You are on page 1of 21

PENYUSUN:

OGI NURHARI
21081077
Emulsi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb,

Puji dan Syukur marilah saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dan karuniaNya lah saya dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Meracik Obat ini.

Dalam penyusunan Laporan ini mungkin saya banyak sekali mengalami kesulitan dan
kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta
pola pikir saya. Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha akhirnya semua hambatan
itu dapat kami atasi dengan baik.

saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami tidaklah sempurna dalam pembuatan


makalah ini. Dengan demikian saya berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
memenuhi persyaratan dalam mata perkuiahan Ilmu Meracik Obat dan dapat bermanfaat
bagi saya serta para pembaca lainnya.

Tidak lupa saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam proses pembuatan Makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr Wb,

Bandung, April 2009

Penyusun

Ilmu Meracik Obat 2


Emulsi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................5

Larat Belakang....................................................................................................5

Tujuan................................................................................................................5

Pembatasan Masalah..........................................................................................6

Metode Penelitian...............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN : EMULSI..............................................................................7

Pengertian............................................................................................................7

Jenis Emulsi........................................................................................................8

Zat Pengemulsi (Emulgator)...............................................................................10

Penggunaan Emulsi.............................................................................................11

Metode Pembuatan Emulsi.................................................................................11

Faktor yang harus diperhatikan dalam proses emulsifikasi................................13

Tahap penentu pembentukan emulsi...................................................................13

Tujuan Pembentukan Emulsi..............................................................................14

Faktor yang Mempengaruhi Proses Emulsifikasi...............................................14

Cara membedakan tipe emulsi............................................................................14

Beberapa sifat emulsi yang penting....................................................................15

Teori Emulsifikasi..............................................................................................15

Stabilitas Fisik Dan Emulsi.................................................................................17

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi...........................................18

Mikroemulsi........................................................................................................18

Ilmu Meracik Obat 3


Emulsi

BAB III PENUTUP........................................................................................................20

Kesimpulan.........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

Ilmu Meracik Obat 4


Emulsi

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Dalam dunia farmasi kita mungkin mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang
umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut
dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan
merupakan EMULSI.

Emulsi merupakan salah satu bentuk sediaan yang sering ditemui dan digunakan oleh
masyarakat luas, sama seperti bentuk sediaan yang lainnya, emulsi dibuat dengan maksud
dan tujuan tertentu, hal tersebut didasarkan bahwa setiap sediaan yang akan digunakan
harus sesuai dengan kebutuhan sehingga didapatkan hasil yang optimal. Untuk itu, dalam
makalah yang kami buat ini dijelaskan hal – hal umum, maupun yang lebih mendalam lagi
tentang Emulsi, apa itu emulsi, untuk apa kegunaannya, tujuan dibuat emulsi, dan hal yang
lainnya yang berkaitan dengan Emulsi.

 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

- Untuk memenuhi salah satu tugas mata perkuliahan Ilmu Meracik Obat.
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan emulsi.
- Mempelajari apa saja yang menjadi dasar dalam pembuatan emulsi.
- Mengenal berbagai macam Faktor dan segi pandangan yang berhubungan dengan
sediaan emulsi.

Ilmu Meracik Obat 5


Emulsi

 Pembatasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah pada pembahasan yang
berhubungan dengan Emulsi yang secara garis besarnya termasuk kedalam pengetahuan
Ilmu Meracik Obat. Sebagai salah satu dari bentuk sediaan obat, mencakup pengertian,
pembagian, cara pembuatan, dan hal lain yang berhubungan dengan emulsi.

 Metode Penelitian

Pengumpulan data yang didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya : dari


internet dan buku tentang “Farmasi; Ilmu Meracik Obat”, serta berbagai sumber yang
mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Ilmu Meracik Obat 6


Emulsi

BAB II

PEMBAHASAN

EMULSI

 Pengertian

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau campur,
biasanya air dan minyak dimana caira suatu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam
cairan yang lain. Atau,

Emulsi adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil
zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.

Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari sebuah fase
cair yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam bentuk tetesan
-tetesan, dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 μm. (ilmiah)

Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak
bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).

Ilmu Meracik Obat 7


Emulsi

Komponen emulsi :

·         Fase dalam (internal)

·         Fase luar (eksternal)

·         Emulsifiying Agent (emulgator)

Flavour dan pengawet yang berada dalam fasa air yang mungkin larut dalam minyak
harus dalam kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.

Emulgator merupakan komponen yang peting untuk memperoleh emulsi yang stabil.
Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana  tetes minyak
terdispersi ke dalam fase air, dan tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah
minyak. Fase intern disebut pula dase dispers atau fase discontinue.

 Jenis Emulsi
 Emulsi Gas

Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium
pendispersi gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan
kaleng, untuk dapat membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang
diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC
(klorofuorokarbon atau Freon).

Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown,
dan kestabilan denganmuatan partikel.

Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-
partikel koloid dari sistem koloid kabut à merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol
cair.

 Emulsi Cair

Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling
melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat
cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair non-polar).

Ilmu Meracik Obat 8


Emulsi

Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam
air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di
dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang
terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak).

Bagaimana air dan minyak dapat bercampur sehingga membentuk emulsi cair?
Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi
(emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut. Karena kebanyakan emulsi adalah
dispersiair dalam mnyak, dan dispersiminyak dalam air, maka zat pengemulsi yang
digunakan harus dapat larut dengan baik di dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi
tersebut adalah senyawa organic yang memiliki gugus polar dan non-polar. Bagian non-
polar akan berinteraksi dengan minyak/ mengelilingi partikel-partikel minyak, sedangkan
bagian yang polar akan berinteraksi kuat dengan air. Apabila bagian polar ini terionisasi
menjadi bermuatan negative, maka pertikel-partikel minyak juga akan bermuatan negatif.
Muatan tersebut akan mengakibatkan pertikel-partikel minyak saling tolak-menolak dan
tidak akan bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil.

Contohnya: ada sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun
dari “ekor” alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan kepala ion karboksilat yang
polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun dan deterjen memiliki
daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, “ekor” non-polar dari sabun
akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Sehingga tegangan
permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik
kotoran.

Ilmu Meracik Obat 9


Emulsi

 Zat Pengemulsi (Emulgator)

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil. Untuk itu kita memerlukan suatu zat
penstabil yang disebut zat pengemulsi atau emulgator. Tanpa adanya emulgator, maka
emulsi akan segera pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi dan medium
pendispersinya, yang ringan terapung di atas yang berat. Adanya penambahan emulgator
dapat menstabilkan suatu emulsi karena emulgator menurunkan tegangan permukaan
secara bertahap. Adanya penurunan tegangan permukaan secara bertahap akan
menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk pembentukan emulsi menjadi semakin
minimal. Artinya emulsi akan menjadi stabil bila dilakukan penambahan emulgator yang
berfungsi untuk menurunkan energi bebas pembentukan emulsi semaksimal mungkin.
Semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi maka emulsi akan semakin mudah
terbentuk. Tegangan permukaan menurun karena terjadi adsorpsi oleh emulgator pada
permukaan cairan dengan bagian ujung yang polar berada di air dan ujung hidrokarbon
pada minyak.

Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik
dalam minyak maupun dalam air. Bila emulgator tersebut lebih terikat pada air atau larut
dalam zat yang polar maka akan lebih mudah terjadi emulsi minyak dalam air (M/A), dan
sebaliknya bila emulgator lebih larut dalam zat yang non polar, seperti minyak, maka akan
terjadi emulsi air dalam minyak (A/M). Emulgator membungkus butir-butir cairan
terdispersi dengan suatu lapisan tipis, sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung
membentuk fase kontiniyu. Bagian molekul emulgator yang non polar larut dalam lapisan
luar butir-butir lemak sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut air.

