You are on page 1of 13

Tugas Kokurikuler I

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Biostatistik


Dosen Pengajar : Prof. dr. Dr. Sudijanto Kamso

Topik :

PENELITIAN KOHORT
________________________________________________________

Oleh :
Iswandi
0806470421

Program Pascasarjana Departemen Biostatistik dan Kependudukan


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
DEPOK, 12 Maret 2009
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 1

Penelitian Observasional Kohort


Pengertian
Penelitian Observasional kohort merupakan penelitian epidemiologis analitis
noneksperimental yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam
satu jangka waktu tertentu. Kelompok kohort adalah sekelompok penduduk yang memiliki
persamaan dalam hal tertentu dan merupakan kelompok yang diamati sampai batas waktu
tertentu. Dalam epidemiologi, subjek dalam studi kohort dipilih berdasarkan beberapa
karakteristik tertentu yang dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan tertentu. Pada dasarnya studi kohort didasarkan pada pertanyaan "apa yang akan
terjadi?" sehingga dengan demikian pengamatan ini bersifat prospektif.
Kelompok penduduk yang diamati/diteliti (kelompok kohort) merupakan kelompok
penduduk dengan dua kategori tertentu yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar
terhadap factor yang dicurigai sebagai faktor risiko atau penyebab. Pada awal penelitian,
semua anggota kelompok kohort harus bebas/tidak menderita penyakit atau mengalami
gangguan kesehatan yang sedang diteliti, artinya semua yang menderita atau yang dicurigai
menderita penyakit/out put yang akan diteliti harus dikeluarkan dari kelompok kohort.
Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat deskriptif maupun analitis. Kohort deskriptif Adela
pengamatan kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan insidensi atau akibat yang terjadi
terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti selama jangka waktu tertentu. Sedangkan
pengamatan kohort analitis bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor risiko (efek
keterpa-paran) dengan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi selama/setelah
waktu pengamatan.
Sesuai dengan sifat pengamatannya, studi kohort disebut juga sebagai follow up study,
atau longitudinal prospective study. Dalam merancang studi kohort analitis, peneliti harus
menetapkan hipotesis penelitian serta menentukan faktor-faktor risiko yang akan diamati, hasil
kejadian atau hasil luaran (penyakit atau gangguan kesehatan) yang diharapkan terjadi, serta
lamanya waktu pengamatan.
Bentuk-bentuk studi kohort
Studi kohor pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni kohor
prospektif dan kohor retrospektif (historical cohort study). Di samping itu, dikenal pula suatu
modi-fikasi studi kohor yakni nested case-control study yakni suatu bentuk pengamatan kohor
yang menggunakan analisis bentuk kasus-kelola (case control study).
(1) kohor prospektif
Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohor yang murni sesuai dengan
sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohor belum mengalami akibat yang diteliti
dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang tidak terpapar. Bentuk ini ada
dua macam yaitu (1) kohor prospektif dengan pembanding internal, di mana kelompok yang
terpapar dan yang tidak terpapar (sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari
satu populasi yang sama; (2) kohor prospektif dengan pembanding eksternal di mana
kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 2

Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang terpapar
dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok tersebut diikuti
secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan muncul dari kelompok terpapar
dua subkelompok yakni subkelompok yang mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak
mengalami akibat (b). Sedangkan dari kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua
subkelompok yakni yang mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).
Dari hasil pengamatan kohor tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari
kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan
kemudian dapat dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.

Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi yang
berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi lainnya
tanpa faktor risiko.

