Professional Documents
Culture Documents
DALAM DERMATOLOGI
Abstract: Salicylic acid is the oldest known keratolytics. Besides its keratolytic properties,
salicylic acid also has keratoplastic, anti-pruritic, anti-inflammatory, analgetic,
bacteriostatic, fungistatic, and photo-protective effects. It is a well-established treatment for
many dermatologic conditions, manifest as hyperkeratosis, and can be used as an additional
therapy for superficial dematomycosis, moluscum contagiosum, acne, and photo-damaged
skin. In general, topical salicylic acid is safe,but it is readily absorbed from the skin. Toxicity
from percutaneous absorption is rare but serious complications have been reported. This
paper reviewed its chemistry, mechanism of action,clinical usage, side effect, percutaneous
toxicity and contraindication in dermatotherapy.
Keywords: salicylic acid, dermatology, clinical use, side effects
Abstrak: Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Selain memiliki efek keratolitik,
bahan ini juga memiliki efek keratoplastik, anti-pruritus, anti-inflamasi, analgetik,
bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam salisilat telah teruji dalam terapi berbagai
penyakit kulit dengan manifestasi hiperkeratosis. Selain itu, asam salisilat merupakan terapi
tambahan pada dermatomikosis superfisialis, moluskum kontagiosum, akne, dan kerusakan
kulit akibat sinar matahari. Meskipun secara umum penggunaan asam salisilat topikal aman,
bahan ini dapat diabsorbsi melalui kulit dan menimbulkan toksisitas. Hal tersebut jarang
terjadi, namun berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Makalah ini membahas sifat
kimia, mekanisme kerja, penggunaan klinis, efek samping, toksisitas akibat absorbsi
perkutan, dan kontraindikasi asam salisilat dalam bidang dermatologi.
Kata kunci: asam salisilat, dermatologi, indikasi, efek samping
1 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
PENDAHULUAN
Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapitopikal sejak lebih dari 2000 tahun
yang lalu.
!alam bidang dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utama
sebagai bahan keratolitik.
2
Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi
"eruka, kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis.
#
$enggunaannya
semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan kulit, melasma,
hiperpigmentasi pascainflamasi, dan akne.
%,&
!i Amerika Serikat, berbagai sediaan mengandung preparat asam salisilat dalam
konsentrasi -%0'.
(
$enggunaan asam salisilat topikal relatif aman. )fek samping lokal yang
sering dijumpai pada penggunaan asam salisilat adalah dermatitis kontak.
*,+
,eberapa
kepustakaan melaporkan adanya toksisitas sistemik akibat absorpsi perkutan. -oksisitas asam
salisilat, meskipun jarang, dapat menimbulkan komplikasi yang serius.
#
FARMAKOLOGI ASAM SALISILAT TOPIKAL
Sifat Kimia
Asam salisilat, dikenal juga dengan -hydroxy-ben!oic acid atau orthohydroben!oic
acid, memiliki struktur kimia .*H(/#. Asam salisilat memiliki p0a 2,1*.
1
Asam salisilat
dapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun wintergreen, spearmint, dan sweet birch.
1,0
Saat ini asam salisilat telah dapat diproduksi secara sintetik.
1,
,entuk makroskopik asam
salisilat berupa bubuk kristal putih dengan rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara
bebas. ,ubuk asam salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Sifat
lipofilik asam salisilat membuat efek klinisnya terbatas pada lapisan epidermis.
1
Manfaat an M!kanis"! K!r#a Asa" Sa$isi$at T%&ika$
1. Efek Keratolitik dan Desmolitik
Asam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi topikal sebagai bahan
keratolitik. 2at ini merupakan bahan keratolitik tertua yang digunakan sejak +*%.
2
,erbagai
penelitian menyimpulkan terdapat tiga faktor yang berperan penting pada mekanisme
keratolitik asam salisilat, yaitu menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interselular,
dan melonggarkan serta mendisintegrasi korneosit.
#,#,%
Asam salisilat bekerja sebagai pelarut organik dan menghilangkan ikatan ko"alen
lipid interselular yang berikatan dengan cornified envelope di sekitar keratinosit.
&
Mekanisme kerja 3at ini adalah pemecahan struktur desmosom yang menyebabkan
2 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
disintegrasi ikatan antar sel korneosit. -erminologi desmolitik lebih menggambarkan
mekanisme kerja asam salisilat topikal.