Pada beberapa proses, emulsi harus dipecahkan. Namun ada proses dimana emulsi
harus dijaga agar tidak terjadi pemecahan emulsi. Zat pengemulsi atau emulgator juga
dikenal sebagai koloid pelindung, yang dapat mencegah terjadinya proses pemecahan
emulsi, contohnya:Gelatin, digunakan pada pembuatan es krim; Sabun dan deterjen;
Protein; Cat dan tinta; Elektrolit .

Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi
buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak
juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).

Ilmu Meracik Obat 10


Emulsi

 Penggunaan Emulsi

Penggunaan emulsi dibagi menjadi dua golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam
dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untk pemakaian dalam meliputi per oral atau
pada injeksi intravena yang untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membrane
mukosa yaitu linemen, losion, cream dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral biasanya
mempunyai tipe M/A. emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi
rasa tak enak itu. Flavour ditambahkan pada fase ekstern agara rasanya lebih enak. Emulsi
juga berpaedah untuk menaikan absorbsi lemak melalui dinding usus. Penggunaan emulsi
untuk parenteral dibutuhkan perhatian khusus dalam produksi seperti pemilihan emulgator,
ukuran kesamaan butir tetes untuk injeklsi intravena. Lecithin tidak pernah dipakai karena
menimbulkan hemolisa. Pembuatan emulsi  untuk injeksi dilakukan dengan membuat
emulsi kasar lalu dimasukan homogenizer, di tampung dalam botol steril dan disterilkan
dalam auto klap dan di periksa sterilitas serta ukuran butir.

Untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa digunakan sediaan emulsi tipe M/A
atau A/M. emulsi obat dalam dasar salep dapat menurunkan kecepatan absorbsi dan
eksintensinya absorbsi melalui kulit dan membrana mukosa. Contoh: suspensi efedrin 
dalam emulsi M/A bila dipakai pada mukosa hidung di absorbsi lebih lambat si banding
larutannya dalam minyak, jadi diperoleh prolonged action. Tetapi emilsi kadang-kadang
dapat menaikan kecepatan absorbsi perkusen dengan kata lain absorbsi kedalam dan
melalui kulit .

 Metode Pembuatan Emulsi


 Metode Gom Kering

Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah
komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga
diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.

Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan
diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.

Ilmu Meracik Obat 11


Emulsi

 Metode Gom Basah

Disebutt pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago
atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama
seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom
ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk dengan cepat.

 Metode Botol

Disebut pula metode Forbes (1). Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-
bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini
merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama
dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.

Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak(2).


Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak
dengan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi
utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat(1).

 Metode Penyabunan In Situ

a. Sabun Kalsium

Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan
sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok
kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkan
dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas.

b. Sabun Lunak

Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika
perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas
beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang
sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan.

Ilmu Meracik Obat 12


Emulsi

c. Pengemulsi Sintetik

Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode tambahan (1).

Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan
menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan pada
fase dimana ia dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%.
Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan mekanik
biasanya dibutuhkan, seperti hand homogenizer .

 Faktor yang harus diperhatikan dalam proses emulsifikasi

Antara lain:

 Polidispersi globul sferis → tergantung dari pengadukkan fasa terdispersi.


 Enersi antar muka 2 cairan yang tidak bercampur menyebabkan ketidakstabilan
sehingga usaha enersi antar muka minimum.
 Stabilisator pada antar muka.
 Bahan peningkat viskositas → dapat mengurangi kecepatan penggabungan globul
terdispersi.
 Dibentuk 2 fase stabilisasi dengan fase ketiga adalah emulgator atau multi emulsi
(o/w/o, w/o/w)

 Tahap penentu pembentukan emulsi

Antara lain:

 Tahap pemisahan: disrupsi dan distruksi. Ruahan menjadi globul ditentukan oleh
waktu dan kecepatan pengadukkan. Pengadukkan dengan kecepatan tinggi
menggunakan ultraturax → sudah pecah (sudah opak seperti susu dan kecepatan
diturunkan) → masuk ke dalam tahap stabilisasi.
 Tahap stabilisasi: mekanisme kerja emulgator.

Ilmu Meracik Obat 13


Emulsi

 Tujuan Pembentukan Emulsi

Antara lain:

 Meningkatkan kelarutan
 Meningkatkan stabilitas
 Memperbaiki penampilan
 Menutupi rasa tidak enak
 Efek obat diperlambat

 Faktor yang Mempengaruhi Proses Emulsifikasi

Yaitu:

 Tegangan permukaan 2 fase cair, karena adanya perbedaan polaritas dan zat cair
tersebut.
 Energi bebas permukaan: dapat membentuk koalescen, yaitu penggabungan globul.
 Emulgator: film antar muka, tolak menolak muatan, dan repulsi sterik untuk
emulgator muatan.

 Cara membedakan tipe emulsi

Antara lain:

 Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat
diencerkan dengan minyak
 Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen
blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan sudan III
 Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase
internal dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm
emulsimis : air susu setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada
permukaan. Pemisahan dengan cara creaming bersifat refelsibel.
 Konductifitas
Elektroda dicelup didalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W
demikian sebaliknya.

Ilmu Meracik Obat 14


Emulsi

 Beberapa sifat emulsi yang penting


 Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming
atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai
pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel
minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada
emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air
akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses
demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang
dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).

 Pengenceran

Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.


Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan
terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.

 Teori Emulsifikasi

Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari sudut pandang yang
berbeda (Ansel, 1989):

1. Teori tegangan permukaan (Teori Surface Tension)

Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi (berlainan jenis)). Daya
kohesi tiap zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair (bidang batas antara
air dan udara) akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya
kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi perbedaan tegangan yang
terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk
bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik
atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
seperti sabun.

Ilmu Meracik Obat 15


Emulsi

2. Teori Oriented Wedengane, Emulgator terbagi 2:


- Hidrofilik : bagian emulgator yg suka pada air
- Lipofilik: bagian emulgator yg suka pd minyak

Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan minyak yang membentuk suatu
keseimbangan (HLB) antara kelompok hidrofil & lipofil. Makin besar HLB makin hidrofil
(emulgator mudah larut dalam air & sebaliknya).

3. Teori Interpelasi film

Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan
film yang akan membungkus partikel fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang
akan tegabung akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum, emulgator harus:
a.Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
b.Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse
c.Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup semua permukaan partikel
dengan segera.

4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap).

Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg menyelubungi partikel shg terjadi
tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu
dari ketiga cara berikut:

a.Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel

b.Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya

c.Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.

Adsorbsi partikel padat

Particle padat terbagi halus dibasahi sebagian oleh minyak sebagian oleh air dapat
bekerja sebagai emulgator. Serbuk yang suka di basahi oleh air akan membentuk emulsi
tipe M/A, sedangkan yang lebih mudah di basahi oleh minyak akan membentuk emulsi
tipe A/M.

Ilmu Meracik Obat 16


Emulsi

 Stabilitas Fisik Dan Emulsi


 Creaming dan Hk.Stokes

Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan


densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase
diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang
ada. Pada sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang
dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut
adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut
merupakan tipe a/m.

 Penilaian Kestabilan

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi
yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah
dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat
akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan
teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

 Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,
 Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik
yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid

Ilmu Meracik Obat 17


Emulsi

 Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi

Adalah:

1.       Tegangan antarmuka rendah

2.       Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

3.       Tolakkan listrik double layer

4.       Relatifitas phase pendispersi kecil

5.       Viskositas tinggi.

 Mikroemulsi

Mikroemulsi: dispersi cair-cair dalam bentuk miselar dengan ukuran partikel 10-100
nm. Dalam mikroemulsi terjadi solubilisasi miselar dimana misel-misel bergabung dan
membutuhkan konsentrasi surfaktan yang tinggi.

Faktor yang harus diperhatikan dalam mikroemulsi:

 Luas permukaan partikel terdispersi: memepengaruhi enersi antar muka.


 Stabilita fisik dan pembentukan sistem yang spontan.
 Derajat solubilisasi: misel surfaktan, globul emulsi, dan solubilisasi yang terjadi.
 Kinetika solubilisasi tergantung dari derajat solubilisasi dan transisi misel surfaktan
dan globul emulsi.
 Pengaruh temperatur dan komposisi mikroemulsi.

Mikroemulsi: partikel lebih kecil, luas permukaan lebih besar tetapi karena adanya
konsentrasi surfaktan dan co-surfaktan yang tinggi menyebabkan partikel terselimuti
secara rapat sehingga lebih stabil daripada emulsi biasa dan tidak memerlukan
pengocokkan yang kuat. Co-surfaktan diperlukan untuk menurunkan hidrofilisitas fase air.
Contoh co-surfaktan: etoksidiglikol, poligliseril 6-dioleat, poligliseril 6-isostearat,
poligliseril 3-diisostearat.

Ilmu Meracik Obat 18


Emulsi

Sifat mikroemulsi:

 Ukuran partikel 10-100 nm


 Stabil
 Sederhana
 Ada kekuatan solubilisasi
 Ada peningkat aktivitas
 Penampilan: cair dan transparan.

Contoh formula:

 Gliserin
 Trietanolamin
 Mg-alumunium silikat
 Metil paraben
 Air

Pada mikroemulsi, fase minyak memakai yang viskositasnya rendah. Hal ini
dikarenakan agar densitasnya tidak naik sehingga mudah dicampur dan tidak kriming.

Emulgel: sediaan emulsi yang fase airnya ditingkatkan viskositasnya dengan


menambahkan gelling agent.

Emulgel mikroemulsi lebih sulit pembuatannya karena konsentrasi surfaktan dan co-
surfaktan yang tinggi menyebabkan air sulit berpenetrasi.

Formulasi emulsi dengan rasio fase air-minyak:

untuk menilai potensial termodinamika dalam sistem 2 fasa pada T&P konstan adalah
energi bebas Gibbs → berhubungan dengan HLB.

perubahan spontan akan terjadi karena adanya reduksi energi bebas (ΔG < 0)

Komposisi tergantung dari 1 komponen independen dalam sistem 2 fasa.

Ilmu Meracik Obat 19


Emulsi

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
 Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari sebuah
fase cair yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam
bentuk tetesan -tetesan, dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 μm. (ilmiah)
 Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak
bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).
 Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium
pendispersi gas.
 Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling
melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar.
 Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, Adanya penambahan emulgator
dapat menstabilkan suatu emulsi karena emulgator menurunkan tegangan
permukaan secara bertahap.
 Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik
dalam minyak maupun dalam air.
 Pembuatan emulsi dapat dilakukang dengan : metode kering, metode basah, metode
botol, dan penyabunan dengan In Situ.
 Mikroemulsi: dispersi cair-cair dalam bentuk miselar dengan ukuran partikel 10-
100 nm. Dalam mikroemulsi terjadi solubilisasi miselar dimana misel-misel
bergabung dan membutuhkan konsentrasi surfaktan yang tinggi.

Ilmu Meracik Obat 20


Emulsi

DAFTAR PUSTAKA

 Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University
press, Jogjakarta.

 Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

 Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

 http://blogkita.info/emulsi

 http://id.wikipedia.org/wiki/emulsi

 http://www.perfspot.com/blogs/145981

 http://sistemkoloid11.blogspot.com/2006/04/sistem-koloid.html

 http://ladytulipe.wordpress.com/emulsi

 http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm

Ilmu Meracik Obat 21

You might also like