Bentuk studi kohor dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua
populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar faktor
keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran terjadinya efek yang diamati pada
kedua populasi ini, memberikan nilai rate insiden populasi yang terpapar dan rate insiden
populasi yang tidak terpapar.
(2) kohor retrospektif
Umumnya studi kohor bersifat prospektif, di mana peneliti memulai pengamatan dengan
mengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 3

(tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu.
Namun demikian, studi kohor dapat pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah
dikumpulkan pada waktu yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data
lainnya.
Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang
penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya
dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak
bekerja pada perusahan yang dimaksud.
Contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabrik
semen tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti
mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut dengan
menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja sejak pegawai tersebut
mulai bekerja pada pabrik tadi.
Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini,
pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini
adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati adalah
faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap. Dengan
demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor
risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek
yang ditemukan pada awal pengamatan.

Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohor retrospektif,
namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada
kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat ditentukan
oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu.
Langkah-langkah kegiatan pada rancangan kohort
Untuk melaksanakan suatu studi kohor, dianjurkan melakukan persiapan disertai dengan
tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaannya.

(1) merumuskan pertanyaan penelitian


Langkah awal dari suatu studi kohor adalah merumuskan masalah atau pertanyaan
penelitian yang kemudian akan mengantar peneliti merumuskan hipotesis penelitian yang
lebih tepat/sesuai. Dari formulasi hipotesis tersebut, akan tercermin berbagai variabel
yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat variabel bebas, variabel terikat

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 4

(dependent) maupun variabel-variabel lainnya yang harus menjadi perhatian peneliti,


antara lain variabel kendali (kontrol), variabel pengganggu serta variabel lainnya yang
harus dipertimbangkan.

(2) penetapan populasi kohor


Dalam memilih populasi kohor harus diperhatikan beberapa hal tertentu seperti berikut:
• Populasi kohor sedapat mungkin agak stabil
• Populasi kohor dapat bekerja sama selama penelitian;
• Populasi kohor mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama penelitian;
 Populasi kohor memiliki derajat keterpaparan yang cukup
 Anggota kohor tidak sedang menderita penyakit yarig akan diamati.

Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohor dan kelompok kontrol
betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai sedang menderita (suspect case) efek
yang akan diteliti. Subjek yang terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria pemilihan,
meliputi kriteria inklusif dan eksklusif.
Disebut kriteria inklusif adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target
dan populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan kriteria yang sesuai
dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat
dilakukan penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini harus dijelaskan
dalam laporan penelitian tentang penyimpangan tersebut yang merupakan jarak antara
idealis ilmiah dengan kondisi yang dihadapi.
Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek penelitian, sebagian subjek yang telah
memenuhi kriteria inklusif, namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal
antara lain.
• Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat mengganggu pengukuran
maupun interpretasi hasil penelitian, umpamanya bila terdapat predisposisi atau faktor
genetis yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
• Terdapat keadaan yang dapat mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya mereka yang
tidak mempunyai alamat yang tetap sehingga sulit diamati.
• Adanya hambatan etis, kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat untuk
dapat berpartisipasi.
• Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan menolak berpartisipasi.
Sumber populasi kohor dapat berasal dari berbagai kelompok populasi.
(1) Kelompok penduduk yang tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan kesehatan
tertentu.
(2) Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau instansi tertentu.
(3) Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan yang menggunakan pelayanan tertentu
seperti kelompok akseptor, kelompok dengan pengobatan radiasi dan lain-lain.
(4) Kelompok penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.
(5) Untuk populasi yang tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari :
 penduduk kelompok kohor yang sama,
 populasi umum asal populasi kohor,

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 5

 populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi kohor yang
terpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.
Semua anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan dimulai.
Dalam memilih populasi kohor ada beberapa faktor yang secara rinci perlu diperhatikan
pula;
 Komparabilitas sampel, artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki atribut yang
sama (tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk menghindari bias
seleksi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
 Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko tinggi maka diusahakan memilih
populasi penelitian yang berasal dari masyarakat umum (komunitas). Sebaliknya, bila
faktor risiko rendah atau jarang diketemukan, maka populasi penelitian dapat dipilih
dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit
yang diteliti.
 Frekuensi penyakit di mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian penyakit
dalam masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai dengan waktu
follow up yang lebih lama.
 Derajat sensitivitas pengamatan dimana setiap peningkatan faktor risiko dengan
presisi yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang diperlukan akan
menjadi bertambah besar pula.
 Representatif populasi penelitian, artinya populasi yang dipilh sedapat mungkin
mendekati ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk kelompok studi maupun
untuk kelompok kontrol.
 Tingkat asesibilitas, artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan informasi
lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor risiko dan
proses terjadinya penyakit.

