You are on page 1of 10

Poligami

Menurut Pandangan Islam


dan Siswa-Siswi SMA 38 Jakarta

Tugas Bahasa Indonesia

Oleh :

Dina Agustina
Fitria D. Dewantari
Ikrima Nur Endah
Patra Tigana
Yulizar Ade Putra

Kelompok 8

SMAN 38 JAKARTA
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah berkenan memberi kekuatan
dan petunjuk kepada kami sehingga karya ilmiah kelompok kami dapat selesai dengan tepat waktu.

Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengangkat permasalahan poligami yang sedang banyak dibicarakan
masyarakat dan untuk mengetahui hokum poligami dalam agama islam serta pandangan poligami
menurut siswa-siswi SMA 38 Jakarta.

Tidak lupa kami haturkan ucapan terima kasih kepada Ibu Sita selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah membimbing kami dalam pembuatan karya ilmiah ini dan kepada siswa-siswi
SMA 38 yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket.

Harapan kami,semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,dan dapat memberikan
gambaran negative dari poligami serta memberikan pandangan-pandangan poligami menurut islam dan
SMAN 38 yang dapat dijadikan pelajaran dalam hidup.

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Poligami merupakan suatu tindakan yang saat ini masih menjadi pro-kontra di masyarakat. Hal ini
dikarenakan perbedaan pandangan masyarakat akan poligami itu sendiri. Masih banyak masyarakat
yang menganggap poligami adalah suatu perbuatan yang negatif. Ini terjadi karena poligami dianggap
menyakiti kaum wanita dan hanya menguntungkan bagi kaum pria saja. Di Indonesia sendiri, masih
belum adanya Undang-Undang yang menjelaskan secara rinci boleh tidaknya poligami dilakukan.
Tujuan hidup berkeluarga adalah untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Namun dengan
adanya poligami yang dilakukan sang suami, kebahagiaan dalam rumahtangga dapat menjadi hilang.
Keharmonisan dalam keluarga juga akan hilang. Hal ini tentu merugikan bagi istri dan anak-anaknya
karena mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan mendapatkan perlakuan yang adil dari sang
suami.
Pandangan masyarakat terhadap poligami beragam, ada yang setuju namun ada juga yang menentang.
Terlebih lagi bagi kaum hawa yang merasa dirugikan, karena harus berbagi dengan yang lain. Hal ini
diperparah dengan perekonomian keluarga yang tidak memungkinkan poligami. Berdasarkan uraian itu
lah kami memilih judul “Poligami Menurut pandangan Islam dan Siswa-Siswi SMA 38” untuk
mengetahui lebih jauh lagi tentang permasalahan poligami yang masih menjadi pro-kontra masyarakat.

1.2 Pembatasan Masalah


Mengingat terbatasnya waktu dalam penulisan karya ilmiah ini, kami hanya membatasi pembahasan
“Poligami Menurut Pandangan Islam dan Siswa-Siswi SMA 38 Jakarta”.

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah


Untuk mengetahui pandangan islam dan siswa siswi SMA 38 terhadap poligami.

1.4 Metode Penulisan


Kelompok kami menggunakan metode penelitian dan kepustakaan dalam membuat karya tulis ilmiah
ini. Kami mencari data dengan membaca beberapa buku dan beberapa sumber dari internet mengenai
poligami. Kami juga menyebarkan angket dalam pencarian data.
1.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan

Bab II Isi
2.1 Pengertian Poligami
2.1.1.Pengertian Poligami Menurut Pandangan Islam
2.1.2. Pengertian Poligami Menurut Para Ulama
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Berpoligami
2.2.1. Faktor Biologis
2.2.2 Faktor Internal Rumah Tangga
2.2.3. Faktor Sosial
2.3 Dampak Negatif Poligami
2.3.1. Dampak Negatif Poligami Terhadap Kehidupan Keluarga
2.3.2. Dampak Negatif Poligami Terhadap Istri
2.3.3. Dampak Negatif Poligami Terhadap Anak
2.4 Pandangan Siswa-Siswi SMA 38 Terhadap Poligami

