Professional Documents
Culture Documents
Ttd,
Sarwono Kusumaatmadja
-1-
DAFTAR ISI
Halaman
ATA PENGANTAR............................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL............…………………............................................................... 4
DAFTAR GAMBAR.............................……………............................................... 5
-2-
A. PELINGKUPAN DAMPAK PENTING........................................................... 29
1. ldentifikasi Dampak Potensial..............................................……... 29
2. Evaluasi Dampak 30
Potensial..............................................………....
3. Pemusatan Dampak 30
Potensia........................................................
B. PELINGKUPAN WILAYAH STUDI................................................................ 31
A. Batas Proyek...................................................................………….... 31
B. Batas 32
Ekologis...................................................................………......
C. Batas Sosial....................................................................…………..... 33
D. Batas Administrasi............................................................................. 34
C. PELINGKUPAN WAKTU PRAKIRAAN DAMPAK........................................ 34
-3-
-4-
DAFTAR TABEL
Halaman
-5-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
-6-
BAB I
PENJELASAN UMUM
A. LATAR BELAKANG
-7-
dampak pembangunan. Ekosistem laut menerima dampak tidak saja
yang berasal dan kegiatan pembangunan yang berlangsung di kawasan
laut, tetapi juga dan kegiatan pembangunan yang terletak di daerah
hulu. Saat ini sekitar 60 % penduduk Indonesia tinggal di kawasan pesisir.
Wajar bila saat ini ekosistem perairan pesisir merupakan salah satu
ekosistem yang paling rusak baik di tingkat global maupun nasional.
B. TUJUAN PANDUAN
-8-
Panduan tentang Penyusunan Analisis Dampak Lingkunan (ANDAL)
disajikan dalam Bab IV. Sebagai suatu panduan, maka segenap metode
yang disarankan dalam dokumen ini diuraikan secara garis besar dan
dilengkapi dengan bahan rujukan yang memuat metode pengumpulan
atau analisis data secara terpennci. Selanjutnya, panduan untuk
Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) disajikan pada Bab V. Secara skematis,
sistematika panduan ini mengikuti alur pikir proses penyusunan AMDAL
seperti pada Gambar 1.
Jenis dan besaran dampak yang akan timbul sangat bergantung pada
jenis kegiatan (proyek) pembangunan yang akan dilaksanakan dan
sistem lingkungan yang terkena dampak. Mengingat tujuan akhir dan
suatu studi AMDAL adalah untuk memelihara kapasitas keberlanjutan
segenap ekosistem alamiah. sementara vanasi jenis kegiatan
pembangunan jauh lebih banyak dan pada jenis ekosistem utama
wilayah pesisir dan lautan, maka segenap panduan dalam hal penentuan
paramater/komponen lingkungan yang harus ditelaah, pengumpulan
dan analisis data, prakiraan dan evaluasi dampak disusun berdasarkan
pada pendekatan ekosistem (ecosystem based approaches).
-9-
Rona Lingkungan RKL
Awal
Deskripsi RPL
Rencana
Kegiatan
Gambar 1. Pendekatan Sistem dalam Penyusunan AMDAL di Wilayah Pesisir dan laut
- 10 -
BAB II
KONSEP WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN
- 11 -
Wilayah pesisir lazim didefinisikan sebagai daerah peralihan antara
ekosistem laut dan daratan, ke arah laut meliputi perairan paparan
benua atau perairan laut yang masih terpengaruh oleh aktivitas manusia
atau proses-proses alamiah di daratan seperti pencemaran dan
sedimentasi, dan ke arah darat mencakup daerah yang terkena
percikan air laut atau proses-proses kelautan seperti pasang surut dan
salinitas.
(1) Zona mesopelagik, zona ini merupakan bagian teratas dan zona
afotik sampai kedalaman 700 - 1000 m atau hingga isoterm 1 0 0C
(2) Zona batipelagik, terletak pada daerah yang memiliki suhu berkisar
antara 10 - 4 kedalaman antara 700 - 100 m dan 2000 - 4000 m.
(3) Zona abisal pelagik, terletak di atas dataran pasut laut sampai
kedalaman 6000 m.
(4) Zona hadal pelagik, zona ini merupakan perairan terbuka dan palung
laut dalam dengan kedalaman 6000 hingga 10000 m.
- 12 -
Zona bentik di bawah zona neritik pelagik pada paparan benua
disebut sublitoral atau zona paparan. Zona ini dihuni oleh berbagai
organisme dan terdiri dan berbagai komunitas seperti padang lamun.
rumput laut dan terumbu karang. Daerah pantai yang terletak di antara
pasang tertinggi dan surut terendah disebut zona intertidal atau litoral.
Zona litoral merupakan daerah peralihan antara kondisi lautan ke kondisi
daratan sehingga berbagai macam organisme terdapat dalam zona ini.
1. Hutan Mangrove
a. Karakteristik
- 13 -
Selain itu akibat ketergantungan mangrove terhadap aliran air tawar
menyebabkan penyebaran mangrove juga terbatas. Oleh karenanya
mangrove tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal di daerah
tropis dan sub-tropis yang cukup mendapat aliran air tawar. Hutan
mangrove ditemukan tumbuh di sepanjang pantai-pantai yang
terlindung dan aktivitas gelombang besar dan arus pasang- surut yang
kuat. Gelombang yang besar dan arus pasang-surut yang kuat tidak
memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen yang diperlukan
sebagai substrat bagi tumbuhnya mangrove ini (Snedaker et al., 1985..
