You are on page 1of 21

BATUAN SEDIMEN

BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
( Pettjohn, 1975 )

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai
sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak
bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan – batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari
jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2
macam :
1. Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian
tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.

2. Batuan Sedimen Non Klastik


Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah
kimiawi dan organis.

Sifat – sifat utama batuan sedimen :


1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses
sedimentasi.
2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir – butir pernah lepas, terutama pada golongan
detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas – bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang
diketahui di litofera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku
mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan – batuan sedimen
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja.
Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan
sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian
benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang
berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan
dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena
setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih
tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 1
kilometer.
Total volume dan massa dari batuan – batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda
– beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya
telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata – rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh
muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua
adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut
selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi.
Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan
mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108
kilometer kubik.
( Danang Endarto, 2005 )

2 Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen


Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik
berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan
( Pettjohn, 1975 dan W.T. Huang, 1962 )
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan
laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau.
Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu,
golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan
yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal
sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalmi diagenesa yakni, proses proses – proses
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi.
Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.
Proses diagenesa antara lain :
A. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di
atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain
menjadi rapat.

B. Sementasi
Yaitu turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat
butir – butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan
pada ruang butir makin besar.

C. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.

D. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui
sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.

E. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume
asal.

2. Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik.
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain
adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di
lingkungan sungai dan danau atau laut.

B. Golongan Detritus Halus


Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut
dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.

C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial.
Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.

D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom.
Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga
adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan –
batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur – unsur organik yaitu dari tumbuh – tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya
sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu
mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )
II.3 Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sediment klastik dan non
klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material – material
hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya. Butiran tersusun atau terikat oleh semen dan masih adanya rongga di antara
butirnya. Pembentukannya di kontrol oleh media dan cara transportasinya. Pembahasan tekstur
meliputi :
1. Ukuran Butir (Grain Size)
1.1 Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922

NO Nama Butir Besar Butir (mm)


1 Bongkah 256
2 Berangkal 256 - 64
3 Kerakal 64 - 4
4 Pasir Sangat Kasar 4 – 2
5 Pasir Kasar 2 – 1
6 Pasir Sedang 1 – ½
7 Pasir Halus ½ - ¼
8 Pasir Sangat Halus ¼ - 1/8
9 Lanau 1/16 – 1/256
10 Lempung < 1/256

2. Pemilahan (Sorting)
Adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin
seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik. Ada 3 macam pemilahan
yaitu :

A. Well sorted : terpilah baik


B. Medium sorted : terpilah sedang
C. Poor sorted : terpilah buruk

3. Kebundaran
Adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa di amati pada
batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dari
batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk
mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut :
1. Wellrounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
2. Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan – permukaan bundar, ujung – ujung dan tepi – tepi butiran bundar.

3. Subrounded (membundar tanggung)


Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang membundar.

4. Subangular (menyudut tanggung)


Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang tajam.

5. Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.

4.Shape
Adalah bentuk daripada butiran itu sendiri dan dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
A. Oblate / labular
B. Equent / equiaxial
C. Bladed / traxial
D. Prolate / rod shaped

5.Porositas
Adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari batuan.

6.Permeabilitas
Permeabilitas sukar ditentukan tetapi dapat dikira – kira melalui porositas. Salah satu metoda
pendekatan untuk mengetahui permeabilitas adalah dengan menempatkan setetes air pada
sekeping yang kering dan mengamati kecepatan air merembes. Istilah yang biasa dipergunakan
adalah :

- Fair : 1 – 10 md
- Good : 10 – 100 md
- Very good : 100 – 1000 md

7. Matrix
Adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometri tak begitu penting,
terdapat di antara butiran sebagai massa dasar.

8. Semen
Adalah bukan butir, tapi material pengisi rongga antar butir, biasanya dalam bentuk amorf atau
kristalin. Bahan – bahan semen yang lazim adalah :
- Klasit - oksida
- Solomit - silika
- Sulfat - Siderit
9. Kemas (fabric)
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas, yaitu :
A. kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan.
B. kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan.
( Danang Endarto, 2005 )

Struktur Batuan Sedimen


Struktur sedimen merupakan suatu kelainan darim perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentuknya dapat
terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. Dengan kata lain,
struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar.

1. Struktur sedimen berdasarkan asalnya


Berdasarkan asalnya struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokan menjadi 3 macam:

A. Struktur sedimen primer


Terbentuk karena proses sedimentasi dengan demikian dapat merefleksikan mekanisasi
pengendapannya.
B. Struktur sedimen sekunder
Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan
keadaan lingkungan pengendapannya.
C. Struktur organik
Terbentuk oleh keadaan organisme seperti molusca, cacing atau bintang lainnya.

Struktur batuan sedimen tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh – contoh batuan di
laboratorium. Macam – macam struktur batuan sedimen yang penting antara lain adalah struktur
perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang
mengahasilkan bidang – bidang sejajar sebagai hasil dari pross pengendapan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
1. Adanya perbedaan warna mineral.
2. Adanya perbedaan ukuran besar butir.
3. Adanya perbedaan warna komposisi mineral.
4. Adanya perbedaan macam batuan.
5. Adanya perbedaan struktur sedimen.
6. Adanya perbedaan kekompakan.