BAB II
ISI
2.I Pengertian Poligami
Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau
istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan
monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat).
Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligami (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus),
poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (bahasa
Inggris: group marriage, yaitu kombinasi poligami dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut
ditemukan dalam sejarah, namum poligami merupakan bentuk yang paling umum terjadi.
Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan.
Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk
penindasan kepada kaum wanita.
Islam pada dasarnya memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini). Islam
memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat
berbuat adil terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3 4:3). Poligini dalam Islam baik dalam
hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap-tiap negara dengan mayoritas penduduk
beragama Islam. Di Indonesia sendiri terdapat hukum yang memperketat aturan poligini untuk pegawai
negeri, dan sedang dalam wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum. Tunisia adalah
contoh negara arab dimana poligini tidak diperbolehkan.

Menurut Gustave Le Bon, di Eropa tidak ada praktik atau tradisi timur yang dikritik dengan begitu
sengitnya selain poligami.

2.1.1. Poligami Menurut Pandangan Islam


Poligami merupakan salah satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak terkecuali feminis islam.
Poligami adalah isyarat islam yang merupakan sunah Rasulullah SAW tentunya dengan syarat sang
suami memiliki kemampuan untuk adil diantara para isteri.Sebagai mana pada ayat yang artiya :

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap(hak-hak) perempuan yatim (bilamana
kamu mengawininya),maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senang, dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil,maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yangkamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat daripada tidak berbuat aniaya.” (QS.An-Nisa
ayat ke-3)

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalau cenderung (kepada yang kamu cintai),
sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.” (QS.An-Nisa ayat 129)

Selain itu, tidak adanya ayat Al-Quran dan sunah Rasulullah yang menggambarkan diperbolehkan atau
dilarangnya poligami. Sesungguhnya poligami yang diatur dalam islam tidak memperbolehkan bagi
laki-laki untuk berhubungan dengan wanita yang ia sukai diluar pernikahan.

Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena dapat meringankan beban masyarakat yaitu
dengan melindungi wanita yang tidak bersuami dan menempatkannya ke shaf para isteri yang
terpelihara dan terjaga.

2.1.2. Pengertian Poligami Menurut Para Ulama


Banyak ulama yang angkat bicara soal poligami, dari pernyataan dan komentar-komentar yang
disampaikannya, diharapkan dapat menjadi bahan renungan dan masukan bagi kita, sekaligus
menambah wawasan kita tentang fenomena poligami dan realita yang terjadi di masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Musdah Mulia, MA, dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah,
“Poligami itu haram lighairih, yaitu haram karena adanya dampak buruk dan ekses-eskes yang
ditimbulkannya.”
Ia juga mengaku memiliki data yang menunjukkan bahwa praktik poligami di masyarakat telah
menimbulkan masalah yang sangat krusial dan problem sosial yang sangat besar. Begitu juga dengan
tingginya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), keretakan rumahtangga dan penelantaran anak-
anak.
Prof. Dr. Quraish Shihab menyatakan, “Poligami itu mirip dengan pintu darurat dalam pesawat terbang,
yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency tertentu.”

Hal senada disampaikan pula oleh Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi, “Poligami tak ubahnya sebuah
pintu darurat (emergency exit) yang memang disediakan bagi yang membutuhkannya.” Dalam
kesempatan yang lain, beliau juga mengatakan, “Poligami atau monogamy adalah sebuah pilihan yang
diberikan islam untuk manusia, keduanya tak perlu dikontradiksikan.”

