Professional Documents
Culture Documents
1.2.2Struktur Ekonomi
Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp
32.916.736 juta dengan PDRB per kapita sebesar Rp 9.584.047 atau
naik 10,77 persen. Berdasarkan komposisi nilai Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga berlaku dapat diketahui bahwa peran
sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian
Provinsi D.I. Yogyakarta mulai tergeser oleh sektor lain. Pada tahun
2007, andil terbesar berasal dari sektor jasa-jasa sebesar 19,79 persen.
Kemudian sektor perdagangan/hotel/restaurant, sektor pertanian dan
sektor industri pengolahan memiliki andil 19,22 persen, 15,01 persen,
dan 13,06 persen. Sektor bangunan, sector angkutan/komunikasi,
sektor keuangan tercatat sebesar 10,54 persen, 10,08 persen dan 9,69
persen. Sedangkan sektor listrik/gas/air bersih dan sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan andil terkecil
atau tercatat sebesar masing-masing sebesar 1,29 persen dan 0,79
persen dari total PDRB harga berlaku.
1.3.2Kesehatan
Untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, pemerintah
berupaya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan disertai tenaga
kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini
diarahkan agar tempat pelayanan kesehatan mudah dikunjungi dengan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Pada tahun 2007 sarana
kesehatan yang tersedia di D.I. Yogyakarta sebanyak 44 unit rumah
sakit, 22 unit rumah bersalin, 35 unit balai pengobatan dan 118 unit
puskesmas induk. Untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk,
pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) dengan
memberikan sarana pelayanan dan prasarana yang memadai. Hal ini
memperoleh respon baik dari masyarakat yang tercermin dengan
tingginya pencapaian akseptor aktif, dan tahun 2007 tercatat mencapai
418.069 orang dari target sebanyak 422.209 orang atau 99,02 persen
dari target. 43,96 persen dari akseptor aktif memilih suntik, disusul
26,70 persen menggunakan IUD serta 12,88 persen memakai pil dan
selebihnya 16,46 persen menggunakan alat kontrasepsi lainnya.
1.3.3Agama
Dari sekitar 3.518.589 orang pemeluk agama, agama Islam
merupakan agama yang dominan dipeluk yakni mencapai 91,08
persen. Disusul oleh agama Katholik 5,52 persen, Kristen 3,05 persen,
Hindu 0,18 persen, dan Budha 0,17 persen. Sejalan dengan komposisi
di atas, jumlah tempat peribadatan yang tersebar di DIY juga
didominasi oleh tempat ibadah umat Islam berupa masjid, mushola dan
langgar yang tercatat sebanyak 96,67 persen. Kemudian rumah ibadah
Kristen dan Katholik masing-masing 1,75 persen dan 1,16 persen serta
tempat ibadat umat Hindu dan Budha masing-masing 0,21 persen dan
0,20 persen.
BAB II KONDISI DEMOGRAFI
2.1 Jumlah, Tingkat Pertumbuhan, Persebaran, dan Komposisi Penduduk
Jumlah penduduk di suatu daerah akan memberikan gambaran umum
tentang kebutuhan fasilitas sosial ekonomi yang meliputi fasilitas pendidikan,
kesehatan, kesempatan kerja dan aspek sosial ekonomi lainnya.
Peningkatan kebutuhan fasilitas sosial ekonomi di masa yang akan datang
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Sebaran penduduk di daerah
kota atau desa merupakan cerminan dari keinginan penduduk untuk
mendapatkan kemudahan di daerah perkotaan daripada perdesaan. Disribusi
penduduk menurut wilayah pemerintahan memberikan gambaran terhadap
jangkauan program-program pemerintah di daerah.
Berdasarkan hasil Hasil Proyeksi SUPAS 2005, tahun 2007 jumlah
penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta tercatat 3.434.534 jiwa, dengan persentase
jumlah penduduk laki-laki 50,16 persen dan penduduk perempuan 49,84
persen.
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia per Provinsi 2005-2012
Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat
mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun tersebut paling banyak
dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini
juga dapat berarti bahwa anjuran pemerintah untuk tidak melahirkan
pada usia yang terlalu muda sudah mencapai sasaran. Fenomena ini bisa
juga dikaitkan lebih jauh dengan suksesnya program wajib belajar
sembilan tahun yang menyebabkan semakin banyaknya perempuan
muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin terbukanya
kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya, hal ini akan
membuat banyak perempuan menunda untuk menikah dan melahirkan
karena pada umumnya mereka yang menikah dan melahirkan pada usia
muda secara fisik dan emosional sebetulnya belum matang.
2.2.2Mortalitas
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda,
kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak
berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun
masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk
memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Mortalitas atau kematian merupakan salah
satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi yang
dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefiniskan kematian
sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai
sasara Millenium Development Goals (MDG) untuk menurunkan angka
kematian anak sebesar dua per tiga dari angka di tahun 1990 atau menjadi 20
per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015 dan menurunkan kematian Ibu
sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per 100.000 kelahiran. Untuk mencapai
tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai instansi
terkait, mulai dari pemerintah baik pusat maupun daerah, LSM dan
masyarakat pada umumnya. Untuk mengembangkan rogram-program tersebut
pemerintah daerah perlu memperhatikan indicator-indikator kematian.
Berdasarkan parameter Hasil Proyeksi SP 2000 di Provinsi ini, angka
kematian terendah pada tahun pada tahun 2005 yaitu sebesar 7,8 per 1.000
penduduk, sedangkan angka kematian tertinggi pada tahun 2025 yaitu 9,2 per
1.000 penduduk. Tingginya angka kematian kasar di provinsi DIY dapat
disebabkan penyakit gaya hidup maupun penyakit degeneratif yang
mendominasi pola penyebab kematian terbesar di Provinsi
D.I.Yogyakarta(Dinkes, 2008).
2.2.3Migrasi
Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah
satu dari tiga komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat
menambah atau mengurangi jumlah penduduk. Komponen ini bersama
dengan kelahiran dan kematian mempengaruhi dinamika penduduk di
suatu wilayah seperti jumlah, komposisi, dan distribusi keruangan.
Tinjauan migrasi secara regional sangat penting dilakukan terutama
terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata,
adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi penduduk untuk
melakukan migrasi, kelancaran sarana transportasi antar wilayah, dan
pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan desentralisasi
pembangunan.
Sebagai upaya melakukan pemerataan penyebaran penduduk antar
wilayah di Indonesia, pemerintah melakukan transmigrasi penduduk.
Jumlah transmigran dari DIY pada tahun 2007 tercatat sebanyak 289
KK atau sebanyak 957 jiwa. Jumlah KK transmigran terbanyak berasal
dari Kabupaten Kulonprogo serta daerah penempatan terbanyak adalah
Provinsi Kalimantan Selatan(DDA DIY, 2008).