2. Struktur sedimen berdasdarkan saat terjadinya.


Secara garis besar struktur dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Struktur sygnetik
1) Karena proses fisik

a. External structure
Contoh : bentuk lembaran, lensa, lidah, delta dan shoestring.
b. Internal structure
1) Perlapisan dan laminasi
- Normal current bedding yaitu perlapisan karena arus normal, missal perlapisan sejajar.
Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi :
a. laminasi : bila tebal lapisan kurang dari 1 cm.
b. stratum : bila tebal lapisan lebih dari 1 cm.
c. beds : kumpulan dari beberapa laminar dan strath.
- Cross bedding yaitu perlapisan silang siur yang terjadi akibat adanya perubahan arus.
- Graded bedding yaitu perlapisan tersusun yang terjadi karena adanya pemilihan ukuran butir
dari halus ke kasar.

2) Features of bedding planes yaitu bentuk dari permukaan lapisan selama proses sedimentasi.
- Ripplemarke yaitu bentuk permukaan bergelombang karena adanya proses satu arah.
- Mud crack yaitu bentuk – bentuk retak – retak pada lapisan lumpur, biasanya berbentuk segi
lima.
- Flute cast yaitu bentuk gerusan pada permukaan lapisan yang bentuknya seperti seruling.
- Load cast yaitu lekukan pada batas perlapisan yang diakibatkan oleh gaya tekan dari muatan
yang ada di atasnya.

3) Deformation structure
Yaitu terjadinya perubahan struktur batuan pada saat sedimen terendapkan karena adanya
tekanan.
- Post deposisional blump features yaitu struktur luncura yang terjadi akibat adanya desakan
yang tinggi.
- Intraformational konglomerat yaitu struktur hancuran yang menyerupai konglomerat karena
adanya pergerakan pada sedimen sebelum mengalami litifikasi.

2) Karena proses biologi


a. External structure
- Biostromes yaitu struktur batu gamping yang berlapis
- Biohern yaitu panggul buklit yang mempunyai penyebaran terbatas.
b. Internal structure
- Misalnya fosil dalam batuan.

B. Struktur epigenetic
1) Karena proses fisik

a. External structure
- Batas antar tiap lapisan :
o Batas tegas atau gradual
o Batas selaras
o Lipatan dan sesar
b. Internal structure
- Clastic dike yaitu trjadi karena adanya tekanan hidrostatika yang kuat sehingga material seperti
di injeksikan.
2) Karena proses kimia atau organisme
- Corrosion zone
- Concretions
- Stilotites
- Cone in cone
- Cristal mold and cast
- seins and dike

3) Genesa Struktur – struktur Batuan Sedimen


A. Massif
Batuan massif bila tidak menunjukan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.

B. Graded Bedding
Lapisan yang dicirakan oleh perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila bagian
bawah kasar dan keatas semakin halus disebut normal grading.

C. Laminasi
Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm terbentuk bila pola
pengendapannya dengan energi yang konstan.biasanya terbentuk dari suspensi tanpa energi
mekanis.

D. Cross lamination
1) Cross lamination
Secara umum dipakai untuk lapisan miring dengan ketebalan kuranmg dari 5 cm, dengan fareset
ketebalannya lebih dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi yang tunggal yang terdiri dari urut
– urutan sistematik.
2) Cross bedding
Secara umum bentuk fisik cross lamination, yang membedakan hanyalah ketebalannya, yaitu
lebih dari 5 cm untuk cross bedding.

E. Clastic Imbrication
Adalah suatu struktur sedimentasi yang dicirikan oleh fragmen – fragmen tabular yang
overlapping dan menunjukan arus ke atas pada daerah yang berbatu – batu atau pada daerah yang
miring. Biasanya pada daerah fluvial.

F. Primary current kination


Adalah struktur sdimentasi yang berbentuk garis pada di dalam batuan yang terbentuk oleh arus
utama,sering diterapkan pada batuan sedimen yang biasanya menunjukan pelurusan suatu garis
tunggal dari kumpulan cangkang.

G. Fosil orientation
Adalah struktur sedimen yang menunjukan orientasi tertentu dari kumpulan fosil yang
menunjukan arah arus sedimentasi yang di akibatkan oleh pengenangan yang energi
transportasinya berkurang, sedangkan fosilnya sendiri mempunyai bentuk – bentuk yang dapat
berorientasi.

H. Load cast
Adalah struktur sedimen yanq terbentuk akibat tubuh sedimen yang mengalami pembebanan
oleh material sedimen lain di atasnya.

I. Flute cast
Adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus – putus serta berbentuk kantong, dengan
ukuran 2 – 10 cm, struktur ini terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran turbulen dari
air merupakan gerusan dari media transportasi yang membawa material kemudian material –
material tersebut mengisinya yang biasanya berupa pasir.

J. Mud cracks
adalah struktur sedimen yang berupa retakan – retakan pada tubuh sedimen bagian permukaan,
biasanya pada tubuh campur yang berkembang sifat kohesinya. Hal ini akibat perubahan suhu
dan pengerutan.

K. Tool marks
Adalah material – material pasir yang terbawa arus menggerus permukaan lumpur dan
meninggalkan jejak yang menjadi tempat berkumpul material pasir tersebut dan gerakan
merupakan tonjolan lapisan pasir ke bawah.

L. Rain print
Adalah suatu lubang lingkaran atau elips kecil yang terbentuk di atas lumpur yang masih basah
oleh air hujan yang kemudian setelah lumpur itu kering di atasnya terendapkan lapisan batupasir.