(3) besarnya sampel


Sebagaimana diketahui bahwa pada hipotesis nol (Ho) biasanya dinyatakan bahwa
besarnya kelompok yang akan menderita penyakit yang diteliti pada kelompok terpapar
tidak berbeda dengan kelompok yang tidak terpapar sehingga nilai Risiko Relatifnya
menjadi satu (RR = 1). Sedangkan hipotesis alternant dapat bersifat satu sisi atau dua sisi
dengan RR > 1 atau RR < 1 atau tidak sama dengan satu (RR ≠ 1). Dalam menentukan
besarnya sampel pada penelitian ini, umumnya pada sebagian kasus, besarnya RR dan P 2
ditentukan terlebih dahulu sedangkan P 1 dihitung dari kedua nilai tersebut. Besarnya
sampel untuk pengujian dua sisi menjadi:

n
z1 / 2 2 P (1  P )  z1  P1 (1  P1 )  P2 (1  P2 ) 
2

( P1  P2 ) 2

(4) sumber keterangan keterpaparan


Sumber keterangan tentang adanya dan besarnya derajat keterpaparan dapat diperoleh dari
berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.
 Dari status/kartu pemeriksaan kesehatan berk ala dengan berbagai sifat tertentu

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 6

seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.


 Dari kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu pengobatan
radiologis dan lain lain.
 Wawancara langsung dengan anggota kohor, terutama tentang kebiasaan sehari hari seperti
merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.
 Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan sosial) termasuk lingkungan
kerja, tempat tinggal, dan lain lain.

(5) Identifikasi Subjek


Subjek pada pengamatan kohor dapat dengan efek negatif maupun dengan efek positif.
Pada studi kohor prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi pada akhir
pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik pada kelompok terpapar
(kelompok target) maupun pada kelompok yang tidak terpapar (kelompok kontrol). Pada
pengamatan kohor prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol terbentuk secara
alamiah, artinya diambil dari populasi kohor yang tidak terpapar dengan faktor resiko yang
diamati.
Pada bentuk kohor dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai keuntungan
tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol) berasal dari populasi yang
sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok tersebut dapat dilakukan follow-up dengan tata
cara dan waktu yang sama.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada kelompok target dan
absennya pada kelompok kontrol dapat berupa taktor risiko internal (seperti rentannya
kelompok target terhadap gangguan kesehatan atau penyakit tertentu), dapat pula sebagai
faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan atau perilaku maupun
kepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah seseorang terkena penyakit atau
gangguan kesehatan tertentu). Di samping itu, pada kelompok kontrol internal. Perbedaan
faktor risiko antara dua kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda pada intensitas,
kualitas, dan waktu keterpaparan, umpamanva perokok aktif dan mereka yang berada di sekitar
perokok aktif tersebut.
Pada penelitian kohor, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya tidak diperlukan
teknik matching (penyesuaian) dengan anggota kelompok target, terutama bila subjek yang
diteliti jumlahnya cukup besar, atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko (kelompok target)
jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok kontrol. Namun dalam beberapa keadaan
tertentu, teknik matching perlu dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui
besarnya pengaruh pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian dengan besarnya sampel
terbatas, atau pada keadaan di mana proporsi kelompok target lebih kecil bila dibanding
dengan kelompok kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup banyak ragamnya, teknik
matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan, akan mengakibatkan jumlah
subjek akan lebih kecil sehingga sulit mengambil kesimpulan yang definitif.
Untuk penelitan kohor, perlu mendapatkan perhatian utama dalam menentukan hasil
luaran secara standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak menderita penyakit yang
diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya negatif palsu cukup besar bila tidak
dilakukan standar penentuan diagnosis.