Nontji, 1987).
- 14 -
Tumbuhan mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk
dapat terus hidup di perairan laut yang dangkal. Daya adaptasi tersebut
meliputi (Nybakken, 1988):
(1) Perakaran yang pendek dan melebar luas, dengan akar penyangga
atau tudung akar yang tumbuh dan batang dan dahan sehingga
menjamin kokohnya batang.
- 15 -
Ada 3 parameter lingkungan utama yang menentukan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove, yaitu:
- 16 -
2. Padang Lamun (Sea Grass Beds)
a. Karaktenstik
- 17 -
(1) Kecerahan
(2) Temperatur
(3) Salinitas
(4) Substrat
- 18 -
(5) Kecepatan Arus Perairan
a. Karaktenstik
- 19 -
yang jumlahnya terbanyak yang dapat ditemui di sebuah terumbu
karang. Goldman dan Talbot (1976) dalam Nybakken (1988) menyatakan
bahwa banyak dari karnivora ini tidak mengkhususkan makanannya
pada suatu sumber makanan tertentu, tetapi sebaliknya mengambil apa
saja yang berguna bagi mereka. Terumbu karang menempati areal yang
cukup luas dan terdiri dari asosiasi yang kompleks yang mempunyai
sejumlah tipe habitat yang berbeda-beda dan semuanya berada dalam
sistem yang sama. Namun kesemuanya terjalin dalam hubungan
fungsional yang harmonis. Di samping itu, terumbu karang dapat
melindungi komponen ekosistem pesisir dan laut lainnya dari tekanan
gelombang dan badai.
(1) Kecerahan
(2) Temperatur
(3) Salinitas
- 20 -
1. Banyak spesies terumbu karang yang peka
terhadap perubahan salinitas (naik turun) yang besar.
Umumnya, terumbu karang tumbuh dengan baik di sekitar
areal pesisir pada salinitas 30 - 35 0/00. Meskipun terumbu
karang mampu bertahan pada salinitas di luar kisaran
tersebut, namun pertumbuhannya kurang baik
dibandingkan pada salinitas normal.
a. Karaktenstik
- 21 -
Parameter lingkungan utama untuk ekosistem rumput laut adalah
(1) kekeruhan, kecerahan air. (2) kandungan padatan terlarut dan
tersuspensi dan (3) arus laut.
5. Estuaria
a. Karaktenstik
Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu fauna lautan, air tawar
dan payau atau estuaria. Komponen fauna yang terbesar didominasi
oleh fauna lautan, yaitu hewan stenohaline yang terbatas
kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas yaitu hanya
mampu rnentolelir sampai 30 0/00 dan hewan eurihalin, hewan ini khas
laut karena mampu mentolelir penurunan salinitas hingga di bawah 30
0/00. Komponen air payau atau estuaria terdiri dari species yang hidup di
- 22 -
Parameter lingkungan utama untuk ekosistem estuaria adalah (1)
aliran sungai, seperti limbah, toksikan. sedimen dan nutrien; (2) sifat-sifat
fisik air laut, seperti pasang surut, arus laut dan gelombang.
a. Karaktenstik
Parameter utama bagi daerah pantai berpasir adalah (1) Pola arus
yang akan mengangkut pasir yang halus; (2) Gelombang yang akan
melepaskan energinya di pantai dan (3) Angin yang juga merupakan
pengangkut pasir.
a. Karaktenstik
- 23 -
pada pasang surut. Zonasi habitat ini mengakibatkan zonasi organisme
yang menghuni pada batuan tersebut. Zonasi komunitas biota di batu-
batu yang dipengaruhi oleh fenomena pasang lebih nyata daripada
tempat lain manapun karena batu menyediakan tempat menempel
yang baik dan juga perlindungan bagi mereka. Komunitas biota di
daerah berbatu jauh lebih kompleks dan daerah lain karena
bervanasinya niche ekologis yang disediakan oleh genangan air, celah-
celah batu, permukaan bau dsb, dan hubungan mereka yang bervariasi
terhadap cahaya, gerakan air, perubahan suhu dan faktor lainnya.
a. Karakteristik
- 24 -
Parameter utama yang mendukung ekosistem ini adalah
parameter yang berkaitan dengan terjaminnya kondisi alam ekosistem
tersebut.
a. Karaktenstik
C. MASYARAKAT PANTAI/KELAUTAN
- 25 -
sangat dominan pada masyarakat di wilayah pesisir atau pantai. oleh
sebab itu, pembahasan mengenai karakteristik masyarakat pantai pesisir
dan kelautan ini difokuskan pada kelompok tersebut.
- 26 -
mungkin memperoleh tangkapan yang sangat tinggi. tapi pada hari
berikutnya bisa saja "kosong".
- 27 -
Seringkali nelayan besar juga merangkap sebagai pedagang
pengumpul. Namun demikian, biasanya ada pula pedagang pengumpul
yang bukan nelayan, sehingga pedagang ini merupakan kelas tersendiri.
Mereka biasanya menempati posisi yang dominan berhadapan dengan
para nelayan kecil.
- 28 -
dalam kegiatan melaut. lni antara lain yang menyebabkan anak-anak
nelayan banyak yang tidak sekolah.