Dr. KH. Miftah Faridh (Direktur PUSDAI Jabar), juga memiliki pandangan yang sama, “Poligami
dalam pandangan islam merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan umtuk memecahkan
berbagai masalah sosial yang dihadapi manusia. Poligami tidak perlu dipertentangkan , apalagi sampai
menimbulkan keretakan ukhuwah Islamiyah, adapun jika ada yang belum siap melakukannya, itu lain
persoalan.”
Pendapat yang sama, juga disampaikan oleh Prof. Huzaemah Tahido Yanggo. Ahli fikih lulusan
Universitas Al-Azhar Mesir ini menyatakan, bahwa poligami sesuai dengan syariat islam. Menurutnya,
hak poligami bagi suami telah dikompensasi dengan hak istri untuk menuntut pembatalan akad nikah
dengan jalan khulu’, yaitu ketika sang suami berbuat semena-mena terhadap istrinya. Yang jelas istri
memperbolehkan suami dengan syarat adil. Syarat ini merupakan suatu penghormatan kepada wanita,
bila tidak dipenuhi akan mengakibatkan dosa. Kalau suami tidak berlaku adil kepada istri-istrinya,
berarti dia tidak mu’asyarah bil ma’ruf (bergaul dengan baik) kepada mereka.

Direktur utama Pusat Konsultasi Syariah, Dr. Surahman Hidayat, mengatakan , “Nikah itu baik
poligami atau monogamy, tidak untuk menzalimi siapa pun. Justru untuk tegaknya kebahagiaan, yang
pada gilirannya terwujud rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahman.”

Pimpinan pesantren Darut Tauhid, KH. Abdullah Gymnastiar atau akrab dipanggil Aa Gym,
menyatakan sebelum ia berpoligami, “Poligami merupakan syariat Islam yang sangat darurat. Wacana
soal poligami itu perlu diketahui dan dipahami. Oleh karena itu, wacana poligami tidak perlu
dipertentangkan oleh umat islam. Di berbagai tempat ceramah, saya sering menyebarkan wacana
tentang poligami, karena hal itu adalah ajaran islam. Kalau saya sendiri, sampai sekarang masih belum
siap berpoligami. Untuk saat ini saya sudah merasa bahagia hidup bersama satu orang istri dan tujuh
orang anak titipan Allah Ta’ala.”

Dan setelah dirinya resmi menikahi isrti keduanya, banyak pernyataan yang beliau sampaikan. Di
antaranya beliau mengatakan, “Saya prihatin dengan adanya pandangan kurang baik terhadap poligami.
Seakan para pelaku poligami adalah seorang penjahat yang telah melakukan kejahatan yang sangat
besar”. Namun beliau juga tidak menganjurjan jamaahnya untuk berpoligami, “Kalau tidak ada
ilmunya, lebih baik jangan”, ujarnya.

Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengatakan, “Pada hakikatnya apa yang dilakukan oleh barat pada hari ini
dengan segala bentuk perzinaan yang mereka lakukan, tidak lain adalah salah satu bentuk poligami
juga, meski tidak dalam bentuk formal. Atau dengan kata lain, poligami liar."

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Poligami


Menurut Abu Azzam Abdillah, banyak faktor yang sering memotivasi seorang pria untuk melakukan
poligami. Selama dorongan tersebut tidak menyimpang dari ketentuan syariat, tentu tidak ada cela dan
larangan untuk melakukannya. Berikut ini beberapa faktor utama yang menjadi pertimbangan kaum
pria dalam melakukan poligami.

2.2.1. Faktor- Faktor Biologis


Istri yang Sakit
Adanya seorang istri yang menderita suatu penyakit yang tidak memungkinkan baginya untuk melayani
hasrat seksual suaminya. Bagi suami yang shaleh akan memilih poligami dari pada [ergi ke tempat –
tempat mesum dengan sejumlah wanita pelacur.

Hasrat Seksual yang Tinggi


Sebagian kaum pria memiliki gairah dan hasrat seksual yang tinggi dan menggebu, sehingga baginya
satu istri dirasa tidak cukup untuk menyalurkan hasratnya tersebut.

