You are on page 1of 30

KLASIFIKASI TUMBUHAN

Tumbuhan paku

Tumbuhan paku (Pteridophyta)

Polystichum setiferum
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas
Psilotopsida
Equisetopsida
Marattiopsida
Polypodiopsida

Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:


Tumbuhan paku

Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah


satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus)
tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok
tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya,
sama seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi
dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000
(diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh
di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan
dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di
zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku
karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini
yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

Morfologi

Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku


pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi
biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan
ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang
bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti
gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir
selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi
suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan
yang lain.

Protalium (panah merah) dengan tumbuhan paku muda

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari
dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat
merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi
fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium),
yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut
hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak
berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat
yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ
penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium
(archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak
memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju
archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada
gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi telah
berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang
dihasilkan langsung tumbuh menjadi benang sari atau kantung embrio.
Paku laut. Tumbuhan paku adaptif untuk tempat-tempat marginal.

Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali


lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas
Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku
kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai
sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut
pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.

Smith et al. (2006)[1] mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data
morfologi dan molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta (rane,
paku kawat, dan Isoetes) merupakan tumbuhan berpembuluh yang pertama kali
terpisah dari yang lain, sedangkan paku-pakuan serta tumbuhan berbiji berada
pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua kormofita berspora yang
tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang layak dikatakan sebagai
anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari hasil revisi ini juga terlihat
bahwa sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap sebagai paku primitif (seperti
Psilotum) ternyata lebih dekat berkerabat dengan paku tunjuk langit
(Helminthostachys), sementara paku ekor kuda (Equisetum') sama dekatnya
dengan paku sejati terhadap Marattia.

Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat


dikelompokkan sebagai berikut.

Divisio: Lycophyta
dengan satu kelas: Lycopsida.

Divisio: Pteridophyta
dengan empat kelas monofiletik:

 Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.


 Equisetopsida
 Marattiopsida
 Polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida)

Lumut (Bryophyta)
13

Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang
lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut
gambut (sphagnum sp.).

Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan
perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk
peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus
(Kormofita).

Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof.

Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai
epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut
hutan lumut.

Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut


(xilem dan floem).

Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:


a. Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang
menghasilkan Spermtozoid
b. alat kelamin betina disebut Arkegonium yang
menghasilkan Ovum

Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).

Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya


rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.

Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :


- Vaginula (kaki)
- Seta (tangkai)
- Apofisis (ujung seta yang melebar)
- Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak
spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.

CONTOH-CONTOH SPESIES LUMUT


a. Kelas HEPATICAE (lumut hati) :
Marchantia polymorpha >> bentuknya pipih seperti pita, dahulu digunakan untuk
pengobatan hepatitis.

b. Kelas MUSCI (lumut daun) :


- Sphagnum fimbriatum
- Sphagnum acutilfolium
- Sphagnum squarrosum
- Sphagnum ruppinense
Semuanya dinamakan lumut gambut dan sering disterilkan dan digunakan orang
sebagai pengganti kapas.

Ganggang merupakan tumbuhan yang belum mempunyai akar, batang dan daun
yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Tubuhnya
terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multi seluler). Yang
Uniseluler umumnya sebagai Fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup
sebagai Nekton, Bentos atau Perifiton.

Habitat alga adalah air atau di tempat basah, sebagai Epifit atau sebagai Endofit.

Ganggang berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.

BERDASARKAN PERBEDAAN PIGMEN, GANGGANG DIBAGI MENJADI 4


DIVISIO

1. CLOROPHYTA (ganggang hijau)


Mengandung pigmen hijau, yaitu klorofil
Contoh :
- Chlamydomonas sp.
- Chlorella sp.
- Euglena sp. Volvox sp. mahluk transisi antara ganggang dan
protozoa
2. CHRYSOPHYTA (ganggang keemasan)
Memiliki pigmen Karoten, disamping adanya klorofil.
Contohnya yang paling umum adalah Navicula sp. (Ganggang kresik =
Diatomae), ganggang ini mengandung zat kersik yaitu silikat. Tanah yang
mengandung ganggang ini disebut Tanah Diatom, baik sekali sebagai bahan
lapisan pada dinamit, dapat pula digunakan sebagai bahan penggosok,
saringan dan lain-lain.
3. PHAEOPHYTA (ganggang pirang=ganggang coklat)
Memiliki pigmen Fikosantin, disamping adanya klorofil. Semua anggotanya
hidup di laut.

Contohnya:
- Turbinaria australis
- Sargassum siliquosum
- Fucus vesiculosus (bahan pewarna
alami)

Beberapa jenis ganggang ini menghasil-kan Asam


Alginat yang berguna bagi industri tekstil dan
makanan sebagai zat warna.
4. RHODOPHYTA (ganggang merah)

Memiliki pigmen Fikoeritrin, di samping ada-nya klorofil.

Contohnya:
- Eucheuma spinosum, merupakan
penghasil agar-agar.
- Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk
pembuatan kosmetika

Jamur tiram

Jamur tiram

Jamur tiram
Status konservasi
Status konservasi: Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Fungi
Filum: Basidiomycota
Kelas: Homobasidiomycetes
Ordo: Agaricales
Famili: Tricholomataceae
Genus: Pleurotus
Spesies: P. ostreatus
Nama binomial
Pleurotus ostreatus
Champ. Jura. Vosg. 1: 112, 1872
Jamur tiram di permukaan batang kayu

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) atau jamur tiram putih adalah jamur
pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Jamur
tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster Mushroom.

Tubuh buah memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin:


pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram
mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung berubah warna
dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir
licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk
batang berukuran 8-11×3-4μm. Miselia berwarna putih dan bisa tumbuh dengan
cepat.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang
sudah ditebang.

Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan


dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.

Selain campuran pada berbagai jenis masakan, jamur tiram merupakan bahan
baku obat statin. Jamur tiram diketahui membunuh dan mencerna nematoda
yang kemungkinan besar dilakukan untuk memperoleh nitrogen.

Kaktus

Kaktus
Ferocactus pilosus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae
Juss.
Marga
Lihat Taksonomi kaktus

Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili
Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa
ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus
adalah kakti. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk mencari air dan
memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus disimpan
dalam ruang di batangnya. Kaktus juga memiliki daun yang berubah bentuk
menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab
itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
Banyak spesies dari kaktus yang memiliki duri yang panjang serta tajam.

Kata kaktus diambil dari bahasa Yunani Κακτος kaktos, digunakan dalam Yunani
klasik untuk spesies tanaman liar berduri.

Bunga

Dua belas bunga dari famili yang berbeda-beda


Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan
berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik).
Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara
botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk
adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam
konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.

Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan


berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi
buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.

Rudbeckia fulgida

Fungsi bunga

Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan


(mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai
dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan
pembentukan biji.

Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi
sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain
menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk
membantu penyerbukan.

Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni.


Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagai tanaman hias.

Morfologi bunga
Bagian-bagian bunga sempurna. 1. Bunga sempurna, 2. Kepala putik (stigma),
3. Tangkai putik (stilus), 4. Tangkai sari (filament, bagian dari benang sari), 5.
Sumbu bunga (axis), 6. artikulasi, 7. Tangkai bunga (pedicel), 8.Kelenjar
nektar, 9. Benang sari (stamen), 10. Bakal buah (ovum), 11. Bakal biji
(ovulum), 12. , 13. Serbuk sari (pollen), 14. Kepala sari (anther), 15. Perhiasan
bunga (periantheum), 16. Mahkota bunga (corolla), 17. Kelopak bunga (calyx)

Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan
oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon
tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan
pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu
rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan
bunga).

Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai
penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya:
aktinomorf ("berbentuk bintang", simetri radial) dan zigomorf (simetri
cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.

Tumbuhan Crateva religiosa berbunga sempurna: memiliki stamen dan


pistillum.

Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat
betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian
disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap
apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari
luar ke dalam) adalah sebagai berikut:

 Kelopak bunga atau calyx;


 Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-
warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
 Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia:
rumah pria) berupa benang sari;
 Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia:
"rumah wanita") berupa putik.
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada
pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji
(ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio.
Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari
atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen
menuju bakal bakal buah.

Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur


tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat
bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara
tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari
tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil
umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan
tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.

Gambar bunga

Alamanda Begonia Clivia miniata Epilobium


Angustifolium

Geranium Hydrangea Mammilaria Papaver nudicaule


sylvaticum macrophylla gigantea

Biji
Biji dalam sebuah cabai merah yang terbuka

Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga
yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada
Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari
sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang
termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai
untuk pertumbuhan. (Lihat pergiliran keturunan).

Jagung
Jagung

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak Monocots
termasuk)
(tidak Commelinids
termasuk)
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama binomial
Zea mays
L.

Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung
(dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku
industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan
pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang
telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.
Biologi jagung

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah


asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung
telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa
ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai
daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu[1]. Kajian
filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan
keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses
domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli
setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.
mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua
spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi
menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat
hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras
lokal maupun kultivar.