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 7

(6) memilih kelompok kontrol (pembanding)


Kelompok kontrol dalam penelitian kohor adalah kumpulan subjek yang tidak mengalami
pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target. Perbedaan antara kelompok
target dengan kelompok kontrol dapat dalam beberapa bentuk.
 Pada subjek dengan taktor risiko internal maka kelompok target dengan variabel taktor
risiko tersebut, sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada populasi vang
sama.
 Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya berupa variabel lingkungan, di mana
kelompok target berada/hidup pada lingkungan tersebut sedangkan kelompok kontrol
bebas dari pengaruh lingkungan bersangkutan.
 Bila keduanya mengandung faktor risiko maka kelompok kontrol dipilih dari mereka dengan
dosis faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas, kuantitas, dan waktu pemaparan
yang lebih rendah) dibanding kelompok target.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol pada rancangan kohor
biasanya tidak disertai dengan teknik matching. Keadaan tanpa teknik matching biasanya pada
pemilihan kelompok kontrol seperti berikut.
 Penelitian yang melibatkan subjek yang besar.
 Penelitian dalam satu populasi atau sampel yang proporsi kelompok yang terpapar dengan
faktor risiko jauh lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa risiko (kontrol).
Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan kelompok kontrol
adalah pada kondisi berikut.
• Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti dan
mendalam.
• Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.
• Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih kecil.

(7) pengamatan hasil luaran (timbulnya kejadian)


Pengamatan terhadap kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara bersamaan
selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif kohor tergantung pada
karakteristik penyakit atau kejadian yang diharapkan timbul, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh
sifat patogenesis serta perkembangan penyakit/masalah kesehatan yang diteliti. Untuk jenis
penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker hati pada kelompok target dengan faktor risiko
adanya HBs-Ag positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat sampai puluhan
tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok pasif (asap rokok sebagai faktor risiko)
dengan keadaan kelahiran bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan dibutuhkan masa
pengamatan hanya 9 bulan untuk setiap subjek.
Pengamatan terhadap timbulnya akibat, dapat dilakukan dengan hanya pengamatan
tunggal yakni menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir, tetapi dapat pula dengan
pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati secara periodik menurut interval waktu
tertentu, termasuk pengamatan pada akhir penelitian. Di samping itu, dapat pula dilakukan
analisis perbandingan antara kelompok target dan kelompok kontrol dengan memperhitungkan
unsur waktu sebagai unit analisis sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 8