Rutinitas Alami Setiap Wanita


Adanya masa-masa haid, kehamilan dan melahirkan, menjadi alasan utama seorang wanita tidak dapat
menjalankan salah satu kewajiban terhadap suaminya. Jika suami dapat bersabar menghadapi kondisi
seperti itu, tentu tidak akan menjadi masalah. Tetapi jika suami termasuk orang yang hasrat seksualnya
tinggi, beberapa hari saja istrinya mengalami haid, dikhawatirkan sang suami tidak bisa menjaga diri,
maka poligami bisa menjadi pilihannya.

Masa Subur Kaum Pria Lebih Lama


Kaum pria memiliki masa subur yang lebih lama dibandingkan wanita. Dokter Boyke, seorang
seksolog, mengakui banyak menangani kasus perselingkuhan pria usia 40-50 tahun, karena pada usia
tersebut pria mendapat puber kedua, sementara para istri umumnya malah menjadi frigid.

2.2.2. Faktor Internal Rumah tangga


Menurut buku ‘Hitam Putih Poligami’, terdapat beberapa faktor internal rumahtangga yang mendorong
suami untuk berpoligami.

Kemandulan
Banyak kasus perceraian yang dilatarbelakangi oleh masalah kemandulan , baik kemandulan yang
terjadi pada suami maupun yang dialami istri. Hal ini terjadi karena keinginan seseorang untuk
mendapat keturunan merupakan salah satu tujuan utama pernikahan dilakukannya.

Dalam kondisi seperti itu, seorang istri yang bijak dan shalihah tentu akan berbesar hati dan ridha bila
sang suami menikahi wanita lain yang dapat memberikan keturunan. Di sisi lain, sang suami tetep
memposisikan istri pertamanya sebagai orang yang mempunyai tempat di hatinya, tetap dicintainya,
dan hidup bahagia bersamanya.

Istri yang Lemah


Ketika sang suami mendapati istrinya dalam keadaan serba terbatas , tidak mampu menyelesaikan
tugas-tugas rumahtangganya dengan baik, tidak bisa mengarahkan dan mendidik anak-anaknya,lemah
wawasan ilmu dan agamanya,serta bentuk-bentuk kekurangan lainnya.maka pada saat itu,kemungkinan
suami melirik wanita lain yang dianggapnya lebih baik,bisa saja terjadi.dan sang istri hendaknya
berlapang dadabahkan brebahagia,karena akan ada wanita lainyang membantunya memecahkan
persoalan rumahtangganya,tanpa akan kehilangan cinta dan kasih saying suaminya.

Kepribadian yang Buruk


Istri yang tidak pandai bersyukur, banyak menuntut, boros, suka berkata kasar, gampang marah, tidak
mau menerima nasihat suami dan selau ingin menang sendiri, biasanya tidak disukai sang suami. Oleh
karenanya, tidak jarang suami yang mulai berpikir untuk menikahi wanita lain yang dianggap lebih
baik dan lebih shalihah, apalagi jika watak dan karakter buruk sang istri tidak bisa diperbaiki lagi.

2.2.3. Faktor Sosial


a. Banyaknya Jumlah Wanita
Di Indonesia, pada PEMILU tahun 1999, jumlah pemilih pria hanya 48%, sedangkan pemilih wanita
sebanyak 52%. Berarti dari jumlah 110 Juta jiwa pemilih tersebut, jumlah wanita adalah 57,2 juta orang
dan Jumlah pria 52,8 juta orang. Padahal usia para pemilih itu merupakan usia siap nikah.