Deskripsi

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya


diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya


berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi
6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Jagung hibrida di ladang.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m


meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun
tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh
pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus
pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah


dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga
dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Kandungan gizi

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji.
Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.
Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih
manis ketika masih muda.

Sesawi hitam
Brassica nigra

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Brassicales
Famili: Brassicaceae
Genus: Brassica
Spesies: B. nigra
Nama binomial
Brassica nigra
(L.) WDJ. Koch

Sesawi hitam, black mustard, atau Brassica nigra (L.) WDJ. Koch merupakan
tanaman semusim yang ditanam untuk dimanfaatkan bijinya sebagai rempah-
rempah. Biji sesawi hitam diolah menjadi mustar. Mustar hitam yang
dihasilkannya merupakan mustar dengan "daya sengat" yang paling kuat —
namun nyaris tanpa aroma — dibandingkan dengan sumber mustar lainnya.
Sebagaimana sesawi lain, efek "sengatan" ini berasal dari kandungan beberapa
bahan golongan glukosinolat seperti sinalbin, sinigrin, dan sinapin.

Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari daerah Laut Tengah timur laut dan
sekarang tersebar hingga India. Di India bijinya digunakan sebagai salah satu
komponen bumbu kari dan sumber minyak masak, walaupun semakin terdesak
oleh sesawi India. Kandungan minyaknya mencapai 30% dan sebagian besar
mengandung asam lemak tak jenuh. Di Eropa Timur dan Kanada biji yang telah
dilepas cangkangnya digunakan sebagai penekan batuk dan mengatasi infeksi
saluran pernapasan bagian atas (ISPA) sebelum digunakannya obat-obatan
modern. Caranya adalah dengan membuat semacam balur yang diletakkan di
dada atau punggung hingga si sakit merasakan "sengatan".

Semenjak tahun 1950-an sesawi hitam mulai kehilangan popularitas dan


digantikan oleh sesawi coklat (sesawi India) karena tersedia kultivar sesawi
coklat yang lebih mudah dipanen secara mekanis.

Tumbuhan ini dapat tumbuh setinggi 50 hingga 250cm dengan mahkota bunga
berwarna kuning. Daunnya ditutupi dengan rambut-rambut kecil. Di alam,
sesawi hitam bersifat oportunis dan dapat tumbuh di sembarang tempat
sehingga sering menjadi gulma. Bijinya kecil, dengan diameter kurang dari
1mm.

Dalam tradisi Kristen, biji sesawi hitam inilah yang diperkirakan yang dimaksud
dalam "Perumpamaan biji sesawi" yang disampaikan Jesus dalam beberapa
kitab Injil.

Tumbuhan runjung

Tumbuhan runjung (Pinophyta)


Tumbuhan Araucaria heterophylla
(Araucariaceae)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Upakerajaan: Gymnospermae
Divisi: Pinophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo & Suku
.

 Cordaitales (sudah punah)


 Vojnovskyales (sudah
punah)
 Voltziales (sudah punah)
 Pinales
 Pinaceae
 Araucariales
 Araucariaceae
 Podocarpalles
 Podocarpaceae
 Sciadopityaceae
 Cupressales
 Cupressaceae
 Taxales
 Cephalotaxaceae
 Taxaceae

Tetumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan nama konifer
(Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone")
sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson
"kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa
pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah
polifiletik.

Kurang lebih ada 550 spesies anggota divisio ini, berbentuk berupa semak,
perdu atau pohon. Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut
dan memiliki daun yang memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga
dikenal juga sebagai tumbuhan berdaun jarum). Bentuk daun semacam ini
dianggap sebagai adaptasi terhadap habitat hampir semua anggotanya yang
banyak dijumpai di wilayah bersuhu relatif sejuk, seperti sekeliling kutub
(circumpolar) atau di dataran tinggi.

Persebaran

Runjung (strobilus) adalah salah satu ciri khas Pinophyta.

Tumbuhan runjung kebanyakan tersebar di daerah beriklim sedang. Bentuk


daunnya yang sempit sangat adaptif dengan suhu yang rendah yang menjadi ciri
khas daerah tersebut.

Di daerah tropika hanya beberapa jenis yang tumbuh di alam dan secara alami
menyukai daerah pegunungan yang sejuk. Di Indonesia terdapat beberapa
perwakilannya, seperti tusam (Pinus merkusii Jungh. et de Vries), sejumlah
Araucariaceae seperti damar (Agathis alba)dan damar laki-laki (Araucaria
cunninghamii), serta beberapa Podocarpus.
Galeri gambar

Strobili (runjung) Runjung betina Dua tahap


Runjung betina
pembawa serbuk sari muda siap perkembangan
tahap sangat muda
(sel kelamin jantan) membesar runjung betina

Runjung betina yang Runjung Pinus mugo


hampir masak. yang telah masak.

Pakis haji
Pakis haji atau sikas (Cycas)
Daun dan runjung jantan Cycas revoluta
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Cycadophyta
Kelas: Cycadopsida
Ordo: Cycadales
Famili: Cycadaceae
Persoon
Genus: Cycas
L.
Species
Lihat bagian Jenis-jenisnya.

Pakis haji (aji) atau populer juga dengan nama sikas adalah sekelompok
tumbuhan berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakishaji atau Cycas
dan juga merupakan satu-satunya genus dalam suku pakishaji-pakishajian
(Cycadaceae). Masyarakat awam di Indonesia mengenal pakis haji dari
beberapa spesies yang biasa ditanam di taman-taman menyerupai palem, yaitu
C. rumphii, C. javana, serta C. revoluta (sikas jepang).

Pakis haji berhabitus mirip palem, namun sebenarnya sangat jauh


kekerabatannya. Kemiripan ini berasal dari susunan anak daunnya yang
tersusun berpasangan. Semua pakis haji berumah dua (dioecious) sehingga
terdapat tumbuhan jantan dan betina. Serbuk sari dihasilkan oleh tumbuhan
jantan dari runjung besar yang tumbuh dari ujung batang. Alat betina mirip
daun dengan biji-biji tumbuh dari samping. Alat betina tumbuh dari sela-sela
ketiak daun. Walaupun ia disebut "pakis", dan daun mudanya juga mlungker
sebagaimana pakis sejati, pakis haji sama sekali bukan anggota tumbuhan
berspora tersebut.
Tumbuhan betina Cycas circinalis.

Tumbuhan jantan Cycas circinalis.

Akar beberapa jenis pakis haji dapat diinfeksi oleh sejenis Cyanobacteria,
Anabaena cycadeae, yang pada gilirannya menguntungkan kedua pihak
(simbiosis mutualistis). Akar yang terinfeksi akan membentuk semacam bintil-
bintil yang berisi jasad renik tersebut.

Beberapa pakis haji yang besar dapat dimakan bagian teras batangnya, karena
mengandung pati dalam jumlah yang lumayan.

Jenis-jenisnya
 Cycas aculeata  Cycas  Cycas pectinata
 Cycas angulata dolichophylla  Cycas petraea
 Cycas annaikalensis  Cycas edentata  Cycas platyphylla
 Cycas apoa  Cycas  Cycas pranburiensis
 Cycas arenicola elephantipes  Cycas pruinosa
 Cycas armstrongii  Cycas elongata  Cycas revoluta
 Cycas arnhemica  Cycas falcata  Cycas riuminiana
 Cycas badensis  Cycas fairylakea  Cycas rumphii
 Cycas balansae  Cycas ferruginea  Cycas schumanniana
 Cycas basaltica  Cycas fugax  Cycas scratchleyana
 Cycas beddomei  Cycas furfuracea  Cycas seemannii
 Cycas bifida  Cycas guizhouensis A.Braun
 Cycas  Cycas hainanensis  Cycas segmentifida
bougainvilleana  Cycas  Cycas semota
 Cycas brachycantha hoabinhensis  Cycas sexseminifera
 Cycas brunnea  Cycas hongheensis  Cycas siamensis
 Cycas cairnsiana  Cycas inermis  Cycas silvestris
 Cycas calcicola  Cycas javana  Cycas simplicipinna
 Cycas campestris  Cycas lanepoolei  Cycas spherica
 Cycas candida  Cycas lindstromii  Cycas szechuanensis
 Cycas canalis  Cycas litoralis  Cycas taitungensis
 Cycas chamaoensis  Cycas maconochiei  Cycas taiwaniana
 Cycas  Cycas macrocarpa  Cycas tanqingii
changjiangensis  Cycas media  Cycas tansachana
 Cycas chevalieri  Cycas megacarpa  Cycas thouarsii
 Cycas circinalis  Cycas micholitzii  Cycas tropophylla
 Cycas clivicola  Cycas micronesica  Cycas tuckeri
 Cycas collina  Cycas  Cycas wadei
 Cycas condaoensis multipinnata  Cycas xipholepis
 Cycas conferta  Cycas nathorstii  Cycas yorkiana
 Cycas couttsiana  Cycas  Cycas yunnanensis
 Cycas curranii nongnoochiae  Cycas zambalensis
 Cycas debaoensis  Cycas ophiolitica
 Cycas desolata  Cycas orientis  Cycas zeylanica
 Cycas pachypoda
 Cycas diannanensis  Cycas
panzhihuaensis

 Cycas papuana

Rosemary

Rosemary

Rosemary in flower
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Rosmarinus
Spesies: R. officinalis
Nama binomial
Rosmarinus officinalis
L.