- 29 -
BAB III
PROSES PELINGKUPAN
DALAM PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN
- 30 -
keaneragaman jenis biota, penyusun ekosistem pesisir atau lautan yang
terkena dampak proyek.
- 31 -
B. PELINGKUPAN WILAYAH STUDI
a. Batas Proyek
- 32 -
Jika ada hal-hal khusus di atas, maka sebaiknya kegiatan suatu
proyek itu dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak
ekosistem tersebut, atau bahkan harus dialihkan lokasinya.
b. Batas Ekologis
c. Pencemaran.
- 33 -
(1) Jika kecepatan arus rataan dan perairan yang diteliti adalah 0.1
m/detik, dan bertipe pasut tunggal (waktu pasang tertinggi yang satu
dengan yang berikutnya adalah 24 jam), maka jarak terjauh
persebaran dampak oleh pasut adalah 0.1 m/detik x 12 jam = 4320
meter.
(2) Jika perairan tersebut mempunyai kecepatan arus yang sama seperti
di atas, tetapi mempunyai tipe pasut ganda (waktu pasang tertinggi
yang satu dengan yang berikutnya adalah 12 jam), maka jarak
terjauh persebaran dampak oleh pasut adalah 0.1 m/det x 6 jam =
2.160 meter.
c. Batas Sosial
- 34 -
akan berubah mendasar sebagai akibat adanya rencana usaha
atau kegiatan.
d. Batas Administratif
- 35 -
relatif stabil sampai tahun 1990, sehingga petani udang pada waktu itu
pun menjadi makmur. Namun demikian, sejak tahun 1991 produktivitas
udang mereka menjadi turun dan sering terjadi kegagalan panen udang
karena kematian udang secara rnassal atau pertumbuhannya yang
terhambat (stunted growth). Hal ini ternyata adalah akibat tercemarnya
perairan pesisir oleh limbah organik tambak sendiri, yang sekaligus
menjadi sumber air untuk proses produksi tambak selanjutnya.
- 36 -
BAB IV
- 37 -
Di daerah yang terkena dampak, pengambilan contoh dilakukan
dari daerah yang paling dekat dari sumber dampak hingga yang terjauh
sesuai dengan batas wilayah studi dan sebaran dampak yang sudah
ditentukan sebelumnya.
- 38 -
Berikut ini diuraikan teknik pengumpulan dan analisis data untuk
komponen fisik lingkungan yang dapat digunakan dalam Studi AMDAL.
a.1. Batimetri
(1). Mengetahui pola dan proses fisik yang terjadi di perairan pesisir
dan lautan, seperti pola arus atau gelombang.
(1). Jika garis isodepth saling sejajar satu dengan lainnya, maka ini
berarti bahwa dasar perairan menurun secara teratur.
(2). Jika garis isodepth yang satu dengan lainnya merapat, ini berarti
bahwa dasar perairan tersebut menurun dengan curam.
(3). Jika garis isodepth yang satu dengan lainnya merenggang, maka
ini dapat diartikan bahwa dasar perairan tersebut landai.
- 39 -
(1). mengetahui besarnya limpasan air tawar yang masuk ke laut
melalui muara sungai.
(1). Besarnya debit aliran sungai perlu dibedakan ketika air pasang dan
air surut.
a.3. Angin
- 40 -
(3). Memprakirakan arah dan cepat penyebaran limbah terapung
yang terjadi di perairan, seperti tumpahan minyak atau bahan
pencemar lainnya.
(2). Tidak langsung, dengan melihat gerak ranting pohon di pesisir, atau
kondisi gelombang, dan mengkonversikannya menjadi kecepatan
angin dengan skala Beufort misalnya. Cara ini tidak dianjurkan
karena hasiinya tidak akurat dan arah dari angin tidak dapat
diketahui dengan pasti.
(1). Dari data angin dibuat rosa angin (wind roses) yang
menggambarkan arah dan kecepatan angin untuk tiap bulannya.
(2). Dari data tersebut dapat diketahui arah dan kecepatan angin
dominan untuk tiap bulan, yang akan digunakan untuk keperluan
lain. seperti memprakirakan besar gelombang atau persebaran
limbah terapung di perairan tersebut.
- 41 -
(2). Mengetahui proses gerakan massa air yang disebabkan oleh pasut.
(1). Langsung, dengan mengukur tinggi muka laut sejam satu kali,
selama 24 jam sehari, dan paling sedikit selama 15 hari, untuk
dapat menganalisis amplitudo, dan fase dan komponen-
komponen pasutnya.
(1). Ditempatkan di lokasi yang selalu terendam air pada saat surut
terendah
(2). Diternpatkan di lokasi yang tidak banyak dilalui oleh transportasi air
(3). Terlindung dari hempasan gelombang besar, dan arus yang deras
- 42 -
tentang metoda Admiralti dapat diperoleh dari DISHIDROS-AL,
Ancol, Jakarta.
a.5. Gelombang
- 43 -
a.5.2. Analisis Data
a.6. Arus
(1). Mengetahui arah dan besarnya massa air yang mengalir dari suatu
tempat ke tempat lain.
(1). Metoda Lagrangian, yaitu dengan cara mengikuti arah gerak dari
massa air. Alat yang digunakan adalah benda apung seperti
floating drogue. Kecepatan arus ditentukan dengan menghitung
lama waktu yang diperlukan benda apung tersebut menempuh
jarak tertentu. Adapun arah arusnya ditentukan dengan
menggunakan kompas. Metoda ini sangat sederhana, mudah
dilaksanakan, tetapi akurasinya rendah.
