You are on page 1of 34

Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa II

Dosen : Ns. Ruslan, S.Kep

FRAKTUR & DISLOKASI

Disusun Oleh
Kelompok III

EDY SUPARDI
SRI MELATI
SURIYANTI
ABD. RAHMAN
SUPARLANG
SARTIKA
MARDIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG


PRODI S1 KEPERAWATAN
2009

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
FRAKTUR & DISLOKASI

A. DEFINISI
Fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas
tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada
tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya.
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau
tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 :
144).
Fraktur atau umumnya patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang
itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 :
1183)
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang
atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 :
144)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer,
2000 : 42).
B. ETIOLOGI
Penyebab fraktur / patah tulang menurut (Long, 1996 : 367) adalah :
a. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan)
b. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker,
osteophorosis)

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
c. Patah karena letih
d. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena
berjalan terlalu jauh.
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi
tiga yaitu :
a. Cedera traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari
otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat
juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,
biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus
menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas
dikemiliteran.
Etiologi Fraktur ada dua jenis, yaitu :
1. Trauma langsung, yaitu : fraktur yang terjadi karena mendapat
rudapaksa, misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan
patah tulang.
2. Trauma tidak langsung, yaitu : bila fraktur terjadi, bagian tulang
mendapat rudapaksa dan mengakibatkan fraktur lain disekitar
bagian yang mendapat rudapaksa tersebut dan juga karena
penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.
Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur dibagi menjadi
dua yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup
akan terjadi kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea
fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut akan terbentuk bekuan
darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan
membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi
informasi fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk
jaringan granulasi. Pada bagian ujung periosteum-periosteum,
endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast,
kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago,
kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan
dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang
menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi
osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi.
Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan
pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah akan banyak

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah syok hipovolemik, yang
ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok
hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan
terjadilah hipoksia. Karena hipoksia inilah respon tubuh akan
membentuk metabolisme an aerob adalah asam laktat, maka bila
terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan
meningkat.
C. PATOFISIOLOGI
Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long, 1996 :
356). Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur bumper mobil,
karena trauma tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
menyangga. Juga bisa oleh karena trauma akibat tarikan otot misalnya tulang patella
dan dekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000 :
147).
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka
bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan
di kulit. (Mansjoer, 2000 : 346).
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.
Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk
membentuk tulang sejati. (Corwin, 2000 : 299).
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dan berakibat anoksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen. (Brunner & Suddarth, 2002 : 2287).
Pengobatan dari fraktur tertutup bisa konservatif atau operatif. Theraphy
konservatif meliputi proteksi saja dengan mitella atau bidai. Imobilisasi dengan
pemasangan gips dan dengan traksi. Sedangkan operatif terdiri dari reposisi terbuka,
fiksasi internal dan reposisi tertutup dengan kontrol radio logis diikuti fraksasi internal.
(Mansjoer, 2000 : 348).
Pada pemasangan bidai / gips / traksi maka dilakukan imobilisasi pada bagian
yang patah, imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas
tulang agak cepat (Price & Willsen, 1995 : 1192).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi
dari imobilisasi antara lain : adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka yang
disebabkan oleh penekanan, hilangnya otot (Long, 1996 : 378).
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh diimobilisasi,
mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1999 : 346). Pada
reduksi terbuka dan fiksasi interna (OKIF) fragme-fragmen tulang dipertahankan
dengan pen, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan
terjadi infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan
struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau
mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price & Willson, 1995 : 1192).
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri
yang hebat (Brunner & Suddarth, 2002 : 2304).

Penyimpangan KDM

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
D. KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur di klasifikasikan sebagai berikut :
1) Fraktur tertutup
Merupakan fraktur tanpa komplikasi dengan kulit tetap utuh
disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit.
2) Fraktur terbuka
Pada tipe ini, terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka
tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Pada fraktur terbuka
biasanya potensial untuk terjadinya infeksi, luka terbuka ini dibagi
menurut gradenya.
Grade I : luka bersih, kurang dari 1 Cm.
Grade II : luka lebih luas disertai luka memar pada kulit dan otot.
Grade III : paling parah dengan perluasan kerusakan jaringan
lunak terjadi pula kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf.
3) Fraktur komplit
Pada fraktur ini garis fraktur menonjol atau melingkari tulang
periosteum terganggu sepenuhnya.
4) Fraktur inkomplit
Garis fraktur memanjang ditengah tulang, pada keadaan ini
tulang tidak terganggu sepenuhnya.
5) Fraktur displaced
Fragmen tulang terpisah dari garis fraktur.
6) Fraktur Comminuted
Fraktur yang terjadi lebih dari satu garis fraktur, dan
fragmen tulang hancur menjadi beberapa bagian (remuk).
7) Fraktur impacted atau fraktur compressi
Tulang saling tindih satu dengan yang lainnya.
8) Fraktur Patologis