,(
)fek desmolitik asam salisilat meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi.
dan memiliki efek anti-inflamasi pada sediaan topikal dengan konsentrasi 0,&-
&'.
20
#. Efek Anal$etik
Asam salisilat digunakan pula sebagai bahan analgesia. Metil salisilat topikal 4sebagai
contoh6 minyak gandapura5 memiliki sifat sebagai counter irritant ringan. 2at ini kerap
3 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
dikombinasikan dengan mentol sebagai sediaan topikal yang digunakan dalam pengobatan
nyeri pada otot dan persendian.
#. -erka
Asam salisilat merupakan bahan terapi "eruka yang terbukti efektif dan relatif aman.
1,*, 21
Asam salisilat topikal merupakan terapi lini pertama pada "eruka.
#0
)fekti"itas asam salisilat
5 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
dalam terapi "eruka berkaitan erat dengan efek desmolitiknya. Selain itu, asam salisilat
menyebabkan iritasi ringan pada kulit, sehingga mampu menginduksi respons imun yang
membantu mengeliminasi "irus.
+,#0
Sediaan asam salisilat topikal untuk terapi "eruka
ber"ariasi antara 0-(0'. -erdapat pula sediaan kombinasi dengan asam laktat maupun
podofilin. Masa terapi ber"ariasi sekitar (-2 minggu.
#0
,ruggink melakukan uji klinis
efekti"itas bedah beku ?2 dibandingkan dengan preparat asam salisilat topikal %0' dalam
gel dan mendapatkan hasil terapi yang sama efektif antar keduanya.# :ji klinis terapi "eruka
"ulgaris antara kombinasi asam salisilat8 asam laktat 4setiap hari selama #bminggu5 dengan
bedah beku 4>8minggu, selama # minggu5, memberikan hasil yang tidak berbeda secara
bermakna dalam efektifitas pengobatan. :ji kinis lainnya memperlihatkan kombinasi terapi
bedah beku ditambah terapi topikal asam salisilat dan asam laktat lebih baik daripada bedah
beku saja.
#0
%. .olskm Konta$iosm
@eslie
#2
meneliti penggunaan asam salisilat gel 2' 42>8 minggu5 sebagai terapi
moluskum kontagiosum pada anak dan mendapatkan bah7a sediaan ini cukup efektif
dibandingkan plasebo 4alkohol *0'5. /hkuma
##
meneliti penggunaan povidon iodine 0'
dilanjutkan dengan plester asam salisilat &0' 4>8hari5 untuk terapi moluskum kontagiosum.
0esembuhan total lesi dicapai dalam rata-rata 2( hari.
'. Dermatomikosis Sperfisialis
Salap Ahitfield yang mengandung asam salisilat (' dan asam ben3oat 2' telah
lama digunakan sebagai preparat terapi tinea. 0onsentrasi asam salisilat dan asam ben3oat
dapat diturunkan menjadi #' dan (' untuk mengurangi kejadian iritasi, namun kini
penggunaannya sudah digantikan oleh preparat yang lebih efektif.
#,1
). Akne -l$aris
Asam salisilat memiliki efek komedolitik ringan. 2at ini telah digunakan sejak tahun
1&0 dalam berbagai preparat terapi akne yang meliputi krim, pembersih 7ajah, astringen,
medicated pads, dan sabun.
,1
!i Amerika Serikat, konsentrasi maksimal yang diperbolehkan
dalam obat bebas adalah 2' dan digunakan paling banyak pada pembersih 7ajah.
#%
$enggunaan asam salisilat topikal #0' sebagai bahan peeling dalam terapi akne "ulgaris
semakin berkembang di Asia.
&,#&,#(
2at yang bersifat lipofilik ini mampu berpenetrasi ke
6 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
dalam unit pilosebaseus dan memberikan efek komedolitik, meskipun tidak sekuat retinoid.
Asam salisilat topikal dianggap cukup aman dan efektif dalam terapi akne. 2at ini kerap
digunakan sebagai terapi topikal alternatif pada pasien yang tidak dapat menggunakan
retinoid maupun ben3oil peroksida, atau sebagai terapi tambahan terhadap modalitas terapi
lain yang lebih efektif
.#*
/. P0otoa$in$
Asam salisilat %' merupakan salah satu bahan aktif dalam solusio Bessner yang
digunakan sebagai bahan peeling untuk mengatasi melasma, akne, hiperpigmentasi, dan
kerusakan kulit akibat sinar :;.