b. Kesipan Menikah dan Harapan Hidup pada Wanita


Jika kita mencoba melakukan survei pada masalah kesiapan menikah, pasti para wanita akan lebih
banyak jumlahnya daripada jumlahnya daripada kaum pria. Bahkan di daerah-daerah tertentu, wanita
usia 14-16 tahun sudah banyak yang bersuami, dan wanita yang usianya 20 tahun merasa sudah
terlambat menikah. Sebagian pendapat juga mengatakan bahwa harapan hidup kaum wanita, lebih
panjang daripada harapan hidup kaum pria, perbedaannya berkisar 5-6 tahun. Sehingga tidak heran jika
lebih banyak suami yang lebih dahulu meninggal dunia, sedangkan sang istri harus hidup menjanda
dalam waktu yang sangat lama, tanpa ada yang mengayomi, melindungi, dan tiada yang memberi
nafkah secara layak.

c. Berkurangnya Jumlah Kaum Pria


Dampak paling nyata yang ditimbulkan akibat banyaknya jumlah kematian pada kaum pria adalah
semakin bertambahnya jumlah peremuan yang kehilangan suami dan terpaksa harus hidup
menjanda.lalu siapakah yang akan bertanggung jawab mengayomi,memberi perlindungan dan
memenuhi nafkah lahir dan batinnya,jika mereka terus menjanda?solusinya tida lain,kecuali menikah
lagi dengan seorang jejaka,atau duda,atau memasuki kehidupan poligami dengan pria yang telah
beristri.itulah solusi yang lebih mulia,halal dan baradab.

d.Lingkungan dan Tradisi


Lingkungan tempat kita hidup dan beraktivitas sangat besar pengaruhnya dalam mempentuk karakter
dan sikap hidup seseorang. Seorang suami akan tergerak hatinya untuk melakukan poligami, jika ia
hidup di lingkungan atau komunitas yang memelihara tradisi poligami.
Sebaliknya ia akan bersikap antipati, sungkan dan berpikir seribu kali untuk melakukannya, jika
lingkungan dan tradisi yang ada di sekitarnya menganggap poligami sebagai hal yang tabu dan buruk,
sehingga mereka melecehkan dan merendahkan para pelakunya.

e. Kemapanan Ekonomi
Inilah salah satu motivator poligami yang paling sering kita dapati pada kehidupan modern sekarang
ini. Kesuksesan dalam bisnis dan mapannya perekonomian seseorang, sering menumbuhkan sikap
percaya diri dan keyakinan akan kemampuannya menghidupi istri lebih dari satu.

2.3 Dampak Negatif Poligami


2.3.1.Terhadap Kehidupan Rumahtangga.

Dampak poligami terhadap kehidupan rumah tangga antara lain :


1. Ketidakharmonisan hubungan anggota keluarga.
2. Sering timbul permasalahan atau percek-cokan.
3. Tidak adanya rasa saling pecaya.
4. Tidak adanya kepedulian yang besar dari suami terhadap anak dan isteri.
5. Kemungkinan dapat menyebabkan perceraian.

2.3.2. Dampak yang Umum Terjadi Terhadap Istri

Menurut buku ‘Agar Suami Tak Berpoligami’, dampak-dampak umum yang dapat terjadi bagi para istri
yang suaminya berpoligami adalah,
Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa tindakan suaminya
berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya.
Dampak ekonomi rumah tangga: Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada
beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, tetapi dalam prakteknya lebih sering
ditemukan bahwa suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya
terdahulu. Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi kebutuhan
sehari-hari.
Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun psikologis. Hal ini
umum terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun begitu kekerasan juga terjadi pada rumah tangga
yang monogami.
Dampak hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang tidak dicatatkan pada
Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga perkawinan dianggap tidak sah oleh
negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena
konsekwensinya suatu perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya.
Dampak kesehatan: Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami/istri menjadi rentan
terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan terjangkit virus HIV/AIDS.

2.3.3. Dampak Negatif Poligami Terhadap Anak

Poligami tidak hanya berdampak negative terhadap kehidupan rumah tangga dan isteri,namun poligami
juga berdampak negative terhadap anak,antara lain:

1. Sang anak merasa tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.


2. Anak menjadi frustasi melihat keadaan orang tuanya.
3. Anak mendapat tekanan mental.
4. Adanya rasa benci kepada sang ayah.
5. Dicemooh oleh teman-temannya.
6. Anak tidak betah di rumah.
7. Tidak menutup kemungkinan anak menjadi melakukan perbuatan yang tidak baik.
8. Anak mengikuti pergaulan yang negative.
9. Anak tidak semangat belajar.
10. Anak menjadi beranggapan negative terhadap orang tua.

2.4 Poligami Menurut Pandangan Siswa-Siswi SMA 38

Dari 70 lembar angket yang disebarkan, hanya 50 saja yang kembali. Sebagian besar dari siswa-siswi
SMA 38 mengaku tidak menyetujui adanya poligami. Alasan mereka menolak poligami pun beragam,
antara lain:

Menindas kaum wanita dan secara tidak langsung menginjak-injak harga diri wanita.
Tidak adil untuk perempuan
Menyakiti kaum wanita
Dapat merusak kebahagian keluarga
Sanksi di akhirat sangat besar apabila tidak bisa berlaku adil
Berdampak negatif terhadap anak

kita bisa mengetahui bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA 38 tidak setuju akan poligami. Banyak
dari mereka masih beranggapan bahwa poligami adalah suatu tindakan yang tidak baik. Baik siswa
maupun siswi menganggap bahwa poligami hanya akan menimbulkan konflik-konflik atau masalah-
masalah yang dapat merusak keharmonisan suatu keluarga. Hanya sedikit dari mereka yang mengaku
setuju pada poligami. Meskipun sedikit, ini membuktikan bahwa masih ada orang yang memandang
poligami dari sisi positif, dan memaklumi poligami asalkan alasannya jelas.

Sebagian besar dari siswa-siswi SMA 38 beranggapan tidak perlu ada Undang-Undang yang mengatur
Poligami. Karena mereka beranggapan bahwa poligami adalah hak setiap orang dan tidak ada hadist
atau pun ayat AL-QURAN yang secara terang-terangan melarang poligami. Namun, ada juga yang
berpendapat bahwa Undang-Undang yang mengatur poligami sangat diperlukan, karena dapat
memperjelas hukum tentang poligami di Indonesia.

Di sekitar tempat tinggal mereka jarang terdapat orang yang berpoligami. Kalau pun ada, hanya
beberapa orang saja yang mempunyai tetangga atau keluarga yang berpoligami. Kami hanya
menemukan 2 kasus yang mengatakan bahwa ayahnya sendiri yang melakukan poligami. Siswa yang
mengaku bahwa ayahnya sendiri melakukan poligami berencana akan mengikuti jejak ayahnya.
Sedangkan siswi yang mengaku ayahnya berpoligami, mengaku membenci ayahnya dan merasa
kasihan terhadap ibunya. Dari dua kasus tersebut, kita dapat mengetahui bahwa poligami membawa
dampak negatif bagi anak. Anak akan membenci orangtuanya dan akan mengikuti jejak sang ayah. Ada
pula siswi yang mempunyai tetangga yang berpoligami, menurutnya orang yang berpoligami memang
kurang harmonis dan suami jarang pulang. Meski begitu suami masih bertanggung jawab dan
menafkahi keluarga tersebut.

Dari keterangan di atas, sebagian besar siswa-siswi memang menentang atau tidak setuju terhadap
poligami, terutama para siswi. Namun masih ada yang setuju akan poligami karena beranggapan
poligami adalah salah satu cara dalam menghindari perzinaan dan mengangkat derajat wanita-wanita
yang tidak memiliki suami.

Para siswa-siswi juga menyebutkan beberapa hal yang menjadi penyebab seseorang berpoligami, yaitu:

Belum Memiliki Keturunan


Salah satu tujuan berumahtangga adalah memiliki keturunan. Kemungkinan sepasang suami-istri yang
belum memiliki keturunan, walaupun sudah lama menikah pasti akan diliputi rasa risau dan keinginan
untuk memiliki anak pun semakin besar. Untuk itu, suami yang setia lebih memilih berpoligami untuk
mendapatkan keturunan daripada harus menceraikan istrinya.