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Fraktur yang terjadi karena gangguan pada tulang serta
osteoporosis atau tumor.
9) Fraktur greenstick
Pada fraktur ini sisi tulang fraktur dan sisi tulang lain bengkak.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri tekan : karena adanya kerusakan syaraf dan pembuluh
darah.
2. Bengkak dikarenakan tidak lancarnya aliran darah ke jaringan.
3. Krepitus yaitu rasa gemetar ketika ujung tulang bergeser.
4. Deformitas yaitu perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi
memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang
menarik patahan tulang.
5. Gerakan abnormal, disebabkan karena bagian gerakan menjadi
tidak normal disebabkan tidak tetapnya tulang karena fraktur.
6. Fungsiolaesa/paralysis karena rusaknya syaraf serta pembuluh
darah.
7. Memar karena perdarahan subkutan.
8. Spasme otot pada daerah luka atau fraktur terjadi kontraksi pada
otot-otot involunter.
9. Gangguan sensasi (mati rasa) dapat terjadi karena kerusakan
syaraf atau tertekan oleh cedera, perdarahan atau fragmen
tulang.
10. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
11. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
12. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
F. KOMPLIKASI
- Malunion : Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi,
perpendekan/rotasi)

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih
dari normal.
- Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut
pseudoarthritis, nonunion yaitu terjadi karena penyambungan
yang tidak tepat, tulang gagal bersambung kembali.
G. PENATALAKSANAAN
a. Medis
1) Traksi
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan
beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris
dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi
adalah antara lain mengurangi patah tulang, mempertahankan
fragmen tulang pada posisi yang sebenarnya selama
penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak,
memperbaiki deformitas.
Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya
menggunakan plester perekat sepanjang ekstremitas yang
kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk
ditarik. Penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban.
Traksi skelet, biasanya dengan menggunakan pin
Steinman/kawat kirshner yang lebih halus, biasanya disebut
kawat k yang ditusukan pada tulang kemudian pin tersebut
ditarik dengan tali, katrol dan beban.
2) Reduksi
Reduksi merupakan proses manipulasi pada tulang yang
fraktur untuk memperbaiki kesejajaran dan mengurangi
penekanan serta merenggangkan saraf dan pembuluh darah.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup,
merupakan metode untuk mensejajarkan fraktur atau
meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka, pada reduksi ini insisi
dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan dibawah
pengawasan langsung. Pada saat pembedahan, berbagai alat
fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.
b. Fisiotherapi
Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM
aktif dan pasif. ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan
mempertahankan ROM normal pada sendi. ROM dapat dilakukan
oleh therapist, perawat atau mesin CPM (continous pasive motion).
ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan otot.
c. Proses Penyembuhan Tulang
1) Fase formasi hematon (sampai hari ke-5)
Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan
pada kanalis havers dan jaringan lunak, pada 24 jam pertama
akan membentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area
fraktur sehingga suplai darah ke area fraktur meningkat,
kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang
menjadi jaringan granulasi.
2) Fase proliferasi (hari ke-12)
Akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast
dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan granulasi
dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago,
kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa, akan
selanjutnya terbentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang
yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak
sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat.
3) Fase formasi kalius (6-10 hari, setelah cidera)

