Dokumen tersebut membahas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman. Tiga faktor utama yang dijelaskan adalah faktor edafik (sifat tanah), klimatik (iklim), dan biotik (organisme hidup). Faktor edafik mencakup jenis tanah, sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Faktor klimatik meliputi cahaya, suhu, dan curah hujan. Sementara faktor biotik terdiri
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman. Tiga faktor utama yang dijelaskan adalah faktor edafik (sifat tanah), klimatik (iklim), dan biotik (organisme hidup). Faktor edafik mencakup jenis tanah, sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Faktor klimatik meliputi cahaya, suhu, dan curah hujan. Sementara faktor biotik terdiri
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman. Tiga faktor utama yang dijelaskan adalah faktor edafik (sifat tanah), klimatik (iklim), dan biotik (organisme hidup). Faktor edafik mencakup jenis tanah, sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Faktor klimatik meliputi cahaya, suhu, dan curah hujan. Sementara faktor biotik terdiri
1. EDAFIK A. Jenis tanah (genesa, komposisi, jenis, profil) a. bergantung kpd proses genesanya b. proses pembentukannya ditentukan oleh iklim, bahan induk , iklim, makhluk hidup/vegetasi, topografi, dan waktu c. Iklim klimosekuen d. Batuan/bahan induk lithosekuen Tuf volkan tanah latosol, andosol Batuan metamorf podzolik merah Batuan sedimen, batu pasir/liat podzolik merah kuning Batu gamping rensina e. Makhluk hidup (vegetasi) tanah-tanah organosol, gambut. f. Topografi toposekuen g. Waktu kronosekuen : Contoh : lithosol inceptisol alfisol ultisol oxisol h. Peranan tanah Tempat bertumpu dan tegaknya tanaman Sumber hara dan air bagi pertumbuhan tanaman Sumber udara bagi respirasi akar i. Komposisi tanah 1) Padatan tanah : a) Bahan organik : undecomposed, partly decomposed, & humus b) Bahan anorganik : Mineral primer pasir (sand) Mineral sekunder liat (clay) & debu (silt) Oksida-oksida Fe3O2 (merah kuning coklat), Fe2O2 (biru kelabu), SiO2 (putih pucat) Garam sisa asam + sisa basa MgSO4, NaCl. 2) Cairan tanah : air tanah, larutan ion, larutan kimia lain 3) Udara tanah : O2, CO2, H2, N2, uap air dll. |CO2| krn dekomposisi b.o., respirasi akar & respirasi m.o. Komposisi ideal : 45% bahan anorganik, 5% bahan organik., 25% air tanah, dan 25% udara tanah. B. Sifat fisik (struktur, tekstur, warna, porositas, atmosfer tanah : udara, suhu, air tanah). Fraksi tanah : butir-butir tanah yang beranekaragam bentuk & ukuran Contoh : a.d. ukurannya pasir kasar, pasir hal;us, debu, liat Struktur tanah : susunan butir-butir tanah pada suatu massa tanah Contoh : lempeng (plate), tiang (columnar), prisma, gumpal (blocky), butir (granule), dan remah (crumb). Tekstur tanah : perbandingan kandungan fraksi pasir, debu dan liat dari suatu massa tanah . Ada 12 kelas tekstur tanah : pasir (sand), pasir berdebu (loamy sand), geluh (loam), geluh berpasir (sandy loam) dsb. Porositas : banyaknya pori-pori makro & mikro, yang terdapat pada suatu massa tanah. Warna tanah dipengaruhi oleh oksida, mineral, b.o. & garam Pemahaman warna tanah berguna untuk : Memprediksi kandungan bahan organik Menilai keadaan drainase tanah Menaksir derajad pelapukan tanah Menaksir kandungan mineral Menunjukkan kondisi profil (horizon) tanah Status air dalam tanah : a) Kapasitas menahan maksimal (maximum retentive capacity) ialah jumlah maksimal air tanah yang dapat ditampung tanah stlh hujan turun. air mengisi semua pori-pori tanah. b) Kapasitas lapang (field capacity) jumlah air yang terdapat dlm tanah sesudah air gravitasi turun. sebagian besar air mengisi pori-pori mikro dan menyelaputi agregat tanah. c) Titik layu permanen (permanent wilting point) jumlah air tanah yang terdapat dalam tanah saat tanaman menjadi layu permanen (layu tetap). d) Titik higroskopis jumlah air yang terdapat dalam tanah sebagai air higroskopis yang terikat erat menyelaputi agregat tanah. C. Sifat kimia (pH, kandungan hara, KTK, KB, ) Sifat kimia tanah yang penting : 1) kandungan (status) hara dalam tanah 2) pH / kemasaman tanah : Berkaitan dengan keseimbangan ion H + dan OH - di dalam tanah. Pada tanah masam kepekatan H + > OH - , sebaliknya pada tanah alkalin H + > OH - . Topografi b.i. batu pasir b.i. tuf volkan Datar Hidromorf kelabu, glei humus Latosol merah kecoklatan Berbukit Podzolik merah kuning Latosol coklat Bergunun g - Andosol Pengaruh pH tanah terhadap tanaman : Langsung terhadap protoplasma dan protein dalam sel-sel akar jika pH s 4 maka terjadi koagulasi protein dan tidak berfungsinya protoplasma akar rusak/mati. 3) Kapasitas Tukar Kation (KTK) Menunjukkan kemampuan tanah dalam menyimpan ion jika KTK tinggi berarti tanah tersebut mampu menyimpan hara lebih banyak. Tinggi rendahnya KTK bergantung pada macam komplek jerapan-nya. koloid liat atau koloid humus. 4) Kejenuhan basa (KB) : Menunjukkan banyaknya kation (ion positif) yang terkandung dalam tanah. Jika KB tinggi (> 40%) berarti hara yang terkandung makin tinggi. Jika KB rendah (< 30%) berarti tanah tersebut miskin hara. 5) Kandungan bahan organik/humus : Pengaruh bahan organik terhadap tanah : Memperbaiki sifat fisik tanah (terutama tekstur). Meningkatkan KTK (Cation Exchange Capacity) Meningkatkan KMA (Water Holding Capacity) Menyediakan unsur hara Menurunkan pH (jika berlebihan) b.o. ideal sekitar 5 10%.. D. Kondisi permukaan lahan (topografi) : 1. Elevasi / altitude : ketinggian tempat dari permukaan air laut (m dpl.) Ada 3 penggolongan elevasi (faktor pembatas : suhu) a) Dataran rendah ( 0 300 m dpl.) b) Dataran medium ( 300 800 m dpl.) c) Dataran tinggi ( > 800 m dpl.) Hubungan antara elevasi dan peruntukannya 2. Topografi/relief lahan 3. Kelas kemampuan lahan : Dari segi aplikasi, pemanfaatan lahan tsb. sbb. : Kelas I, II, III dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan Kelas IV marginal untuk tanaman pangan Kelas V sesuai utk tan. tahunan dan padang pemggembalaan Kelas VI sesuai untuk perhutanan VII dan VIII hanya sesuai untuk hutan lindung & cagar alam. E. Sifat Biologi/Hayati Tanah - Mikrobia tanah terdiri atas mikroflora (algae, fungi, bakteri), dan mikrofauna (protozoa, collembola). - Makrofauna meliputi insekta, sentipoda, nematoda, semut & hewan pemakan sisa lainnya.
Tanah adalah entitas yang hidup dan bukan sekedar benda mati yang mendukung kehidupan (Lovelock, 2002). Dalam segenggam tanah terdapat : 125 juta bakteri, 100 juta fungi, 12,5 juta algae, 7,5 juta mikro fauna, 100 serangga & tungau, 250 nematoda, dan 25 ribu colembolla. Peranan utama jasad hidup di dalam tanah adalah : Dekomposisi bahan organik perombakan b.o. dari susunan komplek menjadi sederhana. Mineralisasi penguraian mineral tanah dan membebaskan unsur hara (fosfat, kalsium, kalium, magnesium, nitrat, sulfat dsb.) Ketersediaan nitrogen tanah beberapa jenis bakteri secara langsung menambah ketersediaan N melalui proses nitrifikasi, amonifikasi, dan fiksasi N dari udara (simbiotik & non- simbiotik). 2. KLIMATIK Cahaya, Suhu, Presipitasi/Hujan, dll.
B. FAKTOR KLIMATIK Beberapa unsur iklim yang penting ialah : cahaya, suhu dan presipitasi. 1. Cahaya Unsur cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman antara lain : kualitas cahaya, fotoperiodik, intensitas cahaya. Kualitas cahaya : Cahaya merupakan sumber energi utama bagi tanaman Sumber cahaya yang paling dominan adalah matahari
C. BIOTIK Merugikan : hama, m.o. patogen, gulma Menguntungkan : leguminosae, tanaman pupuk hijau, cover crops, pohon pelindung, m.o. antagonis, predator, parasitoid dll. Elevasi (m dpl) Peruntukan - Dataran rendah Tanaman tropika - Dataran medium Tan. tropika, adaptasi tan. tropika, trans-genic tan. sub-tropika - Dataran tinggi Tan. sub-tropika VI. CROPPING SYSTEMS Sistem bertanam adalah cara membudidayakan tanaman yang meliputi pola pergiliran tanaman dan pola bertanam.1. Pergiliran tanaman (crop rotation): pengaturan periode tanam untuk tanaman semusim yang disesuaikan dengan kondisi musim atau untuk tujuan tertentu" Istilah ini umum digunakan untuk tanaman padi dan palawija. Pada tanaman tahunan tidak dilakukan pergiliran tanaman, tetapi peremajaan bertahap atau penggantian tanaman secara total. Manfaat pergiliran tanaman: Pemanfaatan sumber daya lahan dan air menjadi lebih efisien, Memberi kesempatan tanah utk istirahat atau self recovery, Memutus siklus hidup OPT, Untuk menghindari kondisi iklim/musim yang ekstrim, Mengatur keseimbangan demand dan supply (permintaan dan penawaran pasar) dengan pengaturan on season atau off season. 2. Pola bertanam (cropping patern) adalah pengaturan kombinasi jenis tanaman yg dibudidayakan menurut dimensi ruang (spatial) dan waktu (temporal). Pola bertanam dapat dibedakan menjadi : . Pola bertanam tunggal (monokultur/solo cropping): pembudidayaan satu jenis tanaman pada lahan yang sama secara terus menerus selama satu musim tanam atau satu tahun. Pola bertanam ganda (multiple cropping): pembudidayaan dua atau lebih jenis tanaman pada lahan yang sama selama satu musim tanam atau satu tahun secara bersamaan atau pada waktu yang berbeda. Multiple Cropping memiliki makna yang berbeda dengan mixed farming atau intergrated farming: Mixed farming: Budidaya berbagai jenis tanaman pada satu bidang lahan, tanpa memperhatikan hubungan ekologis antar masing-masing jenis tanaman. Intergrated farming: Usaha pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan, perikanan) pada satu bidang lahan dengan memperhatikan hubungan ekologis antar masing-masing komponen. 1. Pola bertanam ganda (multiple cropping): pembudidayaan dua atau lebih jenis tanaman pada lahan yang sama selama satu musim tanam atau satu tahun secara bersamaan atau pada waktu yang berbeda. Beberapa bentuk bertanam ganda: a. Tumpangsari (intercropping), Menanam dua jenis tanaman atau lebih secara serentak pada lahan yang sama dalam satu periode waktu. Artinya, dalam periode yang sama petani mengelola lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama, yang terdiri atas: a). Tumpang sari acak : menanam dua jenis tanaman atau lebih secara serentak tanpa susunan baris yang jelas. b). Tumpang sari baris : menanam dua jenis tanaman atau lebih secara serentak dengan satu jenis tanaman atau lebih yang ditanam dalam barisan. c). Tumpang sari jalur : menanam dua jenis tanaman atau lebih secara serentak dalam jalur berbeda-beda yang cukup lebar untuk memungkinkan pengolahan secara leluasa, tetapi cukup sempit bagi tanaman untuk dapat berinteraksi secara menguntungkan dari segi pengusahaan pertanian. d). Tumpang sari sisipan : menanam dua jenis tanaman atau lebih secara serentak sesuai dengan daur hidup masing-masing jenis tanaman. Tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama mencapai tahap reproduksi, tetapi belum siap dipanen. 2. Tumpang gilir (relay cropping), Menanam dua tanaman atau lebih secara berurutan pada lahan yang sama dalam satu periode waktu. Artinya, setelah tanaman pertama dipanen kemudian disusul dg menanam tanaman berikutnya. Intensifikasi pertanaman dilakukan hanya dengan mengelola satu jenis tanaman saja pada suatu periode waktu di lahan yang sama. Beberapa bentuk tumpang gilir antara lain: a). Tanam gilir ganda dua: menanam 2 jenis tan. secara berturutan dalam satu tahun. b). Tanam gilir ganda tiga: menanam 3 jenis tan. secara berturutan dalam setahun. c). Tanam gilir ganda empat:: menanam 4 jenis tan. secara berturutan dalam setahun. d). Tanam turiang: menanam turiang (anakan) setelah panen, walaupun tidak harus untuk diambil bijinya.
3. Pertanaman bertingkat (multi-storey cropping), Cara ini diterapkan pada kebun atau lahan kering yang ditanami tan. tahunan, dengan memadukan satu atau lebih jenis tanaman yang memiliki habitus berbeda terutama dalam hal ketinggian batang tanaman. dengan pola bertingkat tidak akan terjadi persaingan dalam menerima cahaya matahari, maupun sumberdaya lahan lainnya. Contoh: durian dengan kopi atau kakao; cengkeh dengan kopi, dll. 4. Pertanaman lorong (alley cropping), Cara ini biasanya diterapkan pada tahap peremajaan kebun, di mana tanaman pokok sudah berumur 3 4 tahun tetapi belum berproduksi dan tajuk (canopy) antar baris tanaman masih berjauhan. Lahan terbuka di antara barisan tanaman dimanfaatkan dengan menanam tan. semusim atau tanaman perdu. prinsip dasar dari pola tanam ini adalah pemanfaatan ruang terbuka agar lahan dapat didayagunakan secara efisien dan optimal. 5. Sistem surjan (alternating bed system), Sistem surjan diterapkan pada lahan pasang surut atau lahan yang tergenang air sepanjang tahun. Pada lahan dibuat bedengan yang luas dan posisinya lebih tinggi daripada permukaan air saat musim hujan. Bagian bedengan dimanfaatkan untuk tanaman semusim (sayuran, semangka, blewah, cabai, dll) dan atau tan. tahunan berbentuk perdu (jeruk, dll). Bagian bawah yang selalu tergenang air ditanami padi sawah.
VII. PERTANIAN BERKELANJUTAN
A. LATAR BELAKANG Revolusi hijau, (diawali dg ditemukannya VU gandum & jagung pada tahun 1960-an di Meksiko dan IR 8) telah merubah pertanian subsisten menjadi pertanian modern. Pertanian modern (pert. konvensional) berorientasi pada produktivitas tinggi dengan input yang tinggi pula (benih hibrida, pupuk pestisida zpt kimia, irigasi berlebihan, dan mekanisasi (Energi BBM)). Perkembangan terakhir adalah introduksi benih GMO (Genetic Modified Organism) hasil bioteknologi transgenik. (REVOLUSI GENETIK) Kemajuan Pert. Modern menyebabkan dampak ( + ) maupun ( ) bagi ekosistem pertanian, lingkungan dan manusia. Dampak positif Pertanian Modern : a) Diperolehnya bahan pangan dan sandang yang berkuantitas & berkualitas tinggi dalam waktu relatif singkat. b) Pelaksanaannya mudah, praktis, cepat dan relatif murah. c) Kendala proses produksi dapat ditangani secara cepat dan tuntas, seperti serangan OPT, rendahnya kesuburan tanah, gangguan fisiologis tan., dan hambatan agroklimat secara makro ataupun mikro. d) Diperolehnya hasil tanaman sesuai dengan tuntutan pasar/konsumen. Dampak negatif Pertanian Modern : (Schaller, 1993 & Miller, 1996) a) Tanah : Kerusakan fisik tanah (erosi, pemadatan tanah, rusaknya bentang lahan), penurunan kesuburan tanah, matinya biota tanah (proses dekomposisi dan daur ulang nutrisi terhambat, terganggunya ekosistem biosfer), salinitas & reduktivitas, merosotnya produktivitas lahan, dll. b) Perairan : Eutrofikasi (nitrogen & fosfat), matinya biota akuatik (karena pestisida atau rendahnya DO), tercemarnya air tanah (pestisida, nitrat, garam-garam). c) Udara : Pencemaran udara dalam bentuk uap/droplet pestisida, emisi gas buang alsintan, partikel padat dan asap pembakaran (smoke). d) Tanaman pokok : Erosi genetik, mutasi dan terbentuk kultivar baru yang tidak sesuai hukum alam. e) Biota lain : Gangguan keseimbangan agroekosistem (matinya biota bukan sasaran, rusaknya rantai/jaring 2 makanan, gangguan nisia/niche), berkembangnya OPT (resurjensi, co-evolusi, biomagnifikasi, eksplosi OPT sekunder), mati- nya hewan ternak/perikanan. f) Manusia (petani dan konsumen) : Gangguan kesehatan (polusi dan paparan pestisida, residu pestisida pada bahan pangan, dampak negatif GMO). g) Ekonomi : Ketergantungan yang makin kuat pada pasokan benih hibrida/GMO, pupuk dan pestisida kimia (sementara nilai jual produk rendah). Upaya alternatif ad. mengembangkan konsep budidaya yang berorientasipada pemanfaatan sekaligus pelestarian sumber daya & lingkungan guna memperoleh produksi optimal untuk masa sekarang maupun yang akan datang. B. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture) Pertanian Berkelanjutan : + CGIAR, 1988 : (Consultative group on International Agricultural Research) Pengelolaan SDP untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan serta melestarikan SDA + Miller, 1996 : Metode budidaya tanaman yang berbasis pada aplikasi pupuk organik, konservasi tanah & air, pengendalian hayati, dan minimasi pemakaian sumberdaya yang tak terbaharui + Soemarwoto, 2001 : Metode budidaya tanaman yg dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekologi, dan berorientasi untuk mencukupi kebutuhan hidup generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Pengertian berkelanjutan adalah : Menjaga agar suatu upaya dapat terus berlangsung. Kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya.
Bentuk-bentuk Pertanian Berkelanjutan - Pertanian organik / organic farming (Astawan, 2001) : Penggunakan input produksi berupa bahan-bahan yang benar-benar alami sejak proses budidaya hingga pengolahannya (from the form to the table). - Pertanian Ekologi / ecofarming (Bergeret, 1987) : Sistem pertanian yang dilaksanakan melalui pendekatan ekologi (ecolo-gical approach), dengan mengembangkan mekanisme dan dinamika agroekosistem yang ada secara alami. - LEISA (Reinjtjes dkk., 1999) : LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) atau Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah adalah sistem pertanian yang memanfaatkan dan sekaligus mempertahankan kemampuan SDA lokal dan agroekosistem untuk memperoleh hasil ekonomi yang berlanjut, melalui pendekatan proses biologis (self regulation), adil dan manusiawi. C. Pertanian Organik Prinsip dasar : SPO merupakan sistem pertanian yg mendorong terbentuknya tanah serta tanaman dan hewan yg sehat, dengan melakukan tindakan budidaya seperti daur ulang hara, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, serta meng-hindarkan penggunaan bahan kimia yang berupa pupuk, pestisida dan zpt. SPO berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi, dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman dan hewan. SPO secara drastis mengurangi input luar dg menghentikan aplikasi pupuk dan pestisida kimia. Tujuan SPO :(IFOAM, 1999 = Int. Federation of Organic Agriculture Movements) a) Menghasilkan bahan pangan yang berkualitas nutrisi tinggi dlm jumlah cukup. b) Mengembangkan interaksi dan daur ulang alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan. c) Mendorong dan meningkatkan daur ulang dlm sistem usaha tani, dg meng-aktifkan kehidupan mikroba, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan. d) Mendorong dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. e) Menggunakan sebanyak mungkin sumber daya terbaharui yang berasal dari sistem usaha tani itu sendiri. f) Membatasi semua bentuk pencemaran lingkungan dari kegiatan pertanian. g) Mempertahankan keanekaragaman (diversitas) hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan. h) Meningkatkan harkat petani sebagai produsen serta memperbaiki lingkungan kerja yang aman dan sehat. Tindakan Budidaya SPO Pengolahan tanah: Prinsip : tanah adalah entitas yg hidup, bukan sekedar sistem pendukung kehidupan (Lovelock, 2002). Dalam segenggam tanah terdapat : 125 juta bakteri, 100 juta fungi, 12,5 juta algae, 7,5 juta mikro fauna, 100 serangga & tungau, 250 nematoda, dan 25 ribu colembolla. O.k.i. dlm pengolahannya harus berorientasi pada pelestarian sifat fisik kimia biologi tanah, serta relief asli lahan. Sistem pengolahan tanah yang relevan adalah : + PTM (minimum tillage) + TOT (zero tillage) atau TABELA + Sistem buruhan dangkal ( < 40 cm) secara tradisional (TK manusia &/ hewan) dan tidak menggunakan mekanisasi berat. Pemupukan : menambahkan pupuk organik alami ke dalam tanah agar kondisi fisik, kimia & biologi tanah dapat diperbaiki, sehingga mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman yg diusahakan. Jenis pupuk organik alami yang digunakan : + Tanaman pupuk hijau (pada periode bero): Calopogonium mu-conoides, Centrosema pubescens, Vigna husei, dll. + Pupuk kandang, kompos, pupuk organik cair (UH + probiotik), eksremen hewan/manusia, pupuk an-organik alam (guano, sal-peter chili, rock phosphat), abu bakar, dsb. Tabel VII.1. Kadar unsur hara dalam berbagai pupuk kandang (%) Jenis Pupuk Kandang Kadar Unsur Hara : N P2 O5 K2 O 1. Kuda 1, 95 0,3 2 2,0 0 2. Kerbau 1,6 0 0,7 0 1,6 0 3. Sapi 1,4 0 0,7 0 1,6 0 4. Kambin g 2,1 0,4 3 1,9 7 5. Babi 1,3 5 0,5 5 2,5 5 6. Ayam 1,0 0 0,8 0 0,4 0 Pengendalian OPT : Prinsip : + Populasi patogen/hama tidak dimusnahkan secara total, tapi dikendalikan hingga batas Ambang Ekonomi-nya. + Mengembangkan ekosistem pertanaman agar dinamika po-pulasi antar komponen seimbang. + Mencegah musnahnya biota berguna bagi tanaman pokok maupun kondisi tanah. Pestisida yang digunakan ialah pestisida nabati, serta peman-faatan agen hayati (mikroba antagonis, parasitoid predator): + Insektisida : ekstrak bunga piretrum, biji bengkuan, daun serai, akar tuba, biji srikaya, daun nilam, kulit biji mete, dll. + Molusksida : ekstrak daun sembung & patah tulang, akar tuba. + Repellent (penolak serangga) : daun tembakau + Fungisida : . ekstrak daun cengkih : menghambat Fusarium spp. .Thionella cylindrica (bunga karang) sebagai antibiosis Fusarium dan Legendium sp. . Agen hayati : jamur Beauveria bassiana, Trichoderma sp., & Metarrizium sp.; bakteri Pseudomonas florescens, B. subtilis. Aplikasi ZPT : + Auxin alami : air kelapa (kinetin), kecambah, biji jagung muda, + Gibberelin alami : jamur Gibberilla fujikuroi Penggunaan Kultivar Lokal, berupa kultivar endemik atau varietas unggul yang adapted .. lebih efisien dlm pemanfaatan SDA yang ada di wilayah ybs. Problematik SPO : Kandungan UH pupuk organik rendah : . produksi rendah dan sulit diterapkan untuk produksi pangan yang bersifat strategis dan massal; . biaya produksi lebih tinggi. Hambatan OPT tidak sepenuhnya dapat diatasi Dosis pupuk dan pestisida sulit ditetapkan secara tepat. D. LEISA Prinsip Dasar (FAO, 1996) : 1. Penggunaan sumber daya lokal yang tersedia. 2. Penggunaan input eksternal yang efisien, bersifat melengkapi dan memperbaiki teknologi budidaya. 3. Tujuan budidaya bukan untuk memperoleh produksi maksimal dalam jangka pendek, tetapi mengacu pada produksi yang stabil dan berkelanjutan (long lasting production). 4. Memelihara dan jika mungkin meningkatkan kemampuan SDA. 5. Produksi tidak hanya untuk pasar, tetapi juga memanfaatkan kembali (mendaur ulang) nutrisi dari pasar ke lahan. 6. Dalam mengembangkan pertanian berwawasan lingkungan (Ecological Agriculture), LEISA tidak hanya memperbaiki ekosistem tanaman tetapi juga status sosial ekonomi dari SDM petani marginal (miskin). 7. Merancang teknologi tepat guna, dengan mengacu pada kon-disi biogeofisik wilayah, sosial ekonomi dan teknik budidaya setempat. 8. Penerapan teknik budidaya harus menyeluruh dan terpadu (tidak sepotong-potong seperti mulsa atau pemupukan saja). 9. Pengelolaan lahan melibatkan petani setempat yang terdiri atas keluarga-keluarga (bukan individu). . Com. / Corp. Farming. 10. Memantapkan sistem informasi dasar yg terdesentralisasi dan terintegrasi dengan komunitas petani setempat. 11. Petani dilatih memahami dan membuat perencanaan berdasar-kan kondisi ekosistem pertanian di wilayahnya (termasuk sosio ekologisnya). . Pendekatan PRA. 12. Pemanfaatan Agroecozone utk menentukan tindakan-tindakan budidaya yang tepat. 13. Penghargaan dan pemanfaatan indigenuous knowledge (IK) atau pengetahuan asli, atau Local Wisdom.