#+
Mekanisme asam salisilat sebagai agen peeling kimia7i
berkaitan dengan trauma pada epidermis yang selanjutnya akan mengakti"asi sel basal
epidermis dan fibroblas. Hal tersebut menyebabkan efek regenerasi pada kulit yang rusak
akibat sinar :;. $ada konsentrasi yang lebih rendah, asam salisilat digunakan sebagai bahan
eksfoliatif untuk meningkatkan deskuamasi dan memperbaiki tampilan kulit menua.
1
Ef!k Sa"&in' Asa" Sa$isi$at T%&ika$
Absorpsi Sistemik
Secara umum penggunaan terapi topikal relatif lebih aman dan memiliki efek samping
minimal bila dibandingkan dengan rute pemberian sistemik, namun terapi topikal memiliki
potensi toksisitas sistemik, efek teratogenik, dan interaksi obat akibat absorpsi sistemik yang
harus di7aspadai.
#1
$enggunaan asam salisilat pada area yang luas dapat mencapai sirkulasi
sistemik dalam jumlah yang signifikan.
%0
Asam salisilat diabsorpsi secara cepat karena
sifatnya yang cenderung lipofilik, terutama bila diberikan dalam "ehikulum minyak8salap
dengan atau tanpa oklusi.
0egagalan fungsi hati akan menyebabkan kadar asam salisilat dalam plasma
meningkat sedangkan kegagalan fungsi ginjal akan menyebabkan ekskresi asam salisilat dan
metabolitnya menurun, sehingga meningkatkan akumulasinya dalam plasma.
!. *oksisitas Sistemik
0ejadian toksisitas sistemik akibat absorpsi asam salisilat melalui kulit jarang
dijumpai, namun berpotensi menimbulkan gangguan serius, bahkan kematian. @in dan
?akatsui
#
melakukan telaah pada publikasi berbahasa =nggris dan mendapatkan #2 kasus
toksisitas sistemik akibat penggunaan asam salisilat topikal. Sebagian besar pasien yang
mengalami toksisitas sistemik asam salisilat adalah pasien psoriasis 4%5 dan iktiosis 405.
8 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
<ejala umumnya timbul pada a7al inisiasi terapi 42-# hari setelah terapi dimulai5. 0ematian
terjadi pada 2 kasus.
-oksisitas akut asam salisilat melalui absorpsi topikal belum pernah diteliti pada
manusia. -oksisitas perkutan asam salisilat pada kelinci, sangat rendah, dengan @! &0
C&00mg8 kg berat badan. !osis letal @! &0 adalah dosis 3at yang menyebabkan kematian
pada &0' populasi. $ada penelitian toksisitas subkronik asam salisilat topikal, dosis metil
salisilat C&g8kg ,, diduga bersifat nefrotoksik, namun data pendukung yang tersedia sangat
terbatas.
%
<ejala toksisitas dapat diamati pada kadar plasma 200-%00 Dg8ml.
Manifestasi klinis toksisitas sistemik pada berbagai sistem organ adalah sebagai
berikut6
%. Salisilism
Salisilism merupakan suatu sindrom toksisitas asam salisilat yang bersifat kronik.
<ejala yang timbul meliputi nyeri kepala, pusing, tinitus, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan, gangguan perilaku 4bingung, lesu, rasa kantuk5, halusinasi, hiper"entilasi,
berkeringat, haus, dan gangguan saluran pencernaanE yaitu6 mual, muntah, sampai dengan
diare.
Fisiko kejadian salisilism meningkat pada penggunaan jangka panjang meliputi area
yang luas, anak, serta pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
%2
. "fek &eurologik
$ada toksisitas asam salisilat dapat terjadi gangguan neurologis berupa6 pusing, rasa
kantuk, "ertigo, tinitus, gangguan pendengaran pada nada tinggi, delirium, dan psikosis. $ada
keadaan toksisitas berat, pasien dapat pingsan bahkan koma. -initus dan gangguan
pendengaran diduga terjadi akibat peningkatan tekanan pada labirin dan gangguan terhadap
sel rambut koklea. Hal itu merupakan akibat sekunder terhadap "asokonstriksi pembuluh
darah auditorik.
). "fek *etabolik
9 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
Asam salisilat mampu menginduksi sekresi steroid oleh kelenjar adrenal. )fek inilah
yang dimanfaatkan sebagai efek anti-inflamasi.
0linisi perlu mempertimbangkan pendekatan sistemik secara rasional, misalnya6
fototerapi atau terapi sistemik alternatif pada pasien dengan kelainan kulit yang luas.
