) yang berbunyi
sebagai berikut :
22
Ibid. QS. Al Baqarah (2) : 234
23
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 142
24
Arso Sastroadmojo, op. cit., hlm. 129
22
2. Iddah istri yang tidak berhaid
Istri yang tidak berhaid lagi jika dicerai oleh suaminya atau
Ketentuan ini berlaku buat perempuan yang belum baligh dan perempuan
yang sudah tua tetapi tidak berhaid lagi, baik ia sama sekali tidak berhaid
sebelumnya atau kemudian berhaid akan tetapi putus haidnya. Hal ini
tersebut harus menjalani masa tunggu selama 90 (sembilan puluh) hari. Ini
sejalan dengan pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 ayat (1)
25
Depag RI, op. cit., Ath Thalaaq (65) : 1
23
“Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi
Iddah istri yang telah disetubuhi masih haid dan adakalanya tidak
berhaid lagi. Masa iddah yang masih haid adalah selama 3 kali quru’
quru’ hanya digunakan oleh agama yang berarti haid. Sesuai dengan
26
Moh Mahfud, op. cit., hlm. 210
27
Depag RI, op. cit., Al Baqarah 228
24
4. Iddah perempuan hamil
28
واوﻻت اﻻﺣﻤﺎل اﺟﻠﻬﻦ ان ﻳﻀﻌﻦ ﺣﻤﻠﻬﻦ
Dan Perempuan-perempuan hamil masa iddah mereka ialah
sesudah melahirkan (QS. At Thalaq : 4)
melahirkan”.
hamil maka lama iddahnya ialah 4 bulan 10 hari, ini didasarkan pada
28
Depag RI, op. cit., Ath Thalaaq (65) : 1
29
Depag RI, op. cit., Al Baqarah : 234
25
Dan jika si istri seang hamil maka ia harus menjalani iddah atau
pasal 153 ayat (2), sub (c), seperti yang berbunyi sebagai berikut :
melahirkan”.30
Suatu keyakinan yang mesti menjadi pegangan umat Islam ialah ajaran
Allah yang harus menjadi pedoman bagi manusia khususnya kaum muslimin
Ajaran Islam tidak hanya berlaku untuk kelompok atau kaum di dalam
masyarakat tertentu serta tidak pula terbatas pada masa tertentu pula. Akan
tetapi ajaran Islam sejak diturunkan telah ditetapkan sebagai pegangan dari
semua kelompok dan kaum manusia pada berbagai tempat dan waktu sampai
syari’at yang telah ada sejak zaman dahulu yang mana mereka tidak pernah
30
Moh Mafud, op. cit., hlm. 210
31
Chuzaimah T. Yanggo dkk., op. cit., hlm. 148
26
meinggalkan kebiasaan ini dan tatkala Islam datang kebiasaan itu diakui dan
tercampur antara keturunan seseorang dengan yang lain, atau dengan kata
larangan bagi wanita untuk menikah dengan beberapa orang pria dalam
32
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 140
27
nantinya tidak ada lagi keragu-raguan tentang anak yang dikandung oleh
perempuan itu apabila ia telah kawin lagi dengan laki-laki yang lain.35
keadaan rumah tangga yang panas dan yang demikian keruh sehingga
jernih dan dingin diharapkan pada nantinya suami akan merujuk istri
kembali dan begitu pula si istri tidak menolak untuk rujuk dengan
kembali.37
33
Ibid., hlm. 140
34
Chuzaimah T. Yanggo, dkk., op. cit., hlm. 166
35
Kamal Muhtar, Asas Hukum Perkawinan, cet. II, Bulan Bintang, Jakarta, 1987,
hlm. 230
36
Chuzaimah T. Yanggo, dkk., op. cit., hlm. 167
37
Soemiyati, op. cit., hlm. 120
28
3. Kesempatan untuk bersuka cita
Iddah khususnya dalam kasus cerai mati, adalah masa duka atau
bela sungkawa atas kematian suaminya. Cerai karena mati ini merupakan
Justru itu mereka telah berpisah secara lahiriyah akan tetapi dalam
karena salah seorang suami istri meninggal dunia, maka masa iddah itu
adalah untuk menjaga agar nantinya jangan timbul rasa tidak senang dari
pihak keluarga suami yang ditinggal, bila pada waktu ini si istri menerima
lain.39
Apabila seorang istri dicerai karena talak yang mana bekas suami
tersebut masih berhak untuk rujuk kepada bekas istrinya. Maka masa iddah
itu adalah untuk berpikir kembali bagi suami untuk apakah ia akan
38
Chuzaimah T. Yanggo, dkk, op. cit., hlm. 168
39
Kamal Mukhtar, op. cit., hlm. 231
29
jangan menghalang-halangi bekas istrinya itu untuk kawin dengan laki-
