Professional Documents
Culture Documents
Topik :
PENELITIAN KOHORT
________________________________________________________
Oleh :
Iswandi
0806470421
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 2
Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang terpapar
dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok tersebut diikuti
secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan muncul dari kelompok terpapar
dua subkelompok yakni subkelompok yang mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak
mengalami akibat (b). Sedangkan dari kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua
subkelompok yakni yang mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).
Dari hasil pengamatan kohor tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari
kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan
kemudian dapat dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.
Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi yang
berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi lainnya
tanpa faktor risiko.
Bentuk studi kohor dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua
populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar faktor
keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran terjadinya efek yang diamati pada
kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden populasi yang terpapar dan rate insiden
populasi yang tidak terpapar.
(2) kohor retrospektif
Umumnya studi kohor bersifat prospektif, di mana peneliti memulai pengamatan dengan
mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 3
(tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu.
Namun demikian, studi kohor dapat pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah
dikumpulkan pada waktu yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data
lainnya.
Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang
penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya
dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak
bekerja pada perusahan yang dimaksud.
Contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabrik
semen tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti
mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut dengan
menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja sejak pegawai tersebut
mulai bekerja pada pabrik tadi.
Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini,
pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini
adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati adalah
faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan
demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor
risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek
yang ditemukan pada awal pengamatan.
Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohor retrospektif,
namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada
kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat ditentukan
oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu.
Langkah-langkah kegiatan pada rancangan kohort
Untuk melaksanakan suatu studi kohor, dianjurkan melakukan persiapan disertai dengan
tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaannya.
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 4
Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohor dan kelompok kontrol
betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect case) efek
yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria pemilihan,
meliputi kriteria inklusif dan eksklusif.
Disebut kriteria inklusif adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target
dan populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai
dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat
dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus dijelaskan
dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang merupakan jarak antara
idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi.
Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah
memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal
antara lain.
• Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu pengukuran
maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat predisposisi atau faktor
genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
• Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya mereka yang
tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
• Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat untuk
dapat berpartisipasi.
• Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.
Sumber populasi kohor dapat berasal dari berbagai kelompok populasi.
(1) Kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan kesehatan
tertentu.
(2) Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.
(3) Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan pelayanan tertentu
seperti kelompok akseptor, kelompok dengan pengobatan radiasi dan lain-lain.
(4) Kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.
(5) Untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari :
penduduk kelompok kohor yang sama,
populasi umum asal populasi kohor,
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 5
populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi kohor yang
terpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.
Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan dimulai.
Dalam memilih populasi kohor ada beberapa faktor yang secara rinci perlu diperhatikan
pula;
Komparabilitas sampel, artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki atribut yang
sama (tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk menghindari bias
seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan memilih
populasi penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas). Sebaliknya, bila
faktor risiko rendah atau jarang diketemukan, maka populasi penelitian dapat dipilih
dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit
yang diteliti.
Frekuensi penyakit di mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian penyakit
dalam masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai dengan waktu
follow up yang lebih lama.
Derajat sensitivitas pengamatan dimana setiap peningkatan faktor risiko dengan
presisi yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang diperlukan akan
menjadi bertambah besar pula.
Representatif populasi penelitian, artinya populasi yang dipilh sedapat mungkin
mendekati ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk kelompok studi maupun
untuk kelompok kontrol.
Tingkat asesibilitas, artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan informasi
lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor risiko dan
proses terjadinya penyakit.
n
z1 / 2 2 P (1 P ) z1 P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
2
( P1 P2 ) 2
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 6
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 7
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 8
skala rasio.
Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus dilakukan
berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk mengurangi bias,
sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana penilai tidak mengetahui apakah
yang dinilainya adalah kelompok target atau kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak
sulit diterapkan.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohor adalah hilangnya
subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan yang membutuhkan
waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal diketahui bahwa ada subjek yang akan
berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan
teknik matching, maka setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus
pula dari pengamatan. Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar,
pengamatan harus dihentikan.
Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat dilakukan
perhitungan person years pada akhir pengamatan.
• Subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan penelitian tetap
teruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut :
- usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-out/menolak ikut;
- bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out dengan populasi
kohor
- follow up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain; dan
- melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohor untuk menilai
kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.
• Perhitungan person years dilakukan terutama pada:
- anggota kohor memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya;
- sejumlah anggota kohor meninggal atau drop-out selama masa penelitian
• Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out :
- adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang ; drop out dianggap menderita
semua);
- adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap tidak
menderita);
- adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya dengan
yang tidak drop out; dan
- adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari jumlah
drop out.
Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami keterpaparan
merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil luaran penelitian kohor.
Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang penting dan berbagai hasil yang
diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-up tersebut. Hal ini erat hubungannya
dengan awal keterpaparan maupun awal setiap anggota kelompok memasuki pengamatan.
Hal lain yang juga sangat penting dalam penelitian ini adalah lamanya masa pengamatan.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa lama pengamatan sangat tergantung pada sifat
dan jenis penyakit yang diamati.
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 9
Risiko relatil (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence Ratio)
adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko secara
relatit untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada populasi terpapar bila
dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar. Perhitungan RR dapat dilihat pada
contoh tabel di atas tadi.
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 10
Besarnya rate insiden (IR) umum : Jumlah penderita/jumlah yang diamati (ingat
perhitungan terhadap drop out dan Iain-lain):
Besarnya rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok terpapar/
jumlah semua anggota kohor yang terpapar:
Besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah pen-derita dari kelompok yang tidak
terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar.
Besarnya risk relatil (RR) : rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak terpapar.
Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi mereka yang
terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau memperlihatkan besarnya
pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya penyakit. Risiko relatif merupakan nilai
perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok
yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan. Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara
keterpaparan dengan kejadian penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positil di mana
taktor keterpaparan mem-punyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin besar
nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1, artinya
taktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi mempunyai efek
pencegahan terjadinya penyakit.
Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate insiden dari
kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut (Attributable Risk). Besarnya
risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden
kelompok yang tidak terpapar.
Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan dihilangkan atau untuk
melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan penyakit.
Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif menunjukkan berapa
besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian penyakit maupun kematian,
sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan dalam kesehatan masyarakat di mana
frekuensi kejadian dapat diperki-rakan pada suatu populasi tertentu.
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 11
Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohor, harus dianalisis apakah setiap
nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-betul sesuai dengan
ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus memberikan gambaran hubungan
penyebab (causality associated) dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan
terdahulu.
Di bawah ini diberikan suatu contoh perbandingan antara nilai risiko relatif dengan risiko
atribut antara perokok ringan dengan perokok berat untuk penyakit kanker paru-paru dengan
penyakit jantung kardiovaskuler.
Dari tabel tersebut tampak bahwa risiko relatit kanker paru-paru dengan perokok berat sampai
32 kali dan jauh lebih besar bila dibanding dengan penyakit jantung kardiovaskuler, tetapi
resiko atribut keduanya hampir sama.
iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 12
Referensi :
Gordis, Leon. 2004. “Epidemiology”. Philadelphia : Elsevier Saunders
Budiarto, Eko. 2003. “Metodologi Penelitian Kedokteran”. Jakarta : Penerbit EGC
Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. “Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis”. Jakarta : Binarupa Aksara
Noor, Nur Nasry. 2000. “Pengantar Epidemiologi”. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin
iswandi_2k@yahoo.com