skala rasio.
Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya akibat harus dilakukan
berdasarkan kriteria baku yang telah disusun pada awal penelitian. Untuk mengurangi bias,
sebaiknya penilaian dilakukan dengan sistem "blind" di mana penilai tidak mengetahui apakah
yang dinilainya adalah kelompok target atau kelompok kontrol, walaupun hal demikian agak
sulit diterapkan.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohor adalah hilangnya
subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada pengamatan yang membutuhkan
waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu bila sejak awal diketahui bahwa ada subjek yang akan
berpindah tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek dipilih dengan
teknik matching, maka setiap subjek yang hilang dari pengamatan, pasangannya harus dihapus
pula dari pengamatan. Apabila jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar,
pengamatan harus dihentikan.
Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang dari pengamatan, dapat dilakukan
perhitungan person years pada akhir pengamatan.
• Subjek menolak ikut/drop-out selama penelitian, sedangkan kegiatan penelitian tetap
teruskan, dapat dilakukan analisis hasil sebagai berikut :
- usahakan keterangan tentang keadaan insiden mereka yang drop-out/menolak ikut;
- bandingkan sifat karakteristik tertentu mereka yang menolak/drop out dengan populasi
kohor
- follow up mereka yang menolak drop out melalui sarana lain; dan
- melakukan pemeriksaan berkala yang lebih sering pada kelompok kohor untuk menilai
kecenderungan penyakit yang diteliti dari waktu ke waktu.
• Perhitungan person years dilakukan terutama pada:
- anggota kohor memasuki kelompok penelitian tidak bersamaan waktunya;
- sejumlah anggota kohor meninggal atau drop-out selama masa penelitian
• Perhitungan hasil akhir pada mereka yang drop out :
- adakan perhitungan nilai rate maksimal (mereka yang ; drop out dianggap menderita
semua);
- adakan perhitungan dengan rate minimal (mereka yang drop out dianggap tidak
menderita);
- adakan perhitungan dengan menganggap yang drop out sama keadaannya dengan
yang tidak drop out; dan
- adakan perhitungan dengan menambahkan penyebut sebesar setengah dari jumlah
drop out.
Follow-up terhadap subjek, baik sebelum, selama, atau setelah mengalami keterpaparan
merupakan hal yang cukup penting dan sangat mempengaruhi hasil luaran penelitian kohor.
Penentuan dimulainya follow-up merupakan hal yang penting dan berbagai hasil yang
diamati sangat dipengaruhi oleh waktu awal follow-up tersebut. Hal ini erat hubungannya
dengan awal keterpaparan maupun awal setiap anggota kelompok memasuki pengamatan.
Hal lain yang juga sangat penting dalam penelitian ini adalah lamanya masa pengamatan.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa lama pengamatan sangat tergantung pada sifat
dan jenis penyakit yang diamati.

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 9

(8) Perhitungan hasil penelitian (insinden dan risiko)


Hasil penelitian kohor biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden kejadian pada
akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Dalam analisis demikian ini, selain mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok
kontrol, juga dimungkinkan membandingkan tingkat keterpaparan yang berbeda antara
kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil perhitungan adalah dengan menentukan
besarnya pengaruh keterpaparan atau hubungan tingkat keterpaparan dengan hasil luaran
(efek).
Ukuran yang sering digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor keterpaparan
terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR).

a = jumlah yang terpapar dan menderita


b = jumlah yang terpapar dan tidak menderita
c = jumlah yang tidak terpapar dan menderita
d = jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderita
a + c = jumlah seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatan
b + d = juinlahmerekayangtidakmenderitapadaakhirpengamatan
a + b = juml ah mereka yang terpapar pada awal pengamatan
c + d = jumlah mereka yang tidak terpapar pada awal pengamatan yang diamati
N = jumlah populasi

Risiko relatil (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif (Cumulatif Incidence Ratio)
adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko secara
relatit untuk mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada populasi terpapar bila
dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar. Perhitungan RR dapat dilihat pada
contoh tabel di atas tadi.

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 10

Besarnya rate insiden (IR) umum : Jumlah penderita/jumlah yang diamati (ingat
perhitungan terhadap drop out dan Iain-lain):

Besarnya rate insiden kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok terpapar/
jumlah semua anggota kohor yang terpapar:

Besarnya rate insiden yang tidak terpapar (IR ) : Jumlah pen-derita dari kelompok yang tidak
terpapar/jumlah anggota kohor yang tidak terpapar.

Besarnya risk relatil (RR) : rate insiden yang terpapar/rate insiden yang tidak terpapar.

Nilai RR menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi mereka yang
terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar atau memperlihatkan besarnya
pengaruh keterpaparan terhadap timbulnya penyakit. Risiko relatif merupakan nilai
perbandingan (rasio) antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden kelompok
yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan. Bila nilai RR = 1 artinya tidak ada pengaruh antara
keterpaparan dengan kejadian penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positil di mana
taktor keterpaparan mem-punyai peranan dalam timbulnya kejadian yang diamati. Makin besar
nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1, artinya
taktor keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi mempunyai efek
pencegahan terjadinya penyakit.
Selain nilai risiko relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate insiden dari
kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko atribut (Attributable Risk). Besarnya
risiko atribut (RA) adalah selisih antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden
kelompok yang tidak terpapar.