$engetahuan ini mampu menjadi panduan dalam memaksimalkan efekti"itas dan tolerabilitas
asam salisilat sebagai bahan dermatoterapi topikal.
%0
#. Dermatitis Kontak
!ermatitis kontak iritan merupakan efek samping yang paling sering dijumpai pada
penggunaan asam salisilat topikal, terutama pada penggunaan konsentrasi tinggi.
-iong dan
0elly
%#
melaporkan dua kasus luka bakar derajat 2 pada penggunaan plester asam salisilat
%0' untuk mengobati "eruka pada lengan. $enggunaan asam salisilat konsentrasi tinggi oleh
pasien di rumah hendaknya dibekali dengan edukasi tentang penggunaannya dengan tepat.
Asam salisilat memiliki potensi sebagai bahan sensiti!er lemah.
#,1,%#,%%
0epustakaan
yang melaporkan sensitisasi akibat kontak terhadap asam salisilat topikal sangat terbatas.
%&
@in dan ?akatsui
,#
melaporkan enam kasus pasien yang mendapatkan terapi asam salisilat
10 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
topikal dan memiliki hasil uji tempel yang positif terhadap asam salisilat. Hidson
%(
melaporkan satu kasus kejadian dermatitis kontak alergik terhadap metil salisilat yang
diperberat dengan pemberian aspirin secara oral.
$asien yang diduga mengalami dermatitis kontak alergik terhadap asam salisilat
topikal dapat memberikan hasil uji tempel yang negatif terhadap asam salisilat. $asien dapat
mengalami dermatitis kontak alergik terhadap kom-ponen lain yang terkandung dalam
sediaan asam salisilat topikal tersebut.
1
KONTRAINDIKASI
$enggunaan asam salisilat topikal relatif aman. 2at ini digunakan sebagai obat bebas
di Amerika Serikat dalam konsentrasi -%0'. 0onsentrasi yang lebih tinggi dapat diberikan
dengan ke7aspadaan dan edukasi penggunaan yang tepat. $asien dengan ri7ayat sensiti"itas
atau alergi kontak terhadap asam salisilat topikal sebaiknya tidak diberikan preparat ini.
(
-idak terdapat penelitian penggunaan asam salisilat topikal pada ibu hamil maupun
ibu menyusui. Asam salisilat diekskresi pada AS= dan berpotensi menimbulkan abnormalitas
trombosit dan perdarahan pada bayi. $enggunaan aspirin pada ibu hamil dan menyusui tidak
dianjurkan. Asam salisilat masuk dalam kategori . oleh G!A.
%*
-erdapat laporan kasus
kejadian sindrom Feye pada penggunaan aspirin peroral pasien dengan "arisela sehingga
salisilat dan turunannya tidak direkomendasikan pada pasien yang menderita "arisela, enam
minggu pasca- "arisela, dan pasien yang baru mendapat "aksinasi "arisela.
%*
Prodk dan Peresepan Dalam 4acikan
Asam salisilat telah menjadi bahan aktif utama dalam berbagai produk terapi topikal.
Sediaan asam salisilat dapat berupa salap, krim, solusio, gel, plester, maupun sampo.
0,2*
Saat
ini dikenal pula berbagai "ehikulum baru yaitu liposom yang mampu memba7a asam salisilat
dalam konsentrasi tinggi ke sel target dengan efek iritatif yang minimal.
%+
Sediaan asam salisilat ber"ariasi dengan konsentrasi 0,&'-(0'.
*
Selain itu asam
salisilat juga kerap menjadi bahan kombinasi dengan 3at aktif lain untuk meningkatkan
penetrasi dan akti"itas 3at aktif tersebut 4efek sinergistik5.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dalam sifat kimia, asam salisilat sukar
larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. 0elarutan dalam air dapat ditingkatkan
dengan menambahkan amonium sitrat, kalium sitrat, dan natrium fosfat. $emberian asam
salisilat dengan oxydum !incicum akan membentuk senya7a salicylicum !incicum yang tidak
11 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n u n i v e r s i t a s T r i s a k t i
aktif. Asam salisilat tidak dapat dicampurkan ke dalam vanishing cream, sebab cincin
aromatiknya akan menghancurkan komponen sabun yang diperlukan dalam pembentukan
emulsi.
#
$encampuran asam salisilat dengan kalsipotrien tidak dianjurkan karena membuat
senya7a yang tidak stabil.