You are on page 1of 7

June 22, 2006 9:05 pm

Seni Budaya Nusantara


Seni Budaya
Kebudayaan adalah hasil karya cipta manusia. Kegiatan dalam masyarakat yang
berkembang menjadi pola kehidupan dan menjadi ciri khas dari masyarakat disebut
juga kebudayaan. Dari pola kehidupan tersebut dihasilkan suatu karya yang sangat
indah disebut seni. Seni dan budaya berkembang seiring dengan waktu. Pada zaman
dulu, setiap suku bangsa mempunyai adat istiadat yang mereka junjung tinggi. Adat
istiadat merupakan warisan dari nenek moyang yang masih dipelihara sampai sekarang
dan dikenal sebagai budaya tradisional.
Berkembangnya arus informasi memberikan dampak terhadap seni dan budaya.
Dengan adanya fasilitas telekomunikasi yang canggih seperti internet, masyarakat
dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi apapun, termasuk seni dan
budaya. Fasilitas ini dapat memberikan kemudahan untuk mengetahui lebih jauh
mengenai perkembangan seni dan budaya baik yang bersifat tradisional maupun
modern.
Ide tersebut menjadi dasar pola pemikiran bagi kami yang berkecimpung di bidang jasa
informasi melalui internet dengan kekhususan seni dan budaya. Manifestasi dari ide itu
adalah situs ini. Kami berusaha keras untuk mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin mengenai seni dan budaya sehingga situs kami dapat dijadikan referensi bagi
siapa pun.
kunjungi http://www.senibudaya-nus.co.id/
Musik Nusantara

A. Pengertian Musik Nusantara


Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan
atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik
Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam,
musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.
B. Sejarah Musik Nusantara
Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut
adalah sebagai berikut.
Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam
beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu
diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya
berasal dari alam sekitarnya.
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik
tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan
keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah
musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok
blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam
Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga
memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses
itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.
Masa Kolonialisme
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan
musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri
mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun
membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan
musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang
merupakan perpaduan musik barat dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai
musik keroncong.
Masa Kini
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik
barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri
India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan
antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan
musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai
musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis
musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama
alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.
C. Fungsi Musik Nusantara
Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau
media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari,
dan sarana ekonomi.
Sarana upacara budaya (ritual)
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan,
kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang
dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena
itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat
rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya.
Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika
ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi
tempat pertunjukan untuk menonton.
Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk
mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya.
Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita
tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi
anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu,
dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat
yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan
lonceng di gereja.
Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat
untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di
Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik-
musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa,
poco- poco, dan sebagainya.

Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media
ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan. Mereka merekam
hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta
menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan
pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi
juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
D. Ragam Musik Nusantara
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Musik Daerah/Tradisional
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-
daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan
instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan
melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah
negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian
banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang.
Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat
pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan
tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi
instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat
kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia,
yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin
ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni
tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di
golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.
I. Instrumen Musik Perkusi.
Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul,
baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang
tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa,
talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya.
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah
Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan
Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron,
demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan
mempunyai nada pentatonis/pentatonic.
Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah
alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)
Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang
mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis
dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat
musik ini di pukul dengan menggunakan stik.
Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik
yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya
arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya
menggunakan tangga nada diatonis.
Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan.
Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang
mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta,
Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari,
wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah
Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang
kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang
bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.
II. Instrumen Musik Petik
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi
kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut
berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah
Jawa tengah.
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini
terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari
anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari
daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan
ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek
adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.
III. Instrumen Musik Gesek.
Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab.
Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb
terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah
senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya
yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari
tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.
IV. Instrumen Musik Tiup
Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di
indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat,
serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah
Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.
Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang
nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan
alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura,
Papua.
Musik Keroncong
Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat
terbatas. Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya
terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat
musik.
Musik Dangdut
Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu, musik
ini kemudian berkembang dan menampilkan cirinya yang khas dan berbeda dengan musik
akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi
yang menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya ringan, sehingga mendorong penyanyi
dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya. Lagunya pun mudah dicerna,
sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.
Musik Perjuangan
Musik ini lahir dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing.
Dengan menggunakan musik, para pejuang berusaha mengobarkan semangat persatuan
untuk bangkit melawan penjajah. Syair- syair yang diciptakan pada masa itu, umumnya berisi
ajakan untuk berjuang, ajakan untui berkorban demi tanah air, dan sebagainya. Irama
musiknya pun dibuat cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.
Musik Populer (pop)
Musik ini memiliki ciri, antara lain penggunaan ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Komposisi melodinyajuga mudah dicerna.
Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk
menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penontonnya. Musik pop dibedakan
menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.
Kesimpulan
Musik nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di nusantara, yang menunjukkan
cirri keindonesiaan. Musik memiliki fungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan
media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi. Ragam musik
nusantara yang berkembang dapat dibedakan menjadi musik tradisi, musik keroncong, musik
dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.