laki lain.40
pria dan wanita dalam kasus ini hanya terkait pada masalah dhuhul
dan diantara mereka (suami istri) tidak mungkin rujuk kembali, namun
40
Ibid., hlm. 230
41
Chuzaimah T. Yanggo, dkk., op. cit., hlm. 168-169
30
E. Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa Iddah
berbunyi :
bagi istri”.42
Hal ini juga dipertegas dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 81 ayat (1
42
Arso Sastroatmodjo, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1981,
hlm. 95
31
1. Suami wajib menyediakan tempat tinggal bagi istri dan anak-anaknya atau
kediaman bagi istri selama masa iddah atau tempat kediaman bagi istri dapat
dialih artikan suami memberikan rumah yang lain untuk ditempati istri baik
selama pada masa iddah ataupun setelahnya. Akan tetapi bila istri itu sendiri
nafkah selama masa iddah, sebagaimana yang terdapat dalam pasal 149 (sub a
dalam iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau
43
Moh. Mahfud, op. cit., hlm. 199
44
Ibid., hlm. 210
32
Berdasarkan hasil wawancara dengan hakim Dra. Siti Nurjanah Diaz,
S.H. nafkah iddah itu tidak tergantung pada pihak istri itu sendiri. Adapun
suami sendiri yang dengan suka rela tnapa dituntut dulu oleh istri di
“Gugatan soal pengasuhan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta
hukum tetap”46
Nafkah iddah ini merupakan hak istri pada masa iddah dan kewajiban
suami pula untuk melaksanakannya. Akan tetapi dari tahun 1993 sampai 1995
masih relatif kecil yang melaksanakannya. Hal ini dikarenakan banyak faktor,
45
Siti Nurjannah Dias, op. cit.
33
Suami dapat untuk tidak melaksanakannya disebabkan si istri
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan diri, biaya pengobatan istri dan anak.
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf
(a) dan (b) di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari
istrinya.
7. Kewajiban suami yang dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz49
Dari bunyi pasal tersebut di atas tampak jelas suami dapat tidak
2. Apabila si istri dalam keadaan nusyuz, maka akibat hukumnya hak istri
pada masa iddah gugur dengan sendirinya baik perkara tersebut dalam
46
Moh. Mahfud, op. cit., hlm. 160
47
Siti Nurjanah Diaz, op. cit.
48
Ibid.
49
Moh. Mahfud, op. cit., hlm. 199
34
BAB III
WEWENANG PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN
KEWAJIBAN NAFKAH IDDAH KEPADA SUAMI ISTRI
YANG TELAH DICERAI
35
4. Undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang Undang-undang Peradilan
Agama
Islam.50
a. Pengadilan Umum
b. Pengadilan Agama
c. Pengadilan Militer
50
Moh. Mahfud MD, op. cit., hl. vii
51
M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan di Indonesia, Ind. Hill Co. Jakarta, 1991,
hlm. 99
52
Ibid., hlm. 100
36
Akan tetapi bila ditilik sampai seberapa jauh ruang lingkup
No. 14 tahun 1970, maka akan dapat berakibat kesalah pahaman dan
(dua puluh satu) tahun, dalamhal orang tua wali, atau keluarga
53
M. Yahya Harahap, op. cit., hlm. 136
37
(7) Pembatalan perkawinan
mematuhinya
kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri
(18) Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal
(19) Penunjukan seoragn wali dalam hal seorang anak yang belum cult
(20) Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang
(21) Penetapan asal usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
54
Ibid., hlm. 135
38
(22) Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
Pengadilan Agama. Masa iddah itu sendiri merupakan akibat dari suatu
55
Ibid., hlm. 138
39
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
masa iddah istri. Akan tetapi setiap perceraian yang terjadi bagi setiap istri
iddah yang telah diputuskan oleh pihak Pengadilan Agama karena itu
untuk kepentingan suami istri itu sendiri bila akan ruju’ kembali.
