You are on page 1of 11

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN

DALAM LINGKUP PENDIDIKAN

MAKALAH

TOPIK PERORANGAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Menyelesaikan Pendidikan di Universitas Islam Nusantara

Jurusan FKIP PLB

Oleh :

YUYUM YUNENGSIH

NIM. 41032102091003

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

2009
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan
sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral,
intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuan
akhir. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik
terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.
Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan
manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan
sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina
kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat.

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

Sebagai salah satu syarat dalam bidang akademik sebagai bahan materi ujian

Menambah wawasan bagi mahasiswa dalam hal ilmu sosial sehingga kita sebagai manusai adalah insal
sosial yang tak luput dari bantuan orang lain

Sebagai bahan referensi mendatang guna untuk keperluan yang lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Manusia Sebagai Mahluk Sosial


Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius.
Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila, dan religii harus dikembangkan secara
seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan
manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia
lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan
hidupnya dengan baik.
Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal,
informal maupun nonformal. Dalam kenyataannya, manusia menunjukkan bahwa pendidikan merupakan
pembimbingan diri sudah berlangsung sejak zaman primitif. Kegiatan pendidikan terjadi dalam hubungan
orangtua dan anak.
John A. Laska, mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut :

Education is one of the most important activities in which human beings engange. It is by means of the
educative process and its role intransmitting the cultural heritage from one generation to the next that
human societies are able to meintein their existence. But education does more than just help us to keep the
kind of society we already have; it is also one of the major ways in which people try to change or improve
their societies…..

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia
harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala
sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme,
martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-
potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan
instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat
digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-
potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau
bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin
berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi
yang ada pada dirinya secara optimal.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan
pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada
dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu
sendiri.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan
dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup
dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam
arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus
watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus
rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada
zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin
diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya.
Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih
baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant
mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik
maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan
oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan
memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi
memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Pengembangan manusia sebagai makhluk Susila

Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan sosial. Manusia dapat menetapkan
tingkah laku yang baik dan yang buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam
kehidupannya.

Dalam proses antar hubungan dan antaraksi itu, tiap-tiap pribadi membawa identitas dan kepribadian masing-
masing. Oleh karena itu, keadaan yang yang cukup bermacam-macam akan terjadi berbagai konsekuensi
tindakan-tindakan masing-masing pribadi.

Kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki aturan-aturan
norma. Aturan-aturantersebut dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih beradab. Menusia akan lebih
menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka menjadi lebih baik.

Selain aturan-aturan norma, manusia juga memerlukan pendidikan yang dapat digunakan sebagai sarana
mencapai kemakmuran dan kenyamanan hidup. Pendidikan dapat menjadikan manusia seutuhnya. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengerti dan memahami makna hidup dan penerapannya.

Melalui pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia yang bersusila, karena hanya dengan pendidikan
kita dapat memanusiakan manusia. Melalui pendidikan pula manusia dapat menjadi lebih baik daripada
keadaan sebelumnya. Dengan pendidikan ini, manusia juga dapat melaksanakan dengan baik norma-norma
yang ada dalam suatu masyarakat. Manusia akan mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat jika
diberikan pendidikan yang tepat.

Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada tepat tidaknya suatu
pendidikan mendidik seorang manusia mentaati norma, nilai dan kaidah masyarakat. Jika tidak maka
manusia akan melakukan penyimpangan terhadap norma-norma yang telah disepakati bersama oleh
masyarakat.

D. Pengembangan Manusia Sebagai Mahluk Religius

Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak,
berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia
memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam
Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha
Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.

Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari
sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah
manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.

Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk
beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti
bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana
seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya
untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam
lingkungan sehari-hari.

Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik dari sisi
individu, sosial, susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan manusia
menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Hubungan Manusia dengan Pendidikan / Masalah Pendidikan


Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.
Filsafat dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakan untuk memecahkan problem hidup dan
kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan digunakan untuk memecahkan problematika
pendidikan masa kini.

Beberapa masalah pendidikan yang memerlukan filsafat, yaitu :

Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat pendidikan.


Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia. Adalah merupakan hakikat hidup dan kehidupan.
Apakah hakikat manusia itu dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan
manusia?

Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia?


Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian manusia?
Apakah ada faktor yang dari luar dan lingkungan, tetapi tidak berkembang dengan baik?
Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu?
Apakah pendidikan itu untuk individu atau untuk kepentingan masyarakat?
Apakah pembinaan itu untuk dan demi kehidupan riil dan material di dunia ataukah untuk kehidupan di
akhirat kelak?
Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan?
Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidikan?
Apakah hakikat kepribadian manusia itu?
Manakah yang lebih untuk dididik; akal, perasaan, atau kemauannya, pendidikan jasmani atau mentalnya,
pendidikan skill ataukah intelektualnya atau kesemuanya itu?
Apakah hakikat masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat? Apakah individu itu
independen, ataukah dependen dalam masyarakat?
Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal?
Apakah kurikulum itu mengutamakan pembinaan kepribadian?
Bagaimana metoda pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal?
Bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek sosial paedagogis lainnya?
Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi,
apakah oleh Negara, ataukah swasta?