sumber :http://sendhie.multiply.com/journal/item/46
Diposkan oleh riri di 07:20
TARI JAIPONG
23-05-2008 07:21
Jaipongan adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung,
Gugum Gumbira. Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk
Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak
tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat
mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus
Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari
berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap
sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular
dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun
perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.
Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati
Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih
aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan
munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari
Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu
undangan.
Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris,
semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari
pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan
yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya
pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan
gaya kaleran, terutama di daerah Subang.
Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat,
terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang
datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari
Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa
Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan
telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi
kesenian Pong-Dut.
erwan rosmana adalah kontributor swaberita dan dapat dihubungi di erwan.rosmana@tijecorp.com

Menyelamatkan Khazanah Nusantara


16/07/2009

Kitab sebagai ruh kebudayaan sudah semakin dilupakan orang. Kitab dianggap sebagai
sebuah dokumen statis yang karena ketuaannya dan tidak bisa diakses lagi maka
disimpanlah di museum yang akhirnya terlepas dengan pemangkunya yaitu umat
sebagai pembaca. Di sisi lain, ada orang yang terlalu hormat pada naskah tetapi tidak
dibaca melainkan hanya dikeramatkan sehingga menjadi pusaka (jimat), tidak lagi
menjadi pustaka (sumber pengetahuan) bahkan sumber kehidupan.

Sebuah kitab agama, maka pemuseuman itu sedikit sekali terjadi, tidak seperti karya
sastra, karena agama ada pemangku abadinya yaitu ulama dan ada pengamal
massalnya yaitu ummat. Melihat kenyataan itu, maka pada zaman penjajahan Inggris
yakni Raffles banyak melakukan perampasan naskah penting baik yang bersifat sastra
maupun agama, kemudian perdagangan gelap naskah mulai marak, yang semuanya
mengalir ke benua Eropa dan Amerika.

Belanda meniru strategi Inggris tersebut, lalu mulai ikut melacak keberadaan naskah. Di
tangan mereka, naskah tidak hanya dianggap benda klasik, tetapi dipercaya sebagai
pembawa petunjuk dan sekaligus spirit hidup dan perjuangan. Dengan pemahaman
politik kebudayaan itu, maka perampasan naskah kitab dan serat-serat itu sebagai
sebuah strategi kebudayaan untuk melumpuhkan bangsa ini, tidak hanya bidang
pemikiran, tetapi juga dalam bidang perjuangan politik.

Zaman itu muncul para indolog (ahli tentang pribumi) seperti Kern, Drewes, NJ. Kroom,
Pigeaud dan sebagainya. Mereka melakukan pembelokan isi naskah atas nama
standarisasi. Kehadiran Pangeran Diponegaro yang berangkat dari berbagai naskah
klasik baik yang Hindu dan terutama kitab para Wali dan ulama pesisiran, mampu
membangkitkan harga diri Masyarakat Nusantara dan selanjutnya mampu mendinamisir
mereka sebagai kelompok perlawanan, sehingga mampu mengobrak-abrik pertahanan
Belanda. Maka, Perang Diponegoro merupakan perang semesta terbesar yang pernah
terjadi di negeri ini.

Melihat kenyataan itu, berbagai naskah Islam yang menjadi spirit perjuangan mulai
dikaji dan diedit agar berbahasa dan beralur standar. Sejak itu, penyimpangan mulai
terjadi, bahkan kemudian secara pelahan disisihkan dan disingkirkan dan dilenyapkan.
Tidak sedikit pula yang ditenggelamkan di lautan. Karya zaman Islam dianggap tidak
penting karena dianggap hanya kelanjutan dari naskah zaman sebelumnya, yakni
zaman Hindu. Pemisahan umat Islam dengan sumber spirit dan ilmu pengetahuan itu
dilakukan untuk meruntuhkan harga diri umat Islam dan semangat perjuangan mereka
agar tidak lagi bangkit melawan Belanda. Dari situ, kita ditaklukkan selama beberapa
abad.
Selama ini, kita dirisaukan oleh pencurian naskah-naskah Nusantara, pertama hanya
terjadi di Melayu dan kawasan Sumatera pada umumnya, tetapi belakangan pencurian
oleh Negara asing telah merambah ke kitab-kitab ulama yang ada di Kalimantan, Jawa
dan Sulawesi, yang kemudian dibawa dan disimpan di Malaysia, tidak sedikit yang
kemudian diklaim sebagai karya bangsa mereka. Langkah itu sebagai upaya Malaysia
untuk menjadi pusat Islam dan pusat kebudayaan Melayu, sehingga mereka akan
menjadikan dirinya sebagai pemimpin bangsa Melayu. Itulah tujuan politik jangka
panjang pencurian naskah dan kitab-kitab tersebut.

Kalau selama ini masyarakat tahunya penyerobotan dilakukan oleh Malaysia, ternyata
kalangan masyarakat Timur Tengah juga melakukan hal yang sama. Pembajakan kitab
Sirajut Tholibin oleh sebuah penerbit di Beirut dengan mengubah nama pengarangnya
adalah sebuah strategi kebudayaan untuk melumpuhkan spirit bangsa ini. Kalau selama
ini Islam Nusantara dianggap sebagai bentuk lain dari Islam Arab yang lebih formalis,
maka dengan mengklaim berbagai kitab Nusantara oleh penerbit Arab, maka gerakan
kebudayaan Islam Nusantara akan kehilangan referensi. Apalagi ada yang mensinyalir,
tumbuhnya generasi baru di dunia Arab yang fanatik, sehingga merasa risi menerima
kehadiran pemikiran ulama non-Arab terutama Nusantara yang dianggap lebih rendah.

Dengan demikian, pembajakan ini tidak bisa diartikan sebatas soal ekonomi atau
pengetahuan, tetapi telah menyangkut persoalan politik kebudayaan. Maka sangat
ironis sebuah penerbit besar seperti Darul Fikr yang secara resmi menerbitkan Karya
Kiai Ihsan itu tidak memberikan penghargaan sedikitpun pada penulis dan keluarganya.
Apalagi penerbit Darul Kutubul Ilmiyah, selain tidak memberikan royalti , nama
pengarangnya juga diganti dengan pengarang Timur Tengah, seolah ulama Nusantara
tidak mampu melahirkan karya Monumental seperti Kitab kiai Ichsan dan ulama yang
lain seperti Kiai Machfud, Kiai Nawawi, Al-Banjari, Hamzah Fansuri dan sebagainya.

Kita perlu memahami duduk persoalan ini, sehingga mampu memperjuangkan secara
lebih proporsional. Dan yang lebih penting lagi kita bisa melihat persoalan ini secara
lebih luas, bukan sekadar hak cipta, tetapi merupakan sebuah strategi kebudayaan
yang utuh. Karena itu, kita mesti menempatkan persoalan ini dalam tataran
kebudayaan, masalah imperialisme kebudayaan, maka yang perlu dipikirkan adalah
strategi pembebasan kebudayaan. (Abdul Mun’im DZ)

You might also like