(2). Metoda Eulerian, dimana aliran massa air diukur dari suatu titik
yang tetap (tidak bergeser), Alat yang digunakan untuk keperluan
ini adalah alat pengukur arus (current meter). Alat pengukur ini
dapat berdasarkan gerakan mekanik (dengan baling-baling), arus
listrik (GEK), atau dengan gelombang suara/akustik (ADCP,
Acoustic Doppler Current Profiler).
- 44 -
a.6.2. Analisis Data
(1). Dari data hasil pengukuran, arah dan kuat arus dapat
digambarkan (diplotkan) pada koordinat polar (sumbu x dan y
menunjukkan arah dan arus, dan jarak dari titik pusat menunjukkan
kuat arusnya).
(2). Dari grafik tersebut, dapat diketahui arah dan kuat arus yang
dominan di perairan yang diamati.
a.7. Suhu
(2). Mengetahui adanya proses penaikan massa air dari lapisan bawah
permukaan menuju ke permukaan (dikenal sebagai proses
upwelling)
- 45 -
(3). Untuk perairan dalam (lebih dari 20 meter) pengukuran suhu
dilakukan pada kedalaman-kedalaman standar, yaitu pada
(dalam meter) permukaan; 10; 20; 30; 50; 75; 100; 125; 150; 175; 200;
250; 300; 400; dan seterusnya (lihat Sverdrup et al. (1961)). Suhu
sebaiknya diukur secara vertikal dan horisontal.
a.8. Kecerahan
(3). Ada atau tidaknya bahan organik yang terlarut atau tersuspensi di
perairan yang diamati.
- 46 -
kedalamannya. Alat ini sederhana, mudah dioperasikan, murah,
tetapi akurasinya rendah.
a.9. Salinitas
a.10. Sedimentasi/Erosi
- 47 -
(2). Mengetahui kestabilan wilayah pesisir.
- 48 -
a.11.1. Pengumpulan Data
- 49 -
b. Komponen Kimia
Air laut merupakan larutan kompleks yang terdiri dari mineral, unsur
hara, dan garam. Pada hakekatnya semua unsur stabil yang kita kenal
bisa kita jumpai dalam air laut, walaupun kadang-kadang hanya dalam
konsentrasi yang sangat kecil. Kehidupan secara umum sangat
bergantung pada ketersediaan karbon, oksigen, nitrogen, dan fosfor,
selain air. Nitrogen merupakan salah satu unsur dalam asam amino, yang
merupakan bahan untuk protein, sedangkan fosfor diperlukan untuk
bahan pembentuk senyawa seperli ATP (adenosine trifosfat) yang sangat
penting dalam proses transfer energi di dalam tubuh organisme. Di
dalam air laut, unsur-unsur yang disebutkan di atas tersedia dalam bentuk
senyawa bikarbonat, fosfat, dan nitrat terlarut, serta bentuk-bentuk
lainnya. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan fisik di ekosistem perairan
(mangrove, terumbu karang, estuaria, dan sebagainya) parameter
kimiawi harus selalu diperhatikan.
- 50 -
Dalam mengukur kandungan oksigen terlarut suatu perairan, perlu
diperhatikan siklus harian dan produksi 02 yang maksimum pada siang
menjelang sore hari, ataupun yang minimum menjelang pagi hari.
- 51 -
b.2.2. Analisis Data
b.3. Fenol
- 52 -
perlu ditambahkan larutan H2S04 pekat hingga pH-nya mencapai 2 agar
proses biodegradasi dapat dihambat. Konsentrasi minyak dan lemak dari
air contoh di atas diukur dengan menggunakan metode Atomic
Absorbtion Spectrophotometer (AAS) lnfra Red dengan ekstrasi freon.
b.5. Nutrien
- 53 -
b.6.1. Pengumpulan Data
(1). untuk mengetahui laju erosi yang masuk ke dalam perairan pesisir.
- 54 -
c. Komponen Biologi
- 55 -
(3). Untuk tumbuhan pepohonan pada stadia pohon (tinggi 1,5 m atau
lebih), gunakan petak contoh (plot) berukuran 20x20 m2.
Data yang perlu diketahui dari ekosistem rumput laut dan padang
lamun adalah : (1) Kerapatan; (2) Kerapatan Relatif; (3) Frekuensi; (4)
Frekuensi Relatif; (5) Keanekaragaman; dan (6) Dominansi.
- 56 -
Berbagai jenis biota yang hidup di daerah terumbu karang
merupakan suatu komunitas yang terdiri dari berbagai tingkatan trofik, di
mana masing-masing komponen dalam komunitas ini memiliki
ketergantungan yang erat satu sama lain. Terumbu karang dijadikan
tempat oleh berbagai jenis biota tersebut, baik sebagai tempat
berlindung dan mencari makan maupun sebagai tempat pemijahan dan
pembesaran. Karena itu, terumbu karang memberikan andil yang besar
bagi keanekaragaman biota dan dapat menjadi sumber plasma nutfah
bagi ekosistem pesisir maupun lautan.
c.4. plankton
- 57 -
c.4.1. Pengambilan Data
C.5. Benthos
- 58 -
Substrat dasar yang telah diambil disaring dengan
menggunakan saringan bertingkat (sieve set) untuk memisahkan
contoh makrozoobenthos dan substrat dasar. Untuk membantu
pemisahan tersebut dapat pula dilakukan dengan menambahkan
larutan gula pada contoh yang akan disaring.