30 yang berbunyi :
56
Moh. Mahfud, op. cit., hlm. 60
57
Ibid., hlm. 136
58
Ibid., hlm. 145
59
Ibid., hlm. 210
40
Ini berjalan dengan peraturan perundang-undangan yang ada
karena penetapan masa iddah itu sendiri bagi hakim Pengadilan Agama
Akan tetapi jika seorang istri tidak mematuhi masa iddah yang
antara lain :
lain :
a. Perkawinan
Islam
60
Ibid., hlm. 210
41
Dari bunyi pasal di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Agama dalam yuridisnya. Adapun dalam penetapan masa iddah itu sendiri
61
Ibid., hlm. 154
42
BAB IV
perdata khusus.
menjalankan kewajibannya pada masa iddah isteri tergantung dari bekas isteri
tidak.
Dari bunyi pasal tersebut di atas maka dapat ditarik pengertian bahwa
perkara dapat diselesikan dan menjadi hak Pengadilan Agama apakah perkara
62
Moh. Mahfud, dkk., Pengadilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam dalam Tata
Hukum Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 1999, hlm. 159
43
Ini sejalan dengan pasal 77 ayat (5) Bab XII Kompilasi Hukum Islam
yang berbunyi :
dapat dilihat.
antara lain :
63
Ibid., hlm. 198
44
tentang suami yang tidak melakukan kewajiban tersebut Pengadilan
ditangani oleh Dewan Hakim pengadilan itu merupakan salah satu asas
Pengadilan Agama, dan bila dalam perdamaian tersebut ada kata sepakat
perdamaian saja, dan itu menunjukkan salah satu dari asas Pengadilan
Agama telah tercapai sebagaimana yang terdapat dalam pasal 56 ayat (2)
suatu perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang
(2) Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) tidak menutup
penyelesaian suatu perkara diatur dalam pasal 82 ayat (2) yang berbunyi :
luar negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara pribadi dapat
64
Ibid., hlm. 155
65
Ibid., hlm. 155
45
diwakili oleh kuasa hukumnya yang secara khusus dikuasakan
untuk itu”.66
yang berperkara. Sebab perdamaian itu sendiri memang sangat layak dan
suatu perkara yang dilaksanakan secara damai dan kekeluargaan itu telah
Agama.
pihak yang berperkara, seperti yang telah diatur pula pada pasal 31 ayat
(2) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yang berbunyi antara lain :
66
Ibid., hlm. 159
67
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Galia Indonesia, Jakarta, 1986,
hlm. 42
46
“Selama masalah belum diputuskan usaha perdamaian dapat
tetap.69
para pihak terutama kepada para pihak mantan suami yang tidak
68
Ibid., hlm. 80
69
Ibid., hlm. 43
47
Agama dapat memutuskan bahwa suami wajib memberikan biaya
istri mengenai besar kecil jumlah nafkah ersbut maka Pengadilan Agama
dapat menentukan jumlah dan wujud nafkah iddah kepada istri, dimana
kewajiban.
70
Ny. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan Islam,
cet. 2, Liberty, Yogyakarta, 1986, hlm. 124
71
Ibid., hlm. 124
72
Ibid., hlm. 125
48
Untuk mengetahui bentuk putusan atau penetapan Pengadilan
pasal 57 ayat (2), pasal 59 ayat (2) pasal 60-64 Undang-undang No. 7
tahun 1989.
umum”.73
terbuka untuk umum dan apabila setelah putusan perkara tersebut tidak
belah pihak yang berkepentingan yaitu antara suami dan istri secara
73
Moh Mahfud, op. cit., hlm. 155
49
besar kecilnya jumlah nafkah tersebut berdasarkan kemampuan suami dan
absolut.
nafkah iddah bagi si istri yang dicerai oleh suaminya dimana perkara tersebut
1989 dan inpres No. 1 tahun 1991 tentang pemasyarakatan Kompilasi Hukum
Islam.