Nilai RA ini menunjukkan besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan dihilangkan atau untuk
melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan penyakit.
Kedua nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko relatif menunjukkan berapa
besarnya pengaruh faktor keterpaparan terhadap kejadian penyakit maupun kematian,
sedangkan risiko atribut mempunyai kepentingan dalam kesehatan masyarakat di mana
frekuensi kejadian dapat diperki-rakan pada suatu populasi tertentu.

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 11

Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohor, harus dianalisis apakah setiap
nilai yang diperoleh pada pengamatan, memenuhi syarat serta betul-betul sesuai dengan
ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus memberikan gambaran hubungan
penyebab (causality associated) dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan
terdahulu.
Di bawah ini diberikan suatu contoh perbandingan antara nilai risiko relatif dengan risiko
atribut antara perokok ringan dengan perokok berat untuk penyakit kanker paru-paru dengan
penyakit jantung kardiovaskuler.

Dari tabel tersebut tampak bahwa risiko relatit kanker paru-paru dengan perokok berat sampai
32 kali dan jauh lebih besar bila dibanding dengan penyakit jantung kardiovaskuler, tetapi
resiko atribut keduanya hampir sama.

Kelebihan dan kekurangan penelitian prospektif


Ada beberapa kelebihan dari penelitian kohor bila dibanding dengan bentuk penelitian
epidemiologi lainnya;
a. Pada prinsipnya, penelitian ini memberikan gambaran yang cukup lengkap tentang pengaruh
dan sifat keterpaparan (hubungan keterpaparan dengan kejadian penyakit serta
b. sifat penyakit yang diteliti).
c. Memungkinkan mengamati/meneliti pengaruh efek ganda dari suatu sifat keterpaparan
(penyebab) sehingga dapat memberikan gambaran besarnya pengaruh taktor keterpaparan
seperti halnya pengaruh taktor risiko.
d. Memungkinkan perhitungan rate secara langsung yakni insiden penyakit pada kelompok
terpapar dan tidak terpapar.
e. Memungkinkan mencatat berbagai variabel yang dapat ditemukan/diamati secara jelas
dan sistematis.
f. Memungkinkan melakukan quality control (pengawasan kualitas) dalam setiap
pengukuran variabel yang diamati.

Namun di lain pihak, penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan pula.


a. Membutuhkan jumlah penduduk yang cukup besar untuk pengamatan penyakit yang jarang
terjadi dalam masyarakat (rate insidennya rendah).
b. Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk follow up pengamatan.
c. Kemungkinan pada faktor keterpaparan, sifat karakteristik penduduk atau jenis kegiatan
kelompok yang diamati mengalami perubahan selama pengamatan, yang; dapat

iswandi_2k@yahoo.com
Tugas MK Metodologi Penelitian Bistatistik 12

menyebabkan hasil akhir kurang relevan.


d. Biaya penelitian umumnya re latil mahal.
e. Dalam pelaksanaan follw up yang cukup lama, berbagai kesulitan dapat timbul sehingga
mengganggu follow up.
f. Kontrol terhadap variabel eksternal/variabel yang tidak diperhitungkan mungkin kurang
lengkap dan mempengaruhi hasil penelitian.

Referensi :
Gordis, Leon. 2004. “Epidemiology”. Philadelphia : Elsevier Saunders
Budiarto, Eko. 2003. “Metodologi Penelitian Kedokteran”. Jakarta : Penerbit EGC
Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995. “Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis”. Jakarta : Binarupa Aksara
Noor, Nur Nasry. 2000. “Pengantar Epidemiologi”. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin

iswandi_2k@yahoo.com

You might also like