Professional Documents
Culture Documents
Dalam praktikum Proses Produksi ada 7 modul. Ini adalah modul keenam. Isi
selengkapnya dapat dilihat di bawah ini….
bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum
Proses Produksi yang di sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi.
6.1. Tujuan
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen
yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam
induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai
hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini
kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat.
Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas
asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam
tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung
tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung
asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton,
kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas
asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur
besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan
nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen
harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi
sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa
nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit
yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen
tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa
dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).
b. Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu.
Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar
yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari
udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala
kerucut.
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala
netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah
menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau
dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan
dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan
untuk pengelasan lainnya.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala
asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk
mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah
kerucut luar kira-kira 2500° C.
Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi
kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam
teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu :
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan
dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk
itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap
benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar,
sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan
posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan
dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan
10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut
45°-60°.
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri
dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja
sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini
banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan
posisi yang sulit saat mengelas.
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5
mm ke atas.
o Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan
alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
o selang
o brander (torch)
5. stopwatch
6. Sikat baja
c. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut
penutupnya dengan kunci pembuka.
d. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang
terpasang pada regulator.
e. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke
kanan untuk memperbesar tekanan gas).
f. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api.
g. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander
sampai diperoleh nyala netral.
i. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi
pada bagian logam induk yang mencair dan mengayunkan brander sampai
terbentuk rigi-rigi las yang diinginkan.
j. Mengulangi nomor h sampai nomor i sampai didapat rigi-rigi las yang baik.
l. Melaksanakan praktikum dengan serius dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
Dalam praktikum Proses Produksi terdapat 7 modul. Ini adalah modul kelima. Isi
selengkapnya dapat dibaca di bawah ini…
bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum
Proses Produksi yang di sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi.
5.1. Tujuan
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung.
Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi
akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah
mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai
dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh
busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam
pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga
terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda
kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar
timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan
suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan
elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain
untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu
pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis
pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya
oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis
yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui
proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda)
dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan
pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion
positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus
searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus
elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat
kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
1. kawat inti
2. selubung elektroda
3. busur listrik
4. pemindahan logam
5. gas pelindung
6. terak
7. kampuh las
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang
akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan,
suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan
elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya
diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap
mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan
ujung elektroda dan lokasi pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las.
Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat
cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.
a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk
besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya
ke sisi logam induk.
c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan
garis tengah penampang tadi.
b. Palu las
c. Tang
d. Tang penjepit
e. Elektroda
h. Penyiku
i. Stopwatch
j. Sarung tangan
k. Sikat besi
5.4.1. Persiapan
b. Memakai alat-alat pelindung yang sudah disediakan yaitu kacamata las listrik.
d. Memasang elektroda pada penjepitnya dan memasang penjepit benda kerja pada
benda kerja (bisa pada meja kerjanya). Memperhatikan sebelum mesin las
dihidupkan, letak dari penjepit elektroda jangan sampai menempel penjepit
logam atau logam induknya.
e. Mengatur besarnya arus dengan memutar handel pada mesin las, dengan
memperhatikan besarnya diameter elektroda, sesuai dengan tabel yang sudah
ada.
5.4.2. Pelaksanaan
(1) Latihan menyalakan busur listrik dan membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang
busur (jarak antara ujung elektroda ke benda kerja).
a. Bila panjang busur tepat (kurang lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan
pengelasan yang tepat maka akan menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan
halus (tidak meledak-ledak) dengan lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali
garis tengah elektroda, karena cairan elektroda akan mengalir dan mengendap
dengan baik.
Hasilnya rigi-rigi las yang halus dan baik, tembusan las yang baik, dan terak
halus dan mengkilat.
b. Bila busur terlalu panjang, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola
(percikan-percikan kecil) dari cairan elektroda.
Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal (melebar), dan percikan
teraknya kasar.
c. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran
logam cair yang menyambung elektroda dan logam induknya maka akan terjadi
hubungan singkat dan busur akan mati, sehingga elektroda akan menempel
kuat pada benda kerja.
Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya dengan mesin las
konvensional maka posisi elektroda terhadap benda kerja berdasarkan
eksperimen dan pengalaman yang paling baik hasilnya adalah yang sebagai
berikut :
a. Posisi elektroda bersudut 70° -80° dengan arah memanjang las dan bersudut 90°
arah melintang las.
b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah kanan maupun kiri
dengan diameter yang relatif kecil.
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur) agar tetap, hal
tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus menerus
sehingga mengalami pemendekan.
a. Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan jalur yang lebar, kasar dan
kuat tetapi dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya).
b. Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal karena kurangnya
waktu pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk cairan elektroda
menembus bahan dasar.
c. Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar
dan tembusan lasnya baik.
a. Arus Listrik
Bekerja dengan menggunakan energi listrik kita tidak perlu takut tetapi jangan
sembrono. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian :
1. Harus dijaga agar jangan sampai terjadi korslet (hubungan singkat) arus listrik,
hindarkan agar kabel tidak terluka oleh benda tajam atau api, jauhkan penjepit
elektroda dari logam lain, sambung-sambungan dan terminal-terminal kabel
harus benar-benar kuat.
2. Bahaya terkena sengatan arus listrik oleh alat las relatif kecil karena tegangan yang
dihasilkan cukup rendah (pada alat ini 30-78 volt).
Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup besar sehingga
logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada bagian yang terkena busur
listrik.
1. Busur listrik akan disertai percikan-percikan api yang dapat melukai kulit.
2. Busur listrik akan juga mengeluarkan sinar ultraviolet dan infra merah denga
intensitas yang cukup tinggi.
Kedua sinar tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan mata dan kulit jika
lama-lama terkena langsung. Akibat dari radiasi kedua sinar tersebut adalah
mata akan pedih dan akan mengeluarkan air mata, jika lebih lanjut mata akan
rusak bahkan akan terjadi iritasi dan kebutaan. Dengan demikian memakai
pelindung mata adalah keharusan.
Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus ini akan dihasilkan asap atau gas
yang cukup banyak. Asap tersebut berfungsi untuk melindungi logam cair
terhadap oksidasi oksigen dari udara. Gas atau asap tersebut jika dihirup dalam
waktu yang panjang akan merusak kesehatan bahkan dapat meracuni darah.
Oleh sebab itu harus ada pelindung terhadap gas tersebut untuk mengusir gas
tersebut dari ruang pengelasan yang tertutup dengan blower.
1. Proses Pengelasan
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2
sehingga menimbulkan nyala api (30000C) dengan suhu tinggi yang mampu mencairkan
logam induk dan logam pengisinya. Bahan bakar yang dapat digunakan berupa gas-gas
asetilen, propan atau hydrogen. Di antara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak
digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-
asetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka las oksi-asetilen banyak dipakai
dilapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen
komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari
nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2)
dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan
endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :