You are on page 1of 4

Ukiran Kayu BALI

SENI UKIR

Seni ukir di Bali memiliki kualitas seni motif yg khusus


dan berbeda dengan daerah lainnya. Pengaruh seni yg
berkualitas namun guratannya lebih didominasi tumbuhan, binatang, bunga melati dan
teratai serta gambaran tentang manusia atau hewan.

Bahan yang dipergunakan umumnya kayu berkualitas tinggi, seperti jati dan kayu lainnya
yang berkualitas

UKIRAN TOPENG

Ukiran Topeng BALI merupakan rupa khusus ukiran kayu. Walaupun


berada sepanjang gugusan pulau Ibu Pertiwi dan bisa ditemukan pada
upacara-upacara pemakaman dan sebagainya, bentuk ukiran topeng
yang paling gampang dikenal yakni ukiran topeng BALI yang
dipergunakan pada tarian wayang topeng Bali.Seni ukiran topeng bali
sangatlah menarik untuk di hayati,karena bentuknya yg indah dan juga
memiliki seni ukir yg berbeda, Apabila anda berkunjung ke Bali jangan
lupa mampir ke Ubut, di sana banyak sekali jenis-jenis topeng serta
ukiran-ukiran Bali yg mungkin akan membuat anda berdetak kagum,
Penari-penari menyelenggarakan ceritera wiracarita India seperti
misalnya epos Mahabharata atau hikayat-hikayat khas setempat dan
topeng dimanfaatkan guna mewakili para tokoh. Topeng-topengnya
berpusparagam dari ukiran topeng Jawa Barat dan Tengah yang formal
tapi polos hingga topeng Jawa Timur yang ukirannya sangat berliku-
liku. Topeng Bali tidak sebegitu formal dan lebih alamiah - orang Bali
menghemat rasa cintanya pada warna dan seluk beluk mendetail untuk
ukiran topeng tari barong, yang jauh lebih memperlihatkan pengaruh
pra-Hindu.
Kreativitas Seni Ukir Buah dan Sayur di Family Library

Kecuali buah nangka, ada banyak aneka buah-buahan


yang bisa didekorasi. Seni ukir buah dan sayur ini
diperagakan langsung oleh Sobari Firmansyah di Stan
Family Library, Kelompok Agromedia, Sabtu sore
(15/11). Pada kesempatan itu Sobari, menunjukan cara
mengukir semangka, wortel, lobak, tomat, dan melon.
Bersama Taufik Ali Murtado, Sobari menuliskan
keahliannya dalam buku Mengembangkan Kreativitas
Membidik Peluang, Ukiran Buah dan Sayuran. Saat
talkshow, ia didampingi Mas'ud yang juga jago dalam
mengukir buah.

Lewat pisau khusus yang tajam, Sobari menyulap


buah semangka menjadi bentuk bunga dalam waktu
singkat. Anda dapat menemukan gradasi warna yang
indah dalam setiap tekukan ukiran dari tangan Sobari.
Nampak detail garapan yang halus dan buah tidak
terlihat patah. "Bila ada bakat seni, mengukir buah akan terasa lebih mudah, walaupun
teknik ukir buah ini bisa dipelajari setiap orang," ujar Sobari sembari menjelaskan. Sobari
juga mempraktikkan kulit semangka yang harusnya dibuang untuk dibentuk daun kecil-
kecil oleh Sobari. Sementara Mas'ud membantu membentuk melon menjadi bunga yang
mekar.

Menurut Sobari, seni ukir buah ini banyak dimanfaatkan dalam acara hajatan, lomba
menghias tumpeng, hingga untuk mendampingi masakan-masakan di hotel-hotel
berbintang. Selain itu kreasi ukiran buah juga bisa dimanfaat sebagai wadah yang
fungsional dan untuk menggugah selera. Seperti labu kuning yang bisa dibentuk menjadi
keranjang. Tip dan trik membuat pola serta cara menggerakan pisau juga diperagakan oleh
Sobari.

Di akhir acara, Yeka yang memandu acara ini mengajak pengunjung untuk ikut dalam
lomba membuat bunga mawar dari tomat.Yang kalah dan menang tetap mendapatkan
hadiah hiburan berupa buku-buku dari penerbit kelompok Agromedia. Acara Seni Ukir
Buah dan Sayur itu digelar di tengah riuh ramai pengunjung Indonesia Book Fair yang
ditutup Minggu kemarin di Jakarta Convention Center.
Puncak keelokan estetika Pasarean Aermata sebagai situs peninggalan purbakala di Pulau
Madura justru terletak di balik tiga cungkup utama, yakni cungkup makam Kanjeng Ratu
Syarifah Ambami (1546-1569), permaisuri dari Panembahan Cakraningrat I yang juga
turunan kelima dari Waliullah Sunan Giri alias Raden Samudro, cungkup makam
Panembahan Cakraningrat II dan V, serta cungkup makam Panembahan Cakraadiningrat
VI dan VII.

Latar belakang dinding pada masing-masing cungkup bertakhtakan taburan seni ukir
amat rumit, indah artistik, dan hebatnya terbuat dari hamparan batu pualam putih
(semacam batu oniks/marmer). Tidak hanya itu, semua warangka kuburan yang
membungkus makam Kanjeng Ratu Syarifah Ambami, Panembahan Cakraningrat I dan
V, Panembahan Cakraadiningrat VI dan VII, berikut makam para bangsawan keturunan
para petinggi kerajaan itu, juga penuh bertabur ukiran antik. Hebatnya, jika kegelapan
malam tiba, konfigurasi ragam bentuk ukiran itu tampak memantulkan kilatan cahaya
putih kemilau. "Itulah salah satu kehebatan estetika dan daya tarik Pasarean Aermata,"
ungkap Mas Imam Luthfi.

Di antara rumitnya konfigurasi seni ukir yang ada, tersimpan simbol misteri yang melambangkan
kerukunan antar-umat dari tiga agama besar yang berkembang saat itu, yakni Islam, Buddha,
dan Hindu. "Jika pengunjung teliti, simbol kerukunan itu, meski samar, tampak transparan,"
tandas Imam. Benarkah? Ternyata benar. Sebab, di antara hamparan ragam bentuk seni ukir itu,
tersisip ukiran bunga teratai, miniatur Ganesha, serta ukiran kaligrafi yang bertaut sambung-
menyambung satu sama lainnya. "Asal tahu saja, ukiran bunga teratai itu merupakan simbol
kebesaran agama Buddha, miniatur patung Ganesha simbol Hindu, sementara kaligrafi dalam
bentuk tulisan Allah dan Muhammad simbol kebesaran Islam," ungkap Imam. "Nah, pertautan
ketiga simbol dalam bentuk relief ukiran itu sama halnya dengan melambangkan kerukunan
antara umat Islam, Buddha, dan Hindu di Bumi Madura tempo dulu,"
Melalui telaah simbol keagamaan di balik misteri seni ukir itu, dapat dipastikan bahwa
petuah, nasihat, dan imbauan agar para umat beda agama di Bangkalan bersanding dalam
kehidupan yang rukun dan tenteram, tak hanya santer ditiupkan, tetapi berembus sejak
era pemerintahan Panembahan Cakraningrat I pada lima abad yang silam. Bagusnya, roh
kerukunan yang dibiaskan melalui simbol misteri seni ukir Pasarean Aermata itu tetap
berkesinambungan hingga era abad milenium ini. Terbukti, sejauh ini tak pernah terbetik
kabar adanya perseteruan, apalagi konflik fisik antara pemeluk Islam, Nasrani, Buddha,
Hindu, Tridharma, dan berbagai aliran kepercayaan (kebatinan) di ranah Madura,
khususnya Kabupaten Bangkalan.

You might also like