C.6. Nekton
- 59 -
tertangkap langsung diukur dan ditimbang. Sebagian diambil sebagai
contoh dengan memasukkannya kedalarn kantong plastik dan
dipisahkan berdasarkan lokasi pengambilan contoh. Untuk organisme
yang berukuran besar, sayat bagian perutnya dan awetkan di dalam
larutan formalin berkadar 10 %. Sedangkan organisme yarlg berukuran
kecil diawetkan di dalam larutan formalin berkadar 4 – 5 %
Data yang perlu dianalisis untuk parameter ini antara lain adalah
(1) Kelimpahan, dan (2) Keanekaragaman.
a. Burung (AVES)
Dari data itu dapat dianalisis nilai Kelimpahan Relatif (KR) dan nilai
lndeks Keanekaragaman Jenis (H1).
- 60 -
Tabel 1 . Pencatatan Metode IPA untuk Satwa Burung
a. Burung (AVES)
- 61 -
Frekuensi Suatu Jenis
FR (%) = --------------------------------- X 100 %
Frekuensi Semua Jenis
H1 = Σ (pi In pi)
dimana :
pi = ni
- 62 -
N
d. Komponen Sosial
- 63 -
- Wawancara mendalam dengan menggunakan
pedoman pertanyaan
- 64 -
- Presisi (ketepatan/akurasi) yang dikehendaki dari studi
ANDAL. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin
besar jumlah sampel yang akan diambil.
- 65 -
positif maupun negatif. Dampak positif terjadi manakala kualitas
lingkungan dengan adanya kegiatan pembangunan lebih baik daripada
tanpa kegiatan pembangunan. Dampak negatif terjadi, apabila kualitas
lingkungan dengan adanya kegiatan pembangunan lebih buruk
daripada kualitas lingkungan tanpa kegiatan pembangunan. Selain itu,
prakiraan dampak yang mungkin menimpa segenap komponen
lingkungan tersebut hendaknya meliputi rentang waktu pra-konstruksi,
konstruksi, operasi dan pasca operasi dari suatu rencana kegiatan.
a. Pendekatan Sistem
- 66 -
Dalam perspektif pendekatan sistem, ada beberapa hal khusus
(spesific) yang harus diperhatikan dalam melakukan identifikasi,
prakiraan, dan evaluasi dampak suatu rencana kegiatan di wilayah
pesisir dan lautan. Beberapa hal khusus tersebut diuraikan di bawah ini.
- 67 -
kualitas sebuah ekosistem mangrove, maka aliran dampaknya tidak
hanya terjadi pada ekosistem mangrove itu sendiri, melainkan menyebar
hingga ekosistem padang lamun atau terumbu karang. Hal ini
disebabkan adanya keterkaitan antara fungsi ekologis dan ekosistem
mangrove dengan kedua ekosistem tersebut di atas. Keterkaitan yang
terjadi antara ketiga ekosistem tersebut, paling tidak terjadi untuk 5 hal,
yaitu (1) keterkaitan fisik, (2) keterkaitan suplai nutrien, (3) keterkaitan
bahan-bahan organik, (4) keterkaitan migrasi biota, dan (5) keterkaitan
aktifitas manusia yang memanfaatkan jasa-jasa sumberdaya ketiga
ekosistem tersebut. Dengan demikian sebuah studi AMDAL harus
melakukan sebuah prakiraan dampak yang bersifat holistik, dan tidak
hanya pada ekosistem di mana kegiatan pembangunan (proyek)
tersebut dilakukan, tetapi ekosistem lain yang terkait dengan ekosistem
termaksud.
- 68 -
lain sesuai dengan konsep keterkaitan antar dan inter ekosistem seperti
yang telah diuraikan di muka.
Salah satu berkah alamiah dari ekosistem pesisir dan lautan adalah
sebagai penampung limbah. Berkah ini berimplikasi pada ketajaman
prakiraan dampak yang harus dilakukan dalam sebuah studi AMDAL.
Artinya, analisis prakiraan dampak tidak hanya difokuskan pada sumber
dampak dan kegiatan pembangunan (proyek) yang sedang dianalisis,
melainkan harus pula memperhatikan aliran dampak yang disebabkan
oleh sumber dampak di luar wilayah pesisir dan lautan, seperti dari
daerah atas (upland).
- 69 -
a. Memindahkan rencana kegiatan pembangunan ke tempat
lain atau memindahkan lokasi,
- 70 -
BAB V
Arahan Umum
Dalam arahan umum ini diuraikan beberapa hal yaitu : (1) Dampak
lingkungan yang harus dikelola dan atau dipantau, (2) lsi utama dari
dokumen RKL dan RPL dan (3) Pendekatan pengelolaan/pemantauan
lingkungan.
- 71 -
A. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)
Sumber Dampak
- 72 -
dampak negatip penting serta berbagai upaya untuk
mengembangkan dampak positip penting akibat kegiatan proyek.
- 73 -
dokumen ANDAL maupun RKL terlaksana secara efektif dan untuk
mendeteksi perubahan-perubahan yang tidak terduga pada
komponen/parameter lingkungan tertentu.