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Pada fase ini akan membentuk pra prakulius dimana
jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat lemah,
prakulius akan mencapai ukuran maksimal pada hari ke-14
sampai dengan hari ke-21 setelah cidera.
4) Fase formasi kalius (sampai dengan minggu ke-12)
Pada fase ini prakalius mengalami pemadatan (ossificasi)
sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan
intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk
pembentukan kalius ossificasi ini berlangsung selama 2-3
minggu. Pada minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutupi
tulang.
5) Fase konsolidasi (6-8 Bulan) dan remoding (6-12 bulan)
Pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang
ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi
lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan
mengalami remodering dimanaosteoblast akan membentuk
tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian
yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang
menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.
H. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinis Fraktur adalah nyeri, hilangnya sungsi
deformitas, pemendekan ekstremitas krepitus, pembekakan lokal dan
perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen
tulang diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
bukannya tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen
pada faktur lengan atau tungkai menyebabkan defromitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai
2,5 sampai 5 cm.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen
satu dengan lainnya (uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak
yang lebih berat).
5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
( Brunner dan Suddarth, 2001 : 2358 )
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen
- Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung
- Mengetahui tempat dan type fraktur
- Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi
dan selama proses penyembuhan secara periodic
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi )
atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah
trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah
transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas
terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis
pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
Data demografi : identitas klien
Riwayat kesehatan sekarang : kejadian yang mengalami cedera.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat penyakit DM, TB, arthritis,
osteomielitis, dan lain-lain.
Riwayat imunisasi : Polio, Tetanus.
a. Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
Keterbatasan mobilitas

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
b. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Cailary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
nyeri tiba-tiba saat cidera
spasme/ kram otot
e. Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna, pembengkakan local
f. Integumen, laserasi, perdarahan edema, perubahan warna
kulit.
g. Sistem otot : kekuatan gerak koordinasi.
h. Pemeriksaan diagnostic.
Pemeriksaan ronthgen menentukan lokasi/luasnya
fraktur/trauma.
Scan tulang, tomogram, scan ct, MRI : memperlihatkan fraktur,
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
Hitung darah lengkap : HT, mungkin meningkat (hemoton
sentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan leukosit
adalah respon stress normal setelah trauma
Diagnosa Keperawatan
a. tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan trauma
jalan nafas.
Tujuan yang ingin dicapai adalah bersihan jalan nafas efektif.
Intervensi : yang akan dilakukan adlah,
- tinggikan tempat tidur30 derajat,
- observasi frekuensi/irama pernafasan,
- observasi adanya batuk, wheezing dan edema,
- observasi tanda-tanda vital.
- Auskultasi bunyi nafas, ajarkan tekhnik nafas dalam,
- ubah posisi secara periodic,
- berikan minum2-3 liter/hari
- kolaborasi dalam pemberian oksigen.
b. resiko tinggi trauma berhubungan dengan hilangnya integritas
tulang/fraktur).
Tujuan yang akan dicapai adalah klien terhindar dari trauma.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
- pertahanan traksi baring sesuai indikasi letakan papan dibawah
tempat tidurortopedik,
- pertahanan posisi netral pada bagian, fraktur dengan bantal,
- anjurkan klien menghindari untuk beban yang berat,
- kolaborasi dengan tim medis lain, rinthgen.
c. resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasangan kawat di rahang).

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi.
Intervensi yang akan dilakukan adalah,
- timbang berat badan setiap hari,
- berikan air minum hangat bila mual,
- anjurkan klien bersandar bila makan atau minum,
- anjurkan makan dengan sedotan berikan makan sedikit tapi
sering dengan konsistensi yang sesuai,
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.
d. gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot
Tujuan yang akan dicapai adalah nyeri berkurang.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
- kaji karakteritik nyeri, lokasi dan intensitas (skala 0-10).
- Perrtahankan mobilisasi tirah baring, tinggikan bagian
ekstremitas yang nyeri, beri kompres dingin, observasi tanda-
tanda vital (TD,N,S,RR).
- Ajarkan tekhnik relaksasi,
- kolaborasi dengan dokter dalampemberian therapy analgetik.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromuskuler).
Tujuan yang akan dicapai adalah klien mampu bermobilisasi secara
bertahap.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
- kaji tingkat mobilitas klien,
- bantu klien dalam mobilisasi,
- ukur TD setelah aktivitas,
- bantu klien dalam gerakan pada ekstremitas yang sakit dan tidak
sakit, anjurkan klien untuk gerakan pada ekstremitas yang tidak
nyeri,

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
- kolaborasi dengan tim medis lain : fisiotherapy.
f. resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan cidera tusuk
fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat
dan sekrup
Tujuan yang akan dicapai adalah gangguan integritas kulit teratasi.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
- kaji keadaan luka (adanya tanda-tanda infeksi).
- Pertahankan tempat tidur kering dan bebas dari kerutan, rubah
posisi akan setiap 2 jam sekali,
- lakukan perawatan luka, observasi daerah yang terpasang
balutan, libatkan keluarga dalam perawatan luka.
g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan
kawat pada rahang.
Tujuan yang akan dicapai adalah klien dapat berkomunikasi,
dengan baik.
Intervensi yang akan dilakukan adalah :
tentukan luasnya ketidak mampuan berkomunikasi,
berikan pilihan cara berkomunikasi, validasi upaya arti komunikasi,
antisipasi kebutuhan, tempatkan catatan didekat klien.
h. resiko tiggi infeksi berhubungan dengan tidak ada kuatnya
pertahan primer.
Tujuan yang akan dicapai adalah infeksi tidak terjadi.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
- kaji kulit apakah terdapat iritasi atau robekan kontinuitas jaringan
observasi tanda-tanda vital, terutama suhu,
- observasi tanda-tanda infeksi, lakukan perawatan luka secara
septic dan antiseptic, kaji balutan luka