Rosemary (Rosmarinus officinalis) merupakan sebuah tanaman yang tahan


penyakit dan hama, yang dapat ditumbuhkan melalui pencangkokan. Teh
rosemary dapat membantu mengatasi masalah reumatik dan gejala flu.
Tanaman ini biasanya cocok digunakan sebagai teh maupun bahan makanan.

Tanaman ini banyak mengandung kalsium, zat besi, dan Vitamin B6.

Mandrake (Tumbuhan Berbentuk Manusia)

Mandrake adalah tanaman terkenal yang menyerupai wujud


manusia.

Spoiler untuk Ilustrasi:


Mandrake adalah nama umum untuk anggota tanaman genus keluarga
mandragora nightshades (Solanaceae).
Mandrake termasuk tanaman beracun. Kandungan Mandrake antara lain
deliriant halusinogen tropane alkaloid (hyoscyamine),
dan kadang-kadang mengandung bifurcations menyebabkan bentuk akar mereka
menyerupai sosok manusia,
akar mereka telah lama digunakan dalam ritual sihir,
Sampai hari ini juga masih dipakai dalam neopagan agama-agama seperti Wicca
dan Jermanik revivalisme (Odinisme).

Mandrake adalah tanaman yang disebut oleh orang Arab "luffâh", atau "beid el-
jin" ( "telur jin").
Berbentuk peterseli dan akar sering bercabang. Cabang-cabang ini agak mirip
bentuk orang-orangan.
Seluruh bagian dari tanaman mandrake beracun. Namun pengolahan yang baik
membuat mandrake banyak dibuat obat.

Menurut cerita rakyat di beberapa negara, mandrake hanya akan tumbuh di


bawah tetesan air mani dari seorang laki-laki yang digantung.
Di beberapa negara lain, mandrake dipercaya bisa sebagai obat wanita yang
menginginkan anak (mungkin karena bentuknya yang seperti manusia)
Ganja

Cannabis(Ganja)

Daun Ganja
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Urticales
Famili: Cannabaceae
Genus: Cannabis
Spesies: C. sativa
Nama binomial
Cannabis sativa
Linnaeus
Subspecies
C. sativa L. subsp. sativa
C. sativa L. subsp. indica

Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya


penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada
bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat
membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan
tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat.
Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain
itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap
arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang.
Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk
derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap
Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.
Kontroversi

Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti


bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang
yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat
jelas bahayanya bagi umat manusia. Diantara pengguna ganja, beragam efek
yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta
hilangnya konsentrasi untuk berpikir diantara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan
menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih
menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa
kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada
umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk
penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan
adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama
pada para seniman dan musisi.

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi


oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap
membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern "Cannabis indica" yang
berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat, dimana jenis Marijuana
silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam
golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi
malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir
kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin).
Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian
maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa,
dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek
yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan
penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan
berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-
obatan kimia buatan manusia itu. (dari berbagai sumber)

Pemanfaatan

Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai
bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga
digunakan sebagai sumber minyak.

Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan
kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini
dan di banyak tempat disalahgunakan.
Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara
lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan
seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan
narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.

Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja
menjadi komponen sayur dan umum disajikan.

Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan
bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

Budidaya

Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara
beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.

Tumbuhan berbunga

Tumbuhan berbiji tertutup


(Magnoliophyta)
Rentang fosil: Zaman Jurasik -
Sekarang

bunga Magnolia virginiana


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas
.

• Magnoliopsida - Dikotil

• Liliopsida - Monokotil

Tumbuhan berbunga adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di


daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan
organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi
daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup. Sistem
pembuahan tertutup (dikatakan tertutup karena bakal biji terlindung di dalam
bakal buah atau ovarium) ini juga menjadi ciri khasnya yang lain. Ciri yang
terakhir ini membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain:
tumbuhan berbiji terbuka atau Gymnospermae.

Dari kedua ciri tersebut muncullah nama Anthophyta ("tumbuhan bunga") dan
Angiospermae ("berbiji terbungkus"). Nama lain yang juga dikenakan
kepadanya adalah Magnoliophyta ("tumbuhan sekerabat dengan magnolia").
Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno:
αγγειον (aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan σπερμα (spermum, "biji")
yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar
sistem taksonomi modern, kelompok ini sekarang menempati takson sebagai
divisio. Namun demikian, klasifikasi terbaru berdasarkan APG (Sistem klasifikasi
APG II) menempatkannya dalam suatu klad yang tidak menempati suatu takson
dan dinamakan angiosperms.

You might also like