Bosan Pada Istri


Rasa bosan sering kal muncul dalam kehidupan rumahtangga. Jika istri tidak pandai menjaga
penampilannya, suami akan cenderung jenuh dan memilih untuk menikah lagi.

Hawa Nafsu
Sebagian besar menganggap bahwa hawa nafsu adalah faktor utama seseorang berpoligami. Karena
sebagaimana kita ketahui bahwa perbandingan hawa nafsu pria dan wanita adalah 9 : 1. Oleh karena
itu, pria shaleh yang tidak bisa menahan hawa nafsunya akan memilih poligami daripada melakukan
zina.

Mencari Pasangan Muda


Jika suami merasa dirinya masih gagah, berpenampilan menarik dan mapan dalam ekonomi akan
merasa dirinya masih pantas untuk memiliki lagi pasangan yang lebih muda dibandingkan dengan istri
pertamanya.

Istri Kurang Memuaskan


Pelayanan yang baik dari istri terhadap suami sangatlah penting untuk menjaga keharmonisan dalam
rumahtangga. Tidak hanya pelayanan biologis, tetapi juga pelayanan dalam hal-hal lain, seperti
memasak, membersihkan rumah dan menjaga anak-anak.

Dari data-data tersebut, sudah jelas bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA tidak menyetujui adanya
poligami dengan berbagai macam alasan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Dari data-data yang Kami peroleh, baik dari buku, internet serta dari angket yang kami sebarkan, Kami
dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya poligami diperbolehkan oleh agama apabila tujuannya baik
dan sang suami dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya dan jumlah istrinya tidak melebihi 4 orang.
Namun masyarakat masih beranggapan negative kepada orang-orang yang berpoligami. Hal ini terjadi
karena masalah poligami masih tabu di masyarakat.

Saran :

Sebaiknya masyarakat tidak selalu beranggapan negatif terhadap seseorang yang melakukan poligami
karena ia pasti memiliki alasan-alasan serta faktor-faktor yang jelas untuk melakukan poligami. Selain
itu, sebaiknya para suami jangan melakukan poligami apabila tidak dapat berlaku adil bagi istri-istrinya
karena hukuman bagi suami yang tidak bisa berlaku adil sangatlah pedih.

Nabi bersabda, “Barang siapa beristri dua dan tidak berlaku adil pada keduanya maka ia akan datang
pada hari kiamat dalam keadaan tubuhnya.” (HR Tirmidzi dan Al Hakim)

Daftar Pustaka

Abdillah, Abu Azzam.2007.Agar Suami Tak Berpoligami.Bandung: Ikomatuddin Press.

Abdullah, Adil Fathi.2007.Menjadi Suami Tercinta.Jakarta: Hilal Pustaka.

Aydi, Hasan.2007.Poligami Syariah dan Perjuangan Kaum Perempuan.Bandung: Alfa Beta.

Faqih, Khoyin Abu.2007.Poligami Solusi atau Masalah.Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.

Gusmaian,Islah.2007.Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami.Jogjakarta:Putaka Marwa.

Hamid, Syamsul Rijal.2007.Buku Pintar Hadis.Bogor: BIP.

Hathaut, Hasan.2007.Panduan Seks Islami.Jakarta:Zahra.

Husaein, Abdulrahman.2006.Hitam Putih Poligami.Jakarta:Fakultas Ekonomi UI.

Sufyan, Ummu.2007.Senarai Konflik Rumah Tangga.Bandung: PT.Remaja Rusdakarya.

Sunny, Mukhsin.2005.Agar Suami Tetap Setia.Jakarta: Gema Insani.

Qardhawi, Yusuf.2007.Halal Haram Dalam Islam.Surakarta:Era Intermedia.

You might also like