M. Flame structure
Adalah structure sedimen yang berupa bentukan dari lumpir yang licin dan memisahkan ke
bawah membesar membentuk load cast dari pasir pada kontak antara lempung dan pasir.
Kenampakan structure ini menyala pada cross section dari shale yang memasuki batupasir akibat
tekanan lateral.

N. Ball, pillow or pseudonodule structure


Adalah suatu bentuk akibat gaya beban dari atas pada shale oleh batupasir dimana shale tersebut
belum dapat benar.

O. Convolute bedding
Adalah struktur deformasi dari suatu lapisan yang membentuk perlapisan meliuk – liuk dengan
ketebalan lapisan 2 – 25 cm.

P. Scours
Adalah struktur sedimen yang terbentuk pada tubuh sedimen di mana terbentuknya lebih awal
yang kemudian tergerus oleh arus berikutnya.
Q. Channels
Struktur sedimen yang mempunyai ciri erosional yang kelok – kelok dan merupakan bagian dari
sistem transportasi yang mempunyai energi penggerusan cukup besar.

R. Dish and pillow structure


Adalah struktur sedimen yang terbentuk oleh bantal dan mangkok yang terbentuk oleh sedimen
pasir yang belum terkonsilidasi telah tertimbun sedimen lain di atasnya sehingga mengalami
penekanan ke bawah.

S. Low relief erosion surface


Adalah struktur sedimen yang terbentuk relief rendah pada permukaan tubuh sedimenakibat
proses erosi.

T. Syndepositional fold and slumps


Adalah suatu bentukan lipatan kecil pada batupasir yang terjadi karena perlapisan batupasir
tersebut belum terkonsilidasi benar.

U. Hard ground mass


Adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat dari akumulasi material sedimen yang khas di
dalam tubuh sedimen lain yang relatif lunak.

( Danang Endarto, 2005 )


3. Batuan Sedimen Non Klastik Kimiawi
a. Batuan – batuan Sedimen Evaporit
Nama batuan adalah nama mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yaitu dikenal
sebagai mineral garam. Sebetulnya telah dikenal 30 mineral garam di endapan evaporit di
Strassfurt, Jerman, tetapi hanya 3 mineral (batuan) yang terdapat paling banyak dan yang lainnya
sangat sedikit. Ketiga mineral tersebut adalah, gip (CaSO4 2H2O), anhidrit (CaSO4), dan halit
(NaCl).
Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis – lapis. Anhidrit sering
memperlihatkan perlapisan yang rumit, karena batuan ini bersifat kristalin tetapi air dalam pori –
porinya memperlihatkan struktur aliran.
Evaporit terdapat berinterklasi dengan sedimen biasa, terutama serpih merah dan dolomit
umumnya dengan sedimen merah. Banyak pula terdapat diatas atau interklasi dengan karbonat
terutama dolomit, juga sering berasosiasi dengan bitumina.
Evaporit belum pernah didapatkan secara meyakinkan di Indonesia. Paling banyak terdapat di
Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah (Iran).
Pada umunya anhidrit dan gip ini mendominir endapan evaporit, malah kebanyakan evaporit
tidak memperlihatkan adanya halit. Ketebalan keseluruhannya dapat berkisar 8 sampai 1.500
meter (di New Mexico, Perm), 300 – 500 meter terdiri anhidrit, berlaminasi yang
diinterpretasikan sebgai varva.
Walaupun diduga keras evaporit berasal dari penguapan air laut, namun ada beberapa persoalan
seperti :
• Bagaimana terjadi pengendapan dari air laut itu yang memberikan lebih banyak anhidrit
daripada halit.
• Apakah yang diendapkan itu gip atau anhidrit.
• Bagaimana mekanisme pengkonsentrasian serta penguapan air asin itu menjadi evaporit.
Beberapa batuan sedimen non klastik kimiawi jenis evaporit yang utama :
1) Batuan Gip
Batuan ini terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular. Batu gip dapat pula masif, dan
sering terdapat sebagai kristal – kristal yang kasar tetapi yang demikian biasanya terdapat
sebagai urat atau kristal nodul dalam lumpur atau pasir. Batuan ini memperlihatkan struktur
pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai fenokrisnya.
2) Batuan Anhidrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip, juga berlapis tetapi kadang – kadang masif, tebal
dan meluas. Struktur sedimennya memperlihatkan laminasi yang keriput, pada umumnya
granular halus, tetapi di bawah mikroskop kristal kasar, tetapi juga serabut dengan massa
kristalin kasar. Kenampakan porfiritik disebabkan penyabaran kristal gip diantaranya.
3) Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara masif dan secara kristalin kasar, kadang – kadang berlaminasi. Sering
berinterlaminasi (beberapa cm) denga sisipam tipis (seperti kertas) oleh anhidrit atau dolomit.
Juga garam hitam sering berinterklasi denga garam putih berbentuk kristal kubus. Halit sering
menjadi terobosan – terobosan yang membentuk saltdome (kubah garam). Hal ini disebabkan
berat jenis yang lebih rendah dibandingkan batuan sekeliling dan sifat mudah mengalir pada
temperatur dan tekanan rendah.
b. Batuan –batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini adalah batuan yang bersifat monomineral, dan
banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti :
• Rijang (Chert)
Komposisi dari rijang adalah opal, kalsedon, kuarsa, kristobalit, dan sedikit mengandung kalsit
dan dolomit. Tekstur batuan ini seperti mikrokristalin kuarsa dan kalsedon euhedral sampai poli-
hedral.