Oleh karena itu isu pokok dari suatu dokumen RPL harus mencakup :
(1) sumber dampak, (2) jenis dampak lingkungan yang diperkirakan akan
timbul, (3) komponen/parameter lingkungan yang akan dipantau, (4)
tolak ukur dampak. (5) alat dan metode pengambilan contoh serta
analisis datanya, (6) lokasi pemantauan. (7) waktu dan biaya
pemantauan dan (8) instansi pelaksana.
Pada butir ini hendaknya dijelaskan alat dan metoda yang tepat
untuk mengukur setiap parameter lingkungan yang akan dipantau. Selain
itu metoda analisis data juga harus dikemukakan secara jelas.
Lokasi Penantauan
- 74 -
Institusi Pemantauan Lingkungan
- 75 -
DAFTAR PUSTAKA
Browe, J.E. and J.A. Zar. 1977. Field and Laboratory Methods for General
Ecology. Wim. C Brown C Co Publishing. Iowa.
Browe. J.E. and J.A. Zar. 1989. Field and Laboratory Methods for General
Ecology. Third Edition. Wim. C Brown C Co Publishing. Iowa.
- 76 -
English, S., C. Wilknison and V Baker. 1994. Survey Manual for Tropical
Marine Resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living
Coastal Resources. Australian Institute of Marine Science,
Townsville. Australia.
Hamilton, L.S. and S.C. Snedaker. 1984. Handbook for Mangrove Area
Hodgson, G and John A Dixon. 1988. Logging versus Fishenes and Tourism
in Palawan. Occasional Papers of The East-West Environment and
Policy Insutute.
- 77 -
Nonjti. A- 1987 Laut Nusantara Penerbit Djambatan Jakarta
Odum. H-T. 1982. System Ecology : An Introduction- John Wiley and Sons.
New York-
Pearson- T-R-. Y. Maita, and C.M. Laili. 1984. A Manual of Chemical and
Biological Methods for Seawater Analysis. Pergamon Press. Oxford.
XIV + 173 pp.
Salm. R.V. and J.R. Clafk. 1984. Marine and Coastal Protected Areas A
Guide for Planners and Managers. IUCN. Glaild, Switzerland.
WCED. 1987. Our Common Future. Oxford University Press. New York. 400
pages.
- 78 -
Lampiran 1. Beberapa Contoh Analisa Data Komponen Biologi
Analisis Data
(1). Kerapatan (D), yaitu jumlah total individu dalam suatu unit area
yang diukur :
Di = ni/A
Dimana:
Di = kerapatan jenis i
Ni = adalah jumlah total individu dari jenis i
A = adalah luas area total pengambilan contoh.
RDi = ni/ n
di mana :
RD = kerapatan relatif
ni = jumlah individu jenis
∑n = jumlah total individu seluruh jenis
(3). Frekuensi (F). yaitu peluang ditemukannya suatu jenis dalam petak
contoh yang dibuat :
Fi = pi/∑p
dimana :
Fi = frekuensi jenis i
(4). Frekuensi Relatif (RF), yaitu perbandingan antara frekuensi jenis i (Fi)
dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F).
RF Fi/F
- 79 -
Dimana:
RF = frekuensi relatif
Fi = frekuensi jenis ke-i
∑F = jumlah frkuensi untuk seluruh jenis
Ci = ai/A
Dimana:
Ai = luas total area penutupan jenis i.
A = luas area total pengambilan contoh.
RC = Ci/∑C
Di mana:
RC = penutupan relatif.
ci = luas area penutupan jenis i.
∑C = total area penutupan untuk seluruh jenis.
(7) Jumlah nilai kerapatan relatif (RD), frekwensi relatif (RF) dan
penutupan relatif (RC) untuk jenis i disebut sebagai indeks Nilai
Penting (IV):
- 80 -
komunitas. lndeks keanekaragaman yang digunakan di sini adalah
indeks keanekaragaman Shannon(Daget, 1976: Magurran. 1988).
Analisis Data
Data yang perlu diketahui dan ekosistem rumput laut dan padang
lamun adalah :
(1). Kerapatan (D), yaitu jumlah total individu dalam suatu unit area
yang diukur :
Di = ni/A
Dimana
Di = kerapatan jenis i
n = adalah jumlah total individu dari jenis i
A = adalah luas area total pengambilan contoh.
RDi = ni/∑n
Di mana :
RD = kerapatan relatif
n, = jumlah individu
n = jumlah total individu seluruh jenis
(3). frekuensi (F), yaitu peluang ditemukannya suatu jenis dalam petak
contoh yang dibuat:
Fi = pi/∑p
Dimana:
Fi = frekuensi jenis i
- 81 -
Pi = jumlah petak contoh di mana ditemukan jenis i
∑p = jumlah total petak contoh yang dibuat.
(4). Frekuensi Relatif (RF), yaitu perbandingan antara frekuensi jenis i (Fi)
dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F);
RF = Fi/∑F
Di mana:
RF = frekuensi relatif
Fi = frekuensi jenis ke-i
∑F = jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
Dimana:
H = Indeks Keanekaragaman Shannon
Ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis.
∑i = ∑ni(ni-1)/N(N-1)
Di mana:
Analisis Data
- 82 -
(1). Penutupan (C), yaitu persentase penutupan satu jenis karang hidup
(yang diproyeksikan ke dasar perairan) pada suatu area tertentu.
