You are on page 1of 13

TIPOLOGI PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM

Materi Kuliah FAI


AMDI, Rabu, 8 Nov 2006
Shofwan Karim
TOKOH DAN WAKTU
I. KARAKTER. WILAYAH Sebelum abad
TRADISI B. Pemegang teguh Pemikiran Ulama abad pertengahan; 2. Kaum Tua 18, pada 19, 20
di MK,
ONALISM C. Kurang merespon masalah sosial & kontemporer.
3. Deoband di
D. Menolak Pemikiran baru
E E. Pintu Ijtihad sdh ditutup, ajaran Islam diikuti melalui mazhab
India
4. Sebagian
yg ada.
NU,
F. Persoalan baru cukup dirujuk ke kitab "Kuning“
5. sebagain
G. Menolak pemikiran Barat utk acuan pelaksanaan ajaran Perti,
Islam dengan perkembangan zaman.
6. sebagian
H. Teologi Asy'ari dan mengaku Ahsunnah wa al jamaah. Tarbiyah,
7. sebagain
al-
8. Washliyah
dll
II. A. Pembaharu yg muncul masa pra-modernis Ibn Taimiyah; Sebel
REVIVALI B. Prihatin terhadap sosio-moral masy muslim Syekh Ahmad um
SME Sirhindi (W. 1624) abad
C. Kembali ke Islam yg asli (orisinal)
di India; Imam ke-18
D. Meninggalkan TBK yg sering ditanam dlm sufisme & tarikat Muhammad Ibn samp
E. Mazhab-mazhab tidak sempurna Abdul Wahab, ai 20
F. Pintu ijtihad tetap terbuka dan ijtihad seyogyanya dilakukan kemudian disebut
bukan taklid buta. Wahabisme; Syah
G. Teologi Asy'ariah yg harus ditinjau ulang yg berkenan dengan Waliullah di India
konsep takdir (W. 1767)Pada
revivalisme India
H. Revivalis sesuai sikon kalau perlu dg senjata (Pengikut Wahabi)
sperti Syah
I. Pembaharuan dari Islam sendiri bukan atas sentuhan Barat. Waliullah di Delhi
J. Bersifat literalis, lafziah (W. 1767) lebih
K. Gerakan ini dikategorikan juga sebagai Fundamentalis tetapi menghargai
beda dg fundamentalis Kristen. FK ortodoksi yg ketat intelektualisme
merupakan reaksi melawan modernisme Barat Sedangkan
revivalisme Islam seperti Wahabisme bukan melawan
modernisme manapun tetapi melawan apa yg dipandang sbg
kepercayaan dan cara hidup merendahkan dlm agama
masyarakat awam. FK tdk menuntut ijtihad bahkan
menentangnya, sdgk Revivalis Islam pro ijtihad dan anti taklid
buta.
L. Pro ijtihad tetapi mengecilkan intelektualisme terutama filsafat
dan teologi spekulatif
III.MODERNISME A Menerima pembaruan revivalis tetapi memperluas isi ijtihad Sayid Pertengahan
yg vital bg kaum muslimin. Ahmad abad ke 19
Khan di
B. Terbuka terhadap gagasan Barat dalam pembaruan. India (w.
C. Masalah yang menarik bagi mereka akal budi dan 1898) ; S J
hubungan dengan iman; sosial pendidikan, kemajuan Al-Afghani
(w 1897); M
wanita, politik, pemerintahan, konstitusi, demokrasi,
Abduh (w
ilmu pengetahuan, dan sebagainya. 1905)
D. Banyak gagasan mereka yang ditentang oleh kaum
modernis dan revivalis, terutama karena mereka
banyak melihat ke Barat itu.
E. Lebih banyak bersandar kepada Al-Qur’an dan sedikit
kepada hadis Nabi. Sayid Ahmad Khan terlalu sedikit
berpegang kepada Hadis, sedangkan M Abduh lebih
banyak tetapi sangat hati-hati.
F. Menolak pendapat kaum tradisional yang
menganggap pintu ijithad tertutup. Mereka melihat
ijtihad perlu terus dilakukan.
IV. A. Para intelektual yang reaktif thdp modernisme klasik dan Timur Awal dan
NEOREVIVALISM mealakukan gerakan sosial-poltik yang terorganisir. Tengah; pertenga
E B. Sebagian mereka mereka menerima modernisme klasik, Indo- han Abad
sebagian menolak dengan keras . Pakistan; ke 20
C. Yang menerima modernisme klasik : dukungan terhadap ide Indonesi
demokrasi; modernisasi pendidikan Islam diperlukan; Islam a
adalah way of life, tidak sekular atau memisahkan Islam dan
masalah kenegaraan;n
D. Yang menolak modernisme klasik : terlalu Barat oriented dan
menolak bunga bank, pemahaman baru aurat wanita seperti
pemahaman Barat; keluarga berencana; pengagungan