Tabel. Komposisi Kimia dari Rijang


Senyawa Rijang Batupaneker Nodul Rijang Serpih Diatomea Rijang Hijau
SiO2 93.54 98.93 70.78 73.71 85.78
TiO2 0.03 0.50
Al2O3 2.26 0.14 0.45 7.25 5.68
Fe2O3 0.48 0.06 0.02 2.63 2.92
FeO 0.08 0.30 0.44 2.09
MnO 0.79 0.01 0.02
MgO 0.23 0.02 1.88 1.47 0.25
CaO 0.66 0.04 12.90 1.72 0.48
Na2O 0.37 0.05 1.19 0.68
K2O 0.51 0.06 1.00 0.36
H2O+ 0.72 0.17 0.32 6.94
H2O- 0.21 0.27 0.48 2.88 1.88
P2O5- 0.16 0.24
CO2 0.02 12.04
SO3 0.16
C 0.18 0.33
Total 99.86 99.92 100.14 100.13 100.13
(Koesoemadinata, 1981)
Tabel diatas menunjukan kandungan dan jumlah setiap senyawa kimia, tetapi jumlah SiO2
biasanya antara 82,69 – 99,49 %.
Batuan rijang terdapat secara berlapis – lapis, berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau
sebgai nodul - nodul dalam gamping.
Rijang yang berlapis biasanya berasosiasi dengan endapan geosinklin (subdunction zone), denga
ketebalan ratusan meter dengan sisipan serpih hitam juga berasosiasi denga arus turbidit dan
lumpur silika, mengandung diatomea atau radiolaria, kedalaman laut adalah 120 - 200 meter.
Rijang yang berlapis dapat berasal dari organik dengan pertolongan radiolaria dan diatomea, atau
berasal dari kimia.
Rijang yang berupa nodul, pada umumnya sebagai replacement dari gamping, ada yang
menyatakan silika diendapkan bersama dengan gamping.mungkin secara biokimiawi silika
diambil dari air laut. Kadang – kadang membentuk jaringan dan dapat menyerupai rijang
berlapis.

4. Batuan Sedimen Non Klastik Biologis (Organik)


Batuan Karbonat
Semua batuan terdiri dari garam karbonat, dalam praktiknya gamping (limestone) dan dolomit
lebih utama. Kata karbonat dewasa ini lebih sering dipakai dalam industri minyak bumi.
Karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara pembentukannya, yaitu hanya dari larutan,
praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan secara kimiawi, tetapi yang penting
adalah turut sertanya organisme.
Hal yang lain adalah terbentuknya klastik sebagai fragmentasi atau pembentukan sekunder
sebagai contoh colitik, dan pengendapan menyarupai detritus.
Komposisi kimia dan mineral
Tidak memperlihatkan lingkunganpengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa
rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat.
a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)
Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum – jarum aragonit biasanya
diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi
kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.

b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)


Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai
rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal –
kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan kalsit
berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi langsung dari air
laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.
d. High Magnesium Kalsit
Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan batuan
dolomit Ls.

e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi denga evapori.

1. Tekstur Batuan Sedimen Non Klastik


Tekstur dapat dibedakan menjadi dua macam :
f. Kristalin
Tekstur ini terdiri dari kristal – kristal yang interlocking yaitu kristal – kristal yang saling
mengunci satu denga yang lain. Pemerian dapat memakai skala Wenworth denga modifikasi
sebagai berikut :
Nama Butir Besar Butir (mm)
Berbutir Kasar 2
Berbutir Sedang 1/16
Berbutir Halus 1/256
Berbutir Sangat Halus

g. Amorf
Tekstur ini terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal – kristal atau amorf (non klastik),
umumnya berukuran lempung atau koloid, contoh : rijang masif

2. Struktur Batuan Sedimen Non Klastik


Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun kegiatan organik.
Macamnya antara lain yang penting :
Fosilliforous
Struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari fosil (sedimen organik).
Oolitik
Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat konsentris
dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm (0,25 – 2 mm) kristal – kristal berbentuk bulat atau
elipsoid, seperti telur ikan. Contoh : batugamping oolit.
Pisolitik
Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besar dari 2 mm. contoh : batugamping
pisolitik.
Konkresi
Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak menunjukan adanya sifat
konsentris.
Cone in cone
Struktur pada batugamping kristalin yang menunjukan pertumbuhan kerucut perkerucut.
Bioherm
Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu
Blostrome
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome merupakan struktur luar yang
hanya tampak dilapangan.
Septaria
Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung . ciri khasnya adanya rekahan – rekahan
yang tidak teratur akibat penyusutan bahan – bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi
yang kemudian celah – celah yang terbentuk terisi oleh kristal – kristal karbonat yang kasar.
Geode
Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal
yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal bisa kalsit ataupun kuarsa.
Styolit
Styolit ini merupakan hubungan antar butir yang bergengsi.