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijawab dengan analisa filsafat sebagai berikut:

Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, di antaranya
kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan, kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan
lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan
pendidikan. Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita untuk “IQRO” dalam surat Al-Alaq yang
merupakan kalamullah pertama pada Rosulullah SAW. Iqro di sini tidak bisa diartikan secara sempit
sebagai “bacalah”, tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan
merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia sebagai utusan Allah di bumi
ini.
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan
sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral,
intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan
akhir.
Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi
yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang.
Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa dalam pribadi individu tumbuh
atas dua kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara
menyebutnya dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar
Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”.
Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling memberi
pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpengaruh lingkungan, dan
lingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor intern (dari dalam) berkembang dan hasil
perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan. Factor dari luar dan
lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal
negatif yang timbul dari luar dirinya.
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama
manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral,
intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan
akhir.
Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar
oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitas
yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN
1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air,
mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai
jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.
Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29
Tahun 1990. selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga
diperuntukkan guna pembinaan masyarakat. Berikut adalah penjelasannya :
Pengembangan kehidupan sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1) memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan,
2) membiasakan untuk berprilaku yang baik,
3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani,
5) memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.
Pengembangan kehidupan sebagai anggota masyarakat :
1) memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat,
2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup,
3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pengembangan kehidupan sebagai warga Negara mencakup upaya untuk :
1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak dan kewajiban sebagai warga Negara RI,
2) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan Negara,
3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengembangan kehidupan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk :
1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,
2) meningkatkan kesadaran tentang HAM,
3) memberikan pengertian tentang ketertiban dunia,
4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa,
5) mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.
Pembinaan tersebut pada dasarnya dipersiapkan untuk kehidupan riil dan material di dunia serta
kehidupan di akhirat kelak.

Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/
lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai
tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan.
Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Keluarga yang
menghadirkan anak ke dunia, secara kodrat bertugas mendidik anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di
keluarga akan sangat membekas dalam diri individu setelah individu makin tumbuh berkembang.
Selanjutnya pengaruh dari sekolah dan masyarakat yang akan tertanam dalam diri anak.
Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin
yang berarti kedok/ topeng) yang maksudnya menggambarkan perilaku, watak/ pribadi seseorang. Hal
itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam
arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik.
Kepribadian adalah suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari individu sehingga nampak di dalam
tingkah lakunya yang unik. Hal-hal yang ada pada diri individu atau pribadi manusia pada dasarnya
harus mendapatkan pendidikan, yakni akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau mental,
kemampuan atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal tersebut dididik guna mencapai
kepribadian yang baik.
Masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam berinteraksi. Karena keluarga terdapat dan
berkumpul dalam suatu masyarakat. Secara sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup memberi
pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan kondisi
atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu juga merupakan makhluk social yang pasti
membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Artinya, individu itu dependen dalam masyarakat.
Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan jaman. Kurikulum menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang
normal. Pembinaan kepribadian merupakan kajian utama kurikulum. Materi program berupa kegiatan
yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah
perumusan tujuan, perencanaan, efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi,
keefektifan lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.
Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang ideal. Metode yang
tepat jika mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan
pendidikan Islam. Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab untuk memilih, menggunakan
dan memberikan metode yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam
kurikulum. Kepemimpinan dan pengaturan aspek-aspek paedagogis harus dilakukan para pelaku
pendidikan guna memperlancar proses tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.
Pengertian-pengertian :
a. Sentralisasi, yaitu wewenang mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan diatur oleh
pemerintah pusat.
b. Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dan pemerintah kepada daerah otonom
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Otonomi Daerah, yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan pengamatan penyusun, asas penyelenggaraan pendidikan yang baik yaitu dengan otonomi,
yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan terselenggaranya proses pendidikan diatur dan
dilaksanakan oleh daerah otonom berdasarkan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa dan
aspirasi masyarakat, sehingga kelak para pelaku pendidikan mampu mengembangkan segala
kompetensi di daerah tempat mereka hidup.
BAB III. PENUTUP

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan
sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral,
intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang
ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.

Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan
kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah
pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang.
Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan
pribadinya masing-masing.

Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan
sekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai
tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan
keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak.
DAFTAR PUSTAKA

http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengembangan-manusia-sebagai-makhluk.html
[ diakses pada 25 november 2009 ]

http://azizmuslim.eg.vg/exist/index.php/lsm/kegiatan-mereka/174-referensi-makalah.html
[ diakses pada 25 november 2009 ]

http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/09/tesis-hubungan-pendidikan-dan
pelatihan.html [ diakses pada 25 november 2009 ]

You might also like