terhadap akal; pengagungan terhadap intelektualis adalah
berbahaya..
V.NEOMODERNI A. Penamaan oleh Fazlur Rahman sebagai kelompok yang Fazlur Rahman Pertengahan abad
SME diinginkan muncul sebagai reaksi atas orang-orang yang dan Para
mengoreksi kelemahan modernis, revivalis dan Intelektual lain ke-20
tradisionalis.
B. Pandangan mereka kepada kaum modernis yang tidak
konsisten dalam menganalisis karena kurang metodologi
akibatnya terkesan kaum modernis itu terlalu westernist.
C. Perlu metodologi yang tepat dan masuk akal untuk
mempelajari Al-Qur’an.
D. Pemikiran abad pertengahan Muslim tidak seluruhnya
dapat membimbing kaum Muslimin masa sekarang.
Tetapi banyak di antaranya yang cukup bernilai terutama
dalam bidang hukum.
E. Ijtihad harus sistematis, konprehensif dan jangka panjang.
F. Suri teladan tertentu berupa kebajikan dan pengetahuan
bukan ijtihad akhir semua hal.
G. Ijtihad merupakan usaha sungguh-sungguh akal budi,
berfikir bersama , p=fiikiran yang lebih baik , terbuka dan
konsensus menyeluruh.
VI.POSTMO A.Perpaduan Arkoun; Akhir abad ke
DERNISME pemikiran Hasan Hanafi 20
kelasik Islam
dan modernis
B.Penggunaa
n akal,
kultural dan
teks wahyu.
C.Sosialisme
Islam dan kiri
Islam
VII. A.Al-Qur’an dalam Nasr Akhir
LIBERALISME teksnya adalah Hamid abad ke
kebudayaan dan Abu Zaid; 20
disesuaikan dengan Amina
konteks zaman Wadud,
B. Isyu wanita, Leila
perkawinan lintas agama, Ahmed
fikih lintas agama dst dan
seterusny
a. Di
Indonesia
termasuk
JIL
VIII.ISLAM A.Islam sebagai konsep Timur Akhir
MODERAT tengah Tengah, abad ke
B.Islam kultural yang Eropa, 20
sejuk dan damai, garis Amerika dan
lunak Indonesia
C.Mayoritas diam
IX. A. Garis FPPI, HT, Akhir abad ke
FUNDAMENT Keras dan lainya 20
ALIS B. Islam
KONTEMPO Syariat
RER C. Anti
Pemurtad
an
D. Minoritas
Vokal
Wacana Modernisme:
Latar Belakang
• Pertama, timbulnya kesenjangan antara Islam sebagai doktrin
dengan Islam yang terlahirkan dalam pemahaman, perilaku
sehari-hari, sosial-budaya, peradaban, atau dalam bahasa lain,
antara yang ideal dan aktual.
• Kedua, Munculnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang menuntut berbagai upaya penyesuaian
sekaligus mempengaruhi cara berpikir manusia dalam
memahami dan mengkaji agama.
• Ketiga, semakin tingginya interaksi dan dinamika global akibat
mobilitas geografis dan sosial, kompetisi dan kepentingan
lokal, nasional, regional dan internasional.
• Ketiga, dengan demikian, modernisasi dalam Islam adalah
suatu keharusan bagi umatnya, baik secara internal maupun
eksternal.
Pengertian Modernisme
• Harun Nasution dalam memberikan
defenisi modernisme sebagai “pikiran,
aliran, gerakan dan usaha untuk merubah
paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang
timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam,
(
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, Hal. 11)
Modernisasi itu sebagai
resurgence (kebangkitan),
revivalisme (kebangkitan
kembali) dan tajdid atau islah
(pemabaharuan atau perbaikan)
Resurgence, menurut Chandra
Muzaffar
• Ia merupakan pandangan dari dalam, yakni suatu cara
pandang yang dipakai oleh kaum muslim sendiri untuk
melihat tumbuhnya dampak agama di kalangan
penganutnya. Hal ini mengandung kesan bahwa Islam
menjadi penting kembali.
• Ia menunjukan suatu gejala yang pernah terjadi
sebelumnya. Ada petunjuk bahwa ada unsur-unsur
dalam bangkitnya Islam dewasa ini mempunyai
pertalian dengan masa lalu.
• Ia mengandung tantangan bahkan ancaman bagi
mereka yang berpaham lain. (Chandra Muzzafar, “Kebangkitan Islam,
Suatu Pandangan Global”, dalam Harun Nasution, et. Al (ed.), Perkembangan, Hal. 70)

You might also like