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan penamaan
batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya komposisi mineralnya sederhana yaitu
bila terdiri dari satu atau dua macam mineral. Sebagai berikut :
Batugamping : Kalsit dolomit
Chert : Kalsedon
Gypsum : Mineral gypsum
Anhidrit : Mineral anhidrit

3. Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (> 50 %) terdiri dari
mineral – mineral atau garam – garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi
batugamping dan dolomit.
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur serta fosil.
Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi
paleoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses
kimia maupun biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan
yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain.
Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas dan detritus asal
darat.
Batugamping klastik adalah batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus
batugamping asal.
Contoh : Kalsirudit : butiran berukuran rudit (granule)
Kalkarenit : butiran berukuran arenit (sand)
Kalsilutit : butiran berukuran lutit (clay)

Batugamping non klastik adalah batugamping yang terbentuk dari proses-proses kimiawi
maupun organis. Umumnya bersifat monomineral.
Dapat dibedakan :
• Hasil biokimia : bioherm, biostrom
• Hasil larutan kimia : travertin, tufa
• Hasil replacement : batugamping fosfat, batugamping dolomit, batugamping silikat dan lain-
lain.

a. Tekstur Batuan Karbonat


Dewasa ini tekstur batuan karbonat lebih dipentingkan pada susunan mineralogi. Tekstur ini
berhubungan dengan sifat reservoir dalam bentuk minyak dan juga dari segi sedimentasi.
1) Besar Butir
Sering ukuran tersendiri, tetapi hal ini tidak dianjurkan. Lebih baik dipergunakan skala
Wentworth seperti dianjurkan oleh Leighton dan Pendexter (1962).
Mulai 0,0625 mm ke bawah maka tipe butir dan juga penelitian di bawah mikroskop menjadi
mikrit (micrite) atau berupa lumpur (mud) atau berbutir halus (aphanitik). Secara makroskopis
kurang dari 1 mm, tipe butir sudah sukar ditentukan sehingga istilh grain atau klas dapat dipakai.
2) Bentuk Butir
Bentuk butir juga penting dalam mempelajari gamping terutama dalam memperlihatkan energi di
lingkungan pengendapan.
Dalam bioklast, derajat dari abrasi dan peristilahan seperti pada detritus dipergunakan untuk
fragmen-fragmen pada umumnya. Bioklast dapat dibedakan menjadi cangkang – cangkang yang
utuh atau fragmen kerangkan yang utuh atau bekas pecahan jelas dan yang kedua yang telah
terabrasi atau bundar. Non fragmen, istilah kebundaran seperti diartikan oleh abrasi atau
transport yang jauh. Dan bentuk-bentuk yang lebih cocok ialah spherudal dan ovoid. Di antara
kerangka atau butir sering diisi oleh matriks atau semen.

3) Semen
Biasanya terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas atau disebut juga spari kalsit (spray calcite)
atau spar. Semen dapat di amati di bawah mikroskop dan semen ini terjadi pada waktu diagenesa
pengisian rongga-rongga oleh larutan yang mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas.
Kadang-kadang sukar untuk membedakannya denga kalsit sebagai hasil rekristalisasi yang
biasanya lebih halus da disebut mikrospar.
4) Matrik
Matrik adalah butir-butir karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada waktu
sedimentasi. Biasanya halus sekali dari bentuk-bentuk kristal tidak dapat di identifikasi, hampir
opak di bawah mikroskop.
Hasil dari matrik ini dapat berupa :
a) Pengendapan langsung sebagai jarum (aragonit) secara kimiawi / biokimiawi, yang kemudian
berubah menjadi kalsit.
b) Merupakan hasil abrasi, gampimg yang telah dibentuk misalnya koral, alga dan sebagainya
dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan-pukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit.
Tepung kalsit ini membentuk lumpur apu, dan diendapkan terutama di daerah-daerah yang
tenang.

b. Struktur Batuan Karbonat


Pemeriannya hampir sama denga pemerian batuan sedimen klastik.

c. Komposisi Batuan Karbonat


Pada komponen batuan karbonat juga terdapat pemerian fragmen, matrik, semen, hanya berbeda
istilahnya saja, komposisi meliputi allochem.
Allochem merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau butir-butir klastik dari hasil
abrasi batugamping yang sebelumnya ada.
Macam-macam Allochem :
1) Kerangka Organisme (skeletal) : merupakan fragmen yang terdiri atas cangkang – cangkang
binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.
2) Interclast : merupakan fragmen yang terdiri atas butiran-butiran dari hasil abrasi batugamping
yang sebelumnya telah ada.
3) Pisolit : merupakan butiran – butiran colit denga ukuran lebih besar dari 2 mm.
4) Pellet : merupakan fragmen yang mempunyai colit tetapi tidak menunjukkan adanya struktur
konsentris.

Mikrit
Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal-kristal karbonat yang
terbentuk secara biokimia atau kimiawi dari prespitasi air laut dengan mengisi rongga antar butir.