C = a/A x 1 00%
Di mana:
a = penutupan karang jenis i (cm)
A = ukuran transek (cm).
HB = In N - ∑In ni / N
Dimana :
HB = indeks keanekaragaman Brillouin
Ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis.
4. Plankton
Analisis Data
- 83 -
sini adalah indeks keanekaragaman Shannon (Daget. 1976.
Magurran, 1988) :
Dimana :
H = lndeks Keanekaragaman Shannon
Ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis.
Ti = ∑ni(ni-1)/N(N-1)
Di mana :
Ti = indeks dominansi Simpson
Ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis.
5. Benthos
Analisis Data
X = Xi/n
Dimana :
X = rata-rata jumlah individu pada pengambilan contoh ke n.
Xi = jumlah individu pada pengambilan contoh ke i.
N = jumlah pengambilan contoh.
- 84 -
Hi = -∑Pi log2 Pi = -∑ni/N log2 ni/N
Dimana :
H = lndeks Keanekaragaman Shannon
ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis.
ti = ∑ni(ni-l)/N(N-1)
Di mana :
Ti = indeks dominansi Simpson
ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah total indifidu seluruh jenis
Di = 2a / 2a + b + c
Dimana :
Di = lndeks Dice
a = jumlah jenis makrozoobenthos yang ditemukan pada kedua
lokasi atau waktu yang diperbandingkan.
b = jumlah jenis makrozoobenthos yang ditemukan pada lokasi
atau waktu ke-1
c = jumlah jenis makrozoobenthos yang ditemukan pada lokasi
atau waktu ke-2.
- 85 -
Cz = 2Nmn / (Ni + Nj)
Dimana
Cz = indeks Czekanovski
Nmn = kelimpahan terendah untuk tiap jenis Makrozoobenthos
yang ditemukan pada kedua lokasi atau waktu i dan j
yang diperbandingkan.
Ni. Nj = kelimpahan makrozoobenthos pada lokasi atau waktu i
dan j
6. Nekton
Analisis Data
NA = ∑s (Pi) 1 / (1 -A)
I=1
Dimana:
NA = Kelompok indeks keanekaragaman Hill
Pi = Proporsi individu (biomassa) jenis ke-i
A = Urutan (orde) jumlah N: (0,1,2)
N0 = S (jumlah total jenis)
N1 = eH' (H'= - ∑pi log2pi, indeks shannon)
N2 = 1/t(t=∑pi2, indeks simpson
- 86 -
GAMBAR 1 SISTEMATIKA STUDI PANDUAN AMDAL UNTUK PEMBANGUNAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN
Ekosistem pesisir
Dan lautan
Evaluasi dampak
Premise dasar
AMDAL kelautan
Arahan
RKL dan RPL
- 87 -
- 88 -
Lampiran 2. Contoh Pendekatan Model Matematik Dalam Prakiraan
Dampak Penting
a. Komponen Fisik-Kimia
Kualitas udara
di mana .
C = konsentrasi suatu gas di atas permukaan tanah (Ug/m2)
Q = banyaknya gas yang dikeluarkan (Ug/detik)
Y = pembauran parameter gas secara horisontal
Z = pembauran parameter gas secara vertikal
V = rata-rata kecepatan angin (meter/detik)
H = tinggi cerobong efektif (meter)
X,y = jarak terjauh angin yang searah dan berlawanan arah angin
(meter)
Y = tinggi permukaan di atas tanah (meter)
- 89 -
Kadar Logarn Berat
di mana :
Kt = Ko . 10-rt
Dimana:
Buangan termal
- 90 -
(1) Menentukan peningkatan kelebihan termal di sekitar pembuangan
(2) Menentukan besarnya kehilangan termal akibat adanya jarak dan
pembuangan
(3) Menentukan plume trajectory
(4) Menentukan areal suhu guna menduga dampak potensial
pembuangan termal terhadap sumberdaya biologi.
F = SQR(u/(∆/)). gd
di mana:
F = densimetric froude number
U = velositas lokal
∆ = perbedaan densitas antara pembuangan dan air ambient
= densitas ambient
g = akseleritas gravitasi
d = dimensi referensi, nilai ini biasanya diambil dari kedalaman
aliran dan saluran pembuangan
- 91 -
(a). Pengaruh Angin
Vd = 0.033 Vv
Karena angin tidak selalu bertiup dengan kecepatan dan arah yang
tetap, rnaka variasi tersebut perlu dipertimbangkan dengan
memasukkan faktor presentase (Pw) untuk mengoreksinya. Presentase
kejadian diperoleh dengan melihat arah angin dominan pada bulan-
bulan tertentu, sedangkan kecepatannya merupakan rata-rata
kecepatan pada arah dominan tersebut. Sehingga untuk mencapai
jarak tertentu (D), waktu yang diperlukan oleh lapisan minyak adalah :
Tw = D/0.033 Vw x Pw
Tc = D/Vc x Pc
di mana :
VC = kecepatan arus permukaan
Pc = presentase arah arus dominan (current constancy)
- 92 -
Vcw = 0.033 Vw + 0.56 VC
Q = 0,34 nE Sm 2X
a.1. Sedimentasi
- 93 -
• Sifat fisik-kimia dari sedimen (terutama yang berada di dasar
perairan), seperti ukuran, sebaran, densitasnya, dan bentuk dari
sedimen, kandungan sedimen tersuspensi, dan komposisi kimia
sedimen.