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
- kolaborasi dengan tim medis lain : laboratorium dalam
pemeriksaan darah (LED dan leukosit), kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antibiotic.
i. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi.
Tujuan yang akan dicapai adalah klien tidak cemas lagi.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
diskusikan tindakan keamanan, bantu mengekspresikan ketakutan,
bantu untuk mengakui kenyataan, termasuk marah, beri penjelasan
tentang peubahan wajah, berikan cermin bila pasien menghendaki,
ajarkan tekhnik manajemen stress.
j. Kurang pegetahuan tentang kondisi prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan yang akan dicapai adalah pengetahuan klien akan
bertambah.
Intervensi yang akan dilakukan adalah
kaji sejauh mana tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya,
beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, beri
reinfoercement positif jika klien menjawab dengan cepat, pilih
berbagai strategi belajar seperti : tekhnik ceramah, tanya jawab
dan demonstrasikan dan tanyakan apa yang tidak diketahui klien.

MANAJEMEN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN POST OP
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :
a. Sirkulasi

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
b. Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang
; stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan
penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi
anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah /
reaksi transfuse
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer
dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial
bagi penarikan diri pasca operasi).

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op
fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada
pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :
1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak
menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan
aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ;
awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan
dan durasinya kurang dari enam bulan.
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien
tentang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgesic
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik
berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang
tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk
bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang
diinginkan.
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :
- perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa
aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi dan Implementasi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar
optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas
secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang
tepat, mobilisasi dini.
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih
kembali.
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari latihan.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang
mengalami perubahan secara tidak diinginkan.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/
mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah
dalam melakukan tindakan yang tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
intervensi.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai
adanya proses peradangan.
d. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka
dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya infeksi.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar
luas pada area kulit normal lainnya.
f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen
pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam
kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu
ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
- penampilan yang seimbang..
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,
pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas
apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan
dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur
invasif dan kerusakan kulit
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
- tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda
peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,
kateter, drainase luka, dll.
R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti Hb dan leukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa
terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Kriteria Hasil :
- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
Intervensi dan Implementasi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien
dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa
cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan
nya.
R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses
penyembuhan.
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan.
R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
DISLOKASI

PENGERTIAN
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)
(brunner&suddarth).
Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur, dkk. 2000)
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur
dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja
yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi
lagi.

KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini
disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan
saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat
anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi
karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari
jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi,
ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur
yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak
bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin
4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang
merupakan kompenen vital penghubung tulang

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus
terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti
jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan
menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini
hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan
sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar
lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu
tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada
bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-
tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak
di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
KOMPLIKASI
Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
PENATALAKSANAAN
- Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
- Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
- Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi
dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi¬
halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
- Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
- Identitas dan keluhan utama
- Riwayat penyakit lalu
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat masa pertumbuhan
- Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas,¬
fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi
anterior bahu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas
jaringan
Intervensi
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi relaks pada pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgesic

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri


saat mobilisasi
Intervensi
- Kaji tingkat mobilisasi pasien
- Berikan latihan ROM
- Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakit
Intervensi
- Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya
- Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan
dijalaninya.
- Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan
dijalani pasien

4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan


perubahan bentuk tubuh
Intervensi

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
- Kaji konsep diri pasien
- Kembangkan BHSP dengan pasien
- Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
- Bantu pasien mengatasi masalahnya.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC,


Jakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :
Jakarta.
diambil dari : http://asuhan-keperawatan-patriani. blogspot.
com/2008/07/fraktur-i.html
diambil dari : http : // blog . asuhan keperawatan . com /
blog/2009/05/28/fraktur/
diambil dari :http ://www. ilmu keperawatan. com/ asuhan_
keperawatan_fraktur.html
diambil dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-dislokasi/

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com

You might also like