Sparit
Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir halus (0,02
– 0,1 mm) dapat terbentuk langsung dari semen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.

d. Tipe – tipe gamping utama


Tipe gamping ini berdasarkan kenampakan di lapangan, dapat dibagi menjadi :
1) Tipe gamping kristalin
Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari pengendapan, tetapi biasanya dari
hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dari gamping klastik ataupun gamping terumbu
ataupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut neomorphisme. Gamping
kristalin kasar mungkin juga diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan pengendapan
evaporit.
Dolomit terbentuknya batuan ini terbagi menjadi tiga, yaitu pertama pengendapan langsung
dalam supratidal atau evaporit. Kedua dalam pengendapan pori-pori gamping klastik di daerah
supratidal sabkha, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses ubahan
(replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal denga proses seepage reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg / Ca ratio = 5 : 1,
sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di daerah gurun atau daerah
tropis yang kering.
2) Tipe gamping afanitik
Terdiri dari butir-butir lebih kecil dari 0,005 mm. Tipe ini tidak dapat diketahui apakah terdiri
dari fragmen-fragmen halus (pecahan gamping) atau kristal-kristal halus. Beberapa nama untuk
istilah batuan ini adalah micrite, mudstone, calcilutite, lithographic, dan sublithographic.
Batuan ini memiliki beberapa cara terbentuknya, seperti yang pertama penggerusan gamping
yang telah ada, misalnya penghancuran terumbu oleh gelombang. Kedua dari pengendapan
langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh akan CaCO3, sebagai jarum-
jarum aragonit. Dan ketiga dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycae)
sebagai jarum-jarum aragonit.
Lingkungan pembentukan batugamping ini yaitu diendapkan di daerah dangkal yang terlindung
lagoon di belakang terumbu, penguapan yang kuat dan dengan bantuan ganggang. Biasanya kaya
akan zat organis dan diacak – acak oleh binatang, sehingga tidak memperlihatkan perlapisan.
3) Tipe gamping klastik
Batuan ini masih dapat dibagi lagi menjadi, bioklastik, interclast ? fragmenter dan klastik non
fragmenter. Berdasarkan besar butirnya batuan ini terbagi menjadi :
• Lebih besar dari 2 mm
Jika terdiri dari cangkang – cangkang / kerangka, disebut Cocquina, jika terdiri dari moluska dan
fragmen koral.
• Jika lebih kecil dari 0,25 mm
Sukar untuk membedakan partikel – pertikel pembentuk, maka sering dipergunakan istilah
seperti, micrograned atau microgranular.
• Jika sudah tidak dapat di identifikasi, maka istilah – istilah yang biasa dipergunakan adalah
kalkarenit terutama jika tekstur jelas menyerupai pasir, granular limestone, clastic limestone, dan
fragmental limestone.

4) Tipe gamping kerangka


Tipe gamping ini terdapat paling banyak dalam Tersier di Indonesia. Tipe ini sering membentuk
terjal pada singkapan, masif tidak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Komponen utama dari batuan ini adalah suatu kerangka yang utuh seperti dalam keadaan aslinya.
Bentuk serta jaringan kerangka bergantung pada jenis organisme yang membentuknya. Endapan
gamping kerangka diklasifikasi menurut unsur-unsur fauna atau flora yang bertanggung jawab
atas pembentukannya. Terumbu (reef) misalnya didasarkan atas tipe organisme yang membentuk
kerangka. Jika unsur-unsur flora atau fauna tak dapat diidentifikasikan secara positif pada
tingkatan spesies, maka istilah-istilah umum seperti gamping alga koral (koral-ganggang) atau
gamping kerangka moluska dapat digunakan. Pada umumnya ganggang merupakan penyekat
pengikat atau mengisi dari kerangka organisme, sehingga merupakan suatu bangunan yang
kukuh, yang tahan gelombang. Sering berupa kerak dan mempunyai struktur berlaminasi halus
yang bergelombang.
Komponen lainnya yang biasa terdapat ialah bioclast, ataupun fragmen-fragmen lainnya dapat
ikut terikorporasi di dalamnya. Komponen yang penting seperti foraminifera terutama foram
besar, moluska sering terdapat kadang-kadang merupakan kerangka tersendiri.
e. Proses Pembentukan Batuan Karbonat
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimen karbonat berubah menjadi
batuan karbonat.
Ketiga proses itu adalah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
Kebanyakan batuan karbonat terbentuk karena proses litifikasi sedimen karbonat. Litifikasi
tersebut akan melibatkan pelarutan mineral-mineral karbonat yang tidak stabil, pengendapan
mineral-mineral karbonat yang stabil dan rekristalisasi. Semua proses tersebut termasuk di dalam
suatu proses yang luas yaitu diagenesa. Dalam pengertian yang luas, diagenesa meliputi
perubahan mineralogi, tekstur, kemas dan geokimia sedimen dan temperatur dan tekanan yang
rendah.
Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun yang masih
berada di dalam laut. Pada sedimen karbonat yang tersingkap terjadi perubahan mineralogi dan
tekstur endapan asli, yang disebabkan kerja air tawar, atau air meteorit. Perubahan mineralogi
yang terjadi adalah terbentuknya mineral-mineral stabil dari mineral-mineral yang tidak stabil,
dan tekstur endapan asli berubah menjadi tidak jelas atau kabur, tetapi dapat pula tidak
mengalami apa-apa.
Proses perubahan sedimen karbonat menjadi batuan karbonat berlangsung perlahan-lahan dan
bertingkat-tingkat, dimana batas antara masing-masing tingkat tidak jelas, bahkan dapat saling
melingkup. Tingkat tersebut ialah :
• Penyemenan,
• Pelarutan – pengendapan, dan
• Perubahan mineralogi butir-butir dan rekristalisasi

2) Pengkristalan Kalsium Karbonat yang semua dalam Keadaan Membatu


Batuan karbonat ini berasal dari rekristalisasi kalsium karbonat yang menyerupai bahan batu /
keras (stony material) di mana kalsium karbonatnya dapat berasal dari kimiafisik (anorganik)
maupun biokimia (organik), atau kombinasi keduanya.
Contoh batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal dari
kimiafisik ialah calcrete, caliche, dan nari. Ketiganya adalah endapan yang dihasilkan dari
rekristalisasi karena penguapan.
Adapun batua karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal dari biokimia
adalah terumbu karang, dan biogenik pembentuk kerak keras. Endapan jenis ini memang sudah
dalam keadaan padat dan melekat, hal ini disebabkan oleh penyemenan kalsium karbonat
biokimia atau kimiafisik.
Dalam terumbu-terumbum, koral, ganggang dan foraminifera adalah organisme utama yang
mengendapkan batugamping padat.