• Sifat fisik-kimia dari media yang mengelilinginya, yaitu dari badan air
di perairan yang diamati, seperti kecepatan alir dari badan air
(arus), sifat aliran (laminar atau turbulin), tahanan dasar perairan
(bed shear stress), salinitas, dan komposisi kimia dari badan airnya.
(U 2 +V 2 ) 1/2
U* = ------------------- (1,1)
22
dimana :
2. Kecepatan rerata, Vr, aliran massa air perlu diketahui. Data ini
diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan.
Tb = P(U*)2 (1,2)
- 94 -
d P*vs*C
S = --------(C) = ------------- (1,3)
dt d
= 1 -(Tb/Tc)
Jika nilai C<3.(10-4 )kg/l maka nilai vs yang digunakan adalah tetap
= 6.6 (10-6) m/s
Jika nilai C>3.(10-4 ) kg/l maka nilai vs yang ditentukan sbb:
vs = K(C) 4/3 dimana K adalah konstanta empiris (0.3)
Jumlah Penduduk
Pn = Po (1 +r)t
- 95 -
di mana :
Densitas Penduduk
Dtp = Po(1+rtp)t/L
di mana :
di mana:
Li = luas lahan yang dipergunakan untuk proyek
PO = jumlah penduduk awal tahun
rdp = angka rata-rata( pertumbuhan penduduk dengan proyek
t = waktu prediksi (tahun)
Ltot = Luas total daerah
Li = luas lahan yang dipergunakan untuk proyek
D = Ddp Dtp
- 96 -
di mana:
D = dampak proyek pembangunan terhadap densitas penduduk
Ddp = densitas penduduk dengan proyek
Dtp = densitas penduduk tanpa proyek
Y = C + l + G + (X - M)...................................... (1)
C = a1 + b1yd...................................... (2)
Yd = Y - Tx
Tx = a2 + b2Y ......................................... (3)
- 97 -
`menggunakan prinsip anggaran berimbang. Oleh karena itu
pengeluaran pemerintah dapat diasumsikan sama dengan penerimaan
pemerintah yang dihasilkan dari pajak dan retribusi-retribusi daerah, atau
G = Tx = a2 + b2Y.
Jika persamaan (2), (3) dan (4) disubsitusikan ke dalam persamaan (1),
maka:
(a1 + a2 + a3 - a2b1) + 1
Y = ------------------------------------- atau
(1 – b1 - b2 - b3 + b1b2)
1
Y = ---------- * (A + 1)
(1 -B)
sehingga:
1
-------------- = r = koefisien pengganda investasi terhadap PDRB
(1-B)
Yt = 79,263.467 + 6.8185 lt
dimana :
- 98 -
investasi tanpa pelaksanaan proyek (l1t.) dan investasi (l2t).
dimana :
l1tt = Jumlah investasi tahun ke tt,
l1o0 = jumlah investasi tahun ke oO, dan
r = koefisien pertumbuhan investasi.
Ynt = Yt - Txt - Dt
dimana:
Ynt = PDRN atas biaya faktor pada tahun ke t,
yt = PDRN pada tahun ke i.
TXt = pajak dan retribusi-retribusi daerah pada tahun ke t
yang dihitung berdasarkan rumus i
dimana:
TXo = total pajak dan retribusi-retribusi daerah pada tahun keo
dan r adalah tingkat pertumbuhan tahunan dari Tx,
Dt = penyusutan barang modal pada tahun ke t yang
dihitung berdasarkan rumus :
Dt = Do (1 + r )t
- 99 -
dimana:
Pt = Po (1 + r)t
dimana :
Po = Jumlah penduduk pada tahun keo dan r adalah tingkat
pertumbuhan penduduk.
log Y = a + b log x
dimana :
Y = Pendapatan Asli Daerah,
x = PDRB, dan
b = Koefisien elastisitas yang menjadi faktor pengganda PAD.
dimana :
Y = jumlah orang yang bekerja,
x = jumlah investasi, dan
b = koefisien elastisitas yang menjadi faktor pengganda kesempatan
kerja.
- 100 -
Lampiran 3. Daftar Komponen, Sub-Komponen, dan Parameter Sosial
2. Proses Penduduk
- Penumbuhan Penduduk
- Tingkat kelahiran
- Tingkat kematian bayi
- Tingkat kematian kasar
- Pola perkembangan
- Mobilitas penduduk
- Migrasi penduduk
- Migrasi keluar
- Pola migrasi (sirkuler, komuter,
permanen)
- Pola persebaran penduduk
3. Tenaga Kerja
- Tingkat partisipasi angkatan kerja
- Tingkat pengangguran
- 101 -
- Pola penggunaan lahan
- Nilai tanah dan sumber daya alam
lainnya
- Sumber daya alam milik umum
(common property
3. Budaya 1. Kebudayaan
- Adat istiadat
- Nilai dan norma budaya
2. Proses Sosial
- Proses asosiatif (kerjasama)
- Proses disosiatif (konflik sosial)
- Akulturasi
- Asimilasi dan integrasi
- Kohesi masyarakat
3. Pranata Sosial/Kelembagaan
Masyarakat di bidang:
- ekonomi, misalnya hak ulayat
- pendidikan
- agama
- 102 -
- sosial
- keluarga
4. Warisan Budaya
- situs purbakala
- cagar budaya
8. Adaptasi Ekologis
- 103 -