74
Sukartun, op. cit.
50
Dari data-data yang didapat berdasarkan data primer Pengadilan
Agama Kota Salatiga pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 mengenai
lain :
Dari data di atas maka bisa memberikan gambaran secara nyata dan
jelas, terutama data mengenai suami yang menjalankan dan tidak menjalankan
masa iddah istri ini relatif, tergantung dari kesediaan si suami atau si istri
menuntut nafkah tersebut di Pengadilan Agama atau tidak. Nafkah iddah itu
itu bisa diajukan bersama-sama dengan tuntutan cerai atau setelah perkara
cerai diputuskan.
75
Sukartun, op. cit.
51
Akan tetapi kewajiban si suami atas nafkah iddah menjadi hilang
Masa Iddah
pada keadaan suami itu sendiri. Seperti kesediaan suami itu sendiri, atau
alasan ekonomi seperti mempunyai pekerjaan tapi tidak mencukupi atau tidak
mempunyai pekerjaan yang mapan, atau bisa jadi si istri tidak menuntut
nafkah tersebut
(a) Nafkah, kiswah, biaya perawatan dari biaya pengobatan bagi istri
dan anak
(b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan dari biaya pengobatan bagi
52
(5) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4)
dari istrinya.
(7) Kewajiban suami yang dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz.
berinteraksi dalam perkara tersebut. Jadi para pencari keadilanlah yang harus
seadil-adilnya.
secara langsung maupunt tidak langsung hak-hak istri terhadap suami pada
dengan sendirinya.
Hal ini sejalan dengan pasal 56 ayat (1) Undang-undang No. 7 tahun
53
“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
perekonomian.
dari tuntutan nafkah iddah tersebut, akan tetapi perkara ini sama sekali belum
pernah terjadi dalam bentuk suatu perkara perdata tentang suami tidak mampu
76
Moh Mahfud, op. cit. hlm. 155
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sesudah kesempitan.
b. Menurut Perundang-undangan
55
3) Jika suami atau istri melalaikan kewajiban masing-masing dapat
Salatiga pada tahun 2005 dalam penyelesaian nafkah iddah sudah ada
kesesuaian dengan hukum Islam. Akan tetapi ada beberapa kasus yang
diputuskan tidak sesuai dengan hukum Islam hal ini dikarenakan berbagai
hukum Islam bahwa nafkah iddah dalam Islam itu wajib dilaksanakan bagi
B. Saran-saran
1. Hendaknya masalah hak dan kewajiban suami istri pada masa iddah
56
2. Agar pemerintah dan DPR membuat suatu peraturan perundang-undangan
3. Dasar hukum putusan harus lebih dilengkapi. Hal ini untuk menghindari
adanya rasa ketidakpuasan dari kedua belah pihak yang berperkara. Serta
penetapan.
C. Penutup
kekurangan dan kekeliruan. Oleh sebab itu semua saran-saran yang sifatnya
yang kami sajikan bersifat konstruktif dan penulis harap dengan sangat untuk
57
DAFTAR PUSTAKA
B. Kelompol Al-Hadis
Imam Nawawi, Riyadhus Sholihin Jilid I, Pustaka Amani, Jakarta, 1992
Mahfud, Moh., Pengadilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam dalam Tata
Hukum Indonesia, cet. I, Yogyakarta Press, Yogyakarta, 1993.
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid VIII, terj. Drs. Muh. Thalib, PT Al
Ma’ruf, Bandung, 1987.
D. Kelompok Umum
58
Basyir, Azhari, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. I, Yogyakarta, 1997.
Muhtar, Kamal, Asas Hukum Perkawinan, cet. II, Bulan Bintang, Jakarta,
1987.
59
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
60