3) Penggantian Materi-materi lain oleh Kalsium Karbonat


Beberapa batuan karbonat dapat terbentuk dari penggantian materi-materi lain, terutama kalsium
sulfat dan butir-butir kuarsa oleh kalsium karbonat. Batuan karbonat jenis ini tidak umum, tetapi
cukup penting karena genesisnya yang sangat berbeda dengan batuan karbonat jenis lain.
Terdapat dua proses penggantian yang umum, yaitu pertama perubahan kalsium sulfat menjadi
kalsit oleh kegiatan bakteri, kedua penggantian butir-butir kuarsa oleh karbonat karena proses
korosi.
5. Penamaan Klasifikasi
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan bentuk butir serta
tekstur. Selain itu juga dibantu dengan komposisi kimia dan struktur. Ukuran butir dalam batuan
sedimen klastik bisa seragam bisa tidak seragam.
Penamaa batuan sedimen non klastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya.
a. Batuan Sedimen Klastik
Penamaan batuan sedimen klastik lebih ditekankan pada ukuran dan bentuk butir, denga
perincian sebagai berikut :
1) Untuk butiran yang sama atau lebih kecil dari pasir
Batupasir : butiran yang berukuran pasir
Batulempung : butiran yang berukuran lebih halus dari pasir
Serpih : batulempung yang menunjukkan struktur fasility (sifat belah)
2) Untuk butiran yang lebih besar dari pasir dan melibatkan bentuk butir
Konglomerat : jika butirannya berbentuk membulat
Breksi : jika butirannya berbentuk runcing
3) Untuk butiran dan komposisi
Batupasir Kuarsa : batupasir yang banyak mengandung kuarsa.
Batulempung Gampingan : batulempung yang mengandung mineral-mineral karbonat.
4) Ukuran butir dan struktur
“Shale” (serpih) : batulempung, berlaminasi
5) Batugamping klastik
Kalsirudit : bila berukuran butir > pasir
Kalkaresit : bila butiran berukuran pasir
Kalsilutit : bila butiran berukuran lempung

b. Batuan Sedimen Non Klastik


Penamaan batuan sedimen non klastik sangat tergantung oleh jenis mineral penyusunnya, dan
karena pembentukannya disebabkan oleh larutan kimia maupun organis maka sedimen non
klastik ini bersifat monomineral.
1) Batuan Sedimen Non Klastik Kimiawi
Batugips : jika tersusun oleh mineral gypsum
Rijang : jika tersusun oleh mineral kalsedon
Batubara : jika tersusun oleh mineral karbon
2) Batuan Sedimen Non Klastik Biologis / Organis
Contoh penamaan berdasarkan komposisi :
Batugamping Kristalin : bila tersusun oleh kristal-kristal kalsit
Batugamping koral : bila tersusun oleh koral

c. Langkah-langkah penentuan nama batuan sedimen


1) Amati contoh batuan baik-baik
2) Tentukan teksturnya : klastik atau non klastik. Bila klastik tentukan ukuran butirnya (bila
tidak seragam tentukan ukuran fragmen dan matrik), bila non klastik tentukan macam teksturnya.
3) Tentukan strukturnya
4) Tentukan komposisinya, untuk mengetahui kandungan karbonat, batuan ditetesi HCl, bila
bereaksi berarti mengandung karbonat.
5) Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Misal, bila yang tampak
dominan adalah ukuran butirnya maka penamaan berdasarkan ukuran butirnya.
( Danang Endarto, 2005 )

6. Klasifikasi
6.1 Klasifikasi Grabau (1904)
Menurut Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi lima berdasarkan ukuran dan teksturnya,
yaitu :
-Kalsidurit, yaitu batugamping yang berukuran butirnya > 2 mm atau lebih besar dari ukuran
pasir.
-Kalkarenit, yaitu batugamping dengan ukuran butir sama dengan ukuran pasir (1/16 – 2 mm).
-Kalsilutit, yaitu batugamping yang ukurannya (ukuran butir) lebih kecil dari ukuran pasir.
-Kalsipuluerit, yaitu batugamping hasilpresipitasi kimiawi, sifatnya kristalin.
-Batugamping organic, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu, misalnya terumbu dan
stromabolity.

6.1.1. Klasifikasi Folk (1959)


Folk mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan tekstur, pengendapan dan perbandingan
fraksi komponen penyusunnya, yaitu butiran/allochem, mikrit, dan sparit (ortochem).
Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, mikrit, dan sparit serta jenis allochem yang
dominant, maka Folk membagi batugamping menjadi 4 Famili
Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi baik dan terbentuk pada
high energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir lempungan atau konglomerat
lempungan dan terbentuk pada low energy zone dan batu gamping tipe III analog dengan
batulempung dan terbentuk pada kondisi yang tenag (lagoon)
-Intaclast; suatu endapan yang berupa gel Lumpur karbonat , belum memadat, semi plastis, lalu
ada erosi yang membentuk tubuh (discret body)
-Pellet; suatu butiran yang strukturnya microcritalinne (warnanya gelap),kalau mengandung
kotoran binatang maka disebut (facialpellet). Sedangkan jikamempunyaiukuran yang agak besar
disebut lump.
-Oolit; suatu butiran yang intinya dilapisi oleh unsur karbonat, intinya berfosil dan apabila
disayat maka mempunyai bentukkonsentris.
-Fossil; termasuk kedalamallochemical, karena mengalami transportasi ditempat tersebut,
misalnya Globigerina yang hidup secara plankton.
Penggambaran skematik komponen penyusun batuan karbonat yang menjadi dasar klasifikasi
batuan karbonat menurut Folk (1959).

6.1.2. Klasifikasi Dunham (1962)


Dunham membuat klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan, meliputi ukuran
butir dan pemilahan/sortasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam klasifikasiin antara lain:
-Derajat perubahan tekstur pengendapan
-Komponen asli terikat dan tidak terikat selama proses deposisi
-Tingkat kelimpahan antara butiran (grain) dengan Lumpur karbonat.
Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham membuat klasifisikasi :
-Boundstone : hubungan antar komponen tertutup yang berhubungan dengan rapat (oolite).
-Grainstone : hubungan antara komponen-komponen tanpa Lumpur.
-Packstone : ada lumpur, tetapi yang banyak adalah komponen betolit.
-Mudstone : Lumpur wackestone.

6.1.3 Lingkungan Pembentukan Batuan Karbonat dan Fasies


Terumbu lingkungan pembentukan karbonat dapat terjadi mulai zona supratidal sampai dengan
cekungan yang lebih dalam, paparan cekungan dangkal, yang meliputi middle shelt outer shelf.
Cekungan pembentukan karbonat ini disebut sebagai subtidal carbonate factory.
Endapan-endapan ini akan terakumulasikan pada shelf, sebagian mengalami transportasi ke
daratn (tidal flat) oleh gelembung dan pasang surut. Sebagian lagi mengalami transportasi kea
rah laut (cekungan yang lebih dalam)

Fasies Terumbu
Meskipun lingkungan pengendapan karbinat dapat terjadi mulai dari zona supratidal sampai
cekungan yang lebih dalam di luar shelf, paparan cekungan dangkal (shallow basin plattorm)
yang meliputi middle shelf dan outer shelf adalah tempat produksi endapan karbonat yang utama
dan kemudian tempat ini disebut sebagai subtidal carbonate factory.
(N.P.James,1983 dalam Boggs : 1987)
Endapan-endapan karbonat yang dihasilkan akan terakumulasi pada shelf, sebagian mengalami
transportasi kea rah daratan, yaitu ke tidalflat, pantai, atau logoon, sedangkan sebagian lagi
mengalami transportasi kearah laut yaitu ke cekungan yang lebih dalam. Pada lingkungan laut
yang dalam jarang terbentuk endapan karbonat, kecuali merupakan hasil dari jatuhan plankton
yang mengsekresikan kalsium karbonat dan hidup di air permukaan.
Terumbu adalah suatu timbulan karbonat yang dibentuk oleh pertumbuhan organisme koloni
yang insitu, mempunyai potensi untuk berdiri tegar membentuk struktur topografi yang tahan
gelombang James (1979) membagi fasies terumbu masa kini secara fisiografi menjadi 3 macam,
yaitu sebagai berikut:
-Fasies inti terumbu (reef core facies)
Fasies ini tersusun oleh batugamping yang massif dan tidak berlapis. Berdasrkan litologi dan
biota penyusunnya, fasies ini dapat dibagi menjadi 4 susfasies, yaitu :
-Subfasies puncak terumbu (reff-crest)
Litologi berupa framestone dan bindstone, sebagi hasil hasil pertumbuhan biota jenis kubah dan
mengerak serta merupakan key high energy zone.
-Subfasies datarn terumbu (reef-flat)
Litologi berupa lidstone, grainstone, dan rosule dari ganggang karbonatan dan merupakan daerah
berenergi sedang dan tempat akumulasi rombakan terumbu.
-Subfasies terumbu depan (reef-front)
Litologi berupa bafflestone, bidstone dan framestone dan merupakan daerah berenergi lemah-
sedang.
-Subfasies terumbu belakang (back-reef)
Litologi berupa bafflestone dan flocetstone dan merupakan daerah berenergi lemah dan relative
tenag.
-Fasies deoan terumbu (fore reef facies)
litologi berupa grainstone dan sudstone serta merupakan lingkungan yang mempunyai
kedalaman >30 m dengan lereng 45-60 m, semakin jauh dari inti terumbu (kearah laut), litologi
berubah menjadi packstone, wackstone,dan mudstone.
-Fasies belakang terumbu (back reef facies)
Fasies ini sering disebut juga fasies logoon dan meliputi zona laut dangkal (<30 m) dan tidak
berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air terbatas, dan banyak biota
penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa wackstone dan mudstone serta banyak dijumpai
struktur jejak dan bioturbasi, baik horizontal maupun vertikal.

You might also like